LONDON - Albert Einstein mendeskripsikan kepercayaan terhadap Tuhan sebagai "takhayul yang kekanak-kanakan". Ilmuwan besar fisika ini juga mengatakan umat Yahudi bukanlah orang-orang terpilih.
Itu dikatakan dia dalam suratnya semasa hidup, yang akan dijual di London pekan ini. Demikian dikatakan seorang juru lelang, seperti dikutip AFP, Rabu (14/5/2008).
Bapak relativitas, yang pandangannya terhadap agama dikenal ambivalen dan memicu banyak perdebatan, membuat pernyataan ini sebagai respons terhadap seorang filosof pada 1954.
Sebagai seorang Yahudi, Eisntein mengatakan dirinya memiliki pertalian yang baik dengan warga Yahudi, namun dia mengatakan "Mereka (Yahudi) tidak memiliki perbedaan kualitas bagi saya dibandingkan orang lainnya".
"Kata Tuhan bagi saya tidak lebih dari ekspresi dan produk kelemahan manusia," kata dia dalam surat tertanggal 3 Januari 1954, yang ditujukan kepada filosof Eric Gutkind, seperti dikutip surat kabar The Guardian.
Surat berbahasa Jerman itu dijual Rumah Lelang Bloomsbury di Mayfair setelah menjadi koleksi pribadi selama lebih dari 50 tahun, kata juru lelang Rupert Powell.
"Bagi saya, agama Yahudi seperti lainnya adalah penjelmaan dari takhayul yang kekanak-kanakan," ujar ilmuwan yang terkenal dengan rumus E=MC2 ini.
Einstein menambahkan: "Sepanjang pengalaman saya, tidak ada kelompok manusia yang lebih baik dari kelompok lainnya."
Sebelumnya, ilmuwan besar ini terkenal dengan komentarnya seperti "Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang, dan agama tanpa ilmu pengetahuan buta".
Powell mengatakan surat Einstein itu telah dijual pekan ini dan memberi kejelasan tentang pemikiran Einstein
Quote from: Sumedho on 14 May 2008, 02:06:36 PM
"Kata Tuhan bagi saya tidak lebih dari ekspresi dan produk kelemahan manusia," kata dia dalam surat tertanggal 3 Januari 1954, yang ditujukan kepada filosof Eric Gutkind, seperti dikutip surat kabar The Guardian.
I like this man!
Jelas dan tegas
:jempol:
::
hmmm.... di kr****n ada umat yang mendengar suara Tuhan... dan diperkuat dengan salah satu ayat dalam Alkitab perjanjian lama tentang Nabi Musa berbincang-bincang dengan Allah (Tuhan) disampingnya ada Nabi Elia (kl ga salah)
IMO= Percaya Tuhan tidak bisa dinamakan Takhayul.....
sepengamatan aku, bentuk bentuk dimana manusia merasa ga jelas selalu disembah menjadi Tuhan, jadi suara-suara atau penampakan itu bisa saja berupa alam Brahma, Deva, Asura ataupun yang memiliki kekuatan lebih sehingga manusia yang lemah pemikirannya akan menganggap dia sebagai TERTINGGI. Jika Tuhan Pencipta itu ada, seharusnya dia sanggup tidak menciptakan Iblis.
Quote from: nyanadhana on 14 May 2008, 02:59:47 PM
sepengamatan aku, bentuk bentuk dimana manusia merasa ga jelas selalu disembah menjadi Tuhan, jadi suara-suara atau penampakan itu bisa saja berupa alam Brahma, Deva, Asura ataupun yang memiliki kekuatan lebih sehingga manusia yang lemah pemikirannya akan menganggap dia sebagai TERTINGGI. Jika Tuhan Pencipta itu ada, seharusnya dia sanggup tidak menciptakan Iblis.
.
dan jangan hanya kata kitab ajah, coba buktikan kenapa hanya jaman nabi ajah Tuhan itu menampakkan dirinya dan bicara, kenapa gak di jaman sekarang.
Quote from: ryu on 14 May 2008, 03:04:24 PM
Quote from: nyanadhana on 14 May 2008, 02:59:47 PM
sepengamatan aku, bentuk bentuk dimana manusia merasa ga jelas selalu disembah menjadi Tuhan, jadi suara-suara atau penampakan itu bisa saja berupa alam Brahma, Deva, Asura ataupun yang memiliki kekuatan lebih sehingga manusia yang lemah pemikirannya akan menganggap dia sebagai TERTINGGI. Jika Tuhan Pencipta itu ada, seharusnya dia sanggup tidak menciptakan Iblis.
.
dan jangan hanya kata kitab ajah, coba buktikan kenapa hanya jaman nabi ajah Tuhan itu menampakkan dirinya dan bicara, kenapa gak di jaman sekarang.
kalopun ada di jaman sekarang pasti dibilang orang gila bro :P
QuoteSebelumnya, ilmuwan besar ini terkenal dengan komentarnya seperti "Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang, dan agama tanpa ilmu pengetahuan buta".
Wah, setahu saya dulu Einstein bilang:
"Jika anda tidak memiliki ilmu pengetahuan dan juga kemampuan seni, maka lebih baik belajar agama" ;D
Maksudnya Pengetahuan & keseimbangan bathin lewat seni sudah cukup. Jika orang tidak mampu dalam dua-duanya, maka barulah belajar agama.
Katanya Einstein seorang pendukung gerakan Zionis. Ada yg bisa jelaskan?
Quote from: Yong_Cheng on 14 May 2008, 02:53:41 PM
hmmm.... di kr****n ada umat yang mendengar suara Tuhan... dan diperkuat dengan salah satu ayat dalam Alkitab perjanjian lama tentang Nabi Musa berbincang-bincang dengan Allah (Tuhan) disampingnya ada Nabi Elia (kl ga salah)
IMO= Percaya Tuhan tidak bisa dinamakan Takhayul.....
Hmmm apa ya definisi 'Takhayul'?
....
::
Takhyul intinya tidak bisa dibuktikan oleh pengetahuan, atau tidak mendasar juga tidak masuk akal, tapi dipercaya begitu adanya. Tapi definisi pastinya juga tidak bisa ditetapkan. Kalo dari sisi Ilmu pengetahuan, percaya pada Tuhan, blom tentu disebut 'takhyul'. Tergantung definisi Tuhan yang dibicarakan itu sendiri.
Quote from: Kainyn_Kutho on 15 May 2008, 10:13:30 AM
Takhyul intinya tidak bisa dibuktikan oleh pengetahuan, atau tidak mendasar juga tidak masuk akal, tapi dipercaya begitu adanya.
kalo dari definisi ini, jelas tuhan masuk kategori takhayul.
Quote
Tergantung definisi Tuhan yang dibicarakan itu sendiri.
Ya
definisi 'tuhan' sendiri sd sekarang masih rancu.
diantaranya:
~ personafikasi manusia, bersifat manusia, pencipta, tempat memohon, sangat berkuasa
~ tidak berwujud, semacam zat, namun mempunyai sifat mirip manusia (marah, benci, dendam, sayang, dll)
~ semesta / cosmos
~ nibbana
~ dll
Agama Theist sangat tegas dan jelas menggambarkan tuhan sebagai suatu sosok personafikasi (kr****n) dan Zat (islam). Meskipun begitu, beberapa dari mereka mulai menjauhkan gambaran tuhan yg begitu dan berusaha menggambarkan tuhan sebagai suatu kosmos, semesta.
Disisi lain, Buddhisme malah bertindak sebaliknya.
Beberapa pemikir Buddhism malah berusaha menyatukan ide tuhan ini kedalam ajaran Buddha.
