News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Adil kah hidup ini?

Started by pemula, 04 June 2010, 11:00:19 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Shining Moon

kalau saja...
ada orang 'pintar'/punya kemampuan batin untuk melihat masa lampau, pasti orang tersebut akan mampu memberikan alasan mengapa anaknya bapak A mirip kera.
Orang biasa yang tidak mempunyai kemampuan batin hanyalah menggangap kejadian ini tidak adil hanya dari satu sisi saja.

Life is beautiful, let's rock and roll..

pemula

kk yuri benar.
tapi bagai mana kita bisa melihat semuanya? sementara kebodohan itu mutlak.
tidak cukup dengan kita mengetahui kita mampu membebaskan diri. seperti penjelasan sebelumnya juga. kita butuh pengalaman pasti. lalu untukmemperoleh itu bagaimana?
jika kak yuri ada waktu, mohon kk yuri lihat berbagai analisa dan diskusi dengan teman2 di topik. "Diskusi umum" mengenai "mengapa ada kehidupan ?" di sana ada beberapa hasil tanggapan dari inti akhir masalah dan tujuan, apa yang harus kita pilih untuk menghadapi segala sesuatu yang mengikat di dunia ini. mohon bantuannya kk... tq.

Shining Moon

jawapannya simpel: M E D I T A S I
Life is beautiful, let's rock and roll..

wen78

Quote from: pemula on 04 June 2010, 11:00:19 AM
Adil kah hidup ini?
jika diri sendiri bisa menerima sebuah "ketidakadilan", maka hidup ini "adil".
jika diri sendiri tidak bisa menerima sebuah "ketidakadilan", maka hidup ini "tidak adil".
nilai adil atau tidak adil berasal dari diri sendiri.
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Nevada

Quote from: pemula on 04 June 2010, 04:37:35 PM
kk yuri benar.
tapi bagai mana kita bisa melihat semuanya? sementara kebodohan itu mutlak.
tidak cukup dengan kita mengetahui kita mampu membebaskan diri. seperti penjelasan sebelumnya juga. kita butuh pengalaman pasti. lalu untukmemperoleh itu bagaimana?
jika kak yuri ada waktu, mohon kk yuri lihat berbagai analisa dan diskusi dengan teman2 di topik. "Diskusi umum" mengenai "mengapa ada kehidupan ?" di sana ada beberapa hasil tanggapan dari inti akhir masalah dan tujuan, apa yang harus kita pilih untuk menghadapi segala sesuatu yang mengikat di dunia ini. mohon bantuannya kk... tq.

Bro pemula, kebodohan tidaklah mutlak. Dalam siklus Paticcasamuppada, kebodohan atau ketidaktahuan (avijja) bukanlah penyebab pertama.

Hidup ini seimbang. Namun setiap orang cenderung memiliki penilaian yang berbeda tentang hidup ini adil atau tidak adil. Coba ceritakan, apakah yang ingin Anda tanyakan. Mungkin saya bisa membantu...

tuwino gunawan

emang kita tahu karma2 apa yg kita perbuat waktu dulu?? Yg paling menentukan ada saat ini.
Kita bisa mengubah yg kita anggap tdk adil menjadi adil. Tergantung sama diri kita sendiri dan saat ini..

johan3000

adilkah duinia ini....
  pemain sepak bola tingkat dunia yg konon menendang bola dibayar jauh lebih mahal dari
  pekerjaan lain................. bagaimana dgn penyanyi ?
  bagimana dgn kuli pelabuhan yg mengangkat barang sampai KOLORNYA BASAH KUYUP ? =))
  plus wajahnya full putih2 penuh tepung...

adilkah dunia ini ? silahkan dijawab ?
 
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

pemula

#22
Maaf,,, gak bermaksud mendahului, dalam hasil penyelaman saya pribadi+pengetahuan yang sudah ada, tidak dapat di pungkri. memang kebodohan / ketidak tahuan lah... yang memainkan peranan. Dan satu-satu yang dapat menjadi obat penawar kehidupan adalah melihat segala sesuatu secara jelas dan nyata. dengan maksud agar kesadaran dan kebijaksanaan dapat berkerja dengan baik. dengan kata lain, tidak cukup kita mengetahui perwakilan dari suatu bentuk hal saja / menjiplak dari pengetahuan umum yang sudah ada saja.

