Dalam artikel ini, aku mau menceritakan satu sejarah, bagaimana Dalai Lama bisa menjadi musuh dari pemerintah China dan hak asasi manusia di Tibet., ketika Tibet dipemerintahi Dalai Lama sejak 1935-1959.
Sebenarnya, Dalai Lama adalah sebuah gelar kehormatan spiritual dalam Agama Buddha Tibetan (banyak orang memanggil Dalai sebagai Yang Terhormat). Setelah Dalai Lama yang terdahulu meninggal, para bhiksu harus mencari pengganti berikut nya. Dalai Lama yang baru harus disetujui oleh pemerintahan pusat China. Sekarang, Dalai Lama yang dikenal ini adalah Dalai Lama ke empat belas, yang lahir di Provinsi Qinghai, China, bukan di Tibet. Penunjukkan ini disepakati juga oleh pemerintah China pada tahun 1935 ketika China masih dipemerintahi oleh KuoMinTang.
Pada tahun 1949, Partai Komunis mengalahkan KuoMinTang dalam perang sipil, dan tentara komunis memasuki Tibet pada tahun 1950. Awalnya, Dalai Lama mendukung Partai Komunis China, karena Partai Komunis China berjanji untuk sementara tidak berencana untuk menghapuskan perbudakan di Tibet. Pada waktu itu, Tibet adalah kawasan terakhir dimana para budak ikut ambil bagian dalam hukum regional.
Pada tahun 1959, Dalai Lama berpikir bahwa Partai Komunis China sebenarnya hendak menghapuskan perbudakan di Tibet, cepat atau lambat, karena itulah dia melancarkan kudeta militer. Hasilnya adalah tentara-tentara Dalai dikalahkan oleh Tentara Masyarakat Liberal, dan Dalai bersama dengan para pendukungnya kabur ke India.
Pemerintah China-Tibet memutuskan untuk menghapus perbudakan di Tibet, meskipun para pemilik budak di Tibet menolak kuat keputusan ini. Setelah tiba apa yg Pemerintah China sebut sebagai "Reformasi Demokratis", perbudakan sudah dihapus, akan tetapi, banyak pemilik budak yg kabur ke India dan menjadi musuh Pemerintah China. Para pemilik budak dan keluarganya kemudian membentuk kelompok Tibet di daerah pengasingan, dan kebanyakan dari mereka tinggal di India, Nepal, dan negara-negara barat lainnya sebagai para pengungsi.
Beberapa gambar berikut diterbitkan dari arsip, yang mana mencerminkan kehidupan sesungguhnya dari rakyat jelata Tibet ketika di bawah kepemerintahan Dalai.
Gambar pertama menunjukkan dua orang budak Tibet. Tangan dan kaki mereka diikat oleh pemilik budak dalam kasus pelarian.
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Ffactandtruth.files.wordpress.com%2F2008%2F03%2Fslavery1.jpg&hash=7b761153c51d9162ddfae24e6f6577be4f90e8f5)
Apa kamu tahu apa itu? Barang2 itu adalah kulit orang Tibet! Dalai Lama menggunakan kulit manusia untuk melaksanakan beberapa ritual Buddhisme. Para pemilik budak membunuh budak mereka sendiri dan menguliti kulitnya. Di gambar ini, dengan jelas kalau sebelah kiri dan kanan adalah kulit dari anak2, dan yang tengah adalah kulit orang dewasa. Para pemilik budak bersedia menyediakan kulit manusia untuk Dalai, karena mereka percaya kalau mereka akan diberkati oleh Dalai berdasarkan kepercayaan Buddhisme Tibetan.
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Ffactandtruth.files.wordpress.com%2F2008%2F03%2Fslavery2.jpg&hash=bd04834c2e78ca3f55361dd2e1d989189605dbf2)
Gambar ke tiga menunjukkan seorang budak yang tangannya sudah dipotong. Ketika Dalai memerintah Tibet, tulang manusia dibuat menjadi alat instrument keagamaan. Hal yang paling kejam adalah para pemilik budak memotong tangan dan kaki budak mereka hidup2.
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Ffactandtruth.files.wordpress.com%2F2008%2F03%2Fslave4.jpg&hash=fddda8be2bc6e5cbf36e8f8218de9d8aa80132b8)
Perempuan kecil ini kelaparan sampai mati. Para pemilik budak punya makanan yang cukup dan mereka dengan sengaja membiarkan budak perempuan yang masih kecil ini kelaparan hingga mati, karena mereka mau memakai jantung, hati dan organ lainnya sebagai pengorbanan. Selain itu, tengkoraknya akan dibuat sebagai cawan untuk minuman.
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Ffactandtruth.files.wordpress.com%2F2008%2F03%2Fslave3.jpg&hash=e0ad3739564f648181313f1dbaf9c25dd80f5ae8)
Apakah kamu tahu berapa umur budak perempuan saat gambar ini diambil? Kebanyakan dari kamu mungkin berpikir kalau dia berumur lebih dari 60 tahun. Kenyataannya, budak perempuan ini, Jinyang, berumur 35 tahun saat gambar ini diambil. Tidak diragukan lagi, ini adalah kehidupan perbudakan yang menyebabkan perempuan muda ini menjadi menyedihkan.
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Ffactandtruth.files.wordpress.com%2F2008%2F03%2Fslave5.jpg&hash=1ac17af8e67b08a7aab01254607edc58e340b407)
Saat aku mengerjakan artikel ini, aku benar-benar merasa sedih karena tragedi rakyat Tibet di bawah kepemerintahan Dalai. Aku masih memiliki banyak gambar yg menyeramkan, dan aku akan menerbitkannya kelak. Apakah kamu mau membiarkan Tibet berada di bawah kepemerintahan Dalai lagi?
http://factandtruth.wordpress.com/2008/03/24/human-rights-of-tibet-when-it-was-governed-by-dalai/ (http://factandtruth.wordpress.com/2008/03/24/human-rights-of-tibet-when-it-was-governed-by-dalai/)
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2601.0.html (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2601.0.html)
Sya mau tahu apa tanggapan kalian tentang ini?
tatiyampi nih
masa sich?? gitu parahnyaaa
baru kali ini sih baca berita gini, nyimak dulu gan
Ada sebagian cerita ini pernah gw baca .....
hmmm .... mungkinkah ini orang yg sama ??? Yang selalu menyebarkan keburukan Dalai Lama dan menyanjung setinggi langit pemeritahan RRC di bawah kekuasan Partai Komunis
Satu yg perlu loe tau ......
Dalai Lama adalah pemegang hadiah nobel perdamaian
kalo emank dia sejahat itu, pasti diselidiki oleh para penyelidik dan dibawa ke hukum PBB karena melanggar HAM.. kok sampai skrg nga dibawa untuk diadili
^
^
Si Tekko cerdas dan pinter :jempol:
;D
QuotePerempuan kecil ini kelaparan sampai mati. Para pemilik budak punya makanan yang cukup dan mereka dengan sengaja membiarkan budak perempuan yang masih kecil ini kelaparan hingga mati, karena mereka mau memakai jantung, hati dan organ lainnya sebagai pengorbanan. Selain itu, tengkoraknya akan dibuat sebagai cawan untuk minuman.
Sekarang sudah mudeng, pantas di dalam naskah-naskah suci tibet, salah satu bentuk inisiasi melibatkan upacara minum darah dengan mangkuk yang dibuat dari tengkorak manusia (skull cup) upacara minum darah ini mengingatkan kita pada upacara ritual tetangga yang dengar-dengar katanya adik sepupu :)
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.onesixthwarriors.com%2Fphoto%2Fdata%2F500%2Ftantric02_1_.JPG&hash=a07f3b75626dcdffe170b603e1fe3e0cb09ad9e8)
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fupload.wikimedia.org%2Fwikipedia%2Fcommons%2Fthumb%2F8%2F8e%2FKapala_skull_cup.jpg%2F200px-Kapala_skull_cup.jpg&hash=5124ddaa9ee6b21b06d9166f45c43009c522c1a0)
yaitu meminum anggur yang merupakan simbol darah nabi mereka (Mr. J).
Cara orang tibet untuk mendapatkan tengkorak tidak kalah mengerikan dengan tengkoraknya sendiri, dikatakan demikian:
Skull Cups in Tibetan RitualRitual skull cups are traditionally formed from a human skull that has been cut into shape, lined with a metal rim and ornamented. Many skull cups are simply made out of a precious metal in the form of a cranium. They are usually elaborately decorated with artistic designs and Buddhist symbols like lotuses and vajras. Many are fitted with ornamented lids and have feet or a separate base in the form of human skulls.
As the libation vessel of a Vajrayana Buddhist, the skull cup can be seen as a parallel of the clay pot (kumbha in Sanskrit) of the Vedic sacrifice, the alms bowl of the Buddha, and the sacred water vase (kalasha in Sanskrit) of the bodhisattvas. In addition, as a receptacle for sacrificial offerings presented to wrathful deities, the skull cup parallels the tray of auspicious substances like jewels, flowers, or fruit presented to peaceful deities. In its most benign symbolism, as the begging bowl or food vessel of an ascetic, the skull cup serves as a constant reminder of death and impermanence.
When used for esoteric rituals, the history of the cranium's original owner has an important bearing on its ritual potency. The skull of a murder or execution victim is believed to possess the greatest tantric power; the skull of one who has died from a violent or accidental death, or from a virulent illness, possesses a medium magical power; the skull of a person who died peacefully in old age has virtually no occult power. Having great potency are the skulls of children who died during the onset of puberty or were born from the forbidden union of castes, out of wedlock, from sexual misdemeanor, or particularly from incest. The vital force or potential of the skull's previous owner is embodied within the bone as a spirit, rendering it as an effective power object for the performance of rituals.
In the ritual, lamas and other advanced practitioners drink consecrated alcoholic beverages or sometimes even blood from the skull cup, symbolizing the wrathful deity drinking the blood of his or her victim.
