dalam budhis, kategori kitab di sebut suci bagaimana?
apakah dalam budhis ada kitab suci?
jika kitab itu minimal sudah mencapai tingkat sotapatti magga, maka kitab itu disebut suci
:hammer:
Quote from: Indra on 20 June 2012, 12:38:58 PM
jika kitab itu minimal sudah mencapai tingkat sotapatti magga, maka kitab itu disebut suci
:hammer:
bagaimana pula kalau buku suci !
bagaimana dengan buku biru "Paritta Suci" ?
Quote from: adi lim on 20 June 2012, 02:24:20 PM
bagaimana pula kalau buku suci !
sama saja
jika buku itu minimal sudah mencapai tingkat sotapatti magga, maka buku itu disebut suci
=)) =)) =)) =))
adapula 'air suci'
Quote from: adi lim on 20 June 2012, 02:35:34 PM
adapula 'air suci'
gampang, berarti airnya minimal sudah mencapai tingkat sotapatti magga.
paling bagus cari air yang sudah mencapai arahat, jauh lebih suci
=)) =))
Pertanyaan saya bagaimana kalau sebenarnya tidak ada kehidupan suci? Semua hanya kahyalan pikiran karena ingin berbeda dengan kehidupan biasa? Semua hanya ilusi pikiran anda
Quote from: ak.agus on 20 June 2012, 07:04:34 PM
Pertanyaan saya bagaimana kalau sebenarnya tidak ada kehidupan suci? Semua hanya kahyalan pikiran karena ingin berbeda dengan kehidupan biasa? Semua hanya ilusi pikiran anda
jika tdk ada kehidupan suci, no problem. setidaknya orang2 yg berilusi itu sudah berusaha menjalani kehidupan bermoral, dan ia dipuji karena itu. tapi apa hubungannya sama kitab yg isebut suci?
Kitab suci pasti kan dibuat dari perkataan orang "suci" atau pun dari cerita kehidupan orang "suci"
Maka dari itu saya bertanya pada kehidupannya secara langsung.
Quote from: ak.agus on 20 June 2012, 09:04:27 PM
Kitab suci pasti kan dibuat dari perkataan orang "suci" atau pun dari cerita kehidupan orang "suci"
Maka dari itu saya bertanya pada kehidupannya secara langsung.
masak sih? kalau begitu Tipitaka tidak memenuhi syarat sebagai kitab suci, karena berisi cerita dan perkataan Devadatta yg jelas bukan orang suci
Quote from: ak.agus on 20 June 2012, 07:04:34 PM
Pertanyaan saya bagaimana kalau sebenarnya tidak ada kehidupan suci? Semua hanya kahyalan pikiran karena ingin berbeda dengan kehidupan biasa? Semua hanya ilusi pikiran anda
begitu juga anda, karena kapasitas anda hanya mampu berilusi makanya seperti sekarang ini.
Kesalah saya mungkin terlalu banyak berilusi tentang diri ini tapi yang dapat membuat sadar pun ilusi itu sendiri karena muak akan hayalan diri akhirnya sadar ini hanya membawa dukah.
Jujur kepada om indra saya sendiri tidak 100 % percaya apa yang tertulis di tripitaka karena sama dengan kitab suci agama lain itu tertulis dan ditulis oleh manusia dan di kopi oleh manusia yang mungkin dapat kesalahan penulisan dan pengartian dalam banyak hal, tetapi saya juga tidak bilang itu salah semua karena saya pun masih mempelajari dan membaca beberapa bagian dari tripitaka itu sendiri. Dan hasil nya dapat membuat saya sadar dalam beberapa hal.
Kembali lagi yang menganggap suci tidak suci kan pikiran anda sendiri. Bukan mutlak abadi orang suci itu ada karena tiada dan ada selalu bersamaan.