seperti sejak awal perumpamaan. air sumur, air tejun, sumber air panas / yang disebut mata air. kita hanya tahu sebatas pengetahuan yang ada. yaitu air keluar dari bawah tanah. lalu? apa ini cukup. apa sudah terlepas dari kebodohan?

sesungguhnya dari pertanyaan yang dilempar baik dalam hal, (Adilkah hidup ini? + mengapa kita hidup?) itu semua berujung dalam satu bentuk pengetahuan yang musti kita ketahui secara jelas. tentunya dengan usaha dan upaya pasti. namun bagaimana mungkin kita bisa menjatuhkan sesuatu yang pasti. sementara :

Hukum-hukum yang berkerja terlalu dominan dan mengikat.
   Hukum Cattari Ariya Saccani
   Hukum Tilakhana
   Hukum Paticca Samuppada
   Hukum Panca Nimaya / Tertib Kosmis
   Hukum Kamma
   Hukum Punarbhava

dengan ini, telah terlihat dengan jelas. kita tidak bisa apa-apa 'karena, memang tidak ada pilihan', kebodohan memang bersifat mutlak, kita akan selalu bermain didalamnya, melekat didalamnya bersama dengan hukum-hukum semesta yang terus berkerja.

LALU :
cukup kah kita pasrah ?
Mengapa kita hidup ?
Adil kah, hidup ini ?
mau sampai kapan kita bermain bersamanya dan di dalamnya? :D

   "Avijja Paccaya Sankhara"
Dengan adanya Kebodohan (Ketidak-tahuan), maka terjadilah bentuk-benuk Kamma.

   "Sankhara Paccaya Vinnanang"
Dengan adanya bentuk-bentuk Kamma, maka terjadilah Kesadaran.


   "Vinnana Paccaya Namarupang"
Dengan adanya Kesadaran, maka terjadilah Batin dan Badan jasmani.

   "Namarupang Paccaya Salayatanang"
Dengan adanya Batin dan Badan jasmani, maka terjadilah Enam Inderia.

   "Salayatana Paccaya Phassa"
Dengan adanya Enam Inderia, maka terjadilah Kesan-kesan.

   "Phassa Paccaya Vedana"
Dengan adanya Kesan-kesan, maka terjadilah Perasaan.

   "Vedana Paccaya Tanha"
Dengan adanya Perasaan, maka terjadilah Nafsu Keinginan.

   "Tanha Paccaya Updanang"
Dengan adanya Nafsu Keinginan. maka terjadilah Kemelekatan.

   "Upadana Paccaya Bhavo"
Dengan adanya Kemelekatan. maka terjadilah proses Tumimbal-lahir.

   "Bhava Paccaya Jati"
Dengan adanya Tumimba-lahir, maka terjadilah Kelahiran-kembali.

   "Jati Paccaya Jaramaranang"
Dengan adanya Kelahiran-kembali, maka Terjadilah Kelapukan, Kematian, Keluh-kesah, Sakit dll.
   "Jaramaranang"
Kelapukan, Kematian, Keluh-kesah, Sakit dll. Adalah Akibat dari Kelahiran-kembali.

Hal ini mndapat penekan dalam Agama Buddha, karenanya juga merupakan bagian terpenting dalam ajarannya seperti yang tercantum tercantum dalam isi kitab suci agama Buddha, baik Kitab Suci Pali atau pun Kitab Suci Sangsekerta memiliki kesepakatan sbb ;

"Yah Pratityasamutpadam pasyati sa dharmainpasyati, yo dharmam pasyati, so buddham pasyati."

"(Ia yang menyadari Paticca Samuppada melihat kebenaran, ia yang melihat dharma kebenaran 'Dharma', melihat Buddha)."

ini saja. TQ... semuanya.

wen78

#23
saya sedikit tidak mengerti maksud bro. dikatakan

Quote from: pemula on 06 June 2010, 12:28:30 PM
Maaf,,, gak bermaksud mendahului, dalam hasil penyelaman saya pribadi+pengetahuan yang sudah ada, tidak dapat di pungkri. memang kebodohan / ketidak tahuan lah... yang memainkan peranan. Dan satu-satu yang dapat menjadi obat penawar kehidupan adalah melihat segala sesuatu secara jelas dan nyata. dengan maksud agar kesadaran dan kebijaksanaan dapat berkerja dengan baik. dengan kata lain, tidak cukup kita mengetahui perwakilan dari suatu bentuk hal saja / menjiplak dari pengetahuan umum yang sudah ada saja.
disini anda sudah menjawab pertanyaan bro sendiri.
melihat segala sesuatu secara jelas dan nyata adalah melihat apa adanya yg merupakan salah satu JMB-8.


