_/\_
Namo Shangyang Adi Buddhaya.
Namo Amitabha Buddha...
Namo  Sakyamunaye Buddha...
Namo Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattvaya...
Namo Sabbe Bodhisattva Mahasattvaya.
 :) Sebelumnya terimakasih atas tempat & waktu luangnya...
Disini kita akan menyelami / merealisasikan suatu bentuk masalah yang dianggap nyata untuk di buktikan. Mohon kerja samanya...
 Bukan suatu yag tidak mungkin, seseorang dilahirkan cacat karena kecerobohan, prilaku, tindakan, perbuatan yang buruk dari orang tuanya semasa mengandung. baik terhadap diri sendiri maupun makhluk lain? bagaimana pendapat kakak-kakak sekalian? "Adil kah hidup ini" kenapa Anak yang menanggung? butuh jawaban pasti. tolong y? kk....  :D tq...
			
			
			
				kalau anak melanggar peraturan lalu lintas,apakah polisinya menilang sang anak,atau pergi ke rumah sang anak,dan mengetuk pintu,kemudian menilang kedua orang tuanya?sebaliknya juga begitu..
jadi "adilkah dunia ini"?adil dari sudut pandangan mana?ukuran adilnya gimana?kalau Anda puas disebut adil?kalau tidak puas disebut tidak adil? :)
			
			
			
				bukan begitu...
seseorang terlahir cacat bukanlah karena akibat perbuatan orang tuanya, melainkan PASTI adalah hasil kamma yang telah dilakukannya di kehidupan lampaunya. Pertemuannya dengan orang tua yang dianggap melakukan kesalahan sampai si anak menjadi cacat, hanyalah pertemuan kamma belaka.
Jadi, orang tua juga memetik kamma buruk (punya anak yang demikian karena melakukan tindakan X baik pada kehidupan ini atau kehidupan lampau), sedangkan si anak juga memetik buah kamma buruknya dari kehidupan lampaunya.
Hukum kamma bukanlah hukuman, ujian, cobaan ataupun kehendak dari seorang penguasa, melainkan karena perbuatan oleh diri sendiri baik di kehidupan ini maupun kehidupan lampau
			
			
			
				Menurut w
ibu yg mengandung melakukan perbuatan tindakan buruk
sementara ada orang yg melakukan kamma buruk n saat wafat, terlahir di kandungan ibu ini...
Jadi ada keterkaitan kamma antara ibu dan anak (dimana anak kehdupan lampaunya melakukan tindakan tidak baik)..
jadi, terima saja apa adanya...
Sebb tidak ada siapa pun yg membuat kita terlahir sebgai apa, tetapi kamma apa yg kita lakukanlah yg menjdi penyebb...
Krn itu, kita brtekad untk berbuat kebjikan agar kehdupan mendatang menjadi lebih baik.
			
			
			
				coba liat di bagian paling bawah ada Related Topics. Trus ada yang mirip-mirip yaitu tentang Hukum karma (adilkah?)
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,9756.0/all.html
			
			
			
				 _/\_kk yuri.. maaf ya sebelumnya, ^:)^
apa mungkin saya salah belajar, saya juga gak tahu.
Saya ada belajar sedikit tentang Abhidhamma. di sana telah mendapatkan penjelasan, CITTA lah, menjadi dasar peranan bentuk dan cara kerja kamma serta proses kerja hukum lainnya...
lalu Jika Citta yang memegang kendali besar. "Sesuai dalam Buku ABHIDHAMMA PITAKA" yang jadi pertanyaan selanjutnya. Apa Kamma bisa lebih lanjut menjatuhkan hasil/buah kamma di kehidupan sebelumnya dengan pasti termasuk dalam hubungannya! sedang kan dalam proses akhir Citta adalah satu bentuk kebahagiaan. sementara Kamma buruk yang di lakukan sebelumnya tidak terespont karena begitu ringan.
kecuali akan jatuh sesudah kelahiran atau di masa remajanya. ketika ia telah hadir dalam kesadaran.
bagaimana Tanggapan kk? apa Kitab Abhidhamma tidak bisa di percaya?
			
			
			
				Emang saya kelihatan cacat y?  :) ms di sarankan tuk terima apa adanya... kk neh ada2 saja.
maaf sebelumnya. ini salah satu yang parah yang pernah terlihat oleh mata saya di kehidupan ini, karena hal ini terjadi pada paman saya.
saya sedih... melihat anak yang telahir mirip kera. karena suatu yang pasti. swaktu masih dalam kandungan si ayah terusan hari-harinya menyiksa kera piaraan ayah saya. It`s oc lah... jika pelajaran tersebut di jatuhkan kepada si ayah, sebagai pembelajaran agar di mau melihat hukum alam yang berkerja aktif. tapi si anak salah apa? memang kamma tidak lah buruk seuuhnya bagi saya. bahkan saya bersyukur akan kamma yang berkerja aktif dalam kehidupan ini. Dan bagi saya. jika kamma tidak  bekerja itu baru buruk.  :-[ :whistle:
			
			
			
				Hmm...jawabn kita serahkan ama yg ahli deh, salah bicara ntar bs berabe...
			
			
			
				?? kurang masuk kk. sorry, bisa tolong di beri penjelasan lebih sederhana lagi? tq.
			
			
			
				Quote from: pemula on 04 June 2010, 11:34:32 AM
Emang saya kelihatan cacat y?  :) ms di sarankan tuk terima apa adanya... kk neh ada2 saja.
maaf sebelumnya. ini salah satu yang parah yang pernah terlihat oleh mata saya di kehidupan ini, karena hal ini terjadi pada paman saya.
saya sedih... melihat anak yang telahir mirip kera. karena suatu yang pasti. swaktu masih dalam kandungan si ayah terusan hari-harinya menyiksa kera piaraan ayah saya. It`s oc lah... jika pelajaran tersebut di jatuhkan kepada si ayah, sebagai pembelajaran agar di mau melihat hukum alam yang berkerja aktif. tapi si anak salah apa? memang kamma tidak lah buruk seuuhnya bagi saya. bahkan saya bersyukur akan kamma yang berkerja aktif dalam kehidupan ini. Dan bagi saya. jika kamma tidak  bekerja itu baru buruk.  :-[ :whistle:
Karna ortu tsb menyisak-nyiksa kera................
maka anaknya yg lahir spt kera................. ?
nah ini dicarikan jodoh yg paling pass utk keluarga tsb.........
sedangkan anaknya spt kera tsb.... adalah perbuatan anak itu sendiri pada kehidupan lampau...(mungkin juga menyiksa kera agau gimana).......... sehingga orang2 yg memiliki kesamaan karma buruk tsb akan berpasangan (tinggal bersama)........... ini penjelasan yg gw dengar dari seorang Biksu..........
kira2 begitulah....
			