Quote from: Indra on 20 June 2012, 10:10:13 PM
masak sih? kalau begitu Tipitaka tidak memenuhi syarat sebagai kitab suci, karena berisi cerita dan perkataan Devadatta yg jelas bukan orang suci
apakah tipitaka sudah mencapai sotapana? =))
Quote from: ryu on 21 June 2012, 07:20:19 AM
apakah tipitaka sudah mencapai sotapana? =))
tidak, makanya saya tidak menganggap tipitaka itu suci kok
Quote from: Indra on 21 June 2012, 07:27:58 AM
tidak, makanya saya tidak menganggap tipitaka itu suci kok
anda tidak menganggap tapi orang lain khan ada yg menganggap sebagai kitab suci.
Quote from: ak.agus on 21 June 2012, 07:03:28 AM
Kesalah saya mungkin terlalu banyak berilusi tentang diri ini tapi yang dapat membuat sadar pun ilusi itu sendiri karena muak akan hayalan diri akhirnya sadar ini hanya membawa dukah.
Jujur kepada om indra saya sendiri tidak 100 % percaya apa yang tertulis di tripitaka karena sama dengan kitab suci agama lain itu tertulis dan ditulis oleh manusia dan di kopi oleh manusia yang mungkin dapat kesalahan penulisan dan pengartian dalam banyak hal, tetapi saya juga tidak bilang itu salah semua karena saya pun masih mempelajari dan membaca beberapa bagian dari tripitaka itu sendiri. Dan hasil nya dapat membuat saya sadar dalam beberapa hal.
Kembali lagi yang menganggap suci tidak suci kan pikiran anda sendiri. Bukan mutlak abadi orang suci itu ada karena tiada dan ada selalu bersamaan.
saya sendiri juga tidak percaya seluruh yg tertulis dalam tipitaka, kalau tripitaka sih lain lagi. tapi sejauh yg bisa dan sudah saya buktikan, saya tidak membantah kebenarannya. saya pikir baik2 saja pandangan spt ini.
"menganggap" apa pun juga memang adalah produk pikiran, dan menurut mulapariyaya sutta, anggapan2 ini hanya ada pada orang2 yg tidak suci. orang2 suci tidak lagi menganggap, mereka sudah melihat apa adanya, yg suci sbg suci dan yg tidak suci sbg tidak suci, bukanlah sekedar menganggap.
Tapi hal ini bukan lantas brarti bahwa keberadaan orang suci itu bergantung pada pikiran dan anggapan kita. Orang suci memang tidak mutlak abadi, karena bahkan seorang Buddha pun bisa mati.
"ada dan tiada selalu bersamaan", maaf saya tidak memahami kalimat filosofis spt ini.
Quote from: ryu on 21 June 2012, 07:32:33 AM
anda tidak menganggap tapi orang lain khan ada yg menganggap sebagai kitab suci.
coba pertanyaan tadi diajukan kepada orang lain, "apakah tipitaka udah sotapanna?"
Quote from: Indra on 21 June 2012, 07:37:51 AM
coba pertanyaan tadi diajukan kepada orang lain, "apakah tipitaka udah sotapanna?"
berarti di budhis harus sotapana baru di sebut kitab suci? tertulis dalam kitab suci mana ada ketentuan seperti itu?
Quote from: ryu on 21 June 2012, 07:40:12 AM
berarti di budhis harus sotapana baru di sebut kitab suci? tertulis dalam kitab suci mana ada ketentuan seperti itu?
tingkat kesucian dalam buddhis memang hanya didefinisikan dalam 4 tingkat yg terdiri dari 8 jenis, dari Sotapatti magga /d Arahatta phala. dan ini banyak tersebar di berbagai sutta.
tapi sebuah kitab sptnya mustahil bisa mencapai kesucian, karena untuk mencapai kesucian butuh latihan, bagaimana sebuah kitab bisa melatih diri? apakah kitab bisa bermeditasi?
sekalian tanya, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?