Ide dan pemahaman tuhan dicocok2an, beberapa contoh:
~ ketuhanan
~ nibbana
~ Shangyang Adi Buddha
~ dll
IMO,
lebih baik dari awal label 'tuhan' ini dikikis dari pandangan kita, karena akan mempersulit pemahaman kita akan ajaran Buddhism.
Cukup dengan ajaran yg ringan:
~ awal dukkha
~ penyebab dukkha
~ akhir dukkha
~ cara mengakhiri dukkha
tanpa perlu ditambah macam2 dan dicampur aduk hal2 yg sulit sehingga klelihatan rumit dan berat
--------------
Perhatian:
Apa yg ditulis disini adalah suatu buah pikir / pendapat pribadi, diharap tidak dipolitisasi dan jangan dianggap sebagai bentuk ketidaksenangan terhadap suatu kelompok / aliran tertentu.
::
Beberapa pemikir Buddhism malah berusaha menyatukan ide tuhan ini kedalam ajaran Buddha.
Ide dan pemahaman tuhan dicocok2an, beberapa contoh:
~ ketuhanan
~ nibbana
~ Shangyang Adi Buddha
~ dll
Bro willi, sebenarnya kemunculan implementasi Tuhan karena negara RI telah mengatur perundangundangannya. Pancasila Sila 1 dengan tegas udah "Ketuhanan Yang Maha Esa",mau tak mau untuk menjadi agama yang diakui negara, Buddhism harus memiliki "Tuhan", merasa munafik memang namun itulah langkah akhir yang diambil oleh Sukong Ashin. dan alangkah bodohnya efek domino kemudian membuat pengertian adanya Tuhan dalam Buddhism....merupakan tanggung jawab kita juga lah untuk memberi penjelasan yang baik mengenai hal ini.
kalo kata wikipedia, einstein sih "Cultural Zionism", dia cuma bagian culturalnya aja. dia menjaga adat, bahasa dan budaya jewish.
Agak berbeda dengan Zionism murni
Quote from: nyanadhana on 15 May 2008, 10:55:47 AM
Bro willi, sebenarnya kemunculan implementasi Tuhan karena negara RI telah mengatur perundangundangannya. Pancasila Sila 1 dengan tegas udah "Ketuhanan Yang Maha Esa",mau tak mau untuk menjadi agama yang diakui negara, Buddhism harus memiliki "Tuhan", merasa munafik memang namun itulah langkah akhir yang diambil oleh Sukong Ashin. dan alangkah bodohnya efek domino kemudian membuat pengertian adanya Tuhan dalam Buddhism....merupakan tanggung jawab kita juga lah untuk memberi penjelasan yang baik mengenai hal ini.
Ya, sih Bro.
Sy juga mengerti dengan alasan YM Ashin pada waktu itu.
Beliau berusaha yg terbaik untuk Agama Buddha sesuai dengan kondisi waktu itu.
Yang saya sayangkan adalah
kondisi sekarang.
Setelah Agama Buddha distempel sah di negeri ini, sebenarnya tidak ada yg peduli lagi kita mau pake nama Shangyang, Adi, ataupun kata2 lainnya. Kenapa mesti
dilestarikan 'sesuatu yg terpaksa' dulu?
Contohnya undangan waisak yg saya dapatkan barusan ini:
"Kami menjumpai Bapak/Ibu sekeluarga... dengan doa yang tulus, semoga Bapak/Ibu senantiasa sehat, sejahtera
dalam Berkah dan Lindungan Sanghyang Adi Buddha/Tuhan Yang Maha Esa....."
Untuk saat sekarang ini, tidak ada pengamat intelijen yg mengharuskan kita menambahkan kata2 yg di bold itu ke dalam selebaran undangan. Tidak ada pengamat intelijen yg ikut kebaktian untuk mendengar apakah pandita berkata "
Semoga Shangyang Adi Buddha, tuhan yg maha esa melindungi kita semua"
Selepas kebaktian, umat akan semakin giat cung2cep memohon berkah dan lindungan tuhan yme, ketimbang merenungi perbuatannya sendiri.
Apa tidak lebih baik kata2 tsb diganti dengan:
"Jadikanlah dirimu pulau pelindungmu..."
"Perbuatanmu adalah milikmu sendiri..."
"Setiap orang mewarisi kamma/perbuatannya masing2..."
"kehendak, itulah yg disebut kamma, berhati2lah dalam berkehendak"
Menurut saya kata2 diatas jauh lebih powerful bagi umat.
Inilah perkembangan yg saya sayangkan pada kondisi sekarang ini.
::
Salah satu kata dr Albert Einstein tentang agama Buddha :
"The religion of the future will be a cosmic religion.It should transcend a personal god and avid dogmas and theology.Convergiveng both the natural and the spritual.It should be based on a religious sense arising from the experience of all things,natural and spritual as a meaningful unity.Buddhism answer this description.If there is any religion that could cope with modern scientific needs,it would be Buddhism.
Terjemahannya "Agama masa depan akan merupakan suatu agama alam semesta,yaitu agama yg melampaui konsep/doktrin tentang TUhan Allah sbg pribadi,serta menghindari dogma dan teologi.Agama harus berdsrkan pengertian Keagamaan yg muncul dr pengalaman akan segala hal,baik yg bersifat alami/batiniah,yg merupakan satu kesatuan yg berati.Agama Buddha menjawab gambaran tersebut."
_/\_
Quote"The religion of the future will be a cosmic religion.It should transcend a personal god and avid dogmas and theology.Convergiveng both the natural and the spritual.It should be based on a religious sense arising from the experience of all things,natural and spritual as a meaningful unity.Buddhism answer this description.If there is any religion that could cope with modern scientific needs,it would be Buddhism."
Berarti Albert Einstein memang Buddhis yak? Kira-kira Theravada, Mahayana, Tantrayana, atau Zen?
Quote from: karuna_murti on 16 May 2008, 09:17:43 AM
Quote"The religion of the future will be a cosmic religion.It should transcend a personal god and avid dogmas and theology.Convergiveng both the natural and the spritual.It should be based on a religious sense arising from the experience of all things,natural and spritual as a meaningful unity.Buddhism answer this description.If there is any religion that could cope with modern scientific needs,it would be Buddhism."
Berarti Albert Einstein memang Buddhis yak? Kira-kira Theravada, Mahayana, Tantrayana, atau Zen?
Soal dia Buddhis/gk kurang tau...
Jika dia Buddhis dia aliran Thera...
Setau gw dia membandingkan semua ajaran yg ada Is,Kris,Hin,Bud...
Kemudian semua teori2 yg ada(mksdnya hukum2 yg dia temukan) dia dpt dr filsafat ajaran Buddha...
_/\_
Bagaimana kalau ada Ilmuwan / Filsuf / Petapa, cocok dengan Ajaran Sang Buddha, lantas menjalani kehidupan yang sesuai dengan Dhamma, tapi dia tidak berlindung kepada tiga permata?
Quote from: Riky_dave on 16 May 2008, 08:02:52 PM
Kemudian semua teori2 yg ada(mksdnya hukum2 yg dia temukan) dia dpt dr filsafat ajaran Buddha...
_/\_
Einstein mendapatkan hukum2nya dari filsafat ajaran Buddha?
kekna bukan begitu deh...
::
Kan gw blg menurut gw...
Gw sich pernah dengar...
Tp uda lupa...
Lagian kl gk slh dia kan yg nemuin nuklir???
Dia nyesal tuch nemuin nuklir...
