jika suatu hari kita punya niat untuk mendanakan makanan kepada para Bhikkhu(mengikuti acara pindapatta), masakan telah kita siapkan dan segera kita bawa ke vihara,namun saat ditengah jalan kita melihat beberapa pengemis mengais2 sisa makanan dari suatu tempat sampah, apakah kita akan tergerak memberi makanan itu untuk pengemis atau tetap kita danakan kepada anggota sangha ? kesempatan cuma sekali, kalau kita pulang acara akan segera berakhir,..akan kalian berikan kepada siapa ??
bagi lor...secukupnya untuk pengemis yang kelaparan itu, sisanya untuk dana ke bhikhhu, soalnya kalau mau dana untuk bhikkhu kan nggak mungkin jatahnya pas-pisan untuk 1 orang saja
Kalo teory-nya si ngasih ke pengemis..
Kalo prakteknya belum pernah ngasih makanan ke bhikkhu ;D
Btw,dalam perjalanan kevihara,biasanya melewati beberapa lampu lalu-lintas(baca;lampu merah)..
Nah pasti berpapasan dengan pengemis/pengamen yg meminta-minta,biasanya kakao bagaimana?
kasih kepengemis sepertinya lalu kalo buat pindapata bisa beli lagi kan ga harus sayur mateng kalo dana buat bhante, bisa buah
kasus di atas tidak realistis, pada kenyataannya dalam hal berdana tidak ada yg disebut kesempatan hanya satu kali. kecuali anda yakin sekali pasti mati setelah berdana atau para bhikkhu akan punah besok.
ada beberapa cara yg bisa saya lakukan, kasih uang kepada pengemis, dan setelah itu lanjutkan perjalanan ke vihara untuk berdana makanan. atau kalau saya tidak punya uang lagi, danakan makanan kepada pengemis, dan bersiap2 untuk dana Sangha besoknya.
setuju sama om indra kasikan saja uang.. kalo ga ya kalo saya ke sangha aja kan dah niat ke sana.
Quote from: dewi_go on 26 April 2011, 06:49:39 PM
kasih kepengemis sepertinya lalu kalo buat pindapata bisa beli lagi kan ga harus sayur mateng kalo dana buat bhante, bisa buah
Quote from: Indra on 26 April 2011, 06:56:00 PM
kasus di atas tidak realistis, pada kenyataannya dalam hal berdana tidak ada yg disebut kesempatan hanya satu kali. kecuali anda yakin sekali pasti mati setelah berdana atau para bhikkhu akan punah besok.
ada beberapa cara yg bisa saya lakukan, kasih uang kepada pengemis, dan setelah itu lanjutkan perjalanan ke vihara untuk berdana makanan. atau kalau saya tidak punya uang lagi, danakan makanan kepada pengemis, dan bersiap2 untuk dana Sangha besoknya.
setuju nih, bagi saya berdana adalah berbagi kebahagiaan pada yang lain.. saya akan lebih berbahagia jika melihat si pengemis bisa menikmati makanan yang layak.. :)
Untuk pindapata, memang merupakan lahan untuk melakukan karma baik akan tetapi saya akan merasa tidak sreg jika dalam kondisi saya melihat pengemis yang kelaparan tp saya tetap melakukan pindapata.. Karena menurut saya, dengan saya tidak pindapata hari itu, pasti ada yang umat lain kan yg melakukan pindapata.. Dan kemungkinan Sangha kelaparan kan kecil sekali dgn berdasarkan perbandingan jumlah umat dgn Sangha.. dgn berpikir logika dan realistis ya.. :)
Intinya bagi saya adalah bagaimana kita dapat berpikir dan berbuat secara bijaksana sesuai dgn ajaran Sang Buddha.. :) _/\_
Quote from: kakao on 26 April 2011, 04:51:35 PM
jika suatu hari kita punya niat untuk mendanakan makanan kepada para Bhikkhu(mengikuti acara pindapatta), masakan telah kita siapkan dan segera kita bawa ke vihara,namun saat ditengah jalan kita melihat beberapa pengemis mengais2 sisa makanan dari suatu tempat sampah, apakah kita akan tergerak memberi makanan itu untuk pengemis atau tetap kita danakan kepada anggota sangha ? kesempatan cuma sekali, kalau kita pulang acara akan segera berakhir,..akan kalian berikan kepada siapa ??
1. belum tentu beberapa pengais2 sampah tersebut adalah pengemis, bisa jadi pemulung. (kl kita kasi makanan tanpa bertanya bisa2 lsg di marahin) wkwwkkw
2. kl memang pengemis, belum tentu dia suka dengan makanan kita, bisa saja memang makanan di tempat sampah tersebut yang lebih di sukai nya. wkwkwkkw
3. kasus nya kurang menarik/real
karena kasus nya terasa agak janggal maka gua coba jawab dengan kreatifitas ku.