Jika digunakan sebagai ritual rahasia (esoteric), sejarah tengkorak kepala memiliki prabawa pada potensi ritualnya. Tengkorak pembunuh atau korban eksekusi dipercayai memiliki kekuatan tantrik yang hebat; tengkorak kepala orang yang mati karena kekerasan atau kematian kecelakaan atau penyakit infeksi atau keracunan memiliki kekuatan magis menengah; tengkorak orang yang mati dengan damai hampir tak memiliki kekuatan magis samasekali. Yang memiliki potensi luar biasa adalah tengkorak anak-anak yang meninggal waktu masih pubertas, atau yang terlahir dari perkawinan kasta yang dilarang, diluar ikatan perkawinan, pelanggaran seksual, atau dari inses (perkawinan sedarah). kekuatan vital atau potensi pemilik sebelumnya terkandung di dalam tulang sebagai mahluk halus, sehingga menyebabkan tengkorak itu menjadi objek dengan kekuatan efektif untuk melakukan upacara ritual.
Pada ritual, Lama dan praktisi yang sudah maju meminum minuman alkohol suci atau bahkan meminum darah dari mangkuk kepala, yang merupakan simbol dewa angkara murka yang meminum darah dari korbannya.
http://www.tibetanshop.com/ (http://www.tibetanshop.com/)
[at] truth lover
Info yang menarik.
Quote from: upasaka on 11 February 2010, 05:54:20 PM
[at] truth lover
Info yang menarik.
matur nuwun mas, di indo sudah ada belum praktisi/Lama yang mencapai tingkatan sudah maju/advance yang seperti itu ya?
bro bner ga sih ni beritanya kok kyknya kejem amat dalai lama padahal kan simbol kedamaian ???
trus apa ini propaganda dr pemerintahan cina ???
Kita tunggu klarifikasi dari para praktisi tantra mas, ritual itu benar atau tidak?
btw apa itu benar dr dalai lama???? atao dr kelompok tertentu yg ingin menjatuhkan Dalai Lama, ataopun kelompok lain yg tanpa sepengetahuan Dalai Lama mempraktekkan hal demikia,,,, Jika emank dalai lama demikian, tentu saja udh dapat kecaman international
Buddha dalam salah satu sila dengan jelas menolak pembunuhan, perdagangan manusia, perbudakan, dll. hal2 tersebut bukan ajaran Sang Tercerahkan jadi untuk yang bukan member baca trhead ini jgn disalahartikan, ini cuma bahas masalah personal Dalai Lama.
Menurut g kalo Dalai Lama memang begitu ga mungkin dapat nobel perdamaian. bro tekss bijaksana nih
Quote from: kusalaputto on 12 February 2010, 12:32:23 PM
bro bner ga sih ni beritanya kok kyknya kejem amat dalai lama padahal kan simbol kedamaian ???
trus apa ini propaganda dr pemerintahan cina ???
Tepatnya itu adalah propaganda cina untuk menyudutkan Dalai Lama, makanya China mengangkat Dalai lama versi China yang diakui..
Pemberi nobel juga bukanlah org bodoh. Masa kejahatan HAM berat bisa masuk nobel perdamaian. Makanya yg buat artikel itu psikopat politik ^-^.
Quote from: bond on 12 February 2010, 05:24:18 PM
Tepatnya itu adalah propaganda cina untuk menyudutkan Dalai Lama, makanya China mengangkat Dalai lama versi China yang diakui..
Pemberi nobel juga bukanlah org bodoh. Masa kejahatan HAM berat bisa masuk nobel perdamaian. Makanya yg buat artikel itu psikopat politik ^-^.
Yang diberi Nobel perdamaian itu Dalai Lama ke 14, sedangkan "bukti perbudakan" itu adalah sebelum era Dalai Lama ke 14 (yang baru lahir di tahun 1935).
Pemberi Nobel memang jelas bukan orang bodoh. Mereka ada adalah alat politik. Dalai Lama dalam "perjuangannya" selalu memihak barat dan terkesan "menyudutkan" China, padahal kita tahu siapa negara yang paling banyak melakukan pelanggaran HAM. Yang saya tahu, tidak ada dalam sejarah bahwa China melakukan invasi ke negara lain.
Tentang Nobel itu sendiri, mungkin bagi pemerhati kontroversi ini sudah tahu mengapa Mahatma Gandhi dan Mark Twain bisa tidak pernah mendapatkan Nobel.
Quote from: Kainyn_Kutho on 12 February 2010, 05:51:36 PM
Quote from: bond on 12 February 2010, 05:24:18 PM
Tepatnya itu adalah propaganda cina untuk menyudutkan Dalai Lama, makanya China mengangkat Dalai lama versi China yang diakui..
Pemberi nobel juga bukanlah org bodoh. Masa kejahatan HAM berat bisa masuk nobel perdamaian. Makanya yg buat artikel itu psikopat politik ^-^.
Yang diberi Nobel perdamaian itu Dalai Lama ke 14, sedangkan "bukti perbudakan" itu adalah sebelum era Dalai Lama ke 14 (yang baru lahir di tahun 1935).
Pemberi Nobel memang jelas bukan orang bodoh. Mereka ada adalah alat politik. Dalai Lama dalam "perjuangannya" selalu memihak barat dan terkesan "menyudutkan" China, padahal kita tahu siapa negara yang paling banyak melakukan pelanggaran HAM. Yang saya tahu, tidak ada dalam sejarah bahwa China melakukan invasi ke negara lain.
Tentang Nobel itu sendiri, mungkin bagi pemerhati kontroversi ini sudah tahu mengapa Mahatma Gandhi dan Mark Twain bisa tidak pernah mendapatkan Nobel.
benar mas Kai, Mahatma gandhi tidak dapat hadiah nobel, tapi uskup Belo (timtim) dan uskup desmond Tutu (afsel) dapat hadiah nobel. opo tumon?
pantas bila
dipertanyakan motif pemberian nobel perdamaian. ;D
Quote from: Kainyn_Kutho on 12 February 2010, 05:51:36 PM
Quote from: bond on 12 February 2010, 05:24:18 PM
Tepatnya itu adalah propaganda cina untuk menyudutkan Dalai Lama, makanya China mengangkat Dalai lama versi China yang diakui..
Pemberi nobel juga bukanlah org bodoh. Masa kejahatan HAM berat bisa masuk nobel perdamaian. Makanya yg buat artikel itu psikopat politik ^-^.
Yang diberi Nobel perdamaian itu Dalai Lama ke 14, sedangkan "bukti perbudakan" itu adalah sebelum era Dalai Lama ke 14 (yang baru lahir di tahun 1935).
Pemberi Nobel memang jelas bukan orang bodoh. Mereka ada adalah alat politik. Dalai Lama dalam "perjuangannya" selalu memihak barat dan terkesan "menyudutkan" China, padahal kita tahu siapa negara yang paling banyak melakukan pelanggaran HAM. Yang saya tahu, tidak ada dalam sejarah bahwa China melakukan invasi ke negara lain.
Tentang Nobel itu sendiri, mungkin bagi pemerhati kontroversi ini sudah tahu mengapa Mahatma Gandhi dan Mark Twain bisa tidak pernah mendapatkan Nobel.
Artinya bukan Dalai Lama yg melakukan perbudakan bukan?
Apa maksud pemerintahan Dalai? apakah Dalai Lama 14 atau apa?
Lalu Dalai lama lahir tahun 1935 dan dikatakan kudeta militer 1959 berarti umurnya 24..lucu umur segitu bisa kudeta...yg paling mungkin dia boneka saja untuk kepentingan kudeta.
Dan saya pernah menonton film Kundun, justru Chinalah yg menginvasi Tibet. Apa mungkin sebuah negara menjadi China tanpa perlawanan? Yang mungkin China invasi dan muncul perlawanan ini yg saya tau. Dari segi kekuatan militer mustahil tiba2 china masuk dan diterima militernya lalu di kudeta.:D Ini logika politik. Kalau tidak ada masalah mengapa china ke sana, alasan membasmi perbudakan atau mencaplok negara :D
China masuk ke tibet dengan kekuatan militer yg besar, tentara tibet hanya menahan serangan, kalau kudeta artinya melancarkan serangan terlebih dahulu. Apa mungkin tibet tentaranya yg secuil mau kudeta..ada2 saja bukan..senjatanya saja cuma bedil :))
Dan jika nobel diberikan untuk kepentingan barat tentu itu bisa dimaklumi tetapi China juga melakukan propaganda bukan? dua sisi yg harus kita lihat
Dan ketiga kalau Dalai Lama 14 menyetujui perbudakan, maka kejahatan HAM pasti akan tercium dan protes tidak hanya dari cina tapi seluruh dunia bukan.? Lalu apakah Dia mengajarkan itu dalam ajarannya.? Yang saya tau dia mengajarkan cinta kasih.
Bisa saja tokoh masyarakat atau raja tibet yg melakukan itu atau pemuka agama setempat, atau tantrayana yg tersesat, bukan Tantrayana Buddhist. PAtut diingat disana ada agama yg namanya agama bon (tapi bukan bond ya beda ^-^). Nah mungkin agam bon ini lah yg menggunakan ritual manusia dan perbudakan.. _/\_
Berarti perbudakan ada dalam sejarah Buddhist Tibet.
Artikel tsb... gambar nya apa ceritanya apa.... gambar2 tsb juga bisa mengemukakan kekejaman di china asal kalimat dibawahnya ditukar... gampang saja.
Dugaanku cerita ini hanyalah 'another panic story' (disamping cerita2 lain seperti 'kesaksian bhiksu dari neraka' yg norax itu).
Mengenai invasi china ke tibet, banyak versi, tergantung persepsi masing2. China akan mengatakan bahwa Tibet adalah bagian dari China dan Tibet mengatakan mereka adalah suatu bangsa tersendiri.
Sedangkan Nobel kepada Dalai Lama, juga banyak pro dan kontra, biasalah, sama juga dengan perjuangan Beliau, banyak Pro dan Kontra. Apakah China sendiri tersudutkan? Apakah Barat lebih banyak melanggar HAM dibanding China? Bisa ya bisa Tidak, masih diperlukan data2 yg lebih lengkap untuk bisa menguatkan pernyataan tsb. China menyimpan banyak kontroversi kekejaman terhadap rakyatnya, demikian juga Barat yg menginvasi negara2 lain demi melindungi sumber minyaknya. Aku menilai podo ae....
