Split dari topic sebelah.
Membuat buku Ajaran Buddha dan membagikan dengan gratis BUKANLAH dana dhamma. Singkat dan pendek, jasa orang tua terhadap kita (yang tidak bisa dibalas walau menggendong 100 tahun tanpa henti), bisakah dibandingkan dengan memberi satu set tipitaka ke orang tua?
Dana dhamma yang sesungguhnya adalah memberikan pengertian dan membimbing orang lain sehingga mencapai terhentinya kelahiran kembali. Itulah 'dana' yang terbaik. Sulit? Tentu saja super sulit, apalagi jika kita sendiri masih berpandangan tidak jelas benar/salah. Kalau mudah, tidak akan dikatakan sebagai dana terbaik.
Benar sekali, tetapi sekarang ini, banyak sekali beredar penggalangan dana untuk berbagai macam tujuan dengan mengatas-namakan Dhamma dana, memprihatinkan ...
Quote from: Hendra Susanto on 15 November 2010, 10:22:42 AM
jika demikian... apakah mencetak buku dhamma = media? jadi Media Dhamma?
Saya tidak tahu apakah ada istilah media-dhamma di Tipitaka, tapi menurut saya memang itu jadi media dhamma, memudahkan orang yang ingin belajar dhamma. Tetapi tetap bukan dana dhamma itu sendiri.
ini menarik... definisi dari dhamma dana itu seperti apa yah
misalnya memberitahu/memberikan informasi/dhamma yg menjadikan kita memahami dhamma (masuk arus), itu adalah dana dhamma, itu sepertinya masih masuk akal. cmiiw
Quote from: Indra on 15 November 2010, 10:41:31 AM
Benar sekali, tetapi sekarang ini, banyak sekali beredar penggalangan dana untuk berbagai macam tujuan dengan mengatas-namakan Dhamma dana, memprihatinkan ...
Berawal dari tidak mau belajar, maka tidak akan mengerti dana dhamma. Memang sangat memprihatinkan. Jika tidak tahu definisinya tapi melakukan dana buku dengan niat baik menyebarkan dhamma, itu masih sangat wajar. Tapi kadang menggebu-gebu ingin dapat pahala terbesar, akhirnya bukan dana dhamma yang terjadi, malah keserakahan dana yang berkembang.
Quote from: Sumedho on 15 November 2010, 10:47:17 AM
ini menarik... definisi dari dhamma dana itu seperti apa yah
misalnya memberitahu/memberikan informasi/dhamma yg menjadikan kita memahami dhamma (masuk arus), itu adalah dana dhamma, itu sepertinya masih masuk akal. cmiiw
Definisi secara pastinya, saya tidak tahu. Tapi yang saya katakan dana dhamma (yang bisa membalas kebaikan orang tua) adalah seperti yang dilakukan Sariputta terhadap ibunya, yang berpadangan salah 'menyeberang' ke Sotapanna.
Secara general, mungkin mengubah dari orang jahat ke orang baik (tukang nyolong jadi tobat) juga bisa dibilang dana dhamma. Tapi kalau dari definisi Buddhism, sepertinya lebih ke mengarahkan orang pada pandangan benar yang membantu orang mencapai kesucian.
Saya ingin tanya,
Jika kita mempermasalahkan media-nya dalam melakukan dana dhamma, bukankah kata-kata dan bahasa yang kita gunakan saat kita memberikan nasihat juga merupakan suatu bentuk media komunikasi?
Liat di related topic, ada judul yang harus diganti tuh sepertinya (bagiannya DC Press). Alternatifnya: Berdana mencetak Buku Dhamma?
Quote from: Kelana on 15 November 2010, 11:15:29 AM
Saya ingin tanya,
Jika kita mempermasalahkan media-nya dalam melakukan dana dhamma, bukankah kata-kata dan bahasa yang kita gunakan saat kita memberikan nasihat juga merupakan suatu bentuk media komunikasi?
Ini bukan tentang media sih. Tapi, kalo mencetak buku dhamma, yang kita danakan adalah uang/materi (bukan Dhamma). mungkin begitu? CMIIW.
Quote from: Kainyn_Kutho on 15 November 2010, 10:38:20 AM
Split dari topic sebelah.
Membuat buku Ajaran Buddha dan membagikan dengan gratis BUKANLAH dana dhamma. Singkat dan pendek, jasa orang tua terhadap kita (yang tidak bisa dibalas walau menggendong 100 tahun tanpa henti), bisakah dibandingkan dengan memberi satu set tipitaka ke orang tua?
Dana dhamma yang sesungguhnya adalah memberikan pengertian dan membimbing orang lain sehingga mencapai terhentinya kelahiran kembali. Itulah 'dana' yang terbaik. Sulit? Tentu saja super sulit, apalagi jika kita sendiri masih berpandangan tidak jelas benar/salah. Kalau mudah, tidak akan dikatakan sebagai dana terbaik.
kalau menurut sutra bakti :
"Demi mereka tulis dan perbanyaklah Sutra ini, sebarluaskan demi kebajikan semua mahluk serta kumandangkanlah Sutra ini. Segeralah bertobat atas pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan. Atas nama orang tua kalian, berikanlah persembahan kepada Buddha, Dharma, Sangha." Demi orang tua, patuhlah kepada perintah dan hanya memakan makanan suci dan bersih. Tumbuh kembangkan kebajikan dari praktek berdana. Inilah kekuatan yang diperoleh, semua Buddha akan selalu melindungi orang yang demikian itu dan dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga, untuk menikmati segala kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan-penderitaan neraka.
;D
Quote from: Kelana on 15 November 2010, 11:15:29 AM
Saya ingin tanya,
Jika kita mempermasalahkan media-nya dalam melakukan dana dhamma, bukankah kata-kata dan bahasa yang kita gunakan saat kita memberikan nasihat juga merupakan suatu bentuk media komunikasi?
Memang bukan medianya yang dipermasalahkan.
Orang tidak mengerti dhamma, tidak memahami orang yang mendengar, lalu baca Tipitaka untuk didengarkan banyak orang secara langsung (bukan lewat buku), tetap saja namanya bukan dana dhamma. Ia tidak membantu orang lain mengerti. Hal ini sama dengan spamming e-mail tipitaka.txt atau pakai megaphone tengah jalan baca tipitaka. Jika membuat orang lain membaca/mendengar dhamma bisa disebut dana dhamma, maka beo pun bisa berdana-dhamma.
Di sisi lain, ada juga orang yang bisa memahami/merealisasi dhamma tanpa bantuan orang lain. Ia merealisasi dhamma tentu merefleksikan pada satu fenomena, dan kita mungkin adalah bagian dari kenyataan tersebut tanpa disadari. Misalnya dalam dhammapada ada kisah bhikkhu yang melihat kebakaran hutan sehingga mengembangkan perhatian dan mencapai Arahatta. Dalam hal ini, si penyebab kebakaran hutan tentulah tidak berdana dhamma pada si bhikkhu, walaupun ia adalah bagian dari fenomena tersebut.
Kalau saya sementara menyimpulkan, orang berdana dhamma itu harus terlebih dulu mengerti dhamma. Lalu dia mengetahui kecenderungan si penerima dana, mengetahui cara-cara yang sesuai untuk menyampaikannya, melakukan penyampaian itu, dan si penerima-dana memahami dhamma tersebut dengan benar.
Quote from: ryu on 15 November 2010, 11:36:48 AM
kalau menurut sutra bakti :
"Demi mereka tulis dan perbanyaklah Sutra ini, sebarluaskan demi kebajikan semua mahluk serta kumandangkanlah Sutra ini. Segeralah bertobat atas pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan. Atas nama orang tua kalian, berikanlah persembahan kepada Buddha, Dharma, Sangha." Demi orang tua, patuhlah kepada perintah dan hanya memakan makanan suci dan bersih. Tumbuh kembangkan kebajikan dari praktek berdana. Inilah kekuatan yang diperoleh, semua Buddha akan selalu melindungi orang yang demikian itu dan dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga, untuk menikmati segala kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan-penderitaan neraka.
;D
karena itulah maka thread ini oleh TS ditempatkan di board Theravada
Quote from: Mayvise on 15 November 2010, 11:25:50 AM
Ini bukan tentang media sih. Tapi, kalo mencetak buku dhamma, yang kita danakan adalah uang/materi (bukan Dhamma). mungkin begitu? CMIIW.
Menurut saya juga begitu. Memberikan buku dhamma, kira-kira sama seperti misalnya mengantarkan orang lain pergi ke vihara. Sama-sama memberikan kemudahan bertemu dengan ajaran.
Quote from: Kainyn_Kutho on 15 November 2010, 11:40:41 AM
Menurut saya juga begitu. Memberikan buku dhamma, kira-kira sama seperti misalnya mengantarkan orang lain pergi ke vihara. Sama-sama memberikan kemudahan bertemu dengan ajaran.
kayaknya bisa dikategorikan dana materi dan dana dhamma sekaligus...kan dunia ini tdk hanya sekedar hitam dan putih..
Quote from: ryu on 15 November 2010, 11:36:48 AM
kalau menurut sutra bakti :
"Demi mereka tulis dan perbanyaklah Sutra ini, sebarluaskan demi kebajikan semua mahluk serta kumandangkanlah Sutra ini. Segeralah bertobat atas pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan. Atas nama orang tua kalian, berikanlah persembahan kepada Buddha, Dharma, Sangha." Demi orang tua, patuhlah kepada perintah dan hanya memakan makanan suci dan bersih. Tumbuh kembangkan kebajikan dari praktek berdana. Inilah kekuatan yang diperoleh, semua Buddha akan selalu melindungi orang yang demikian itu dan dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga, untuk menikmati segala kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan-penderitaan neraka.
;D
Menyebarluaskan media dhamma juga memang adalah kamma baik. Tapi copy-paste sutta ke 1 juta e-mail, tidak bisa dibandingkan sama sekali dengan membimbing 1 orang mencapai kesucian. Apalagi jika copy-paste sutta 'jadi-jadian' ke banyak orang. Bisa jadi tidak bermanfaat sama sekali.
Quote from: No Pain No Gain on 15 November 2010, 11:45:50 AM
kayaknya bisa dikategorikan dana materi dan dana dhamma sekaligus...kan dunia ini tdk hanya sekedar hitam dan putih..
Seandainya, ada seorang ariya yang memahami muridnya sudah matang kebijaksanaannya, tapi murid tersebut ada di tempat yang jauh. Maka ia menulis surat bimbingan untuk muridnya, menyuruh kurir ke kantor pos, lalu mengirimkan ke alamat si murid. Kemudian pembantu si murid menerima dan mengantarkannya ke si murid. Si murid membaca, berlatih sesuai bimbingan dan mencapai kesucian juga.
Pertanyaan saya: yang dana dhamma itu gurunya, kurirnya, tukang pos, atau pembantunya?
bapak guru nya om...
si bpk pos, dan si pembantu, sama sekali kagak ngerti
*setuju dgnpoint of view bro kain
mencetak buku dhamma aye rasa sudah termasuk dana dhamma, secara tidak semua orang mengerti bahasa pali atau inggris, dan juga terbatasnya tipitaka dalam bahasa indonesia yang mana umat budis pun belum tentu tau isi tipitaka itu, mereka hanya taunya kebaktian dan menjalani ritual2 keagamaan dan mungkin kalau di tanya tau kitab agama buda itu tripitaka tapi kalau ditanya pernah membacanya mungkin hanya sedikit yang membacanya, setidaknya dengan adanya buku2 dhamma semakin banyak orang2 yang mengetahui dan membaca buku2 dhamma itu dan mungkin ada beberapa yang bisa mengambil manfaat dari buku dhamma tersebut. tanpa adanya orang yang berdana rasanya akan semakin sedikit orang2 yang mau membaca dan mempelajari ajaran buda mendapatkan bukunya.
Quote from: Kainyn_Kutho on 15 November 2010, 11:53:46 AM
Seandainya, ada seorang ariya yang memahami muridnya sudah matang kebijaksanaannya, tapi murid tersebut ada di tempat yang jauh. Maka ia menulis surat bimbingan untuk muridnya, menyuruh kurir ke kantor pos, lalu mengirimkan ke alamat si murid. Kemudian pembantu si murid menerima dan mengantarkannya ke si murid. Si murid membaca, berlatih sesuai bimbingan dan mencapai kesucian juga.
Pertanyaan saya: yang dana dhamma itu gurunya, kurirnya, tukang pos, atau pembantunya?
tapi kalau tidak ada kurir, tokang pos, pembantunya, apakah akan sampai? ;D
Quote from: andry on 15 November 2010, 12:30:58 PM
bapak guru nya om...
si bpk pos, dan si pembantu, sama sekali kagak ngerti
*setuju dgnpoint of view bro kain
kamma = cetana
si guru berniat menyampaikan dhamma, sedangkan kurir, tukang pos, dan pembantu belum tentu mempunyai niat yang sama dengan si guru..
Quote from: Lex Chan on 15 November 2010, 01:08:49 PM
kamma = cetana
si guru berniat menyampaikan dhamma, sedangkan kurir, tukang pos, dan pembantu belum tentu mempunyai niat yang sama dengan si guru..
andaikan tukang posnya jg berniat menyebarkan dhamma? bgm kasusnya? apakah termasuk dhamma dana walapun hanya menyampaikan?
Quote from: No Pain No Gain on 15 November 2010, 01:45:44 PM
andaikan tukang posnya jg berniat menyebarkan dhamma? bgm kasusnya? apakah termasuk dhamma dana walapun hanya menyampaikan?
iye betul, misalnya mengantar secara free ;D
Quote from: ryu on 15 November 2010, 01:04:24 PM
tapi kalau tidak ada kurir, tokang pos, pembantunya, apakah akan sampai? ;D
Memang tidak akan sampai. Tapi ibaratnya satu orang memasak, satu orang mengantarkan makanan ke bhikkhu. Yang mengantar tidak bisa dibilang memberikan jasa memasak, juga sebaliknya.
Quote from: ryu on 15 November 2010, 12:31:24 PM
mencetak buku dhamma aye rasa sudah termasuk dana dhamma, secara tidak semua orang mengerti bahasa pali atau inggris, dan juga terbatasnya tipitaka dalam bahasa indonesia yang mana umat budis pun belum tentu tau isi tipitaka itu, mereka hanya taunya kebaktian dan menjalani ritual2 keagamaan dan mungkin kalau di tanya tau kitab agama buda itu tripitaka tapi kalau ditanya pernah membacanya mungkin hanya sedikit yang membacanya, setidaknya dengan adanya buku2 dhamma semakin banyak orang2 yang mengetahui dan membaca buku2 dhamma itu dan mungkin ada beberapa yang bisa mengambil manfaat dari buku dhamma tersebut. tanpa adanya orang yang berdana rasanya akan semakin sedikit orang2 yang mau membaca dan mempelajari ajaran buda mendapatkan bukunya.
Seperti saya bilang, orang-orang yang berdana buku, menerjemahkan, dan lain-lain, bukannya tidak bermanfaat, bahkan sangat bermanfaat. Tapi tetap bukan dikatakan dana dhamma dalam makna sesungguhnya. Ada perbedaan antara membantu kemudahan belajar, dan mengajarkan hal itu sendiri.
Quote from: Lex Chan on 15 November 2010, 01:08:49 PM
kamma = cetana
si guru berniat menyampaikan dhamma, sedangkan kurir, tukang pos, dan pembantu belum tentu mempunyai niat yang sama dengan si guru..
Kamma memang dari niat. Tapi terjadinya dana, selain niat, harus ada faktor lain. Misalnya kemampuan pemberi, penerima dana, dan kesempatan. Orang punya uang ingin berdana, jika tidak ada penerima dananya, atau tidak ada kesempatannya, maka dana itu tidak akan terjadi, walaupun niatnya ada. Dalam hal dana dhamma, jika seseorang tidak/belum memiliki pandangan benar dan kemampuan mengajar, maka hal itu tidak mungkin terjadi. Anggaplah si kurir, tukang pos, pembantu semua mengetahui dan ikut membantu dengan niat, namun tetap bukan dana-dhamma yang mereka lakukan. Menurut saya begitu.
Quote from: No Pain No Gain on 15 November 2010, 01:45:44 PM
andaikan tukang posnya jg berniat menyebarkan dhamma? bgm kasusnya? apakah termasuk dhamma dana walapun hanya menyampaikan?
Itu yang berikutnya akan saya tanyakan. Andaikan si kurir/tukang pos/pembantu mengetahui bahwa ini adalah dhamma yang disampaikan oleh guru ke murid, yang dengan membacanya, si murid akan mencapai pencerahan. Lalu surat itu diperbanyak atau copy-paste ke 1000 orang, lalu bisakah orang itu disebut berdana-dhamma juga?
sewaktu seseorang berdana makanan kepada seorang bhikkhu, apakah itu termasuk dana dhamma? dengan mempertimbangkan bahwa bhikkhu itu dapat membabarkan dhamma berkat makanan yang ia terima dari orang itu.
yg ingin saya sampaikan adalah bahwa dana makanan adalah dana makanan, dana dhamma adalah dana dhamma, dana mengantarkan juga adalah dana mengantarkan, dana uang untuk mencetak buku dhamma juga adalah dana uang.
ada yg mengatakan mencetak buku dhamma adalah dana dhamma, IMO ini hanyalah slogan marketing pencetak buku
Quote from: Indra on 15 November 2010, 03:13:32 PM
sewaktu seseorang berdana makanan kepada seorang bhikkhu, apakah itu termasuk dana dhamma? dengan mempertimbangkan bahwa bhikkhu itu dapat membabarkan dhamma berkat makanan yang ia terima dari orang itu.
yg ingin saya sampaikan adalah bahwa dana makanan adalah dana makanan, dana dhamma adalah dana dhamma, dana mengantarkan juga adalah dana mengantarkan, dana uang untuk mencetak buku dhamma juga adalah dana uang.
ada yg mengatakan mencetak buku dhamma adalah dana dhamma, IMO ini hanyalah slogan marketing pencetak buku
Sebetulnya saya juga mau tahu bagaimana pola pikir yang menyebabkan orang berpikir cetak buku dhamma = dana dhamma. Cetak buku, jika dibaca dengan salah (contoh: setelah membaca sutta, disimpulkan Buddha & Arahat mencapai pencerahan lewat wahyu Tuhan), dana apakah yang terjadi di sini? Manfaat apakah yang telah terjadi?
Dua puluh lima tahun yg lalu, seorang sahabat saya rajin mencetak buku buku Dhamma dan menyebarkannya secara gratis, juga menerima orang yg ingin berdana untuk kebahagiaan orang tua almarhum.
Dan dari hasil bincang bincang dari beberapa bhikkhu/bhiksu, ternyata mereka pertama kali mulai belajar Dhamma dari buku cetakan teman saya tersebut.
Ini menunjukkan bahwa mencetak buku Dhamma juga memberikan hasil yang positif.
Selain itu, ternyata ada beberapa orang yang memakai nama penerbit tersebut sebagai nama anaknya.
yaitu "Ayusta".
Padahal nama/istilah Ayusta tidak akan ditemukan dimana mana, krn salah terjemah/cetak dari nama alias Arjuna, yaitu Achyuta, yg dituliskan oleh seorang penerjemah Bhagavad Gita sebagai "Ayusta".
Diduga, besar kemungkinannya, krn si ayah/ibu membaca buku terbitan Ayusta, terinspirasi dan memberi nama anaknya dengan nama Ayusta.
Sekarang jaman internet, manusia sdh ingin yg makin praktis saja, makin malas mengumpulkan/meng koleksi buku, lebih senang yg dalam bentuk file elektronik spt MS Word. pdf dll, yg dipermudah lagi dengan munculnya Ipad, dan pad pad yg lain makin merangsang pertumbuhan file elektronik. Dengan demikian, tentunya memasukkan terjemahan Tipitaka/Tripitaka maupun artikel yg menumbuhkan minat seseorang untuk mendalami Dhamma lebih jauh lagi, ikut berdiskusi/berdebat , bisa juga dikategorikan Dana Dhamma.
Dan Dhammacitta adalah salah satu website tentang Dhamma yang paling populer di Indonesia. =D> =D> =D>, membutuhkan dukungan kita semua agar tetap exist dan makin muda.
_/\_
[at] dtgvajra
Jadi mencetak buku adalah dana dhamma?
Quote from: Kainyn_Kutho on 15 November 2010, 04:25:18 PM
[at] dtgvajra
Jadi mencetak buku adalah dana dhamma?
Tentunya tergantung apa yg dicetak, kalau mencetak majalah "seronok" ya pasti bukan. Upaya untuk menterjemahkan, menerbitkan dan menyebarkan buku Dhamma dengan sukarela , (menurut pendapat saya lho ) bisa dikategorikan dana Dhamma
Quote from: dtgvajra on 15 November 2010, 04:15:05 PM
Dua puluh lima tahun yg lalu, seorang sahabat saya rajin mencetak buku buku Dhamma dan menyebarkannya secara gratis, juga menerima orang yg ingin berdana untuk kebahagiaan orang tua almarhum.
Dan dari hasil bincang bincang dari beberapa bhikkhu/bhiksu, ternyata mereka pertama kali mulai belajar Dhamma dari buku cetakan teman saya tersebut.
Ini menunjukkan bahwa mencetak buku Dhamma juga memberikan hasil yang positif.
Selain itu, ternyata ada beberapa orang yang memakai nama penerbit tersebut sebagai nama anaknya.
yaitu "Ayusta".
Padahal nama/istilah Ayusta tidak akan ditemukan dimana mana, krn salah terjemah/cetak dari nama alias Arjuna, yaitu Achyuta, yg dituliskan oleh seorang penerjemah Bhagavad Gita sebagai "Ayusta".
Diduga, besar kemungkinannya, krn si ayah/ibu membaca buku terbitan Ayusta, terinspirasi dan memberi nama anaknya dengan nama Ayusta.
Sekarang jaman internet, manusia sdh ingin yg makin praktis saja, makin malas mengumpulkan/meng koleksi buku, lebih senang yg dalam bentuk file elektronik spt MS Word. pdf dll, yg dipermudah lagi dengan munculnya Ipad, dan pad pad lain makin merangsang pertumbuhan file elektronik.
protes untuk yg di-bold, padpad gak ada hubungannya dengan topik ini
Quote from: dtgvajra on 15 November 2010, 04:32:02 PM
Tentunya tergantung apa yg dicetak, kalau mencetak majalah "seronok" ya pasti bukan. Upaya untuk menterjemahkan, menerbitkan dan menyebarkan buku Dhamma dengan sukarela , (menurut pendapat saya lho ) bisa dikategorikan dana Dhamma
OK, saya yang kurang jelas pertanyaannya, tapi sudah dapat jawabannya juga. Kira-kira mencetak dan menyebarkan buku dhamma, maka disebut dana dhamma.
Saya lanjutkan. Katakanlah kita berdana cetak 5 buku, dan disebarkan ke 5 orang.
Orang pertama agamanya lain, langsung diteruskan ke tong sampah;
Orang ke dua Buddhis, tapi acuh tak acuh. Baca dikit, lalu jadi "ganjalan meja";
Orang ke tiga, baca dan membuat kesimpulan: di bawah pohon Bodhi, Buddha mendapat wahyu dari Tuhan;
Orang ke empat, baca dan berkesimpulan: Buddha tidak mengatakan menentang SEMUA pembunuhan, maka ada pembunuhan yang tidak ditentang;
Orang ke lima, baca dan berkesimpulan: Dalam Buddhisme tidak ada Atta, semua nanti pada saatnya binasa semua (nihilisme).
Dikatakan dana dhamma lebih baik daripada dana materi apa pun juga. Sekarang pertanyaannya: Betulkah menyebarkan 5 buku dhamma tadi (yang bro sebut sebagai dana dhamma,) lebih mulia dari persembahan semangkuk nasi susu (dana materi) kepada seorang bodhisatta menjelang pencerahan sempurna?
Mungkin kita perlu kembali kepada pengertian dana itu sendiri. Bagi saya, saya berpedoman kepada pengertian dana seperti berikut (cmiiw) : dana adalah memberikan sesuatu yang ada pada diri kita, milik kita kepada pihak lain tanpa mengharapkan balasan. Jika berpatokan pada pemahaman ini, maka dana dhamma adalah memberikan sesuatu yang ada pada diri kita, milik kita berupa dhamma ( pengetahuan atau pelajaran kebenaran) kepada pihak lain tanpa mengharapkan balasan.
Berpatokan pada pemahaman di atas maka, mencetak buku dhamma bukanlah dana dhamma JIKa pengetahuan dhamma yang ada dalam buku yang kita cetak tersebut bukanlah berasal dari diri kita. Berbeda jika buku yang kita cetak adalah hasil dari buah pikiran kita memahami dhamma.
Seorang Kurir meskipun bertujuan menyebarkan dhamma dengan mengirim buku dhamma yang isinya bukan berasal dari pengetahuannya akan dhamma, maka ia tidak disebut berdana dhamma.
Demikian menurut saya.
Quote from: Kelana on 15 November 2010, 04:45:48 PM
Mungkin kita perlu kembali kepada pengertian dana itu sendiri. Bagi saya, saya berpedoman kepada pengertian dana seperti berikut (cmiiw) : dana adalah memberikan sesuatu yang ada pada diri kita, milik kita kepada pihak lain tanpa mengharapkan balasan. Jika berpatokan pada pemahaman ini, maka dana dhamma adalah memberikan sesuatu yang ada pada diri kita, milik kita berupa dhamma ( pengetahuan atau pelajaran kebenaran) kepada pihak lain tanpa mengharapkan balasan.