Quote from: Indra on 21 June 2012, 07:54:16 AM
tingkat kesucian dalam buddhis memang hanya didefinisikan dalam 4 tingkat yg terdiri dari 8 jenis, dari Sotapatti magga /d Arahatta phala. dan ini banyak tersebar di berbagai sutta.
tapi sebuah kitab sptnya mustahil bisa mencapai kesucian, karena untuk mencapai kesucian butuh latihan, bagaimana sebuah kitab bisa melatih diri? apakah kitab bisa bermeditasi?
Quote from: Mas Tidar on 21 June 2012, 08:34:39 AM
sekalian tanya, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?
tergantung apakah anda percaya atau tidak bahwa untuk mencapai kesucian memerlukan JMB8.
kalau percaya, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?
kalau tidak percaya, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?
Quote from: Indra on 21 June 2012, 08:52:48 AM
tergantung apakah anda percaya atau tidak bahwa untuk mencapai kesucian memerlukan JMB8.
Quote from: Mas Tidar on 21 June 2012, 09:03:51 AM
kalau percaya, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?
kalau tidak percaya, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?
jawaban ini utk yg bersel terbatas. YA, kesucian membutuhkan meditasi sebagai salah satu faktor dari JMB8.
unt yg bersel tidak terbatas, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?
Quote from: Indra on 21 June 2012, 09:09:05 AM
jawaban ini utk yg bersel terbatas. YA, kesucian membutuhkan meditasi sebagai salah satu faktor dari JMB8.
Quote from: Mas Tidar on 21 June 2012, 09:13:35 AM
unt yg bersel tidak terbatas, apakah mencapai kesucian diperlukan kegiatan bermeditasi ?
maaf utk yg bersel tdk terbatas, pertanyaan ini tidak mungkin muncul jadi tdk perlu dijawab.
jika anda merasa ingin menantang saya utk berdebat, saya akan melayani anda di thread lain atau PM agar tdk mengganggu member lain. saya tdk ingin mengotori thread ini dgn komentar2 OOT.
maaf juga, kami hanya bertanya sesuai dengan statemen Anda
kalau Anda tidak ingin statemen Anda dipertanyakan, Anda ndak perlu ngeluarin statemen jadi thread ini tetap pada jalur-nya.
kalau Anda merasa tertantang untuk berdebat, kami bukanlah orang yang layak untuk diajak debat.
Quote from: Indra on 21 June 2012, 09:18:36 AM
maaf utk yg bersel tdk terbatas, pertanyaan ini tidak mungkin muncul jadi tdk perlu dijawab.
jika anda merasa ingin menantang saya utk berdebat, saya akan melayani anda di thread lain atau PM agar tdk mengganggu member lain. saya tdk ingin mengotori thread ini dgn komentar2 OOT.
Quote from: Mas Tidar on 21 June 2012, 09:39:02 AM
maaf juga, kami hanya bertanya sesuai dengan statemen Anda
kalau Anda tidak ingin statemen Anda dipertanyakan, Anda ndak perlu ngeluarin statemen jadi thread ini tetap pada jalur-nya.
kalau Anda merasa tertantang untuk berdebat, kami bukanlah orang yang layak untuk diajak debat.
saya sudah menjawab pertanyaan anda sbg bentuk tanggung jawab atas pernyataan yg saya buat yg masih sesuai dgn pertanyaan TS. tapi anda mengulang2 pertanyaan yg sama dgn gaya kekanak2an. hati2 dalam memilih lawan.
apakah kalimat "anda ndak perlu ngeluarin statemen" berarti bahwa saya dilarang berkomentar?
kami bertanya sesuai dengan statemen Anda dan setiap jawaban Anda selalu menimbulkan pertanyaan baru,
apakah pertanyaan berdasarkan statemen tidak boleh dipertanyakan ?
Quote from: Indra on 21 June 2012, 09:42:58 AM
saya sudah menjawab pertanyaan anda sbg bentuk tanggung jawab atas pernyataan yg saya buat yg masih sesuai dgn pertanyaan TS. tapi anda mengulang2 pertanyaan yg sama dgn gaya kekanak2an. hati2 dalam memilih lawan.
apakah kalimat "kalau Anda tidak ingin statemen Anda dipertanyakan, Anda ndak perlu ngeluarin statemen jadi thread ini tetap pada jalur-nya" berarti bahwa saya dilarang berkomentar?