_/\_
Quote from: nyanadhana on 15 May 2008, 10:55:47 AM
Bro willi, sebenarnya kemunculan implementasi Tuhan karena negara RI telah mengatur perundangundangannya. Pancasila Sila 1 dengan tegas udah "Ketuhanan Yang Maha Esa",mau tak mau untuk menjadi agama yang diakui negara, Buddhism harus memiliki "Tuhan", merasa munafik memang namun itulah langkah akhir yang diambil oleh Sukong Ashin. [...]
Menurut sejarah, ternyata kemudian kekhawatiran sementara kalangan Buddhis di Indonesia yang membuat mereka mengadopsi "Sanghyang Adi Buddha" tidak terbukti. Justru pengadopsian "Sanghyang Adi Buddha" itu langsung MENYEBABKAN lahirnya Sangha Theravada Indonesia dan Mapanbudhi yang tidak menerima "Sanghyang Adi Buddha". Dan ternyata kedua lembaga Agama Buddha Theravada itu aman-aman dan sah-sah saja hidup di Indonesia sampai sekarang.
Salam,
hudoyo
at Pak Hudoyo : ;D
Kalau menurut Pak Wowor, pada frase "Ketuhanan yang Maha Esa" yang dimaksud dengan kata "Esa" adalah "mutlak", bukan "tunggal" seperti yang sering diajarkan di sekolah2.. (tunggal di sini dapat berarti suatu materi yang dapat dihitung)..
Jadi, Ketuhanan tidak perlu diwujudkan sebagai materi.. ;D
Quote from: willibordus on 15 May 2008, 11:14:49 AM
[...]
Yang saya sayangkan adalah kondisi sekarang.
Setelah Agama Buddha distempel sah di negeri ini, sebenarnya tidak ada yg peduli lagi kita mau pake nama Shangyang, Adi, ataupun kata2 lainnya. Kenapa mesti dilestarikan 'sesuatu yg terpaksa' dulu?
Contohnya undangan waisak yg saya dapatkan barusan ini:
"Kami menjumpai Bapak/Ibu sekeluarga... dengan doa yang tulus, semoga Bapak/Ibu senantiasa sehat, sejahtera dalam Berkah dan Lindungan Sanghyang Adi Buddha/Tuhan Yang Maha Esa....."
Untuk saat sekarang ini, tidak ada pengamat intelijen yg mengharuskan kita menambahkan kata2 yg di bold itu ke dalam selebaran undangan. Tidak ada pengamat intelijen yg ikut kebaktian untuk mendengar apakah pandita berkata "Semoga Shangyang Adi Buddha, tuhan yg maha esa melindungi kita semua"
Selepas kebaktian, umat akan semakin giat cung2cep memohon berkah dan lindungan tuhan yme, ketimbang merenungi perbuatannya sendiri.
Apa tidak lebih baik kata2 tsb diganti dengan:
"Jadikanlah dirimu pulau pelindungmu..."
"Perbuatanmu adalah milikmu sendiri..."
"Setiap orang mewarisi kamma/perbuatannya masing2..."
"kehendak, itulah yg disebut kamma, berhati2lah dalam berkehendak"
Menurut saya kata2 diatas jauh lebih powerful bagi umat.
Inilah perkembangan yg saya sayangkan pada kondisi sekarang ini.
Saya sangat setuju dengan pendapat Rekan Willibordus ini. :)
Saya juga merasa geli medengar para Romo Pandita Theravada mengatakan: "Semoga Tuhan YME/Sang Tiratana melindungi kita semua ... dst dst," atau bahkan, "Semoga Sang Tiratana melindungi kita semua." ... Ini merupakan pemutarbalikan secara halus terhadap makna sesungguhnya dari Ti-sarana. ... Jelas di sini terlihat bahwa emosi & aspirasi yang mendorong penganut agama-agama monoteistik menyembah "Tuhan" juga terdapat dengan sangat kuat di kalangan umat Buddha yang agamanya katanya tidak mengajarkan adanya "Tuhan pribadi yang disembah" ... emosi berupa ketakutan & ketidakpastian menghadapi masa depan, dan aspirasi berupa kebutuhan akan rasa aman.
Sebaiknya bagi umat Buddha maksimal ucapan berikut:
"Semoga Dhamma melindungi & menjadi pelita bagi kita semua." (dari: atta-dipa, atta-sarana, anannya-sarana, dhamma-dipa, dhamma-sarama.")
Salam,
hudoyo
Quote from: Lex Chan on 19 May 2008, 10:26:19 PM
Kalau menurut Pak Wowor, pada frase "Ketuhanan yang Maha Esa" yang dimaksud dengan kata "Esa" adalah "mutlak", bukan "tunggal" seperti yang sering diajarkan di sekolah2.. (tunggal di sini dapat berarti suatu materi yang dapat dihitung)..
Jadi, Ketuhanan tidak perlu diwujudkan sebagai materi.. ;D
Betul. Esa bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Esa sendiri berasal dari kata 'etad' yang berarti mutlak. Dan kalau kita mau meruntun etimologi kata 'tuhan' sendiri berasal dari kata 'tuan' berarti yang ditinggikan atau junjungan. Tapi ketika sudah ditambah imbuhan maka artinya berubah. Awalan ke- dan akhiran -an yang ditambahkan ke dalam kata dasar tuhan membuat makna kata tuhan berubah menjadi bentuk sifat dari kata dasar tersebut. Jadi 'ketuhanan' berarti 'sifat-sifat yang tinggi'. Tapi sayangnya pengaruh monoteis telah cukup kental terhadap sila 1 Pancasila Dasar Negara RI ini, sehingga mayoritas orang menganggap sila 1 berarti tuhan yang 1.
kalau pakai awalan maha seperti mahaesa?
Einstein rupanya mengikuti jejak Spinoza
Quote from: hudoyo on 19 May 2008, 10:29:39 PM
Sebaiknya bagi umat Buddha maksimal ucapan berikut: "Semoga Dhamma melindungi & menjadi pelita bagi kita semua." (dari: atta-dipa, atta-sarana, anannya-sarana, dhamma-dipa, dhamma-sarama.")
Salam,
hudoyo
Bagaimana kalau "Good Kamma Bless Us" , pak Hud ;D
Quote from: karuna_murti on 19 May 2008, 10:52:42 PM
kalau pakai awalan maha seperti mahaesa?
Menurut saya, kalau tidak salah ini berasal dari 2 kata maha dan esa, ya secara kasarnya kira-kira berarti kemutlakan yang besar atau teragung.
Quote from: Riky_dave on 15 May 2008, 08:52:54 PM
Salah satu kata dr Albert Einstein tentang agama Buddha :
"The religion of the future will be a cosmic religion.It should transcend a personal god and avid dogmas and theology.Convergiveng both the natural and the spritual.It should be based on a religious sense arising from the experience of all things,natural and spritual as a meaningful unity.Buddhism answer this description.If there is any religion that could cope with modern scientific needs,it would be Buddhism.
Terjemahannya "Agama masa depan akan merupakan suatu agama alam semesta,yaitu agama yg melampaui konsep/doktrin tentang TUhan Allah sbg pribadi,serta menghindari dogma dan teologi.Agama harus berdsrkan pengertian Keagamaan yg muncul dr pengalaman akan segala hal,baik yg bersifat alami/batiniah,yg merupakan satu kesatuan yg berati.Agama Buddha menjawab gambaran tersebut."