Back To Topik:
Cerita itu menurutku -apa yg bahasa komputer bilang- HOAX
::
Quote from: ryu on 12 February 2010, 06:39:31 PM
Berarti perbudakan ada dalam sejarah Buddhist Tibet.
Liat agama bon dan Buddhist Tantra, apakah sama atau beda? Kebanyakan org menyamaratakan keduanya.
Logikanya ajaran cinta kasih Dalai Lama 14 apakah sejalan dengan perbudakan?
kalau tidak maka namanya bukan perbudakan ada dalam sejarah
Buddhist tibet TETAPI
perbudakan pernah terjadi di Tibet pada rezim tertentu. Karena tidak ada BUKTI valid Dalai Lama menyetujui perbudakan. Jika ada India tidak mungkin mau melindungi Dalai Lama. Bahkan membiarkan beliau menyebarkan agama Buddha di India dengan tenang bila menyetujui perbudakan.
Makanya seperti bro Willy bilang "artikel itu HOAX" ^-^
well.. selama ini china tidak pernah merasa menginvasi tibet ( dari kaca mata mereka tibet, adalah provinsi pembangkang)
soalnya dalam sejarahnya mereka sudah termasuk dalam pemeritahan dinasty2 china
hingga 1910, mereka memberontak dari dinasty qing (dinasty terakhir di china, di bawah bangsa manchuria)
terus menyatakan merdeka.. setelah dinasty qing jatuh
setelah itu china masih sibuk dgn penjajahan jepang, terus perang saudara, sampai akhirnya komunis memantapkan posisinya, baru urusan tibet di selesaikan
Quote from: The Ronald on 12 February 2010, 07:33:01 PM
well.. selama ini china tidak pernah merasa menginvasi tibet ( dari kaca mata mereka tibet, adalah provinsi pembangkang)
soalnya dalam sejarahnya mereka sudah termasuk dalam pemeritahan dinasty2 china
hingga 1910, mereka memberontak dari dinasty qing (dinasty terakhir di china, di bawah bangsa manchuria)
terus menyatakan merdeka.. setelah dinasty qing jatuh
setelah itu china masih sibuk dgn penjajahan jepang, terus perang saudara, sampai akhirnya komunis memantapkan posisinya, baru urusan tibet di selesaikan
Betul China tidak merasa menginvasi tapi menyerang terlebih dahulu kan..
Kalau kata Kudeta artinya Tibet menyerang China. Nyatanya apakah Dalai Lama menyerang china. Manchuria sih wajar di berontak pada saat terakhir karena korupnya ngak karuan. Maka ada muncul namanya forbidden city. Jadi wajarlah berontak tetapi tidak ada hubungannya dengan Dalai Lama seperti artikel hoax tadi.
Menyatakan merdeka semua belahan bumi berhak dan pasti ada konflik. Tapi apakah itu kudeta atau memerdekakan diri?
Makanya kata kudeta itu mengada-ada. Masalah sejarah kemerdekaan dan lain2 tidak ada hubungannya dengan keagamaan. Ini harus dipisahkan. Kecuali perang atas nama agama.
Kenyataanya Tibet memerdekakan diri tidak menggunakan bendera agama. Ada raja dan pemerintahannya.
Yang lucu kenapa China nyeruduk masuk, kenapa ngak negosiasi dulu sama tibet ?nyeruduk dengan otoriter pula he..he
Saya kira perbudakan ada di setiap negara, terlalu berlebihan apabila dikatakan Tibet itu full perbudakan. Ada berbagai penelitian2 ilmiah dan paper2 yang menyangkal perbudakan di Tibet. Akan saya beri referensinya nanti.
Demikian juga yang menyetujui memang juga banyak. Nah semuanya tetep pro dan kontra dan kita tidak tinggal di Tibet dan tidak mengetahui bagaimana yang sebenarnya, apa bijaksana untuk menjudge berita di atas sebagai fakta / kenyataan? Apalagi itu permainan politik semua.
Katanya ehipassiko, tapi begitu denger desas desus semacam yg di atas saja sudah langsung percaya. Apanya yg ehipassiko?? Bahkan foto2 di atas pun bisa saja dimanipulasi.
Lagipula masalah kulit manusia di atas segala itu praktik apaan? Di Buddhis sama sekali tidak ada, pake kulit manusia segala mau ngapain? Bangsa Tibet memang ada yang masih terbelakang, tidak dipungkiri. Bahkan waktu Padmasambhava pertama kali datang ke Tibet, bangsa Tibet itu dideskripsikan sebagai setan merah, pokoknya banyak deh sifat jeleknya.
Nah bisa saja ada beberapa anggota masyarakat yang belum tersentuh agama Buddha secara maksimal, contohnya masih banyak juga yang menganut agama Bon, agama asli Tibet. Bahkan dulu waktu para pandita Buddhis tiba di Tibet mereka sangat terkejut melihat perilaku barbar orang Tibet yang membunuh hewan2, mengorbankannya dsb.
_/\_
The Siddha Wanderer
Zhu Rui Discovered the Truth About Tibet
Zhu Rui is Chinese. As a child she was taught that the Dalai Lama was "a flayer of human skin, a demon who picked flesh from human bones." But her attitude completely changed when she actually went to Tibet, where she lived and worked from 1998 to 2001. In Tibet, she saw people living in poverty. However, she was told that before the Chinese invasion, "even ordinary farmers used to live in three-story buildings - the kind made from stone with the top floor used as a family prayer hall, the family house on the middle floor and the ground floor for the livestock. They never ran short of food, they had plenty of yaks and sheep. They were really pretty satisfied with their lives back then. This is completely different from what we read in text-books and what we're told."
The Tibetan Women's Association has recently published the book "Response to White Paper" (written in Chinese), Zhu's response to the September 2008 "White Paper on Protection of Tibetan Culture" released by the Press Department, State Council of the "People's" Republic of China (which in turn was written in response to the Dalai Lama's public accusations of cultural genocide). The paper states that the accusations of cultural genocide were "fabricated by the 14th Dalai Lama and his cohorts. The 14th Dalai Lama and his clique fled abroad nearly half a century ago, and have never made any efforts for or contributions to the protection and development of Tibetan culture... the Chinese government has dedicated a large amount of manpower, materials and funds to the protection and promotion of fine traditional Tibetan culture, and vigorously developed modern scientific, educational and cultural undertakings in Tibet, bringing about unprecedented protection and development of Tibetan culture."
During the preparation of her book, Zhu met with many Tibetan exiles, including some that had just escaped from Tibet. She was impressed by the accomplishments which have been realized due to the Dalai Lama's insistence on the preservation of Tibetan culture values, as Tibetan monastic, cultural and educational centers have been established all over the world. She was also impressed by the democratic values of the Tibetan government in exile and the Tibetans people's contribution to civilization.
At a press conference for her book Zhu Rui declared, "The Chinese government has not only destroyed thousands of centuries-old Buddhist monasteries and interfered in their practices; it is now causing rampant destruction to Tibet's fragile eco-system thereby endangering the very setup of the Tibetan people's traditional and cultural way of life. Thousands of Tibetan nomadic tribes are already being forced to resettle into permanent houses under state-sponsored program to make way for China's ambitions and self-fulfilling interests. China's irresponsible actions in Tibet are silently but fast eroding Tibetan people's rich cultural values." Her book covers the preservation of Tibetan culture, art, medicine, architecture, education and Tibet's contribution to human society.
In December 2008, Zhu wrote an open letter to the Dalai Lama. Here is an excerpt:
"The superficial prosperity (in China) cannot conceal the void within. The need to reform bad governance is a fact that has been placed before every Chinese person. If the Communist leaders continue to be arrogant and imperious on the question of Tibet and coerce and trample upon the Tibetan people, and deceive and mislead the Chinese masses, and if they continue to deny your irreplaceable value towards peace in the world and your unrivaled spiritual contributions, and adhere to the inhuman logic of "power grows from the barrel of a gun," their days will come to a sudden end one not too distant dawn."
Zhu now resides in Canada. Due to her blog, which is mostly in Chinese, she has been attacked and threatened. She has been advised by friends not to return to China and hopes that her book will change the opinions of at least some Chinese citizens, who only hear the CCP version of the situation in occupied Tibet. Zhu is certain that the regime's control over the country is not as ironclad as it seems. "People are becoming desperate under this kind of rule. They are protesting all over China, not just inside Tibet."
Sources:
http://www.unmadeinchina.org/contStd.asp?lang=en&idPag=631
_/\_
The Siddha Wanderer
An Open Letter from a Han Chinese to Dalai Lama
Revered Dalai Lama
Chinese Writer Zhu Rui
I have to tell you that my impression of you in my childhood and youth was that you were a flayer of human skin, a demon who picked flesh from human bones. From this point alone, you have probably guessed that I am Han Chinese. Indeed, I grew up within the Communist education system. But in 1997, I chanced upon an opportunity to travel to Tibet. That was the first time I (secretly) saw your photograph, your kind and compassionate visage, and it made me doubt the Communists' propaganda.
At the Festival of the Bodhisattva of Good Fortune that year, I went early to the Zulakang temple where the Bodhisattva's covering had already been removed, and in the light as soon as I saw her face, the sound of a voice rose behind me. It was the mournful yet excited sound of an elderly voice. There before the Songtsen Gampo hall, she sang while she poured wine into a goblet in front of the statue. Men, women and even the children all around immediately joined in the singing, and when the police turned up, their voices rang ever more brightly... "They're praising the Dalai Lama," a monk quietly told me.
That day, I moved out of my hotel and into the former home of a merchant on Barkhor Street. Prior to 1959, the mistress of this family used to wear clothes most days worth 30,000 to 40,000 Renminbi, but now all she had left was two sets of clothes. The home left to her by her ancestors had been demolished. The new home seemed to be worth more, but it was less than half the size of the old one and there was no running water and the communal toilets were constantly blocked, sending their unbearable stench right out into Barkhor Street. This woman had no complaint about being plundered by the Communists, but there was something she was constantly saying, very quietly - I could only ever see her lips moving. I thought she was reciting the mantra, "Wish for a better life to come." But one day, when there were only the two of us and she saw there was no one there outside, she said she was reciting a long-life prayer for you.