 
			
			
				menurut saya aja yah.. ^^
kamma adalah sesuatu yg sulit dijelaskan.. baik oleh buddha sendiri karena kekompleksannya ^^
kalau kita melakukan sesuatu pasti akan mempengaruhi kesekitar kita
misalnya kalau kita mau senyum, buat orang senyum dulu baru kita ikutan senyum ( manusia adlah mahkluk sosial )
kalau kita maki2 orang gay dan dia balas dendam, kan bisa menyeret2 kemana2 dan siapa saja kale yah (bukan cuma yg maki2 ) ^^a
cuma contoh dasar wkkkkkkkk
tunggu ahlinya saja :>-
			
			
			
				Quote from: Clinging on 04 June 2010, 12:11:06 PM
menurut saya aja yah.. ^^
kamma adalah sesuatu yg sulit dijelaskan.. baik oleh buddha sendiri karena kekompleksannya ^^
kalau kita melakukan sesuatu pasti akan mempengaruhi kesekitar kita
misalnya kalau kita mau senyum, buat orang senyum dulu baru kita ikutan senyum ( manusia adlah mahkluk sosial )
kalau kita maki2 orang gay dan dia balas dendam, kan bisa menyeret2 kemana2 dan siapa saja kale yah (bukan cuma yg maki2 ) ^^a
cuma contoh dasar wkkkkkkkk
tunggu ahlinya saja :>-
maksudnya spt bencana alam........... nah karma2 kumpulan org tsb yg udah mau expired lah yg meninggal...
			
 
			
			
				maksud gw bukan gitu. 
kalau misalnya gw buka pabrik sampo nih.. kalau saya buang rimbahnya ke sungai kan kamma buruk saya tuh
kok yg kena ,, adalah orang2 yg disekitar sungai. yg memakai air itu selama berpuluh2 tahun misalnya :P
			
			
			
				hidup = dukkha
			
			
			
				jadi gak ada penjelasan pasti mengenai Kamma donk.... masalahnya, jika hal ini terus berjalan maka balas membalas akan terus terjadi. apa gak tambah runyem ya ntar? ::)
			
			
			
				kalau saja...
ada orang 'pintar'/punya kemampuan batin untuk melihat masa lampau, pasti orang tersebut akan mampu memberikan alasan mengapa anaknya bapak A mirip kera. 
Orang biasa yang tidak mempunyai kemampuan batin hanyalah menggangap kejadian ini tidak adil hanya dari satu sisi saja. 
			
			
			
				kk yuri benar.
tapi bagai mana kita bisa melihat semuanya? sementara kebodohan itu mutlak.
tidak cukup dengan kita mengetahui kita mampu membebaskan diri. seperti penjelasan sebelumnya juga. kita butuh pengalaman pasti. lalu untukmemperoleh itu bagaimana?
jika kak yuri ada waktu, mohon kk yuri lihat berbagai analisa dan diskusi dengan teman2 di topik. "Diskusi umum" mengenai "mengapa ada kehidupan ?" di sana ada beberapa hasil tanggapan dari inti akhir masalah dan tujuan, apa yang harus kita pilih untuk menghadapi segala sesuatu yang mengikat di dunia ini. mohon bantuannya kk... tq.
			
			
			
				jawapannya simpel: M E D I T A S I
			
			
			
				Quote from: pemula on 04 June 2010, 11:00:19 AM
Adil kah hidup ini? 
jika diri sendiri bisa menerima sebuah "ketidakadilan", maka hidup ini "adil".
jika diri sendiri tidak bisa menerima sebuah "ketidakadilan", maka hidup ini "tidak adil".
nilai adil atau tidak adil berasal dari diri sendiri.
			
 
			
			
				Quote from: pemula on 04 June 2010, 04:37:35 PM
kk yuri benar.
tapi bagai mana kita bisa melihat semuanya? sementara kebodohan itu mutlak.
tidak cukup dengan kita mengetahui kita mampu membebaskan diri. seperti penjelasan sebelumnya juga. kita butuh pengalaman pasti. lalu untukmemperoleh itu bagaimana?
jika kak yuri ada waktu, mohon kk yuri lihat berbagai analisa dan diskusi dengan teman2 di topik. "Diskusi umum" mengenai "mengapa ada kehidupan ?" di sana ada beberapa hasil tanggapan dari inti akhir masalah dan tujuan, apa yang harus kita pilih untuk menghadapi segala sesuatu yang mengikat di dunia ini. mohon bantuannya kk... tq.
Bro pemula, kebodohan tidaklah mutlak. Dalam siklus Paticcasamuppada, kebodohan atau ketidaktahuan (avijja) bukanlah penyebab pertama. 
Hidup ini seimbang. Namun setiap orang cenderung memiliki penilaian yang berbeda tentang hidup ini adil atau tidak adil. Coba ceritakan, apakah yang ingin Anda tanyakan. Mungkin saya bisa membantu...
			
 
			
			
				emang kita tahu karma2 apa yg kita perbuat waktu dulu?? Yg paling menentukan ada saat ini. 
Kita bisa mengubah yg kita anggap tdk adil menjadi adil. Tergantung sama diri kita sendiri dan saat ini..
			
			
			
				adilkah duinia ini....
  pemain sepak bola tingkat dunia yg konon menendang bola dibayar jauh lebih mahal dari
  pekerjaan lain................. bagaimana dgn penyanyi ? 
  bagimana dgn kuli pelabuhan yg mengangkat barang sampai KOLORNYA BASAH KUYUP ? =))
  plus wajahnya full putih2 penuh tepung...
adilkah dunia ini ? silahkan dijawab ?
  