Quote from: Mas Tidar on 21 June 2012, 09:55:53 AM
kami bertanya sesuai dengan statemen Anda dan setiap jawaban Anda selalu menimbulkan pertanyaan baru,
apakah pertanyaan berdasarkan statemen tidak boleh dipertanyakan ?
ini adalah komentar terakhir kepada anda untuk thread ini, saya tidak ingin mengacaukan thread yg mungkin penting bagi TS ini. saya masih memberikan kesempatan pada anda untuk membuka thread baru jika anda merasa perlu berdebat atau "mempertanyakan" pernyataan saya. silakan ...
dan jika anda membalas postingan saya ini, tolong sekalian jawab ini:
apakah kalimat "kalau Anda tidak ingin statemen Anda dipertanyakan, Anda ndak perlu ngeluarin statemen jadi thread ini tetap pada jalur-nya" berarti bahwa saya dilarang berkomentar?
Mulai rame... ::)
Ikutan menyimak aja, kasihan TS nya pasti juga ikut nonton di pinggir :P
udah sepi terlalu lama, mungkin memang udah waktunya rame kembali, tapi bukan asal rame, melainkan rame yg tertib
Dari KBBI:
ki·tab n 1 buku: -- bacaan; 2 wahyu Tuhan yg dibukukan; kitab suci: Alquran adalah -- yg harus dijadikan pedoman oleh seluruh umat Islam;
sumber: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
Kalo merujuk pada arti kedua (lihat atas), maka dalam konvensi bahasa Indonesia, Tipitaka/Tripitaka memang dapat disebut sebagai kitab suci, yaitu pedoman (suatu agama). Jadi kitab suci disini hanyalah sebutan dalam bahasa Indonesia untuk naskah yang dianggap utama dalam suatu agama yang telah dibuku-kan (bacaan).
Pada masa sekarang kata kitab suci juga tidak jarang digunakan pada konteks di luar keagamaan. Misal, Buku "Success in love" karangan Don Pedros adalah kitab suci si Anu dalam memikat wanita. Yang artinya adalah "pedoman" (yang berupa bacaan).
Dari Dhammapada:
19. (19) Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai ajaran, maka orang lengah itu, sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain. Ia tak akan memperoleh, manfaat kehidupan suci.
20. (20) Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidaktahuan, memiliki pengetahuan benar, dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun, baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh, manfaat kehidupan suci.
Apakah kata dalam naskah aslinya memang benar2 berarti "kitab suci"?, mengingat tipitaka baru di"buku"-kan setelah kurang lebih 500 tahun kemudian?
Quote from: hendrako on 21 June 2012, 10:16:00 AM
Dari KBBI:
ki·tab n 1 buku: -- bacaan; 2 wahyu Tuhan yg dibukukan; kitab suci: Alquran adalah -- yg harus dijadikan pedoman oleh seluruh umat Islam;
sumber: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
Kalo merujuk pada arti kedua (lihat atas), maka dalam konvensi bahasa Indonesia, Tipitaka/Tripitaka memang dapat disebut sebagai kitab suci, yaitu pedoman (suatu agama). Jadi kitab suci disini hanyalah sebutan dalam bahasa Indonesia untuk naskah yang dianggap utama dalam suatu agama yang telah dibuku-kan (bacaan).
Pada masa sekarang kata kitab suci juga tidak jarang digunakan pada konteks di luar keagamaan. Misal, Buku "Success in love" karangan Don Pedros adalah kitab suci si Anu dalam memikat wanita. Yang artinya adalah "pedoman" (yang berupa bacaan).
Dari Dhammapada:
19. (19) Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai ajaran, maka orang lengah itu, sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain. Ia tak akan memperoleh, manfaat kehidupan suci.