_/\_
Ada dua-tiga ungkapan yang disebut-sebut berasal dari Albert Einstein tentang Agama Buddha, tetapi tidak ada bukti-bukti yang definitif bahwa Einstein pernah mengatakannya. Ungkapan-ungkapan itu sekarang bertebaran di banyak situs-situs Buddhis. ... Tetapi ada satu situs Buddhis yang cukup obyektif menyanggahnya ... dan mengatakan umat Buddha tidak perlu menggantungkan kredibilitas agamanya pada kata-kata orang terkenal: "... But you don't have to be a Confucian to want to set the record straight on Buddhism and the quotes about it attributed to various luminaries and used to promote (or defend?) the dharma."
Memang betul, itu cuma menunjukkan kurang percaya diri akan nilai agama kita sendiri. ... Dalam Wikiquote malah terang-terangan dinyatakan bahwa ungkapan tersebut 'misattributed' (dikaitkan secara salah) kepada Einstein.
salam,
hudoyo
Lihat:
(1) TRICYCLE EDITORS' BLOG - Einstein's Quotes on Buddhism October 26, 2007
(2) Wikiquote - Einstein
Quote from: Kelana on 19 May 2008, 10:59:03 PM
Einstein rupanya mengikuti jejak Spinoza
Bagaimana kalau "Good Kamma Bless Us" , pak Hud ;D
Einstein berbeda dengan Spinoza. Einstein seorang ilmuwan, Spinoza seorang filsuf. Einstein terutama melihat manusia dalam hubungan dengan alam semesta; Spinoza melihat manusia dalam hubungan dengan batinnya sendiri.
"Good kamma bless us" - sudah jauh lebih bagus (daripada "Semoga Sang Tiratana melindungi kita semua") ... ;D ... tapi masih terlalu "dangkal" ... :) ... Bukankah 'good kamma' tidak bisa membebaskan kita dari dukkha?
Salam,
hudoyo
Quote from: Kelana on 19 May 2008, 10:51:02 PM
Quote from: Lex Chan on 19 May 2008, 10:26:19 PM
Kalau menurut Pak Wowor, pada frase "Ketuhanan yang Maha Esa" yang dimaksud dengan kata "Esa" adalah "mutlak", bukan "tunggal" seperti yang sering diajarkan di sekolah2.. (tunggal di sini dapat berarti suatu materi yang dapat dihitung)..
Jadi, Ketuhanan tidak perlu diwujudkan sebagai materi.. ;D
Betul. Esa bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Esa sendiri berasal dari kata 'etad' yang berarti mutlak. Dan kalau kita mau meruntun etimologi kata 'tuhan' sendiri berasal dari kata 'tuan' berarti yang ditinggikan atau junjungan. Tapi ketika sudah ditambah imbuhan maka artinya berubah. Awalan ke- dan akhiran -an yang ditambahkan ke dalam kata dasar tuhan membuat makna kata tuhan berubah menjadi bentuk sifat dari kata dasar tersebut. Jadi 'ketuhanan' berarti 'sifat-sifat yang tinggi'. Tapi sayangnya pengaruh monoteis telah cukup kental terhadap sila 1 Pancasila Dasar Negara RI ini, sehingga mayoritas orang menganggap sila 1 berarti tuhan yang 1.
Bagaimana kalau itu Anda katakan kepada teman-teman Muslim atau Keristen ... apakah mereka bisa terima? :)
Kalau saya, sih, sederhana saja ... beberapa kali saya ditanya teman-teman Muslim dan Keristen tentang "Tuhan" dalam agama Buddha dalam kaitan dengan Sila "Ketuhanan Yang Maha Esa" dari Pancasila. ... Selalu saya jawab:
"Setiap agama mempunyai
konsep masing-masing tentang
'Tuhan Yang Maha Esa' ...
Agama Is-lam punya konsep/akidah yang disebut
Tauhid ...
Agama Keristen mempunyai konsep/kredo yang disebut
Trinitas ...
Agama Buddha juga mempunyai konsepnya sendiri, yang bersifat
nonteistik dan
tak terkatakan (ineffable), namun
dapat dicapai oleh manusia ...
konsep itu terkandung dalam ucapan Buddha:
"Atthi, bhikkhave, ajatam akatam abhutam asankhatam ..." ("Para bhikkhu, ada yang tak dilahirkan, tak tercipta, bukan makhluk, tak terkondisi ...") ...
konsep yang bukan-konsep (karena tak terdefinisikan) itulah yang belakangan berkembang dalam Mahayana menjadi Dharmakaya, Tathagata-garbha, Buddha-thatata ... dsb ...
Jadi, janganlah memaksakan konsep agama sendiri pada penganut agama lain ..."
Demikianlah pendapat saya berhadapan dengan teman-teman Muslim dan Keristen; pendapat ini tidak menyanggah konsep "Tuhan" mereka, tidak mengundang perdebatan, namun menegaskan identitas-diri umat Buddha.
Setelah saya sampaikan demikian, tidak seorang pun teman-teman Muslim dan Keristen itu bisa membantah ... entah karena sadar, entah karena bingung ... ;D
Pemahaman seperti inilah yang dulu di awal 1970an menginspirasi, memberi kekuatan, dan mendorong berdirinya Sangha Theravada Indonesia dan Mapanbudhi (sekarang Magabudhi).
Salam,
hudoyo
Quote from: Riky_dave on 16 May 2008, 08:02:52 PM
[...]
Setau gw dia membandingkan semua ajaran yg ada Is,Kris,Hin,Bud...
Kemudian semua teori2 yg ada(mksdnya hukum2 yg dia temukan) dia dpt dr filsafat ajaran Buddha...
_/\_
Apa iya ... ? ;D ... Mana buktinya? :)
hudoyo
Quote from: karuna_murti on 17 May 2008, 09:33:01 AM
Bagaimana kalau ada Ilmuwan / Filsuf / Petapa, cocok dengan Ajaran Sang Buddha, lantas menjalani kehidupan yang sesuai dengan Dhamma, tapi dia tidak berlindung kepada tiga permata?
Banyak teman-teman non-Buddhis belajar MMD, lalu menerapkan MMD dalam kehidupan sehari-hari, tapi mereka tidak "berlindung kepada Sang Tiratana". ... :)
Sebaliknya, banyak teman-teman yang setiap hari mengucapkan "berlindung kepada Sang Tiratana", tapi tidak pernah mempraktikkan vipassana-bhavana ... Bagaimana ini? ;D
Salam,
Hudoyo
Mengenai Tuhan?
Menurut penghayatan pribadi saya sendiri. Rasanya tidak bisa menerima adanya Tuhan personal sebagai suatu entity yang menciptakan atau mengatur segala sesuatunya.
Tetapi kalau dikatakan semuanya tergantung dari diri sendiri, rasanya juga tidak bisa menerima ini.
Ada sesuatu yang lebih dari sekedar diri, yang mana membentuk jalinan kehidupan ini. Diri adalah suatu konsep yang membatasi kita dengan sang kehidupan itu sendiri.
"Jadilah dirimu pulau pelindung bagi dirimu sendiri".
Saya bisa setuju dan tidak setuju dengan pernyataan ini.
Saya setuju apabila kalimat itu diartikan sebagai :
Selama kita mempunyai konsep diri, maka hal-hal apa yang dialami oleh diri adalah terbentuk dari perspektif konsep diri tersebut. Jadi, apa yang kita rasakan, kita alami adalah tergantung darimana kita merasa sebagai diri.
Tapi saya tidak setuju bila dikatakan bahwa diri kita berkuasa sepenuhnya untuk menentukan sendiri apa yang terjadi pada diri kita nantinya. Pemahaman yang seperti ini akan menghasilkan ego yg cenderung menguat.
Menurut saya, apa yang terjadi pada 'diri' ini disebabkan oleh banyak faktor yang hanya sebagian saja disadari sebagai 'diri'.
