Mohon bimbingan,
apakah perbedaan dari arahat dan boddhisatva? ada yang bilang kalo arahat tidak bisa mencapai Sammasambuddha tetapi boddhisatva bisa, berarti kedudukan boddhisatva lebih tinggi dari arahat? sekalian referensi suttanya, thx
Tergantung dari Sutta / Sutra mana.
Sutta Theravada bilang Arahat sudah final.
Sebagian Sutra Mahayana bilang sudah final, sebagian bilang masih bisa menjadi Bodhisattva lagi.
Theravada beranggapan Nibanna Arahat sama dengan Nibanna Sammasambuddha.
Sebagian Mahayana bilang pengetahuan Arahat berbeda dengan pengetahuan Sammasambuddha. Sebagian Mahayana bilang sama saja. Kalau yang bilang pengetahuan berbeda, itu pengetahuan ada berapa jumlah koin yang ada kantong orang lain. Bukan pengetahuan jalan.
Ada Mahayana yang bilang menolong orang lain terlebih dahulu baru menjadi Buddha, itu lebih mulia.
Ada Mahayana yang bilang sama saja.
Tapi semua aliran setuju tujuan akhir adalah Nibanna. Permasalahan apakah menolong orang terlebih dahulu lebih mulia daripada yang masuk nibanna sendiri, bagi saya gak ada pentingnya. Yang penting adalah tujuan akhir, dengan cara apapun.
Sejauh yang saya ketahui, arahat sudah final.. tidak akan terlahir lagi atau terkondisi lagi, Namun jika bodhisatva masih terbelenggu dalam samsara ini, masih akan terlahir lagi..
Tinggian mana?? ini tergantung dari konsep berpikir anda Bro,
dalam artian apa kedudukan yang lebih tinggi itu? mohon lebih spesifik..
masalah referensi sutta, saya tidak tahu..mohon maaf
_/\_
Quote from: karuna_murti on 30 March 2008, 06:57:15 PM
Tergantung dari Sutta / Sutra mana.
Sutta Theravada bilang Arahat sudah final.
Sebagian Sutra Mahayana bilang sudah final, sebagian bilang masih bisa menjadi Bodhisattva lagi.
deleted...
Menurut apa yg pernah saya pelajari dan tahu.
Theravada menyebutkan Arhat sudah betul2 final dan karena itu pembebasan total dari siklus kelahiran (lenyapnya seluruh nafsu dan terbebas dari dukkha sepenuhnya).
Final yang di sebutkan adalah final merealisasi nirvana, dan Nirvana seorang Sammasambuddha, Arhat, dan pratekyabuddha adalah sama persis, seperti air dituangkan ke air lagi yang mempunyai rasa yang sama persis.
kalau kita bicara dari sisi kesempurnaan "prajna", "punna" (kebajikan), pengetahuan dll, maka sudah jelas Sammsambudha adalah yang memiliki kesempurnaan ter-sempurna diantara mereka (Arhat dan Pratekya).
Bodhisatva ada banyak macam, dari yg level rendah di sambhara marga, Prayoga marga, dharsana marga, dhyana marga, dan asaiksa marga.
Arya bodhisatwa pada bhumi pertama (terdeapat 10 bodhisatwa bhumi) adalah sudah berada pada posisi paling baik untuk terus berlatih mencapai Sammasambuddha.
Pada bhumi ke-6 atau ke-7 (saya tidak pasti), Kondisi ini setara dengan Nirvana Arhat, namun terdorong oleh maha karuna, bodhicitta, dll.....mereka meneruskan hingga bhumi ke-10, sebetulnya sepanjang bhumi ke-1 sampai 10 juga mereka yg bertekad di jalur bodhisatwa, selalu melandaskan dirinya dengan maha karuna, bodhicitta, paramita, dll.
karya Chandrakirti (Mulamadhyamika karika) menyebutkan, Arhat bisa kembali lagi ketika goncangan dahsyat turunnya Sammasabuddha akan datang, Maitreya, goncangan ini membangungkan para Arhat dari kondisi damai sepenuhnya (Nirvana) untuk masuk pada jalur bodhisatwa, dan masuk pada bhumi ke-6 atau ke-7 (kembali lagi saya tidak pasti di tingkat yg mana).
kira2 demikian yg pernah saya tahu.
sekedar mengetahui informasi ini ada bagusnya, namun tidak perlu terlalu risau, karena kita (mgkn hanya saya sendiri doang) yg belum merealisasi sampai tahap itu, bahkan mau jadi bodhisatwa aja.......masih amatiran :(
bow and respect,
Quote from: karuna_murti on 30 March 2008, 06:57:15 PM
deleted.....
Ada Mahayana yang bilang menolong orang lain terlebih dahulu baru menjadi Buddha, itu lebih mulia.
Ada Mahayana yang bilang sama saja.
deleted....
Tambahan kutipan dari buku karangan HH Dalai Lama
(Sorry aku gak ingat judulnya):
There are 3 different styles of altruistic attitude:
1. Like a monarch, desiring to achieve Buddhahood
first, as the most effective way to help other beings.
2. Like a boatman, desiring to arrive at the other
shore of enlightenment together with all other beings.
3. Like a shepherd, desiring that all others should
achieve Buddhahood first, before his or her own
enlightenment
Example no. 2 dan 3 are only indicate the
compassionate attitude of certain types of
practitioners and serve to indicte how powerful
Bodhisattvas wish to help others. As stated in
Shantideva's A Guide to the Bodhisattva Way of Life:
there are many examples of wishes that can not
actually be achieved but are there for the sake of
developing strong will and determination.
So ONLY example no. 1 where they pursue as fast as
possible to become enlightenment so that they can more
effectively help others on vast scale, is the right
attitude.
dengan demikian, masing2 punya kecenderungan untuk memilih cara yang mana.
semoga menjadi jelas.
bow and respect,
Quote from: andry on 30 March 2008, 07:54:50 PM
Sejauh yang saya ketahui, arahat sudah final.. tidak akan terlahir lagi atau terkondisi lagi, Namun jika bodhisatva masih terbelenggu dalam samsara ini, masih akan terlahir lagi..
Tinggian mana?? ini tergantung dari konsep berpikir anda Bro,
dalam artian apa kedudukan yang lebih tinggi itu? mohon lebih spesifik..
masalah referensi sutta, saya tidak tahu..mohon maaf
_/\_
Betul sekali bro andry, Arhat tidak akan terlahirkan lagi akibat dorongan karma dan kilesanya, namun mereka berada dalam kondisi kedamaian total yg terlepas dari siklus berulang-ulang (samsara).
Namun mereka bisa lahir lagi karena keinginan mereka untuk masuk jalur bodisatwa, ingat....mereka yg yg terbebas total dari belenggu, tidak dilemparkan oleh karma dan kilesa mereka, tidak seperti manusia biasa yg tak punya kuasa apapun terhadap karma dan kilesa, kita dilemparkan ke 6 kelas alam kehidupan tanpa bisa dikendalikan.
Bodhisatwa apapun yang masih belum masuk pada bhumi ke-6 atau ke-7, maka sudah jelas berada di bawah Arahat (kalau kita membuat urutannya), namun tinggi Arhat atau bodhisatwa, tampaknya bukan informasi utama yg perlu kita tahu, menurut saya pribadi, yg perlu kita tahu adalah bagaimana kondisi itu bisa di capai dan kondisi seperti ada pada tingkat itu.
Buddha Sakyamuni sudah menyatakan, jalur menuju sravaka, jalur menuju pratekya, dan jalur menuju sammsambuddha, bisa dilalui oleh siapapun, dengan menanamkan tekad itu dari sekarang, dari mental, ucapan, dan tindakan menuju ke arah penyempurnaan setahap demi setahap melewati jalur itu.
bow and respect,
Ikutan share apa yang pernah saya dengar.
Pertama-tama, mari kita lihat sekilas kira2 bagaimana perjalanan seseorang mencapai tingkat kesucian. Mula2 dia terlahir sebagai manusia, kemudian bertemu pembimbing spiritual, diajarkan Dharma, kemudian berlatih dan bekerja mengatasi berbagai halangan dalam dirinya dan mengembangkan berbagai kualitas baiknya.
Halangan yang paling awal adalah kemelekatan terhadap kehidupan ini. Untuk mengatasi kemelekatan terhadap kehidupan ini, dia harus berpikir lebih jauh dari kehidupan ini, yaitu kehidupan yang akan datang. Bagaimana mengatasi kemelekatan terhadap kehidupan ini, yang paling efektif adalah merenungkan kematian, bahwa kehidupan ini tidak bisa berlangsung selamanya, bahwa kita pasti akan mati. Dan bukan hanya kita pasti akan mati, juga bahwa waktu kematian adalah tidak pasti. Selain itu, setelah kita mati, tidak ada yang akan berguna bagi kita, selain karma baik kita. Harta benda kita, keluarga, teman2, bahkan tubuh kita pun harus kita tinggalkan pada saat kita mati, mereka tidak bisa membantu kita, tidak bisa kita bawa. Yang kita bawa adalah karma baik atau karma buruk kita. Kita tahu bahwa setelah kita mati, kita akan dipaksa terlahir kembali, kita belum bisa mengatasi proses ini. (Atau mungkin ada yang sudah bisa sih, yang jelas saya belum). Jadi, kita dipaksa "mengambil" bentuk kehidupan baru, dan bentuk kehidupan ini hanya ada dua tipe, bentuk yang menyenangkan (alam2 yang bahagia) atau bentuk yang menderita (alam2 yang menderita). Tentu saja secara normal dia ingin kehidupan mendatangnya tidak berakhir di alam yang menderita, tentu saja dia ingin terlahir di alam yang lebih baik.
Namun seiring kemajuan batinnya, setelah dia mempelajari lebih jauh, dia akan menyadari bahwa terlahir di alam yang lebih baik pun masih dalam samsara, dengan kata lain masih belum terbebas dari dukkha, selain bahwa dia juga tidak bisa menjamin bahwa dia selamanya akan terlahir di alam yang lebih baik.
Dengan mengetahui bahwa selama dia tidak bebas dari samsara, dia tidak akan pernah terbebas dari dukkha, akhirnya dia berjuang untuk bebas dari samsara agar benar2 bebas dari semua dukkha. Untuk itu, pertama2 dia akan mengembangkan satu kualitas spiritual yang disebut penolakan terhadap samsara (inggrisnya renunciation).
Sesuai kecenderungannya, setelah mengembangkan penolakan terhadap samsara secara spontan (pada tahap ini kita katakan dia mulai memasuki jalan spiritual). Dia akan mencari cara untuk benar2 bebas dari samsara.
Di sini ada dua kemungkinan yang akan muncul:
1. Orang ini ingin membebaskan dirinya pribadi dari samsara
Dengan kedua kualitas ini, penolakan terhadap samsara secara spontan dan aspirasi untuk membebaskan dirinya pribadi dari samsara secara spontan juga, orang ini dikatakan memasuki jalan sravaka atau pratyeka (bila dia tidak mengikuti seorang guru). Disini dia dikatakan memasuki sravaka/pratyeka, mulai dari jalan akumulasi, persiapan, penglihatan, meditasi, dan jalan tanpa belajar lagi. Di jalan2 tersebut dia akan terus bekerja sampai akhirnya berhasil mengatasi pandangan salah tentang adanya ada "atta/aku" yang sejati. Dengan mengatasi secara sempurna pandangan salah yang menjadi akar dari semua kilesa ini, orang ini kemudian mencapai tingkat Arahat. (Dalam hal ini Arahat Pratimoksayana atau Theravada klo Anda lebih suka istilah ini). Karena Arahat telah mengatasi kilesa akar dan otomatis semua kilesa lain secara sempurna maka dia tidak akan terlahir lagi dalam samsara, artinya tidak ada yang bisa memaksanya untuk terlahir lagi selain keinginan murninya sendiri.