			
			
			
				Maaf,,, gak bermaksud mendahului, dalam hasil penyelaman saya pribadi+pengetahuan yang sudah ada, tidak dapat di pungkri. memang kebodohan / ketidak tahuan lah... yang memainkan peranan. Dan satu-satu yang dapat menjadi obat penawar kehidupan adalah melihat segala sesuatu secara jelas dan nyata. dengan maksud agar kesadaran dan kebijaksanaan dapat berkerja dengan baik. dengan kata lain, tidak cukup kita mengetahui perwakilan dari suatu bentuk hal saja / menjiplak dari pengetahuan umum yang sudah ada saja.
seperti sejak awal perumpamaan. air sumur, air tejun, sumber air panas / yang disebut mata air. kita hanya tahu sebatas pengetahuan yang ada. yaitu air keluar dari bawah tanah. lalu? apa ini cukup. apa sudah terlepas dari kebodohan?
sesungguhnya dari pertanyaan yang dilempar baik dalam hal, (Adilkah hidup ini? + mengapa kita hidup?) itu semua berujung dalam satu bentuk pengetahuan yang musti kita ketahui secara jelas. tentunya dengan usaha dan upaya pasti. namun bagaimana mungkin kita bisa menjatuhkan sesuatu yang pasti. sementara :
Hukum-hukum yang berkerja terlalu dominan dan mengikat.
    Hukum Cattari Ariya Saccani
    Hukum Tilakhana
    Hukum Paticca Samuppada
    Hukum Panca Nimaya / Tertib Kosmis
    Hukum Kamma
    Hukum Punarbhava
dengan ini, telah terlihat dengan jelas. kita tidak bisa apa-apa 'karena, memang tidak ada pilihan', kebodohan memang bersifat mutlak, kita akan selalu bermain didalamnya, melekat didalamnya bersama dengan hukum-hukum semesta yang terus berkerja.
LALU :
cukup kah kita pasrah ?
Mengapa kita hidup ?
Adil kah, hidup ini ?
mau sampai kapan kita bermain bersamanya dan di dalamnya? :D
    "Avijja Paccaya Sankhara"
Dengan adanya Kebodohan (Ketidak-tahuan), maka terjadilah bentuk-benuk Kamma.
    "Sankhara Paccaya Vinnanang"
Dengan adanya bentuk-bentuk Kamma, maka terjadilah Kesadaran.
    "Vinnana Paccaya Namarupang"
Dengan adanya Kesadaran, maka terjadilah Batin dan Badan jasmani.
    "Namarupang Paccaya Salayatanang"
Dengan adanya Batin dan Badan jasmani, maka terjadilah Enam Inderia.
    "Salayatana Paccaya Phassa"
Dengan adanya Enam Inderia, maka terjadilah Kesan-kesan.
    "Phassa Paccaya Vedana"
Dengan adanya Kesan-kesan, maka terjadilah Perasaan.
    "Vedana Paccaya Tanha"
Dengan adanya Perasaan, maka terjadilah Nafsu Keinginan.
    "Tanha Paccaya Updanang"
Dengan adanya Nafsu Keinginan. maka terjadilah Kemelekatan.
    "Upadana Paccaya Bhavo"
Dengan adanya Kemelekatan. maka terjadilah proses Tumimbal-lahir.
    "Bhava Paccaya Jati"
Dengan adanya Tumimba-lahir, maka terjadilah Kelahiran-kembali.
    "Jati Paccaya Jaramaranang"
Dengan adanya Kelahiran-kembali, maka Terjadilah Kelapukan, Kematian, Keluh-kesah, Sakit dll.
    "Jaramaranang"
Kelapukan, Kematian, Keluh-kesah, Sakit dll. Adalah Akibat dari Kelahiran-kembali.
Hal ini mndapat penekan dalam Agama Buddha, karenanya juga merupakan bagian terpenting dalam ajarannya seperti yang tercantum tercantum dalam isi kitab suci agama Buddha, baik Kitab Suci Pali atau pun Kitab Suci Sangsekerta memiliki kesepakatan sbb ;
"Yah Pratityasamutpadam pasyati sa dharmainpasyati, yo dharmam pasyati, so buddham pasyati."
"(Ia yang menyadari Paticca Samuppada melihat kebenaran, ia yang melihat dharma kebenaran 'Dharma', melihat Buddha)."
ini saja. TQ... semuanya.
			
			
			