Bagaimana menempatkan ini dalam bahasa 'doktrin'? Apakah saya masih layak disebut sebagai umat Buddha? :)
Oya, Selamat Hari Waisak. :)
Quote from: hudoyo on 19 May 2008, 11:47:00 PM
Bagaimana kalau itu Anda katakan kepada teman-teman Muslim atau Keristen ... apakah mereka bisa terima? :)
Mau terima atau tidak itu urusan mereka pak Hud, karena apa yang saya sampaikan itu hanya berdasarkan etimologi bukan agama tertentu. Menurut saya ini justru menguatkan posisi konsep Buddhis yang tidak menganut monotheis. Dan apa yang Pak Hud katakan juga bisa dijadikan pegangan.
Quote from: Suchamda on 20 May 2008, 02:45:59 AM
Mengenai Tuhan?
Menurut penghayatan pribadi saya sendiri. Rasanya tidak bisa menerima adanya Tuhan personal sebagai suatu entity yang menciptakan atau mengatur segala sesuatunya.
Relasi dengan 'Tuhan' seperti itu merupakan kebutuhan emosional & intelektual bagi banyak orang. Menurut hemat saya, pengertian 'Tuhan' seperti itu terkondisi oleh (conditional on) adanya kesadaran 'aku'. Bila kesadaran 'aku' itu runtuh, maka 'Tuhan' pun runtuh.
Jadi bagi teman-teman penganut agama monoteistik, tidak perlu menanggalkan iman kepada Tuhan LEBIH DULU sebelum kesadaran 'aku' itu runtuh, sebagaimana halnya para penganut agama nonteistik seperti Buddhis, misalnya.
Bila kelak kesadaran 'aku' itu runtuh, maka Tuhan pun akan runtuh dengan sendirinya, seperti pengalaman Bernadette Roberts. Ingatlah akan sebuah Hadits Qudsi: "Barang siapa mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya." Juga ada 2 ayat di Al-Qur'an yang berbunyi: "Segala sesuatu di muka bumi (eksistensi) ini fana (tidak kekal); yang tetap hanyalah Wajah Tuhanmu."
'Wajah Tuhan' inilah yang dalam Buddhisme disebut "tak dilahirkan, tak tercipta, bukan makhluk, tak terkondisi" (ajatam akatam abhutam asankhatam), oleh karena 'Wajah Tuhan' yang disebut dalam ayat Qur'an itu--berbeda dengan "Tuhan" yang dikenal oleh publik--adalah pengertian metafisikal, yang tercapai ketika si individu menyadari/menembus--bukan memahami secara intelektual saja--hakikat kefanaan (ketidakkekalan, anicca) dari segala sesuatu, termasuk kefanaan dirinya/akunya.
Sebaliknya, bagi para penganut agama nonteistik, terutama Buddhisme, banyak umat Buddha yang secara intelektual telah menanggalkan "Tuhan" monoteis, tetapi si 'aku'-nya tetap kuat berpegang pada KONSEP-KONSEP INTELEKTUAL tentang ajaran Sang Guru sebagai "Tuhan" yang baru, yang memberinya rasa aman hidup di dunia.
Quote"Jadilah dirimu pulau pelindung bagi dirimu sendiri".
Saya bisa setuju dan tidak setuju dengan pernyataan ini.
[...]
Tapi saya tidak setuju bila dikatakan bahwa diri kita berkuasa sepenuhnya untuk menentukan sendiri apa yang terjadi pada diri kita nantinya. Pemahaman yang seperti ini akan menghasilkan ego yg cenderung menguat.
[...]
Bagaimana menempatkan ini dalam bahasa 'doktrin'? Apakah saya masih layak disebut sebagai umat Buddha? :)
Sebetulnya kutipan dari kata-kata Sang Buddha di atas baru separuh lengkap; oleh karena itu jadi tidak sempurna.
Kutipan selengkapnya berbunyi:
"Tasmaatiha, Aananda, atta-diipaa viharatha atta-sara.naa, ana~n~na-sara.naa, dhamma-diipaa dhamma-sara.naa, ana~n~nasara.naa."
"Oleh karena itu, Ananda, jadilah pelita bagi dirimu sendiri, berlindunglah pada dirimu sendiri, jangan berlindung pada yang lain, jadikan Dhamma sebagai pelita, berlindunglah pada Dhamma, jangan berlindung pada yang lain."
(Mahaparinibbana-sutta, D.N. 16)
Kalimat yang sama juga terdapat dalam Cakkavatti-sutta (D.N. 26):
"Atta-diipaa, bhikkhave, viharatha atta-sara.naa, ana~n~na-sara.naa, dhamma-diipaa dhamma-sara.naa, ana~n~nasara.naa."
QuoteOya, Selamat Hari Waisak. :)
Selamat Wesak juga.
Salam,
Hudoyo
Quote from: Kelana on 20 May 2008, 07:16:27 AM
Mau terima atau tidak itu urusan mereka pak Hud, [...]
Sebagai umat Buddha, kita tidak hidup di sebuah pulau secara eksklusif. Kita berelasi dengan saudara-saudara kita umat Islam, Keristen, Hindu dsb. Kita harus mampu beinteraksi dengan mereka dalam hal-hal yang menyangkut iman masing-masing, sedemikian rupa sehingga meningkatkan kehidupan masyarakat pluralistik yang harmonis.
Sering kali saya membaca dalam milis-milis atau situs-situs Buddhis, sesama umat Buddha mempersoalkan masalah Ketuhanan tanpa mempertimbangkan sudut pandang dan perasaan saudara-saudara kita umat Islam dan Keristen, seolah-olah orang yang percaya pada Tuhan itu orang yang bodoh, naif dan penuh takhyul. Diskusi seperti itu sama sekali tidak membantu kita untuk memahami alam pikiran orang Muslim dan orang Keristen, dan hanya menjerumuskan kita sendiri ke dalam kebodohan, sementara kita mengira telah tercerahkan, padahal kita hanya
melekat pada konsep-konsep intelektual belaka tentang Buddha-dhamma.
Tidak jarang saya melihat umat Buddha begitu melekat pada konsep-konsep intelektual tentang Buddha-dhamma itu sampai mereka tidak segan-segan berdebat tentang Tuhan, atau tentang anatta, dengan saudara-saudara kita orang Islam & Keristen, padahal si umat Buddha itu sendiri saya lihat justru
mempertuhankan konsep-konsep intelektual Buddha-dhamma itu, dalam arti bahwa konsep-konsep intelektual Buddha-dhamma itu
memberinya rasa aman dan rasa mengerti, dan ia
merasa puas di situ, padahal dirinya sendiri tidak menyadari bahwa ia sedang berada dalam
rumah yang sedang terbakar.
Salam,
hudoyo
QuoteSering kali saya membaca dalam milis-milis atau situs-situs Buddhis, sesama umat Buddha mempersoalkan masalah Ketuhanan tanpa mempertimbangkan sudut pandang dan perasaan saudara-saudara kita umat Islam dan Keristen, seolah-olah orang yagn percaya padas Tuhan itu orang yang bodoh, naif dan penuh takhyul. Diskusi seperti itu sama sekali tidak membantu kita untuk memahami alam pikiran orang Muslim dan orang Keristen, dan hanya menjerumuskan kita sendiri ke dalam kebodohan, sementara kita mengira telah tercerahkan, padahal kita hanya melekat pada konsep-konsep intelektual belaka tentang Buddha-dhamma.