2. Orang ini setelah merealisasikan penolakan terhadap samsara secara spontan, dia menyadari bahwa makhluk lain mengalami dukkha yang persis sama dengannya, maka mereka juga harus bebas dari semua dukkha dalam samsara seperti dirinya, maka dia kemudian akan mengembangkan boddhicitta yang spontan, yaitu aspirasi untuk mencapai kebuddhaan yang sempurna demi kebaikan semua makhluk, yaitu agar dia punya kemampuan yang sempurna agar dapat membebaskan semua makhluk dari semua dukkhanya. Pada saat bodhicitta menjadi spontan, kita mengatakan dia adalah seorang bodhisatva. Jadi, bodhisatva adalah seorang yang telah mempunyai bodhicitta yang spontan.
Dengan kualitas penolakan terhadap samsara secara spontan dan bodhicitta secara spontan, dia dikatakan memasuki jalan mahayana.
Pertama2 dia akan memasuki jalan yang pertama disebut jalan akumulasi (Path og accumulation),
2. jalan persiapan (path of preparation),
3. jalan penglihatan (path of seeing) (ditahap ini dia disebut Arya, mereka yang telah mempersepsikan kesunyataan secara langsung). Pada tahap ini dia dikatakan memasuki bodhisattva bhumi 1 dari ke 10 bodhisattva bhumi.
4. jalan meditasi (path of meditation), pada jalan ini sang bodhisattva akan mengembangkan dirinya dari bodhisattva bhumi 2- bodhisatva bhumi 7.
5. jalan tanpa perlu belajar lagi (path of no more learning)
Disini sang bodhisatva masuk bodhisattva bhumi 8- bodhisattva bhumi 10. Pada bodhisattva bhumi 8, sang bodhisattva disebut arahat mahayana dan terus bekerja mengatasi penghalang kemahatahuannya sampai mencapai kebuddhaan.
Sumbernya dari ceramah2 yang pernah saya dengar. (Jadi, mohon maaf klo ada yang salah. Dan klo ada yang salah pasti karena pendengaranku yang salah, karena masih banyak penghalang)
Sumber teksnya klo salah ga salah adalah teks2 karya Arya Asanga, yaitu Bodhisattvabhumi, Sravakabhumi, dan Yogacarabhumi (klo ga salah ya)
Terima kasih
[at] nyanabadhra
bgaimana mungkin Arahat yang sudah melenyapkan lobha,dosa dan moha seperti seorang sammasambuddha bisa mempunyai keinginan untuk menjadi boddhisatva pada saat calon buddha Metteya lahir? Bukankah yang membedakan Arahat dan Sammasambuddha hanya kesaktian dan kebijaksanaan?
Quote from: El Sol on 30 March 2008, 11:08:57 PM
[at] nyanabadhra
bgaimana mungkin Arahat yang sudah melenyapkan lobha,dosa dan moha seperti seorang sammasambuddha bisa mempunyai keinginan untuk menjadi boddhisatva pada saat calon buddha Metteya lahir? Bukankah yang membedakan Arahat dan Sammasambuddha hanya kesaktian dan kebijaksanaan?
Ga tau juga yah, apakah ada dalam sutra / sutta yg menyatakan bahwa setelah merealisasi Arahat melenyapkan lobha dosa dan moha, berbagai belenggu dll terus mereka tidak punya keinginan utk masuk ke jalur penyempurnaan bodhisatwa?
lenyapnya lobha, dosa, dan moha tidak ada kaitanya dengan keinginan masuk ke jalur bodhisatwa, namun faktor pendorong terbesar, saya rasa adalah maha karuna dan bodhicitta, yg jelas mereka punya potensi utk mencapai tingkat sammsambuddha.
anda juga punya potensi sama persis.
yg membedakan Arhat dan Sammasambuddh sangat banyak, dari segi kesempurnaan kebajikan, kebijaksanaan, pengetahuan, kemampuan supranatural, dll.
bow and respect,
Nibbana=lenyapnya dosa,lobha dan moha.. Dan saya pasti dalam vajra jg sedemikian...dan diatas bhante Ada tulis kalo Nibbana ketiga Buddha(savaka,pacceka dan sammasambuddha) adalah sama...dan yg membedakan adalah prajna,punna,dll
Jd bukankah sangat tidak masuk akal jika seorang yg telah merealisasikan Nibbana masih mempunyai keinginan untuk menjadi Bodhisatva?
Karena itu saya bilang sebagian Mahayana...
Kamu bilang Arahat begini menurut Mahayana..., saya bisa cari Sutra Mahayana yang mengatakan sebaliknya.
Mahayana mana dulu? Mahayana banyak sekali.
Madhyamika, Yogacara, Tathagatagarbha, Ch'an, Zen...
Theravada mana dulu? Theravada banyak sekali.
Vibhajjavada, Sarvastivada, Pudgalavada, Sammitiya, Mahavihara...
Tantrayana mana dulu? Tantrayana banyak sekali.
Bon, Gelug, Kagyu, Nyingma, Sakya, Chod, Kalachakra, Kadampa...
Buddhisme mana dulu?
Saya sudah bilang di awal.
Tapi semua aliran setuju tujuan akhir adalah Nibanna. Permasalahan apakah menolong orang terlebih dahulu lebih mulia daripada yang masuk nibanna sendiri, bagi saya gak ada pentingnya. Yang penting adalah tujuan akhir, dengan cara apapun.
Tujuan saya mengatakan ini, bukan buat keributan. Saya kira masing-masing punya pandangan sendiri-sendiri. Dan tujuan masing-masing mengatakan ini dan itu juga niat baik. Tapi karena ini forum pemula. Jangan melupakan tujuan akhir.
Best regards.
Saya bilang dari awal, agar pemula tidak meributkan hal-hal yang tidak perlu. Jalani saja dulu apa yang dipercaya.
Saya tahu kalau tidak dijelaskan bisa ribut T Vs M lagi. Ternyata masih saja ada yang terpancing untuk meributkan. Offtopic lagi.
rilex..
hanya diskusi.. ;D
:)) yang penting Nibbana....halte terakhirnya
Setau saya, bahwa seorang arahat, tidak mungkin menjadi bodhisatva, kecuali saat anagami kebawah masih bisa.
Ini ada ceritanya mengenai Ajahan Sao Katansilo yg dulu ingin menjadi Pacceka Buddha, tetapi ia melepaskannya dan langsung menjadi arahat. Artinya bahwa hal yg tidak mungkin ketika arahat bisa menjadi bodhisatva, kalau memang demikian kenapa Ajahn Sao Katansilo tidak membiarkan dirinya menjadi arahat langsung jika keinginan menjadi Pacceka Buddha bisa tercapai saat setelah menjadi arahat.
_/\_
QuoteSetau saya, bahwa seorang arahat, tidak mungkin menjadi bodhisatva, kecuali saat anagami kebawah masih bisa.
Ada di Lotus Sutra, tapi di Sutra Mahayana lain dibilang tidak bisa.
[at] atas
kontradiksi..hmm..-_-"
Lalu Mahayana yang lain akan bilang tidak ada kontradiksi, karena tidak setiap orang diajarkan sama, tergantung kesempatan, dan kondisi batin yang diajarkan.
Intinya jangan ribut.
[at] atas
itu alasan doank khan? -_-"
Ngak ributlah , santai aja kita ngobrol2 :)) ;D
Cuma nih yg masih buat saya berpikir, kebanyakan kaum Mahayanist mengikuti sutra mereka, dan memiliki teori arahat bisa jadi bodhisatva, dan saya yakin sangat jarang sekali sampai sekarang bahkan mungkin tidak ada kaum mahayana mencapai tingkat arahat karena mayoritas memilih jalan bodhisatva. Jadi mereka yg sudah mencapai arahat pasti lebih mengetahui bisa atau tidaknya menjadi bodhisatva lagi, karena mereka telah menembus pengetahuan tentang menghentikan keinginan dan lain2 yg jelas lebih tahu dari bodhisatva yg masih ada kilesa. Dengan demikian IMO kaum Mahayanist hanya mengandalkan sutra2nya sementara mereka yg menjadi Arahat berdasarkan praktek dan ada pengetahuan langsung tentang apakah arahat bisa menjadi bodhisatva. Jika bisa tentu saja dalam konsili terdahulu dan sampai sekarang ada perubahan sutta2 atau bantahan terhadap Tipitaka(jika ada teks mengenai hal ini), atau mengamini sutra2 Mahayana _/\_.
_/\_ Bodhisatva adalah makhluk yang dipersiapkan untuk mencapai pencerahan Sammasambuddha.
Ditilik dari cerita Jataka dan beberapa Sutta lainnya. Sakyamuni melalui beragam kelahirannya telah menjadi Bodhisatva yang mengembangkan paramitanya.dan ketika sampai pada waktunya.Ia menembus gelar Arahatto Sammasambuddhassa yang artinya Yang Maha Suci,Yang Tidak Kembali Lagi ,Yang telah mencapai Penerangan Kesempurnaan.
Term ini adalah sebuah nama bukanlah gelar seperti yang dipikirkan orang seperti gelar S1,S2. penggunaan ini hanya merujuk pada term bahwa orang itu telah tercerahkan. Sang Buddha sendiri tidak pernah meneybut dirinya sebagai Buddha melainkan Tathagata, term Buddha digunakan oleh masyarakat dalam menggambarkan bahwa ada manusia yang tercerahkan dan akhirnya Buddha menggunakan term ini.
Harap diperhatikan agar tidak rancu,terkadang kita berpikir Arahat dan Bodhisatva adalah dua hal yang berbeda terutama aspirasi.Dalam hal ini benar adanya namun perhatikan urutan Sakyamuni dari sebelum Pencerahan sampai Menjadi Buddha adalah
Bodhisatta memiliki tekad - mengembangkan paramita - menggenapkan paramitanya - Arahat - Sammasambuddha - Parinibbana(lenyap)
Bodhisattva adalah praktisi paramita dimana dirancukan bahwa Bodhisatva adalah mereka yang telah mengerti Dhamma mempertahankan keadaanya untuk terlahir kembali mengajarkan Dhamma dan tidak memasuki keadaan Buddha(final). Kesalahan persepsi sudah terjadi berulang kali bahwa Bodhisaatva sudah berulang-ulang datang ke dunia ini mengajarkan Dhamma dan menolong semua makhluk.
Hal ini akan saya bahas dalam topik baru. Mengenal Mahayana
FYI
Dalam Sutra Mahayana, ada Arahat yang belum masuk ke Nibbana tanpa sisa, misalnya 16 Arahat. Maha Kasyapa juga belum masuk ke Nibbana tanpa sisa, bahkan masih mempertahankan tubuh fisiknya menunggu kedatangan Maitreya.
Wah...saya perlu belajar abhinna dulu lalu naik ke Tusita tanya langsung sama bodhisatva Maitreya. ;D
Ada yang mau ikut? :P
:)) ngapain belajar abhinna,kan ada versi kilatnya,tinggal templok nama di sebuah kertas,trus kita bakar,ntar nama kita tercatat di Tusita,pas matek ketemu deh ama Maitreya....hauhahaha(ngerti kan?)