pertama2 saya akan kasi uang Rp10.000 ke pemulung/pengemis (apapun asli nya mereka itu), karena ternyata mereka semua pengemis maka timbul suatu ide.. saya menawarkan kepada mereka untuk ikut acara pindapata dengan ku dan akan ku beri imbalan Rp.100k perorang(anggap aj gua orang kaya) ternyata mereka setuju,
sesampainya di acara, mereka terkesan dengan kemudahan mendapat makanan yg di peroleh para bhante, maka timbul dalam diri mereka keinginan menjadi bhante saja biar gak sudah dapat makan, tetapi aku memberitahu mereka kalau bhante hanya boleh makan sekali sehari. Mereka bilang "gak masalah, kita biasa makan sekali dalam 3 hari".
maka semua pun berlanjut fast foward, mereka menjadi bhante, makan teratur dan mengenal dhamma. tanpa di sangka mereka begitu tergugah dengan ajaran dhamma.
maka mereka terus berlatih dan akhir nya setelah 7 tahun berlatih tanpa menyiksa diri mereka merealisasikan pencerahan.. dan aku tetap memberi pindapata kepada mereka setiap saat aku bisa. dan mereka terus menjadi pembimbing ku.
demikanlah cerita ini bermulai, dari niat ku membawa mereka ke acara pindapata ;D ;D ;D
namun tiba2 orang disamping ku menepuk bahu ku dan berkata "bpk, jgn ngelamun aja, bhantenya uda dekat tuh"
Quote from: kakao on 26 April 2011, 04:51:35 PM
jika suatu hari kita punya niat untuk mendanakan makanan kepada para Bhikkhu(mengikuti acara pindapatta), masakan telah kita siapkan dan segera kita bawa ke vihara,namun saat ditengah jalan kita melihat beberapa pengemis mengais2 sisa makanan dari suatu tempat sampah, apakah kita akan tergerak memberi makanan itu untuk pengemis atau tetap kita danakan kepada anggota sangha ? kesempatan cuma sekali, kalau kita pulang acara akan segera berakhir,..akan kalian berikan kepada siapa ??
Jika kita percaya kejadian tersebut bisa terjadi, ya siapkan saja makanan untuk pengemis juga. Jadi jika kita mempersiapkan 10 buah nasi bungkus untuk pindapatta, maka tambahkan 1 buah untuk jaga-jaga kalau ada pengemis.
Jika nanti tidak ada pengemisnya, ya kita makan saja sendiri. ;)
apakah memberi kepada Sangha yg sudah tinggi tingkatan batinnya meski yg sudah byk yg memberi karma baiknya tetap lebih baik dibanding memberi pengemis yg kelaparan dan lebih membutuhkan?
Quote from: M14ka on 27 April 2011, 11:41:41 AM
apakah memberi kepada Sangha yg sudah tinggi tingkatan batinnya meski yg sudah byk yg memberi karma baiknya tetap lebih baik dibanding memberi pengemis yg kelaparan dan lebih membutuhkan?
mungkin niat ketika berdana lebih pengaruh terhadap karma nya, bukan kepada siapa.
Quote from: kuswanto on 27 April 2011, 11:50:20 AM
mungkin niat ketika berdana lebih pengaruh terhadap karma nya, bukan kepada siapa.
nah kalau menghitung karma, berdana yang tertinggi adalah kepada anggota sanghakan??
Quote from: kakao on 27 April 2011, 12:57:13 PM
nah kalau menghitung karma, berdana yang tertinggi adalah kepada anggota sanghakan??
Kalo menghitung (jumlah) karma, jumlahnya tetap lebih banyak ngasi ke-dua2nya daripada cuma ngasi satu, walaupun yg satu "cuan"-nya dikit tetep aja jadi lebih banyak. ;D
Quote from: hendrako on 27 April 2011, 01:26:29 PM
Kalo menghitung (jumlah) karma, jumlahnya tetap lebih banyak ngasi ke-dua2nya daripada cuma ngasi satu, walaupun yg satu "cuan"-nya dikit tetep aja jadi lebih banyak. ;D
wkwwkkwwkkw ente pasti org medan,.pake cuan2 segala wkwkwwkkwwk,.=)) ane orang tanglang,..salam kenal bro
Quote from: kakao on 27 April 2011, 01:47:38 PM
wkwwkkwwkkw ente pasti org medan,.pake cuan2 segala wkwkwwkkwwk,.=)) ane orang tanglang,..salam kenal bro
Ane dari Kalimantan bro, tapi pake cuan2an juga ;D.... Salam kenal. 8)
Quote from: kakao on 27 April 2011, 12:57:13 PM
nah kalau menghitung karma, berdana yang tertinggi adalah kepada anggota sanghakan??
wa em cai Y_Y
Kalau boleh ane berkomentar, bukannya lebih baik ngasi yang membutuhkan yaitu pengemis itu? sebab nya,bukannya menghina ya, tapi para bhikku kan bs dpt dari orang lain sedangkan pengemis itu belum tentu ada yang memberikan ke dy... Lebih baik si kasih ke pengemis yang membutuhkan, tapi jikalau situ mau menyumbang lagi untuk para bhikku, kasih lagi besoknya atau sorenya... Bilang tadinya qt mau kasi cm lbh kasihan melihat pengemis tidak ada yang memberikan, semestinya si gapapa...