Berpatokan pada pemahaman di atas maka, mencetak buku dhamma bukanlah dana dhamma JIKa pengetahuan dhamma yang ada dalam buku yang kita cetak tersebut bukanlah berasal dari diri kita. Berbeda jika buku yang kita cetak adalah hasil dari buah pikiran kita memahami dhamma.
Seorang Kurir meskipun bertujuan menyebarkan dhamma dengan mengirim buku dhamma yang isinya bukan berasal dari pengetahuannya akan dhamma, maka ia tidak disebut berdana dhamma.
Demikian menurut saya.
Saya setuju. Tambahan sedikit: walaupun buku dhamma bukan ditulis sendiri, tetapi jika seseorang telah mengerti ajaran, juga mengerti kecocokan kitab mana yang diberikan, dan akhirnya membawa pada pencapaian orang yang diberikan buku, maka itu juga termasuk dana dhamma. Karena ia mengerti, dan bisa membuat orang lain mengerti. Berbeda dengan tidak mengerti, lalu "tembak-tembakan" aja 1000 buku, syukur-syukur ada yang ngerti.
mau tanya dhamma itu apa ya???
Quote from: Kainyn_Kutho on 15 November 2010, 04:55:28 PM
Saya setuju. Tambahan sedikit: walaupun buku dhamma bukan ditulis sendiri, tetapi jika seseorang telah mengerti ajaran, juga mengerti kecocokan kitab mana yang diberikan, dan akhirnya membawa pada pencapaian orang yang diberikan buku, maka itu juga termasuk dana dhamma. Karena ia mengerti, dan bisa membuat orang lain mengerti. Berbeda dengan tidak mengerti, lalu "tembak-tembakan" aja 1000 buku, syukur-syukur ada yang ngerti.
Pd waktu itu, teman saya sadar sekali, dari 1000 buku yang di"tebar", di kelenteng kelenteng, mungkin hanya 100 yang dibaca, dan hanya 10 yang membangkitkan minat pembacanya untuk mendalami lebih dalam ajaran Guru Buddha Sakyamuni. Tapi peluang yg hanya 1% inipun diambil daripada tidak melakukan apa apa, atau sekedar ikut ikutan memperbanyak buku mantra "Ko Ong Kwan Si Im Keng"
Mencontek semangat dari kepercayaan sebelah : "Benih yang ditaburkan ada yg jatuh dilahan yg subur, maka akan tumbuh, yg jatuh diatas tanah yg gersang akan mati, tetapi terus taburkan benih, tanpa menaburkan benih tidak ada pohon yang akan tumbuh".
Atau "Seorang buta membawa lentera dimalam yang gelap" . Tentunya tidak ada manfaat untuk diri si buta, tetapi orang yg bisa melihat, mendapatkan manfaat dari cahaya lentera yang dibawanya.
Begitu juga orang yg "tembak tembakan" 1000 buku, mudah mudahan ada yg membaca dan "tercerahkan".
Quote from: Kelana on 15 November 2010, 04:45:48 PM
Mungkin kita perlu kembali kepada pengertian dana itu sendiri. Bagi saya, saya berpedoman kepada pengertian dana seperti berikut (cmiiw) : dana adalah memberikan sesuatu yang ada pada diri kita, milik kita kepada pihak lain tanpa mengharapkan balasan. Jika berpatokan pada pemahaman ini, maka dana dhamma adalah memberikan sesuatu yang ada pada diri kita, milik kita berupa dhamma ( pengetahuan atau pelajaran kebenaran) kepada pihak lain tanpa mengharapkan balasan.
Berpatokan pada pemahaman di atas maka, mencetak buku dhamma bukanlah dana dhamma JIKa pengetahuan dhamma yang ada dalam buku yang kita cetak tersebut bukanlah berasal dari diri kita. Berbeda jika buku yang kita cetak adalah hasil dari buah pikiran kita memahami dhamma.
Seorang Kurir meskipun bertujuan menyebarkan dhamma dengan mengirim buku dhamma yang isinya bukan berasal dari pengetahuannya akan dhamma, maka ia tidak disebut berdana dhamma.
Demikian menurut saya.
Dana itu mestinya sesuatu yang kita berikan dengan rasa hormat dong, seperti berdana untuk sangha, pendidikan, dan rumah sakit...
Maksudnya .... bagi yg membaca buku dhamma
kemudian bisa "mencapai kesucian" maka esensi dari pemberian Dhamma adalah dana yg paling tinggi .... inilah sesungguhnya dana Dhamma? .....
mungkin getooo yoooo ;D
kalo getto byk2 cetak buku dhamma .... moga2 ada yang "sedikit" yg tercerahkan ;)
Quote from: Adhitthana on 16 November 2010, 12:52:55 AM
Maksudnya .... bagi yg membaca buku dhamma
kemudian bisa "mencapai kesucian" maka esensi dari pemberian Dhamma adalah dana yg paling tinggi .... inilah sesungguhnya dana Dhamma? .....
mungkin getooo yoooo ;D
kalo getto byk2 cetak buku dhamma .... moga2 ada yang "sedikit" yg tercerahkan ;)
jarang sekali dr baca buku-dan mencapai kesucian.
menurut saya dana dhamma yg sejati itu, ya mengajarkan org untuk merubah pandangan nya menjadi pandangan benar.
Jika ingin melihat pada kasus by kasus.
terinspirasi dhamma dr buku dhamma.
terinsiparsi dhamma dr mendengar siaran dhamma.
terinsipirasi dhamma karena melihat org melakukan dharma.
Maka, pembuat buku,penceramah,kurir pos,dll...
bisa di kategorikan dana dhamma, jika ia mengetahui dan meng-adithanakan nya. , hanya saja jika dilihat proporsinya, mungkin lebih rendah dari org yg lsg face to face mengajarkannya.
sadhu
kalau kek suhu yang bikin porum ini termasuk dana dama bukan nih ;D
Quote from: ryu on 16 November 2010, 06:27:36 AM
kalau kek suhu yang bikin porum ini termasuk dana dama bukan nih ;D
bukan atuh. forum kan cuma tempat aja. sama kek buat lapangan.
nah nanti orang2 didalemnya yg dana
Quote from: Sumedho on 16 November 2010, 06:41:19 AM
bukan atuh. forum kan cuma tempat aja. sama kek buat lapangan.
nah nanti orang2 didalemnya yg dana
nah iye seperti orang yang nyumbang hosting, server dll tidak termasuk dana dama yak ;D
Quote from: ryu on 16 November 2010, 07:07:40 AM
nah iye seperti orang yang nyumbang hosting, server dll tidak termasuk dana dama yak ;D
termasuk juga orang yg nyumbang kopi buat penerjemah
Quote from: Indra on 16 November 2010, 07:31:48 AM
termasuk juga orang yg nyumbang kopi buat penerjemah
;D mau di paketin nih tar ;D
Quote from: ryu on 16 November 2010, 07:07:40 AM
nah iye seperti orang yang nyumbang hosting, server dll tidak termasuk dana dama yak ;D
tapi mendukung dan memberikan lahan untuk orang berdana dhamma, bukan begitu?
kalo menurut gw, dana buku dhamma jg termasuk dana dhamma..NIAT untuk menyebarluaskan dhamma dengan cara menyebarkan dhamma..toh kita sdh tau bahasa itu ada yang lisan dan tulisan..
misalnya:
seorang author menulis buku dhamma (tulisan) dan menerbitkannya..sebagai seorang pembaca, kita mngetahui bahwa buku tsb bagus..kemudian kita punya niat untuk memyebarluaskan buku itu dengan niat agar orang lain mengerti dhamma..
sama halnya dengan
Buddha membabarkan dhamma kepada orang2..setelah orang2 mendengarkannya dan berpikir itu bagus..kemudian cermah tsb disebarluaskan oleh orang2 yang mendengarkannya dengan harapan orang lain mengerti dhamma..
bukankah begitu?
Quote from: Sumedho on 16 November 2010, 07:39:37 AM
tapi mendukung dan memberikan lahan untuk orang berdana dhamma, bukan begitu?
tulll
Quote from: Indra on 16 November 2010, 07:38:48 AM
diambil 18des
ok deh, kalau gitu tar sekalian titip buat suhu dan haa.. yak sekalian ;D
Menyumbangkan/memberikan Dhamma secara langsung dengan tujuan agar orang mengerti Dhamma dan mempraktekannya = Dana Dhamma.
Menyumbangkan buku Dhamma/ memberikan buku tentang Dhamma agar dibaca = Dana buku Dhamma
Menyumbangkan pakaian/memberikan pakaian = Dana Pakaian
Memberikan/menyumbangkan uang = Dana Uang.
Menerjemahkan buku dengan sukarela = Dana tenaga dan pikiran
Menyumbang/memberikan server, hosting dll = Dana peralatan IT.
Memberikan/menyumbangkan tanah untuk Vihara = Dana untuk Vihara.
Tetapi jika selain memberikan buku Dhamma dengan tujuan/niat agar orang lain mengerti Dhamma pada orang yang tepat dan orang itu memang ingin mengetahui sebuah Dhamma yang terkandung dalam buku Dhamma itu dan benar2 dipraktekan maka itu adalah Dana buku dan Dana Dhamma. Ada dua kombinasi dana yang diberikan.
Intinya si pemberi dengan sukarela telah berdana, apa yang diberikan disebut dana. Nah sekarang tergantung jenis dana apa yg diberikan orang itu.
Tetapi dan biasanya Dhamma itu dapat dimengerti bukan sekedar membaca dan didiskusikan saja tetapi dipraktekan. Jika benar2 dipraktekan baru bisa disebut mengerti(berhubungan dengan pandangan benar). Dan dari buku jarang dan hampir tidak ada orang menjadi tercerahkan/ mencapai kesucian karena banyak hal praktek yang harus ditanyakan langsung kepada praktisi yang telah mencapainya. Tetapi ada yang melalui buku Dhamma seseorang menjadi lebih baik dalam kehidupannya karena ada sesuatu yang dia mengerti dan dipraktekan dalam tataran kebenaran konvensional.
Metta.
Quote from: EVO on 15 November 2010, 08:27:18 PM
mau tanya dhamma itu apa ya???
Dhamma secara umum adalah kebenaran/fenomena. Secara khusus, jika dalam konteks Ajaran Buddha adalah kebenaran tentang dukkha dan padamnya dukkha.
Quote from: dtgvajra on 15 November 2010, 09:34:51 PM
Pd waktu itu, teman saya sadar sekali, dari 1000 buku yang di"tebar", di kelenteng kelenteng, mungkin hanya 100 yang dibaca, dan hanya 10 yang membangkitkan minat pembacanya untuk mendalami lebih dalam ajaran Guru Buddha Sakyamuni. Tapi peluang yg hanya 1% inipun diambil daripada tidak melakukan apa apa, atau sekedar ikut ikutan memperbanyak buku mantra "Ko Ong Kwan Si Im Keng"
Mencontek semangat dari kepercayaan sebelah : "Benih yang ditaburkan ada yg jatuh dilahan yg subur, maka akan tumbuh, yg jatuh diatas tanah yg gersang akan mati, tetapi terus taburkan benih, tanpa menaburkan benih tidak ada pohon yang akan tumbuh".
Atau "Seorang buta membawa lentera dimalam yang gelap" . Tentunya tidak ada manfaat untuk diri si buta, tetapi orang yg bisa melihat, mendapatkan manfaat dari cahaya lentera yang dibawanya.
Begitu juga orang yg "tembak tembakan" 1000 buku, mudah mudahan ada yg membaca dan "tercerahkan".
Mohon sekali lagi jangan salah paham. Saya tidak pernah mengatakan cetak buku dhamma adalah perbuatan tidak bermanfaat. Itu amat sangat bermanfaat. Yang saya katakan, itu bukanlah dana dhamma itu sendiri.
Yang ini belum dijawab:
Saya lanjutkan. Katakanlah kita berdana cetak 5 buku, dan disebarkan ke 5 orang.
Orang pertama agamanya lain, langsung diteruskan ke tong sampah;
Orang ke dua Buddhis, tapi acuh tak acuh. Baca dikit, lalu jadi "ganjalan meja";
Orang ke tiga, baca dan membuat kesimpulan: di bawah pohon Bodhi, Buddha mendapat wahyu dari Tuhan;
Orang ke empat, baca dan berkesimpulan: Buddha tidak mengatakan menentang SEMUA pembunuhan, maka ada pembunuhan yang tidak ditentang;
Orang ke lima, baca dan berkesimpulan: Dalam Buddhisme tidak ada Atta, semua nanti pada saatnya binasa semua (nihilisme).
Dikatakan dana dhamma lebih baik daripada dana materi apa pun juga. Sekarang pertanyaannya: Betulkah menyebarkan 5 buku dhamma tadi (yang bro sebut sebagai dana dhamma,) lebih mulia dari persembahan semangkuk nasi susu (dana materi) kepada seorang bodhisatta menjelang pencerahan sempurna?
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 07:40:08 AM
kalo menurut gw, dana buku dhamma jg termasuk dana dhamma..NIAT untuk menyebarluaskan dhamma dengan cara menyebarkan dhamma..toh kita sdh tau bahasa itu ada yang lisan dan tulisan..
misalnya:
seorang author menulis buku dhamma (tulisan) dan menerbitkannya..sebagai seorang pembaca, kita mngetahui bahwa buku tsb bagus..kemudian kita punya niat untuk memyebarluaskan buku itu dengan niat agar orang lain mengerti dhamma..
sama halnya dengan
Buddha membabarkan dhamma kepada orang2..setelah orang2 mendengarkannya dan berpikir itu bagus..kemudian cermah tsb disebarluaskan oleh orang2 yang mendengarkannya dengan harapan orang lain mengerti dhamma..
bukankah begitu?
OK, sekarang sudah menangkap arahnya. Sekarang saya tanyakan lagi lebih detail. Dalam hal cetak buku dhamma:
1. Harus mengetahui konsumen buku pasti akan mendapat manfaat, baru dikatakan dana dhamma
2. Tanpa mengetahuinya dengan pasti, asal cetak buku berarti disebut dana dhamma
Yang manakah?
Yang ini belum dijawab:
Itu yang berikutnya akan saya tanyakan. Andaikan si kurir/tukang pos/pembantu mengetahui bahwa ini adalah dhamma yang disampaikan oleh guru ke murid, yang dengan membacanya, si murid akan mencapai pencerahan. Lalu surat itu diperbanyak atau copy-paste ke 1000 orang, lalu bisakah orang itu disebut berdana-dhamma juga?
Quote from: bond on 16 November 2010, 08:21:17 AM
Menyumbangkan/memberikan Dhamma secara langsung dengan tujuan agar orang mengerti Dhamma dan mempraktekannya = Dana Dhamma.
Ini setuju. Tapi juga dengan tambahan memberikan dhamma secara langsung, bukan selalu bentuknya buku atau ceramah, bisa juga berupa upaya kosalla. Namun apa pun bentuk materi atau gagasan, jika dhamma itu langsung tersampaikan, maka itulah dana dhamma.
QuoteMenyumbangkan buku Dhamma/ memberikan buku tentang Dhamma agar dibaca = Dana buku Dhamma
Menyumbangkan pakaian/memberikan pakaian = Dana Pakaian
Memberikan/menyumbangkan uang = Dana Uang.
Menerjemahkan buku dengan sukarela = Dana tenaga dan pikiran
Menyumbang/memberikan server, hosting dll = Dana peralatan IT.
Memberikan/menyumbangkan tanah untuk Vihara = Dana untuk Vihara.
Tetapi jika selain memberikan buku Dhamma dengan tujuan/niat agar orang lain mengerti Dhamma pada orang yang tepat dan orang itu memang ingin mengetahui sebuah Dhamma yang terkandung dalam buku Dhamma itu dan benar2 dipraktekan maka itu adalah Dana buku dan Dana Dhamma. Ada dua kombinasi dana yang diberikan.
Intinya si pemberi dengan sukarela telah berdana, apa yang diberikan disebut dana. Nah sekarang tergantung jenis dana apa yg diberikan orang itu.
Tetapi dan biasanya Dhamma itu dapat dimengerti bukan sekedar membaca dan didiskusikan saja tetapi dipraktekan. Jika benar2 dipraktekan baru bisa disebut mengerti(berhubungan dengan pandangan benar). Dan dari buku jarang dan hampir tidak ada orang menjadi tercerahkan/ mencapai kesucian karena banyak hal praktek yang harus ditanyakan langsung kepada praktisi yang telah mencapainya. Tetapi ada yang melalui buku Dhamma seseorang menjadi lebih baik dalam kehidupannya karena ada sesuatu yang dia mengerti dan dipraktekan dalam tataran kebenaran konvensional.
Metta.
Betul, maka saya bilang entah mungkin atau tidak seseorang hanya membaca (tanpa bimbingan sama sekali) langsung mencapai kesucian. Tidak muluk-muluk kesucian, moralitas pun belum tentu orang langsung paham dan mempraktikkan. Tidak muluk-muluk memahami dan praktik moralitas, belum tentu bacanya pun dipersepsi dengan baik, malah bikin teori 'sesat' sendiri. Maka saya meragukan cetak buku asal sebar, bisakah dikatakan dana dhamma? Ataukah cetak buku dengan target konsumen tertentu, atau yang bagaimana.
jd kesimpulan Mr. Kainyn apa? cetak buku dana dhamma atau bukan dana dhamma?
Quote from: Hendra Susanto on 16 November 2010, 01:18:04 PM
jd kesimpulan Mr. Kainyn apa? cetak buku dana dhamma atau bukan dana dhamma?
Baru kesimpulan sementara, masih tunggu pendapat teman-teman lain. Menurut saya, sesuatu disebut dana dhamma itu bukan pada bentuk perbuatannya (cetak & berdana buku dhamma atau bicara langsung) tapi bagaimana seseorang memahami dhamma itu sendiri dan membuat orang lain mengerti dhamma.
Quote from: Reiko Chan on 16 November 2010, 01:34:03 PM
Yup .. cetak buku = dana dhamma atau bukan dana dhamma? ???
bukan kah segala sesuatu dengan tujuan baik termasuk dalam dana dhamma?
apalagi buku nya diberikan secara gratis , tanpa diperjual belikan ;)
Tidak semua. Dana dhamma PASTI disertai dengan tujuan baik, namun tujuan baik tidak selalu bisa berupa dana dhamma. Setelah beberapa pertanyaan saya dijawab, nanti saya akan tunjukkan kenapa saya berpendapat begitu.
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 November 2010, 02:09:27 PM
Baru kesimpulan sementara, masih tunggu pendapat teman-teman lain. Menurut saya, sesuatu disebut dana dhamma itu bukan pada bentuk perbuatannya (cetak & berdana buku dhamma atau bicara langsung) tapi bagaimana seseorang memahami dhamma itu sendiri dan membuat orang lain mengerti dhamma.
jadi lebih pada hasilnya?
Quote from: Hendra Susanto on 16 November 2010, 02:21:56 PM
jadi lebih pada hasilnya?
Tidak sepenuhnya pada hasilnya juga. Seperti saya bilang, ada juga orang-orang yang punya kecenderungan untuk belajar/realisasi sendiri. Jika si A mengerti dhamma, lalu ingin 'berdana dhamma' lewat metode I, ternyata si B tidak mengerti metode I, tapi kemudian memahami sendiri lewat metode II, saya rasa tidak bisa dibilang dana dhamma telah terjadi, walaupun sebagai hasilnya, si 'penerima dana' akhirnya berhasil memahami dhamma.
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 November 2010, 08:27:22 AM
Mohon sekali lagi jangan salah paham. Saya tidak pernah mengatakan cetak buku dhamma adalah perbuatan tidak bermanfaat. Itu amat sangat bermanfaat. Yang saya katakan, itu bukanlah dana dhamma itu sendiri.
Yang ini belum dijawab:
Saya lanjutkan. Katakanlah kita berdana cetak 5 buku, dan disebarkan ke 5 orang.
Orang pertama agamanya lain, langsung diteruskan ke tong sampah;
Orang ke dua Buddhis, tapi acuh tak acuh. Baca dikit, lalu jadi "ganjalan meja";
Orang ke tiga, baca dan membuat kesimpulan: di bawah pohon Bodhi, Buddha mendapat wahyu dari Tuhan;
Orang ke empat, baca dan berkesimpulan: Buddha tidak mengatakan menentang SEMUA pembunuhan, maka ada pembunuhan yang tidak ditentang;
Orang ke lima, baca dan berkesimpulan: Dalam Buddhisme tidak ada Atta, semua nanti pada saatnya binasa semua (nihilisme).
Dikatakan dana dhamma lebih baik daripada dana materi apa pun juga. Sekarang pertanyaannya: Betulkah menyebarkan 5 buku dhamma tadi (yang bro sebut sebagai dana dhamma,) lebih mulia dari persembahan semangkuk nasi susu (dana materi) kepada seorang bodhisatta menjelang pencerahan sempurna?
Utk 5 orang tsb buku Dhamma tidak bermanfaat seperti benih yang jatuh ditanah yg gersang.
Tapi seandainya, ada orang yg membaca buku, dan berpendapat pelaksanaan Sila yg ditulis dalam buku tersebut bermanfaat bagi dirinya dan kemudian ingin mengetahui lebih lanjut, mencari buku buku Dhamma yg lain atau pergi ke Vihara untuk menambah pengertiannya. Bukankah ini bermanfaat?
Jika ada orang yang mencetak Sigalovada Sutta misalnya dalam jumlah banyak, lalu diletakkan di Vihara vihara, dan bisa diambil secara gratis. Jika ada 1 (satu) saja orang yang setelah membaca, lalu dia memahami dan kemudian mengubah perlakuannya kepada bawahannya, lebih menghormati orang tuanya; dana apa yang diberikan pencetak buku tersebut? dana buku? atau dana Dhamma?
Jika bukan dana Dhamma, hanya sekedar buku, mengapa timbul perubahan perilaku?
Saya berpendapat, buku adalah media untuk membabarkan Dhamma, sama dengan Website Dhammacitta.
Saya protes lho, kalau anda hanya membatasi contoh 5 orang saja yang dianggap mewakili 1000 orang yg membaca buku Dhamma. 1000 orang yg membaca, akan ada 1000 pendapat.
Dana materi berupa nasi susu yang diberikan kepada bodhisatva adalah persembahan dana yang luar biasa besarnya, lebih dari menerbitkan buku Dhamma yg disebar begitu saja; dalam hal ini saya setuju 1000%
Dan Bro KK, jika anda memberikan nasi susu kepada seorang bodhisatva, (dalam hal ini saya menganggap kriteria bodhisatva Theravada, yaitu calon Buddha), bisakah anda berikan nama bodhisatva tersebut?
_/\_
Quote from: dtgvajra on 16 November 2010, 03:54:04 PM
Utk 5 orang tsb buku Dhamma tidak bermanfaat seperti benih yang jatuh ditanah yg gersang.
Tapi seandainya, ada orang yg membaca buku, dan berpendapat pelaksanaan Sila yg ditulis dalam buku tersebut bermanfaat bagi dirinya dan kemudian ingin mengetahui lebih lanjut, mencari buku buku Dhamma yg lain atau pergi ke Vihara untuk menambah pengertiannya. Bukankah ini bermanfaat?
Jika ada orang yang mencetak Sigalovada Sutta misalnya dalam jumlah banyak, lalu diletakkan di Vihara vihara, dan bisa diambil secara gratis. Jika ada 1 (satu) saja orang yang setelah membaca, lalu dia memahami dan kemudian mengubah perlakuannya kepada bawahannya, lebih menghormati orang tuanya; dana apa yang diberikan pencetak buku tersebut? dana buku? atau dana Dhamma?
Jika bukan dana Dhamma, hanya sekedar buku, mengapa timbul perubahan perilaku?
:) Karena buku, apapun isinya, adalah objek netral. Ia menjadi buku dhamma atau menjadi buku adhamma karena persepsi si pembaca. Timbul perubahan tingkah laku adalah tergantung bagaimana ia mempersepsinya.
QuoteSaya berpendapat, buku adalah media untuk membabarkan Dhamma, sama dengan Website Dhammacitta.
Saya protes lho, kalau anda hanya membatasi contoh 5 orang saja yang dianggap mewakili 1000 orang yg membaca buku Dhamma. 1000 orang yg membaca, akan ada 1000 pendapat.
Betul, saya memang sengaja hanya menampilkan 5 yang negatif karena orang sering terlupa bahwa buku itu sendiri adalah netral, dan
jika dipersepsi dengan pandangan salah, maka yang diyakini sebagai buku dhamma itu bisa jadi "buku adhamma". Mencetak buku, atau meneruskan (copy-paste) atau merekam dan memberi tahu orang lain, bisa dilakukan semua orang. Namun mengubah pandangan salah seseorang, itu yang sulit. Jika kita bisa mengatasi kesulitan itu, mengarahkan persepsi dan mengubah pandangan salah seseorang, itulah yang saya katakan sebagai dana dhamma.
QuoteDan Bro KK, jika anda memberikan nasi susu kepada seorang bodhisatva, (dalam hal ini saya menganggap kriteria bodhisatva Theravada, yaitu calon Buddha), bisakah anda berikan nama bodhisatva tersebut?
_/\_
Ini maksudnya apa yah? Setahu saya, saya tidak pernah memberikan nasi susu pada seorang bodhisatta. Atau saya ada salah ketik sebelumnya?