Quote from: nyanadhana on 31 March 2008, 11:51:56 AM
:)) ngapain belajar abhinna,kan ada versi kilatnya,tinggal templok nama di sebuah kertas,trus kita bakar,ntar nama kita tercatat di Tusita,pas matek ketemu deh ama Maitreya....hauhahaha(ngerti kan?)
swear, saya ga ngerti.. :-[
:)) kan ada aliran yang memberikan jalan pintas ketemu tuhan ama maitreya,hueheheheh.udah ga dibahas ah,ntar oot
http://www.w****a.com/forum/showthread.php?t=751
Quote from: chingik on 31 March 2008, 12:04:13 PM
Quote from: nyanadhana on 31 March 2008, 11:51:56 AM
:)) ngapain belajar abhinna,kan ada versi kilatnya,tinggal templok nama di sebuah kertas,trus kita bakar,ntar nama kita tercatat di Tusita,pas matek ketemu deh ama Maitreya....hauhahaha(ngerti kan?)
swear, saya ga ngerti.. :-[
artinya chiu tao di aliran maitreya
kalo udah chiu tao berarti nama kita udah terdaftar di Nirwana Nya ( Maitreya ).
Begitu...Bro Ching Ik... ;D
_/\_ :lotus:
Quote from: Lily W on 31 March 2008, 12:34:22 PM
Quote from: chingik on 31 March 2008, 12:04:13 PM
Quote from: nyanadhana on 31 March 2008, 11:51:56 AM
:)) ngapain belajar abhinna,kan ada versi kilatnya,tinggal templok nama di sebuah kertas,trus kita bakar,ntar nama kita tercatat di Tusita,pas matek ketemu deh ama Maitreya....hauhahaha(ngerti kan?)
swear, saya ga ngerti.. :-[
artinya chiu tao di aliran maitreya
kalo udah chiu tao berarti nama kita udah terdaftar di Nirwana Nya ( Maitreya ).
Begitu...Bro Ching Ik... ;D
_/\_ :lotus:
ah ada ada aja... ;D
Quote from: bond on 31 March 2008, 09:30:06 AM
Setau saya, bahwa seorang arahat, tidak mungkin menjadi bodhisatva, kecuali saat anagami kebawah masih bisa.
Ini ada ceritanya mengenai Ajahan Sao Katansilo yg dulu ingin menjadi Pacceka Buddha, tetapi ia melepaskannya dan langsung menjadi arahat. Artinya bahwa hal yg tidak mungkin ketika arahat bisa menjadi bodhisatva, kalau memang demikian kenapa Ajahn Sao Katansilo tidak membiarkan dirinya menjadi arahat langsung jika keinginan menjadi Pacceka Buddha bisa tercapai saat setelah menjadi arahat.
_/\_
yup, seharusnya juga begitu.......
sama seperti pertapa Sumedho....... pada waktu dia mengucapkan tekadnya, dia sudah menempuh jalan bodhisatva
jadi perbedaan udah ada dari awalnya, bukan dari saat tengah2nya......
_/\_ tanyakan itu ke bro Sumedho ah berhubung dia pertapanya.hueheheh OOT ^:)^
Ikutan nimbrung yah...
Pertama2, satu hal yang sangat baik bila kita mencoba mendasarkan pembahasan kita dengan kitab suci, namun mari kita juga tidak melupakan apa yang dikatakan oleh Buddha dalam Kalama sutta, mari kita menganalisanya sendiri. Hal ini sangat penting karena hasil analisa kita akan sangat memperkuat pemahaman kita tentang apa yang dikatakan Buddha dalam teksnya.
Secara pribadi saya tidak keberatan kita "berdebat" asalkan dengan motivasi yang positif untuk kemajuan kita dan yang lain. "Perdebatan" maupun diskusi yang dilakukan dengan benar dan baik jelas sangat bermanfaat, minimal akan meningkatkan wawasan dan pola berpikir kita, dan sekali lagi akan sangat memperkuat pemahaman kita tentang masalah yang dibahas.
Nah, masalah Arahat dan Bodhisattva ini kelihatannya masing2 punya definisinya sendiri2. Untuk itu, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan.
1. Pertanyaan ini berkaitan dengan Arahat. Kelihatannya semua sepakat samma sambuddha punya kualitas yang lebih dibandingkan dengan arahat. (Atau ada yang punya pandangan lain? Kenapa?)
Bila setuju seorang Buddha punya kualitas lebih daripada Arahat, sekarang, apakah seorang Arahat bisa menjadi seorang Buddha? Bila bisa kenapa? Bila tidak bisa kenapa?
(Sekekar mengingatkan, Buddha mengatakan semua makhluk bisa menjadi seperti dirinya. Jadi, tidak diragukan lagi bila seseorg mengikuti jalan yang tepat dan benar, dia pasti bisa mencapai kondisi seperti Buddha, tidak perduli butuh waktu berapa lama. Buddha sendiri adalah awalnya juga bukan seorang Buddha. Beliau awalnya juga makhluk biasa kayak kita. Atau ada yang punya pendapat lain bahwa ada makhluk tertentu yang tidak bisa menjadi Buddha? Kenapa?)
Satu hal lagi yang perlu dijawab adalah apakah seorang Arahat punya welas asih? Klo punya, apakah masih bisa berkembang? Kenapa bisa berkembang atau kenapa tidak bisa berkembang? Apakah welas asih seorang Arahat sama dengan welas asih seorang samma sambuddha?
2. Yang kedua ini berkaitan dengan Bodhisattva. Kelihatannya semua sepakat bahwa seorang Bodhisattva ingin menolong semua makhluk bebas dari derita apapun dengan cara apapun. (Atau ada yang punya pendapat berbeda?)
Bila setuju bahwa tujuan utama Bodhisattva adalah menolong semua makhluk bebas dari penderitaan apapun dan membuat semua makhluk berada dalam kebahagiaan yang permanen (yang tidak akan berubah lagi). Nah, kita tahu bahwa kualitas seorang Buddha juga lebih sempurna dibandingkan seorang bodhisattva. (Atau ada pendapat lain?) Bila kualitas Buddha lebih sempurna dari Bodhisattva, posisi seorang Buddha atau seorang bodhisattva yang akan lebih berguna bagi makhluk lain, dalam arti siapa yang akan lebih mampu menolong makhluk lain? Klo seorang bodhisattva benar2 ingin menolong makhluk lain dengan sempurna, apakah mungkin dia menunda kebuddhaannya bila kualitas seorang buddha jauh lebih sempurna dalam menolong makhluk lain? Kenapa orang2 sering mengatakan bodhisattva (atau ada bodhisattva yang bertekad) tidak akan mencapai kebuddhaan (atau kadang2 tidak akan memasuki nirvana, apakah seorang Buddha belum mencapai nirvana?) sebelum semua makhluk bebas dari samsara?
Sebenarnya kita jg perlu membahas apa sih samsara. Apa sih maksudnya bebas dari samsara. Tapi, untuk sementara, mungkin kita analisa 2 pertanyaan di atas dulu. Semoga ada yang berminat untuk memberi tanggapan dengan motivasi yang positif demi kebaikan kita semua
Terima kasih
dear Mangkok,
mungkin banyak yang perlu diperjelas yah.
1. Kualitas arahat dan sammasambuddha : secara suci, dua2nya sudah suci, hanya saja sammasambuddha bisa mengajarkannya ke orang lain
Jadi seorang arahat dan sammasambuddha, sudah sama-sama suci, bukannya arahat lebih tidak suci sehingga setelah arahat, lalu tingkatan selanjutnya adalah buddha
2. Pembedaan sammasambuddha dan arahat(pacekka buddha) hanyalah pada jalur yang ditempuhnya...... mungkin saya analogikan seperti anda ingin mengambil kuliah kejuruan atau kuliah umum... hasilnya sama-sama S1 namun di kuliah kejuruan lebih ditekankan pada praktek
3. Mengenai bodhisatva : yang anda sebut ingin menolong semua mahluk adalah versi Mahayana.
sedangkan untuk versi Theravada, adalah menyempurnakan 10 parami-nya, misalnya ada dana parami, dsbnya
4. Mengenai samsara : sebenarnya sudah jelas digambarkan dalam paticca samuppada, itulah yang disebut lingkaran samsara. Cara keluarnya juga sudah dijelaskan oleh Buddha kok
semoga bisa dimengerti yah........
setuju
Terima kasih kepada saudara2 semua yang memberikan pencerahannya _/\_
quote author=markosprawira link=topic=1974.msg31200#msg31200 date=1207195231]
dear Mangkok,
mungkin banyak yang perlu diperjelas yah.
1. Kualitas arahat dan sammasambuddha : secara suci, dua2nya sudah suci, hanya saja sammasambuddha bisa mengajarkannya ke orang lain
Jadi seorang arahat dan sammasambuddha, sudah sama-sama suci, bukannya arahat lebih tidak suci sehingga setelah arahat, lalu tingkatan selanjutnya adalah buddha
2. Pembedaan sammasambuddha dan arahat(pacekka buddha) hanyalah pada jalur yang ditempuhnya...... mungkin saya analogikan seperti anda ingin mengambil kuliah kejuruan atau kuliah umum... hasilnya sama-sama S1 namun di kuliah kejuruan lebih ditekankan pada praktek
3. Mengenai bodhisatva : yang anda sebut ingin menolong semua mahluk adalah versi Mahayana.
sedangkan untuk versi Theravada, adalah menyempurnakan 10 parami-nya, misalnya ada dana parami, dsbnya
4. Mengenai samsara : sebenarnya sudah jelas digambarkan dalam paticca samuppada, itulah yang disebut lingkaran samsara. Cara keluarnya juga sudah dijelaskan oleh Buddha kok
semoga bisa dimengerti yah........
[/quote]
_/\_ Terima kasih, senang sekali akhirnya mendapatkan tanggapan yang positif sehingga diskusi masih bisa berlanjut.
1. Tentang kesucian, mungkin kita perlu penjelasan jg apa sih maksudnya suci? Kesucian mencakup aspek apa sajakah? Suci dari apa?
Apakah ada perbedaan kualitas antara Sammasambuddha dgn Arahat? Bila tidak ada perbedaan kenapa Buddha menyebutkan 2 istilah yang berbeda? Misal tentang mengajar, jelas seorang Arahat juga bisa mengajar, jadi kenapa ada perbedaan? Ataukah memang ada perbedaan?
Apakah seorang Arahat mempunyai welas asih? Apakah welas asihnya sama dengan welas asih seorang Buddha? Apakah kebijaksanaan seorang Arahat sama dengan kebijaksanaan seorang Buddha? Klo kebijaksanaan dan welas asih seorang Arahat sama dengan seorang Buddha, berarti masalah selesai. (Cuma sekali lagi, bila demikian kenapa Buddha memakai 2 istilah yang berbeda utk hal yang sama?) Klo Buddha menggunakan istilah Buddha HANYA untuk menunjukkan bahwa Beliau berbeda dari Arahat, padahal kualitasnya sama, kayaknya hal itu tidak akan memberikan manfaat yang berarti? Atau ada yang melihat hal lain di sini?
Sekarang, bila kualitasnya berbeda, apakah tidak ada kemungkinan kualitas tersebut berkembang lebih jauh lagi? Apakah kualitas seorang Arahat sudah mentok (tdk bisa berkembang lagi)? Atau apakah kualitas seorg Arahat tidak butuh berkembang lagi? Kenapa? Klo seorang Arahat punya welas asih, apakah tidak akan timbul niat yang spontan utk menolong orang lain bila melihat makhluk lain sedang menderita? Atau Arahat sudah tidak merasakan lagi welas asih terhadap makhluk lain karena sudah merealisasikan "anatta"? Apakah Arahat tidak akan terdorong untuk menolong makhluk lain karena sudah merealisasikan "anatta"?