Quote from: pemula on 06 June 2010, 12:28:30 PM
seperti sejak awal perumpamaan. air sumur, air tejun, sumber air panas / yang disebut mata air. kita hanya tahu sebatas pengetahuan yang ada. yaitu air keluar dari bawah tanah. lalu? apa ini cukup. apa sudah terlepas dari kebodohan?

sesungguhnya dari pertanyaan yang dilempar baik dalam hal, (Adilkah hidup ini? + mengapa kita hidup?) itu semua berujung dalam satu bentuk pengetahuan yang musti kita ketahui secara jelas. tentunya dengan usaha dan upaya pasti. namun bagaimana mungkin kita bisa menjatuhkan sesuatu yang pasti. sementara :

Hukum-hukum yang berkerja terlalu dominan dan mengikat.
   Hukum Cattari Ariya Saccani
   Hukum Tilakhana
   Hukum Paticca Samuppada
   Hukum Panca Nimaya / Tertib Kosmis
   Hukum Kamma
   Hukum Punarbhava

dengan ini, telah terlihat dengan jelas. kita tidak bisa apa-apa 'karena, memang tidak ada pilihan', kebodohan memang bersifat mutlak, kita akan selalu bermain didalamnya, melekat didalamnya bersama dengan hukum-hukum semesta yang terus berkerja.

LALU :
cukup kah kita pasrah ?
Mengapa kita hidup ?
Adil kah, hidup ini ?
mau sampai kapan kita bermain bersamanya dan di dalamnya? :D


   "Avijja Paccaya Sankhara"
Dengan adanya Kebodohan (Ketidak-tahuan), maka terjadilah bentuk-benuk Kamma.

   "Sankhara Paccaya Vinnanang"
Dengan adanya bentuk-bentuk Kamma, maka terjadilah Kesadaran.


   "Vinnana Paccaya Namarupang"
Dengan adanya Kesadaran, maka terjadilah Batin dan Badan jasmani.

   "Namarupang Paccaya Salayatanang"
Dengan adanya Batin dan Badan jasmani, maka terjadilah Enam Inderia.

   "Salayatana Paccaya Phassa"
Dengan adanya Enam Inderia, maka terjadilah Kesan-kesan.

   "Phassa Paccaya Vedana"
Dengan adanya Kesan-kesan, maka terjadilah Perasaan.

   "Vedana Paccaya Tanha"
Dengan adanya Perasaan, maka terjadilah Nafsu Keinginan.

   "Tanha Paccaya Updanang"
Dengan adanya Nafsu Keinginan. maka terjadilah Kemelekatan.

   "Upadana Paccaya Bhavo"
Dengan adanya Kemelekatan. maka terjadilah proses Tumimbal-lahir.

   "Bhava Paccaya Jati"
Dengan adanya Tumimba-lahir, maka terjadilah Kelahiran-kembali.

   "Jati Paccaya Jaramaranang"
Dengan adanya Kelahiran-kembali, maka Terjadilah Kelapukan, Kematian, Keluh-kesah, Sakit dll.
   "Jaramaranang"
Kelapukan, Kematian, Keluh-kesah, Sakit dll. Adalah Akibat dari Kelahiran-kembali.

Hal ini mndapat penekan dalam Agama Buddha, karenanya juga merupakan bagian terpenting dalam ajarannya seperti yang tercantum tercantum dalam isi kitab suci agama Buddha, baik Kitab Suci Pali atau pun Kitab Suci Sangsekerta memiliki kesepakatan sbb ;

"Yah Pratityasamutpadam pasyati sa dharmainpasyati, yo dharmam pasyati, so buddham pasyati."