Gt si menrut ane, mohon maaf bila salah2 kata ya :P
kalau menanam benih, lebih baik di ladang yang subur atau yang kering kerontang?
secara pemahaman umumnya, makhluk hidup dinilai dari kebijaksanaan, moralitas, dan juga nilai-nilai lain. makanya umat buddha beranggapan lebih baik memberi kepada bhikkhu sangha, karena dinilai ladang yang tepat dan akan memberikan hasil yang lebih baik.
umat buddha menganut prinsip sebab akibat, bila berdana maka akan membawa akibat yang baik pula. tetapi dana tersebut dipengaruhi banyak faktor, antara lain niat pada sebelum,saat berdana, setelah berdana. kualitas dana, dan juga penerima turut mempengaruhi.
celakanya banyak umat lebih mementingkan hasil, tanpa menyadari niat pada saat berdana itu pun penting, bukan hanya penerima dana saja.
Quote from: kakao on 26 April 2011, 04:51:35 PM
jika suatu hari kita punya niat untuk mendanakan makanan kepada para Bhikkhu(mengikuti acara pindapatta), masakan telah kita siapkan dan segera kita bawa ke vihara,namun saat ditengah jalan kita melihat beberapa pengemis mengais2 sisa makanan dari suatu tempat sampah, apakah kita akan tergerak memberi makanan itu untuk pengemis atau tetap kita danakan kepada anggota sangha ? kesempatan cuma sekali, kalau kita pulang acara akan segera berakhir,..akan kalian berikan kepada siapa ??
Mohon berikan fakta berapa sering dan udah berapa tahun pengemis tsb mengais2 makanan di tempat sampah sana ?
Apakah kalau sampahnya Mc D, ya cukup enak juga tohhh! ada yg udah pernah nyoba mengais-ngais yg gratisan tsb ? pilihan lain juga bisa ngais di KFC ya!
coba johan cerita, udah berapa restoran fast food yang dioprek-oprek tempat sampahnya?
mohon jawab yang jujur ya.
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 27 April 2011, 10:24:49 PM
coba johan cerita, udah berapa restoran fast food yang dioprek-oprek tempat sampahnya?
mohon jawab yang jujur ya.
gw pernah "borong/minta" tulang2 nya "ayam goreng colonel" sekantong plastik besar, mantep banget bro.... tapi yg senang anjing gw...hahahaaa
kapan2 kita boleh nyoba bersama dehhh
terus dicoba dulu gak sama johan?
kalau aye sih gak doyan tulang.
Quote from: M14ka on 27 April 2011, 11:41:41 AM
apakah memberi kepada Sangha yg sudah tinggi tingkatan batinnya meski yg sudah byk yg memberi karma baiknya tetap lebih baik dibanding memberi pengemis yg kelaparan dan lebih membutuhkan?
tapi harus liat2 juga lho cici, ada pengemis yang keliatannya susah sekali tapi.... rumahnya bagus banget di daerah, ada pengemis yang berpura2 kelaparan ternyata makan dia enak2 kalo habis pulang ngemis .
ada pengemis anak / bayi yang memang benar2 harus dikasihani , tapi ternyata dia dimanfaatkan oleh oknum tertentu .
[at] kk wang kok pgl cici biasa kan dd? Haha... :P Gmn cr membedakan y pengemis yg bnran ama yg ga?
keliatan kok dd yen yen ;D
kita bsia melihat sekeliling kita, jika pengemis membawa bayi, belum tentu itu bayinya. dari umur (liat wajahnya tua atau muda) si pembawa juga bisa buat patokan. untuk anak2 biasanya ada ibu2 yg mengawasi bahkan preman .
pernah saya mengalami bertemu pengemis kecil, dia minta uang lalu saya iseng tanya ke dia uang buat apa ? , "uang untuk makan" kata si pengemis. terus saya tanya, kenapa mengemis ? dia menjawab di suruh, sambil matanya menengok ke arah seberang jalan seakan menunjukan bahwa si penyuruh sedang mengawasi dia . akhirnya saya lebih memilih mengajak makan dia daripada memberikan uang .
Quote from: wang ai lie on 27 April 2011, 11:12:18 PM
keliatan kok dd yen yen ;D
kita bsia melihat sekeliling kita, jika pengemis membawa bayi, belum tentu itu bayinya. dari umur (liat wajahnya tua atau muda) si pembawa juga bisa buat patokan. untuk anak2 biasanya ada ibu2 yg mengawasi bahkan preman .
pernah saya mengalami bertemu pengemis kecil, dia minta uang lalu saya iseng tanya ke dia uang buat apa ? , "uang untuk makan" kata si pengemis. terus saya tanya, kenapa mengemis ? dia menjawab di suruh, sambil matanya menengok ke arah seberang jalan seakan menunjukan bahwa si penyuruh sedang mengawasi dia . akhirnya saya lebih memilih mengajak makan dia daripada memberikan uang .
berarti anda setuju rencana pemerintah memberi pengemis dihukum negara,..bukankah syarat berdana itu harus iklhas, nggak usah dingat, dan nggak peduli lagi kemana dana yang kita berikan ? bagaikan kita membuang air seni,..jangan diikuti kemana perginya pelepasan air seni itu....=))wkwwkkkwkwk kakao-kakao,.tumben lo bener ngomong agak mendingan =))
Quote from: kakao on 28 April 2011, 08:00:02 AM
berarti anda setuju rencana pemerintah memberi pengemis dihukum negara,..bukankah syarat berdana itu harus iklhas, nggak usah dingat, dan nggak peduli lagi kemana dana yang kita berikan ? bagaikan kita membuang air seni,..jangan diikuti kemana perginya pelepasan air seni itu....=))wkwwkkkwkwk kakao-kakao,.tumben lo bener ngomong agak mendingan =))
jika seseorang yg anda tau adalah seorang pemabuk datang kepada anda dan meminta uang untuk membeli minuman, apakah anda juga akan memberikan? gak peduli kemana dana yg diberikan?