Kita setuju bahwa bukan berarti tingkatan setelah Arahat berarti Buddha, tp apakah otomatis hal itu menunjukkan bahwa kemungkinan ke arah itu tidak ada? Kuliah di kejuruan dan umum sama2 S1, apakah kualitas pemahaman kejuruan dan umum sama? Apakah tidak ada kemungkinan setelah kita kuliah di jurusan umum dan setelah itu memperdalam di kejuruan atau sebaliknya? (Mohon jangan diartikan mengada2 mau menang sendiri ya, saya hanya mencoba berpikir terbuka dengan melihat berbagai kemungkinan yang ada. Secara umum, misal orang tidak bisa mengatakan bahwa kelahiran kembali tidak ada hanya karena dia tdk bisa membuktikan bahwa itu ada.)
3. Saya baru tahu definisi bodhisatta Theravada dan Mahayana berbeda. Jadi ingin bertanya apakah definisi bodhisatta dalam Theravada? Apa tujuan bodhisatta Theravada menyempurnakan parami2? Apa yang ingin dicapainya?
4. Klo paticca samuppada adalah lingkaran samsara, samsaranya sendiri apa? Di paticca samuppada ada tubuh/rupa dan batin/nama, apakah itu disebut samsara? Apakah bisa tubuh seorang Buddha atau seorang Arahat disebut samsara? Bagaimana dengan batinnya (kesadaran/vinnana, pencerapan/sanna, bentuk2 pikiran/sankhara) apakah bisa disebut samsara? Apa sih sesungguhnya samsara itu? Apakah kebebasan samsara hanya bisa dicapai setelah kematian (dalam hal ini mungkin Parinibbana?)? Adakah kaitannya dengan kesucian? Kualitas2 apakah yang dimiliki oleh seorang yang sudah bebas dari samsara?
Saya berusaha utk tidak memunculkan faktor mental negatif dalam posting ini, tujuan terutama adalah untuk mengembangkan kualitas baik dalam diri saya, dalam hal ini terutama mengurangi ketidaktahuan dan memperkuat keyakinan dan pemahaman yang benar. Jadi, semoga hal ini tidak memunculkan pikiran2 negatif dlm batin kita semua.
Terima kasih
dear bro Mangkok,
1. Mungkin perlu diperjelas yah, bahwa suci disini adalah terbebasnya dari Lobha, dosa dan moha (LDM)
Mengenai mengajar, yang bisa diajarkan oleh Arahat adalah ajaran dari Buddha yang masih eksis, atau belum punah
Sammasambuddha akan muncul setelah ajaran sammasambuddha sebelumnya sudah punah, jadi dia akan "memunculkan" kembali ajaran, yang walau selalu ada namun tidak "terlihat" oleh mereka yang batinnya masih tertutup LDM yang tebal
2. Mengenai bodhisatta : sebenarnya tidak terlalu berbeda, namun di Theravada tidak ada kata-kata "semua mahluk bebas" karena sesungguhnya ini adalah sesuatu yang tidak mungkin.....
namun keduanya sebenarnya mirip yaitu ingin mengembangkan parami-nya (6 paramita di mahayana dan 10 parami di theravada) dengan menempuh jalan untuk menuju sammasambudha (sekedar info, jalan di theravada dapat menuju savakabuddha, paccekabuddha dan sammasambuddha)
3. Samsara itu adalah lingkaran kelahiran bro.... alias paticca samuppada itu sendiri
tentunya pada saat seseorang mencapai nibbana, dia sudah terbebas dari lingkaran samsara itu.
semoga bisa lebih jelas yah....... _/\_
_/\_
Terima kasih atas penjelasannya yang luar biasa.
Moga2 ga bosan ya ditanya terus :|.
Boleh jelaskan sedikit tentang proses seorang manusia sampai mencapai samma sambuddha (khususnya dalam tradisi Theravada)? Apa yang membuat seseorang bisa mencapai sammasambuddha?
Tentang membebaskan semua makhluk, menurut saya pribadi, ungkapan itu menunjukkan welas asih dan tekadnya yang luar biasa. Dengan pendapat bodohku, klo seseorang sudah mencapai aspirasi yang spontan utk menolong semua makhluk dan aspirasinya sudah sempurna, dlm arti bahwa tindakan apapun yang dia lakukan adalah spontan dan terus menerus dilakukan HANYA demi kebaikan semua makhluk, maka apakah bisa membebaskan smua makhluk ataukah tidak sudah bukan satu hal yang perlu dipikirkan lagi. Toh, apapun yang beliau lakukan adalah spontan, aspirasi itu sudah begitu "mendarah daging dan batin", sehingga semua tubuh dan batinnya hanya diwarnai oleh aspirasi itu, tentunya dia akan melakukan itu terus menerus tanpa terganggu oleh pikiran apakah bisa membebaskan smua makhluk. Justru klo masih ada makhluk yang belum bebas, dia akan spontan ingin membebaskannya, jadi tidak ada keputusasaan di sana sama sekali, malah satu kegembiraan dan semangat dalam kebajikan yang luar biasa. Jadi, mereka menolong makhluk lain bukan karena itu tugas mereka, mereka melakukannya dengan spontan karena aspirasi itu sekali lagi sudah "mendarah daging dan batin" dalam diri mereka. Justru mereka akan senang bisa menolong sebanyk mungkin makhluk, karena itulah yang mereka inginkan dari awal, yang menjadi spontan sekarang.
Tentang bebas dari samsara, berarti ada ketidakbebasan yang perlu kita ketahui. Misal, klo kita mengambil lagi istilah lingkaran samsara, tentunya mereka yang belum bebas dari lingkaran samsara berarti punya ketidakbebasan tertentu maka disebut tidak bebas. Katakanlah ketidakbebasan mereka adalah bahwa mereka dipaksa untuk mengalami lingkaran itu tanpa punya kekuatan apapun untuk menghentikan atau memutuskannya. Tapi, bagaimana dengan mereka yang punya kekuatan untuk benar2 mempengaruhi lingkaran itu, dalam hal ini misal (contoh yang sangat kasar) mereka benar2 bisa menentukan sendiri mau lahir sebagai apa, di mana, kapan, dll. Lebih tegasnya mereka benar2 menentukan karmanya sendiri dengan bebas tanpa paksaan apapun (mungkin analogi ini tidak tepat, tp bisa sebagai gambaran kasar), ini tentunya berbeda dengan mereka yang tidak bisa menentukan, yang hanya mengikuti dan bahkan dipaksa karma dan kilesanya mengalami berbagai hal, mereka yang benar2 dipengaruhi secara total, tidak punya kebebasan sama sekali. Contoh ketidakbebasan lain yang cukup jelas adalah bahwa karena masih punya kilesa, maka kita tidak bebas, kita dikuasai mereka, kita adalah budaknya kilesa kita. Tapi bila kita sudah tidak punya kilesa, kita jelas sudah bebas, kita menjadi bos diri kita sendiri, bukan budak dari kilesa kita. Jadi, klo menurut saya, samsara adalah ketidakbebasan itu, keterpaksaan itu. Samsara adalah ketidakbebasan dalam lahir, mati, tua, sakit, mengalami berbagai hal yang tidak kita inginkan, kita dipaksa untuk mengalami berbagai hal tanpa kebebasan sama sekali. Klo kita bebas dari keterpaksaan itu, itulah kebebasan dari samsara. Kita bisa saja lahir, tp lahir dengan niat yang benar2 murni yang bebas dari kilesa. Kita bisa saja mati, tapi mati dengan niat murni kita, bukan dipaksa mati karena karma dan kilesa kita yang memaksanya. Bahkan kita benar2 bisa menentukan apakah kita mau mati atau tidak, mau lahir atau tidak. Contoh: Sang Buddha sendiri sebenarnya bisa hidup sampai kapanpun selama berkalpa2 tanpa harus menunjukkan parinibbana, tetapi karena tidak dimohon oleh YA Ananda, dan malah Mara meminta Buddha parinibbana, maka akhirnya Buddha menunjukkan parinibbana. (mohon dikoreksi klo salah salah kutip, cerita ini mungkin ada dalam maha parinibbana sutta?). Jadi, Arahat bisa lahir lagi atau ga atau mau lahir lagi atau tidak menurutku itu kebebasan murni mereka, tidak lagi ada halangan apapun yang bisa memaksa mereka, mereka benar2 bebas.
Terima kasih
Terima kasih
QuoteContoh: Sang Buddha sendiri sebenarnya bisa hidup sampai kapanpun selama berkalpa2 tanpa harus menunjukkan parinibbana, tetapi karena tidak dimohon oleh YA Ananda, dan malah Mara meminta Buddha parinibbana, maka akhirnya Buddha menunjukkan parinibbana. (mohon dikoreksi klo salah salah kutip, cerita ini mungkin ada dalam maha parinibbana sutta?). Jadi, Arahat bisa lahir lagi atau ga atau mau lahir lagi atau tidak menurutku itu kebebasan murni mereka, tidak lagi ada halangan apapun yang bisa memaksa mereka, mereka benar2 bebas.
Ini adalah salah satu point of debate yang selalu hangat. Benar pernyataan itu bisa ditemukan di dalam mahaparinibbana. Jadi dikatakan Sang Buddha jika diminta bisa hidup sampai akhir periode bumi terbentuk/hancur atau dikenal juga dengan kalpa.
Jika memang sang Buddha bisa sampai akhir kalpa, dikatakan juga 1 kalpa ada yang terdapat 4 atau 5 sammasambuddha. Pada periode bumi ini dikatakan ada 5 buddha. Sang Buddha Gotama adalah yang ke 4 dan yang terakhir pada periode bumi ini adalah Metteya. Jika Sang Buddha sampai akhir kalpa, Metteya nya nga kebagian donk ;D
Ada juga yang mengatakan bahwa itu salah translasi, bahwa yang dimaksud adalah sampai akhir periode umur manusia di dunia saat itu. Yah masih ada 20 tahun lagi sampai batas umur manusia pada waktu itu.