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 November 2010, 08:48:14 AM
OK, sekarang sudah menangkap arahnya. Sekarang saya tanyakan lagi lebih detail. Dalam hal cetak buku dhamma:
1. Harus mengetahui konsumen buku pasti akan mendapat manfaat, baru dikatakan dana dhamma
2. Tanpa mengetahuinya dengan pasti, asal cetak buku berarti disebut dana dhamma
Yang manakah?
Yang ini belum dijawab:
Itu yang berikutnya akan saya tanyakan. Andaikan si kurir/tukang pos/pembantu mengetahui bahwa ini adalah dhamma yang disampaikan oleh guru ke murid, yang dengan membacanya, si murid akan mencapai pencerahan. Lalu surat itu diperbanyak atau copy-paste ke 1000 orang, lalu bisakah orang itu disebut berdana-dhamma juga?
saya jwb general aja ya..saya kira saya sdh tau arah pertanyaan anda..
kalo menurut gw..
kita mencetak buku dhamma yang dianggap bermanfaat bagi orang lain..bagaimana tau bermanfaat? karena kita sdh membacanya..nah, menyebarluaskan dalam arti di sini adalah tidak memberikan kepada orang passer-by (seperti promosi)..tetapi..mereka yang mengambil sendiri sesuai dengan keinginan mereka..kalo mereka mengambil sendiri sesuai denagn keinginan mereka, berarti mengindikasikan mereka punya niat untuk mengetahui isi di dalam buku itu..
contoh kasus: ya saya sendiri..awalnya tidak tau dhamma, tetapi karena berkat buku dhamma yang saya ambil di vihara, saya mulai mengerti sedikit demi sedikit..malah menurut gua dhammadesana di vihara sangat membosankan, dalam pikiran selalu terbesit..duh..bikkhu ini lambat banget bicaranya...udah ga tahan dgrinnya..saya mendapat byk manfaat dr buku yang dibagikan secara gratis tersebut..apakah orang yang memperbanyak tersebut tdk bekontribusi dalam dana dhamma? menurut saya, sangat berkontribusi besar walaupun masih kalah dibandingkan dengan penulisnya..tanpa orang yang menyebarluaskan tersebut, maka saya tidak akan tau dhamma..mungkin saat ini saya masih 'buta'..
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 04:21:01 PM
saya jwb general aja ya..saya kira saya sdh tau arah pertanyaan anda..
kalo menurut gw..
kita mencetak buku dhamma yang dianggap bermanfaat bagi orang lain..bagaimana tau bermanfaat? karena kita sdh membacanya..nah, menyebarluaskan dalam arti di sini adalah tidak memberikan kepada orang passer-by (seperti promosi)..tetapi..mereka yang mengambil sendiri sesuai dengan keinginan mereka..kalo mereka mengambil sendiri sesuai denagn keinginan mereka, berarti mengindikasikan mereka punya niat untuk mengetahui isi di dalam buku itu..
contoh kasus: ya saya sendiri..awalnya tidak tau dhamma, tetapi karena berkat buku dhamma yang saya ambil di vihara, saya mulai mengerti sedikit demi sedikit..malah menurut gua dhammadesana di vihara sangat membosankan, dalam pikiran selalu terbesit..duh..bikkhu ini lambat banget bicaranya...udah ga tahan dgrinnya..saya mendapat byk manfaat dr buku yang dibagikan secara gratis tersebut..apakah orang yang memperbanyak tersebut tdk bekontribusi dalam dana dhamma? menurut saya, sangat berkontribusi besar walaupun masih kalah dibandingkan dengan penulisnya..tanpa orang yang menyebarluaskan tersebut, maka saya tidak akan tau dhamma..mungkin saat ini saya masih 'buta'..
Kalau kembali ke contoh kasus, saya juga bisa (dan telah) berikan contoh yang baca sutta lalu berpandangan tambah salah. Jika itu terjadi, lalu apa nilainya sutta itu? Mengapa dana dhamma, tapi yang terjadi malah orang tambah ngaco?
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 November 2010, 04:39:02 PM
Kalau kembali ke contoh kasus, saya juga bisa (dan telah) berikan contoh yang baca sutta lalu berpandangan tambah salah. Jika itu terjadi, lalu apa nilainya sutta itu? Mengapa dana dhamma, tapi yang terjadi malah orang tambah ngaco?
kesalahpahaman mengenai ajaran tidak hanya tertulis saja..tapi juga bisa secara lisan (cth: ceramah)..bukankah itu berarti tergantung dr daya tangkap pendengar? toh memang tujuan dr penyampainya adalah ingin agar orang lain mengerti..
that's why gw wkt itu prnh bilang kalo dunia ini tdk hanya sebatas putih dan hitam.. jadi, gw menyimpulkan kalo berdana buku dhamma agar orang lain mengerti dhamma termasuk dalam dana materi dan dana dhamma..
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 04:53:20 PM
kesalahpahaman mengenai ajaran tidak hanya tertulis saja..tapi juga bisa secara lisan (cth: ceramah)..bukankah itu berarti tergantung dr daya tangkap pendengar? toh memang tujuan dr penyampainya adalah ingin agar orang lain mengerti..
that's why gw wkt itu prnh bilang kalo dunia ini tdk hanya sebatas putih dan hitam.. jadi, gw menyimpulkan kalo berdana buku dhamma agar orang lain mengerti dhamma termasuk dalam dana materi dan dana dhamma..
OK, kembali lagi, kalau kita berdana buku dhamma tapi tidak ada orang yang menjadi lebih baik/mengambil manfaatnya, apakah bisa disebut dana dhamma?
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 November 2010, 04:58:27 PM
OK, kembali lagi, kalau kita berdana buku dhamma tapi tidak ada orang yang menjadi lebih baik/mengambil manfaatnya, apakah bisa disebut dana dhamma?
pertanyaan anda seperti kasus seperti ini
andaikan anda berdana makanan ke Bhante dengan tujuan agar Sangha tetap eksis..apakah makanan anda tersebut harus dimakan oleh bhante? apakah perbuatan anda termasuk sangha dana?
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 05:11:49 PM
pertanyaan anda seperti kasus seperti ini
andaikan anda berdana makanan ke Bhante dengan tujuan agar Sangha tetap eksis..apakah makanan anda tersebut harus dimakan oleh bhante? apakah perbuatan anda termasuk sangha dana?
Perbuatan saya termasuk sangha dana, karena sangha dana menurut definisi saya adalah memberikan, dan diterima bhante. Jika diterima, namun kemudian tidak dimakan, dana tetap terjadi. Lain jika dana itu tidak diterima (misalnya bhante menduga ada makhluk yang sengaja dibunuh/dianiaya demi bhante tersebut), maka sangha dana tidak terjadi. Jadi sangha dana itu terjadi ketika diterima oleh sangha, terlepas apakah anggota sangha tersebut memakai/memakannya atau tidak.
Sekarang tolong dijawab menurut bro NPNG, apakah definisi dana dhamma?
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 November 2010, 05:17:16 PM
Perbuatan saya termasuk sangha dana, karena sangha dana menurut definisi saya adalah memberikan, dan diterima bhante. Jika diterima, namun kemudian tidak dimakan, dana tetap terjadi. Lain jika dana itu tidak diterima (misalnya bhante menduga ada makhluk yang sengaja dibunuh/dianiaya demi bhante tersebut), maka sangha dana tidak terjadi. Jadi sangha dana itu terjadi ketika diterima oleh sangha, terlepas apakah anggota sangha tersebut memakai/memakannya atau tidak.
Sekarang tolong dijawab menurut bro NPNG, apakah definisi dana dhamma?
maka dr itu ada memberi dan menerima..dalam kasus buku dhamma berarti diterima dengan membaca buku tersebut sehingga dia berkesempatan untuk mempraktekkannya..
memberikan pengertian yang bener ttg ajaran yang bener kepada org lain...alangkah baiknya jika dia dapat berubah ke rah postif..
Misalnya : Seseorang berdana buku tentang Dhamma. Katakan si A memberi buku Dhamma tetapi si pemberi tidak benar2 mengerti tentang Dhamma yang tertulis di buku itu dan juga mungkin hanya 1 % saja yang dia ketahui dan dijalankan.
Hal yang sederhana sering kita membaca buku tentang Pancasila. Tetapi seberapa jauh pengertian yg benar2 teraplikasi? Nah yang lucunya juga bila si pemberi buku tentang isi Pancasila menafsirkannya jauh dari Realita Dhamma itu sendiri termasuk prakteknya.
Apakah kasus diatas adalah dana buku dhamma saja, atau dana dhamma saja atau dana buku dhamma dan juga berdana Dhamma.?
Yang patut direnungkan adalah jenis dana yang diberikan.
Orang yang berdana pakaian tentunya ia benar tau itu pakaian dengan memiliki sementara waktu pakaian tersebut dan ia mengerti tentang pakaian itu.
Orang yang berdana uang tentunya ia memiliki uang dan tau tentang uang tersebut.
Bagaimana dengan Dana Dhamma?
Metta
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 05:34:31 PM
maka dr itu ada memberi dan menerima..dalam kasus buku dhamma berarti diterima dengan membaca buku tersebut sehingga dia berkesempatan untuk mempraktekkannya..
memberikan pengertian yang bener ttg ajaran yang bener kepada org lain...alangkah baiknya jika dia dapat berubah ke rah postif..
Jadi kalau bukunya nyampe, dhammanya ga nyampe, bisa disebut dana dhammakah?
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 November 2010, 05:38:03 PM
Jadi kalau bukunya nyampe, dhammanya ga nyampe, bisa disebut dana dhammakah?
ini sama halnya dengan ceramah dhamma..ada yang duduk, tetapi tidak mendengarkan..ada yang duduk mematung saja..ada yang serius mendengarkan..apakah bhante tersebut dana dhamma?
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 05:40:58 PM
ini sama halnya dengan ceramah dhamma..ada yang duduk, tetapi tidak mendengarkan..ada yang duduk mematung saja..ada yang serius mendengarkan..apakah bhante tersebut dana dhamma?
Jika dhamma tidak tersampaikan, maka tidak terjadi dana dhamma.
Sekarang terakhir kalinya saya tanya: menurut bro NPNG, apakah jika buku dhamma diterima, ceramah dhamma didengar, tapi dhammanya tidak dimengerti, apakah itu termasuk dana dhamma?
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 November 2010, 05:46:40 PM
Jika dhamma tidak tersampaikan, maka tidak terjadi dana dhamma.
Sekarang terakhir kalinya saya tanya: menurut bro NPNG, apakah jika buku dhamma diterima, ceramah dhamma didengar, tapi dhammanya tidak dimengerti, apakah itu termasuk dana dhamma?
tetap termasuk dana dhamma..
oya saya lupa bilang alasannya..
seperti halnya bhante menerima dana makanan dengan tangannya..penerima dana dhamma juga menerima dana dhamma melalui telinga dan/atau mata..terserah makanan (dhamma) mau dimakan (dimengerti)...that's my point of view
contoh Dhamma dana, saya kutip dari MN 142 Dakhinavibhanga Sutta
Quote
4. "Demikianlah, Ānanda, demikianlah! Ketika seseorang, berkat orang lain, berlindung pada Sang Buddha, Dhamma, dan Sangha, Aku katakan adalah tidak mudah bagi orang pertama itu membalas orang ke dua dengan cara memberikan penghormatan, bangkit untuknya, memberikan salam penghormatan dan pelayanan sopan., dan dengan memberikan jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan.
"Ketika seseorang, berkat orang lain, telah menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria, menghindari kebohongan, dan menghindari arak, minuman keras, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi kelengahan, Aku katakan adalah tidak mudah bagi orang pertama itu membalas orang ke dua dengan cara memberikan penghormatan ... dan obat-obatan.
"Ketika seseorang, berkat orang lain, memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan pada Buddha, Dhamma, dan Sangha, dan memiliki moralitas yang disenangi oleh para mulia, Aku katakan adalah tidak mudah bagi orang pertama itu membalas orang ke dua dengan cara memberikan penghormatan ... dan obat-obatan.
"Ketika seseorang, berkat orang lain, terbebas dari keragu-raguan terhadap penderitaan, terhadap asal-mula penderitaan, terhadap lenyapnya penderitaan, dan terhadap jalan menuju lenyapnya penderitaan, Aku katakan adalah tidak mudah bagi orang pertama itu membalas orang ke dua dengan cara memberikan penghormatan ... dan obat-obatan.
jika kita memberikan sesuatu yg dengan pemberian itu si penerima memperoleh salah satu dari empat hal di atas, maka itu adalah Dhammadana.
Dana Dhamma itu penekanannya lebih ke membuat orang lain mengerti tentang Dhamma melalui usaha untuk membuat si penerima mengerti. Tentunya si pendana mesti mengerti Dhamma juga. Masa sebarin buku dibilang dana Dhamma. Dana media Dhamma Ok saya setuju, tapi bukanlah Dana Dhamma iu sendiri...
Ngaco lah, kalo dibilang nyebarin buku dibilang Dana Dhamma, wong yang nyebarin aja belum tentu ngerti...
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 05:54:27 PM
oya saya lupa bilang alasannya..
seperti halnya bhante menerima dana makanan dengan tangannya..penerima dana dhamma juga menerima dana dhamma melalui telinga dan/atau mata..terserah makanan (dhamma) mau dimakan (dimengerti)...that's my point of view
bro NPNG,
memakan adalah suatu kegiatan yg bisa kita pilih apakah akan dilakukan atau tidak dilakukan, berbeda dengan mengerti (memahami), kita tidak bisa memilih apakah ingin paham atau ingin tidak paham.
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 05:51:48 PM
tetap termasuk dana dhamma..
Terima kasih jawabannya.
Kembali lagi karena dana dhamma adalah paling bermanfaat, berarti menurut bro NPNG, cetak buku dhamma, walaupun tidak ada orang yang memahami dhamma tersebut, adalah lebih mulia daripada memberikan dana materi, yaitu nasi susu ke seorang bodhisatta menjelang pencerahan sempurna.
Kalau boleh saya tanya lebih lanjut, jika cetak buku dhamma tapi kemudian tidak dimengerti, maka manfaat apa saja yang telah terjadi?
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 November 2010, 05:59:18 PM
Terima kasih jawabannya.
Kembali lagi karena dana dhamma adalah paling bermanfaat, berarti menurut bro NPNG, cetak buku dhamma, walaupun tidak ada orang yang memahami dhamma tersebut, adalah lebih mulia daripada memberikan dana materi, yaitu nasi susu ke seorang bodhisatta menjelang pencerahan sempurna.
Kalau boleh saya tanya lebih lanjut, jika cetak buku dhamma tapi kemudian tidak dimengerti, maka manfaat apa saja yang telah terjadi?
dia bisa meneruskan ke orang lain yang dianggap layak..seperti halnya saya, setelah saya selesai baca buku dhamma, saya pasti tdk akan menyimpannya..
dan sekrang ada pertanyaan yang saya ajukan..
apakah probabiltasnya 0% bahwa terdapat orang yang mengerti dhamma dan mempraktekkannya melalui dana buku dhamma? apabila orang tsb mengerti dan mempraktekkannya, apakah dana buku dhamma bisa dikatakan dana dhamma?
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 06:03:41 PM
dia bisa meneruskan ke orang lain yang dianggap layak..seperti halnya saya, setelah saya selesai baca buku dhamma, saya pasti tdk akan menyimpannya..
Meneruskan ke orang lain atau ke "tong sampah" adalah pilihan si penerima selanjutnya. Yang saya tanyakan masih dalam lingkup "pemberian buku dhamma ke orang pertama yang tidak mengerti." Dalam 1 kejadian itu, apa saja manfaat yang telah terjadi?
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 November 2010, 06:09:20 PM
Meneruskan ke orang lain atau ke "tong sampah" adalah pilihan si penerima selanjutnya. Yang saya tanyakan masih dalam lingkup "pemberian buku dhamma ke orang pertama yang tidak mengerti." Dalam 1 kejadian itu, apa saja manfaat yang telah terjadi?
sama sekali tdk bermanfaat..pertanyaan saya yang di atas blm di jwb tuh bro? ;D
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 06:07:45 PM
dan sekrang ada pertanyaan yang saya ajukan..
apakah probabiltasnya 0% bahwa terdapat orang yang mengerti dhamma dan mempraktekkannya melalui dana buku dhamma? apabila orang tsb mengerti dan mempraktekkannya, apakah dana buku dhamma bisa dikatakan dana dhamma?
Jika anda bertanya seperti itu, maka orang lain bisa menanyakan hal yang sama tentang:
"apakah probabilitasnya 0% bahwa terdapat orang yang diberikan kain untuk usap-usap muka menghadap matahari menjadi arahat? (Bukankah ada Culapanthaka?) Apabila ada orang lain juga usap-usap muka menghadap matahari dan menjadi Arahat, bisakah dikatakan memberi kain bersih = dana dhamma?"
Saya katakan dana dhamma bukan soal probabilitas tembak-tembakan, bukan tergantung jenis objek yang didanakan, namun adalah upaya kosalla yang membuat orang lain memahami dhamma.
Enak yooo bisa berdana Dhamma tanpa harus ngerti... :yes:
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 06:10:52 PM
sama sekali tdk bermanfaat..pertanyaan saya yang di atas blm di jwb tuh bro? ;D
Dengan demikian, dalam kasus tersebut, bukankah dana buku dhamma sama saja dengan dana buku lain yang juga tidak membangkitkan pengertian dhamma?
PS: Saya pamit dulu sementara karena ada urusan.
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 November 2010, 06:17:42 PM
Jika anda bertanya seperti itu, maka orang lain bisa menanyakan hal yang sama tentang:
"apakah probabilitasnya 0% bahwa terdapat orang yang diberikan kain untuk usap-usap muka menghadap matahari menjadi arahat? (Bukankah ada Culapanthaka?) Apabila ada orang lain juga usap-usap muka menghadap matahari dan menjadi Arahat, bisakah dikatakan memberi kain bersih = dana dhamma?"
Saya katakan dana dhamma bukan soal probabilitas tembak-tembakan, bukan tergantung jenis objek yang didanakan, namun adalah upaya kosalla yang membuat orang lain memahami dhamma.
sepertinya anda tdk emnjawab pertanyaan saya..perumpaan anda dengan pertanyaan saya tidak sesuai... apbila dengen berdana buku dhamma yang kita anggap bagus (krn kita sudah baca) sehingga ada org lain yang menerapkan ajaran yang terkandung dalam buku tersebut..apakah itu termasuk dana dhamma jg?
Quote from: rooney on 16 November 2010, 06:19:25 PM
Enak yooo bisa berdana Dhamma tanpa harus ngerti... :yes:
coba rooney baca postingan saya sebelumnya...
si A mengajarkan kepada B, kemudian si B meneruskan ke si C sceara utuh apa yang disampaikan oleh si A..bagaimana tanggapan anda?
Si B ngerti ga ? Kalo cuma nerusin, tentu bukanlah sebuah dana Dhamma karena tidak mungkin dia bisa menjelaskan jika dia sendiri belum ngerti...
Dhammapada 354: sabba dhamma, dhammadana jinati - dari semua pemberian, dhamma adalah yang terbaik
Benda material bisa menghilangkan penderitaan sesaat, dhamma bisa menghentikan penderitaan selamanya
Menurut saya arti dhamma di sini adalah barang yang diberi (gift not giving) dan bukan aksi berdana seperti dana dalam sila-samadhi-dana atau dana dalam 10 paramita. Kalau masalah barang, tentu tidak tergantung dari siapa yang memberi atau siapa yang menerima, asal bentuknya dhamma itu dhamma-dana = pemberian dalam bentuk dhamma.
Quote from: rooney on 16 November 2010, 06:40:51 PM
Si B ngerti ga ? Kalo cuma nerusin, tentu bukanlah sebuah dana Dhamma karena tidak mungkin dia bisa menjelaskan jika dia sendiri belum ngerti...
kalo rooney baca buku dhamma dan menganggap buku itu bagus..kemuadian mendanakan buku itu ke org lain yg layak dan pada waktu yg tepat dengan harapan si penerima dapat membaca dan mengerti isi dr buku trsebut..syukur2 bs mempraktekkannya..apakah itu trmsk dana dhamma?
Quote from: char101 on 16 November 2010, 07:17:22 PM
Dhammapada 354: sabba dhamma, dhammadana jinati - dari semua pemberian, dhamma adalah yang terbaik
Benda material bisa menghilangkan penderitaan sesaat, dhamma bisa menghentikan penderitaan selamanya
Menurut saya arti dhamma di sini adalah barang yang diberi (gift not giving) dan bukan aksi berdana seperti dana dalam sila-samadhi-dana atau dana dalam 10 paramita. Kalau masalah barang, tentu tidak tergantung dari siapa yang memberi atau siapa yang menerima, asal bentuknya dhamma itu dhamma-dana = pemberian dalam bentuk dhamma.
Dhamma kok barang ? Kalo berdana buku Dhamma, trus ada orang yang ngerti, berarti penulisnya dong yang berdana Dhamma, karena melalui penjelasan dia yang tertulis dalam buku tersebut, si penerima bisa mengerti walaupun tidak diberikan langsung oleh dia. Ada 3 macam Dana, apakah itu ?
1. Dana Dhamma (High)
2. Dana kehidupan (Middle)
3. Dana materi (standard)
Dhamma dikatakan sebagai dana tertinggi. Kenapa ? Karena tidak semua orang bisa melakukan dana Dhamma. Apa alasannya ? Pertama, si pendana harus mengerti Dhamma terlebih dahulu, setelah itu melalui penjelasannya entah secara langsung atau melalui media buku dapat membuat orang lain mengerti. Mengerti tentu saja dalam artian mncapai taraf 'stream enterer' (Kalau cuma sekedar mengerti atau tau saja, saya belum tau apakah bisa dikatakan Dana Dhamma atau tidak). Nah, sekarang hal tersebut barulah bisa dikatakan dana Dhamma. Tidak sekedar distribusi buku trus dikatakan seseorang telah berdana Dhamma karena hal tersebut lebih cocok dikatakan sebagai dana materi...
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 07:33:27 PM
kalo rooney baca buku dhamma dan menganggap buku itu bagus..kemuadian mendanakan buku itu ke org lain yg layak dan pada waktu yg tepat dengan harapan si penerima dapat membaca dan mengerti isi dr buku trsebut..syukur2 bs mempraktekkannya..apakah itu trmsk dana dhamma?
Tidak, karena saya hanya mediator yang melakukan dana materi (uang + buku). Yang melakukan Dana Dhamma adalah si penulis buku melalui isi buku tersebut...
Quote from: rooney on 16 November 2010, 07:37:57 PM
Dhamma kok barang ? Kalo berdana buku Dhamma, trus ada orang yang ngerti, berarti penulisnya dong yang berdana Dhamma, karena melalui penjelasan dia yang tertulis dalam buku tersebut, si penerima bisa mengerti walaupun tidak diberikan langsung oleh dia. Ada 3 macam Dana, apakah itu ?
1. Dana Dhamma (High)
2. Dana kehidupan (Middle)
3. Dana materi (standard)
Dhamma dikatakan sebagai dana tertinggi. Kenapa ? Karena tidak semua orang bisa melakukan dana Dhamma. Apa alasannya ? Pertama, si pendana harus mengerti Dhamma terlebih dahulu, setelah itu melalui penjelasannya entah secara langsung atau melalui media buku dapat membuat orang lain mengerti. Mengerti tentu saja dalam artian mncapai taraf 'stream enterer' (Kalau cuma sekedar mengerti atau tau saja, saya belum tau apakah bisa dikatakan Dana Dhamma atau tidak). Nah, sekarang hal tersebut barulah bisa dikatakan dana Dhamma. Tidak sekedar distribusi buku trus dikatakan seseorang telah berdana Dhamma karena hal tersebut lebih cocok dikatakan sebagai dana materi...
alasan dana dhamma sebg dana tertinggi bukan itu deh roon...
dana dhamma sebagai dana tertinggi karena dapat mengubah orang ke arah positif..dalam hal ini dhamma sebagai 'akar' dr segala perbuatan baik dan sebagai petunjuk yang menuntun ke arah nibbana
intinya..kalo ga ada yang ngerti dhamma..mana mau org itu buat baik..mana ada org yang mau berlatih diri..
Quote from: rooney on 16 November 2010, 07:39:37 PM
Tidak, karena saya hanya mediator yang melakukan dana materi (uang + buku). Yang melakukan Dana Dhamma adalah si penulis buku melalui isi buku tersebut...
berarti cara pikir anda dengan saya bertolak belakang.. ;D
Quote from: rooney on 16 November 2010, 07:37:57 PM
Dhamma kok barang ? Kalo berdana buku Dhamma, trus ada orang yang ngerti, berarti penulisnya dong yang berdana Dhamma, karena melalui penjelasan dia yang tertulis dalam buku tersebut, si penerima bisa mengerti walaupun tidak diberikan langsung oleh dia. Ada 3 macam Dana, apakah itu ?
1. Dana Dhamma (High)
2. Dana kehidupan (Middle)
3. Dana materi (standard)
Pengertian umum dari dana memang aksi memberi. Tapi kata dana dapat juga berarti benda/hal yang diberi. Jadi dhamma-dana bisa diartikan memberikan dhamma atau dhamma sebagai pemberian. Arti mana yang benar perlu dicek lagi ke teks aslinya di tipitaka, atau tebakan saya pembagian 3 jenis ini adanya di commentary/atthakatha.