Quote from: Indra on 28 April 2011, 08:14:56 AM
jika seseorang yg anda tau adalah seorang pemabuk datang kepada anda dan meminta uang untuk membeli minuman, apakah anda juga akan memberikan? gak peduli kemana dana yg diberikan?
kalau kala itu dia datang dg alasan untuk membeli minuman keras, dg tegas saya akan menolak memberikan, tapi jika dia berbohong pada saya tentang anaknya yang tak punya biaya, saya akan beri, walaupun saya kelak belakangan tahu bahwa uang pemberian saya dibelikan minuman keras, toh saya sdh tdk membawa lagi kemelekatan terhadap uang yang telah saya berikan...tapi untuk kedua kalinya saya akan lebih langsung menemui anaknya dan memberikan bantuan lagsung pada anaknya tersebut. ;D gitu kali ya =))
Quote from: kakao on 28 April 2011, 08:45:58 AM
kalau kala itu dia datang dg alasan untuk membeli minuman keras, dg tegas saya akan menolak memberikan, tapi jika dia berbohong pada saya tentang anaknya yang tak punya biaya, saya akan beri, walaupun saya kelak belakangan tahu bahwa uang pemberian saya dibelikan minuman keras, toh saya sdh tdk membawa lagi kemelekatan terhadap uang yang telah saya berikan...tapi untuk kedua kalinya saya akan lebih langsung menemui anaknya dan memberikan bantuan lagsung pada anaknya tersebut. ;D gitu kali ya =))
kenapa anda harus membedakan antara "membeli minuman keras" dan "anaknya tidak punya biaya"?pernyataan anda yg ini bertentangan dengan pernyataan anda sebelumnya "gak peduli kemana dana yg diberikan", jadi yg manakah yg benar?
back to topic.
dana makan buat bhikku yah buat bhikku, wa tdk percaya di dompet tidak ada uang sama sekali bisa kan didanakan kalau tdk mau bisa beli nasi padang/ warteg kan banyak di mana mana.
Quote from: Indra on 28 April 2011, 09:00:49 AM
kenapa anda harus membedakan antara "membeli minuman keras" dan "anaknya tidak punya biaya"?pernyataan anda yg ini bertentangan dengan pernyataan anda sebelumnya "gak peduli kemana dana yg diberikan", jadi yg manakah yg benar?
disinilah kesadaran manusia di pergunakan, juga kebijaksanaan dimainkan, jika anda sdh tau untuk pertama kali uang anda ditipu(jika anda seorang yang tdk melekat its ok tak ada dendam atau uneg2.) untuk membeli minuman keras, anda sama saja membantu seseorang untuk lebih melanggar sila kelima, sebenarnya sih it's ok dalam kehidupan sila dibuat juga untuk menjadikan manusia lebih baik, dilanggar juga boleh, namun logikanya anda sadar, anda donaturin org kayak gini, trus anda sdh memiliki cetana(niat) niat anda berarti sama dg menganjurkan orang itu menjadi pecandu alkohol, beda dg halnya anda sdh tdk lagi diharuskan membantu seseorang pemabuk itu, misal anda membantu hari ini, trus dikemudian hari anda nggak ketemu dia lagi, atau anda menghilang, itu beda kontensnya,tapi jika ada masih ada pertemuan dg pemabuk itu dg ketidak mungkinan anda akan ditemuinya lagi olehnya, nah saat itu anda "sadar" kenama larinya dana pertama anda itu, bukankah dalam agama buddha menerapkan kesadaran dan kebijaksanaan dalam bertindak? kesadaran anda menganjurkan untuk membantu, namun harus tetap, kebijaksanaan bermain serta, anda tetap bantu, dan menganalisa kejadian sebenarnya, dan anda sadar anda langsung membantu yang benar2 dibutuhkannya,..wkwwkkkwwkwkw =)) kwkwkwwkk serius amat,.kakao aj masih cetek dhammanya,..udah belagu posting2 yang nggak2,..wkwkwkwk=))
Quote from: kakao on 28 April 2011, 09:29:24 AM
disinilah kesadaran manusia di pergunakan, juga kebijaksanaan dimainkan, jika anda sdh tau untuk pertama kali uang anda ditipu(jika anda seorang yang tdk melekat its ok tak ada dendam atau uneg2.) untuk membeli minuman keras, anda sama saja membantu seseorang untuk lebih melanggar sila kelima, sebenarnya sih it's ok dalam kehidupan sila dibuat juga untuk menjadikan manusia lebih baik, dilanggar juga boleh, namun logikanya anda sadar, anda donaturin org kayak gini, trus anda sdh memiliki cetana(niat) niat anda berarti sama dg menganjurkan orang itu menjadi pecandu alkohol, beda dg halnya anda sdh tdk lagi diharuskan membantu seseorang pemabuk itu, misal anda membantu hari ini, trus dikemudian hari anda nggak ketemu dia lagi, atau anda menghilang, itu beda kontensnya,tapi jika ada masih ada pertemuan dg pemabuk itu dg ketidak mungkinan anda akan ditemuinya lagi olehnya, nah saat itu anda "sadar" kenama larinya dana pertama anda itu, bukankah dalam agama buddha menerapkan kesadaran dan kebijaksanaan dalam bertindak? kesadaran anda menganjurkan untuk membantu, namun harus tetap, kebijaksanaan bermain serta, anda tetap bantu, dan menganalisa kejadian sebenarnya, dan anda sadar anda langsung membantu yang benar2 dibutuhkannya,..wkwwkkkwwkwkw =)) kwkwkwwkk serius amat,.kakao aj masih cetek dhammanya,..udah belagu posting2 yang nggak2,..wkwkwkwk=))
jadi sekarang muncul si kebijaksanaan dan kesadaran? bagaimana dengan si "gak peduli kemana dana diberikan"?