yah yg pegang pada tipitaka pali saja bisa beda2x interpretasi :) bahkan ada yang saling menolak bagian2x dari isi tipitaka :)
_/\_
Yah, banyak sekali yang masih harus dipelajari, direnungkan dan dimeditasikan atau dipraktikkan. Sebenarnya bagi yang pernah mempelajari falsafah Buddhis (Vaibasikha, sautrantika, ciitamatra, madhyamaka), akan terlihat jg ada poin2 yang berbeda dalam masing2 falsafah, salah satunya tentang Arahat. Jadi, tergantung kita berpegang atau ikut falsafah yang mana. Namun, perlu dijelaskan juga bahwa smua falsafah itu diajarkan oleh Buddha sesuai tingkat kemampuan, aspirasi dan kapasitas pendengarnya. Kita tidak pernah mengatakan bahwa ajaran Buddha bertentangan karena meskipun secara harafiah kelihatannya ada perbedaan, perlu kita ingat bahwa TIDAK ADA SATU pun ajaran Buddha yang tidak bertujuan untuk membantu kita bebas dari derita, dan TIDAK ADA SATU pun ajaran Buddha yang tidak bertujuan untuk membantu kita ke kebahagiaan. (mungkin contoh dari posting Samanera Nyana Bhadra ttg dokter yang memberikan nasihat yang berbeda sesuai penyakit yang diderita pasiennya yang di saat yang satu boleh, sedangkan di saat yang lain tidak boleh sangat tepat menggambarkan hal ini)
Ohya, sekedar menambahkan pendapat tentang istilah bodhisattva yang saya pernah dengar. Yang membedakan seorang bodhisaattva atau bukan hanyalah bodhicitta. Jadi, bahkan binatang atau makhluk neraka pun bila dia membangkitkan bodhicitta spontan, maka dia pantas disebut bodhisattva. Jadi, seorang bodhisattva bisa sudah mencapai Arahat, bisa juga makhluk biasa, tapi yang jelas sudah punya bodhicitta yang spontan. Ada juga kesalahpahaman yang muncul dalam beberapa orang yang menganggap seorang bodhisattva tidak ingin bebas dari samsara. Justru seorang bodhisattva ingin SECEPATNYA bebas dari samsara. Tanpa bebas dari samsara seorang Bodhisattva tidak akan mampu melakukan tujuan utamanya dengan efektif dan sempurna. Jadi, itulah kenapa dikatakan cara seorng Raja yang paling efektif (lihat posting tentang 3 tipe bodhisattva). Bahkan bagi yang mempelajari tentang sila/sumpah bodhisattva akan tahu bahwa berpikir untuk tetap tinggal dalam samsara (tidak ingin bebas dari samsara) melanggar salah satu sila sekunder seorang bodhisattva. (Sekedar gambaran singkat: Sila bodhisattva ada tiga, namun punya penjabaran masing2, dan punya rambu2 yang sering disebut sumpah bodhisattva. Rambu2 ini ada 18 yang disebut pelanggaran utama dan 46 pelanggaran sekunder. Berpikir utk tetap tinggal dalam samsara melanggar bagian sekunder, khususnya rambu2 tentang kesempurnaan sila paramita)
Terima kasih
well, definisi bodhisatta antara mahayana dan theravada berbeda. Yah jangan dianggap sama. Masing2x punya definisi sendiri2x. Yah namanya saja beda "contekan" :)
Kalau menurut bro mangkok memang dari sudut mahayana, dari sudut theravada cukup berbeda.
Terkadang sebuah diskusi bisa mentok dan tak berujung karena memang rujukan masing2x berbeda. Dari dahulu saya lebih suka membedakan kedua itu secara explisit dan tidak dilakukan pengabungan karena yah tidak akan pernah nyambung.
_/\_
Boleh ga minta tolong dijelaskan tentang definisi bodhisatta dalam Theravada?
Dan apa penyebab utama seseorang mencapai keBuddhaan sempurna dalam Theravada?
Mungkin perlu saya sampaikan bahwa saya tidak bemaksud membeda2kan dalam arti yang negatif ataupun mencari kesimpulan dari satu diskusi, hanya berharap meningkatkan kebijaksanaanku dan mengurangi ketidaktahuanku. Tentu saja harapan tertinggi adalah bisa suatu saat benar2 memiliki kebijaksanaan seorang Buddha yang sempurna. Jadi, mohon tidak berpikir saya punya niat negatif apapun dengan pertanyaan2 tersebut.
Terima kasih
Dengan kerendahan hati seorang yang masih banyak ketidaktahuan dan yang ingin meningkatkan pengetahuannya sebanyak mungkin agar mencapai kebijaksanaan tertinggi seorang Buddha _/\_
Bedannya?
Boddhisatva Mahayana kadang ada yg bilang bisa menolong makhluk menderita(laper,mao dbunuh,kecelakaan)
kadang ada yg bilang gk bisa nolong orng menderita, cuma bisa nolong dalam arti mengajarkan Dhamma...
kalo dalam Theravada simple...
Boddhisatva adalah julukan terhadap Sammasambuddha pada saat dia belum merealisasikan nibbana...so, maitreya bkn boddhisatva..krn dia blm terlahir sbagai Maitreya dan blm menjadi seorang sammasambuddha
Quote from: El Sol on 06 April 2008, 01:48:37 PM
Bedannya?
Boddhisatva Mahayana kadang ada yg bilang bisa menolong makhluk menderita(laper,mao dbunuh,kecelakaan)
kadang ada yg bilang gk bisa nolong orng menderita, cuma bisa nolong dalam arti mengajarkan Dhamma...
kalo dalam Theravada simple...
Boddhisatva adalah julukan terhadap Sammasambuddha pada saat dia belum merealisasikan nibbana...so, maitreya bkn boddhisatva..krn dia blm terlahir sbagai Maitreya dan blm menjadi seorang sammasambuddha
wah, apa benar Maitreya/Metteya bkn boddhisattva?
apakah ada referensinya yg mendukung pernyataan itu, sol? ???
baik dalam Sutta atau Vinaya?
sepengetahuan saya, baik Theravada maupun Mahayana mengakui Bodhisattva Maitreya. CMIIW :)
http://www.geocities.com/bbcid1/bukumaitreya.htm
http://www.geocities.com/bbcid.geo/sutra9.htm
By : Zen
[at] atas
Maitreya emank bakal jd Buddha..tp skrng dia adalah seorang deva, dan gk pantas panggil deva itu boddhisatva karena dia blm nibbana...
hanya gelar saja
Quote from: El Sol on 06 April 2008, 02:44:43 PM
[at] atas
Maitreya emank bakal jd Buddha..tp skrng dia adalah seorang deva, dan gk pantas panggil deva itu boddhisatva karena dia blm nibbana...
hanya gelar saja
bisa minta referensinya atas pernyataanmu, sol?
maybe di Jataka Sutta, ato di Sutta yg lain?
ato El Sol udah bikin Sutta baru? :P [joke ;D]
ini pendapatmu sendiri ato gimana?
By : Zen
Ariya Metteya / Ariya Maitreya itu sudah Bodhisatta loh, katanya sudah 16 kalpa yang tak terhitung dan < 100.000 kalpa berlatih.
Dan sekarang kalpa terakhir beliau.
[at] atas
iyah tp julukan boddhisatva tdk cocok kalo dpanggil skrng krn dia belum jd sammasambuddha...
julukan boddhisatva khan dgunakan oleh para Buddha untuk merujuk diri mereka sebelum menjadi Buddha, khan?
Quote from: Hikoza83 on 06 April 2008, 03:09:46 PM
Quote from: El Sol on 06 April 2008, 02:44:43 PM
[at] atas
Maitreya emank bakal jd Buddha..tp skrng dia adalah seorang deva, dan gk pantas panggil deva itu boddhisatva karena dia blm nibbana...
hanya gelar saja
bisa minta referensinya atas pernyataanmu, sol?
maybe di Jataka Sutta, ato di Sutta yg lain?
ato El Sol udah bikin Sutta baru? :P [joke ;D]
ini pendapatmu sendiri ato gimana?
By : Zen
pndapat sendiri... ;D tp gw yakin bener kok
Definisi Theravada Bodhisatta itu kalau seseorang beradithana menjadi Sammasambuddha dihadapan dan disetujui oleh seorang SammaBuddha, kalau Mahayana semua makhluk yang beraspirasi menjadi Buddha disebut Bodhisattva.
Ah? Masa?...gw br tao :hammer:
_/\_
Terima kasih atas sharingnya ya semua
NB: Ohya, setahu saya versi Mahayana tidak sesederhana beraspirasi jadi Buddha langsung disebut bodhisattva, ada penjelasan lagi. Mungkin orang menyederhanakan saja atau hanya sekedar menghormati orang yang mungkin dianggapnya sangat baik sehingga disebutnya bodhisattva
Udah lama ga masuk DC tetep aja rame topik Bodhisattva ini..
Di Mahayana ga cuma aspirasi jadi Buddha trus disebut Bodhisattva, harus punya kualitasnya juga...
Quote from: El Sol on 06 April 2008, 02:44:43 PM
[at] atas
Maitreya emank bakal jd Buddha..tp skrng dia adalah seorang deva, dan gk pantas panggil deva itu boddhisatva karena dia blm nibbana...
hanya gelar saja
sesuai pernyataanmu, bakal jadi buddha = bodhisatwa
kalau sekarang adalah deva <> (baca bukan) bodhisatwa....bertentangan dengan pernyataanmu sendiri!
Kalau sudah Nibbhana.......tentu saja bukan bodhisatwa lagi...tapi sudah Arahat/Pratekya/sammasambuddha.
anyway, hanya istilah-istilah saja, namun penggunaan istilah menunjukkan pemahaman seseorang terhadap istilah itu, kalau salah menempatkan istilah itu, tentu saja pemahamannya masih belum "correct"
aduh, bang El Sol betul-betul bikin kekacauan :))
bow and respect,
Quote from: Mangkok on 07 April 2008, 12:16:28 AM
_/\_
Terima kasih atas sharingnya ya semua
NB: Ohya, setahu saya versi Mahayana tidak sesederhana beraspirasi jadi Buddha langsung disebut bodhisattva, ada penjelasan lagi. Mungkin orang menyederhanakan saja atau hanya sekedar menghormati orang yang mungkin dianggapnya sangat baik sehingga disebutnya bodhisattva
Memang ada tidak sama persis dalam hal definisi, barangkali kita perlu menggali lebih dalam lagi tentang ini, semoga kita menjadi semakin jelas dan mengerti.
namun, walaupun tidak sama persis, namun tidak bertentangan, itu yang paling penting bagi kita ketahui :)
Bodhisatwa dari definis mahayana juga banyak aspek, kualitas, tingkat, dan bodhisatwa yang pemula, menengah, dan arya bodhisatwa.
mengapa semua makhluk yang beraspirasi merealisasi disebut bodhisatwa, karena menyaradari sepenuhnya semuanya memiliki buddhagarbha (Intisari atau benih buddha), semua makhluk bisa mencapai tahap seperti Buddha Sakyamuni.
Kita masih ada kesempatan kita, menunggu kehadiran Bodhisatwa Maitreya ke jambudvipa dan merealisasi pencerahan sempurna, jadi kita bisa bikin koneksi dari sekarang, dan pastikan kita berikrar di depan Buddha Maitreya nanti. kalau ada yg mau, silakan...............saya sih sangat-sangat mau bertemu dengan Maitreya di kehidupan-kehidupan akan datang (entah berapa lama lagi) :)
bow and respect,
_/\_ Pemahaman Bodhisatta versi Mahayana dan Theravada mungkin akan punya konsep pandangan yang berbeda.
Theravada menganggap Boddhisatva adalah praktek seorang manusia menuju penerangan sempurna dan memiliki step-step yang dilakukan berulang-ulang sampai pemurnian diri.
Mahayana lebih menganggap Boddhisatva sebagai sseorang makhluk mistis yang sudah ada sejak jaman dulu kala yang merupakan emanasi dari Para Buddha.
Tetapi saya yakin,baik Mahayana ataupun Theravada ,praktek itu ujung-ujungnya adalah sama saja meskipun beberapa term mungkin berbeda seperti contoh tingkatan Bhumi Bodhisatva.
"Sucikan hati dan pikiran"
:)) bro nyanabhadra,ga usah repot2 mau ketemu Maitreya berkalpa-kalpa di masa depan. sekarang ada versi ekspresnya kok buat ketemu.tinggal aku minta nama aseli bro nyanabhadra trus aku bakar di gulungan kertas bernama dragon scroll,udah deh pihak imigrasi tusita akan mengurus.hehehehhe(jokes mode on) ^-^
Quote from: nyanadhana on 07 April 2008, 11:22:56 AM
:)) bro nyanabhadra,ga usah repot2 mau ketemu Maitreya berkalpa-kalpa di masa depan. sekarang ada versi ekspresnya kok buat ketemu.tinggal aku minta nama aseli bro nyanabhadra trus aku bakar di gulungan kertas bernama dragon scroll,udah deh pihak imigrasi tusita akan mengurus.hehehehhe(jokes mode on) ^-^
Ini tehniknya I Kuan Tao bukan?
yg pake baca mantra "Wo Cai Fo Mi Le"?