20. (20) Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidaktahuan, memiliki pengetahuan benar, dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun, baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh, manfaat kehidupan suci.
Apakah kata dalam naskah aslinya memang benar2 berarti "kitab suci"?, mengingat tipitaka baru di"buku"-kan setelah kurang lebih 500 tahun kemudian?
untuk Teks Dhammapada di atas, versi english:
-----------Versi Thanissaro
If he recites many teachings, but
— heedless man —
doesn't do what they say,
like a cowherd counting the cattle of
others,
he has no share in the contemplative life.
If he recites next to nothing
but follows the Dhamma
in line with the Dhamma;
abandoning passion,
aversion, delusion;
alert,
his mind well-released,
not clinging
either here or hereafter:
he has his share in the contemplative life.
------------------- versi Buddharakkhita
19. Much though he recites the sacred texts, but acts not accordingly, that heedless man is like a cowherd who only counts the cows of others — he does not partake of the blessings of the holy life.
20. Little though he recites the sacred texts, but puts the Teaching into practice, forsaking lust, hatred, and delusion, with true wisdom and emancipated mind, clinging to nothing of this or any other world — he indeed partakes of the blessings of a holy life.
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/dhp/index.html
Quote from: Indra on 21 June 2012, 10:24:57 AM
untuk Teks Dhammapada di atas, versi english:
-----------Versi Thanissaro
If he recites many teachings, but
— heedless man —
doesn't do what they say,
like a cowherd counting the cattle of
others,
he has no share in the contemplative life.
If he recites next to nothing
but follows the Dhamma
in line with the Dhamma;
abandoning passion,
aversion, delusion;
alert,
his mind well-released,
not clinging
either here or hereafter:
he has his share in the contemplative life.
------------------- versi Buddharakkhita
19. Much though he recites the sacred texts, but acts not accordingly, that heedless man is like a cowherd who only counts the cows of others — he does not partake of the blessings of the holy life.
20. Little though he recites the sacred texts, but puts the Teaching into practice, forsaking lust, hatred, and delusion, with true wisdom and emancipated mind, clinging to nothing of this or any other world — he indeed partakes of the blessings of a holy life.
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/dhp/index.html
Sip. Keknya artinya lebih ke "ajaran"?
Quote from: hendrako on 21 June 2012, 10:29:15 AM
Sip. Keknya artinya lebih ke "ajaran"?
sepertinya versi Indonesia itu diterjemahkan dari versi Buddharakhita dan menerjemahkan "sacred texts" sebagai "kitab suci"
Quote from: Indra on 21 June 2012, 10:34:34 AM
sepertinya versi Indonesia itu diterjemahkan dari versi Buddharakhita dan menerjemahkan "sacred texts" sebagai "kitab suci"
Keknya begitu, saya tidak terlalu ahli dalam bahasa inggris, mungkin "texts" artinya tidak hanya kalimat tertulis tapi juga kalimat lisan? hmm... tapi ada kata sacred-nya juga ya?
Musti merujuk ke bahasa pali......
At om indra apa perbedaan tipitaka dengan tripitaka? Mengapa bagi anda tipitaka meragukan dan tripitaka tidak? Mohon pencerahannya?
Back to topik apakah kitab suci boleh dibakar diduduki atau dibawah ke toilet atau juga ke tempat kotor ( tempat judi dan sebagainya) dan kalau tidak mengapa? Dan kalau boleh mengapa? Tx
Quote from: ak.agus on 21 June 2012, 10:52:04 AM
At om indra apa perbedaan tipitaka dengan tripitaka? Mengapa bagi anda tipitaka meragukan dan tripitaka tidak? Mohon pencerahannya?
Tipitaka adalah kumpulan teks Pali yg menjadi rujukan utama ajaran Theravada, sedangkan Tripitaka bukan rujukan bagi ajaran Theravada.
dari mana anda menyimpulkan bahwa saya meragukan tipitaka dan tidak meragukan tripitaka?
saya mempelajari tipitaka jadi saya berani berkomentar tentang tipitaka tapi saya tidak mempelajari tripitaka (walaupun saya ada membaca satu dua sutra), jadi tidak bisa berkomentar.