				saya sedikit tidak mengerti maksud bro. dikatakan
Quote from: pemula on 06 June 2010, 12:28:30 PM
Maaf,,, gak bermaksud mendahului, dalam hasil penyelaman saya pribadi+pengetahuan yang sudah ada, tidak dapat di pungkri. memang kebodohan / ketidak tahuan lah... yang memainkan peranan. Dan satu-satu yang dapat menjadi obat penawar kehidupan adalah melihat segala sesuatu secara jelas dan nyata. dengan maksud agar kesadaran dan kebijaksanaan dapat berkerja dengan baik. dengan kata lain, tidak cukup kita mengetahui perwakilan dari suatu bentuk hal saja / menjiplak dari pengetahuan umum yang sudah ada saja.
disini anda sudah menjawab pertanyaan bro sendiri.
melihat segala sesuatu secara jelas dan nyata adalah melihat apa adanya yg merupakan salah satu JMB-8.
Quote from: pemula on 06 June 2010, 12:28:30 PM
seperti sejak awal perumpamaan. air sumur, air tejun, sumber air panas / yang disebut mata air. kita hanya tahu sebatas pengetahuan yang ada. yaitu air keluar dari bawah tanah. lalu? apa ini cukup. apa sudah terlepas dari kebodohan?
sesungguhnya dari pertanyaan yang dilempar baik dalam hal, (Adilkah hidup ini? + mengapa kita hidup?) itu semua berujung dalam satu bentuk pengetahuan yang musti kita ketahui secara jelas. tentunya dengan usaha dan upaya pasti. namun bagaimana mungkin kita bisa menjatuhkan sesuatu yang pasti. sementara :
Hukum-hukum yang berkerja terlalu dominan dan mengikat.
    Hukum Cattari Ariya Saccani
    Hukum Tilakhana
    Hukum Paticca Samuppada
    Hukum Panca Nimaya / Tertib Kosmis
    Hukum Kamma
    Hukum Punarbhava
dengan ini, telah terlihat dengan jelas. kita tidak bisa apa-apa 'karena, memang tidak ada pilihan', kebodohan memang bersifat mutlak, kita akan selalu bermain didalamnya, melekat didalamnya bersama dengan hukum-hukum semesta yang terus berkerja.
LALU :
cukup kah kita pasrah ?
Mengapa kita hidup ?
Adil kah, hidup ini ?
mau sampai kapan kita bermain bersamanya dan di dalamnya? :D
    "Avijja Paccaya Sankhara"
Dengan adanya Kebodohan (Ketidak-tahuan), maka terjadilah bentuk-benuk Kamma.
    "Sankhara Paccaya Vinnanang"
Dengan adanya bentuk-bentuk Kamma, maka terjadilah Kesadaran.
    "Vinnana Paccaya Namarupang"
Dengan adanya Kesadaran, maka terjadilah Batin dan Badan jasmani.
    "Namarupang Paccaya Salayatanang"
Dengan adanya Batin dan Badan jasmani, maka terjadilah Enam Inderia.
    "Salayatana Paccaya Phassa"
Dengan adanya Enam Inderia, maka terjadilah Kesan-kesan.
    "Phassa Paccaya Vedana"
Dengan adanya Kesan-kesan, maka terjadilah Perasaan.
    "Vedana Paccaya Tanha"
Dengan adanya Perasaan, maka terjadilah Nafsu Keinginan.
    "Tanha Paccaya Updanang"
Dengan adanya Nafsu Keinginan. maka terjadilah Kemelekatan.
    "Upadana Paccaya Bhavo"
Dengan adanya Kemelekatan. maka terjadilah proses Tumimbal-lahir.
    "Bhava Paccaya Jati"
Dengan adanya Tumimba-lahir, maka terjadilah Kelahiran-kembali.
    "Jati Paccaya Jaramaranang"
Dengan adanya Kelahiran-kembali, maka Terjadilah Kelapukan, Kematian, Keluh-kesah, Sakit dll.
    "Jaramaranang"
Kelapukan, Kematian, Keluh-kesah, Sakit dll. Adalah Akibat dari Kelahiran-kembali.
Hal ini mndapat penekan dalam Agama Buddha, karenanya juga merupakan bagian terpenting dalam ajarannya seperti yang tercantum tercantum dalam isi kitab suci agama Buddha, baik Kitab Suci Pali atau pun Kitab Suci Sangsekerta memiliki kesepakatan sbb ;
"Yah Pratityasamutpadam pasyati sa dharmainpasyati, yo dharmam pasyati, so buddham pasyati."
"(Ia yang menyadari Paticca Samuppada melihat kebenaran, ia yang melihat dharma kebenaran 'Dharma', melihat Buddha)."
ini saja. TQ... semuanya.
maksudnya mengajak kita semua menjadi Bhikku? ;D
			
				Quote from: johan3000 on 06 June 2010, 09:45:52 AM
adilkah duinia ini....
  pemain sepak bola tingkat dunia yg konon menendang bola dibayar jauh lebih mahal dari
  pekerjaan lain................. bagaimana dgn penyanyi ? 
  bagimana dgn kuli pelabuhan yg mengangkat barang sampai KOLORNYA BASAH KUYUP ? =))
  plus wajahnya full putih2 penuh tepung...
adilkah dunia ini ? silahkan dijawab ?
  
semua yang terjadi pada kita sangat adil kok
tak lepas dari diri kita sendiri
kita lihat pemain sepak bola bayarannya mahal resikonya juga besar...
menurutku paling tepat kita jangan membandingkan satu sama lain
tapi bagaimana bekerja dari hari kehari makin baik
habis waktu,tenaga dan pikiran jika membandingkan
tapi kalau belajar dari keberhasilan org lain itu lebih baik
			
 
			
			
				Quote from: EVO on 06 June 2010, 07:32:09 PM
Quote from: johan3000 on 06 June 2010, 09:45:52 AM
adilkah duinia ini....
  pemain sepak bola tingkat dunia yg konon menendang bola dibayar jauh lebih mahal dari
  pekerjaan lain................. bagaimana dgn penyanyi ? 
  bagimana dgn kuli pelabuhan yg mengangkat barang sampai KOLORNYA BASAH KUYUP ? =))
  plus wajahnya full putih2 penuh tepung...
adilkah dunia ini ? silahkan dijawab ?
  
semua yang terjadi pada kita sangat adil kok
tak lepas dari diri kita sendiri
kita lihat pemain sepak bola bayarannya mahal resikonya juga besar...
menurutku paling tepat kita jangan membandingkan satu sama lain
tapi bagaimana bekerja dari hari kehari makin baik
habis waktu,tenaga dan pikiran jika membandingkan
tapi kalau belajar dari keberhasilan org lain itu lebih baik
kalau polisi, dan pemadam kebakaran (diluar negeri) yg pekerjaan jauh lebih bahaya dari sepak bola.
dulu sebelum ada TV, sepak bola bayarannya gak begitu besar koq... jadi ?
			
 
			
			
				Quote from: pemula on 04 June 2010, 11:34:32 AM
Emang saya kelihatan cacat y?  :) ms di sarankan tuk terima apa adanya... kk neh ada2 saja.
maaf sebelumnya. ini salah satu yang parah yang pernah terlihat oleh mata saya di kehidupan ini, karena hal ini terjadi pada paman saya.
saya sedih... melihat anak yang telahir mirip kera. karena suatu yang pasti. swaktu masih dalam kandungan si ayah terusan hari-harinya menyiksa kera piaraan ayah saya. It`s oc lah... jika pelajaran tersebut di jatuhkan kepada si ayah, sebagai pembelajaran agar di mau melihat hukum alam yang berkerja aktif. tapi si anak salah apa? memang kamma tidak lah buruk seuuhnya bagi saya. bahkan saya bersyukur akan kamma yang berkerja aktif dalam kehidupan ini. Dan bagi saya. jika kamma tidak  bekerja itu baru buruk.  :-[ :whistle:
apakah benar bahwa karma karena ayahnya menyiksa kera maka anaknya jdi mirip kera?
sp tau di kehidupan lampau anaknya juga membuat karma buruk maka ia lahir mirip kera?
atau mungkin dikehidupan lampau anaknya juga suka menyiksa kera?
apakah benar bahwa dg menyiksa kera maka karmanya jdi mirip kera?
sp yg tw sih gimana kerjanya proses karma selain Buddha?
			