Quote from: Sumedho on 05 April 2008, 06:26:16 AM
Quote from: Sumedho on 05 April 2008, 07:23:04 AM
well, definisi bodhisatta antara mahayana dan theravada berbeda. Yah jangan dianggap sama. Masing2x punya definisi sendiri2x. Yah namanya saja beda "contekan" :)
Seperti yg saya kemukan sebelumnya, memang tidak sama persis, namun tidak bertentangan, itu yang sangat penting kita simpan baik-baik dalam hati kita.
kemudian, menurut mahayana, Sammsambuddha juga ada 2 jenis loh.
1. Sammasambuddha yang yang sebelumnya ada aryabodhisatwa, dan pada kehidupan-kehidupan sebelumnya pernah bertekad di depan seorang Sammsambuddha, bahwa dirinya akan merealisasi sampai pada tingkat sammasambuddha juga, berlatih dalam jalur bodhisatwa (cocok dengan definisi theravada), inilah Sammsambuddha yang menunjukkan 12 tindakan agung, semua Sammsasambuddha golongan ini sama, menunujukkan 12 tindakan agung, Buddha Sakyamuni, Buddha Maitreya, bahkan Sammasambuddha sebelumnya yang tergolong dalam kelompok ini.
2. Sammasambuddha yang tidak menunjukkan 12 tindakan agung, dan bisa dicapai di salah satu era (kalpa) Sammasambuddha yang menunjukkan 12 tindkan agung, dan contohnya banyak, orang Zen barangkali akan melihat Bodhidharma sebagai makhluk tercerahkan (Sammasambuddha), para praktisi mahayana tibetan akan melihat Nagarjuna, Asangha, Aryadeva, Shantideva, Padmasambhava, Atisa, Jey Tsongkhapa sebagai manusia tercerahkan (Sammasambuddha), dst.
namun apakah 101% bahwa Bodhidharma, Nagarjuna, Asangha, dll adalah makhluk tercerahkan seperti Buddha Sakyamuni? saya pribadi percaya dan yakin akan hal itu, namun bagi yang lain.....silakan selidiki sendiri.
bow and respect,
Quote from: nyanabhadra on 07 April 2008, 11:09:33 AM
Quote from: El Sol on 06 April 2008, 02:44:43 PM
[at] atas
Maitreya emank bakal jd Buddha..tp skrng dia adalah seorang deva, dan gk pantas panggil deva itu boddhisatva karena dia blm nibbana...
hanya gelar saja
sesuai pernyataanmu, bakal jadi buddha = bodhisatwa
kalau sekarang adalah deva <> (baca bukan) bodhisatwa....bertentangan dengan pernyataanmu sendiri!
Kalau sudah Nibbhana.......tentu saja bukan bodhisatwa lagi...tapi sudah Arahat/Pratekya/sammasambuddha.
anyway, hanya istilah-istilah saja, namun penggunaan istilah menunjukkan pemahaman seseorang terhadap istilah itu, kalau salah menempatkan istilah itu, tentu saja pemahamannya masih belum "correct"
aduh, bang El Sol betul-betul bikin kekacauan :))
bow and respect,
Bhante..
maksud gw itu..
Boddhisatva hanya julukan...
tidak ada yg namane Makhluk Boddhisatva...
gitu loh~~
dan Maitreya sekarang ajah belum ada..gmana mungkin ada Boddhisatva Maitreya?
yg ada skarang hanya seorang dewa yg akan terlahir sebagai manusia bernama Metteya dan akan merealisasikan Nibbana dan mengajarkan Dhamma..lalu sang Buddha tersebut akan menyebut dirinya sewaktu belum jadi Buddha dengan panggilan Boddhisatva...
itu maksud gw..-_-"
:)) Maitreya adalah Bodhisatva pada saat sekarang El Sol. tertulis dalam Sutta Pali sebagai Bodhisatta Metteya, memang terlahir dalam dunia Tusita, dan Tusita dipersiapkan untuk seorang Bodhisatva turun ke dunia menjadi Buddha.
[at] atas
gw tao...
ditulis Boddhisatva Maitreya khan supaya jelas..bisa gampang ngerti..
the fact is..
Maitreya belum terlahir dan belum merealisasikan Nibbana..bagaimana dia bisa mendapat gelar Boddhisatva?
who knows..ramalan sang Buddha Gotama meleset, si Metteya tertunda waktune..(contoh doank)
Kamma dan buah kamma khan gk bisa di prediksi 100%
:)) Bodhisatva pada umumnya adalah sebutan untuk seorang calon Buddha.
semua orang bisa juga disebut dengan Bodhisatva jika dia melengkapi set paraminya. mana tahu ternyata Metteya itu terlahir dalam casing El Sol,who knows.
Gelar Bodhisatva itu bukan berarti dia sudah merealisasikan Nibbana karena gelarnya berubah jadi Buddha.kalo masih dalam tahap penyempurnaan disebutlah beliau Bodhisatva/Bodhisatta (makhluk yang memiliki tujuan bodhi/pencerahan)
Quote from: El Sol on 07 April 2008, 11:37:54 AM
Quote from: nyanabhadra on 07 April 2008, 11:09:33 AM
Quote from: El Sol on 06 April 2008, 02:44:43 PM
[at] atas
Bhante..
maksud gw itu..
Boddhisatva hanya julukan...
tidak ada yg namane Makhluk Boddhisatva...
gitu loh~~
dan Maitreya sekarang ajah belum ada..gmana mungkin ada Boddhisatva Maitreya?
yg ada skarang hanya seorang dewa yg akan terlahir sebagai manusia bernama Metteya dan akan merealisasikan Nibbana dan mengajarkan Dhamma..lalu sang Buddha tersebut akan menyebut dirinya sewaktu belum jadi Buddha dengan panggilan Boddhisatva...
itu maksud gw..-_-"
Bodhisatwa benar titel (julukan).
Tidak ada makhluk bodhisatwa (ini definisi tertinggi, apabila dikaitkan dengan shunyata (tingkat ultimate), kalau kita jelaskan dari sisi konvensional tentu saja ada....elsol ada toh, manusia toh, bisa di cerap pakai panca indera toh??? nah ini penjelasan konvensional.
Maitreya belum terlahir ke alam manusia di era ini, saya hanya mengutip dari sabda buddha yg menyatakan, bodhisatwa maitreya sudah mengambil posisi sebagai pelindung di Tanah Suci Tushita, Tanah Suci Tushita jg terbagi atas 2 bagian, bagian yang khusus oleh kekuatan Bodhisatwa maitreya dijadikan tempat yang terlepas dari Samsara, dan sisanya bagian Tushita yang masih berada dalam samsara.
Jadi sejak dahulu kala, Maitreya sudah menjadi bodhisatwa, dan menempuh karir bodhisatwa panjang, hingg sekarang beliau sudah pada tingkat Arya bodhisatwa, yaitu sudah pada level 10 bodhisatwa Bhumi. (ini dikutip dari Karya Chandrakirti tentang Bodhisatwa Bhumi, yg berjudul U'ma la Jug pa [Mulamadhyamika-karika Shastra])
Jadi, tidak pernah ada ajaran Buddha yg menyebutkan bahwa Bodhisatwa Maitreya sudah terlahir menjadi manusia di era (kalpa) Buddha Buddha Sakyamuni.
Barangkali ini Ajaran maitreya yang menyebutkan demikian, berkaitan dengan manufer Raja-raja zaman dahulu, dan aliran teratai putih :)
Jadi, Bodhisatwa Maitreya sedang bertahta di Tanah Suci Tushita. ini menurut ***'Phag Pa jampa'i monlam gyi Gyalpo*** (Arya Maitreya Pranidhana Raja Sutra).
bow and respect,
QuoteMaitreya belum terlahir dan belum merealisasikan Nibbana..bagaimana dia bisa mendapat gelar Boddhisatva?
Gelar Boddhisatta adalah untuk makhluk yang belum jadi Buddha. Sudah dijelaskan berulang kali.
Quotewho knows..ramalan sang Buddha Gotama meleset, si Metteya tertunda waktune..(contoh doank)
Kamma dan buah kamma khan gk bisa di prediksi 100%
Sammasambuddha tidak akan salah. Pengetahuan seorang Sammasambuddha adalah omniscience (Maha Tahu), tetapi perlu dibedakan Maha Tahu secara Buddhis dengan agama lain. Maha Tahu di sini adalah apa yang bisa diketahui oleh 6 indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, peraba dan pikiran) bisa diketahui seorang Sammasambuddha. Bukan juga semua pengetahuan dalam satu saat, tetapi apabila dibutuhkan seorang Sammasambuddha dapat mengetahuinya (satu hal dalam satu saat). Dan seorang Sammasambuddha tidak akan pernah salah. Karma dan buah karma tidak dapat diketahui 100% bahkan oleh Arahat (Biasa), tetapi diketahui 100% oleh seorang Sammasambuddha
Quote from: El Sol on 07 April 2008, 11:47:05 AM
[at] atas
gw tao...
ditulis Boddhisatva Maitreya khan supaya jelas..bisa gampang ngerti..
the fact is..
Maitreya belum terlahir dan belum merealisasikan Nibbana..bagaimana dia bisa mendapat gelar Boddhisatva?
who knows..ramalan sang Buddha Gotama meleset, si Metteya tertunda waktune..(contoh doank)
Kamma dan buah kamma khan gk bisa di prediksi 100%
Bagimu mungkin bisa meleset, namun bagi kami yang yakin bahwa Buddha Sakyamuni sudah sempurna Total, tidak pernah meleset sedikitpun.
dikatakan bahwa daun dari hutan dikumpulkan di aduk-aduk, dibakar hingga ke menjadi abu, Buddha Sakyamuni masih bisa membedakan abu mana, daun mana, dari hutan mana, persis pohon yang mana, batang yang mana, cabang yang mana.
Kalau anda bilang Buddha Sakyamuni meleset dalam prediksi, berarti anda meyangsikan kesempurnaan total dari Buddha Sakyamuni.
tentu saja boleh-boleh saja menyangsikan kesempurnaan Buddha Sakyamuni.
Tapi saya yakin sepenuhnya beliau sudah sempurna total, jadi tidak mungkin salah.
kesempurnaan total (realisasi Sammasambuddha) tidak ada kaitannya dengan kematangan KARMA. namun seberapa banyak latihan, sebera sempurna batin seseorang, Karma hanyalah pendukung utk latihan menjadi sempurna, tapi bukan faktornya :)
Gelar bodhisatwa sudah diberikan kepada Bodhisatwa Maitreya sejak waktu tak terbatas, ketika beliau sudah masuk pada Dharsanamarga (Arya Bodhisatwa) yaitu pada level-1 bodhisatwa bhumi.
bow and respect,
aduh guys aye bukan meragukan sang Buddha Gotama...
tapi...
ini hanya pendapat gw ajah seh..gw rasa masa depan itu uncertain..
kita tidak ditakdirkan kapan untuk menjadi Buddha..tapi kita menentukan kapan kita menjadi Buddha..