Quote from: Indra on 28 April 2011, 09:34:11 AM
jadi sekarang muncul si kebijaksanaan dan kesadaran? bagaimana dengan si "gak peduli kemana dana diberikan"?
betul, bagus sekali pertanyaannya,.."si nggak peduli kemana dana diberikan" jika kita mengikuti aliran dana kita, pahala kita adalah nol, bodhidarma diundang raja dan ditanya, saya banyak membangun pagoda, tempat2 ibadah, berapakah kira2 pahala saya? " bodhidarma menjawan nol, tak ada pahala2an,..demikianlah orang melepas namun masih mempertanyakan kemana? untuk apa? kadang kehidupan dan karma itu bekerja aneh dan nggak sejalan dg pemikiran kita umumnya, misal anda dana kepada semua orang u akan mendapat predikat dimata org yang melihat "si enggak pedulikemana dana diberikan"namun suatu saat u merasa kurang senang, misalnya aaarggg, bhikkhu itu setelah kaya melepaskan jubahnya, hartaku sdh banyak sama dia, dll,..kesal, jengkel, dll, dan u nggak melihat mengapa saya mengalami ini? dalam agama buddha nggak ada yang namanya kebetulan, dalam agama buddha mengenal aku berhubungan dg karmaku sendiri, terlindung oleh karmaku sendiri, baik atau buruk yang kuperoleh itulah karmaku sendiri, bukankah lebih baik anda memutus dg tdk membalasnya? karma sibhikkhu itu tetap akan berlanjut dikehidupan ini atau kehidupan berikut, tapi kehidupan anda sdh berakhir karena anda "singgak peduli kemana dana diberikan"...
kebijaksanaan dan kesadaran ituadalah buddha sesungguhnya _/\_
pusing baca reply comment nya kakao,, no offense ^:)^ ^:)^ Y_Y
Quote from: kakao on 28 April 2011, 10:10:11 AM
betul, bagus sekali pertanyaannya,.."si nggak peduli kemana dana diberikan" jika kita mengikuti aliran dana kita, pahala kita adalah nol, bodhidarma diundang raja dan ditanya, saya banyak membangun pagoda, tempat2 ibadah, berapakah kira2 pahala saya? " bodhidarma menjawan nol, tak ada pahala2an,..demikianlah orang melepas namun masih mempertanyakan kemana? untuk apa? kadang kehidupan dan karma itu bekerja aneh dan nggak sejalan dg pemikiran kita umumnya, misal anda dana kepada semua orang u akan mendapat predikat dimata org yang melihat "si enggak pedulikemana dana diberikan"namun suatu saat u merasa kurang senang, misalnya aaarggg, bhikkhu itu setelah kaya melepaskan jubahnya, hartaku sdh banyak sama dia, dll,..kesal, jengkel, dll, dan u nggak melihat mengapa saya mengalami ini? dalam agama buddha nggak ada yang namanya kebetulan, dalam agama buddha mengenal aku berhubungan dg karmaku sendiri, terlindung oleh karmaku sendiri, baik atau buruk yang kuperoleh itulah karmaku sendiri, bukankah lebih baik anda memutus dg tdk membalasnya? karma sibhikkhu itu tetap akan berlanjut dikehidupan ini atau kehidupan berikut, tapi kehidupan anda sdh berakhir karena anda "singgak peduli kemana dana diberikan"...
kebijaksanaan dan kesadaran ituadalah buddha sesungguhnya _/\_
bisakah anda memberikan jawaban yg singkat tanpa harus membingungkan pembaca dengan tulisan anda yg luar biasa panjang?
saya ulangi, mohon dijawab dengan singkat, anda mengatakan ketika berdana hendaknya bersikap "gak peduli kemana dana diberikan" tetapi ketika seorang pemabuk datang meminta uang untuk membeli minuman anda akan menolaknya yg mana ternyata anda peduli kemana dana yg diberikan, di sini anda menggunakan dalih kebijaksanaan dan kesadaran. apakah kebijaksanaan dan kesadaran ini tidak boleh diterapkan pada pengemis?