 
			
			
				Quote from: Reenzia on 06 June 2010, 08:04:37 PM
Quote from: pemula on 04 June 2010, 11:34:32 AM
Emang saya kelihatan cacat y?  :) ms di sarankan tuk terima apa adanya... kk neh ada2 saja.
maaf sebelumnya. ini salah satu yang parah yang pernah terlihat oleh mata saya di kehidupan ini, karena hal ini terjadi pada paman saya.
saya sedih... melihat anak yang telahir mirip kera. karena suatu yang pasti. swaktu masih dalam kandungan si ayah terusan hari-harinya menyiksa kera piaraan ayah saya. It`s oc lah... jika pelajaran tersebut di jatuhkan kepada si ayah, sebagai pembelajaran agar di mau melihat hukum alam yang berkerja aktif. tapi si anak salah apa? memang kamma tidak lah buruk seuuhnya bagi saya. bahkan saya bersyukur akan kamma yang berkerja aktif dalam kehidupan ini. Dan bagi saya. jika kamma tidak  bekerja itu baru buruk.  :-[ :whistle:
apakah benar bahwa karma karena ayahnya menyiksa kera maka anaknya jdi mirip kera?
sp tau di kehidupan lampau anaknya juga membuat karma buruk maka ia lahir mirip kera?
atau mungkin dikehidupan lampau anaknya juga suka menyiksa kera?
apakah benar bahwa dg menyiksa kera maka karmanya jdi mirip kera?
sp yg tw sih gimana kerjanya proses karma selain Buddha?
 _/\_
APA hanya ada hanya satu kemungkinan?
klo gak. apa kemungkinan lainnya? salah kah, kita mencari tahu?
untuk suatu perbaikan pasti kedepan. ilmu pengetahuan baru, yang di peroleh dari penjelajahan sendiri lebih bermamfaat loh,,, dengan demikian, perubahan jalan hidup kita lebih mendasar. ketimbang hanya sekedar mengetahui nya saja. :-[
			
 
			
			
				Quote from: johan3000 on 06 June 2010, 07:49:47 PM
Quote from: EVO on 06 June 2010, 07:32:09 PM
Quote from: johan3000 on 06 June 2010, 09:45:52 AM
adilkah duinia ini....
  pemain sepak bola tingkat dunia yg konon menendang bola dibayar jauh lebih mahal dari
  pekerjaan lain................. bagaimana dgn penyanyi ? 
  bagimana dgn kuli pelabuhan yg mengangkat barang sampai KOLORNYA BASAH KUYUP ? =))
  plus wajahnya full putih2 penuh tepung...
adilkah dunia ini ? silahkan dijawab ?
  
semua yang terjadi pada kita sangat adil kok
tak lepas dari diri kita sendiri
kita lihat pemain sepak bola bayarannya mahal resikonya juga besar...
menurutku paling tepat kita jangan membandingkan satu sama lain
tapi bagaimana bekerja dari hari kehari makin baik
habis waktu,tenaga dan pikiran jika membandingkan
tapi kalau belajar dari keberhasilan org lain itu lebih baik
kalau polisi, dan pemadam kebakaran (diluar negeri) yg pekerjaan jauh lebih bahaya dari sepak bola.
dulu sebelum ada TV, sepak bola bayarannya gak begitu besar koq... jadi ?
 _/\_
BElajar dari keberhasilan orang. atau belajar dari pengalaman diri sendiri? yang lebih baik?
			
 
			