Tidak jarang saya melihat umat Buddha begitu melekat pada konsep-konsep intelektual tentang Buddha-dhamma itu sampai mereka tidak segan-segan berdebat tentang Tuhan, atau tentang anatta, dengan saudara-saudara kita orang Islam & Keristen, padahal si umat Buddha itu sendiri saya lihat justru mempertuhankan konsep-konsep intelektual Buddha-dhamma itu, dalam arti bahwa konsep-konsep intelektual Buddha-dhamma itu memberinya rasa aman dan rasa mengerti, dean ia merasa puas di situ, padahal dirinya sendiri tidak menyadari bahwa ia sedang berada dalam rumah yang sedang terbakar.
Sangat setuju. Terimakasih.
Kedua pihak itu sebenarnya sama saja. Sama-sama berdasarkan kepercayaan, dan berdebat berdasarkan kepercayaan.
Menurut saya, apabila anatta itu ditembusi melalui pengalaman langsung, maka penggunaan konsep Tuhan pun akan dapat dimaklumi secara sungguh-sungguh.
Quote from: hudoyo on 19 May 2008, 11:57:21 PM
Quote from: Riky_dave on 16 May 2008, 08:02:52 PM
[...]
Setau gw dia membandingkan semua ajaran yg ada Is,Kris,Hin,Bud...
Kemudian semua teori2 yg ada(mksdnya hukum2 yg dia temukan) dia dpt dr filsafat ajaran Buddha...
_/\_
Apa iya ... ? ;D ... Mana buktinya? :)
hudoyo
Baca ulang yg diatas ya...
Baru silakan complain lagi...
^^
_/\_
Quote from: Riky_dave on 20 May 2008, 10:56:30 AM
Quote from: hudoyo on 19 May 2008, 11:57:21 PM
Quote from: Riky_dave on 16 May 2008, 08:02:52 PM
[...]
Setau gw dia membandingkan semua ajaran yg ada Is,Kris,Hin,Bud...
Kemudian semua teori2 yg ada(mksdnya hukum2 yg dia temukan) dia dpt dr filsafat ajaran Buddha...
_/\_
Apa iya ... ? ;D ... Mana buktinya? :)
hudoyo
Baca ulang yg diatas ya...
Baru silakan complain lagi...
^^
_/\_
Hargai yang lebih tua bro Riky..
Anda harus SADAR.. Nasi yang ANDA MAKAN TIDAK SEBANDING JUMLAHNYA dengan Garam yang PAK HUDOYO MAKAN.Anda sungguh SANGAT TIDAK SOPAN.
Bersyukur hanya bisa 1 x 1 bulan saya bisa kasih Anda reputasi negatif.
Maaf jika Anda tersinggung, tapi ini demi kebaikan Anda..
Quote from: FoxRockman on 20 May 2008, 01:36:23 PM
Quote from: Riky_dave on 20 May 2008, 10:56:30 AM
Quote from: hudoyo on 19 May 2008, 11:57:21 PM
Quote from: Riky_dave on 16 May 2008, 08:02:52 PM
[...]
Setau gw dia membandingkan semua ajaran yg ada Is,Kris,Hin,Bud...
Kemudian semua teori2 yg ada(mksdnya hukum2 yg dia temukan) dia dpt dr filsafat ajaran Buddha...
_/\_
Apa iya ... ? ;D ... Mana buktinya? :)
hudoyo
Baca ulang yg diatas ya...
Baru silakan complain lagi...
^^
_/\_
Hargai yang lebih tua bro Riky..
Anda harus SADAR.. Nasi yang ANDA MAKAN TIDAK SEBANDING JUMLAHNYA dengan Garam yang PAK HUDOYO MAKAN.
Anda sungguh SANGAT TIDAK SOPAN.
Bersyukur hanya bisa 1 x 1 bulan saya bisa kasih Anda reputasi negatif.
Maaf jika Anda tersinggung, tapi ini demi kebaikan Anda..
Maaf OOT, tapi saya tergelitik untuk menanggapi.
Sifat Bro Riky_dave itu mirip dengan sifat saya beberapa tahun silam ketika masih SMA dan kuliah S1..
Waktu itu memang masa2nya senang berdebat kalau punya saya pemikiran yang berbeda dari yang lainnya. Baik intra-agama, maupun inter-agama. Pokoknya kalau berbeda pendapat, saya paling senang berdebat.. ;D
Sampai suatu ketika saya "sadar", baru terjadi transformasi.
Tanpa disuruh, tanpa dipaksa, sifat saya berubah dengan sendirinya..
Barangkali Bro Riky_dave perlu melalui "proses" yang mirip dengan pengalaman saya, baru bisa berubah..
Berdasarkan pengalaman saya, saya dapat mengatakan bahwa kata2 Bro FoxRockman, Romo Hudoyo, dan anggota forum DhammaCitta lainnya adalah bagian dari "proses" itu.
Untuk saat ini, ya biarkan saja begitu.. Perubahan tidak bisa dipaksakan secara instan..
Kalau 1 minggu belum berubah, tunggulah 1 bulan.
Kalau 1 bulan masih belum berubah, tunggulah 1 tahun.
Kalau 1 tahun belum berubah juga, tunggulah terus.. ;D
Istilahnya, tidak perlu di-karbid.. Agar buahnya terasa manis alami.. :)
Yang penting mau belajar dan berubah, oce?
yap, klo kurang manis, tambahin gula aja bro.. :P
Back To Topic dah...
^:)^
Quote from: hudoyo on 20 May 2008, 08:46:56 AM
Sebagai umat Buddha, kita tidak hidup di sebuah pulau secara eksklusif. Kita berelasi dengan saudara-saudara kita umat Islam, Keristen, Hindu dsb. Kita harus mampu beinteraksi dengan mereka dalam hal-hal yang menyangkut iman masing-masing, sedemikian rupa sehingga meningkatkan kehidupan masyarakat pluralistik yang harmonis.
Benar Pak Hud, kita tidak hidup di sebuah pulau secara eksklusif, tapi menurut saya ini bukanlah berarti kita harus meninggalkan prinsip-prinsip kita demi menyeragamkan prinsip kita dengan prinsip orang lain.
Etimologi 'ketuhanan' sekali lagi etimologi, yang saya sampaikan ini adalah
terlepas dari konsep buddhis (tapi kebetulan mendukung), jadi
sifatnya netral. Nah ketika umat lain ingin membahas
ketuhanan dalam konteks etimologi maka sebaiknya juga melepas konsep-konsep agamanya dengan demikian mereka bisa memahami makna dari sila 1 Pancasila RI dari konteks etimologi. Nah, ketika mereka tidak mau meninggalkan konsep agamanya dan tidak menemui titik temu terhadap sila 1 Pancasila RI ini, maka siapa yang harus disalahkan? apakah umat Buddha? Jelas tidak bisa karena
etimologi ini bukan dibuat oleh umat Buddha . Ironinya, teks sila ke1 Pancasila RI justru diajukan oleh Bung Karno yang pada dasarnya umat dari agama monotheis. Entah ini suatu kesengajaan atau pun tidak, teks sila ke1 Pancasila RI dari segi etimologi lebih mendukung konsep Buddhis ketimbang monotheis.
Berbeda jika kita berbicara dalam konteks konsep agama, Pak Hud, maka suatu pendekatan istilah dan lainnya diperlukan sehingga umat lain setidaknya memahami. Demikian pendapat saya.
Quote from: Lex Chan on 20 May 2008, 02:03:35 PM
[...]
Istilahnya, tidak perlu di-karbid.. Agar buahnya terasa manis alami.. :)
Saya sendiri sampai sekarang juga suka berdebat. kok ... secara terkendali.
Tapi tentu ada cara berdebat yang baik, dan cara berdebat yang buruk.