Quote from: kuswanto on 28 April 2011, 10:16:09 AM
pusing baca reply comment nya kakao,, no offense ^:)^ ^:)^ Y_Y
setuju nig
bro kakao bisa tolong dibuat paragraf gitu?
misal setiap 5-6 baris 1 baris kosong
saya sebenarnya pengen baca isi posting bro kakao
tapi mata saya pusing liat 15 baris nyambung semua
Quote from: kuswanto on 28 April 2011, 10:16:09 AM
pusing baca reply comment nya kakao,, no offense ^:)^ ^:)^ Y_Y
Quote from: bluppy on 28 April 2011, 10:33:51 AM
setuju nig
bro kakao bisa tolong dibuat paragraf gitu?
misal setiap 5-6 baris 1 baris kosong
saya sebenarnya pengen baca isi posting bro kakao
tapi mata saya pusing liat 15 baris nyambung semua
saya bukan pusing baca tulisannya,
tapi sudut pandang bro kakao.. berubah2 gt jadi bingung sendiri saya huehue.
Quote from: Indra on 28 April 2011, 10:18:16 AM
bisakah anda memberikan jawaban yg singkat tanpa harus membingungkan pembaca dengan tulisan anda yg luar biasa panjang?
saya ulangi, mohon dijawab dengan singkat, anda mengatakan ketika berdana hendaknya bersikap "gak peduli kemana dana diberikan" tetapi ketika seorang pemabuk datang meminta uang untuk membeli minuman anda akan menolaknya yg mana ternyata anda peduli kemana dana yg diberikan, di sini anda menggunakan dalih kebijaksanaan dan kesadaran. apakah kebijaksanaan dan kesadaran ini tidak boleh diterapkan pada pengemis?
saya jawab dg singkat, sipemberi dana hendaknya enggak peduli kemana dana diberikan, karena melatih dirinya menjadi org yang tidak melekat berarti anda sdh melangkah setahap kearah yang lebih baik, soal sipemabuk meminta uang utk membeli minuman saya akan menolaknya karena saya sendiri bukan seorang peminum itu bukan dana, juga karena hati nggak rela syarat dana kan ketika akan melepas bahagia, disaat melepas jga bahagia, dan setelah melepas juga bahagia, jika tidak memenuhi kriteria itu, bukan dikatakan dana, tapi upeti(keharusan membayar sesuatu).
Quote from: kuswanto on 28 April 2011, 10:37:35 AM
saya bukan pusing baca tulisannya,
tapi sudut pandang bro kakao.. berubah2 gt jadi bingung sendiri saya huehue.
nggak usah dibaca bro,.kakao dhammanya cetek nanti akan menyesatkan u,..=))..kakao kan bukan anak sekolahan yang tinggi2,..cuma kakao tau,.yang mana yang baik dan yang mana yang tidak baik..
Quote from: kakao on 28 April 2011, 10:41:13 AM
saya jawab dg singkat, sipemberi dana hendaknya enggak peduli kemana dana diberikan, karena melatih dirinya menjadi org yang tidak melekat berarti anda sdh melangkah setahap kearah yang lebih baik, soal sipemabuk meminta uang utk membeli minuman saya akan menolaknya karena saya sendiri bukan seorang peminum itu bukan dana, juga karena hati nggak rela syarat dana kan ketika akan melepas bahagia, disaat melepas jga bahagia, dan setelah melepas juga bahagia, jika tidak memenuhi kriteria itu, bukan dikatakan dana, tapi upeti(keharusan membayar sesuatu).
kalao pemberi dana gak peduli, kenapa mempermasalahkan uangnya untuk membeli minuman? jadi peduli atau gak peduli nih?
jadi apa definisi dana menurut anda? syarat dana awalnya menurut anda adalah "gak peduli kemana dana diberikan" tapi dlam posting terakhir ini, sptnya anda menambahkan syarat baru lagi.
Quote from: kakao on 26 April 2011, 04:51:35 PM
jika suatu hari kita punya niat untuk mendanakan makanan kepada para Bhikkhu(mengikuti acara pindapatta), masakan telah kita siapkan dan segera kita bawa ke vihara,namun saat ditengah jalan kita melihat beberapa pengemis mengais2 sisa makanan dari suatu tempat sampah, apakah kita akan tergerak memberi makanan itu untuk pengemis atau tetap kita danakan kepada anggota sangha ? kesempatan cuma sekali, kalau kita pulang acara akan segera berakhir,..akan kalian berikan kepada siapa ??
klo aku aku kasih buat Bhikkhu
pertibangannya.. tujuan bhikkhu lebih suci (klo di salah gunakan..bukan urusan ku) dari pada si pengemis
Quote from: kakao on 28 April 2011, 10:44:25 AM
nggak usah dibaca bro,.kakao dhammanya cetek nanti akan menyesatkan u,..=))..kakao kan bukan anak sekolahan yang tinggi2,..cuma kakao tau,.yang mana yang baik dan yang mana yang tidak baik..
jangan khawatir, Bro. di forum ini kita tidak mempermasalahkan peringkat akademis atau pengetahuan dhamma. etika forum lah yg berkuasa di sini
kebijaksanaannya standar ganda, demikian pula melatih dirinya.