In April 1999 I went to Tibet for the second time where I lived in the home of farmers in Rizhika village in Jiru Township, Zalang County, in Rikaze prefecture. There was no running water there and no electricity. At dawn each day, the family traipsed to the river to carry water and in the evenings even the small children sat around the weak oil lamp twisting wool. Selling felt was pretty much the only means of livelihood the villagers had. Our food was very simple, with potatoes for two meals a day (aside from gruel for breakfast) being a luxury. But there in the home, in the place where the most light came in, was a picture of you in an exquisite frame draped all over with long white khada.
Later, I chose to work in Tibet. As an editor and journalist I had the opportunity to meet with some Tibetans who worked in Chinese Communist Party offices, and with my own eyes saw how in the most secret places in their homes they have photographs of you and yak butter lamps that had never been lit.
You are not the enemy of the Tibetan people, you are the father of the Tibetan people; you are the source of the Tibetan people's compassion and happiness. You are Yeshe Norbu, the Tibetan people's wish-fulfilling jewel; you are Kundun, who forever will appear before all Tibetans whenever they call you; and you are Gyalwa Rinpoche, higher than all kings and the most precious of treasures. And evidently, the Communist authorities did not liberate Tibet, they robbed Tibet; they did not sow happiness, they created suffering.
Listening to your lecture at Madison in Wisconsin, I was filled with emotion. An ocean of Buddhist wisdom of the greatest depth and by degree ever more complex was systematically expounded by you until it miraculously became like rain, nourishing and vitalizing your listeners; you did your utmost to answer every everyone's questions, embracing the smallest shred of individual pain and suffering; and even when someone asked a question about China-Tibet relations, with limitless patience and concern you emphasized the excellence of the Chinese nation, and encouraged friendly exchange between the Chinese and Tibetan peoples. And the Communists' evil, their scheming, their corruption and dictatorship, when compared to your compassion, your transparency, your honesty and democracy - all shall undergo the test of time.
In March of this year, the Communists' cruel 50-year colonial rule of Tibet gave rise to peaceful, non-violent protests at more than 100 locations throughout all Tibetan areas. The tragedy is that not only have the Communist leaders failed to reflect upon or adjust their policies in Tibet as a result, but condescendingly they actually dictated to you that there were the "four do not supports" as preconditions to dialog, making the white-hot Tibet question a problem for you personally. Their intention is to smother and even kill off the Tibet question, and Tibet has now become an enormous prison. It's said that in Lhasa, one in three people is a plain-clothed police officer. The military has gone into even the most remote village and all telephone calls from the outside (especially foreign calls) are closely monitored...
Tibet's culture is profound and extensive, ancient and progressive, and I long ago saw the beauty of its traditions in the Tibetan people: devotion, kindness, gratitude, benevolence; and what has China's 5000-year culture left the Han people? Naturally, not all of it has been exquisite, and the Chinese authorities have used those dregs in gruesome details to enslave and shackle the Tibetan people with "traditions of unique benefit to all mankind!" In the twenty-first century when people leap over their countries' fences in a common pursuit of freedom, democracy and human rights, and respect for the singularity of their ethnic culture, it is precisely such colonial behavior as this that the world rejects as a thing of filth. There are more and more deep-thinking and incisive intellectuals in China who are starting to see through the Communists, publicly expressing their own independent views on the Tibet question, demanding an end to totalitarian rule, the implementation of freedom of expression and freedom of the media, withdrawing the accusations against you of being a "splitist of the Motherland", and demanding "a resolution of the Tibet problem by means of respect, tolerance, consultation and dialog."
In the almost 30 years of reform and opening up, the trend has led China towards becoming a "great nation". In actual fact, it's no more than "As China enters the international mainstream, it is hitching a ride towards globalization." The loss of morality has permeated into even China's most remote villages, and evil and dissipation have become the fashion. Hosting the Olympics under circumstances such as these inevitably runs counter to the Olympic spirit. The superficial prosperity cannot conceal the void within. The need to reform bad governance is a fact that has been placed before every Chinese person. If the Communist leaders continue to be arrogant and imperious on the question of Tibet and coerce and trample upon the Tibetan people, and deceive and mislead the Chinese masses, and if they continue to deny your irreplaceable value towards peace in the world and your unrivaled spiritual contributions, and adhere to the inhuman logic of "power grows from the barrel of a gun," their days will come to a sudden end one not too distant dawn. There is no doubt you will return to your land! When you are reunited with the suffering Tibetan people, please extend the warm light of your benevolence to care upon the heavy sins of China's vast land.
May the ship of your compassion forever be among us!
From a Han who sympathizes with the suffering of the Tibetan people, and who has limitless respect for you
http://www.phayul.com/news/article.aspx?article=An+Open+Letter+from+a+Han+Chinese+to+Dalai+Lama&id=23542&t=1&c=4
_/\_
The Siddha Wanderer
Cao Guqiang's article on the honeymoon between Mao Zedong and Dalai Lama, published in Over the Party History, a Chinese journal (in translation):-
In 1954, Dalai Lama visited Beijing to participate the first National People's Congress. On September 11, Mao Zedong received Dalai Lama and Panchen Lama for the first time in Zhongnanhai and they had a long talk ... On September 27, Dalai Lama was elected to be the Vice Chairman of the Standing Committee of the first National People's Congress ... Dalai Lama and Panchen Lama became the youngest state leaders ... Mao Zedong said: "every nation has its own national leader. It is good for Tibet to have leaders like Dalai Lama and Panchen Lama." He also pointed out that in Tibet, people should shout not only "long live Chairman Mao" or "long live Commander-in-Chief Zhu", but also "long live Dalai Lama" and "long live Panchen Lama". They should display not only the portraits of Chairman Mao and Commander-in-Chief Zhu, but also that of Dalai Lama and Panchen Lama. Mao Zedong practised what he preached: when the Tibetan delegates to the National Day ceremony chanted "long live the Communist Party" and "long live Chairman Mao", Mao shouted "long live Dalai Lama" and "long live Panchen Lama".
http://voyage.typepad.com/china/2007/01/chairman_mao_lo.html
===============================================================================
Bodh Gaya, Bihar, India, 6 January 2010 (By Nalin Verma, The Telegraph, Calcutta) - Hands folded, the Dalai Lama thanked China. It made the Chinese cry.
The Tibetan spiritual leader today "humbly" paid his "gratitude" to China, turning a yearly peace lecture into an appeal to win over enemy hearts as he reached out to the country that has dismissed his freedom struggle as a separatist movement.
"The mother of Mao Zedong (the founding head of communist China) was a Buddhist. And Buddhism has been the primary religion of China.," the Dalai Lama told a 200-strong Chinese group who had come to hear him speak on the second day of his five-day World Peace Lecture.
"I humbly pay my gratitude to you and China which accepted Buddhism as its religion and ethos three centuries earlier than Tibet," he added, hands folded.
================================================================================
Ya. Ibu dari Mao Zedong adalah seorang Buddhis yang taat, ibu beliau sangat berdevosi pada Buddha dan rajin melafalkan nama Buddha. Mao kecil dianak angkatkan pada Avalokitesvara Bodhisattva oleh ibunya.
Mao Zedong juga kagum pada ajaran Buddha dan pada sesepuh Chan ke-6, Yang Arya Huineng. Mao Zedong juga snagat suka mempelajari Vajracchedika Prajnaparamita Sutra, Prajnaparamita Hrdaya Sutra, Saddharmapundarika Sutra dan Mahaparinirvana Sutra.
"Sutra Vajracchedika layak untuk dibaca. Saya juga ingin mendalami Buddhisme." (Mao Zedong)
_/\_
The Siddha Wanderer
Quote from: bond on 12 February 2010, 07:39:50 PM
Quote from: The Ronald on 12 February 2010, 07:33:01 PM
well.. selama ini china tidak pernah merasa menginvasi tibet ( dari kaca mata mereka tibet, adalah provinsi pembangkang)
soalnya dalam sejarahnya mereka sudah termasuk dalam pemeritahan dinasty2 china
hingga 1910, mereka memberontak dari dinasty qing (dinasty terakhir di china, di bawah bangsa manchuria)
terus menyatakan merdeka.. setelah dinasty qing jatuh
setelah itu china masih sibuk dgn penjajahan jepang, terus perang saudara, sampai akhirnya komunis memantapkan posisinya, baru urusan tibet di selesaikan
Betul China tidak merasa menginvasi tapi menyerang terlebih dahulu kan..
Kalau kata Kudeta artinya Tibet menyerang China. Nyatanya apakah Dalai Lama menyerang china. Manchuria sih wajar di berontak pada saat terakhir karena korupnya ngak karuan. Maka ada muncul namanya forbidden city. Jadi wajarlah berontak tetapi tidak ada hubungannya dengan Dalai Lama seperti artikel hoax tadi.
Menyatakan merdeka semua belahan bumi berhak dan pasti ada konflik. Tapi apakah itu kudeta atau memerdekakan diri?
Makanya kata kudeta itu mengada-ada. Masalah sejarah kemerdekaan dan lain2 tidak ada hubungannya dengan keagamaan. Ini harus dipisahkan. Kecuali perang atas nama agama.
Kenyataanya Tibet memerdekakan diri tidak menggunakan bendera agama. Ada raja dan pemerintahannya.
Yang lucu kenapa China nyeruduk masuk, kenapa ngak negosiasi dulu sama tibet ?nyeruduk dengan otoriter pula he..he
btw.. aku ga ngomong ttg kudeta, yg aku tau memang sempat perang antara pasukan dalai lama ke 13 dan pasukan qing
sebelum tibet sempat perang lawan inggris
aku juga ga bilang klo post di atas itu hoax ato asli...
yg aku mo klarifikasi hanyalah sebatas masalah invasi...
masalah tampa negosasi, dan serangan mendadak..
itu masalah taktik perang
kurasa tibet sudah tau bahwa china tidak mengiginkan tibet merdeka
dan dalam perang sebenarnya, diplomasi hanya dilakukan jika ke 2 pihak akan mengalami kerugian yg sama besar (baik dalam maupun luar negri)
jujur saja, taktik demikian, mencegah provinsi2 lain mencoba untuk merdeka
bayangkan negara sebesar china sibuk untuk negosiasi agar tibet ga merdeka? jelas menunjukan ketidakmapuan militer
Pengetahuan ttg Tibet yang lain adalah dari surat 70000 huruf dari Panchen Lama ke-10 sendiri yang menjadi saksi semuanya:
" Before democratic reform, there were more than 2,500 large, medium and small monasteries in Tibet [ TAR region, not including the whole of Tibet ]. After democratic reform, only 70-odd monasteries were kept in existence by the government. This was a reduction of more than 97% ... In the whole of Tibet in the past there was a total of about 110,000 monks and nuns. Of those, possibly 10,000 fled abroad, leaving about 100,000. After democratic reform was concluded, the number of monks and nuns living in the monasteries was about 7000 people, which is a reduction of 93% ..."