Kita lihat saja hasilnya. ... :)
Salam,
hudoyo
Quote from: FoxRockman on 20 May 2008, 01:36:23 PM
Quote from: Riky_dave on 20 May 2008, 10:56:30 AM
Quote from: hudoyo on 19 May 2008, 11:57:21 PM
Quote from: Riky_dave on 16 May 2008, 08:02:52 PM
[...]
Setau gw dia membandingkan semua ajaran yg ada Is,Kris,Hin,Bud...
Kemudian semua teori2 yg ada(mksdnya hukum2 yg dia temukan) dia dpt dr filsafat ajaran Buddha...
_/\_
Apa iya ... ? ;D ... Mana buktinya? :)
hudoyo
Baca ulang yg diatas ya...
Baru silakan complain lagi...
^^
_/\_
Hargai yang lebih tua bro Riky..
Anda harus SADAR.. Nasi yang ANDA MAKAN TIDAK SEBANDING JUMLAHNYA dengan Garam yang PAK HUDOYO MAKAN.
Anda sungguh SANGAT TIDAK SOPAN.
Bersyukur hanya bisa 1 x 1 bulan saya bisa kasih Anda reputasi negatif.
Maaf jika Anda tersinggung, tapi ini demi kebaikan Anda..
Wah apakah ini suatu proses dr "pengancaman???"(Jika ya,jgn pkir saya takut)
Apakah saudara pikir reputasi bagi saya adalah segalanya??
Saya sudah tekankan dlm kalimat saya sendiri "SETAU GW"
Sehingga saya anjurkan saudara hudoyo untuk membaca kembali kata2 yg saya tuliskan tsb...
Anda tidak perlu mengatakan soal seberapa banyak yg diperoleh saudara hudoyo maupun saya...
YG ditegaskan sendiri ada kata2 saya,oke??
Disni tdk ada kata gw mengurui dia,atau dia mengurui gw...
Sehingga tdk perlu anda katakan "maaf jika saya tersinggung" krn secara absolute gw tersinggung dengan pernyataan anda...
Perlu anda ketahui apakah salah saya menyuruhnya ulang baca kata2 gw kemudian baru complain lagi??Ada yg slh dengan hal tsb??
Krn saudara hudoyo juga mempertanyakan pernyataan gw dan meminta buktinya(Saya sudah bilang disana "setau gw"(Jika setau gw,gw bisa dptkan drmn saja,dr guru gw,tmn,dst...)
Oke??Mungkin anda boleh sendiri membaca dulu dengar benar br mendefinisikan kata sopan atau tdk sopan tsb...
_/\_
Quote from: Kelana on 20 May 2008, 02:48:16 PM
Benar Pak Hud, kita tidak hidup di sebuah pulau secara eksklusif, tapi menurut saya ini bukanlah berarti kita harus meninggalkan prinsip-prinsip kita demi menyeragamkan prinsip kita dengan prinsip orang lain.
[...]
Apakah Anda melihat saya "meninggalkan prinsip-prinsip [Buddhis] demi menyeragamkan prinsip [Buddhis] dengan prinsip orang lain"? :)
Quote[...]Nah ketika umat lain ingin membahas ketuhanan dalam konteks etimologi maka sebaiknya juga melepas konsep-konsep agamanya dengan demikian mereka bisa memahami makna dari sila 1 Pancasila RI dari konteks etimologi. Nah, ketika mereka tidak mau meninggalkan konsep agamanya dan tidak menemui titik temu terhadap sila 1 Pancasila RI ini, maka siapa yang harus disalahkan?[...]
Kalau semua orang berbicara tentang "Ketuhanan" dari segi religius, dan saya sendiri bicara dari segi etimologis, apakah saya bisa berinteraksi dengan dengan orang lain dalam masyarakat yang pluralistik ini? :)
Saya memahami "Ketuhanan Yang Mahaesa" secara RELIGIUS, bukan secara etimologis, tanpa harus melepaskan pemahaman Buddhis tentang masalah metafisikal ini. Dari sisi itu, umat Buddha bisa menerima "Ketuhanan Yang Mahaesa" dengan menggunakan Udana 8.3, karena sabda Sang Buddha itu mengacu kepada prinsip metafisikal yang SETARA--tapi bukan IDENTIK--dengan "Tuhan" dalam agama-agama monoteistik.
Quote[...] teks sila ke1 Pancasila RI dari segi etimologi lebih mendukung konsep Buddhis ketimbang monotheis. [...]
Dipahami secara RELIGIUS, sebagaimana begitulah pemahamannya dimaksudkan oleh kebanyakan orang, maka "Ketuhanan Yang Maha Esa" bisa dipahami sama baiknya oleh penganut setiap agama apa pun, bahkan oleh seorang ateis/agnostik yang mempunyai kekaguman terhadap alam semesta/eksistensi semacam Albert Einstein; Einstein pasti menerima rumusan "Ketuhanan Yang Mahaesa" dari Pancasila yang tidak didistorsikan oleh paham monoteisme. (Lihat pandangan Einstein tentang agama di Wikipedia.) Sedangkan para penganut agama monoteistik sudah tentu memahami "Ketuhanan Yang Mahaesa" sebagai identik dengan "Tuhan Pencipta yang Berpribadi".
Salam,
Hudoyo
Quote from: Riky_dave on 20 May 2008, 03:10:21 PM
[...]Krn saudara hudoyo juga mempertanyakan pernyataan gw dan meminta buktinya(Saya sudah bilang disana "setau gw"(Jika setau gw,gw bisa dptkan drmn saja,dr guru gw,tmn,dst...) [...]
Saya menanyakan, dari mana sumber pengetahuan Anda itu ... Dan Anda menjawab, "gw bisa dptkan drmn saja,dr guru gw,tmn,dst...".
Itu saja yang ingin saya ketahui ditampilkan dalam forum ini. Terima kasih, sampai di sini saja diskusi dengan Anda.
Salam,
hudoyo
Quote from: Riky_dave on 20 May 2008, 03:10:21 PM
Quote from: FoxRockman on 20 May 2008, 01:36:23 PM
Quote from: Riky_dave on 20 May 2008, 10:56:30 AM
Quote from: hudoyo on 19 May 2008, 11:57:21 PM
Quote from: Riky_dave on 16 May 2008, 08:02:52 PM
[...]
Setau gw dia membandingkan semua ajaran yg ada Is,Kris,Hin,Bud...
Kemudian semua teori2 yg ada(mksdnya hukum2 yg dia temukan) dia dpt dr filsafat ajaran Buddha...
_/\_
Apa iya ... ? ;D ... Mana buktinya? :)
hudoyo
Baca ulang yg diatas ya...
Baru silakan complain lagi...
^^
_/\_
Hargai yang lebih tua bro Riky..
Anda harus SADAR.. Nasi yang ANDA MAKAN TIDAK SEBANDING JUMLAHNYA dengan Garam yang PAK HUDOYO MAKAN.
Anda sungguh SANGAT TIDAK SOPAN.
Bersyukur hanya bisa 1 x 1 bulan saya bisa kasih Anda reputasi negatif.
Maaf jika Anda tersinggung, tapi ini demi kebaikan Anda..
Wah apakah ini suatu proses dr "pengancaman???"(Jika ya,jgn pkir saya takut)
Apakah saudara pikir reputasi bagi saya adalah segalanya??
Saya sudah tekankan dlm kalimat saya sendiri "SETAU GW"
Sehingga saya anjurkan saudara hudoyo untuk membaca kembali kata2 yg saya tuliskan tsb...
Anda tidak perlu mengatakan soal seberapa banyak yg diperoleh saudara hudoyo maupun saya...