"(Ia yang menyadari Paticca Samuppada melihat kebenaran, ia yang melihat dharma kebenaran 'Dharma', melihat Buddha)."

ini saja. TQ... semuanya.

maksudnya mengajak kita semua menjadi Bhikku? ;D
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

EVO

Quote from: johan3000 on 06 June 2010, 09:45:52 AM
adilkah duinia ini....
  pemain sepak bola tingkat dunia yg konon menendang bola dibayar jauh lebih mahal dari
  pekerjaan lain................. bagaimana dgn penyanyi ?
  bagimana dgn kuli pelabuhan yg mengangkat barang sampai KOLORNYA BASAH KUYUP ? =))
  plus wajahnya full putih2 penuh tepung...

adilkah dunia ini ? silahkan dijawab ?
 

semua yang terjadi pada kita sangat adil kok
tak lepas dari diri kita sendiri
kita lihat pemain sepak bola bayarannya mahal resikonya juga besar...
menurutku paling tepat kita jangan membandingkan satu sama lain
tapi bagaimana bekerja dari hari kehari makin baik
habis waktu,tenaga dan pikiran jika membandingkan
tapi kalau belajar dari keberhasilan org lain itu lebih baik

johan3000

Quote from: EVO on 06 June 2010, 07:32:09 PM
Quote from: johan3000 on 06 June 2010, 09:45:52 AM
adilkah duinia ini....
  pemain sepak bola tingkat dunia yg konon menendang bola dibayar jauh lebih mahal dari
  pekerjaan lain................. bagaimana dgn penyanyi ?
  bagimana dgn kuli pelabuhan yg mengangkat barang sampai KOLORNYA BASAH KUYUP ? =))
  plus wajahnya full putih2 penuh tepung...

adilkah dunia ini ? silahkan dijawab ?
 

semua yang terjadi pada kita sangat adil kok
tak lepas dari diri kita sendiri
kita lihat pemain sepak bola bayarannya mahal resikonya juga besar...
menurutku paling tepat kita jangan membandingkan satu sama lain
tapi bagaimana bekerja dari hari kehari makin baik
habis waktu,tenaga dan pikiran jika membandingkan
tapi kalau belajar dari keberhasilan org lain itu lebih baik

kalau polisi, dan pemadam kebakaran (diluar negeri) yg pekerjaan jauh lebih bahaya dari sepak bola.

dulu sebelum ada TV, sepak bola bayarannya gak begitu besar koq... jadi ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Reenzia

#26
Quote from: pemula on 04 June 2010, 11:34:32 AM
Emang saya kelihatan cacat y?  :) ms di sarankan tuk terima apa adanya... kk neh ada2 saja.
maaf sebelumnya. ini salah satu yang parah yang pernah terlihat oleh mata saya di kehidupan ini, karena hal ini terjadi pada paman saya.
saya sedih... melihat anak yang telahir mirip kera. karena suatu yang pasti. swaktu masih dalam kandungan si ayah terusan hari-harinya menyiksa kera piaraan ayah saya. It`s oc lah... jika pelajaran tersebut di jatuhkan kepada si ayah, sebagai pembelajaran agar di mau melihat hukum alam yang berkerja aktif. tapi si anak salah apa? memang kamma tidak lah buruk seuuhnya bagi saya. bahkan saya bersyukur akan kamma yang berkerja aktif dalam kehidupan ini. Dan bagi saya. jika kamma tidak  bekerja itu baru buruk.  :-[ :whistle:

apakah benar bahwa karma karena ayahnya menyiksa kera maka anaknya jdi mirip kera?
sp tau di kehidupan lampau anaknya juga membuat karma buruk maka ia lahir mirip kera?
atau mungkin dikehidupan lampau anaknya juga suka menyiksa kera?
apakah benar bahwa dg menyiksa kera maka karmanya jdi mirip kera?
sp yg tw sih gimana kerjanya proses karma selain Buddha?

pemula

Quote from: Reenzia on 06 June 2010, 08:04:37 PM
Quote from: pemula on 04 June 2010, 11:34:32 AM
Emang saya kelihatan cacat y?  :) ms di sarankan tuk terima apa adanya... kk neh ada2 saja.
maaf sebelumnya. ini salah satu yang parah yang pernah terlihat oleh mata saya di kehidupan ini, karena hal ini terjadi pada paman saya.
saya sedih... melihat anak yang telahir mirip kera. karena suatu yang pasti. swaktu masih dalam kandungan si ayah terusan hari-harinya menyiksa kera piaraan ayah saya. It`s oc lah... jika pelajaran tersebut di jatuhkan kepada si ayah, sebagai pembelajaran agar di mau melihat hukum alam yang berkerja aktif. tapi si anak salah apa? memang kamma tidak lah buruk seuuhnya bagi saya. bahkan saya bersyukur akan kamma yang berkerja aktif dalam kehidupan ini. Dan bagi saya. jika kamma tidak  bekerja itu baru buruk.  :-[ :whistle:

apakah benar bahwa karma karena ayahnya menyiksa kera maka anaknya jdi mirip kera?
sp tau di kehidupan lampau anaknya juga membuat karma buruk maka ia lahir mirip kera?
atau mungkin dikehidupan lampau anaknya juga suka menyiksa kera?
apakah benar bahwa dg menyiksa kera maka karmanya jdi mirip kera?
sp yg tw sih gimana kerjanya proses karma selain Buddha?