" Those who have religious knowledge will slowly die out, and religious affairs are stagnating, knowledge is not being passed on, there is a worry about there being no new people to train, and so we see the elimination of Buddhism, which was flourishing in Tibet and which transmitted teachings and enlightenment. This is something which I and more than 90% of Tibetans cannot endure".
"... there has been an evident and severe reduction in the present-day Tibetan population. Needless to say this was not only harmful to the flourishing of the Tibetan nationality, but it was also a great threat to the continued existence of the Tibetan nationality, which was sinking into a state close to death".
" Because the amount of grain was not enough to feed even those with the lowest requirements, the fire of bitterness and hunger was ignited, and so dregs of fat, grain husks and so on which formerly in Tibet were fodder for horses and donkeys, bulls and oxen, because hard to get and were considered nourishing and fragrant foods. Also, in order to make the food appear more and to dispel one day's hunger and bitterness, the responsible people in the canteens, apart from gathering together a lot of grass, which was more or less edible, even gathered together tree bark, leaves, grass roots and grass seeds, which really were not edible.
After processing this, they mixed it with a bit of foodstuffs, made it into a thin gruel like pig food and gave it to the people to eat, and even this was limited in amount and could not fill their stomachs...
In some places, many people directly starved to death because the food ran out; therefore, in some places, there was a phenomenon of whole families dying out. The mortality rate was critical. These were abnormal deaths all caused by lack of food, and in fact they all should be counted as having starved to death".
Yang lainnya:
http://www.friends-of-tibet.org.nz/panchen-lama.html
http://www.subliminal.org/tibet/testimony/1962-panchen.html
http://pa-in.facebook.com/topic.php?uid=68643736400&topic=7169
_/\_
The Siddha Wanderer
:-)
Quote from: The Ronald on 12 February 2010, 08:29:25 PM
Quote from: bond on 12 February 2010, 07:39:50 PM
Quote from: The Ronald on 12 February 2010, 07:33:01 PM
well.. selama ini china tidak pernah merasa menginvasi tibet ( dari kaca mata mereka tibet, adalah provinsi pembangkang)
soalnya dalam sejarahnya mereka sudah termasuk dalam pemeritahan dinasty2 china
hingga 1910, mereka memberontak dari dinasty qing (dinasty terakhir di china, di bawah bangsa manchuria)
terus menyatakan merdeka.. setelah dinasty qing jatuh
setelah itu china masih sibuk dgn penjajahan jepang, terus perang saudara, sampai akhirnya komunis memantapkan posisinya, baru urusan tibet di selesaikan
Betul China tidak merasa menginvasi tapi menyerang terlebih dahulu kan..
Kalau kata Kudeta artinya Tibet menyerang China. Nyatanya apakah Dalai Lama menyerang china. Manchuria sih wajar di berontak pada saat terakhir karena korupnya ngak karuan. Maka ada muncul namanya forbidden city. Jadi wajarlah berontak tetapi tidak ada hubungannya dengan Dalai Lama seperti artikel hoax tadi.
Menyatakan merdeka semua belahan bumi berhak dan pasti ada konflik. Tapi apakah itu kudeta atau memerdekakan diri?
Makanya kata kudeta itu mengada-ada. Masalah sejarah kemerdekaan dan lain2 tidak ada hubungannya dengan keagamaan. Ini harus dipisahkan. Kecuali perang atas nama agama.
Kenyataanya Tibet memerdekakan diri tidak menggunakan bendera agama. Ada raja dan pemerintahannya.
Yang lucu kenapa China nyeruduk masuk, kenapa ngak negosiasi dulu sama tibet ?nyeruduk dengan otoriter pula he..he
btw.. aku ga ngomong ttg kudeta, yg aku tau memang sempat perang antara pasukan dalai lama ke 13 dan pasukan qing
sebelum tibet sempat perang lawan inggris
aku juga ga bilang klo post di atas itu hoax ato asli...
yg aku mo klarifikasi hanyalah sebatas masalah invasi...
masalah tampa negosasi, dan serangan mendadak..
itu masalah taktik perang
kurasa tibet sudah tau bahwa china tidak mengiginkan tibet merdeka
dan dalam perang sebenarnya, diplomasi hanya dilakukan jika ke 2 pihak akan mengalami kerugian yg sama besar (baik dalam maupun luar negri)
jujur saja, taktik demikian, mencegah provinsi2 lain mencoba untuk merdeka
bayangkan negara sebesar china sibuk untuk negosiasi agar tibet ga merdeka? jelas menunjukan ketidakmapuan militer
Ok lah perang. penyebabnya karena memerdekakan, lalu china tidak terima. Lalu diseranglah Tibet terus perang deh ^-^ Intinya bertahan.
[spoiler]
Quote from: truth lover on 11 February 2010, 05:17:10 PM
QuotePerempuan kecil ini kelaparan sampai mati. Para pemilik budak punya makanan yang cukup dan mereka dengan sengaja membiarkan budak perempuan yang masih kecil ini kelaparan hingga mati, karena mereka mau memakai jantung, hati dan organ lainnya sebagai pengorbanan. Selain itu, tengkoraknya akan dibuat sebagai cawan untuk minuman.
Sekarang sudah mudeng, pantas di dalam naskah-naskah suci tibet, salah satu bentuk inisiasi melibatkan upacara minum darah dengan mangkuk yang dibuat dari tengkorak manusia (skull cup) upacara minum darah ini mengingatkan kita pada upacara ritual tetangga yang dengar-dengar katanya adik sepupu :)
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.onesixthwarriors.com%2Fphoto%2Fdata%2F500%2Ftantric02_1_.JPG&hash=a07f3b75626dcdffe170b603e1fe3e0cb09ad9e8)
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fupload.wikimedia.org%2Fwikipedia%2Fcommons%2Fthumb%2F8%2F8e%2FKapala_skull_cup.jpg%2F200px-Kapala_skull_cup.jpg&hash=5124ddaa9ee6b21b06d9166f45c43009c522c1a0)
yaitu meminum anggur yang merupakan simbol darah nabi mereka (Mr. J).
Cara orang tibet untuk mendapatkan tengkorak tidak kalah mengerikan dengan tengkoraknya sendiri, dikatakan demikian:
Skull Cups in Tibetan Ritual
Ritual skull cups are traditionally formed from a human skull that has been cut into shape, lined with a metal rim and ornamented. Many skull cups are simply made out of a precious metal in the form of a cranium. They are usually elaborately decorated with artistic designs and Buddhist symbols like lotuses and vajras. Many are fitted with ornamented lids and have feet or a separate base in the form of human skulls.
As the libation vessel of a Vajrayana Buddhist, the skull cup can be seen as a parallel of the clay pot (kumbha in Sanskrit) of the Vedic sacrifice, the alms bowl of the Buddha, and the sacred water vase (kalasha in Sanskrit) of the bodhisattvas. In addition, as a receptacle for sacrificial offerings presented to wrathful deities, the skull cup parallels the tray of auspicious substances like jewels, flowers, or fruit presented to peaceful deities. In its most benign symbolism, as the begging bowl or food vessel of an ascetic, the skull cup serves as a constant reminder of death and impermanence.
When used for esoteric rituals, the history of the cranium's original owner has an important bearing on its ritual potency. The skull of a murder or execution victim is believed to possess the greatest tantric power; the skull of one who has died from a violent or accidental death, or from a virulent illness, possesses a medium magical power; the skull of a person who died peacefully in old age has virtually no occult power. Having great potency are the skulls of children who died during the onset of puberty or were born from the forbidden union of castes, out of wedlock, from sexual misdemeanor, or particularly from incest. The vital force or potential of the skull's previous owner is embodied within the bone as a spirit, rendering it as an effective power object for the performance of rituals.
In the ritual, lamas and other advanced practitioners drink consecrated alcoholic beverages or sometimes even blood from the skull cup, symbolizing the wrathful deity drinking the blood of his or her victim.
Jika digunakan sebagai ritual rahasia (esoteric), sejarah tengkorak kepala memiliki prabawa pada potensi ritualnya. Tengkorak pembunuh atau korban eksekusi dipercayai memiliki kekuatan tantrik yang hebat; tengkorak kepala orang yang mati karena kekerasan atau kematian kecelakaan atau penyakit infeksi atau keracunan memiliki kekuatan magis menengah; tengkorak orang yang mati dengan damai hampir tak memiliki kekuatan magis samasekali. Yang memiliki potensi luar biasa adalah tengkorak anak-anak yang meninggal waktu masih pubertas, atau yang terlahir dari perkawinan kasta yang dilarang, diluar ikatan perkawinan, pelanggaran seksual, atau dari inses (perkawinan sedarah). kekuatan vital atau potensi pemilik sebelumnya terkandung di dalam tulang sebagai mahluk halus, sehingga menyebabkan tengkorak itu menjadi objek dengan kekuatan efektif untuk melakukan upacara ritual.