			
				Quote from: wen78 on 06 June 2010, 01:35:05 PM
saya sedikit tidak mengerti maksud bro. dikatakan
Quote from: pemula on 06 June 2010, 12:28:30 PM
Maaf,,, gak bermaksud mendahului, dalam hasil penyelaman saya pribadi+pengetahuan yang sudah ada, tidak dapat di pungkri. memang kebodohan / ketidak tahuan lah... yang memainkan peranan. Dan satu-satu yang dapat menjadi obat penawar kehidupan adalah melihat segala sesuatu secara jelas dan nyata. dengan maksud agar kesadaran dan kebijaksanaan dapat berkerja dengan baik. dengan kata lain, tidak cukup kita mengetahui perwakilan dari suatu bentuk hal saja / menjiplak dari pengetahuan umum yang sudah ada saja.
disini anda sudah menjawab pertanyaan bro sendiri.
melihat segala sesuatu secara jelas dan nyata adalah melihat apa adanya yg merupakan salah satu JMB-8.
Quote from: pemula on 06 June 2010, 12:28:30 PM
seperti sejak awal perumpamaan. air sumur, air tejun, sumber air panas / yang disebut mata air. kita hanya tahu sebatas pengetahuan yang ada. yaitu air keluar dari bawah tanah. lalu? apa ini cukup. apa sudah terlepas dari kebodohan?
sesungguhnya dari pertanyaan yang dilempar baik dalam hal, (Adilkah hidup ini? + mengapa kita hidup?) itu semua berujung dalam satu bentuk pengetahuan yang musti kita ketahui secara jelas. tentunya dengan usaha dan upaya pasti. namun bagaimana mungkin kita bisa menjatuhkan sesuatu yang pasti. sementara :
Hukum-hukum yang berkerja terlalu dominan dan mengikat.
    Hukum Cattari Ariya Saccani
    Hukum Tilakhana
    Hukum Paticca Samuppada
    Hukum Panca Nimaya / Tertib Kosmis
    Hukum Kamma
    Hukum Punarbhava
dengan ini, telah terlihat dengan jelas. kita tidak bisa apa-apa 'karena, memang tidak ada pilihan', kebodohan memang bersifat mutlak, kita akan selalu bermain didalamnya, melekat didalamnya bersama dengan hukum-hukum semesta yang terus berkerja.
LALU :
cukup kah kita pasrah ?
Mengapa kita hidup ?
Adil kah, hidup ini ?
mau sampai kapan kita bermain bersamanya dan di dalamnya? :D
    "Avijja Paccaya Sankhara"
Dengan adanya Kebodohan (Ketidak-tahuan), maka terjadilah bentuk-benuk Kamma.
    "Sankhara Paccaya Vinnanang"
Dengan adanya bentuk-bentuk Kamma, maka terjadilah Kesadaran.
    "Vinnana Paccaya Namarupang"
Dengan adanya Kesadaran, maka terjadilah Batin dan Badan jasmani.
    "Namarupang Paccaya Salayatanang"
Dengan adanya Batin dan Badan jasmani, maka terjadilah Enam Inderia.
    "Salayatana Paccaya Phassa"
Dengan adanya Enam Inderia, maka terjadilah Kesan-kesan.
    "Phassa Paccaya Vedana"
Dengan adanya Kesan-kesan, maka terjadilah Perasaan.
    "Vedana Paccaya Tanha"
Dengan adanya Perasaan, maka terjadilah Nafsu Keinginan.
    "Tanha Paccaya Updanang"
Dengan adanya Nafsu Keinginan. maka terjadilah Kemelekatan.
    "Upadana Paccaya Bhavo"
Dengan adanya Kemelekatan. maka terjadilah proses Tumimbal-lahir.
    "Bhava Paccaya Jati"
Dengan adanya Tumimba-lahir, maka terjadilah Kelahiran-kembali.
    "Jati Paccaya Jaramaranang"
Dengan adanya Kelahiran-kembali, maka Terjadilah Kelapukan, Kematian, Keluh-kesah, Sakit dll.
    "Jaramaranang"
Kelapukan, Kematian, Keluh-kesah, Sakit dll. Adalah Akibat dari Kelahiran-kembali.
Hal ini mndapat penekan dalam Agama Buddha, karenanya juga merupakan bagian terpenting dalam ajarannya seperti yang tercantum tercantum dalam isi kitab suci agama Buddha, baik Kitab Suci Pali atau pun Kitab Suci Sangsekerta memiliki kesepakatan sbb ;
"Yah Pratityasamutpadam pasyati sa dharmainpasyati, yo dharmam pasyati, so buddham pasyati."
"(Ia yang menyadari Paticca Samuppada melihat kebenaran, ia yang melihat dharma kebenaran 'Dharma', melihat Buddha)."
ini saja. TQ... semuanya.
maksudnya mengajak kita semua menjadi Bhikku? ;D
yupzz... ^^ yah, tp gak juga lah, toh jadi bhiksu juga, kemungkinan bermain di dalam bersama hukum-hukum semesta masih cukup kuat. bahkan resiko lebih besar lg. blom lagi waktu yang terlalu singkat untuk mempelajari SILA,SAMADHI dan PANNA seirama. sebagai dasar mencapai kebebasan.
karena ini lah dasar juga akhir  latihan sesungguhnya. baik bhikkhu maupun awam. meskipun bhikku lebih menjanjikan...
terima segala sesuatu dengan apa adanya. itu memang baik bahkan lebih baik. tapi toh hanya sebatas pengetahuan, gak benar-benar mampu sejalan dengan jalan hidup kita kan? lebih kasar bicara "MUNAFIK".
seandainya pun kita mampu menerima segala sesuatu dengan apa adanya. sudah berarti kah ? kita terlepas dari kebodohan/ ketidak tahuan. yang mana  (sesuai dengan 12 nidana sebagai dasar terbentuknya segala sesuatunya)? yang menjadi timbulnya KAMMA-kamma / bentuk2 perbuatan selanjutnya dan seterusnya!!!
"KITA harus tetap belajar mencari kebenaran, untuk mengatasi kebodohan." sementara yang berkerja di semesta ini lebih dominan.
MAsalahnya, terlalu mudah untuk untuk kita katakan. lalu kembali pada awal pertanyaan yang harus kita cari, sebagai landasan dasar untuk mengatasi kebodohan itu sendiri. bukan begitu kk? makanya, kita berdiskusi.
			
 
			
			
				Quote from: pemula on 07 June 2010, 07:37:01 AM
Quote from: johan3000 on 06 June 2010, 07:49:47 PM
Quote from: EVO on 06 June 2010, 07:32:09 PM
Quote from: johan3000 on 06 June 2010, 09:45:52 AM
adilkah duinia ini....
  pemain sepak bola tingkat dunia yg konon menendang bola dibayar jauh lebih mahal dari
  pekerjaan lain................. bagaimana dgn penyanyi ? 
  bagimana dgn kuli pelabuhan yg mengangkat barang sampai KOLORNYA BASAH KUYUP ? =))
  plus wajahnya full putih2 penuh tepung...
adilkah dunia ini ? silahkan dijawab ?
  
semua yang terjadi pada kita sangat adil kok
tak lepas dari diri kita sendiri
kita lihat pemain sepak bola bayarannya mahal resikonya juga besar...
menurutku paling tepat kita jangan membandingkan satu sama lain
tapi bagaimana bekerja dari hari kehari makin baik
habis waktu,tenaga dan pikiran jika membandingkan
tapi kalau belajar dari keberhasilan org lain itu lebih baik
kalau polisi, dan pemadam kebakaran (diluar negeri) yg pekerjaan jauh lebih bahaya dari sepak bola.
dulu sebelum ada TV, sepak bola bayarannya gak begitu besar koq... jadi ?
 _/\_
BElajar dari keberhasilan orang. atau belajar dari pengalaman diri sendiri? yang lebih baik?
relatif...
			
 
			
			
				Quote from: johan3000 on 06 June 2010, 07:49:47 PM
Quote from: EVO on 06 June 2010, 07:32:09 PM
Quote from: johan3000 on 06 June 2010, 09:45:52 AM
adilkah duinia ini....
  pemain sepak bola tingkat dunia yg konon menendang bola dibayar jauh lebih mahal dari
  pekerjaan lain................. bagaimana dgn penyanyi ? 
  bagimana dgn kuli pelabuhan yg mengangkat barang sampai KOLORNYA BASAH KUYUP ? =))
  plus wajahnya full putih2 penuh tepung...
adilkah dunia ini ? silahkan dijawab ?
  
semua yang terjadi pada kita sangat adil kok
tak lepas dari diri kita sendiri
kita lihat pemain sepak bola bayarannya mahal resikonya juga besar...
menurutku paling tepat kita jangan membandingkan satu sama lain
tapi bagaimana bekerja dari hari kehari makin baik
habis waktu,tenaga dan pikiran jika membandingkan
tapi kalau belajar dari keberhasilan org lain itu lebih baik
kalau polisi, dan pemadam kebakaran (diluar negeri) yg pekerjaan jauh lebih bahaya dari sepak bola.
dulu sebelum ada TV, sepak bola bayarannya gak begitu besar koq... jadi ?
tanya pengemar sepak bola terutama yang masang
pasti tau kenapanya
apalagi mau piala dunia
kenapa pemain lebih mahal di banding polis
			