Quote from: kakao on 28 April 2011, 10:44:25 AM
nggak usah dibaca bro,.kakao dhammanya cetek nanti akan menyesatkan u,..=))..kakao kan bukan anak sekolahan yang tinggi2,..cuma kakao tau,.yang mana yang baik dan yang mana yang tidak baik..
semoga yg aku bold itu benar
semoga perkataan anda juga benar
Quote from: kakao on 28 April 2011, 10:41:13 AM
saya jawab dg singkat, sipemberi dana hendaknya enggak peduli kemana dana diberikan, karena melatih dirinya menjadi org yang tidak melekat berarti anda sdh melangkah setahap kearah yang lebih baik, soal sipemabuk meminta uang utk membeli minuman saya akan menolaknya karena saya sendiri bukan seorang peminum itu bukan dana, juga karena hati nggak rela syarat dana kan ketika akan melepas bahagia, disaat melepas jga bahagia, dan setelah melepas juga bahagia, jika tidak memenuhi kriteria itu, bukan dikatakan dana, tapi upeti(keharusan membayar sesuatu).
berarti memberikan dana sebaiknya jgn dengan preferensi/memilih kemana dana ini akan di berikan yah? dlm kasus pengemis n pindapatta sangha, berarti siapapun yg diberikan terlepas dari siapa yg lebih membutuhkan tidaklah terlalu berarti karena yg penting adalah pelatihan mental kita terhadap pelepasan tsb..
so jika dari awal niat kita adalah memasak makanan ini untuk berdana dalam acara pindapatta sangha, maka seharusnya kita tidak terlalu peduli dgn pengemis yg kita liat, toh setelah pindapatta kalau kita masih mau berdana bisa mencari pengemis itu lagi. ketika kita beralih dari tujuan awal kita dan memilih pengemis maka preferensi telah kita lakukan, begitu yah?
Quote from: kakao on 28 April 2011, 10:44:25 AM
nggak usah dibaca bro,.kakao dhammanya cetek nanti akan menyesatkan u,..=))..kakao kan bukan anak sekolahan yang tinggi2,..cuma kakao tau,.yang mana yang baik dan yang mana yang tidak baik..
justru posting2 seperti anda yg harus benar2 dibaca, i mean seriously.
saya menganggap anda sedari awal tidak bertujuan membuat posting yg dengan niat sengaja ingin menyesatkan orang, maka saya pun tidak pernah berpikir ke arah sana. kita sama2 belajar, pun saya juga pengetahuannya dhamma nya belum sangat luas maka perlu terus belajar.
untuk yg di bold saya rasa agak bahaya, karena manusia memang cenderung untuk "merasa dirinya tahu yg benar dan yg salah seperti apa" saya udah byk pengalaman dimana saya merasa sudah 100% benar dalam suatu tindakan atau pandangan ternyata salah total.. ada baiknya kita tetap belajar dan berusaha sampai kita sudah tiba di tahap "asekha" [wahhahhahah sok2 jago dikit make bahasa pali :P ]
Quote from: kakao on 28 April 2011, 08:00:02 AM
berarti anda setuju rencana pemerintah memberi pengemis dihukum negara,..bukankah syarat berdana itu harus iklhas, nggak usah dingat, dan nggak peduli lagi kemana dana yang kita berikan ? bagaikan kita membuang air seni,..jangan diikuti kemana perginya pelepasan air seni itu....=))wkwwkkkwkwk kakao-kakao,.tumben lo bener ngomong agak mendingan =))
dari sudut mana anda memandang saya setuju dengan pemerintah untuk menghukum pengemis? betul berdana harus iklas tapi tujuan kemana dana itu setidaknya harus anda ketahui. jika anda memberi pengemis anak2 tapi kenyataannya anak tersebut tidak menikmati , apa anda tetap akan memberi ? kenyataannya si anak kelaparan , apakah disalahkan jika kita tidak memberi uang tapi berupa makanan yang dapat di nikmati oleh anak tersebut?.
dari kata2 anda di posting dari mulai posting sampai akhir , setiap postingan anda tidak tidak sesuai dengan topik / judul postingan , jika memang memberi dana kasus menarik , dari sudut mana anda mempermasalahkan berdana yg iklas dan tidak?
saya setuju dengan bro indra, jika memang harus tidak melihat ke arah mana dana di berikan, kenapa anda tidak memberi pemabuk yang meminta uang untuk beli minuman keras, bukankah berdana (menurut versi anda) harus iklas?