Anyway, some quote:
QuoteHere the question may be asked, 'if it comes under will it be an act of dana when there is no recipient for it?' According to the Texts, whether an offering should be regarded as an act of dana may be decided by an analysis of its features under four heads: characteristic, function, manifestation and proximate cause. We have already provided above what these four features are for a true act of dana. Now applying this test to the present problems, we find the characteristic of abandoning since the person who builds the pagoda and installs the Buddha statues relinquishes a large sum of money; as its function, there is destruction of attachment to the objects of offering by the donor; the donor senses that his act of generosity will result in attainment of rebirth in the human or deva world and attainment of great wealth; and finally, as the proximate cause, there is the object to be offered. Thus all the four features necessary for an offering to be truly an act of dana are present here and we may therefore conclude that building a pagoda and installing Buddha statues is a true act of generosity.
http://web.ukonline.co.uk/buddhism/mingun1.htm
Saya tidak tahu 'Text' yang direfer itu merujuk ke mana, tapi menurut Ven. Mingun Sayadaw, aksi dari perbuatan berdana tidak perlu penerima.
ini ada Kutipan RAPB buku ke 3 hal 3398 ...
Ada tiga jenis Dhamma dana,
Jenis pertama Dhamma dana, 'Dhamma' adalah yang berhubungan dengan amisa Dhamma dana.
Disebutkan bahwa amisa Dhamma dana adalah pemberian naskah daun palem atau kitab-kitab
Dalam kelompok ini, Dhamma adalah naskah itu sendiri, Pariyatti,
Dhamma yang di ajarkan oleh Buddha dan dicatat diatas daun palem atau kitab-kitab sebagai naskah) Oleh karena itu Dhamma dana disini berarti mengajarkan kitab-kitab atau memberikan pengetahuan ajaran Buddha kepada orang lain, Pariyatti adalah objek pemberian, materi yang diberikan; pendengar adalah penerima dan orang yang mengajarkan atau menjelaskan Dhamma adalah si penyumbang.
Jenis kedua Dhamma dana, 'Dhamma' merujuk pada Dhamma yang terdapat pada pengelompokam Abhidhamma atas dalam enam kelompok yaitu rupa dana, gandha dana, rasa dana, phomthabba dana dan Dhamma dana, Dhamma yang dimaksud adalah segala sesuatu yang membentuk objek batin.
Objek Batin adalah 1.lima organ indria(pasada rupa), 2. enam belas betuk halus(sukhuma rupa), 3. Delapan puluh Sembilan kondisi kesadaran(citta), 4. Lima puluh faktor batin(cetasika), 5. Nibbana, dan 6. Konsepsi(pannatti). Sedangkan dalam Pariyatti Dhamma, 'Dhamma' berarti 'mulia' disini bermaksud 'kebenaran' sehubungan dengan sifat sejati dari segala sesuatu'
Dhamma dana jenis ini dilakukan melalui pelayanan terhadap mereka yang menderita cacat(organ tubuh) misalnya penglihatannya cakkhu(Dhamma) dana, membantu orang memperbaiki pendengarannya adalah sota (Dhamma )dana dan seterusnya, Dana yang paling istimewa dari jenis ini adalah jivita dana, membantu memperpanjang umur orang lain, Dengan cara yang sama dana-dana lainnya dapat di pahami
Dalam jenis ketiga Dhamma dana, 'Dhamma' merujuk pada Tiga Permata, yaitu Buddha, Dhamma, Samgha. Seperti hal nya Dhamma jenis pertama, Dhamma adalah kitab-kitab ajaran Buddha, sedangkan dalam jenis kedua , 'Dhamma' adalah objek persembahan dan pendengar adalah penerima, dalam jenis ketiga ini, Dhamma merupakan bagian dari Trinitas-Buddha Dhamma Samgha itu sendiri adalah penerima persembahan. Jika Buddha dan Samgha menjadi penerima, Dhamma juga sendiri menerima persembahan.
Sebagai ilustrasi, Buddha sedang menetap di Vihara Jetavana, seorang perumah tangga kaya yang berkeyakinan di dalam Dhamma, berpikir, 'Aku telah berkesempatan utk memberikan persembahan kepada Buddha dan Samgha dengan secara rutin makan, jubah dan lain-lain. Tetapi aku tidak tidak pernah member penghormatan Dhamma dengan memberikan persembahan, Sekarang waktunya untuk melakukan ini, Dengan pikiran ini, ia menemui Bhagava dan bertanya kepada Bhabaga mengenai bagaimana melakukan hal itu., Bhagava menjawab:, "Jika engkau ingin memnberikan penghormatan kepada Dhamma, engkau dapat mempersembhakan makanan, jubah dan sebagainya kepada bhikkhu yang telah mempelajari Dhamma dengan baik, tetapi niat jelas untuk menghormati Dhamma yang telah ia kuasai".
Ketika perumah tangga ..........
Akhirnya perumah tangga mengundang YM Ananda dadn mempersembahkan dan memberikan persembahan makanan, jubah dan sebagainya yang melimpah, dengan mengingat bahwa ia sedang menghormati Dhamma yang telah dikuasai oleh YM Ananda. .........
Menurut kisah ini, si perumah tangga adalah penyumbang; makanan, jubah dan sebagainya adalah objek persembahan; dan tubuh Dhamma yang terdapat dalam diri Yang Mulia Ananda adalah penerima persembahan.
silahkan kalau mau lebih jelas, silahkan baca lagi di buku RAPB...
_/\_
saya pernah membaca (lupa sumbernya dimana) bahwa apabila ada orang yang menuangkan makanan ke tanah dengan harapan bahwa semua makhluk memperoleh manfaat..itu juga termasuk perbuatan baik..
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Flowpressurefilms.files.wordpress.com%2F2010%2F02%2Fdvd1.jpg%3Fw%3D300%26amp%3Bh%3D247&hash=ad00f07b4a94e42e0eab3891ef98bc41ae09a8d7)
Filmed entirely in Myanmar, Dhamma Dana delves deep into the Golden Land's monastic tradition and reveals how the Burmese Buddhists find inner freedom. The film presents the Dhamma with a serene rhythm; documenting a powerfully peaceful ancient tradition that few experience first hand.
http://www.imdb.com/title/tt1486636/
http://lowpressurefilms.wordpress.com/dhamma-dana/
Quote from: Sumedho on 16 November 2010, 08:09:56 PM
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fia.media-imdb.com%2Fimages%2FM%2FMV5BMTI4NDE2OTIzNl5BMl5BanBnXkFtZTcwNjMzNTcwMw%2520%255Bat%255D%26nbsp%3B%2520%255Bat%255D%2520._V1._SX214_CR0%2C0%2C214%2C314_.jpg&hash=27a15e423e323fb5eda2879858631c067bf2d9cb)
Filmed entirely in Myanmar, Dhamma Dana delves deep into the Golden Land's monastic tradition and reveals how the Burmese Buddhists find inner freedom. The film presents the Dhamma with a serene rhythm; documenting a powerfully peaceful ancient tradition that few experience first hand.
http://www.imdb.com/title/tt1486636/
The movie: http://vimeo.com/13815026
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 07:54:14 PM
saya pernah membaca (lupa sumbernya dimana) bahwa apabila ada orang yang menuangkan makanan ke tanah dengan harapan bahwa semua makhluk memperoleh manfaat..itu juga termasuk perbuatan baik..
yg ini maksudnya?
"Even if a person throws the rinsings of a bowl or a cup into a village pool or pond, thinking, 'May whatever animals live here feed on this,' that would be a source of merit."
— AN 3.57
Quote from: Sumedho on 16 November 2010, 08:09:56 PM
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Flowpressurefilms.files.wordpress.com%2F2010%2F02%2Fdvd1.jpg%3Fw%3D300%26amp%3Bh%3D247&hash=ad00f07b4a94e42e0eab3891ef98bc41ae09a8d7)
Filmed entirely in Myanmar, Dhamma Dana delves deep into the Golden Land's monastic tradition and reveals how the Burmese Buddhists find inner freedom. The film presents the Dhamma with a serene rhythm; documenting a powerfully peaceful ancient tradition that few experience first hand.
http://www.imdb.com/title/tt1486636/
http://lowpressurefilms.wordpress.com/dhamma-dana/
Subtitle nya ada ga ko ?
terlepas cetak buku dhamma adalah dana dhamma atau tidak, perbuatan berdana adalah hal yang bermanfaat, ada baiknya kita tidak mempersulit keadaan dengan hal2 yg menguras pikiran dan tenaga
Suatu ketika bhikkhu Culapanthaka dibilang tak berguna oleh kakak beliau Y.A. Mahapanthaka karena tak mampu menghafalkan sebait syair selama tiga bulan, lalu ketika bhikkhu Culapanthaka menangis sendirian Sang Buddha menghampiri beliau lalu menghibur dan mengatakan "tak ada yang sia-sia dalam ajaranku", disini Sang Buddha secara tegas menyatakan seseorang yang mempelajari Dhamma tak akan sia-sia. Oleh karena itu kita harus selalu menambah pengetahuan Dhamma.
_/\_
Bener sih.. Tapi memang kalo kata2 dihiasi lebih meriah sedikit, umat juga lebih tergerak..
Quote from: Indra on 15 November 2010, 10:41:31 AM
Benar sekali, tetapi sekarang ini, banyak sekali beredar penggalangan dana untuk berbagai macam tujuan dengan mengatas-namakan Dhamma dana, memprihatinkan ...
Kalau menggalang Dhamma dana dengan mengatasnamakan Proyek DC Press? Gpp kali yah.. ^-^
Apabila topik di atas adalah sebagaimana yang ada di dalam syair Dhammapada yang mana sering dikutip dan dicantumkan pada halaman belakang buku-buku dhamma, pengertian yang saya tangkap adalah berbeda.
Syair 354.
Pemberian 'Kebenaran'(Dhamma) mengalahkan semua pemberian lainnya; rasa 'Kebenaran?(Dhamma) mengalahkan semua rasa lainnya; kegembiraan dalam 'Kebenaran?(Dhamma) mengalahkan semua kegembiraan lainnya. Orang yang telah menghancurkan nafsu keinginan akan mengalahkan semua penderitaan.
Apabila kalimat 'pemberian dhamma' yang pertama dihubungkan dengan rasa dan kegembiraan dhamma yang merupakan kalimat selanjutnya. Kalimat 'pemberian dhamma' saya tangkap bukan pemberian dhamma dari seseorang kepada orang lainnya, tetapi apa yang diberikan / pemberian dari dhamma adalah pemberian yang terbaik (mengalahkan semua pemberian lainnya), sebagaimana kalimat selanjutnya adalah rasa dari dhamma adalah yang terbaik dan kegembiraan/kebahagiaan? dari dhamma adalah yang terbaik (mengalahkan semua kegembiraan lainnya).
Jadi dalam syair ini dana dhamma saya mengerti sebagai yang didapat dari dhamma atau yang diberi/pemberian dari dhamma adalah yang terbaik. Bukan memberikan dhamma adalah hal yang terbaik, karena dhamma tidak bisa diberikan karena dhamma bukan milik siapa2. Buku-buku dhamma adalah tulisan pengetahuan tentang dhamma, bukan dhamma itu sendiri. Dhamma harus dilihat sendiri dan dhamma itulah yang akan memberikan hal yang terbaik, rasa yang terbaik serta kegembiraan yang terbaik (mengalahkan hal lainnya).
Namun apabila dihubungkan dengan kisah Dhammapada yang dianggap sebagai latar belakang syair di atas, pengertian dana dhamma yang saya tangkap di atas tidak sesuai, karena di dalam kisah tersebut dana dhamma terkesan sebagai memberi dhamma, bukan pemberian (dari) dhamma. Dalam hal ini saya berpendapat bahwa syair dan atthakata tidak nyambung.
Berikut kisah Dhammapada tentang syair 354:
Syair 354 (XXIV:10. Kisah Pertanyaan Yang Diajukan Sakka)
Dalam suatu pertemuan para dewa di surga Tavatimsa, empat pertanyaan diajukan, tetapi para dewa gagal memperoleh jawaban yang benar. Akhirnya, Sakka membawa para dewa tersebut menghadap Sang Buddha di Vihara Jetavana. Setelah menjelaskan kesulitan mereka, Sakka mengajukan empat pertanyaan berikut :
Di antara semua pemberian, manakah yang terbaik ?
Di antara semua rasa, manakah yang terbaik ?
Di antara semua kegembiraan, manakah yang terbaik ?
Mengapa penghancuran nafsu dikatakan yang paling unggul ?
Terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, Sang Buddha menjawab, "O Sakka, Dhamma adalah termulia dari semua pemberian, terbaik dari semua rasa, dan terbaik dari semua kegembiraan. Penghancuran nafsu untuk mencapai tingkat kesucian arahat, oleh karena itu terunggul dari segala penaklukan."
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 354 berikut :
Pemberian 'Kebenaran?(Dhamma) mengalahkan semua pemberian lainnya; rasa 'Kebenaran?(Dhamma) mengalahkan semua rasa lainnya; kegembiraan dalam 'Kebenaran?(Dhamma) mengalahkan semua kegembiraan lainnya. Orang yang telah menghancurkan nafsu keinginan akan mengalahkan semua penderitaan.
Pada saat khotbah Dhamma itu berakhir, Sakka berkata kepada Sang Buddha, "Bhante, jika pemberian Dhamma mengungguli semua pemberian, mengapa kami tidak diundang untuk berbagi jasa ketika pemberian Dhamma dilakukan ? Bhante, saya mohon, mulai sekarang, kami diberi pembagian jasa atas perbuatan baik yang telah dilakukan." Kemudian Sang Buddha meminta semua bhikkhu untuk berkumpul dan menasihati mereka untuk membagi jasa kepada semua makhluk atas semua perbuatan baik mereka.
Sejak saat itu, menjadi suatu kebiasaan untuk mengundang semua makhluk dari tiga puluh satu alam kehidupan (bhumi) untuk datang, dan berbagi jasa kapan pun suatu perbuatan baik dilakukan.
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 November 2010, 05:17:16 PM
Perbuatan saya termasuk sangha dana, karena sangha dana menurut definisi saya adalah memberikan, dan diterima bhante. Jika diterima, namun kemudian tidak dimakan, dana tetap terjadi. Lain jika dana itu tidak diterima (misalnya bhante menduga ada makhluk yang sengaja dibunuh/dianiaya demi bhante tersebut), maka sangha dana tidak terjadi. Jadi sangha dana itu terjadi ketika diterima oleh sangha, terlepas apakah anggota sangha tersebut memakai/memakannya atau tidak.
Sekarang tolong dijawab menurut bro NPNG, apakah definisi dana dhamma?
Maaf nyela Bro,
Dalam satu Sutta, sang Buddha mengatakan kurang lebih bahkan bila seseorang mencuci sebuah mangkuk bekas makan di sungai dan berpikir "semoga sisa2 makanan ini bermanfaat bagi mahluk yg memakannya" itu saja pun akan memberikan manfaat, dan saya rasa ini sudah memenuhi kriteria berdana.
Demikian juga saya rasa kita semua setuju bahwa ketika kita berdana pada Biku bergitar cs dengan pikiran yang tertuju berdana pada Ariya Sangha, maka tindakan itu pun tergolong berdana. Yaitu berdana pada Ariya Sangha. Meskipun dana kita tidak diterima secara langsung oleh Ariya Sangha.
Jadi, dana didefinisikan oleh bagaimana pikiran si pemberi. Bukan tentang apakah diterima atau tidaknya oleh si penerima. Jika definisi dana harus demikian strict, yaitu diterima oleh si penerima.. Betapa kasihannya mereka yang dengan ikhlas menyumbangkan materi dan uang pada para korban bencana tapi kemudian
"ditilep" oleh para oknum karena yang telah mereka lakukan tidak tergolong kategori berdana.
be happy
_/\_
Quote from: Hendra Susanto on 17 November 2010, 01:25:17 AM
terlepas cetak buku dhamma adalah dana dhamma atau tidak, perbuatan berdana adalah hal yang bermanfaat, ada baiknya kita tidak mempersulit keadaan dengan hal2 yg menguras pikiran dan tenaga
setuju sekali.
walaupun juga kepada yang mau berdana kepada hal2 lainnya.
tidak ada kebajikan yang "sia-sia" yang penting semuanya dilakukan dengan yang tulus 'melepas' ^:)^
_/\_
ada kata-kata romo yang baik hati
tepatnya seperti apa aku lupa
intinya
berbuat baik lah untuk kebaikan itu sendiri
berdana lah untuk dana itu sendiri
artinya berdana lah untuk manfaat dari dana itu sendiri
berdana/berbuat baik dah...untuk dana/kebaikan itu sendiri
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 06:31:00 PM
sepertinya anda tdk emnjawab pertanyaan saya..perumpaan anda dengan pertanyaan saya tidak sesuai... apbila dengen berdana buku dhamma yang kita anggap bagus (krn kita sudah baca) sehingga ada org lain yang menerapkan ajaran yang terkandung dalam buku tersebut..apakah itu termasuk dana dhamma jg?
Anda bilang buku dhamma bagus, sehingga menyebarkannya dan moga-moga ada yang mengerti dan bisa menerapkan ajaran yang terkandung dalam buku tersebut.
Menurut saya, kisah Culapanthaka juga bagus, sehingga menyebarkan kain bersih untuk usap-usap muka, moga-moga ada yang mengerti dan bisa menerapkan ajaran seperti kisah Culapanthaka.
Bisa lihat persamaannya? Bukankah perbuatan saya juga adalah dana dhamma versi Bro NPNG?
Quote from: char101 on 16 November 2010, 07:17:22 PM
Dhammapada 354: sabba dhamma, dhammadana jinati - dari semua pemberian, dhamma adalah yang terbaik
Benda material bisa menghilangkan penderitaan sesaat, dhamma bisa menghentikan penderitaan selamanya
Menurut saya arti dhamma di sini adalah barang yang diberi (gift not giving) dan bukan aksi berdana seperti dana dalam sila-samadhi-dana atau dana dalam 10 paramita. Kalau masalah barang, tentu tidak tergantung dari siapa yang memberi atau siapa yang menerima, asal bentuknya dhamma itu dhamma-dana = pemberian dalam bentuk dhamma.
Bisa dijelaskan apa itu "bentuk dhamma"?
Jika tidak masalah siapa yang memberi dan siapa yang menerima, apakah kalau saya baca tipitaka depan kodok berarti sedang dana dhamma?
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 November 2010, 08:42:01 AM
Bisa dijelaskan apa itu "bentuk dhamma"?
Jika tidak masalah siapa yang memberi dan siapa yang menerima, apakah kalau saya baca tipitaka depan kodok berarti sedang dana dhamma?
Menurut Anda, yang sedang Anda baca dari Tipitaka itu Dhamma atau bukan?
Ketika melakukan perbuatan itu, apakah didasari niat memberi atau didasari ketidak-tahuan (bahwa hewan tidak dapat mengerti Dhamma)?
Seperti saya bilang, arti dhamma dana itu bisa ada dua: kegiatan memberi Dhamma atau Dhamma sebagai barang pemberian. Untuk arti pertama, perlu adanya pemberi dan barang yang diberi, sedangkan untuk arti kedua, pemberi atau penerima tidak relevan, karena fokusnya adalah pada jenis hal yang diberikan.
Kenapa saya mengusulkan arti dhamma dana sebagai objek dari pemberian dan bukan kegiatan pemberian, karena menurut saya Sang Buddha mengajarkan dhamma dana bukan mengajarkan bahwa umat awam harus memberikan Dhamma tapi sebaliknya Sang Buddha dan murid-muridnya yang telah mencapai penerangan telah memberikan Dhamma kepada kita sebagai pemberian yang terbaik dan sebagai penerimanya (kita semua) perlu mempraktekkan Dhamma itu karena itu adalah pemberian yang terbaik.
Quote from: char101 on 16 November 2010, 07:49:44 PM
Pengertian umum dari dana memang aksi memberi. Tapi kata dana dapat juga berarti benda/hal yang diberi. Jadi dhamma-dana bisa diartikan memberikan dhamma atau dhamma sebagai pemberian. Arti mana yang benar perlu dicek lagi ke teks aslinya di tipitaka, atau tebakan saya pembagian 3 jenis ini adanya di commentary/atthakatha.
Anyway, some quote:
Saya tidak tahu 'Text' yang direfer itu merujuk ke mana, tapi menurut Ven. Mingun Sayadaw, aksi dari perbuatan berdana tidak perlu penerima.
(Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap Mingun Sayadaw,) saya memang kurang setuju pada tulisan tersebut . Ini saya kutipkan sebagian dari lanjutannya:
(b) With respect to the gift of the teaching, Dhamma dana, there are, nowadays, people who are unable to teach the Dhamma, but who, bent on waking a gift of the teaching, spend money on books, palm-leaf scripts etc. (of Canonical Texts) and make a gift of them. Although such a donation of books is not truly a gift of the teaching, since a reader will be benefitted by reading in the books practices and instruction which will lead one to Nibbana, the donor may be regarded as one who makes a gift of the teaching.
It is like the case of one who has no medicine to give to a sick person, but only a prescription for a cure of the illness. When the medicine is prepared as prescribed and taken, the illness is removed. Although the person does not actually administer any medicine, because of his effective prescription, he is entitled to be regarded as one who has brought about the cure of illness. Likewise, the donor of books on Dhamma who personally cannot teach the Dhamma enables the readers of his books to attain knowledge of the Dhamma and thus is entitled to be called the donor of the gift of Dhamma.Bagian biru juga mengatakan sesungguhnya memberikan buku bukan termasuk dana dhamma. Tapi di bagian jingga, itu main "tebak-tebakan" juga bahwa yang membaca ada yang mengerti dan tidak mengerti. Jika mengerti, disebut dana dhamma.
Tapi di bawahnya itu ada perumpamaan yang bagus tentang obat dan saya ingin membahas dari sudut pandang lain. Saya ibaratkan orang yang punya supply obat banyak, lalu tanpa mengetahui penyakit orang-orang, tanpa mengetahui fungsi obat, dia menyebarkannya ke daerah yang banyak orang sakit. Yah, kalau kebetulan dapat obat pas, berarti dana obat. Kalau tidak pas? Kalau tidak pas + komplikasi?
Atau kalau mau dilihat dari sudut pandang tulisan tersebut, maka tukang tebang pohon, pabrik kertas, pabrik tinta, percetakan, kurir, guru baca dari si pembaca, dan semua yang terlibat dalam fenomena "buku dhamma sampai ke tangan pembaca, dan pembaca mengerti dhamma" adalah pendana dhamma. Pendek kata, penjahit kain putih yang diberikan oleh Buddha kepada Culapanthaka adalah pendana dhamma.
Quote from: Jerry on 17 November 2010, 03:21:01 AM
Maaf nyela Bro,
Dalam satu Sutta, sang Buddha mengatakan kurang lebih bahkan bila seseorang mencuci sebuah mangkuk bekas makan di sungai dan berpikir "semoga sisa2 makanan ini bermanfaat bagi mahluk yg memakannya" itu saja pun akan memberikan manfaat, dan saya rasa ini sudah memenuhi kriteria berdana.
Betul, memenuhi kriteria dana materi, dan juga akan menghasilkan manfaat.
QuoteDemikian juga saya rasa kita semua setuju bahwa ketika kita berdana pada Biku bergitar cs dengan pikiran yang tertuju berdana pada Ariya Sangha, maka tindakan itu pun tergolong berdana. Yaitu berdana pada Ariya Sangha. Meskipun dana kita tidak diterima secara langsung oleh Ariya Sangha.
Jadi, dana didefinisikan oleh bagaimana pikiran si pemberi. Bukan tentang apakah diterima atau tidaknya oleh si penerima. Jika definisi dana harus demikian strict, yaitu diterima oleh si penerima.. Betapa kasihannya mereka yang dengan ikhlas menyumbangkan materi dan uang pada para korban bencana tapi kemudian "ditilep" oleh para oknum karena yang telah mereka lakukan tidak tergolong kategori berdana.
be happy
_/\_
Betul lagi. Dana itu ada yang diberikan ke pribadi, maupun kelompok. Jadi kalau kita mengarahkan pikiran dana kepada sangha (kelompok) sewaktu memberi, dana sudah terjadi, walaupun yang makan kemudian adalah seorang biku.
Definisi berdana itu memang strict, maka hendaknya bijaksana dalam berdana kalau mau bermanfaat. Dan benar, ketika kita memberi ke korban bencana alam, sudah ada pemberi (kita), dana (uang/bantuan lain), dan penerima (korban). Walaupun dana sudah terjadi, tapi bukan berarti dana pasti sampai ke penerima. Konon, hanya dana yang ditekadkan kepada Samma Sambuddha yang tidak dapat digagalkan oleh makhluk apapun.
Namun mengenai dana dhamma, tidak sesederhana dana materi, bahkan menurut saya sungguh kompleks. Bagaimana kalau saya katakan ada syarat antara lain: pemberi harus terlebih dulu memahami dhamma yang akan diberikan. Bro setuju?
Quote from: Hendra Susanto on 17 November 2010, 01:25:17 AM
terlepas cetak buku dhamma adalah dana dhamma atau tidak, perbuatan berdana adalah hal yang bermanfaat, ada baiknya kita tidak mempersulit keadaan dengan hal2 yg menguras pikiran dan tenaga
Betul, dan saya sama sekali tidak menganjurkan orang tidak mencetak buku dhamma. Saya di sini mengajak kita semua (termasuk saya) belajar tentang dhamma tertinggi itu, agar kita tidak salah mengira telah mengambil intan padahal hanya mengambil topaz. Apakah topaz tidak berharga? Tentu saja berharga.