_/\_
APA hanya ada hanya satu kemungkinan?
klo gak. apa kemungkinan lainnya? salah kah, kita mencari tahu?
untuk suatu perbaikan pasti kedepan. ilmu pengetahuan baru, yang di peroleh dari penjelajahan sendiri lebih bermamfaat loh,,, dengan demikian, perubahan jalan hidup kita lebih mendasar. ketimbang hanya sekedar mengetahui nya saja. :-[

pemula

Quote from: johan3000 on 06 June 2010, 07:49:47 PM
Quote from: EVO on 06 June 2010, 07:32:09 PM
Quote from: johan3000 on 06 June 2010, 09:45:52 AM
adilkah duinia ini....
  pemain sepak bola tingkat dunia yg konon menendang bola dibayar jauh lebih mahal dari
  pekerjaan lain................. bagaimana dgn penyanyi ?
  bagimana dgn kuli pelabuhan yg mengangkat barang sampai KOLORNYA BASAH KUYUP ? =))
  plus wajahnya full putih2 penuh tepung...

adilkah dunia ini ? silahkan dijawab ?
 

semua yang terjadi pada kita sangat adil kok
tak lepas dari diri kita sendiri
kita lihat pemain sepak bola bayarannya mahal resikonya juga besar...
menurutku paling tepat kita jangan membandingkan satu sama lain
tapi bagaimana bekerja dari hari kehari makin baik
habis waktu,tenaga dan pikiran jika membandingkan
tapi kalau belajar dari keberhasilan org lain itu lebih baik

kalau polisi, dan pemadam kebakaran (diluar negeri) yg pekerjaan jauh lebih bahaya dari sepak bola.

dulu sebelum ada TV, sepak bola bayarannya gak begitu besar koq... jadi ?

_/\_
BElajar dari keberhasilan orang. atau belajar dari pengalaman diri sendiri? yang lebih baik?

pemula

#29
Quote from: wen78 on 06 June 2010, 01:35:05 PM
saya sedikit tidak mengerti maksud bro. dikatakan

Quote from: pemula on 06 June 2010, 12:28:30 PM
Maaf,,, gak bermaksud mendahului, dalam hasil penyelaman saya pribadi+pengetahuan yang sudah ada, tidak dapat di pungkri. memang kebodohan / ketidak tahuan lah... yang memainkan peranan. Dan satu-satu yang dapat menjadi obat penawar kehidupan adalah melihat segala sesuatu secara jelas dan nyata. dengan maksud agar kesadaran dan kebijaksanaan dapat berkerja dengan baik. dengan kata lain, tidak cukup kita mengetahui perwakilan dari suatu bentuk hal saja / menjiplak dari pengetahuan umum yang sudah ada saja.
disini anda sudah menjawab pertanyaan bro sendiri.
melihat segala sesuatu secara jelas dan nyata adalah melihat apa adanya yg merupakan salah satu JMB-8.


Quote from: pemula on 06 June 2010, 12:28:30 PM
seperti sejak awal perumpamaan. air sumur, air tejun, sumber air panas / yang disebut mata air. kita hanya tahu sebatas pengetahuan yang ada. yaitu air keluar dari bawah tanah. lalu? apa ini cukup. apa sudah terlepas dari kebodohan?

sesungguhnya dari pertanyaan yang dilempar baik dalam hal, (Adilkah hidup ini? + mengapa kita hidup?) itu semua berujung dalam satu bentuk pengetahuan yang musti kita ketahui secara jelas. tentunya dengan usaha dan upaya pasti. namun bagaimana mungkin kita bisa menjatuhkan sesuatu yang pasti. sementara :

Hukum-hukum yang berkerja terlalu dominan dan mengikat.
   Hukum Cattari Ariya Saccani
   Hukum Tilakhana
   Hukum Paticca Samuppada
   Hukum Panca Nimaya / Tertib Kosmis
   Hukum Kamma
   Hukum Punarbhava

dengan ini, telah terlihat dengan jelas. kita tidak bisa apa-apa 'karena, memang tidak ada pilihan', kebodohan memang bersifat mutlak, kita akan selalu bermain didalamnya, melekat didalamnya bersama dengan hukum-hukum semesta yang terus berkerja.