 
			
			
				Quote from: Reenzia on 06 June 2010, 08:04:37 PM
Quote from: pemula on 04 June 2010, 11:34:32 AM
Emang saya kelihatan cacat y?  :) ms di sarankan tuk terima apa adanya... kk neh ada2 saja.
maaf sebelumnya. ini salah satu yang parah yang pernah terlihat oleh mata saya di kehidupan ini, karena hal ini terjadi pada paman saya.
saya sedih... melihat anak yang telahir mirip kera. karena suatu yang pasti. swaktu masih dalam kandungan si ayah terusan hari-harinya menyiksa kera piaraan ayah saya. It`s oc lah... jika pelajaran tersebut di jatuhkan kepada si ayah, sebagai pembelajaran agar di mau melihat hukum alam yang berkerja aktif. tapi si anak salah apa? memang kamma tidak lah buruk seuuhnya bagi saya. bahkan saya bersyukur akan kamma yang berkerja aktif dalam kehidupan ini. Dan bagi saya. jika kamma tidak  bekerja itu baru buruk.  :-[ :whistle:
apakah benar bahwa karma karena ayahnya menyiksa kera maka anaknya jdi mirip kera?
sp tau di kehidupan lampau anaknya juga membuat karma buruk maka ia lahir mirip kera?
atau mungkin dikehidupan lampau anaknya juga suka menyiksa kera?
apakah benar bahwa dg menyiksa kera maka karmanya jdi mirip kera?
sp yg tw sih gimana kerjanya proses karma selain Buddha?
kita hidup bukan 1 kali
tapi tidak terkirakan
bukan tanya buddha atau hanya buddha yang tau
sediakan waktu untuk cari tau
jawabnya ada di diri sendiri
rajin rajin meditasi...
mau tau kamma tidak bisa hanya dengan baca tok
mau tidak mau memang hanya dengan meditasi kita bisa tau...ndak ada jalan lain
hanya hening... kita akan tau waktu dan tempat...
			
 
			
			
				Quote from: pemula on 04 June 2010, 04:37:35 PM
kk yuri benar.
tapi bagai mana kita bisa melihat semuanya? sementara kebodohan itu mutlak.
tidak cukup dengan kita mengetahui kita mampu membebaskan diri. seperti penjelasan sebelumnya juga. kita butuh pengalaman pasti. lalu untukmemperoleh itu bagaimana?
jika kak yuri ada waktu, mohon kk yuri lihat berbagai analisa dan diskusi dengan teman2 di topik. "Diskusi umum" mengenai "mengapa ada kehidupan ?" di sana ada beberapa hasil tanggapan dari inti akhir masalah dan tujuan, apa yang harus kita pilih untuk menghadapi segala sesuatu yang mengikat di dunia ini. mohon bantuannya kk... tq.
Apakah seseorang harus menjadi addicted terhadap narkoba untuk mengerti bahaya narkoba ?
			
 
			
			
				Quote from: pemula on 07 June 2010, 07:56:06 AM
yupzz... ^^ yah, tp gak juga lah, toh jadi bhiksu juga, kemungkinan bermain di dalam bersama hukum-hukum semesta masih cukup kuat. bahkan resiko lebih besar lg. blom lagi waktu yang terlalu singkat untuk mempelajari SILA,SAMADHI dan PANNA seirama. sebagai dasar mencapai kebebasan.
karena ini lah dasar juga akhir  latihan sesungguhnya. baik bhikkhu maupun awam. meskipun bhikku lebih menjanjikan...
terima segala sesuatu dengan apa adanya. itu memang baik bahkan lebih baik. tapi toh hanya sebatas pengetahuan, gak benar-benar mampu sejalan dengan jalan hidup kita kan? lebih kasar bicara "MUNAFIK".
seandainya pun kita mampu menerima segala sesuatu dengan apa adanya. sudah berarti kah ? kita terlepas dari kebodohan/ ketidak tahuan. yang mana  (sesuai dengan 12 nidana sebagai dasar terbentuknya segala sesuatunya)? yang menjadi timbulnya KAMMA-kamma / bentuk2 perbuatan selanjutnya dan seterusnya!!!
"KITA harus tetap belajar mencari kebenaran, untuk mengatasi kebodohan." sementara yang berkerja di semesta ini lebih dominan.
MAsalahnya, terlalu mudah untuk untuk kita katakan. lalu kembali pada awal pertanyaan yang harus kita cari, sebagai landasan dasar untuk mengatasi kebodohan itu sendiri. bukan begitu kk? makanya, kita berdiskusi.
bold hitam
sudah anda jalankan? jika anda sudah jalankan, tidak akan ada istilah "munafik". karena jika anda sudah jalankan menerima apa adanya, melihat apa adanya, ada sesuatu yg "terkikis"/"terlepaskan"/"menghilang" di dalam diri mu. yaitu...?
silahkan dijalankan dulu dan ini butuh waktu.  :)
bold hijau
anda tidak akan menemukan kepalanya karena ini bagaikan sebuah roda atau seperti ayam dulu atau telur dulu. anda sudah tau jawabannya, kenapa gak anda jalankan dan lihat sendiri hasilnya pada diri sendiri?  :)
bold biru
anda berputar2 dipertanyaan anda di jawaban anda sendiri. anda tau, tapi tidak dijalankan. seperti dipost saya sebelumnya yg saya katakan anda sudah menjawab pertanyaan anda sendiri tetapi di post ini anda kembali meragukan jawaban anda sendiri dan kembali mencari jawaban yg sebelumnya anda sudah menjawabnya sendiri.  :)
mungkin bro baca ini dulu http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,9555.0.html (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,9555.0.html). 
bagi saya, baca ini lebih mudah daripada mempelajari JMB-8 ,yg menurut saya sebenarnya sama saja. hanya bentuknya saja berbeda dan easy reading  :)
			
 
			
			
				gini loh .... pikiran itu memiliki getaran, orang yang suka menyiksa kera misalnya punya getaran tertentu sebaliknya anak yg dilahirkan dengan muka seperti kera juga punya getaran tertentu.
pikiran yang sama frekeuensinya entah baik atau buruk cenderung bergabung dengan pikiran yang sejenisnya .... jadi si anak dan orang yang suka menyiksa kera gelombang pikirannya "match"  :) ko bisa match , yah mungkin si anak juga dulu suka menyiksa kera .... atau sejenis itu atau mungkin dulunya cakep dan sombong sering menghina orang lain yang ga secakep dia (ini cuma asa omong) ... tapi gitulah intinya .... 
pikiran cenderung connect dengan pikiran lain yang frekuensinya sama2 atau mirip2 ..... 
loh koq bahas pikiran, ya jelas harus dibahas karena pikiran = karma .... setiap kita berpikir maka karma baru langsung tercipta ....
jadi bukan artinya karma di wariskan, seakan akan seperti itu itu tapi sesungguhnya tidak demikian
			
			
			
				setiap kita berpikir, mang langsung tercipta kamma ya bro cowcool? bukannya kamma timbul melalui kehendak?
			