Quote
Back to topik apakah kitab suci boleh dibakar diduduki atau dibawah ke toilet atau juga ke tempat kotor ( tempat judi dan sebagainya) dan kalau tidak mengapa? Dan kalau boleh mengapa? Tx
untuk menjawab ini, kita harus memastikan bahwa kitab itu suci atau tidak. sejauh ini saya belum menemukan bukti bahwa ada kitab yg suci.
kami ndak perlu mendebat Anda sebagai member senior disini dan kami ndak mempunyai selera untuk berdebat.
ini jawaban kami:
Anda bisa cari aturan di DC ini tentang "apakah ada larangan untuk mengeluarkan statemen dan tidak boleh dipertanyakan oleh member lain?"
kalau ada, berarti tulisan yang Anda lakukan diatas sudah selayaknya dipatuhi oleh semua member.
kalau tidak ada, berarti DC forum ini memiliki kebebasan bertanya tentang suatu statemen dari member lain.
Quote from: Indra on 21 June 2012, 10:10:16 AM
ini adalah komentar terakhir kepada anda untuk thread ini, saya tidak ingin mengacaukan thread yg mungkin penting bagi TS ini. saya masih memberikan kesempatan pada anda untuk membuka thread baru jika anda merasa perlu berdebat atau "mempertanyakan" pernyataan saya. silakan ...
dan jika anda membalas postingan saya ini, tolong sekalian jawab ini:
apakah kalimat "kalau Anda tidak ingin statemen Anda dipertanyakan, Anda ndak perlu ngeluarin statemen jadi thread ini tetap pada jalur-nya" berarti bahwa saya dilarang berkomentar?
Quote from: hendrako on 21 June 2012, 10:40:13 AM
Keknya begitu, saya tidak terlalu ahli dalam bahasa inggris, mungkin "texts" artinya tidak hanya kalimat tertulis tapi juga kalimat lisan? hmm... tapi ada kata sacred-nya juga ya?
Musti merujuk ke bahasa pali......
Definition of SACRED
1
a : dedicated or set apart for the service or worship of a deity <a tree sacred to the gods>
b : devoted exclusively to one service or use (as of a person or purpose) <a fund sacred to charity>
2
a : worthy of religious veneration : holy
b : entitled to reverence and respect
3
: of or relating to religion : not secular or profane <sacred music>
4
archaic : accursed
5
a : unassailable, inviolable
b : highly valued and important <a sacred responsibility>
— sa·cred·ly adverb
— sa·cred·ness noun
teks Pali
Quote
19.
Bahumpi ce saṃhita bhāsamāno, na takkaro hoti naro pamatto;
Gopova gāvo gaṇayaṃ paresaṃ, na bhāgavā sāmaññassa hoti.
20.
Appampi ce saṃhita bhāsamāno, dhammassa hoti anudhammacārī;
Rāgañca dosañca pahāya mohaṃ, sammappajāno suvimuttacitto;
Anupādiyāno idha vā huraṃ vā, sa bhāgavā sāmaññassa hoti.
Penjelasan yg saya peroleh adalah sbb:
Quote
Explanatory Translation (Verse 19)
pamatto naro sahitaṃ bahuṃ bhāsamāno api cetakkaro na hoti paresaṃ gāvo ganayaṃ gopo ivasāmaññassa bhāgavā na hoti.
pamatto: slothful; naro: person; sahitaṃ: the Buddha'sword; bahuṃ: extensively; bhāsamāno: recites; api: though;ce: yet; takkaro: behaving accordingly; na hoti: does notbecome; paresaṃ: of others; gāvo: cattle; ganayaṃ: protecting; gopo iva: cowherd like; sāmaññassa: the renouncedlife; bhāgavā na hoti: does not partake of.