~~ just my opinion ~~ dun be to serious..T_T
OOT :))
silahkan lanjoet lage..hehe... ;D
Quote from: Mangkok on 05 April 2008, 12:57:23 AM
Boleh jelaskan sedikit tentang proses seorang manusia sampai mencapai samma sambuddha (khususnya dalam tradisi Theravada)? Apa yang membuat seseorang bisa mencapai sammasambuddha?
dear bro......
ternyata topik ini jadi sedemikian hangatnya sampai banyak postingan....
mengenai bagaimana proses seorang samma sambuddha dalam theravada, sebenarnya simpel saja.... mengenai bagaimana menjaga tekad selama berkappa-kappa saja..... dalam kasus buddha gautama, diperlukan 4 asankheya kappa dan 100.000 mahakappa untuk menjadi samma sambuddha.
saya berpegang pada prinsip nibbana adalah kebahagiaan tertinggi, dan waktu berkappa-kappa itu dibutuhkan untuk mengumpulkan kebahagiaan sedikit demi sedikit..... seperti yang anda tulis di bawah dengan "spontan" itu
Quote from: Mangkok on 05 April 2008, 12:57:23 AM
Tentang membebaskan semua makhluk, menurut saya pribadi, ungkapan itu menunjukkan welas asih dan tekadnya yang luar biasa. Dengan pendapat bodohku, klo seseorang sudah mencapai aspirasi yang spontan utk menolong semua makhluk dan aspirasinya sudah sempurna, dlm arti bahwa tindakan apapun yang dia lakukan adalah spontan dan terus menerus dilakukan HANYA demi kebaikan semua makhluk, maka apakah bisa membebaskan smua makhluk ataukah tidak sudah bukan satu hal yang perlu dipikirkan lagi. Toh, apapun yang beliau lakukan adalah spontan, aspirasi itu sudah begitu "mendarah daging dan batin", sehingga semua tubuh dan batinnya hanya diwarnai oleh aspirasi itu, tentunya dia akan melakukan itu terus menerus tanpa terganggu oleh pikiran apakah bisa membebaskan smua makhluk. Justru klo masih ada makhluk yang belum bebas, dia akan spontan ingin membebaskannya, jadi tidak ada keputusasaan di sana sama sekali, malah satu kegembiraan dan semangat dalam kebajikan yang luar biasa. Jadi, mereka menolong makhluk lain bukan karena itu tugas mereka, mereka melakukannya dengan spontan karena aspirasi itu sekali lagi sudah "mendarah daging dan batin" dalam diri mereka. Justru mereka akan senang bisa menolong sebanyk mungkin makhluk, karena itulah yang mereka inginkan dari awal, yang menjadi spontan sekarang.
dear bro....
mungkin perlu diperjelas yah..... disini kita membahas hal yang berbeda... yang anda bahas adalah dari sisi pribadi si bodhisatta itu (6 paramita), yang sebenarnya dalam theravada juga ada (10 parami)..... sedangkan saya melihat dari objeknya (baca: semua mahluk)
saya lebih setuju dengan prinsip theravada karena pada prinsipnya, tidaklah mungkin untuk menunggu sampai semua mahluk tidak menderita......
ini pernah saya bahas dengan seorang rekan dimana "heroik" ini cocok dengan jiwa chinese..... misal mengorbankan diri, membebaskan semua mahluk.... biarlah diri ini menderita, asal yang lainnya selamat.....
biar ga memperpanjang, saya rasa sudah cukup komen tentang topik "membebaskan semua mahluk", ok??
Quote from: Mangkok on 05 April 2008, 12:57:23 AM
Tentang bebas dari samsara, berarti ada ketidakbebasan yang perlu kita ketahui. Misal, klo kita mengambil lagi istilah lingkaran samsara, tentunya mereka yang belum bebas dari lingkaran samsara berarti punya ketidakbebasan tertentu maka disebut tidak bebas. Katakanlah ketidakbebasan mereka adalah bahwa mereka dipaksa untuk mengalami lingkaran itu tanpa punya kekuatan apapun untuk menghentikan atau memutuskannya. Tapi, bagaimana dengan mereka yang punya kekuatan untuk benar2 mempengaruhi lingkaran itu, dalam hal ini misal (contoh yang sangat kasar) mereka benar2 bisa menentukan sendiri mau lahir sebagai apa, di mana, kapan, dll. Lebih tegasnya mereka benar2 menentukan karmanya sendiri dengan bebas tanpa paksaan apapun (mungkin analogi ini tidak tepat, tp bisa sebagai gambaran kasar), ini tentunya berbeda dengan mereka yang tidak bisa menentukan, yang hanya mengikuti dan bahkan dipaksa karma dan kilesanya mengalami berbagai hal, mereka yang benar2 dipengaruhi secara total, tidak punya kebebasan sama sekali. Contoh ketidakbebasan lain yang cukup jelas adalah bahwa karena masih punya kilesa, maka kita tidak bebas, kita dikuasai mereka, kita adalah budaknya kilesa kita. Tapi bila kita sudah tidak punya kilesa, kita jelas sudah bebas, kita menjadi bos diri kita sendiri, bukan budak dari kilesa kita. Jadi, klo menurut saya, samsara adalah ketidakbebasan itu, keterpaksaan itu. Samsara adalah ketidakbebasan dalam lahir, mati, tua, sakit, mengalami berbagai hal yang tidak kita inginkan, kita dipaksa untuk mengalami berbagai hal tanpa kebebasan sama sekali. Klo kita bebas dari keterpaksaan itu, itulah kebebasan dari samsara. Kita bisa saja lahir, tp lahir dengan niat yang benar2 murni yang bebas dari kilesa. Kita bisa saja mati, tapi mati dengan niat murni kita, bukan dipaksa mati karena karma dan kilesa kita yang memaksanya. Bahkan kita benar2 bisa menentukan apakah kita mau mati atau tidak, mau lahir atau tidak. Contoh: Sang Buddha sendiri sebenarnya bisa hidup sampai kapanpun selama berkalpa2 tanpa harus menunjukkan parinibbana, tetapi karena tidak dimohon oleh YA Ananda, dan malah Mara meminta Buddha parinibbana, maka akhirnya Buddha menunjukkan parinibbana. (mohon dikoreksi klo salah salah kutip, cerita ini mungkin ada dalam maha parinibbana sutta?). Jadi, Arahat bisa lahir lagi atau ga atau mau lahir lagi atau tidak menurutku itu kebebasan murni mereka, tidak lagi ada halangan apapun yang bisa memaksa mereka, mereka benar2 bebas.
dear bro,
secara singkat dapat dikatakan bahwa manusia itu selalu sadar..... jadi tidak ada istilah dikuasai oleh kilesa atau apapun loh
sebenarnya semua pilihan/tindakan tetap dilakukan oleh manusia itu sendiri, itu bisa kita cocokkan dengan hukum kamma (siapa berbuat, dia yang akan menerima)
tapi karena dikuasai oleh kilesa atau kekotoran, membuat kita melakukan sesuatu yang akusala......
simpel aja kok.........
semoga bisa dimengerti yah.......
_/\_
Tadinya kepikiran tidak memperpnjang topik ini lagi, hehe, tapi ternyata malah banyak yang memberikan pendapat2 yang luar biasa. Terima kasih... ^:)^
Ohya, hanya mau menyampaikan sedikit analogi yang moga2 bermanfaat yg berkaitan dengan "membebaskan semua makhluk" (maaf utk bro markos, hanya bermaksud punya gambaran yang menyeluruh saja, minimal menambah wawasan yang moga2 bermanfaat). Pertama2, seperti yang pernah saya kutip, tidak ada kata2 ataupun ucapan Buddha yang tidak bertujuan menghindarkan kita dari dukkha dan membawa kita ke kebahagiaan. Kita juga perlu menyadari bahwa ucapan Buddha adalah sedemikian luar biasanya sehingga orang2 yang mendengarkan kata2 yang sama akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan kecenderungan dan kapasitasnya masing2. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai peristiwa di dalam kehidupan Buddha sendiri, misalnya bagaimana dengan pembabaran dhamma yang sama, pendengar yang berbeda2 mendapatkan hasil yang sama ataupun berbeda, misal ada yang mencapai Sotapanna, ada yang Sakadagami, Anagami, maupun Arahat. Ada yang mendengar kedua kali atau lebih baru mencapai Arahat, dll. Itulah salah satu contoh kualitas Buddha yang luar biasa, yang sebenarnya di luar pemahaman kita yang masih sangat terbatas (mungkin pemahaman saya saja yang terbatas, beda dgn teman2).
Klo boleh saya share pengalaman pribadi (mohon maaf sebelumnya klo ada yang tidak sependapat), kita klo membahas ajaran Buddha hanya berdasarkan logika saja toh, tanpa mengaitkannya dengan batin kita, hal itu tidak akan membawa banyak manfaat. Kita sebaiknya mengaitkannya dengan batin kita, dengan pengalaman kita sendiri, menganalisanya, baru kita akan mendapatkan manfaat yang besar, minimal akan ada kemajuan dalam diri kita.
Sekarang, ttg membebaskan semua makhluk, ada hal yang mirip dengan itu dalam dana paramita. Secara kasar, bisa kita katakan dana paramita adalah kesempurnaan dalam dana (saya tidak tahu apakah ada definisi lain yang berbeda, tapi sementara kita pake ini dulu). Guru besar Shantideva (klo saya tidak salah ingat dalam karya beliau yang berjudul Bodhicaryavata) mengatakan bahwa Kesempurnaan dana tidak dicapai dengan membebaskan semua makhluk dari kemiskinan, bila demikian maka Buddha masih belum mencapai kesempurnaan dana, adalah suatu kenyataan bahwa masih banyak orang miskin di dunia dari zaman dulu sampai sekarang. Dana adalah kehendak untuk memberi. Nah, kemudian mungkin timbul pemikiran klo gitu, kehendak saja sudah cukup toh? Hal ini hanya menggambarkan kualitas generosity/dana kita yang perlu dipertanyakan. Bila kita benar2 mempunyai kehendak untuk memberi bahkan pada saat kita tidak punya sesuatu untuk diberi, maka pasti pada saat kita punya barang/hal tersebut kita akan memberi dengan senang hati. Masih banyak hal yang bisa dibicarakan ttg dana, namum kita tidak khusus membahas ttg dana, jd tidak akan diperpanjang. Namun, anologi inilah yang saya maksudkan dengan membebaskan semua makhluk dengan kesempurnaan aspirasi membebaskan semua makhluk.
Tapi, sekarang kembali ke diri kita sendiri, yang jelas membebaskan diri sendiri saja kita masih kacau balau (mungkin hanya saya sendiri yang dalam posisi menyedihkan ini), apalagi membebaskan orang lain, masih jauh, sangat jauh. Kita harus mengembangkan diri sendiri dulu diposisi yang pantas, bagaimana kita dapat membantu orang yang sama2 tenggelam dlm lumpur sampai leher seperti kita, selain kita keluar dulu dari lumpur itu. Bahkan dlm pesawat saja pramugari memperingatkan agar dalam keadaan darurat, kita memasang alat keselamatn ke diri kita dulu sebelum ke anak atau orng tua. Meskipun demikian, tidak ada salahnya kita mengembangkan aspirasi untuk menolong semakin banyak mungkin makhluk. Dan hal ini tentu saja terserah kepada masing2 dari kita cenderungnya punya aspirasi yang seperti apa, mungkin ada yang ingin memiliki kelahiran kembali yang lebih baik saja, mungkin ada yang ingin bebas dari samsara, mungkin ada yang ingin mencapai Arahat, mungkin ada yang ingin menjadi Buddha yang sempurna, yah terserah kepada pribadi masing2 cenderung ke apa, tidak ada yang menwajibkan kita. Namun apapun yang kita pilih, sebaiknya kita mempelajari, merenungkan dan memeditasikan/mempraktikkan hal2 yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Kita tidak akan mencapai apa2 bila hanya mempelajari dhamma seperti menonton film, tidak mengaitkan dengan diri kita sendiri. Hanya pada saat mulai dikaitkan dengan diri kitalah baru dhamma akan mulai membawa manfaatnya dalam diri kita. Saya mengatakan hal ini adalah untuk mengingatkan diri saya sendiri, karena saya tidak ada kualitas apapun utk mengajari yang lain.