LALU :
cukup kah kita pasrah ?
Mengapa kita hidup ?
Adil kah, hidup ini ?
mau sampai kapan kita bermain bersamanya dan di dalamnya? :D


   "Avijja Paccaya Sankhara"
Dengan adanya Kebodohan (Ketidak-tahuan), maka terjadilah bentuk-benuk Kamma.

   "Sankhara Paccaya Vinnanang"
Dengan adanya bentuk-bentuk Kamma, maka terjadilah Kesadaran.


   "Vinnana Paccaya Namarupang"
Dengan adanya Kesadaran, maka terjadilah Batin dan Badan jasmani.

   "Namarupang Paccaya Salayatanang"
Dengan adanya Batin dan Badan jasmani, maka terjadilah Enam Inderia.

   "Salayatana Paccaya Phassa"
Dengan adanya Enam Inderia, maka terjadilah Kesan-kesan.

   "Phassa Paccaya Vedana"
Dengan adanya Kesan-kesan, maka terjadilah Perasaan.

   "Vedana Paccaya Tanha"
Dengan adanya Perasaan, maka terjadilah Nafsu Keinginan.

   "Tanha Paccaya Updanang"
Dengan adanya Nafsu Keinginan. maka terjadilah Kemelekatan.

   "Upadana Paccaya Bhavo"
Dengan adanya Kemelekatan. maka terjadilah proses Tumimbal-lahir.

   "Bhava Paccaya Jati"
Dengan adanya Tumimba-lahir, maka terjadilah Kelahiran-kembali.

   "Jati Paccaya Jaramaranang"
Dengan adanya Kelahiran-kembali, maka Terjadilah Kelapukan, Kematian, Keluh-kesah, Sakit dll.
   "Jaramaranang"
Kelapukan, Kematian, Keluh-kesah, Sakit dll. Adalah Akibat dari Kelahiran-kembali.

Hal ini mndapat penekan dalam Agama Buddha, karenanya juga merupakan bagian terpenting dalam ajarannya seperti yang tercantum tercantum dalam isi kitab suci agama Buddha, baik Kitab Suci Pali atau pun Kitab Suci Sangsekerta memiliki kesepakatan sbb ;

"Yah Pratityasamutpadam pasyati sa dharmainpasyati, yo dharmam pasyati, so buddham pasyati."

"(Ia yang menyadari Paticca Samuppada melihat kebenaran, ia yang melihat dharma kebenaran 'Dharma', melihat Buddha)."

ini saja. TQ... semuanya.

maksudnya mengajak kita semua menjadi Bhikku? ;D

yupzz... ^^ yah, tp gak juga lah, toh jadi bhiksu juga, kemungkinan bermain di dalam bersama hukum-hukum semesta masih cukup kuat. bahkan resiko lebih besar lg. blom lagi waktu yang terlalu singkat untuk mempelajari SILA,SAMADHI dan PANNA seirama. sebagai dasar mencapai kebebasan.
karena ini lah dasar juga akhir  latihan sesungguhnya. baik bhikkhu maupun awam. meskipun bhikku lebih menjanjikan...

terima segala sesuatu dengan apa adanya. itu memang baik bahkan lebih baik. tapi toh hanya sebatas pengetahuan, gak benar-benar mampu sejalan dengan jalan hidup kita kan? lebih kasar bicara "MUNAFIK".

seandainya pun kita mampu menerima segala sesuatu dengan apa adanya. sudah berarti kah ? kita terlepas dari kebodohan/ ketidak tahuan. yang mana  (sesuai dengan 12 nidana sebagai dasar terbentuknya segala sesuatunya)? yang menjadi timbulnya KAMMA-kamma / bentuk2 perbuatan selanjutnya dan seterusnya!!!
"KITA harus tetap belajar mencari kebenaran, untuk mengatasi kebodohan." sementara yang berkerja di semesta ini lebih dominan.

MAsalahnya, terlalu mudah untuk untuk kita katakan. lalu kembali pada awal pertanyaan yang harus kita cari, sebagai landasan dasar untuk mengatasi kebodohan itu sendiri. bukan begitu kk? makanya, kita berdiskusi.