Some persons may know the word of the Buddha extensivelyand can repeat it all. But through utter neglect they live not upto it. In consequence they do not reach any religious attainments. He enjoys not the fruits of recluse life. This is exactlylike the way of life of a cowherd who looks after another's cattle. The cowherd takes the cattle to the pasture in the morning, and in the evening he brings them back to the owner'shouse. He gets only the wages.
Explanatory Translation (Verse 20)
sahitaṃ appaṃ api bhāsamāno ce dhammassaanudhammacārī hoti rāgaṃ ca dosaṃ ca mohaṃca pahāya so sammappajāno suvimuttacitto idha
vā huraṃ vā anupādiyāno sāmaññassa bhāgavā hoti.
sahitaṃ: the word of the Buddha; appaṃ api: even a little;bhāsamāno: repeating; ce: if; dhammassa: of the teaching;anudhammacārī hoti: lives in accordance with the teaching;rāgaṃ ca: passion; dosaṃ ca: ill-will; mohaṃ ca: delusion;
-----------
Practice of Dhamma, with less of recital, totally unattached, qualifies one for recluseship .
20.
Appaṃ pi ce sahitaṃ bhāsamāno
dhammassa hoti anudhammacārī
Though few the sacred texts he chants
rāgaṃ ca dosañ ca pahāya mohaṃ
in Dhamma does practice run,
sammappajāno suvimuttacitto
clear of delusion, lust and hate,
anupādiyāno idha va huraṃ vā
sa bhāgava sāmaññassa hoti. (1:20)
wisdom perfected, with heart well-freed .
pahāya: giving up; so: he; sammappajāno: possessingpenetrative understanding; suvimuttacitto: freed fromemotions; idha vā: either here; huraṃ vā: or the nextworld; anupādiyāno: not clinging to; sāmaññassa: of therenounced life; bhāgavā hoti: does partake of.
A true seeker of truth though he may speak only little of theBuddha's word. He may not be able to recite extensively fromreligious texts. But, if he belongs to the teaching of the Buddhaassiduously, lives in accordance with the teachings of theBuddha, if he has got rid of passion, ill-will and delusion, hehas well penetrated experience and is free from clinging toworldly things, he is a partaker of the life of a renunciate.
Commentary
sahitaṃ: literally this means any literature. But in this instance, thereference is specifically to the Buddhist literature. The Word of theBuddha is enshrined in the Three Baskets (pitakas). This stanza empha-sizes the fact that the mere reciting of the word of the Buddha is notgoing to make much of a difference in the religious life of a person ifthe truth-seeker is not prepared to practice what is being recited. Thefulfillment of religious life is ensured only if the person organizes hislife according to what has been said by the Buddha. The effort of theperson who merely recites the word of the Buddha is as futile as theactivity of the cowherd who takes the trouble to count others' cattlewhile the dairy products are enjoyed by someone else – the owner.The stanza refers to a person who was very much learned in the litera-ture of Buddhism, but had not practiced what was said in it.
suvimutta citto: freed from emotions. An individual who has freedhimself from clinging and grasping attains the total emotional freedom.
anupādiyāno: An individual who has ended the habit of clinging and grasping to this world and the next.
sumber: http://tipitakamyanmar2.blogspot.com/2012/01/chapter-1.html
Quote from: Indra on 21 June 2012, 07:37:14 AM
saya sendiri juga tidak percaya seluruh yg tertulis dalam tipitaka, kalau tripitaka sih lain lagi. tapi sejauh yg bisa dan sudah saya buktikan, saya tidak membantah Kebenarannya.
Mungkin salah saya yang mengartikan maksud tulisan anda ?
Quote from: ak.agus on 21 June 2012, 11:44:58 AM
Mungkin salah saya yang mengartikan maksud tulisan anda ?
ya saya pikir anda memang salah paham, di atas saya mengatakan bahwa saya tidak 100% percaya pada tipitaka, tapi saya tidak mengomentari tripitaka. lawan dari "tidak 100% percaya", bisa berarti "100% percaya" atau "100% tidak percaya".