Pada ritual, Lama dan praktisi yang sudah maju meminum minuman alkohol suci atau bahkan meminum darah dari mangkuk kepala, yang merupakan simbol dewa angkara murka yang meminum darah dari korbannya.
http://www.tibetanshop.com/ (http://www.tibetanshop.com/)
[/spoiler]
Lagi baca The Lost Symbol nih tentang persaudaraan Freemasonry, ada sedikit banyak kemiripan terutama dalam hal yang ditulis Truth Lover tentang penggunaan tengkorak manusia dan tujuannya, yaitu mengingatkan kektidakkekalan. Mungkin karena Tibetan yg dimaksud dalam tulisan di atas adalah aliran esoteriknya, dan persaudaraan Mason juga demikian.
http://.net/internasional/35-internasional/1609-penulis-tibet-mempertanyakan-sejarah-tibet-menurut-versi-beijing-
28 Maret adalah hari yang dirayakan rezim komunis sebagai "Hari Peringatan Kebebasan Jutaan Budak di Tibet." Beijing mendapat kecaman keras dari Dalai Lama dan "Tibet kuno." Penulis Tibet Ms. Tsering Woeser berkomentar bahwa laporan media ini dan artikel-artikelnya hanyalah propaganda yang ditujukan kepada pembela Tibet.
"Tibet Kuno sama sekali bukan merupakan 'Neraka Dunia' seperti apa yang diuraikan Beijing," kata Woeser, "Sebaliknya, setiap orang Tibet termasuk para bangsawan dan pejabat tingginya percaya kepada Buddha. Itu tidak bisa dibiarkan, sungguh mengerikan Beijing sepertinya terlalu melebih-lebihkan."
Pejabat Komunis Tiongkok melukiskan sejarah Tibet di masa lalu sebagai tempat perbudakan feodal yang kejam. Pada pameran tentang Tibet dimasa lampau yang diselenggarakan di Beijing, sebuah peragaan peralatan penyiksaan yang digunakan di Tibet seperti sangkar, borgol-borgol, tiang gantungan leher, batu-batuan, dan pisau yang digunakan untuk mencongkel keluar bola mata.
Menurut Woeser, ada dua penjara sangat kecil di Lhasa, "Itu hanya cukup untuk sekitar 20 narapidana. Manajemen penjara sangat leluasa. Para narapidana bisa keluar masuk dan meminta makanan. Selama Tahun Baru Tibet, para narapidana diizinkan pulang ke rumah untuk berkumpul dengan keluarga mereka dan setelah itu kembali lagi."
Woeser berkata bahwa alat-alat penyiksaan paling brutal datang dari para utusan dalam negeri kerajaan pada jaman Dinasti Qing ( 1644 –1912) yang mereka bawa ke Tibet.
Bukan suatu protes dalam kurun waktu "para budak tinggal dalam neraka"
"Dalam sejarah Tibet, tidak seperti daratan Tiongkok, tidak pernah terjadi kelaparan secara besar-besaran, orang-orang meninggal karena kelaparan atau adanya pemberontakan yang dilakukan para petani. Bagaimanapun juga, jika kita memperhatikan sejarah Cina, ada banyak pemberontakan yang kita semua mengetahuinya. Di Dalam sejarah Tibet, tidak pernah ada protes karena penindasan."
Woeser bertanya, apabila Tibet dimasa lampau sebagai "Neraka Dunia" dan Tibet yang sudah direformasi oleh komunis China adalah Surga Dunia, mengapa sejak 50 tahun lalu di bawah pengaturan Beijing, protes-protes dan kekacauan-kekacauan tidak pernah berhenti? "Tahun lalu banyaknya protes mencapai catatan tertinggi dan mereka semua dari segala lapisan yang ada di Tibet, bahkan kaum intelektual dan para siswa ikut berdiri."
"Pertama-tama ada beberapa ratus orang dari Universitas Barat laut untuk kebangsaan di Lanzhou, lalu Universitas Minzu Tiongkok di Beijing, dan ada pula mereka yang dari Qinghai dan Chengdu. Tidak hanya universitas, adapula protes-protes dari sekolah dasar dan menengah. Mereka memulai protes dengan duduk-duduk; Saya pikir hari ini adalah 16 Maret tahun lalu. Mereka memegang spanduk dengan slogan-slogan sambil berkata: 'Kami menghendaki Hak Azasi Manusia,' 'Kami menghendaki Kemerdekaan, 'Hentikan Pembunuhan terhadap orang-orang Tibet'" Woeser menekankan bahwa para pemrotes ini kebanyakan keturunan dari yang disebut sebagai budak-budak dari masa lampau.
Ketika dia berbicara tentang alasan mengapa orang-orang Tibet melakukan protes, Woeser menyebutkan bahwa baru-baru ini seorang biarawan dari biara Ragya melompat ke dalam Sungai Kuning dan bunuh diri selama polisi menginterograsinya. Woeser mewawancarai Lama senior dari biara yang sama pada tahun 2007. Menurut Lama, biara itu dihuni oleh lebih dari 2,500 biarawan. Selama revolusi melawan Beijing pada tahun 1958, banyak di antara mereka diusir dengan kekerasan dari kuil, sebagian orang ditangkap dan 800 dari mereka dikirim ke penambangan garam di Tsaidam Basin sebagai budak kerja paksa. Hanya 100 dari mereka yang kembali. Adik laki-laki Lama tersebut juga melompat ke dalam Sungai Kuning melakukan aksi bunuh diri selama 'perjuangan' pada saat revolusi besar kebudayaan.
Tumbuh Dewasa ddidalam Kepalsuan
Woeser juga menjelaskan bahwa dia mempertahankan Tibet kuno bukan karena latar belakangnya. Dia bukan seorang keturunan dari hirarki yang memiliki hampir semua lahan di Tibet Kuno. Bagaimanapun juga, dia mempunyai latar belakang keluarga politisi tangguh. Kedua orang tuanya adalah anggota Partai Komunis Tiongkok ayahnya adalah seorang deputi pimpinan pada sub area militer di Lhasa dan ibunya telah mengundurkan diri dari Politik dan Komite Legislatif di daerah otonomi Tibet.
Woeser tumbuh dewasa dengan menyaksikan film tentang "kehidupan tragis para budak" di Tibet. "Dengan pendidikan seperti itu, Saya percaya kepada pemerintah komunis China dalam jangka waktu yang lama. Ketika saya tumbuh lebih dewasa dan telah dapat berpikir dengan bebas, saya mulai bertanya-tanya dan mencari jawabannya. Saya menyadari selama ini saya telah ditipu."(/suas)
Catatan: Ms. Woeser menggunakan istilah 'Tibet kuno' sebelum periode pengambilalihan oleh Partai Komunis Cina pada tahun 1950
Mengenai tulisan diatas.
Ini mirip kejadian dengan Falungong. Diluar pro dan kontra tetapi saya ingin menunjukan kerasnya dan kejamnya pemerintah komunis jaman dahulu dan sekarang mungkin mendingan.
Ini pegalaman saya pribadi. Jadi waktu itu ada pameran falungong yg mendiskreditkan china. Dengan mengatakan mereka disiksa. Saya protes di pameran itu bahwa Falungong melakukan propaganda dan menghasut pengikut falungong yg lintas negara.
Lalu suatu saat teman istri orang china. Dan pas ketemu saya. Dan saya iseng tanya "kamu tau Falungong"?
Langsung mimik mukanya berubah, saya tanya kenapa? dia bilang kalau di negara saya, ada kata falungong atau membicarakannya akan hilang atau langsung ditembak. Wew sadis sekali. Di situ saya sadar mungkin yg dialami falungong ada benarnya sekalipun tidak seluruhnya.
Bahkan saat revolusi komunis menang agama2 di China di press habis2an semuanya harus sesuai kemauan pemerintah termasuk doktrin2 agamanya..
Bahkan seorang uskup yg harus diangkat vatikan tidak diijinkan hanya boleh diangkat oleh pemerintah.
Silakan kita pikir bagaimana propaganda tentang tibet adalah hoax. Hubungannya dengan perilaku kejam yg terbukti melalui sejarah dan propaganda dalam rentang kekejaman komunis.
China ada masa kelam dan masa jaya. Nah jangan jadikan masa kelam sebagai kejayaan atas penindasan HAM. Termasuk negara2 yg melakukan penindasan tidak patut dipuji.
Lihat saja bagaimana ribuan mahasiswa digilas dengan tank, jaman Deng Xiao Ping. Masih mending ditangkap doang. Ini langsung digilas coy...
Kalau upacara memberikan bangkai ke ikan atau ke burung itu masuk aliran apa ya?
Straight to the point saja,
Benar atau tidak di Tibet pernah terjadi perbudakan?
Benar atau tidak di tantra ada ritual meminum minuman keras atau darah dari tengkorak manusia?
Benar atau tidak ada upacara memberikan persembahan organ tubuh manusia kepada dewa/Bodhisatva/Buddha pada tantrayana?
Quote from: ryu on 12 February 2010, 09:57:37 PM
Kalau upacara memberikan bangkai ke ikan atau ke burung itu masuk aliran apa ya?
bukannya aliran Buddhisme?dikatakan ada cara menghargai jasmani ini?tibetan bukan itu?yang nanti bangkai nya dipotong2 dan dikasih ke hewan makan,dan seterusnya..?
^
Benar atau tidak di Tibet pernah terjadi perbudakan?
Jikalau hal itu pernah terjadi, itu berada diluar pengetahuan dari Dalai Lama........ (tp saya jg tdk bisa yakin 100% kalo dalai Lama itu benar benar baik, karena belum bertemu dan belum mendengar apa yg dia ajarkan, tp saya jg tdk bisa mengejudge bahwa dia itu tdk benar hanya karena sebuah tulisan dr org lain dan dari gambar yg bisa diambil dimana sajaaa).............
Benar atau tidak di tantra ada ritual meminum minuman keras atau darah dari tengkorak manusia?
Jikalau hal itu terjadi, maka aliran tantra tersebut bukan lah aliran tantra yg selama ini diajarkan dan tdk termasuk dalam Buddhism, bisa saja org mengunakan nama tantra untuk melakukan kejahatan, Dhamma tdk bisa mengontrol manusia, hanya manusia yg bisa mengontrol diri mereka sendiri, Dhamma tdk bisa membuat seorg menjadi bijaksana, hanya manusia yg bisa memahami Dhamma dan mempraktekkan Dhamma menjadi Bijaksana.