Quote from: EVO on 18 November 2010, 06:48:04 AM
ada kata-kata romo yang baik hati
tepatnya seperti apa aku lupa
intinya
berbuat baik lah untuk kebaikan itu sendiri
berdana lah untuk dana itu sendiri
artinya berdana lah untuk manfaat dari dana itu sendiri
berdana/berbuat baik dah...untuk dana/kebaikan itu sendiri
Ditinjau dari tujuannya, ada 2 jenis dana:
1. berdana demi kebaikan
2. berdana demi pelepasan
Berdana demi dana itu sendiri maksudnya adalah yang ke dua, sebuah perbuatan yang mengantarkan kita ke jalan menuju Nibbana.
Quote from: char101 on 18 November 2010, 09:00:37 AM
Menurut Anda, yang sedang Anda baca dari Tipitaka itu Dhamma atau bukan?
Ketika melakukan perbuatan itu, apakah didasari niat memberi atau didasari ketidak-tahuan (bahwa hewan tidak dapat mengerti Dhamma)?
Seperti saya bilang, arti dhamma dana itu bisa ada dua: kegiatan memberi Dhamma atau Dhamma sebagai barang pemberian. Untuk arti pertama, perlu adanya pemberi dan barang yang diberi, sedangkan untuk arti kedua, pemberi atau penerima tidak relevan, karena fokusnya adalah pada jenis hal yang diberikan.
Kenapa saya mengusulkan arti dhamma dana sebagai objek dari pemberian dan bukan kegiatan pemberian, karena menurut saya Sang Buddha mengajarkan dhamma dana bukan mengajarkan bahwa umat awam harus memberikan Dhamma tapi sebaliknya Sang Buddha dan murid-muridnya yang telah mencapai penerangan telah memberikan Dhamma kepada kita sebagai pemberian yang terbaik dan sebagai penerimanya (kita semua) perlu mempraktekkan Dhamma itu karena itu adalah pemberian yang terbaik.
Pertama, saya mau tanya dulu. Objek itu netral atau tidak?
Quote from: No Pain No Gain on 16 November 2010, 07:45:26 PM
alasan dana dhamma sebg dana tertinggi bukan itu deh roon...
dana dhamma sebagai dana tertinggi karena dapat mengubah orang ke arah positif..dalam hal ini dhamma sebagai 'akar' dr segala perbuatan baik dan sebagai petunjuk yang menuntun ke arah nibbana
intinya..kalo ga ada yang ngerti dhamma..mana mau org itu buat baik..mana ada org yang mau berlatih diri..
Apakah Dhamma bertujuan untuk melenyapkan yang negatif ?
Apakah orang yang belum mengerti Dhamma, dapat membuat orang lain mengerti tentang Dhamma ?
Seseorang mampu berdana karena mereka memiliki sesuatu yang akan didanakan.
1. Seseorang mampu berdana materi jika mereka memiliki materi yang dibutuhkan untuk didanakan. (Makanan, jubah, obat-obatan)
2. Seseorang mampu berdana kehidupan jika mereka memiliki organ atau objek yang dibutukan (organ tubuh, darah, dll)
Jadi, bagaimana mungkin orang akan berdana Dhamma, sementara mereka belum mengerti tentang Dhamma itu sendiri ? Oleh karena itu disebut dana tertinggi karena selain menuntun seseorang pada "Ultimate Truth" juga tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang karena dana Dhamma tidaklah sesimpel memberi buku trus disebut benar" berdana Dhamma karena jika hanya seperti itu, maka Dana Dhamma adalah setara dengan dana materi.
[at] rooney
Betul, seperti orang punya buku, tapi tidak bisa baca. Ia bisa mendanakan buku tersebut, tapi tidak bisa mendanakan pengertian dalam buku tersebut, karena ia tidak bisa baca.
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 November 2010, 09:57:00 AM
Betul, dan saya sama sekali tidak menganjurkan orang tidak mencetak buku dhamma. Saya di sini mengajak kita semua (termasuk saya) belajar tentang dhamma tertinggi itu, agar kita tidak salah mengira telah mengambil intan padahal hanya mengambil topaz. Apakah topaz tidak berharga? Tentu saja berharga.
kecenderungan arah diskusi ini bisa disalah artikan bos :)
Quote from: Hendra Susanto on 18 November 2010, 02:33:16 PM
kecenderungan arah diskusi ini bisa disalah artikan bos :)
Wah, jadi gimana sebaiknya?
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 November 2010, 02:44:02 PM
Wah, jadi gimana sebaiknya?
saya pikir diskusi ini cukup baik, dan tidak akan mengurangi omzet DC press. IMO, Diskusi ini akan sangat bermanfaat bagi para pembaca, agar lebih memahami makna dalam berdana, apakah itu dana uang, dana buku, ataupun dana Dhamma.
_/\_
Quote from: Indra on 18 November 2010, 02:48:14 PM
saya pikir diskusi ini cukup baik, dan tidak akan mengurangi omzet DC press. IMO, Diskusi ini akan sangat bermanfaat bagi para pembaca, agar lebih memahami makna dalam berdana, apakah itu dana uang, dana buku, ataupun dana Dhamma.
_/\_
DC punya omzet yak ?
maksud saya bukan berkaitan dgn DC Press, ada maupun gak ada dana DC Press tetep menghasilkan karya baik softcopy maupun hardcopy. tetapi lebih ke rasa kebingungan umat, disini kita ambil global bahwa dana adalah perbuatan memberi sebagian milik kita, dari pada memilah-milah atau sambil memikirkan ini dana uang, ini dana tenaga, dana2 dll.
Quote from: Hendra Susanto on 18 November 2010, 04:19:07 PM
maksud saya bukan berkaitan dgn DC Press, ada maupun gak ada dana DC Press tetep menghasilkan karya baik softcopy maupun hardcopy. tetapi lebih ke rasa kebingungan umat, disini kita ambil global bahwa dana adalah perbuatan memberi sebagian milik kita, dari pada memilah-milah atau sambil memikirkan ini dana uang, ini dana tenaga, dana2 dll.
justru dengan diskusi beginilah maka akan menjadi jelas, bahwa apa yg kita anggap suatu bentuk dana ternyata bukan dana. ada orang2 yg sangat bersemangat jika diberi kesempatan untuk berdana Dhamma, dan ini dimanfaatkan oleh beberapa oknum/lembaga untuk mencari keuntungan. dengan adanya diskusi seperti ini, mungkin kita bisa menghindarkan beberapa orang yg berkeyakinan dari penipuan-penipuan yg berkedok dana Dhamma.
Quote from: Hendra Susanto on 18 November 2010, 04:19:07 PM
maksud saya bukan berkaitan dgn DC Press, ada maupun gak ada dana DC Press tetep menghasilkan karya baik softcopy maupun hardcopy. tetapi lebih ke rasa kebingungan umat, disini kita ambil global bahwa dana adalah perbuatan memberi sebagian milik kita, dari pada memilah-milah atau sambil memikirkan ini dana uang, ini dana tenaga, dana2 dll.
Tapi kan ada yang nanya ttg esensi Dana Dhamma itu apa, masa tiap nanya suatu perbedaan harus ujung2nya dijawab "Semua sama aja". Kan sesuatu yang dipilah, bukan berarti itu berakibat buruk. Tergantung juga siapa yang ambil pendapat. Misal, Kalo dikatakan bahwa berdana buku Buddhis adalah bukan dana Dhamma yang sebenarnya apakah hal tersebut diartikan dengan sebaiknya jangan berdana buku Buddhis ? Tentu tidak dong...
Quote from: Hendra Susanto on 18 November 2010, 04:19:07 PM
maksud saya bukan berkaitan dgn DC Press, ada maupun gak ada dana DC Press tetep menghasilkan karya baik softcopy maupun hardcopy. tetapi lebih ke rasa kebingungan umat, disini kita ambil global bahwa dana adalah perbuatan memberi sebagian milik kita, dari pada memilah-milah atau sambil memikirkan ini dana uang, ini dana tenaga, dana2 dll.
Ga masalah, Bro Hendra. Dana dhamma ataupun bukan dana dhamma, semua tetap sangat bermanfaat, dan sejauh ini (untungnya) tidak ada yang menganjurkan mengurangi dana yang bukan dana dhamma. Seperti Bro Indra bilang, kadang definisi yang kurang jelas juga bisa dimanfaatkan oknum untuk keuntungan pribadi.
perkara orang lain memanfaatkan "dana dhamma" itu urusan mereka, itu perbuatan mereka, bukan perbuatan kita. Disini saya mencoba menyederhanakan arti berdana, esensinya tetap sama walau dana ini dana itu
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 November 2010, 09:51:36 AM
Betul, memenuhi kriteria dana materi, dan juga akan menghasilkan manfaat.
Betul lagi. Dana itu ada yang diberikan ke pribadi, maupun kelompok. Jadi kalau kita mengarahkan pikiran dana kepada sangha (kelompok) sewaktu memberi, dana sudah terjadi, walaupun yang makan kemudian adalah seorang biku.
Definisi berdana itu memang strict, maka hendaknya bijaksana dalam berdana kalau mau bermanfaat. Dan benar, ketika kita memberi ke korban bencana alam, sudah ada pemberi (kita), dana (uang/bantuan lain), dan penerima (korban). Walaupun dana sudah terjadi, tapi bukan berarti dana pasti sampai ke penerima. Konon, hanya dana yang ditekadkan kepada Samma Sambuddha yang tidak dapat digagalkan oleh makhluk apapun.
Namun mengenai dana dhamma, tidak sesederhana dana materi, bahkan menurut saya sungguh kompleks. Bagaimana kalau saya katakan ada syarat antara lain: pemberi harus terlebih dulu memahami dhamma yang akan diberikan. Bro setuju?
Yap, tentu pemberi dhamma harus terlebih dulu mengerti dhamma yang diberikan. So far, (semoga saja ngga salah) saya memahami bagaimana maksud Bro Kain mengenai berdana dhamma. Pemahaman saya mengenai dana, baik materi mau pun non-materi seperti dhamma, adalah fleksibel tergantung pada bagaimana situasi tersebut. Jika dana dilakukan si pemberi dan sampai pada si penerima, serta penerima mendapat hasil sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pemberi ketika memberi dana, tentu dana yang terjadi ini optimal dan memang demikianlah seharusnya sebuah dana itu. Tetapi jika tidak sampai pun, yang terpenting telah ada usaha dari si pemberi.
Soal dhamma dana, saya ambil pengertian memberi dhamma melalui cara berdiskusi dari Kathavatthu Sutta AN 3.67 (http://dhammacitta.org/dcpedia/AN_3_67_Kathavatthu_Sutta_Thanissaro):
Mengenai bagaimana sikap si pemberi:
For the purpose of knowledge, for the purpose of [inspiring] clear confidence, counsel that's true: That's how noble ones give counsel, That's the noble ones' counsel.
Atau mengenai bagaimana proses dhamma dana yang terjadi antara si pemberi dan penerima:
"Monks, it's through his way of participating in a discussion that a person can be known as drawing near or not drawing near. One who lends ear draws near; one who doesn't lend ear doesn't draw near. Drawing near, one clearly knows one quality, comprehends one quality, abandons one quality, and realizes one quality.[2] Clearly knowing one quality, comprehending one quality, abandoning one quality, and realizing one quality, one touches right release. For that's the purpose of discussion, that's the purpose of counsel, that's the purpose of drawing near, that's the purpose of lending ear: i.e., the liberation of the mind through no clinging.
be happy
_/\_
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 November 2010, 09:37:53 AM
Bagian biru juga mengatakan sesungguhnya memberikan buku bukan termasuk dana dhamma. Tapi di bagian jingga, itu main "tebak-tebakan" juga bahwa yang membaca ada yang mengerti dan tidak mengerti. Jika mengerti, disebut dana dhamma.
terlepas dari cara, sifat, semua label apa saja .............. cara berdana yang baik atau dana tinggi atau dana ........ lainnya.
yang pasti berdana adalah menanam Kebajikan.
yang bold, IMO setuju disebut DANA DHAMMA ;D
_/\_
Quote from: coecoed on 19 November 2010, 08:17:30 AM
Cinta dan tindakan berpengharapan yang baik bagi setiap makhluk, bukan hanya ukuran untuk kepentingan diri sendiri saja.
your motivation, ini mengenai kualitas hatimu,bukan kepandaian kelicikan pikiran makhluk.
sebagai contoh : apakah semua orang kaya lebih banyak melakukan perbuatan baiknya daripada orang yang tidak berpunya? sebagai contoh dalam praktek-praktek umat dalam fangsen, sebenarnya yang dipikirkan hanya untuk kepentingan belaka diri saja tanpa ada kepedulian/menghiraukan atau sedikit saja untuk menyatakan kasih (metta,karuna,mudita) kepada makhluk lain tetapi lebih besar kepada keuntungan/kepentingan diri sendiri saja?.
ingat cerita seorang nenek yang menjual rambutnya untuk membeli minyak untuk dipersembahkan ke altar Buddha.
atau seorang nenek yang memberi persembahan beberapa ketip di bait Allah yang dipuji Yesus/Isa Almasih (Almasih=Mesias).
siapakah yang menilai setiap yang tersembunyi?
coecoe-the believer
seperti bagi pengikut kristus,
1Sam 16:7 Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."
Mat 6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
orang ini umat allah sedang 'berdana' bait allah tapi sayang tidak pada tempatnya.
jadi keliatan seperti orang yang tidak waras, sayang sekali ^-^
_/\_
Quote from: Hendra Susanto on 18 November 2010, 06:19:15 PM
perkara orang lain memanfaatkan "dana dhamma" itu urusan mereka, itu perbuatan mereka, bukan perbuatan kita. Disini saya mencoba menyederhanakan arti berdana, esensinya tetap sama walau dana ini dana itu
Sama sekali tidak sama, Bro Hendra. Itulah mengapa banyak sekali klasifikasi dana yang diajarkan. Ada kisah di mana seorang kaya berdana sangat banyak, membuka tempat tinggal dan makan gratis di empat gerbang kota bagi semua yang membutuhkan, namun dewa yang berdiam di sana hanya berdiam saja. Suatu kali seorang rakyat biasa, memberikan dana sekali, tapi dewa tersebut memuji dengan tinggi dana itu. Ini sulit dimengerti, namun dijelaskan oleh Buddha adalah karena penerima dana (yang sedikit) itu adalah seseorang yang pantas (=Pacceka Buddha), maka dana itu menjadi besar nilainya. Pemberi sama baik, jenis dana baik, penerima beda, hasilnya beda.
Lain lagi kisah Payasi yang memberikan dana dengan "masa bodoh". Sementara itu, ada pemuda bernama Uttara melihatnya dan menasihati Payasi. Kemudian ia diminta melaksanakan dana itu dan dijalankan dengan perhatian. Maka setelah kematian, Payasi hanya terlahir kembali di Catummaharajika dengan tugas melelahkan (harus kepanasan di siang hari), sedangkan Uttara terlahir di Tavatimsa. Jenis dana sama, penerima sama, pemberi beda, hasilnya beda.
Jadi apakah cocok kita dana asal dana saja, semua disederhanakan, yang penting berbuat baik? Bukan demikian yang saya pahami dari Ajaran Buddha.
Quote from: adi lim on 19 November 2010, 08:42:36 AM
orang ini umat allah sedang 'berdana' bait allah tapi sayang tidak pada tempatnya.
jadi keliatan seperti orang yang tidak waras, sayang sekali ^-^
_/\_
terima kasih atas pemberian komentar anda.
paling tidak memberikan inspirasi yang baik kan.....?
_/\_
coecoed-the beliver, good hope and love
Quote from: Jerry on 19 November 2010, 12:37:13 AM
Yap, tentu pemberi dhamma harus terlebih dulu mengerti dhamma yang diberikan.
OK.
QuoteSo far, (semoga saja ngga salah) saya memahami bagaimana maksud Bro Kain mengenai berdana dhamma. Pemahaman saya mengenai dana, baik materi mau pun non-materi seperti dhamma, adalah fleksibel tergantung pada bagaimana situasi tersebut. Jika dana dilakukan si pemberi dan sampai pada si penerima, serta penerima mendapat hasil sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pemberi ketika memberi dana, tentu dana yang terjadi ini optimal dan memang demikianlah seharusnya sebuah dana itu. Tetapi jika tidak sampai pun, yang terpenting telah ada usaha dari si pemberi.
Betul, saya juga berpendapat begitu. Jika seseorang mengajar dhamma namun yang diajar tidak mengerti, BUKAN berarti tidak ada kebaikan terjadi di sana. Tergantung dari motivasinya. Jika mengajar dhamma dengan maksud mengasihi agar orang ke pandangan benar, nyambung atau tidak dhammanya, kamma baik sudah terjadi di sini. Lain halnya kalau mengajar dhamma mungkin untuk sekadar dapat umat, cari muka atau pujian. Saya rasa walaupun nilai kebaikannya tetap ada, namun amat sangat kecil.
QuoteSoal dhamma dana, saya ambil pengertian memberi dhamma melalui cara berdiskusi dari Kathavatthu Sutta AN 3.67 (http://dhammacitta.org/dcpedia/AN_3_67_Kathavatthu_Sutta_Thanissaro):
Mengenai bagaimana sikap si pemberi:
For the purpose of knowledge, for the purpose of [inspiring] clear confidence, counsel that's true: That's how noble ones give counsel, That's the noble ones' counsel.
Atau mengenai bagaimana proses dhamma dana yang terjadi antara si pemberi dan penerima:
"Monks, it's through his way of participating in a discussion that a person can be known as drawing near or not drawing near. One who lends ear draws near; one who doesn't lend ear doesn't draw near. Drawing near, one clearly knows one quality, comprehends one quality, abandons one quality, and realizes one quality.[2] Clearly knowing one quality, comprehending one quality, abandoning one quality, and realizing one quality, one touches right release. For that's the purpose of discussion, that's the purpose of counsel, that's the purpose of drawing near, that's the purpose of lending ear: i.e., the liberation of the mind through no clinging.
be happy
_/\_
Ini tidak langsung berkaitan, tapi memang ada hubungannya. Diskusi dhamma adalah salah satu cara/media dana dhamma dilakukan, dan Kathavatthu Sutta membahas kaidah yang ideal dalam diskusi tersebut. Dan seperti saya katakan, jika dari diskusi tersebut, pemahaman tersampaikan, orang tidak baik menjadi baik, yang baik menjadi tambah baik, maka itulah dana dhamma sesungguhnya.
Quote from: coecoed on 19 November 2010, 08:17:30 AM
Cinta dan tindakan berpengharapan yang baik bagi setiap makhluk, bukan hanya ukuran untuk kepentingan diri sendiri saja.
your motivation, ini mengenai kualitas hatimu,bukan kepandaian kelicikan pikiran makhluk.
Maksudnya motivasi jadi jelek kalau orangnya hepatitis? Apa maksud "hati" di sini?
Betul, dana bukan masalah 'ritual', seperti orang Farisi yang dengan kelicikan mengatakan tidak perlu merawat orang tua jika sudah berdana ke bait Allah. Selain mengajarkan tidak berbakti, juga membelokkan esensi dana.
Quotesebagai contoh : apakah semua orang kaya lebih banyak melakukan perbuatan baiknya daripada orang yang tidak berpunya? sebagai contoh dalam praktek-praktek umat dalam fangsen, sebenarnya yang dipikirkan hanya untuk kepentingan belaka diri saja tanpa ada kepedulian/menghiraukan atau sedikit saja untuk menyatakan kasih (metta,karuna,mudita) kepada makhluk lain tetapi lebih besar kepada keuntungan/kepentingan diri sendiri saja?.
Ini ada benar dan ada kelirunya. Memang benar orang tidak memiliki banyak harta, tetap bisa melakukan dana yang mulia. Namun, memang orang kaya memiliki lebih banyak kesempatan berdana, tidak bisa dipungkiri.
Quoteingat cerita seorang nenek yang menjual rambutnya untuk membeli minyak untuk dipersembahkan ke altar Buddha.
atau seorang nenek yang memberi persembahan beberapa ketip di bait Allah yang dipuji Yesus/Isa Almasih (Almasih=Mesias).
siapakah yang menilai setiap yang tersembunyi?
Dulu digunakan uang logam untuk menyumbang di Bait Allah. Orang kaya di sana berlomba cari muka dengan memberikan banyak dan ditunjukkan dengan "berisiknya" uang logam itu waktu disumbangkan. Sedangkan seorang janda miskin dengan ikhlas memasukkan 2 kepeng uang saja.
Namun di sini tidak ada yang menilai setiap yang tersembunyi. Sebagaimana api membakar walaupun disembunyikan di kolong ranjang, demikian pula kebaikan tetap berbuah walaupun tidak ada yang melihat.
Quotecoecoe-the believer
seperti bagi pengikut kristus,
1Sam 16:7 Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."
Kalau di Buddhisme, semua orang melakukan segala kebaikan bukan demi dilihat Allah, tetapi demi terkikisnya keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin.
QuoteMat 6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
Di Buddhisme, berdana tidak masalah terang-terangan atau tersembunyi, selama dilandasi niat baik, memberikan yang baik ke orang yang tepat pula.
Quote22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Saya tambahkan ayatnya: Matius 7:22-23.
Akhir kata saya mau mengingatkan, ini Board Theravada dan di Tipitaka tidak ada kitab Samuel, Matius, maupun Markus.
Berikut saya hendak sharing pengalaman saya beberapa tahun yang lalu:
Ketika saya jalan-jalan ke salah satu mall dan mampir ke satu toko pernak-pernik buddhist (kebetulan toko ini sering
saya kunjungi). Pada waktu itu mata saya melihat sebuah buku yang kelihatan sudah kuno (tanpa plastik
pembungkus) tergeletak bersama-sama dengan buku-buku lainnya yang masih baru dan dalam plastik. Buku itu
belum kumal tetapi kertasnya sudah menguning. Terlihat pada halaman awal bahwa buku itu 'printed for free
distribution' tetapi pada sampul belakang tertempel tag Rp. 50.000,- Judul buku tersebut adalah 'The Craft of the
Heart (Citta-Vijja)' yang ditulis oleh salah satu bhikkhu hutan Thai dan diterjemahkan oleh seorang bhikkhu
berkebangsaan Amerika. Saya perkirakan buku itu diterbitkan pada tahun 1982 oleh salah satu penerbit di Bangkok.
Yang menarik perhatian adalah isi buku tersebut yang saya baca selintas. Lalu saya menghampiri penjaga toko
(yang sudah saya kenal karena sering berinteraksi ketika berkunjung) dan menanyakan kenapa buku dhamma yang
sudah jelas untuk 'free distribution' masih di-banderol dengan harga demikian. Bagaimana kalo free aja hehe...
Penjelasan dari penjaga toko adalah bahwa buku tersebut diperoleh dengan cara berdana. Jadi bila saya mau, ya
berdana dengan tag harga tersebut. Oh begitu ... ya sudah. Maka buku tersebut saya bawa pulang.
Hampir setiap malam saya baca buku ini sedikit demi sedikit. Hari demi hari saya merasakan rasa suka cita yang
semakin mendalam. Dhamma yang disampaikan oleh bhikkhu hutan ini begitu lugas. Saya selama ini masih bingung
bagaimana sebaiknya saya mempraktekkan ajaran Buddha Gotama. Mulai dari mana? Bagaimana? Sudah segudang
teori yang telah saya baca lewat buku-buku dhamma baik yang diperoleh dengan gratis di vihara maupun beli.
Dhamma dalam buku tersebut membimbing umat awam perumah-tangga secara bertahap. Sulit dilukiskan dengan
kata-kata, terasa plong hingga yang terdalam, mata hendak menitikkan air mata dan suka cita yang mendalam.
Saya sangat bersyukur dapat 'mendengarkan' dhamma yang diuraikan dalam buku tersebut (Bhante menjelaskan
dengan gaya bahasa seperti menjelaskan dalam tatap muka). Sempat timbul keinginan untuk membagikan dhamma
ini ke lebih banyak orang, tetapi saya tidak tahu bagaimana cara terbaiknya. Saya menyadari bahwa efek yang saya
alami setelah membaca buku ini belum tentu akan dialami oleh orang lain yang membacanya. Namun saya yakin, bila
dhamma ini sedikit demi sedikit menjadi bagian dari saya, maka hal ini akan memberikan dampak positif bagi
orang-orang yang ada disekeliling saya (tidak muluk-muluk, anggota keluarga saya saja dulu).
Saya bersyukur akhirnya dhamma yang ditulis oleh Bhikkhu hutan tersebut bisa sampai juga pada saya walau hampir
70 tahun yang lalu ditulis dan Bhikkhu tersebut telah lebih dari 40 tahun wafat. Semua ini tidak terlepas dari peran
banyak pihak. Saya sangat berterimakasih kepada Bhikkhu berkebangsaan Amerika itu yang telah menterjemahkan
dari bahasa Thai ke bahasa Inggris sehingga saya bisa membaca dan mengerti. Saya juga sangat berterimakasih
kepada mereka yang telah berdana uang dan tenaga hingga buku itu dapat dicetak dan menjangkau lebih banyak
orang. Juga kepada toko dimana saya memperoleh buku tersebut, saya berterimakasih hingga buku dhamma
tersebut bisa sampai kepada saya. Banyak pihak yang telah berperan hingga dhamma dana lewat media buku
(tulisan) dapat mencapai sasaran. Mari kita terus berdana uang dan tenaga untuk menyebarkan dhamma lewat
media buku. Tidak perlu kita mengejar pahala dengan memilih-milih jenis dana-nya. Terima kasih kepada TS yang
telah mengangkat topik ini. Tentunya bermanfaat bagi kita semua supaya tidak salah mengenali topaz sebagai intan.