Quote from: ryu on 20 June 2012, 12:09:04 PM
dalam budhis, kategori kitab di sebut suci bagaimana?
apakah dalam budhis ada kitab suci?
Menurut pendapat saya, disebut kitab suci bukan karena "kitab" atau bukunya yang suci, melainkan karena kitab/buku tersebut berisi ajaran-ajaran yang apabila diprakteknya dapat mengarah ke kehidupan suci.
Quote from: ak.agus on 21 June 2012, 10:52:04 AM
At om indra apa perbedaan tipitaka dengan tripitaka? Mengapa bagi anda tipitaka meragukan dan tripitaka tidak? Mohon pencerahannya?
Back to topik apakah kitab suci boleh dibakar diduduki atau dibawah ke toilet atau juga ke tempat kotor ( tempat judi dan sebagainya) dan kalau tidak mengapa? Dan kalau boleh mengapa? Tx
Kalau yang ini masalah kepantasan saja, dan seandainya ada yang melakukannya siapa yang melarang, selama kitab/buku tersebut yang bersangkutan beli sendiri... ;D ;D
_/\_
Quote from: akiong75 on 21 June 2012, 12:54:27 PM
Menurut pendapat saya, disebut kitab suci bukan karena "kitab" atau bukunya yang suci, melainkan karena kitab/buku tersebut berisi ajaran-ajaran yang apabila diprakteknya dapat mengarah ke kehidupan suci. Kalau yang ini masalah kepantasan saja, dan seandainya ada yang melakukannya siapa yang melarang, selama kitab/buku tersebut yang bersangkutan beli sendiri... ;D ;D
_/\_
bagaimana cara memilah atau menilai buku suci dalam agama budha?
Quote from: akiong75 on 21 June 2012, 12:54:27 PM
Menurut pendapat saya, disebut kitab suci bukan karena "kitab" atau bukunya yang suci, melainkan karena kitab/buku tersebut berisi ajaran-ajaran yang apabila diprakteknya dapat mengarah ke kehidupan suci.
Kalau yang ini masalah kepantasan saja, dan seandainya ada yang melakukannya siapa yang melarang, selama kitab/buku tersebut yang bersangkutan beli sendiri... ;D ;D
_/\_
setuju... ini adalah jawaban yg sangat baik sekali.
Quote from: Indra on 21 June 2012, 01:07:13 PM
setuju... ini adalah jawaban yg sangat baik sekali.
kenape kaga jawab kek diatas atuh :hammer:
Quote from: ryu on 21 June 2012, 01:09:58 PM
kenape kaga jawab kek diatas atuh :hammer:
petunjuknya ada di dalam kitab itu, bukankah sudah dijawab bahwa disebut kitab suci adalah " berisi ajaran-ajaran yang apabila diprakteknya dapat mengarah ke kehidupan suci." buktikanlah sendiri
Quote from: akiong75 on 21 June 2012, 12:54:27 PM
Menurut pendapat saya, disebut kitab suci bukan karena "kitab" atau bukunya yang suci, melainkan karena kitab/buku tersebut berisi ajaran-ajaran yang apabila diprakteknya dapat mengarah ke kehidupan suci.
_/\_
kesimpulannya berarti kitab 'tetangga' tidak berisi ajaran yang bisa membawa atau membimbing mahluk utk menjadi mahluk suci, maka tidak bisa disebut kitab suci.
Quote from: adi lim on 22 June 2012, 05:05:39 AM
kesimpulannya berarti kitab 'tetangga' tidak berisi ajaran yang bisa membawa atau membimbing mahluk utk menjadi mahluk suci, maka tidak bisa disebut kitab suci.
Kesimpulannya berarti Bro Adi Lim sudah mempelajari isi "kitab suci" tetangga dan sudah menjalankannya tetapi belum/tidak bisa mengarahkan bro ke kehidupan suci?
_/\_