Benar atau tidak ada upacara memberikan persembahan organ tubuh manusia kepada dewa/Bodhisatva/Buddha pada tantrayana
Jikalau hal itu dilakukan oleh segelintir org tertentu, belum tentu mereka dari aliran tantra, mereka bisa saja memakai nama tantra untuk melakukan praktek yang salah, dgn kata lain aliran sesat
_/\_
Quote from: Riky_dave on 12 February 2010, 10:16:30 PM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 09:57:37 PM
Kalau upacara memberikan bangkai ke ikan atau ke burung itu masuk aliran apa ya?
bukannya aliran Buddhisme?dikatakan ada cara menghargai jasmani ini?tibetan bukan itu?yang nanti bangkai nya dipotong2 dan dikasih ke hewan makan,dan seterusnya..?
apakah pernah diajarkan Buddha? apakah hanya Tantra/tibetan saja yang melakukan upacara ini atau hanya ada setempat?
Quote from: Tekkss Katsuo on 12 February 2010, 10:21:24 PM
^
Benar atau tidak di Tibet pernah terjadi perbudakan?
Jikalau hal itu pernah terjadi, itu berada diluar pengetahuan dari Dalai Lama........ (tp saya jg tdk bisa yakin 100% kalo dalai Lama itu benar benar baik, karena belum bertemu dan belum mendengar apa yg dia ajarkan, tp saya jg tdk bisa mengejudge bahwa dia itu tdk benar hanya karena sebuah tulisan dr org lain dan dari gambar yg bisa diambil dimana sajaaa).............
Benar atau tidak di tantra ada ritual meminum minuman keras atau darah dari tengkorak manusia?
Jikalau hal itu terjadi, maka aliran tantra tersebut bukan lah aliran tantra yg selama ini diajarkan dan tdk termasuk dalam Buddhism, bisa saja org mengunakan nama tantra untuk melakukan kejahatan, Dhamma tdk bisa mengontrol manusia, hanya manusia yg bisa mengontrol diri mereka sendiri, Dhamma tdk bisa membuat seorg menjadi bijaksana, hanya manusia yg bisa memahami Dhamma dan mempraktekkan Dhamma menjadi Bijaksana.
Benar atau tidak ada upacara memberikan persembahan organ tubuh manusia kepada dewa/Bodhisatva/Buddha pada tantrayana
Jikalau hal itu dilakukan oleh segelintir org tertentu, belum tentu mereka dari aliran tantra, mereka bisa saja memakai nama tantra untuk melakukan praktek yang salah, dgn kata lain aliran sesat
_/\_
Nah benar sekali teks...ternyata masih ada yg dendam kesumat sama tibet dan tantra buddhismnya akibat buta...dan tidak bisa membedakan sesat atau tidaknya. Mungkin harus belajar agama bon dulu biar ikutan sesat. GRP sent buat tekks2 ;))
Nanti kalau ada bhikkhu theravada mabok dibilang theravada buddhism suka mabok2an..dan ada sejarahnya, nanti kalo ada bhiksu menipu dibilang mahayana buddhism suka menipu alias sejarah yg digeneralisasi.. :))
Quote from: ryu on 12 February 2010, 10:30:39 PM
Quote from: Riky_dave on 12 February 2010, 10:16:30 PM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 09:57:37 PM
Kalau upacara memberikan bangkai ke ikan atau ke burung itu masuk aliran apa ya?
bukannya aliran Buddhisme?dikatakan ada cara menghargai jasmani ini?tibetan bukan itu?yang nanti bangkai nya dipotong2 dan dikasih ke hewan makan,dan seterusnya..?
apakah pernah diajarkan Buddha? apakah hanya Tantra/tibetan saja yang melakukan upacara ini atau hanya ada setempat?
Gue koq liat di vihara2 theravada ada yg juga upacariinn fang shen ya..di mahayana juga ada, apa ada di ajaran Buddha upacara fangshen? ;D
Sekalian numpang tanya. Apa ada ajaran Buddha ngajarin berak? ;D kalau ngak ada berarti ngak diajarin berarti jangan berak dong, kalao berak berarti tidak sesuai ajaran Buddha :))
Apakah seperti itu memaknai ajaran Sang Buddha? ;D
QuoteBenar atau tidak di Tibet pernah terjadi perbudakan?
Jikalau hal itu pernah terjadi, itu berada diluar pengetahuan dari Dalai Lama........ (tp saya jg tdk bisa yakin 100% kalo dalai Lama itu benar benar baik, karena belum bertemu dan belum mendengar apa yg dia ajarkan, tp saya jg tdk bisa mengejudge bahwa dia itu tdk benar hanya karena sebuah tulisan dr org lain dan dari gambar yg bisa diambil dimana sajaaa).............
Kronologi penghapusan perbudakan dari jaman dahulu hingga sekarang:
perbudakan di tibet ada dalam sejarah. gitu aja kok repot.http://en.wikipedia.org/wiki/Abolition_of_slavery_timeline (http://en.wikipedia.org/wiki/Abolition_of_slavery_timeline)
Slavery system in Tibet is given little attention
Updated: May 15, 2009, 6:59 am /
Published: May 15, 2009, 12:30 am
I am responding to the Dalai Lama's address to our New York State Legislature on May 6. This event was reported in The News as "Dalai Lama urges lawmakers to be honest." I take issue with his qualification to talk about honesty because he does not practice what he preaches. As the leader of the old Tibet ruling class, the Dalai Lama has never told the American people what kind social system it was when he ruled Tibet. He has never told us what his role was in the slave system in Tibet. That has misled us Americans to believe that Tibet was really a Shangri-La when he was there.
When he talks about practicing honesty, respect and openness, I believe he needs to understand the American human rights value. The Dalai Lama must honestly apologize to those millions of former slaves and repressed citizens in Tibet, that is, to openly tell Tibetans he is not trying to re-establish the old slavery system. Americans should avoid sending any wrong messages to the liberated slaves in Tibet that we still support the old slavery social system. What we support is a respect of their freedom, religious beliefs and Tibetan culture.
Gary Wang
Buffalo
http://www.buffalonews.com/opinion/everybodyscolumn/story/672144.html (http://www.buffalonews.com/opinion/everybodyscolumn/story/672144.html)
QuoteBenar atau tidak di tantra ada ritual meminum minuman keras atau darah dari tengkorak manusia?
Jikalau hal itu terjadi, maka aliran tantra tersebut bukan lah aliran tantra yg selama ini diajarkan dan tdk termasuk dalam Buddhism, bisa saja org mengunakan nama tantra untuk melakukan kejahatan, Dhamma tdk bisa mengontrol manusia, hanya manusia yg bisa mengontrol diri mereka sendiri, Dhamma tdk bisa membuat seorg menjadi bijaksana, hanya manusia yg bisa memahami Dhamma dan mempraktekkan Dhamma menjadi Bijaksana.
Professor Miranda Shaw summarises the experience of a ganachakra:
The feast is an esoteric ritual that unfolds in many stages. The sacred space for the ceremony is demarcated by geometric designs drawn on the ground with powdered pigments, and an elaborate array of offerings and foods are laid out. The participants don special insignia like bone ornaments and crowns and use musical instruments of archaic design... for inducing heightened awareness.
Practitioners sit in a circle and partake of sacramental meat and wine served in skull-cups.The feasts also provide an occasion for the exchange of ritual lore,
the ritual worship of women (sripuja), and the performance of sexual yogas. The feast culminates in the performance of tantric dances and music that must never be disclosed to outsiders. The revelers may also improvise "songs of realization" (caryagiti) to express their heightened clarity and blissful raptures in spontaneous verse.[1]
http://en.wikipedia.org/wiki/Ganachakra (http://en.wikipedia.org/wiki/Ganachakra)
QuoteBenar atau tidak ada upacara memberikan persembahan organ tubuh manusia kepada dewa/Bodhisatva/Buddha pada tantrayana
Jikalau hal itu dilakukan oleh segelintir org tertentu, belum tentu mereka dari aliran tantra, mereka bisa saja memakai nama tantra untuk melakukan praktek yang salah, dgn kata lain aliran sesat
kalau ritual makan dan minum dari tengkorak kepala manusia? sesat nggak?
Bukan hanya tulang kepala dipergunakan untuk ritual tantrik, tulang paha atas juga digunakan sebagai terompet (disebut kangling) untuk upacara ritual chod
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fupload.wikimedia.org%2Fwikipedia%2Fen%2Fthumb%2F8%2F84%2FKangling_example.jpg%2F180px-Kangling_example.jpg&hash=b88cc51d571c3c422a80c650aef16b43bd503fed)
http://en.wikipedia.org/wiki/Kangling (http://en.wikipedia.org/wiki/Kangling)
Selamat mengagumi terompetnya.
Ulasan Perbudakan di Tibet :
Sebenarnya perbudakan di Tibet adalah isu lama dan ada sebelum Dalai Lama ada. Dengan kata lain sebelum Lamaism itu muncul perbudakan disana telah terjadi yg mana dulu Sistim pemerintahan di Tibet adalah kerajaan.
Lalu ketika agama Buddha masuk ke Tibet awalnya adalah Tantra Buddhism yg murni tanpa ada ritual2 menyesatkan dengan tulang manusia dsb. Bahkan masuknya para Bhikkhu Tantra Buddhism dari India adalah merombak itu semua.
Adapun agama asli di TIbet yakni agama bon yg diwarnai mistik dan takhayul yg kemudian sedikit banyak bercampur denga Tantra Buddhism yg masuk ke Tibet. Sehingga ada Tantra Buddhism yang murni dan yg tercampur yg berujung ada aliran-aliran termasuk aliran sesat tadi. Hanya karena orang sering salah kaprah dan mengidentikan Tibet dengan Tantra Buddhism maka ketika ada aliran sesat disana langsung diidentikan dengan Tantra Buddhism tanpa meniliti lebih lanjut dan senjata ini dipakai oleh para ekstremis sektarian Buddhism sebagai tameng aliran agama Buddhanyalah yg paling benar atau juga senjata bagi agama lain untuk mendiskreditkan agama Buddha.