_/\_
Semoga kita semua bisa melihat betapa besarnya manfaat dana materi dari sharing Bro ciputras dan terus berdana.
Quote from: Kainyn_Kutho on 19 November 2010, 08:45:18 AM
Sama sekali tidak sama, Bro Hendra. Itulah mengapa banyak sekali klasifikasi dana yang diajarkan. Ada kisah di mana seorang kaya berdana sangat banyak, membuka tempat tinggal dan makan gratis di empat gerbang kota bagi semua yang membutuhkan, namun dewa yang berdiam di sana hanya berdiam saja. Suatu kali seorang rakyat biasa, memberikan dana sekali, tapi dewa tersebut memuji dengan tinggi dana itu. Ini sulit dimengerti, namun dijelaskan oleh Buddha adalah karena penerima dana (yang sedikit) itu adalah seseorang yang pantas (=Pacceka Buddha), maka dana itu menjadi besar nilainya. Pemberi sama baik, jenis dana baik, penerima beda, hasilnya beda.
Lain lagi kisah Payasi yang memberikan dana dengan "masa bodoh". Sementara itu, ada pemuda bernama Uttara melihatnya dan menasihati Payasi. Kemudian ia diminta melaksanakan dana itu dan dijalankan dengan perhatian. Maka setelah kematian, Payasi hanya terlahir kembali di Catummaharajika dengan tugas melelahkan (harus kepanasan di siang hari), sedangkan Uttara terlahir di Tavatimsa. Jenis dana sama, penerima sama, pemberi beda, hasilnya beda.
Jadi apakah cocok kita dana asal dana saja, semua disederhanakan, yang penting berbuat baik? Bukan demikian yang saya pahami dari Ajaran Buddha.
jika demikian pengetahuan Mr. Kainyn, kita dalam hal dana berbeda pandangan... :)
Quote from: Hendra Susanto on 19 November 2010, 10:35:05 AM
jika demikian pengetahuan Mr. Kainyn, kita dalam hal dana berbeda pandangan... :)
Tidak masalah. Saya yakin banyak yang beda pandangan dengan saya, dan itu lumrah. :)
Quote from: Kainyn_Kutho on 15 November 2010, 04:55:28 PM
Saya setuju. Tambahan sedikit: walaupun buku dhamma bukan ditulis sendiri, tetapi jika seseorang telah mengerti ajaran, juga mengerti kecocokan kitab mana yang diberikan, dan akhirnya membawa pada pencapaian orang yang diberikan buku, maka itu juga termasuk dana dhamma. Karena ia mengerti, dan bisa membuat orang lain mengerti. Berbeda dengan tidak mengerti, lalu "tembak-tembakan" aja 1000 buku, syukur-syukur ada yang ngerti.
Saya kurang sependapat dengan tambahannya, Sdr.Kainyn, maaf. Mengapa? Karena sama seperti halnya saya ingin berdana uang kepada orang lain, saya memiliki uangnya, saya tahu uang ini berharga bagi yang bersangkutan, paham akan kegunaan uang dan nilainya, sama seperti Sdr. Kainyn memahaminya, tapi saat berdana saya menggunakan uang Sdr. Kainyn, dengan ijin anda tentunya, dengan alasan saya memiliki uang yang sama nilainya dan pemahaman yang sama dengan anda mengenai uang. Apakah ini juga berarti saya berdana? Tidak. Semestinya, uang yang saya miliki yang saya berikan.
Begitu juga dengan dana dhamma. Menurut saya harus ada sesuatu berupa pengetahuan dhamma yang dikeluarkan dari diri kita yang kita salurkan, teruskan kepada orang lain. Keistimewaannya, pengetahuan dhamma yang kita miliki tidak akan habis.
Memberikan buku berisi dhamma hasil dari pemahaman orang lain meskipun kita memiliki pemahaman, pengamalan yang sama dengan orang itu, tetap bukanlah dhamma dana, karena tidak ada dhamma dari kita yang kita "lepaskan" dengan cara-cara tertentu. "Melepas" inilah salah satu inti dari berdana.
Demikian.
Quote from: Kelana on 19 November 2010, 07:56:45 PM
Saya kurang sependapat dengan tambahannya, Sdr.Kainyn, maaf. Mengapa? Karena sama seperti halnya saya ingin berdana uang kepada orang lain, saya memiliki uangnya, saya tahu uang ini berharga bagi yang bersangkutan, paham akan kegunaan uang dan nilainya, sama seperti Sdr. Kainyn memahaminya, tapi saat berdana saya menggunakan uang Sdr. Kainyn, dengan ijin anda tentunya, dengan alasan saya memiliki uang yang sama nilainya dan pemahaman yang sama dengan anda mengenai uang. Apakah ini juga berarti saya berdana? Tidak. Semestinya, uang yang saya miliki yang saya berikan.
Begitu juga dengan dana dhamma. Menurut saya harus ada sesuatu berupa pengetahuan dhamma yang dikeluarkan dari diri kita yang kita salurkan, teruskan kepada orang lain. Keistimewaannya, pengetahuan dhamma yang kita miliki tidak akan habis.
Memberikan buku berisi dhamma hasil dari pemahaman orang lain meskipun kita memiliki pemahaman, pengamalan yang sama dengan orang itu, tetap bukanlah dhamma dana, karena tidak ada dhamma dari kita yang kita "lepaskan" dengan cara-cara tertentu. "Melepas" inilah salah satu inti dari berdana.
Demikian.
Ketika Bro kelana pinjam uang saya untuk berdana, terlepas dari waktu itu Bro punya uang atau tidak, menurut saya dana tetap terjadi. Bahkan ketika seorang pencuri/koruptor berdana, maka dana juga tetap terjadi, hanya saja tentu beda jauh nilainya.
Thera Assaji menggubah syair pendek tentang Ajaran Buddha, Sariputta menangkap dan memahaminya. Lalu setelah paham, ia mendatangi Moggallana mengulang persis syair dari Thera Assaji tersebut, dan Moggallana juga memahaminya. Menurut Bro kelana, apakah Sariputta berdana dhamma kepada Moggallana?
Dalam Buddhisme, diajarkan bagi kita untuk memilah2 suatu kejadian. Sebabnya karena pikiran yg muncul dan lenyap bukanlah suatu kesatuan, melainkan letup demi letup citta yg masing2 menyumbang kamma yg berbeda.
Contoh simpel adalah Robinhood:
Apakah Robinhood mencuri dari si kaya dan menyumbang ke si miskin adalah perbuatan baik atau jelek? Kita tidak bisa menggeneralisirnya. Motivasi dan usahanya menyumbang ke si miskin adalah baik, akan memberikan hasil yg baik pula baginya (terbukti kaum miskin mendukungnya dan membantunya jika ia dalam kesulitan).
Namun caranya mendapatkan uang tsb, yakni mencurinya dari kaum kaya adalah usaha yg buruk, terbukti, ia menerima hasilnya: dikejar2 oleh pasukan, dipenjara, dsbnya.
Itu sekedar contoh. Namun pada kenyataannya, motivasi kita tidak sesederhana itu, dalam sepersekian detik, pikiran kita menimbang2 dan menimbulkan aneka variasi motivasi yg berbeda... tentu saja kita masih dalam taraf tidak dapat mendeteksinya... namun dapat disimpulkan bahwa: kita harus memilah2 setiap kegiatan yg kita lakukan, krn tidak dapat dipastikan bahwa dalam kegiatan baik, motivasinya pasti baik dan demikian pula sebaliknya...
::
Quote from: Kainyn_Kutho on 20 November 2010, 09:20:43 AM
Ketika Bro kelana pinjam uang saya untuk berdana, terlepas dari waktu itu Bro punya uang atau tidak, menurut saya dana tetap terjadi. Bahkan ketika seorang pencuri/koruptor berdana, maka dana juga tetap terjadi, hanya saja tentu beda jauh nilainya.
Kasus yang saya sampaikan bukan kasus meminjam uang anda, Sdr. Kainyn, tetapi memberikan uang anda. Uang yang saya berikan bukan uang saya, bukan bagian dari kehidupan saya dan bukan hasil pinjam. Oleh karena itu saya katakan itu bukan berdana, tetapi memberikan milik orang lain dengan mengatasnamakan berdana. Ini yang pertama.
Seorang pencuri/koruptor dapat dikatakan berdana meskipun memiliki nilai yang sangat rendah karena ia sudah memiliki uang tersebut yang sudah menjadi bagian kehidupannya meskipun dari hasil pekerjaan yang tidak benar. Di sini ada pelepasan milik dari si pencuri/koruptor. Pelepasan milik ini yang saya nilai sebagai dana, meskipun sangat rendah karena syarat-syarat berdana yang tidak terpenuhi.
QuoteThera Assaji menggubah syair pendek tentang Ajaran Buddha, Sariputta menangkap dan memahaminya. Lalu setelah paham, ia mendatangi Moggallana mengulang persis syair dari Thera Assaji tersebut, dan Moggallana juga memahaminya. Menurut Bro kelana, apakah Sariputta berdana dhamma kepada Moggallana?
Jika seperti itu kisahnya, jika yang disampaikan Y.A Assaji merupakan dhamma yang merubah batin Sariputta dan Moggallana, menurut saya, ya Sariputta berdana dhamma kepada Moggallana. Mengapa? Karena saat Sariputta mendengarkan syair Y.A Assaji dan memahaminya, Sariputta telah memiliki dhamma dalam taraf tertentu, sudah menyimpannya dalam pikiran, sudah jadi bagian dari dirinya. Dan saat Sariputta mengulangnya lagi kepada Moggallana dengan alasan yang baik tentunya, maka Sariputta telah mendanakan dhamma.
Demikian pendapat saya. Bagaimana dengan anda Sdr. Kainyn, apakah Sariputta berdana dhamma atau tidak? Apa alasannya?
seseorang kaya berdana membangun "wihara" untuk tempat memberikan dama, kemudian banyak orang datang ke "wihara" itu untuk mendengar dama. apakah si orang kaya itu berdana dama atau tidak?
bagian dari
Quote from: williamhalim on 20 November 2010, 09:48:35 AM
Dalam Buddhisme, diajarkan bagi kita untuk memilah2 suatu kejadian. Sebabnya karena pikiran yg muncul dan lenyap bukanlah suatu kesatuan, melainkan letup demi letup citta yg masing2 menyumbang kamma yg berbeda.
Contoh simpel adalah Robinhood:
Apakah Robinhood mencuri dari si kaya dan menyumbang ke si miskin adalah perbuatan baik atau jelek? Kita tidak bisa menggeneralisirnya. Motivasi dan usahanya menyumbang ke si miskin adalah baik, akan memberikan hasil yg baik pula baginya (terbukti kaum miskin mendukungnya dan membantunya jika ia dalam kesulitan).
Namun caranya mendapatkan uang tsb, yakni mencurinya dari kaum kaya adalah usaha yg buruk, terbukti, ia menerima hasilnya: dikejar2 oleh pasukan, dipenjara, dsbnya.
Itu sekedar contoh. Namun pada kenyataannya, motivasi kita tidak sesederhana itu, dalam sepersekian detik, pikiran kita menimbang2 dan menimbulkan aneka variasi motivasi yg berbeda... tentu saja kita masih dalam taraf tidak dapat mendeteksinya... namun dapat disimpulkan bahwa: kita harus memilah2 setiap kegiatan yg kita lakukan, krn tidak dapat dipastikan bahwa dalam kegiatan baik, motivasinya pasti baik dan demikian pula sebaliknya...
::
Setuju, saya juga memilih untuk memilah sampai pada bagian yang sesederhana mungkin. Dalam kasus Robin Hood, uang itu adalah hasil curian. Hasil curian itu adalah hasil korupsi dari rakyat. Sangat kompleks, tapi ketika si Robin Hood yang punya uang (tanpa lihat dari mana) membagikan ke orang yang membutuhkan, saya rasa itu bisa disebut dana. Begitu juga kalau misalnya saya tidak punya uang tapi merasa iba pada seseorang yang kena musibah, pinjam dulu duit Bro Wili untuk sumbang orang tersebut, maka dana sudah saya lakukan. Apakah nanti saya bayar atau saya "gelapkan", sudah urusan berbeda. :D
Quote from: Kelana on 20 November 2010, 11:20:05 AM
Kasus yang saya sampaikan bukan kasus meminjam uang anda, Sdr. Kainyn, tetapi memberikan uang anda. Uang yang saya berikan bukan uang saya, bukan bagian dari kehidupan saya dan bukan hasil pinjam. Oleh karena itu saya katakan itu bukan berdana, tetapi memberikan milik orang lain dengan mengatasnamakan berdana. Ini yang pertama.
Oh, begitu maksudnya. Sorry saya salah mengerti. Dalam hal ini, jika Bro kelana hanya menyampaikan saja, maka cuma terjadi "jasa menyampaikan" bukan berdana itu sendiri (walaupun tetap ada perbuatan baik di sana). Sama seperti kasus kurir, tukang pos, dan pembantu yang menyampaikan surat berisi ajaran guru ke murid.
QuoteSeorang pencuri/koruptor dapat dikatakan berdana meskipun memiliki nilai yang sangat rendah karena ia sudah memiliki uang tersebut yang sudah menjadi bagian kehidupannya meskipun dari hasil pekerjaan yang tidak benar. Di sini ada pelepasan milik dari si pencuri/koruptor. Pelepasan milik ini yang saya nilai sebagai dana, meskipun sangat rendah karena syarat-syarat berdana yang tidak terpenuhi.
Ya, setuju.
QuoteJika seperti itu kisahnya, jika yang disampaikan Y.A Assaji merupakan dhamma yang merubah batin Sariputta dan Moggallana, menurut saya, ya Sariputta berdana dhamma kepada Moggallana. Mengapa? Karena saat Sariputta mendengarkan syair Y.A Assaji dan memahaminya, Sariputta telah memiliki dhamma dalam taraf tertentu, sudah menyimpannya dalam pikiran, sudah jadi bagian dari dirinya. Dan saat Sariputta mengulangnya lagi kepada Moggallana dengan alasan yang baik tentunya, maka Sariputta telah mendanakan dhamma.
Demikian pendapat saya. Bagaimana dengan anda Sdr. Kainyn, apakah Sariputta berdana dhamma atau tidak? Apa alasannya?
Saya juga mengatakan Sariputta berdana dhamma kepada Moggallana, karena dalam hal ini ia telah memahaminya, maka dhamma (Assaji) itu telah menjadi miliknya. Maka di post yang lalu saya tulis:
Tambahan sedikit: walaupun buku dhamma bukan ditulis sendiri (1), tetapi jika seseorang telah mengerti ajaran (2), juga mengerti kecocokan kitab mana yang diberikan (3), dan akhirnya membawa pada pencapaian orang yang diberikan buku (4), maka itu juga termasuk dana dhamma. Karena ia mengerti, dan bisa membuat orang lain mengerti. Berbeda dengan tidak mengerti, lalu "tembak-tembakan" aja 1000 buku, syukur-syukur ada yang ngerti.
Walaupun syair bukan digubah sendiri (1), telah dimengerti Sariputta (2), diberikan ke Moggallana yang saya asumsi karena mereka teman sejak kecil, saling memahami kebijaksanaan masing-masing (3), dan Moggallana mencapai Sotapanna juga (4), maka saya katakan hal tersebut adalah dana dhamma.
Quote from: ryu on 20 November 2010, 11:38:08 AM
seseorang kaya berdana membangun "wihara" untuk tempat memberikan dama, kemudian banyak orang datang ke "wihara" itu untuk mendengar dama. apakah si orang kaya itu berdana dama atau tidak?
Dama (玉) = bola?
Tidak, ia berdana "wihara" namun bukan berdana dama (terlepas dari apakah 'dama' itu sendiri yang saya tidak mengerti).
Media dan penyampaian dhamma tidak harus selalu saling terkait. Bisa saja seorang bikin lapangan sepak bola, lalu dalam satu kesempatan, orang nonton bola sekaligus menyampaikan dhamma ke temannya dan terjadi dana dhamma. Atau bisa juga orang bikin vihara untuk mendengar dhamma, malah dijadikan persembunyian janin aborsi seperti yang dibahas di thread sebelah (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18779.msg310764#msg310764).
Quote from: ryu on 20 November 2010, 11:38:08 AM
seseorang kaya berdana membangun "wihara" untuk tempat memberikan dama, kemudian banyak orang datang ke "wihara" itu untuk mendengar dama. apakah si orang kaya itu berdana dama atau tidak?
Quote from: Kainyn_Kutho on 20 November 2010, 02:00:17 PM
Dama (玉) = bola?
Gw juga bingung nih, tumben Mr. Ryu nulis jadi aneh begini.. Dama..
Kalau bahasa Minang, 'Dama' artinya 'Damar' (sejenis bahan cat / pelapis kapal).
Kalau bahasa anak2 itu artinya Ibu kita... oh itu 'Mama' ya? he3..
::
Quote from: williamhalim on 20 November 2010, 02:15:21 PM
Gw juga bingung nih, tumben Mr. Ryu nulis jadi aneh begini.. Dama..
Kalau bahasa Minang, 'Dama' artinya 'Damar' (sejenis bahan cat / pelapis kapal).
Kalau bahasa anak2 itu artinya Ibu kita... oh itu 'Mama' ya? he3..
::
terjemahan MBI ;D
Quote from: Kainyn_Kutho on 20 November 2010, 01:53:12 PM
Saya juga mengatakan Sariputta berdana dhamma kepada Moggallana, karena dalam hal ini ia telah memahaminya, maka dhamma (Assaji) itu telah menjadi miliknya. Maka di post yang lalu saya tulis:
Tambahan sedikit: walaupun buku dhamma bukan ditulis sendiri (1), tetapi jika seseorang telah mengerti ajaran (2), juga mengerti kecocokan kitab mana yang diberikan (3), dan akhirnya membawa pada pencapaian orang yang diberikan buku (4), maka itu juga termasuk dana dhamma. Karena ia mengerti, dan bisa membuat orang lain mengerti. Berbeda dengan tidak mengerti, lalu "tembak-tembakan" aja 1000 buku, syukur-syukur ada yang ngerti.
Walaupun syair bukan digubah sendiri (1), telah dimengerti Sariputta (2), diberikan ke Moggallana yang saya asumsi karena mereka teman sejak kecil, saling memahami kebijaksanaan masing-masing (3), dan Moggallana mencapai Sotapanna juga (4), maka saya katakan hal tersebut adalah dana dhamma.
Saya sependapat. Thanks atas tanggapannya Sdr. Kainyn _/\_
Kadang bukan hanya tulisan di dalam buku Dhamma yang bisa berakhir pada perbedaan persepsi dan pengertian pada setiap orang. Khotbah dari Sang Buddha sendiri juga bisa ber-implikasi berbeda pada pendengar-nya...
Dilemma seperti ini sudah pernah di tanya-kan oleh Raja Milinda kepada Arahat Nagasena, dan tercantum di dalam MILINDA PANHA BAB VIII Pemecahan Dilema, butir ke-20
20. Cinta Kasih Sang Buddha
"Anda mengatakan bahwa Sang Tathagata melindungi makhluk hidup dari bahaya dan memberkati mereka dengan kebaikan.4 Akan tetapi ketika Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma kepada para bhikkhu tentang perumpamaan api besar yang menyala-nyala,5 darah panas tersembur dari mulut enam puluh bhikkhu. Dengan pembabaran khotbah itu mereka menjadi celaka dan tidak baik. Jadi pernyataan Anda itu salah."
"Apa yang terjadi pada diri mereka itu disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri."
"Tetapi, Nagasena, seandainya saja Sang Tathagata tidak membabarkan khotbah tersebut, apakah mereka akan muntah darah panas?"
"Tidak. Pada saat mereka menerima secara salah apa yang dibabarkan, maka api menyala di dalam diri mereka."
"Kalau begitu, berarti Sang Tathagata-lah yang menjadi penyebab utama yang menghancurkan mereka. Andaikan ada seekor ular yang masuk ke dalam sarang semut, dan ada orang yang memerlukan tanah datang untuk mengambil tanah. Lalu sebagai akibatnya ular itu mati karena terpendam dan tidak dapat bernafas, tidakkah hal itu berarti bahwa sang ular mati karena ulah orang tersebut?"
"Ya, baginda. Tetapi ketika Sang Tathagata membabarkan suatu khotbah, Beliau tidak melakukannya dengan kebencian. Beliau membabarkan dengan keadaan yang sama sekali terbebas dari kedengkian. Mereka yang berlatih dengan benar akan mencapai penerangan, tetapi mereka yang mempraktekkannya dengan salah akan jatuh. Seperti halnya, O baginda, ketika sebatang pohon mangga digoncang, maka buah yang tangkainya kuat akan tetap bertahan tak terganggu, sedangkan yang tangkainya busuk akan jatuh ke tanah."
"Kalau begitu, tidakkah para bhikkhu tersebut jatuh karena khotbah tersebut?"
"Dapatkah seorang tukang kayu yang hanya membiarkan kayu tergeletak saja tanpa melakukan apa pun mengharapkan kayu tersebut menjadi lurus dan dapat bermanfaat?"
"Tidak, Yang Mulia."
"Demikian juga, O baginda, dengan hanya mengamati para murid-Nya saja Sang Tathagata tidak dapat membuka mata mereka yang sudah siap untuk melihat. Tetapi dengan menyingkirkan mereka yang salah menangkap Ajaran maka Beliau menyelamatkan mereka yang sudah siap untuk diselamatkan. Dan karena kesalahan diri sendirilah maka mereka yang berpikiran jahat jatuh."
Ref :
4. A.i.20
5. A.iv.128-135
--
Saya setuju bahwa Dhamma dana adalah yang tertinggi, tetapi berusaha menilai apakah suatu pemberian (dana) adalah dhammadana adalah seperti kita mencoba mengukur seberapa jauh-nya jangkauan kamma yang akan terjadi. Dan kembali lagi menurut Milinda Panha, bahwa tanpa bantuan pandangan seorang sammasambuddha, seseorang tidak dapat menentukan jauhnya jangkauan kamma. (MILINDA PANHA, BAB VIII, butir ke-8 KEMURNIAN SANG BUDDHA)
Quote from: dilbert on 25 November 2010, 09:25:31 AM
Kadang bukan hanya tulisan di dalam buku Dhamma yang bisa berakhir pada perbedaan persepsi dan pengertian pada setiap orang. Khotbah dari Sang Buddha sendiri juga bisa ber-implikasi berbeda pada pendengar-nya...
Dilemma seperti ini sudah pernah di tanya-kan oleh Raja Milinda kepada Arahat Nagasena, dan tercantum di dalam MILINDA PANHA BAB VIII Pemecahan Dilema, butir ke-20
[spoiler]20. Cinta Kasih Sang Buddha
"Anda mengatakan bahwa Sang Tathagata melindungi makhluk hidup dari bahaya dan memberkati mereka dengan kebaikan.4 Akan tetapi ketika Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma kepada para bhikkhu tentang perumpamaan api besar yang menyala-nyala,5 darah panas tersembur dari mulut enam puluh bhikkhu. Dengan pembabaran khotbah itu mereka menjadi celaka dan tidak baik. Jadi pernyataan Anda itu salah."
"Apa yang terjadi pada diri mereka itu disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri."
"Tetapi, Nagasena, seandainya saja Sang Tathagata tidak membabarkan khotbah tersebut, apakah mereka akan muntah darah panas?"
"Tidak. Pada saat mereka menerima secara salah apa yang dibabarkan, maka api menyala di dalam diri mereka."
"Kalau begitu, berarti Sang Tathagata-lah yang menjadi penyebab utama yang menghancurkan mereka. Andaikan ada seekor ular yang masuk ke dalam sarang semut, dan ada orang yang memerlukan tanah datang untuk mengambil tanah. Lalu sebagai akibatnya ular itu mati karena terpendam dan tidak dapat bernafas, tidakkah hal itu berarti bahwa sang ular mati karena ulah orang tersebut?"
"Ya, baginda. Tetapi ketika Sang Tathagata membabarkan suatu khotbah, Beliau tidak melakukannya dengan kebencian. Beliau membabarkan dengan keadaan yang sama sekali terbebas dari kedengkian. Mereka yang berlatih dengan benar akan mencapai penerangan, tetapi mereka yang mempraktekkannya dengan salah akan jatuh. Seperti halnya, O baginda, ketika sebatang pohon mangga digoncang, maka buah yang tangkainya kuat akan tetap bertahan tak terganggu, sedangkan yang tangkainya busuk akan jatuh ke tanah."
"Kalau begitu, tidakkah para bhikkhu tersebut jatuh karena khotbah tersebut?"
"Dapatkah seorang tukang kayu yang hanya membiarkan kayu tergeletak saja tanpa melakukan apa pun mengharapkan kayu tersebut menjadi lurus dan dapat bermanfaat?"
"Tidak, Yang Mulia."