			
			
				mungkinkah muncul kehendak tanpa ada pikiran ?
			
			
			
				karma di produksi melalui pikiran,kata2 dan perbuatan ....
namun pikiran adalah pelopor dari semuanya ... karena sebelum muncul kata2 dan perbuatan pasti muncul dr pikiran dulu kan?
			
			
			
				mksd statement anda apa ya? kadang ada org berpikir tidak terarah tanpa adanya kehendak..misal melamun..
			
			
			
				saat melamun kta memproduksi karma juga koq .. tergantung apa yang kita lamunkan, misalnya terlalu sering melamunkan yang mesum2 (no judgement) :) ini jeneis lamunan yang tidak bermanfaat dan memproduksi karma buruk ..
dalam kondisi melamunpun manusia tetep memproduksi tiga macam karma tgt jenis lamunannya ... 
karma baik
karma netral
karma tidak baik 
			
			
			
				HIDUP INI ADIL KARENA HIDUP INI BERDASARKAN HUKUM KAMMA
Berbicara tentang keadilan hidup, sebagai Buddhist, kita tidak akan meninggalkan konsep hukum kamma sebagai alat penganalisisnya. Ada banyak sutta yang menjelaskan tentang kamma. Salah satunya adalah Cūḷakammavibhaṇga Sutta (Uparipaṇṇāsa, Majjhima Nikaya. III. 376.ff).
Sutta ini menarik untuk membahas pertanyaan tentang adilkah hidup ini? Sebagaimana dilukiskan di dalam Sutta ini, penjelasan oleh Buddha di dalam sutta ini di awali dengan pertanyaan dari Brahmana Todeyya tentang adanya kenyataan bahwa ada manusia yang dilahirkan dalam kondisi baik dan buruk, superior dan inferior (hīnappaṇītatā), pendek usia (appāyukā) dan panjang usia (dīghāyukā), berpenyakitan (bavhābādhā) dan tidak berpenyakitan (appābādhā), jelek rupa (dubbaṇṇā) dan rupawan (vaṇṇavanto), tidak mempunyai pengaruh (appesakkhā) dan berpengaruh (mahesakkhā), sedikit kekayaan (appabhogā) dan banyak kekayaan (mahābhogā), terlahir di keluarga rendah (nīcakulīnā) dan di keluarga terhormat (uccākulīnā), bodoh (duppaññā) dan pandai (paññavanto). "Ko nu kho, bho gotama, hetu ko paccayo yena manussānaṃyeva sataṃ manussabhūtānaṃ dissanti hīnappaṇītatā? Dissanti hi, bho gotama, manussā appāyukā, dissanti dīghāyukā; dissanti bavhābādhā, dissanti appābādhā; dissanti dubbaṇṇā, dissanti vaṇṇavanto; dissanti appesakkhā, dissanti mahesakkhā; dissanti appabhogā, dissanti mahābhogā; dissanti nīcakulīnā, dissanti uccākulīnā; dissanti duppaññā, dissanti paññavanto".
Lalu dijelaskan bahwa sebab dari bermacam-macam jenis manusia dengan kondisi yang berbeda-beda ini adalah karena adanya hasil dari kamma masing-masing. Hal ini dikatakan bahwa diri sendiri adalah pemilik kamma kita sendiri (Kammassakā), pewaris kamma kita sendiri (kammadāyādā), terlahir dari kamma kita sendiri (kammayonī), berhubungan dengan kamma kita sendiri (kammabandhū) dan berlindung dari kamma kita sendiri (kammappaṭisaraṇā). Kamma-lah yang telah membedakan (vibhajati) seseorang  terlahir menjadi baik atau buruk ''Kammassakā, māṇava, sattā kammadāyādā kammayonī kammabandhū kammappaṭisaraṇā. Kammaṃ satte vibhajati yadidaṃ – hīnappaṇītatāyāti". 
Di dalam sutta ini juga dijelaskan alasan-alasan mengapa seseorang dilahirkan menjadi buruk rupa atau rupawan, pandai atau bodoh, berpenyakitan atau tidak, berpengaruh atau tidak dan lain-lain. Dengan demikian hidup ini adil. Kita kadang merasa bahwa hidup ini tidak adil karena kita tidak menerima kenyataan. 
Kenyataan dalam hidup ini mungkin terkesan tidak adil bagi kita karena kita belum mampu melihat segala sesuatunya sebagaimana apa adanya. Namun, Hukum Karma tetap bekerja secara adil. Adil banget. Hukum kamma adalah tidak subjektif. Hukum kamma bekerja secara objektif. 
			
			
			
				Hidup tidak pernah adil.... :hammer: 
			
			
			
				hidup selalu adil, hukum semesta selalu adil  ... karma apapun selama bukan karma yang parah banget  misalnya membunuh orang tua ... bisa diperbaiki bahkan kalau serius bisa dibalik 180 derajat.
miskin dari 0 jadi kaya bisa ... banyak sekali yg sudah membuktikan
dari depresi jadi bahagia bisa ...
dari sakit2an jadi sehat
banyak contohnya ...
Angulimala bahkan dapat menjadi arahat.
solusinya? sebanyak mungkin membuat karma baik melalui pikiran , kata2 dan perbuatan
karma baik adalah berpikir baik, berpikir positif, berbuat baik, berbuat positif, berkata baik, berkata positif.
			
			
			
				Segala kondisi adalah jodoh
Tercipta karena sebab..
			
			
			
				woow,,, kakak sekalian kritis sekali, TQ,,, all ^^ _/\_