_/\_
untuk yg di bold , bagaimana kalau kencingnya sampai di celana , masa gak di ikuti bro ... :)
Quote from: kakao on 28 April 2011, 10:44:25 AM
nggak usah dibaca bro,.kakao dhammanya cetek nanti akan menyesatkan u,..=))..kakao kan bukan anak sekolahan yang tinggi2,..cuma kakao tau,.yang mana yang baik dan yang mana yang tidak baik..
saya aja masih belum bisa membedakan mana yang baik dan yang tidak baik, bukankah anda mempunyai pengetahuan dhamma yang tinggi jika sudah dapat membedakan 2 pengertian tersebut _/\_
berkata benar belum tentu itu benar, berbuat baik belum tentu itu baik , bertidak benar belum tentu sesuai dengan kebenaran _/\_
Quote from: kakao on 28 April 2011, 10:41:13 AM
saya jawab dg singkat, sipemberi dana hendaknya enggak peduli kemana dana diberikan, karena melatih dirinya menjadi org yang tidak melekat berarti anda sdh melangkah setahap kearah yang lebih baik, soal sipemabuk meminta uang utk membeli minuman saya akan menolaknya karena saya sendiri bukan seorang peminum itu bukan dana juga karena hati nggak rela syarat dana kan ketika akan melepas bahagia, disaat melepas jga bahagia, dan setelah melepas juga bahagia, jika tidak memenuhi kriteria itu, bukan dikatakan dana, tapi upeti(keharusan membayar sesuatu).
2 hal yg berbeda...
di satu sisi mengajak jagar berdana harus tidak peduli kmana dana mo di berikan
di satu sisi.. dia memikirkan klo memberi dana kepada pemabuk dia tidak mau, dan bahkan tidak dianggap dana
aku tertaik yg pertama "saya jawab dg singkat, sipemberi dana hendaknya enggak peduli kemana dana diberikan"
terlintas di pikiran ku kisahnya gini.. si A mo berdana makanan buat Bhikkhu... setelah selesai..dan siap berdana.. begitu bertemu anaknya (org pertama yg di temui)...maka dananya di kasih ke anaknya ( kan tdk peduli siapa ygdiberi)
atau dia berjalan bertemu pembatunya..dan berdana ke pembantunya..
ato pak saptam?
ato tetangga sebelah yg kebetulan waktu mo keluar rumah berpapasan?
ato org yg dilihat di pingir jalan..
bagi ku..kita harus bijak kepada siapa dana harus diberikan
apa lagi kita sudah NIAT kan untuk berdana ke Bhikkhu ( bukan Niatkan untuk berdana saja)
sebagai contoh bro kakao berNIAT untuk berdana uang kepada kepada org miskin sebesar 100rb... tp saat keluar rumah bepapasan dgn tetangga dpn rumah yg lg narcis foto2 di dpn mercy barunya..jika tidak melihat kepada siapa harus berdana...berarti dananya di berikan ke tetangga dpn rumah itu
dan 1 lagi..NIAT anda tak bakal terlaksana
bukan cuma NIAT dlm berdana..niat dlm hal2 laen pun mungkin demikian..krn pikiran anda bisa cepat berubah
(itu contoh lohhh... aku cukup yakin koq ..anda juga pilih2 dlm berdana..walau anda mengajak yg lain utk tidak pilih2)
Quote from: The Ronald on 28 April 2011, 04:29:01 PM
2 hal yg berbeda...
di satu sisi mengajak jagar berdana harus tidak peduli kmana dana mo di berikan
di satu sisi.. dia memikirkan klo memberi dana kepada pemabuk dia tidak mau, dan bahkan tidak dianggap dana
aku tertaik yg pertama "saya jawab dg singkat, sipemberi dana hendaknya enggak peduli kemana dana diberikan"
terlintas di pikiran ku kisahnya gini.. si A mo berdana makanan buat Bhikkhu... setelah selesai..dan siap berdana.. begitu bertemu anaknya (org pertama yg di temui)...maka dananya di kasih ke anaknya ( kan tdk peduli siapa ygdiberi)
atau dia berjalan bertemu pembatunya..dan berdana ke pembantunya..
ato pak saptam?
ato tetangga sebelah yg kebetulan waktu mo keluar rumah berpapasan?
ato org yg dilihat di pingir jalan..
bagi ku..kita harus bijak kepada siapa dana harus diberikan
apa lagi kita sudah NIAT kan untuk berdana ke Bhikkhu ( bukan Niatkan untuk berdana saja)
sebagai contoh bro kakao berNIAT untuk berdana uang kepada kepada org miskin sebesar 100rb... tp saat keluar rumah bepapasan dgn tetangga dpn rumah yg lg narcis foto2 di dpn mercy barunya..jika tidak melihat kepada siapa harus berdana...berarti dananya di berikan ke tetangga dpn rumah itu
dan 1 lagi..NIAT anda tak bakal terlaksana
bukan cuma NIAT dlm berdana..niat dlm hal2 laen pun mungkin demikian..krn pikiran anda bisa cepat berubah
(itu contoh lohhh... aku cukup yakin koq ..anda juga pilih2 dlm berdana..walau anda mengajak yg lain utk tidak pilih2)
betul bro,.kalau kakao kaya kakao nggak akan pilih2 lagi dlm berdana,...tp berhubung kakao aj masih miskin,..wkwkkwkwkw,..jadi harus pilih2,.mana yang lebih penting dulu,.=)),..