"Demikian juga, O baginda, dengan hanya mengamati para murid-Nya saja Sang Tathagata tidak dapat membuka mata mereka yang sudah siap untuk melihat. Tetapi dengan menyingkirkan mereka yang salah menangkap Ajaran maka Beliau menyelamatkan mereka yang sudah siap untuk diselamatkan. Dan karena kesalahan diri sendirilah maka mereka yang berpikiran jahat jatuh."
Ref :
4. A.i.20
5. A.iv.128-135
[/spoiler]
--
Saya setuju bahwa Dhamma dana adalah yang tertinggi, tetapi berusaha menilai apakah suatu pemberian (dana) adalah dhammadana adalah seperti kita mencoba mengukur seberapa jauh-nya jangkauan kamma yang akan terjadi. Dan kembali lagi menurut Milinda Panha, bahwa tanpa bantuan pandangan seorang sammasambuddha, seseorang tidak dapat menentukan jauhnya jangkauan kamma. (MILINDA PANHA, BAB VIII, butir ke-8 KEMURNIAN SANG BUDDHA)
Betul, saya rasa kita semua tidak tahu secara pasti apakah dana dhamma telah terjadi atau tidak. Tidak jauh-jauh ke pencapaian kesucian, dalam mengajar pelajaran sekolah saja walaupun murid mengangguk-angguk seperti mengerti, kita tidak tahu apakah ia paham atau tidak. Yang ingin saya bahas di sini hanyalah sebatas konsep dana dhamma, agar dibedakan dengan jenis dana lainnya.
Mengenai seberapa jauh kita mengajar, menurut saya adalah sesuai batasan diri sendiri dan pengetahuan kita akan orang lain. Jangan pernah mencoba hal-hal yang di luar kemampuan kita seperti meniru cara-cara 'ekstrem' seorang Buddha dalam mengajar.
Quote from: Kainyn_Kutho on 25 November 2010, 11:27:19 AM
Betul, saya rasa kita semua tidak tahu secara pasti apakah dana dhamma telah terjadi atau tidak. Tidak jauh-jauh ke pencapaian kesucian, dalam mengajar pelajaran sekolah saja walaupun murid mengangguk-angguk seperti mengerti, kita tidak tahu apakah ia paham atau tidak. Yang ingin saya bahas di sini hanyalah sebatas konsep dana dhamma, agar dibedakan dengan jenis dana lainnya.
Mengenai seberapa jauh kita mengajar, menurut saya adalah sesuai batasan diri sendiri dan pengetahuan kita akan orang lain. Jangan pernah mencoba hal-hal yang di luar kemampuan kita seperti meniru cara-cara 'ekstrem' seorang Buddha dalam mengajar.
karena NIBBANA dikatakan sebagai kebahagiaan tertinggi, maka seharusnya DANADHAMMA adalah Dana tertinggi.
Quote from: dilbert on 25 November 2010, 04:23:24 PM
karena NIBBANA dikatakan sebagai kebahagiaan tertinggi, maka seharusnya DANADHAMMA adalah Dana tertinggi.
Semua dana materi, yang terbaik sekalipun, "hanya" akan menyebabkan seseorang terlahir di alam bahagia dalam waktu yang lama. Tetapi dana dhamma, membawa seseorang pada terhentinya dukkha. Itulah sebabnya dana dhamma dikatakan sebagai yang terbaik.
Contoh Kasus : Seorang anak yang melihat ibunya menyembelih ayam hidup untuk digoreng buat lauk makan keluarga, lalu anak tsb menjelaskan kepada ibunya mengenai pembunuhan dalam ajaran Dhamma, dan menasehati sang ibu apabila memang masih mau makan ayam supaya lain kali jangan menyembelih secara langsung. Beli dari pasar yang sudah memang tinggal dimasak jadi karmanya tidak begitu berat. Bagaimana sebab dan akibatnya dan akhirnya sang ibu pun mengerti.
Apakah contoh kasus di atas termasuk Dhammadana? dan Dhammadana yang bagaimana?
Quote from: freecloud79 on 26 November 2010, 01:28:52 PM
Contoh Kasus : Seorang anak yang melihat ibunya menyembelih ayam hidup untuk digoreng buat lauk makan keluarga, lalu anak tsb menjelaskan kepada ibunya mengenai pembunuhan dalam ajaran Dhamma, dan menasehati sang ibu apabila memang masih mau makan ayam supaya lain kali jangan menyembelih secara langsung. Beli dari pasar yang sudah memang tinggal dimasak jadi karmanya tidak begitu berat. Bagaimana sebab dan akibatnya dan akhirnya sang ibu pun mengerti.
Apakah contoh kasus di atas termasuk Dhammadana? dan Dhammadana yang bagaimana?
berkat si anak maka si ibu meninggalkan pembunuhan makhlk hidup. yes, IMO itu adalah Dhammadana
Quote from: Kainyn_Kutho on 25 November 2010, 05:09:14 PM
Semua dana materi, yang terbaik sekalipun, "hanya" akan menyebabkan seseorang terlahir di alam bahagia dalam waktu yang lama. Tetapi dana dhamma, membawa seseorang pada terhentinya dukkha. Itulah sebabnya dana dhamma dikatakan sebagai yang terbaik.
Dana dhamma dikatakan yang terbaik,karena dilihat dari prosesnya.Sebelum ada tindakan pasti ada dhamma duluan.Dhamma bukan sebuah benda,tapi dhamma hanya diolah dipikiran.Baik dhamma itu kita dapat dari mendengar,melihat atau merasakan.Jadi setelah mengetahui tentang dhamma maka orang akan melakukan tindakan yang sesuai dhamma.
Contoh sederhana:
-seseorang yang selalu kita beri ikan.Tidak akan pernah tahu cara mendapatkan ikan.Tapi jika kita ajarkan dia memancing,maka dia akan mencari ikan untuk dirinya sendiri.Kita sebagai yang mengajar mendapatkan manfaat dan yang belajar juga mendapatkan manfaat.
Berdana dhamma sama dengan berdana ilmu.Yang jika dipraktekkan akan memberikan manfaat yang besar.Dan dhamma itu juga bertingkat-tingkat.Sama seperti sekolah,jika sudah belajar sampai ini maka udah lulus SD.Sampai itu udah lulus SMA.Kalau sudah lulus SMA berarti sudah tercerahkan.
Jadi jika ditanya apakah berdana buku dhamma termasuk dana dhamma?Saya akan menjawab IYA.Dhammma yang diberikan dalam bentuk tulisan.
Dan apakah dengan memberikan spam tipitaka termasuk dana dhamma?Saya akan menjawab IYA.Tapi karma anda tidak akan berbuah banyak.Kenapa begitu?karena anda kurang bijaksana.
Contoh sederhana:
-Disaat saya ingin menanam jagung.Apa yang saya lakukan pertama kali?Saya akan melihat kondisi tanahnya.Karena didaerah saya tanah gambut berarti kadar asamnya tinggi.Maka saya akan mencari benih jagung yang cocok untuk tanah tersebut.Salah pemakaian benih,maka dijamin panennya gagal.
Coba anda spam dengan sebuah cerita yang mengandung dhamma.Itu akan berbuah lebih baik dari pada spam tipitika.Karena seorang Buddhisme saja banyak tidak mengerti tipitika apalagi non budhis.Jadi bukan tanahnya tidak subur,si penanamnya yang kurang bijaksana.
Contoh buku RAPB dhammacitta,sudah dilakukan aturan main bahwa dengan memposting 100 baru bisa mendapatkan buku tersebut.Itu sudah termasuk salah satu tindakan bijaksana yang menyeleksi keseriusan seseorang.Dan jika ternyata masih kejadian Buku RAPB yang tebal itu jadi pengganjal lemari, itu berarti orangnya tidak berjodoh dengan dhamma.Seperti Sang Buddha katakan,jika debu mata itu terlalu tebal.Sudah tidak kelihatan apa-apa lagi.
Contoh lain:Berkat kebaikan bro Hendra,saya harus menunggu lebih dari 6bln untuk mendapatkan buku Digha Nikaya.Dan saya harus mengkonfirmasi beberapa kali baru mendapatkannya.Itu sudah seleksi,jika saya tidak membacanya.Berarti saya yang tidak berjodoh. (sebenarnya nyindir bro hendra =)) =)) )
Tapi jika diukur lagi, lebih banyak manakah panennya(karmanya) jika seseorang hanya memberikan buku berisi dhamma dengan yang langsung membimbing dhamma? Jelas lebih banyak yang membimbing.Selama membimbingnya benar.
Jadi kesimpulan akhir,berdana buku dhamma termasuk dana dhamma.
[at]Kainyn_Kutho
Saya pernah membaca,bahwa kelelawar digua yang mendengarkan diskusi tentang dhamma,walaupun dia tidak mengerti.Setelah mati,kelelawar itu hidup ke alam lebih baik.Juga seekor ayam betina yang mencari makan disebuah vihara,dan setiap hari mendengar dhamma para bhikkhu.Juga setelah mati mendapatkan kehidupan lebih baik.
Quote from: sriyeklina on 24 December 2010, 01:08:57 AM
Jadi kesimpulan akhir,berdana buku dhamma termasuk dana dhamma.
Yup, tapi yang melakukan dana Dhamma adalah si penulis dong...
Quote from: rooney on 24 December 2010, 01:13:32 AM
Yup, tapi yang melakukan dana Dhamma adalah si penulis dong...
Semuanya........baik pengarang,penulis,percetakan dll.Dan salah satu hal lain yang mempengaruhi adalah niatnya.Disaat dia mengerjakan, dia berniat semoga dhamma ini bermanfaat bagi kebahagian semua makhluk.
Quote from: sriyeklina on 24 December 2010, 01:18:45 AM
Semuanya........baik pengarang,penulis,percetakan dll.Dan salah satu hal lain yang mempengaruhi adalah niatnya.Disaat dia mengerjakan, dia berniat semoga dhamma ini bermanfaat bagi kebahagian semua makhluk.
hehehe... tidak dong, para penyumbang ataupun penerbit dan percetakan boleh saja ada niat, tapi tetap saja bukan mereka yang menjelaskan Dhamma tersebut melainkan si penulis. Selebihnya hanya pendukung terjadinya suatu Dana Dhamma...
Quote from: rooney on 24 December 2010, 01:24:05 AM
hehehe... tidak dong, para penyumbang ataupun penerbit dan percetakan boleh saja ada niat, tapi tetap saja bukan mereka yang menjelaskan Dhamma tersebut melainkan si penulis. Selebihnya hanya pendukung terjadinya suatu Dana Dhamma...
Jika menurut saya, semua yang terlibat itu menjadi satu kesatuan yang disebut dana dhamma.Yang membedakan hanya langsung dan tidak langsung.Dan besar karma baik yang diterima tiap-tiap orang.Contohnya:Sama seperti tubuh.Jika hanya kaki saja tidak bisa dikatakan itu tubuh.
Quote from: sriyeklina on 24 December 2010, 01:34:40 AM
Jika menurut saya, semua yang terlibat itu menjadi satu kesatuan yang disebut dana dhamma.Yang membedakan hanya langsung dan tidak langsung.Dan besar karma baik yang diterima tiap-tiap orang.Contohnya:Sama seperti tubuh.Jika hanya kaki saja tidak bisa dikatakan itu tubuh.
Kalo gt, orang berdana barang kebutuhan, pabrik dan penjual juga ikutan berdana dong ? Tapi berdana kok dituker ama duit ya ?
Jika penulis saja maka itu penulis buku dhamma,jika penerjemah saja maka itu penerjemah buku dhamma,jika penyumbang saja maka itu penyumbang pembuatan buku dhamma.Jika semuanya bekerja karena tujuan yang sama untuk membagikan buku dhamma terjadi tindakan mewujudkan barulah terjadi DANA DHAMMA.
Quote from: rooney on 24 December 2010, 01:38:26 AM
Kalo gt, orang berdana barang kebutuhan, pabrik dan penjual juga ikutan berdana dong ? Tapi berdana kok dituker ama duit ya ?
Bro baca thread ini dari awal deh.Diawal aja dijelaskan arti kata DANA.
Quote from: sriyeklina on 24 December 2010, 01:40:24 AM
Jika penulis saja maka itu penulis buku dhamma,jika penerjemah saja maka itu penerjemah buku dhamma,jika penyumbang saja maka itu penyumbang pembuatan buku dhamma.Jika semuanya bekerja karena tujuan yang sama untuk membagikan buku dhamma terjadi tindakan mewujudkan barulah terjadi DANA DHAMMA.
Hmmm benar juga... walaupun dana Dhamma dalam bentuk buku mesti ada playmaker alias penyambung (pendana), tapi tetap saja intinya kan isi tulisannya yg merupakan interpretasi Dhamma. So, saya rasa kurang tepat disebut bahwa si pendana buku adalah berdana Dhamma juga, karena kalu begitu berarti Dana Dhamma lebih mudah dilakukan daripada dana anggota tubuh. Padahal kenyataannya Dana Dhamma adalah dana tertinggi karena membawa seseorang pada pencapaian Moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan dan sudah tentu juga semakin tinggi suatu dana, pastilah akan lebih sulit untuk dilakukan...
Quote from: sriyeklina on 24 December 2010, 01:42:18 AM
Bro baca thread ini dari awal deh.Diawal aja dijelaskan arti kata DANA.
Hehehe... Saya udah ikutin kok dari depan
Quote from: rooney on 24 December 2010, 01:47:47 AM
Hmmm benar juga... walaupun dana Dhamma dalam bentuk buku mesti ada playmaker alias penyambung (pendana), tapi tetap saja intinya kan isi tulisannya yg merupakan interpretasi Dhamma. So, saya rasa kurang tepat disebut bahwa si pendana buku adalah berdana Dhamma juga, karena kalu begitu berarti Dana Dhamma lebih mudah dilakukan daripada dana anggota tubuh.
Sekarang saya ingin tanyakan, jika ada terjadi pembunuhan berencana.Ada otak pelakunya.Ada yang bertindak sebagai pelaku juga.Dan ada penyandang dana yang dengan penuh kesadaran menyediakan semua kebutuhan baik bom dan lainnya supaya pembunuhan itu terjadi.Menurut anda dia termasuk melakukan pembunuhan ga?
QuotePadahal kenyataannya Dana Dhamma adalah dana tertinggi karena membawa seseorang pada pencapaian Moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan dan sudah tentu juga semakin tinggi suatu dana, pastilah akan lebih sulit untuk dilakukan...
Karena dhamma sama seperti ilmu/teorinya.Jika tidak tahu resep sebuah kue,apakah kita bisa membuat kue itu?
Karena mengetahui dhamma,jadi tahu apa guna meditasi.Sehingga kita melakukannnya.Bukankah begitu?
Tapi berat manakah antara menyumbang dana untuk membuat buku dhamma dengan membimbing seseorang sehingga mengerti dhamma?Lebih berat membimbing orang.Yang artinya jika kita melakukan membimbing jauh lebih besar karmanya daripada memberi buku.
Quote from: sriyeklina on 24 December 2010, 02:01:36 AM
Sekarang saya ingin tanyakan, jika ada terjadi pembunuhan berencana.Ada otak pelakunya.Ada yang bertindak sebagai pelaku juga.Dan ada penyandang dana yang dengan penuh kesadaran menyediakan semua kebutuhan baik bom dan lainnya supaya pembunuhan itu terjadi.Menurut anda dia termasuk melakukan pembunuhan ga?
Tentu saja ikut terlibat dong karena pembunuh bayaran adalah pesuruh si otak pelaku dan penyedia senjata dgn penuh kesadaran adalah sponsornya. Tapi, apakah pembunuh bayaran bisa disamakan dengan penyumbang ? pembunuh bayaran adalah pesuruh si otak pelaku, apakah pendana buku adalah pesuruh si penulis buku ? Tentu saja tidak, karena mana mungkin seorang bhikku/penulis merancang sebuah "Dana Dhamma berencana" , yang secara khusus mereka buat buku agar umat dapat melakukan dana Dhamma ?
Quote
Karena dhamma sama seperti ilmu/teorinya.Jika tidak tahu resep sebuah kue,apakah kita bisa membuat kue itu?
Karena mengetahui dhamma,jadi tahu apa guna meditasi.Sehingga kita melakukannnya.Bukankah begitu?
Tapi berat manakah antara menyumbang dana untuk membuat buku dhamma dengan membimbing seseorang sehingga mengerti dhamma?Lebih berat membimbing orang.Yang artinya jika kita melakukan membimbing jauh lebih besar karmanya daripada memberi buku.
Yup, sudah tentu orang harus mengerti Dhamma terlebih dahulu untuk bisa melakukan dana Dhamma. Sama seperti berdana yang lain, mereka harus punya barang yang didanakan baru bisa berdana. Kalau tidak mengerti Dhamma, tentu tidak bisa berdana Dhamma...
---- CLOSED---
Sorry salah pencet ;D
Quote from: rooney on 24 December 2010, 02:24:59 AM
Tentu saja ikut terlibat dong karena pembunuh bayaran adalah pesuruh si otak pelaku dan penyedia senjata dgn penuh kesadaran adalah sponsornya. Tapi, apakah pembunuh bayaran bisa disamakan dengan penyumbang ? pembunuh bayaran adalah pesuruh si otak pelaku, apakah pendana buku adalah pesuruh si penulis buku ? Tentu saja tidak, karena mana mungkin seorang bhikku/penulis merancang sebuah "Dana Dhamma berencana" , yang secara khusus mereka buat buku agar umat dapat melakukan dana Dhamma ?
Bro,apa perbedaan sponsor dengan donatur?Atau penyumbang dengan donatur?Kok bro malah menyamakan PELAKU DENGAN PENYUMBANG?
Jika sekarang ada salah satu umat mendengar ceramah bhikkhu tentang metta,dia tertarik dan meminta ijin bolehkah jika ceramah itu dijadikan sebuah buku yang tujuannya untuk didanakan kepada orang-orang?Ternyata boleh.Akhirnya umat tersebut membentuk team,ada yang jadi penulisnya karena tidak mungkin disuruh bhikkhunya menulis/mengetik dikomputer.Ada yang kebagian tukang cetaknya.Dan ada yang kebagian untuk membagikan.Mereka semua berniat dengan dibuat buku ini semoga bermanfaat bagi kebahagiaan semua makhluk dan bisa membuat orang lebih mengerti tentang metta.Menurut anda apakah team tersebut berdana dhamma?
QuoteYup, sudah tentu orang harus mengerti Dhamma terlebih dahulu untuk bisa melakukan dana Dhamma. Sama seperti berdana yang lain, mereka harus punya barang yang didanakan baru bisa berdana. Kalau tidak mengerti Dhamma, tentu tidak bisa berdana Dhamma...
Bro,ajaran yang kita dapat supaya tidak mencuri termasuk dhamma atau tidak?Ajaran yang mengatakan mendonorkan darah adalah hal baik,termasuk dhamma atau tidak?Ajaran untuk mencapai jhana termasuk dhamma atau tidak?
Dana dhamma tuh seperti memberikan buku kepada seseorg, hingga orag tersebut membacanya, dan mendapatkan sesuatu yang bermanfaat..
Quote from: sriyeklina on 24 December 2010, 03:00:06 AM
Bro,apa perbedaan sponsor dengan donatur?Atau penyumbang dengan donatur?Kok bro malah menyamakan PELAKU DENGAN PENYUMBANG?
Jika sekarang ada salah satu umat mendengar ceramah bhikkhu tentang metta,dia tertarik dan meminta ijin bolehkah jika ceramah itu dijadikan sebuah buku yang tujuannya untuk didanakan kepada orang-orang?Ternyata boleh.Akhirnya umat tersebut membentuk team,ada yang jadi penulisnya karena tidak mungkin disuruh bhikkhunya menulis/mengetik dikomputer.Ada yang kebagian tukang cetaknya.Dan ada yang kebagian untuk membagikan.Mereka semua berniat dengan dibuat buku ini semoga bermanfaat bagi kebahagiaan semua makhluk dan bisa membuat orang lebih mengerti tentang metta.Menurut anda apakah team tersebut berdana dhamma?
Karena pelaku dan penyumbang adalah orang trakhir, makanya saya samakan :P
Jika ada umat yang minta ijin kepada bhikku untuk menjadikan Dhammadesana sebagai buku, menurut anda apakah bhikku tersebut setuju hal tersebut adalah Dana Dhamma ? Kalo iya, wow tanpa mengerti Dhamma, seseorang bisa berdana Dhamma yo, begitu mudahnya melakukan Dana Dhamma bahkan lebih mudah dibanding berdana kehidupan dan barang kebutuhan.
Quote
Bro,ajaran yang kita dapat supaya tidak mencuri termasuk dhamma atau tidak?Ajaran yang mengatakan mendonorkan darah adalah hal baik,termasuk dhamma atau tidak?Ajaran untuk mencapai jhana termasuk dhamma atau tidak?
Kalo saya pencuri, trus saya dapat nasehat dari orang agar tidak mencuri kemudian saya berhenti mencuri, tentu saja itu adalah Dana Dhamma. Kalo saya belum bisa masuk jhana, trus diajarin masuk jhana kemudian bisa masuk jhana, tentu itu adalah dana Dhamma. Kalo donor darah, no idea deh...
apakah ngajarin masuk jhana termasuk dhamma ?
Quote from: dilbert on 24 December 2010, 03:06:42 PM
apakah ngajarin masuk jhana termasuk dhamma ?
menurut bro bagaimana?dengan segala objeknya,dengan segala perenungannya....apakah itu dhamma?
Quote from: rooney on 24 December 2010, 01:51:39 PM
Karena pelaku dan penyumbang adalah orang trakhir, makanya saya samakan :P
Jika ada umat yang minta ijin kepada bhikku untuk menjadikan Dhammadesana sebagai buku, menurut anda apakah bhikku tersebut setuju hal tersebut adalah Dana Dhamma ? Kalo iya, wow tanpa mengerti Dhamma, seseorang bisa berdana Dhamma yo, begitu mudahnya melakukan Dana Dhamma bahkan lebih mudah dibanding berdana kehidupan dan barang kebutuhan.
Kalo saya pencuri, trus saya dapat nasehat dari orang agar tidak mencuri kemudian saya berhenti mencuri, tentu saja itu adalah Dana Dhamma. Kalo saya belum bisa masuk jhana, trus diajarin masuk jhana kemudian bisa masuk jhana, tentu itu adalah dana Dhamma. Kalo donor darah, no idea deh...
-Dan jika anda kerjakan lebih berat mana antara menasehati seseorang supaya tidak mencuri dibandingkan dengan anda mendonorkan mata saat ini?
-Dan jika anda kerjakan lebih berat mana dengan membimbing seseorang supaya seseorang mengetahui tentang derita melewati perenungan dengan semadhi dibandingkan dengan mendonorkan mata saat ini?
Quote from: sriyeklina on 24 December 2010, 03:46:43 PM
-Dan jika anda kerjakan lebih berat mana antara menasehati seseorang supaya tidak mencuri dibandingkan dengan anda mendonorkan mata saat ini?
-Dan jika anda kerjakan lebih berat mana dengan membimbing seseorang supaya seseorang mengetahui tentang derita melewati perenungan dengan semadhi dibandingkan dengan mendonorkan mata saat ini?
Tentunya menasehati (dr yg pencuri menjadi tidak lagi mencuri) dan membimbing (dr yang tidak memiliki konsentrasi hingga memiliki konsentrasi)
Quote from: rooney on 24 December 2010, 03:59:42 PM
Tentunya menasehati (dr yg pencuri menjadi tidak lagi mencuri) dan membimbing (dr yang tidak memiliki konsentrasi hingga memiliki konsentrasi)
Nah,sekarang kebetulan ada yang membutuhkan donor mata.Maukah anda menyumbangkan mata anda??
Quote from: sriyeklina on 24 December 2010, 01:08:57 AM
Dana dhamma dikatakan yang terbaik,karena dilihat dari prosesnya.Sebelum ada tindakan pasti ada dhamma duluan.Dhamma bukan sebuah benda,tapi dhamma hanya diolah dipikiran.Baik dhamma itu kita dapat dari mendengar,melihat atau merasakan.Jadi setelah mengetahui tentang dhamma maka orang akan melakukan tindakan yang sesuai dhamma.
Contoh sederhana:
-seseorang yang selalu kita beri ikan.Tidak akan pernah tahu cara mendapatkan ikan.Tapi jika kita ajarkan dia memancing,maka dia akan mencari ikan untuk dirinya sendiri.Kita sebagai yang mengajar mendapatkan manfaat dan yang belajar juga mendapatkan manfaat.
Berdana dhamma sama dengan berdana ilmu.Yang jika dipraktekkan akan memberikan manfaat yang besar.Dan dhamma itu juga bertingkat-tingkat.Sama seperti sekolah,jika sudah belajar sampai ini maka udah lulus SD.Sampai itu udah lulus SMA.Kalau sudah lulus SMA berarti sudah tercerahkan.
Betul, kira-kira seperti itu. Perbedaan mendasarnya hanyalah dhamma ini adalah pemahaman/ilmu yang membawa pada akhir dari dukkha.
QuoteJadi jika ditanya apakah berdana buku dhamma termasuk dana dhamma?Saya akan menjawab IYA.Dhammma yang diberikan dalam bentuk tulisan.
Bagaimana jika saya dana Tipitaka ke seorang tukang sayur di pasar yang buta huruf dan setiap hari 1 halaman sutta dijadikan bungkus kacang? Apakah dana dhamma telah terjadi?
QuoteDan apakah dengan memberikan spam tipitaka termasuk dana dhamma?Saya akan menjawab IYA.Tapi karma anda tidak akan berbuah banyak.Kenapa begitu?karena anda kurang bijaksana.