YG ditegaskan sendiri ada kata2 saya,oke??
Disni tdk ada kata gw mengurui dia,atau dia mengurui gw...
Sehingga tdk perlu anda katakan "maaf jika saya tersinggung" krn secara absolute gw tersinggung dengan pernyataan anda...
Perlu anda ketahui apakah salah saya menyuruhnya ulang baca kata2 gw kemudian baru complain lagi??Ada yg slh dengan hal tsb??
Krn saudara hudoyo juga mempertanyakan pernyataan gw dan meminta buktinya(Saya sudah bilang disana "setau gw"(Jika setau gw,gw bisa dptkan drmn saja,dr guru gw,tmn,dst...)
Oke??Mungkin anda boleh sendiri membaca dulu dengar benar br mendefinisikan kata sopan atau tdk sopan tsb...
_/\_
Quote from: hudoyo on 20 May 2008, 03:32:25 PM
Quote from: Riky_dave on 20 May 2008, 03:10:21 PM
[...]Krn saudara hudoyo juga mempertanyakan pernyataan gw dan meminta buktinya(Saya sudah bilang disana "setau gw"(Jika setau gw,gw bisa dptkan drmn saja,dr guru gw,tmn,dst...) [...]
Saya menanyakan, dari mana sumber pengetahuan Anda itu ... Dan Anda menjawab, "gw bisa dptkan drmn saja,dr guru gw,tmn,dst...".
Itu saja yang ingin saya ketahui ditampilkan dalam forum ini. Terima kasih, sampai di sini saja diskusi dengan Anda.
Salam,
hudoyo
Sekarang Anda sudah sadar mengapa saya komplen ? ^-^
Kalau belum sadar.. wah.. ^-^
Orang bodoh yang sadar dirinya bodoh itu pintar..
Orang bodoh yang sadar dirinya pintar itu nightmare..
Quote from: FoxRockman on 20 May 2008, 03:40:40 PM
Quote from: Riky_dave on 20 May 2008, 03:10:21 PM
Quote from: FoxRockman on 20 May 2008, 01:36:23 PM
Quote from: Riky_dave on 20 May 2008, 10:56:30 AM
Quote from: hudoyo on 19 May 2008, 11:57:21 PM
Quote from: Riky_dave on 16 May 2008, 08:02:52 PM
[...]
Setau gw dia membandingkan semua ajaran yg ada Is,Kris,Hin,Bud...
Kemudian semua teori2 yg ada(mksdnya hukum2 yg dia temukan) dia dpt dr filsafat ajaran Buddha...
_/\_
Apa iya ... ? ;D ... Mana buktinya? :)
hudoyo
Baca ulang yg diatas ya...
Baru silakan complain lagi...
^^
_/\_
Hargai yang lebih tua bro Riky..
Anda harus SADAR.. Nasi yang ANDA MAKAN TIDAK SEBANDING JUMLAHNYA dengan Garam yang PAK HUDOYO MAKAN.
Anda sungguh SANGAT TIDAK SOPAN.
Bersyukur hanya bisa 1 x 1 bulan saya bisa kasih Anda reputasi negatif.
Maaf jika Anda tersinggung, tapi ini demi kebaikan Anda..
Wah apakah ini suatu proses dr "pengancaman???"(Jika ya,jgn pkir saya takut)
Apakah saudara pikir reputasi bagi saya adalah segalanya??
Saya sudah tekankan dlm kalimat saya sendiri "SETAU GW"
Sehingga saya anjurkan saudara hudoyo untuk membaca kembali kata2 yg saya tuliskan tsb...
Anda tidak perlu mengatakan soal seberapa banyak yg diperoleh saudara hudoyo maupun saya...
YG ditegaskan sendiri ada kata2 saya,oke??
Disni tdk ada kata gw mengurui dia,atau dia mengurui gw...
Sehingga tdk perlu anda katakan "maaf jika saya tersinggung" krn secara absolute gw tersinggung dengan pernyataan anda...
Perlu anda ketahui apakah salah saya menyuruhnya ulang baca kata2 gw kemudian baru complain lagi??Ada yg slh dengan hal tsb??
Krn saudara hudoyo juga mempertanyakan pernyataan gw dan meminta buktinya(Saya sudah bilang disana "setau gw"(Jika setau gw,gw bisa dptkan drmn saja,dr guru gw,tmn,dst...)
Oke??Mungkin anda boleh sendiri membaca dulu dengar benar br mendefinisikan kata sopan atau tdk sopan tsb...
_/\_
Quote from: hudoyo on 20 May 2008, 03:32:25 PM
Quote from: Riky_dave on 20 May 2008, 03:10:21 PM
[...]Krn saudara hudoyo juga mempertanyakan pernyataan gw dan meminta buktinya(Saya sudah bilang disana "setau gw"(Jika setau gw,gw bisa dptkan drmn saja,dr guru gw,tmn,dst...) [...]
Saya menanyakan, dari mana sumber pengetahuan Anda itu ... Dan Anda menjawab, "gw bisa dptkan drmn saja,dr guru gw,tmn,dst...".
Itu saja yang ingin saya ketahui ditampilkan dalam forum ini. Terima kasih, sampai di sini saja diskusi dengan Anda.
Salam,
hudoyo
Sekarang Anda sudah sadar mengapa saya komplen ? ^-^
Kalau belum sadar.. wah.. ^-^
Orang bodoh yang sadar dirinya bodoh itu pintar..
Orang bodoh yang sadar dirinya pintar itu nightmare..
Apakah anda sadar kenapa kata2 anda menyinggung???
Orang bodoh yang sadar dirinya bodoh itu pintar..
Orang bodoh yang sadar dirinya pintar itu nightmare..
_/\_
:) sudah yah ... peace. !!!
:backtotopic:
Quote from: Felix Thioris on 20 May 2008, 03:48:32 PM
:) sudah yah ... peace. !!!
:backtotopic:
Ok.. The last time.. ;D
Kadang kala diperlukan rotan untuk menyadarkan seseorang..
_/\_
:)) wkwkwkwk rubah Vs son el sol
Quote from: ryu on 20 May 2008, 05:36:11 PM
:)) wkwkwkwk rubah Vs son el sol
Son???: :hammer: :hammer:
_/\_
tampaknya ada sesuatu ikatan khusus antara Fox & Riky nih ^-^
Quote from: tesla on 20 May 2008, 11:24:51 PM
tampaknya ada sesuatu ikatan khusus antara Fox & Riky nih ^-^
_/\_
Keknya dirum ne byk yg "punya" ikatan dengan gw ya...
Tp masa lalu adalah masa lalu...
Masa depan adalah tdk pasti...
Yg pasti masa sekrang....
_/\_
Quote from: Riky_dave on 21 May 2008, 07:57:45 PM
Keknya dirum ne byk yg "punya" ikatan dengan gw ya...
Tp masa lalu adalah masa lalu...
Masa depan adalah tdk pasti...
Yg pasti masa sekrang....
_/\_
ikatan itu ternyata tidak di masa lalu, tetapi di masa sekrang my friend... ;)
Quote from: tesla on 21 May 2008, 09:28:11 PM
Quote from: Riky_dave on 21 May 2008, 07:57:45 PM
Keknya dirum ne byk yg "punya" ikatan dengan gw ya...
Tp masa lalu adalah masa lalu...
Masa depan adalah tdk pasti...
Yg pasti masa sekrang....
_/\_
ikatan itu ternyata tidak di masa lalu, tetapi di masa sekrang my friend... ;)
He2...ikatan masa sekarang kan berkat ikatan masa lalu my brother ^^
_/\_ ko tesla anak mana??