Terima kasih
dear bro Mangkok,
senang membaca tulisan anda.
itu kenapa diatas saya sebutkan : prinsip nibbana adalah kebahagiaan tertinggi, dan waktu berkappa-kappa itu dibutuhkan untuk mengumpulkan kebahagiaan sedikit demi sedikit.....
sedikit rangkuman yang mungkin bisa berguna :
1. kita lebih bisa menolong orang, pada saat kita sudah berbahagia. Pada saat kita tidak atau kurang bahagia juga sebenarnya bisa, namun pikiran/citta cenderung kurang "bersih" karena pasti masih bercampur dengan akusala citta
2. menolong tidak harus dalam tindakan fisik, bisa juga melalui pikiran....... terkait dengan cetana/niat sebelum melakukan, action/tindakan menolong itu sendiri serta citta yang diulang2 setelah melakukan tindakan
semoga bisa dimengerti yah....... walau mungkin kita membahas dari sudut yang berbeda ;)
_/\_ mengenai hal ini,seharusnya cukup disudahi saja pembahasan dengan beberapa pertimbangan
1. Anda belum mencapai tingkat Arhat untuk melihat Nibbana seperti apa
2. Anda belum memiliki pengetahuan sepadan yang masih mengundang keraguan.
Silahkan kalo anda sudah Arahat memberikan komentar ,Terima kasih
dear nyanadhana
apakah jika belum mencapai arahat, lalu tidak boleh membicarakan mengenai arahat???
bagi saya pribadi, diskusi seperti ini sangat berguna karena dapat lebih memberi semangat untuk bisa mencapai tingkatan tersebut.
Apalagi sebagai umat biasa, masih banyak yang belum kita ketahui dan untuk itu, sangat dibutuhkan masukan dari orang lain, walau dia masih umat biasa juga
semoga bisa dimengerti yah......
_/\_ saya bukan menyatakan tidak boleh,namun pengetahuan yang kalian bawakan adalah berputar-putar tanpa titik temu. berteori memang menyenangkan tapi usahakan tidak mengambil pemikiran pribadi. praktek dulu baru berbicara agar kita tidak terjbak dalam musavada.
Pengetahuan Arhat dan Bodhisatva kita dapatkan dari teks teks kanon yang memuat relevansi artikel. namun pengetahuan kita tetap terbatas,seorang Arahat bisa membaca Anagami,Sakadagami,Sotapanna sampai putthujana tapi sebaliknya tidak bisa begitu.seorang putthujana tidak bisa membaca Sotapanna sampai ke atas. karena tingkatan pemahaman yang berbeda. Harap dimengerti.saya mengikuti thread ini makin lama makin muter muter.
_/\_
Mohon maaf ya klo apa yang saya sampaikan malah menimbulkan hal2 negatif yang tidak diinginkan ^:)^ ^:)^ ^:)^
Ini jelas dikarenakan kesalahan saya sendiri, bukan ajaran ataupun teman2 lainnya. Dan jelas juga saya yang suka memutar2 dengan pertanyaan sehingga malah membuat poin jadi kabur.
Mohon maaf sekali lagi. ^:)^ ^:)^ ^:)^
Juga mohon dengan kerendahan hati klo misalnya apa yang disampaikan tidak berguna dalam arti menimbulkan pikiran negatif, mohon dilupakan saja ya.
Terima kasih
nga papa koq bro mangkok, berpikir kritis itu perlu :)
_/\_ terkadang ketegasan harus dibuat agar tidak ada micchaditthi dalam Dhamma. saya hanya meluruskan apa yang memang sudah lurus tanpa bengkok kanan kiri.setiap orang memiliki pengalaman Dhamma sendiri dan pengalaman menjadi Arahat juga berbeda-beda coba baca Theragatha dan Therigatha.
Quote from: Mangkok on 09 April 2008, 08:07:11 PM
_/\_
Mohon maaf ya klo apa yang saya sampaikan malah menimbulkan hal2 negatif yang tidak diinginkan ^:)^ ^:)^ ^:)^
Ini jelas dikarenakan kesalahan saya sendiri, bukan ajaran ataupun teman2 lainnya. Dan jelas juga saya yang suka memutar2 dengan pertanyaan sehingga malah membuat poin jadi kabur.
Mohon maaf sekali lagi. ^:)^ ^:)^ ^:)^
Juga mohon dengan kerendahan hati klo misalnya apa yang disampaikan tidak berguna dalam arti menimbulkan pikiran negatif, mohon dilupakan saja ya.
Terima kasih
dear bro Mangkok,
justru lebih baik anda bisa mengutarakannya di forum, ketimbang hanya dipendam saja seperti kebanyakan orang, dan ujung2nya banyak yang bilang : "Ah agama buddha itu sih sulit, ajarannya ngawang2"
justru orang kritis seperti anda yang lebih mungkin untuk maju, dibanding mereka yang hanya "nunut" saja, karena kekritisan diperlukan dalam mempraktekkan buddha dhamma dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya pada tataran teoritis saja
saya sudah banyak melihat mereka yang jago dan hebat dalam teori buddhism, namun sangat disayangkan bahwa prakteknya sangat lemah dalam kehidupan sehari2.....
semoga kita semua bisa lebih mempraktekkan buddhism dalam hidup sehari2, dan tidak hanya pintar berteori saja ^:)^
_/\_ saya tidak menyatakan anda tidak boleh melakukan diskusi atau nunut aja, lihat semua tulisan anda disini,setelah ditanya,dijawab dengan pemahaman yang muter-muter ,trus ditanya lagi mengenai pemahaman yang muter-muter dan dijawab lagi dengan muter-muter, bila anda tidak tidak tahu ,belum tahu atau masih ragu-ragu, lebih baik diskusikan terlebih dahulu dengan senior atau orang yang sudah mengerti. Kalau memang tidak mengerti untuk menjawab pertanyaan,pilih untuk diam dan biarkan para senior yang lebih lihai untuk menjawab agar menjaga thread ini tidak melambung jauh. jangan menarik kesimpulan pribadi yang akhirnya semua orang di forum tidak lagi mendapatkan kejelasan atas thread ini. Terima kasih
silahkan diperjelas yang dimaksud dengan "muter-muter" .....
biar ga muter-muter lagi...... :P
_/\_ jawaban nya sudah ada di thread ini,bahkan posting yang sedemikian banyaknya sudah memiliki satu persamaan hanya saja dibawa muter-muter,makanya saya merasa topik ini cukup dan anda harus membaca semua tulisan dari awal kembali.
dear bro nyanadhana
maaf atas pengetahuan saya yang masih cetek, namun karena saya sampai saat ini tidak merasa muter-muter, mohon anda sebagai moderator, bisa menggunakan fungsi QUOTE untuk menunjukkan mana muter-muter itu, juga mana persamaan yang anda maksud itu..... :D sehingga dengan itu, jelaslah apa yang anda maksud
saya hanya merespon posting bro Mangkok dan that's all........ jika memang ada postingan sebelumnya, yang sudah menjawabpun, lalu apa salahnya jika dijawab kembali???
tidak semua member punya koneksi internet yang cepat sehingga dapat dengan mudah untuk membaca secara detail per postingan
dan apakah mengulang-ulang sesuatu yang baik itu salah?? ::)
nah saya tunggu detailnya, anumodana _/\_
_/\_ maaf bro markos,saya bukan menyebutkan anda salah atau tidak ,mohon tidak salah paham,saya hanya membaca thread ini yang mulai keluar jalur sampai membahas isi antah berantah. mengenai quote,gile 6 page yang panjang-panjang,heheheheh.doh baca sendiri aja.
_/\_ Mari kita simpulkan teori Boddhisatta dan Arahat menurut 2 sekolah besar Buddhism
1. Theravada
Bodhisatta adalah makhluk yang bertekad mencapai pencerahan sama seperti seorang Buddha sebelum ia mencapai Pencerahan Sempurna
Arahat adalah Buddha dimana terdapat term SavakaBuddha(dari murid Buddha menjadi Buddha), PaccekaBuddha(menjadi Buddha tapi tidak mengajarkan Dhamma) dan SammaSambuddha(menjadi Buddha dan mengajarkan). Term Arahat merujuk kepada Yang Telah Suci
2.Mahayana
Bodhisatva adalah makhluk suci yang menunda pencapaian pencerahan dalam arti dia sudah cerah dan kembali terlahir lagi menolong makhluk hidup. hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa Nibbana telah final dimana sesuadah Nibbana, Ia akan tidak terlahir lagi mengajarkan Dhamma seperti Buddha Gotama. maka setelah mengetahui Dhamma dan Pembebasan,mereka bertekad untuk tidak menjadi Buddha.
Arahat disebut sebagai orang pencerahan yang masuk Nibbbana setelah kematiannya.Hal ini sungguh disayangkan karena Dhamma juga akan habis dibawanya ke Nibbana karena ia tidak terlahir kembali.
Demikian kita simpulkan perbincangan Arahat dan Bodhisatva yang berasal dari 2 Aliran Utama Buddhist dan Pemikirannya. Anda ingin jadi apa?terlepas dari konsepsi yang beragam dan bermacam2 ,silahkan praktekan BuddhaDhamma sampai pintu Pembebasan.
QuoteArahat disebut sebagai orang pencerahan yang masuk Nibbbana setelah kematiannya.Hal ini sungguh disayangkan karena Dhamma juga akan habis dibawanya ke Nibbana karena ia tidak terlahir kembali.
Tergantung Sutra Mahayana mana, ada disebutkan di Lotus Sutra, kalau Arahat bisa kembali lagi dan menjadi Bodhisattva, kemudian menjadi Sammasambuddha.
_/\_ itulah kenapa Mahayana merujuk Arahat sebagai egois karena sebenarnya dia bisa kembali lagi menjadi Sammasambuddha tapi dia tidak mau. Jadi jelas disini ada pemikiran yang berbeda antara Theravada dan Mahayana.
Mengenai perdebatan hal ini,kita tidak bicarakan lagi,karena tidak akan berujung terhadap 2 pemikiran yang berbeda.
Bukan, yang egois itu yang tidak mau menolong orang, bukan Arahat.
_/\_ well.i got your point,mari tidak menarik ini itu lebih dalam lagi. Silahkan dipelajari bagi yang dari Theravada ataupun Mahayana,sama-sama memperdalam sisi yang dipercayai. Terima kasih. nama hanyalah nama namun pencerahan tetaplah satu.
Maaf, ternyata ada
kesalahan di post saya dulu:
Re: Arahat dan Boddhisatva
« Reply #6 on: 30 March 2008, 10:35:15 PM »
Quote
4. jalan meditasi (path of meditation), pada jalan ini sang bodhisattva akan mengembangkan dirinya dari bodhisattva bhumi 2- bodhisatva bhumi 7.
5. jalan tanpa perlu belajar lagi (path of no more learning)
Disini sang bodhisatva masuk bodhisattva bhumi 8- bodhisattva bhumi 10. Pada bodhisattva bhumi 8, sang bodhisattva disebut arahat mahayana dan terus bekerja mengatasi penghalang kemahatahuannya sampai mencapai kebuddhaan.
Yang benar:Bodhisattva bhumi ke-2 sampai bhumi ke-10 dicapai pada jalan/marga meditasi (
path of meditation), sedangkan jalan/marga tanpa belajar lagi (
path of no-more learning) adalah tahap kebuddhaan.
Semoga bermanfaat dan maaf atas kesalahan ini ^:)^.
_/\_