Contoh sederhana:
-Disaat saya ingin menanam jagung.Apa yang saya lakukan pertama kali?Saya akan melihat kondisi tanahnya.Karena didaerah saya tanah gambut berarti kadar asamnya tinggi.Maka saya akan mencari benih jagung yang cocok untuk tanah tersebut.Salah pemakaian benih,maka dijamin panennya gagal.
Coba anda spam dengan sebuah cerita yang mengandung dhamma.Itu akan berbuah lebih baik dari pada spam tipitika.Karena seorang Buddhisme saja banyak tidak mengerti tipitika apalagi non budhis.Jadi bukan tanahnya tidak subur,si penanamnya yang kurang bijaksana.
Berarti terjadi atau tidaknya dana, tergantung penerima juga, bukan? Sama seperti menanam jagung, kalau ditaruh di semen, tentu kita tidak mengatakan itu adalah menanam.
QuoteContoh buku RAPB dhammacitta,sudah dilakukan aturan main bahwa dengan memposting 100 baru bisa mendapatkan buku tersebut.Itu sudah termasuk salah satu tindakan bijaksana yang menyeleksi keseriusan seseorang.Dan jika ternyata masih kejadian Buku RAPB yang tebal itu jadi pengganjal lemari, itu berarti orangnya tidak berjodoh dengan dhamma.Seperti Sang Buddha katakan,jika debu mata itu terlalu tebal.Sudah tidak kelihatan apa-apa lagi.
Ini hanyalah contoh kasus saja. Di sisi lain, kalau orangnya meninggal di posting 99, maka akan jadi hantu (peta) RAPB yang belum berkesempatan baca dhamma. Kebijaksanaan ini tidak bisa dibilang mutlak adalah baik, namun memang sekadar prosedur terbaik yang berlaku secara umum.
QuoteContoh lain:Berkat kebaikan bro Hendra,saya harus menunggu lebih dari 6bln untuk mendapatkan buku Digha Nikaya.Dan saya harus mengkonfirmasi beberapa kali baru mendapatkannya.Itu sudah seleksi,jika saya tidak membacanya.Berarti saya yang tidak berjodoh. (sebenarnya nyindir bro hendra =)) =)) )
Itulah makanya berbeda antara spam dengan kebijaksanaan berdana dhamma. Orang spam itu tidak mengetahui siapa yang diajak bicara, tidak tahu kemampuannya, tidak tahu keseriusannya, tapi kirim2 terus saja. Kalau orang berniat dana dhamma, pasti ada usaha untuk mendukung dhamma tersampaikan dengan benar. Lagipula orang yang sudah paham dhamma tidak akan spam dhamma, karena mengetahui dhamma itu sifatnya halus dan sulit dipahami. Bahkan para Buddha begitu hati-hati terhadap dhamma maka ketika pencapaiannya, mereka tidak hendak mengajarkannya sampai diminta oleh para Brahma.
QuoteTapi jika diukur lagi, lebih banyak manakah panennya(karmanya) jika seseorang hanya memberikan buku berisi dhamma dengan yang langsung membimbing dhamma? Jelas lebih banyak yang membimbing.Selama membimbingnya benar.
Pemberian buku dhamma dari seorang yang mengerti, adalah berbeda dengan pemberian dari orang yang tidak mengerti. Demikian pula pembabaran langsung dari orang yang mengerti, beda dengan pembabaran langsung dari orang yang tidak mengerti.
Oleh karena itu bisa saja terjadi orang membimbing dhamma secara langsung dan intensif, tapi tidak memahami dhamma dengan benar, tidak memahami orang yang diajarkan, maka tidak terjadi dana dhamma. Kita kembali ke contoh Culapanthaka. Karena para bhikkhu pengajar memang tidak memahaminya, maka apapun syair yang diajarkan, tidak bisa diingat, apalagi dipahami. Sedangkan Buddha hanya beri kain bersih saja dengan sebaris kalimat. Lalu apakah kita bisa mengatakan pemberian kain dan sepenggal kalimat nilainya lebih kecil dari bimbingan dhamma secara langsung?
QuoteJadi kesimpulan akhir,berdana buku dhamma termasuk dana dhamma.
Termasukkah jika ternyata setelah baca buku dhamma, orang merasa tidak cocok dan berpindah agama, misalnya?
Quote[at]Kainyn_Kutho
Saya pernah membaca,bahwa kelelawar digua yang mendengarkan diskusi tentang dhamma,walaupun dia tidak mengerti.Setelah mati,kelelawar itu hidup ke alam lebih baik.Juga seekor ayam betina yang mencari makan disebuah vihara,dan setiap hari mendengar dhamma para bhikkhu.Juga setelah mati mendapatkan kehidupan lebih baik.
Dalam sutta memang ada kisah-kisah di mana binatang mendengar dhamma dan terlahir lagi di alam baik. Ada kodok yang terinjak-injak orang yang berbondong-bondong mendengar khotbah, lahir menjadi deva. Ada juga babi yang mendengar khotbah Buddha Padumuttara (kalau tidak salah) di masa lampau, dan terlahir kembali jadi putri raja. Menurut saya ini bukanlah karena binatang itu memahami dhamma, tetapi karena pikiran yang terkondisi dari suasana yang menenangkan akibat pembabaran dhamma saja, atau mungkin keyakinannya pada kebaikan/kemuliaan si pembabar dhamma. Namun bukan memahami isi dhamma itu sendiri.
Pencapaian kesucian juga dikatakan memiliki syarat minimal manusia (kecuali Asannasatta dan Brahma Arupa), dan berusia 7 tahun. Itulah sebabnya tidak ada binatang atau peta menembus Sotapatti.
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 December 2010, 05:07:30 PM
Betul, kira-kira seperti itu. Perbedaan mendasarnya hanyalah dhamma ini adalah pemahaman/ilmu yang membawa pada akhir dari dukkha.
Apa itu dhamma dan hal apa saja yang termasuk dhamma?
Quote from: sriyeklina on 24 December 2010, 05:16:25 PM
Apa itu dhamma dan hal apa saja yang termasuk dhamma?
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 November 2010, 08:25:10 AM
Quote from: EVO on 15 November 2010, 08:27:18 PM
mau tanya dhamma itu apa ya???
Dhamma secara umum adalah kebenaran/fenomena. Secara khusus, jika dalam konteks Ajaran Buddha adalah kebenaran tentang dukkha dan padamnya dukkha.
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 December 2010, 05:07:30 PM
Bagaimana jika saya dana Tipitaka ke seorang tukang sayur di pasar yang buta huruf dan setiap hari 1 halaman sutta dijadikan bungkus kacang? Apakah dana dhamma telah terjadi?
Iya,telah terjadi...tapi dana dhamma yang tidak bijaksana dan tidak bermanfaat.
QuoteBerarti terjadi atau tidaknya dana, tergantung penerima juga, bukan? Sama seperti menanam jagung, kalau ditaruh di semen, tentu kita tidak mengatakan itu adalah menanam.
Itu namanya meletakkan.Penerima yang bagaimana bro maksud?Jika sekarang kita diminta menyumbang dengan cara memasukkan disebuah kotak yang dibuat berdiri.Saat kita memasukkan uang ke kotak itu,apakah kita sudah berdana materi?
QuoteIni hanyalah contoh kasus saja. Di sisi lain, kalau orangnya meninggal di posting 99, maka akan jadi hantu (peta) RAPB yang belum berkesempatan baca dhamma. Kebijaksanaan ini tidak bisa dibilang mutlak adalah baik, namun memang sekadar prosedur terbaik yang berlaku secara umum.
Saya tidak pernah mengatakan itu mutlak adalah baik.Tapi kita sudah berusaha bertindak bijaksana.Daripada dengan cara tindakan memberikan buku dhamma pada orang buta.
QuoteItulah makanya berbeda antara spam dengan kebijaksanaan berdana dhamma. Orang spam itu tidak mengetahui siapa yang diajak bicara, tidak tahu kemampuannya, tidak tahu keseriusannya, tapi kirim2 terus saja. Kalau orang berniat dana dhamma, pasti ada usaha untuk mendukung dhamma tersampaikan dengan benar. Lagipula orang yang sudah paham dhamma tidak akan spam dhamma, karena mengetahui dhamma itu sifatnya halus dan sulit dipahami. Bahkan para Buddha begitu hati-hati terhadap dhamma maka ketika pencapaiannya, mereka tidak hendak mengajarkannya sampai diminta oleh para Brahma.
Apakah dhamma yang diberikan oleh Sang Buddha didepan kumpulan orang banyak memberikan reaksi atau manfaat yang sama pada tiap orang itu?Jelas tidak kan?Karena untuk mengerti dhamma bukan hanya tergantung dari pembabarnya tapi juga pendengar/pembacanya.Dan itu juga bergantung dengan kamma masa lampau mereka.Jika orang itu sudah waktunya menerima bahkan dengan cara spam sekalipun dia akan tergerak.
QuoteOleh karena itu bisa saja terjadi orang membimbing dhamma secara langsung dan intensif, tapi tidak memahami dhamma dengan benar, tidak memahami orang yang diajarkan, maka tidak terjadi dana dhamma. Kita kembali ke contoh Culapanthaka. Karena para bhikkhu pengajar memang tidak memahaminya, maka apapun syair yang diajarkan, tidak bisa diingat, apalagi dipahami. Sedangkan Buddha hanya beri kain bersih saja dengan sebaris kalimat. Lalu apakah kita bisa mengatakan pemberian kain dan sepenggal kalimat nilainya lebih kecil dari bimbingan dhamma secara langsung?
Jika kamma dan jasa lampau culapanthaka itu belum mendukung,walaupun sang buddha yang turun tangan tetap tidak akan mengerti.
Dilbert, mksdnya ngajarin gmana ya?
Quote from: sriyeklina on 24 December 2010, 06:14:23 PM
Iya,telah terjadi...tapi dana dhamma yang tidak bijaksana dan tidak bermanfaat.
Berarti di sini kita berbeda pandangan. Menurut saya, dana dhamma terjadi jika pengetahuan dhamma itu sengaja diberikan (pendana mengerti dan dengan pengertiannya mengajarkan), kemudian dimengerti oleh si penerima. Dengan kata lain, jika si 'penerima' memahami dhamma yang diberikan, maka barulah dana dhamma terjadi.
QuoteItu namanya meletakkan.Penerima yang bagaimana bro maksud?
Sama seperti kita meletakkan benih jagung di semen, di mana tidak akan bertumbuh apa-apa, demikian pula kita memberikan dhamma ke orang yang tidak tepat dengan cara tidak tepat, maka tidak terjadi manfaat apa-apa. Perbuatan meletakkan benih di semen tidak bisa disebut menanam walaupun niatnya adalah menanam; demikian pula mengajarkan dhamma dengan cara salah pada orang yang tidak tepat, tidak dapat dikatakan dana dhamma walaupun niatnya adalah berdana dhamma.
QuoteJika sekarang kita diminta menyumbang dengan cara memasukkan disebuah kotak yang dibuat berdiri.Saat kita memasukkan uang ke kotak itu,apakah kita sudah berdana materi?
Ya, dana sudah terjadi karena sudah ada yang menerima uang tersebut (pemilik kotak). Berbeda dengan dana dhamma, kadang omongannya terdengar, bukunya sudah diterima, namun pengertian dhammanya tidak tersampaikan.
QuoteSaya tidak pernah mengatakan itu mutlak adalah baik.Tapi kita sudah berusaha bertindak bijaksana.Daripada dengan cara tindakan memberikan buku dhamma pada orang buta.
Itu memang hanya contoh saja. Yang saya maksudkan adalah bagaimanapun kita mensortir penerima buku, tetap hasilnya belum tentu baik karena kita telah meng-generalisasi penilaian.
QuoteApakah dhamma yang diberikan oleh Sang Buddha didepan kumpulan orang banyak memberikan reaksi atau manfaat yang sama pada tiap orang itu?Jelas tidak kan?
Dhamma yang diberikan oleh Buddha memang bisa memberikan manfaat yang berbeda-beda. Namun, setiap kali Buddha berkhotbah, ia telah mengetahui orang mana saja yang bisa mendapatkan manfaatnya, bukan dengan tebak-tebakan. Apakah sama halnya ketika kita berdana buku kita mengetahui siapa saja yang akan membacanya, potensi para pembaca dan hasil dari membaca buku tersebut?
QuoteKarena untuk mengerti dhamma bukan hanya tergantung dari pembabarnya tapi juga pendengar/pembacanya.Dan itu juga bergantung dengan kamma masa lampau mereka.Jika orang itu sudah waktunya menerima bahkan dengan cara spam sekalipun dia akan tergerak.
Jika kamma dan jasa lampau culapanthaka itu belum mendukung,walaupun sang buddha yang turun tangan tetap tidak akan mengerti.
OK, yang ini adalah pembahasan dari sisi 'penerima dana'. Seseorang BISA mencapai suatu pengertian dhamma tertentu tanpa diajarkan. Biasanya orang ini memahami suatu fenomena dan memahaminya. Sebetulnya ada contoh di pembahasan lampau mengenai seorang bhikkhu yang ketika dalam perjalanan melihat hutan yang terbakar, maka ia mendapatkan suatu pengertian. Di sini, si pembuat kebakaran hutan TIDAK berdana dhamma. Si bhikkhu itu yang memang kebetulan memahami lewat fenomena tersebut.
Demikian pula jika seseorang spam tipitaka atau misalnya saja DC yang memberikan fasilitas Tipitaka di Perpustakaannya. Tuhan DC & 'pengikut2nya' di sini bukan berdana dhamma karena tidak memberikan pengertian, bahkan tidak tahu siapa saja yang akan baca dan mengambil manfaatnya, namun telah memberikan dana berupa kemudahan akses pada dhamma. Memberikan akses pada dhamma itu adalah perbuatan yang sudah amat sangat bermanfaat, namun masih bukan dana dhamma yang dikatakan bisa membalas budi baik orang tua.
Saya rangkum sekali lagi definisi dana dhamma menurut saya.
1. Dana dhamma bisa dilakukan oleh orang-orang yang telah mengerti dhamma, karena dhamma adalah pengertian, dan pengertian itulah yang diberikan.
2. Dana dhamma tidak terbatas pada bentuk materi/ide tertentu karena yang diberikan adalah pengertian, sedangkan medianya bisa berupa banyak hal seperti: khotbah/ceramah langsung, buku, kain bersih (Culapanthaka), perintah mencari lada (Kisa Gotami), atau janji mendapatkan Bidadari (Nanda).
3. Dana dhamma terjadi jika penerima dana memahami dhamma yang disampaikan tersebut. Ini kira-kira sama saja dengan dana materi, kalau materi tersebut tidak sampai pada penerima, maka tidak dikatakan sebagai dana. Demikian juga pengertian dhamma jika tidak sampai pada penerima, maka dana dhamma tidak terjadi.
Quote from: sriyeklina on 24 December 2010, 03:15:17 PM
menurut bro bagaimana?dengan segala objeknya,dengan segala perenungannya....apakah itu dhamma?
Petapa Kaladeva yang hidup pada jaman Buddha Gautama memiliki kemampuan mencapai Jhana tertinggi, tetapi karena tidak mengikuti Jalan (magga) tetap tidak bisa merealisasikan Hasil (Phala) yaitu pembebasan tertinggi (Nibbana)... Dhamma dalam hal ini tentu-nya adalah Dhamma ajaran PARA BUDDHA yang bisa menuntuk pada pembebasan tertinggi (Nibbana).
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 December 2010, 03:16:54 PM
Berarti di sini kita berbeda pandangan. Menurut saya, dana dhamma terjadi jika pengetahuan dhamma itu sengaja diberikan (pendana mengerti dan dengan pengertiannya mengajarkan), kemudian dimengerti oleh si penerima. Dengan kata lain, jika si 'penerima' memahami dhamma yang diberikan, maka barulah dana dhamma terjadi.
Sama seperti kita meletakkan benih jagung di semen, di mana tidak akan bertumbuh apa-apa, demikian pula kita memberikan dhamma ke orang yang tidak tepat dengan cara tidak tepat, maka tidak terjadi manfaat apa-apa. Perbuatan meletakkan benih di semen tidak bisa disebut menanam walaupun niatnya adalah menanam; demikian pula mengajarkan dhamma dengan cara salah pada orang yang tidak tepat, tidak dapat dikatakan dana dhamma walaupun niatnya adalah berdana dhamma.
Ya, dana sudah terjadi karena sudah ada yang menerima uang tersebut (pemilik kotak). Berbeda dengan dana dhamma, kadang omongannya terdengar, bukunya sudah diterima, namun pengertian dhammanya tidak tersampaikan.
Itu memang hanya contoh saja. Yang saya maksudkan adalah bagaimanapun kita mensortir penerima buku, tetap hasilnya belum tentu baik karena kita telah meng-generalisasi penilaian.
Dhamma yang diberikan oleh Buddha memang bisa memberikan manfaat yang berbeda-beda. Namun, setiap kali Buddha berkhotbah, ia telah mengetahui orang mana saja yang bisa mendapatkan manfaatnya, bukan dengan tebak-tebakan. Apakah sama halnya ketika kita berdana buku kita mengetahui siapa saja yang akan membacanya, potensi para pembaca dan hasil dari membaca buku tersebut?
OK, yang ini adalah pembahasan dari sisi 'penerima dana'. Seseorang BISA mencapai suatu pengertian dhamma tertentu tanpa diajarkan. Biasanya orang ini memahami suatu fenomena dan memahaminya. Sebetulnya ada contoh di pembahasan lampau mengenai seorang bhikkhu yang ketika dalam perjalanan melihat hutan yang terbakar, maka ia mendapatkan suatu pengertian. Di sini, si pembuat kebakaran hutan TIDAK berdana dhamma. Si bhikkhu itu yang memang kebetulan memahami lewat fenomena tersebut.
Demikian pula jika seseorang spam tipitaka atau misalnya saja DC yang memberikan fasilitas Tipitaka di Perpustakaannya. Tuhan DC & 'pengikut2nya' di sini bukan berdana dhamma karena tidak memberikan pengertian, bahkan tidak tahu siapa saja yang akan baca dan mengambil manfaatnya, namun telah memberikan dana berupa kemudahan akses pada dhamma. Memberikan akses pada dhamma itu adalah perbuatan yang sudah amat sangat bermanfaat, namun masih bukan dana dhamma yang dikatakan bisa membalas budi baik orang tua.
Saya rangkum sekali lagi definisi dana dhamma menurut saya.
1. Dana dhamma bisa dilakukan oleh orang-orang yang telah mengerti dhamma, karena dhamma adalah pengertian, dan pengertian itulah yang diberikan.
2. Dana dhamma tidak terbatas pada bentuk materi/ide tertentu karena yang diberikan adalah pengertian, sedangkan medianya bisa berupa banyak hal seperti: khotbah/ceramah langsung, buku, kain bersih (Culapanthaka), perintah mencari lada (Kisa Gotami), atau janji mendapatkan Bidadari (Nanda).
3. Dana dhamma terjadi jika penerima dana memahami dhamma yang disampaikan tersebut. Ini kira-kira sama saja dengan dana materi, kalau materi tersebut tidak sampai pada penerima, maka tidak dikatakan sebagai dana. Demikian juga pengertian dhamma jika tidak sampai pada penerima, maka dana dhamma tidak terjadi.
IMO
jika penerima mengerti dan kemudian latihan serta praktek Buddha Dhamma dengan serius, disinilah terjadi Dana Dhamma yang tertinggi
_/\_
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 December 2010, 03:16:54 PM
Berarti di sini kita berbeda pandangan. Menurut saya, dana dhamma terjadi jika pengetahuan dhamma itu sengaja diberikan (pendana mengerti dan dengan pengertiannya mengajarkan), kemudian dimengerti oleh si penerima. Dengan kata lain, jika si 'penerima' memahami dhamma yang diberikan, maka barulah dana dhamma terjadi.
Sama seperti kita meletakkan benih jagung di semen, di mana tidak akan bertumbuh apa-apa, demikian pula kita memberikan dhamma ke orang yang tidak tepat dengan cara tidak tepat, maka tidak terjadi manfaat apa-apa. Perbuatan meletakkan benih di semen tidak bisa disebut menanam walaupun niatnya adalah menanam; demikian pula mengajarkan dhamma dengan cara salah pada orang yang tidak tepat, tidak dapat dikatakan dana dhamma walaupun niatnya adalah berdana dhamma.
Ya, dana sudah terjadi karena sudah ada yang menerima uang tersebut (pemilik kotak). Berbeda dengan dana dhamma, kadang omongannya terdengar, bukunya sudah diterima, namun pengertian dhammanya tidak tersampaikan.
Itu memang hanya contoh saja. Yang saya maksudkan adalah bagaimanapun kita mensortir penerima buku, tetap hasilnya belum tentu baik karena kita telah meng-generalisasi penilaian.
Dhamma yang diberikan oleh Buddha memang bisa memberikan manfaat yang berbeda-beda. Namun, setiap kali Buddha berkhotbah, ia telah mengetahui orang mana saja yang bisa mendapatkan manfaatnya, bukan dengan tebak-tebakan. Apakah sama halnya ketika kita berdana buku kita mengetahui siapa saja yang akan membacanya, potensi para pembaca dan hasil dari membaca buku tersebut?
OK, yang ini adalah pembahasan dari sisi 'penerima dana'. Seseorang BISA mencapai suatu pengertian dhamma tertentu tanpa diajarkan. Biasanya orang ini memahami suatu fenomena dan memahaminya. Sebetulnya ada contoh di pembahasan lampau mengenai seorang bhikkhu yang ketika dalam perjalanan melihat hutan yang terbakar, maka ia mendapatkan suatu pengertian. Di sini, si pembuat kebakaran hutan TIDAK berdana dhamma. Si bhikkhu itu yang memang kebetulan memahami lewat fenomena tersebut.
Demikian pula jika seseorang spam tipitaka atau misalnya saja DC yang memberikan fasilitas Tipitaka di Perpustakaannya. Tuhan DC & 'pengikut2nya' di sini bukan berdana dhamma karena tidak memberikan pengertian, bahkan tidak tahu siapa saja yang akan baca dan mengambil manfaatnya, namun telah memberikan dana berupa kemudahan akses pada dhamma. Memberikan akses pada dhamma itu adalah perbuatan yang sudah amat sangat bermanfaat, namun masih bukan dana dhamma yang dikatakan bisa membalas budi baik orang tua.
Saya rangkum sekali lagi definisi dana dhamma menurut saya.
1. Dana dhamma bisa dilakukan oleh orang-orang yang telah mengerti dhamma, karena dhamma adalah pengertian, dan pengertian itulah yang diberikan.
2. Dana dhamma tidak terbatas pada bentuk materi/ide tertentu karena yang diberikan adalah pengertian, sedangkan medianya bisa berupa banyak hal seperti: khotbah/ceramah langsung, buku, kain bersih (Culapanthaka), perintah mencari lada (Kisa Gotami), atau janji mendapatkan Bidadari (Nanda).
3. Dana dhamma terjadi jika penerima dana memahami dhamma yang disampaikan tersebut. Ini kira-kira sama saja dengan dana materi, kalau materi tersebut tidak sampai pada penerima, maka tidak dikatakan sebagai dana. Demikian juga pengertian dhamma jika tidak sampai pada penerima, maka dana dhamma tidak terjadi.
Arti Dhamma bagi saya:segala sesuatu yang diajarkan Sang Buddha tentang kebenaran. Apakah itu tentang kamma,atau tentang sila atau nibbana dan lainnya?
Tapi jika ditanya kepada saya, apakah dengan memberikan buku berisikan dhamma maka anda sudah memberikan dana dhamma terbaik/tertinggi? Jawaban saya sudah pasti tidak.
Tapi jika ditanya kepada saya, apakah dengan memberikan buku berisikan dhamma maka anda sudah memberikan dana dhamma ? Jawaban saya sudah pasti iya.
Saya setuju jika dikatakan membuat orang itu mengerti dan terbebas dari penderitaan adalah dana dhamma terbaik. Karena dari manfaat/hasil-nya sudah jelas kelihatan beda.
Bagaimana jika saya berdana untuk rumah seseorang.Yang atapnya sudah bocor.Saya berikan seng 1 kodi dan sudah saya serahkan kepada orang tersebut. Apakah saya sudah berdana untuk perbaikan rumah tersebut?
Bagaimana jika terjadi seperti dibawah ini:
- Seng diterima dan dijual untuk main judi
- Seng diterima dan dibiarkan saja teronggok dirumahnya
- Seng diterima dan dipasang ditempat yang seharusnya.
Pembahasan ini tidak ada bedanya dengan pembahasan fangsen antara bro Kainyn dengan bro Elsol. Yang membedakan cuma kebijaksanaan kalau menurut saya.
Tapi jika dibilang mencetak buku dhamma,memberikan pada orang buku dhamma, bukan dana dhamma. Terus apa? Dana buku? Kenapa kita tidak beli saja buku kosong dan dibagikan kepada anak-anak miskin.
Ada cerita di RAPB, orang yang membagi-bagikan hartanya supaya orang ke vihara dan mendengarkan dhamma. Bagaimana menurut bro?
Sekarang saya balikkan ke diri saya, jika pikiran saya tentang dhamma seperti bro.Maka saya tidak akan menyumbang untuk dana dhamma. Kenapa? Karena saya tidak mengerti dhamma,untuk apa saya lakukan dana seperti itu?