Apakah Dalai Lama benar menyetujui perbudakan? Hal ini sangat kompleks. Mengapa? Karena seorang pemimpin spritual Tantra Buddhism/bisa disebut bhikkhu Tantra memegang peranan penting di pemerintahan. Yang mana posisi itu muncul karena suatu tradisi. Nah Dalai Lama pun memiliki kedudukan yg hampir sama dengan kerajaan di Tibet. Yang mana sang raja tentu sangat bergantung pada nasihat Dalai Lama. Yang parahnya adalah dan memang bisa dikatakan akibat mendarah dagingnya masyarakat tibet pada agama yang berlebihan maka rajanya pun tidak bisa memilah mana area politik , sosia dan budaya termasuk HAM dan mana area Agama.
Sehingga Dalai Lama sebenarnya hanya menerima warisan sistem perbudakan terdahulu. Karena dia adalah pemimpin spiritual Buddhist Tantra yang mana salah satu ajaran Buddha adalah menghindari kekerasan, ada sebuah kemungkinan Dalai Lama menasehati menghilangkan warisan perbudakan dari sistem masyarakat terdahulu tetapi yang menjadi kendala adalah apabila hal itu dilakukan secara sporadis maka akan ada pertumpahan darah dan perang saudara. Maka jalan yang diambil adalah sesuai agama Buddha tidak dengan tangan besi sehingga terkesan dalam seakan-akan pemerintahannya menyetujui perbudakan itu. Dan masalah ini adalah suatu kelemahan agama Buddha yg diletakan dalam kehidupan politik, sosial dan budaya yang begitu kompleks atau istilah lainnya menspiritualkan kehidupan duniawi dalam semua segi. Dan ini harus kita akui sebagai "KELEMAHAN" agama Buddha bila dipakai dalam sistim kenegaraan secara menyeluruh karena namanya bernegara dan pemerintahan pasti ada gejolak politik yg melibatkan militer atau kekerasan sedangkan agama Buddha tidak sejalan dengan itu semua. Nah kelemahan inilah yang dipakai Tiongkok sebagai propaganda bahwa Dalai Lama menyetujui perbudakan, padahal beliau hanya mewarisi sistem terdahulu.
Memang harus diakui pula bahwa tindakan Tiongkok menginvasi Tibet yg dianggap negaranya dan mengubah sistim feodal dengan perbudakannya berhasil mengeluarkan Tibet dari sistim perbudakan TETAPI patut diingat bahwa perubahan yg dilakukan Tiongkok juga menimbulkan pertumpahan darah yang banyak sekali. Yang sudah pasti perseteruan yg menyetujui perbudakan itu alias tuan tanah/kaum bangsawan dan pemerintah Tiongkok selain dengan masyarakat Tibet yg merasa terjajah. Jadi memang ada dua cara menghilangkan perbudakan yg mengakar dalam sistim kemasyarakat Tibet yakni sporadis instant seperti yg dilakukan Tiongkok dengan tangan besi dan berimplikasi gejolak sosial sesaat dengan adanya korban jiwa atau dengan cara menggunakan agama Buddha tanpa kekerasan yg memerlukan waktu. Bagai buah simalakama.
Saya ambil contoh lain bahwa suatu kesimpulan peran agama dalam politik tidak lah seperti diatas kertas hitam dan putih. Fakta nyata bahwa di Myanmar mayoritas agama masyarakatnya adalah agama Buddha Theravada. Tetapi para bhikkhunya ikut demonstrasi turun kejalan besar-besaran beberapa kali menentnag pemerintah junta militer. Secara kasat mata tindakan para bhikku ini tidak sesuai dengan ajaran Buddha yakni masuk keranah politik. Disisi lain bhikkhu mengandalkan persembahan dana dari masyarakat, kalau masyarakat myanmar ditindas dan miskin(dan memang kebanyakan miskin) maka kebutuhan para bhikkhu akan terancam. Nah tujuan para bhikkhu demonstrasi adalah baik , selain menjaga kelestarian agama Buddha juga membela rakyat. TETAPI jika hal ini dijadikan propaganda maka kita bisa mengatakan bhikkhu-bhikkhu yang demo itu sesat, masa bhikkhu ikut2an politik. Lalu apakah kita juga mencap theravada buddhism di myanmar sesat ikut2an demo maka kammanya dihajar junta militer? apakah seperti itu. Ini sama halnya terjadi di Tibet yg beda adalah permasalahannya.
Realistis aja kalau bhikkhu demo dari kacamata duniawi wajar2 saja. Namanya si junta militer bejat koq didiemin.
Buddha sekalipun mengetahui suku Sakya yg notabene Buddha berasal dari suku Sakya juga, mengetahui negaranya akan hancur karena diserang negara lain(saya lupa) tetapi Sang Buddha tidak mau ikut campur dan ini lebih parah dengan kondisi di Myanmar dan Tibet. Bahkan ketika ada seorang raja meminta nasihat kepada Sang Buddha untuk menaklukan kerajaan lain yang kuat, Sang Buddha tidak memberikan siasat strategy tetapi Dhamma yang diberikan , toh akhirnya Raja itu berhasil menaklukan kerajaan lain itu.
Dengan contoh diatas bahwa tidak ada satupun aliran dalam agama Buddha yg tidak cacat dalam sejarah dalam artian sepenuhnya sesuai dengan ajaran Buddha. Tetapi disini kita tidak bisa melihat kecacatan itu sebagai generalisasi aliran agama Buddha ini dan itu tidak sesuai. Yg tidak sesuai itu oknum2nya yg membuat cacat sejarah. Tetapi pokok dari semua aliran agama Buddha mengacu pada anti kekerasan, bhikkhunya tidak boleh berpolitik dsb. Nah yg fatal adalah oknum tadi kurang bisa menempatkan porsi ajaran SB pada tempatnya sebagaimana Sang Buddha telah berikan batasan2nya.
Makanya agama dan politik itu dipisah saja.beres deh. Yang jadi Bhikkhu mengurus kebhikuannya. Negara mengurus pemerintahannya sendiri. Tetapi yg disayangkan umat Buddha sendiri khususnya oknum2 tertentu memberikan penilaian sektarian didalam agamanya sendiri tanpa melihat fakta lebih detil dan demi egonya mencampuradukan masalah. Seakan-akan ingin memberikan informasi kesesatan aliran lain dengan kedok membedakan ajaran Buddha yang asli dan tidak asli, sesat dan tidak sesat padahal oknum tersebut lupa dirinya masih tersesat. Kalau sudah dibilang sesat alasannya pasti namanya juga forum sah2 saja . Tetapi kalau dibombardir maka muncul alasan lainnya bahkan emosinya bergejolak ^-^, Susah kalau berbicara dengan Wikipedia Abunawas dan kroni2nya..Kalau dibalik kritik biasanya ada pembela juga, alasan ad hominem dsb. :)) Dunia memang sudah edan.Smoga saya tidak ikutan edan. ;D
Quote from: bond on 12 February 2010, 10:39:32 PM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 10:30:39 PM
Quote from: Riky_dave on 12 February 2010, 10:16:30 PM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 09:57:37 PM
Kalau upacara memberikan bangkai ke ikan atau ke burung itu masuk aliran apa ya?
bukannya aliran Buddhisme?dikatakan ada cara menghargai jasmani ini?tibetan bukan itu?yang nanti bangkai nya dipotong2 dan dikasih ke hewan makan,dan seterusnya..?
apakah pernah diajarkan Buddha? apakah hanya Tantra/tibetan saja yang melakukan upacara ini atau hanya ada setempat?
Gue koq liat di vihara2 theravada ada yg juga upacariinn fang shen ya..di mahayana juga ada, apa ada di ajaran Buddha upacara fangshen? ;D
Sekalian numpang tanya. Apa ada ajaran Buddha ngajarin berak? ;D kalau ngak ada berarti ngak diajarin berarti jangan berak dong, kalao berak berarti tidak sesuai ajaran Buddha :))
Apakah seperti itu memaknai ajaran Sang Buddha? ;D
Astaga.... Kembali lagi membandingkan dengan aliran lain, apakah tidak bisa fokus dengan aliran ini?
Soal Tahi ada kok, Kata Buddha Tahi itu jangan Di makan, gak tau kalau aliran Ko Bond ada gak ajarannya kalau tahi itu boleh di makan?
Quote from: Tekkss Katsuo on 12 February 2010, 10:21:24 PM
^
Benar atau tidak di Tibet pernah terjadi perbudakan?
Jikalau hal itu pernah terjadi, itu berada diluar pengetahuan dari Dalai Lama........ (tp saya jg tdk bisa yakin 100% kalo dalai Lama itu benar benar baik, karena belum bertemu dan belum mendengar apa yg dia ajarkan, tp saya jg tdk bisa mengejudge bahwa dia itu tdk benar hanya karena sebuah tulisan dr org lain dan dari gambar yg bisa diambil dimana sajaaa).............
Benar atau tidak di tantra ada ritual meminum minuman keras atau darah dari tengkorak manusia?
Jikalau hal itu terjadi, maka aliran tantra tersebut bukan lah aliran tantra yg selama ini diajarkan dan tdk termasuk dalam Buddhism, bisa saja org mengunakan nama tantra untuk melakukan kejahatan, Dhamma tdk bisa mengontrol manusia, hanya manusia yg bisa mengontrol diri mereka sendiri, Dhamma tdk bisa membuat seorg menjadi bijaksana, hanya manusia yg bisa memahami Dhamma dan mempraktekkan Dhamma menjadi Bijaksana.
Benar atau tidak ada upacara memberikan persembahan organ tubuh manusia kepada dewa/Bodhisatva/Buddha pada tantrayana
Jikalau hal itu dilakukan oleh segelintir org tertentu, belum tentu mereka dari aliran tantra, mereka bisa saja memakai nama tantra untuk melakukan praktek yang salah, dgn kata lain aliran sesat
_/\_
keren ;D
GRP for you man
:'( :'( :'( makasihhhh Guru Bond dan Jimmy. GRP dan Thanks send back :))
Truth lover, sepertinya saya jg udh menjawab pertanyaan ente dari jawaban yg saya berikan, walaupun anda kemudian memberikan argument lain, namun argument tersebut jg sudah terjawab :x :x :x ,,,
Jika karena segelintir org yg ingin menghancurkan nama Buddha Dhamma, menfitnah Buddha Dhamma, memajang foto foto bahwa pada jaman Buddha dan didalam ajaran Buddha terdapat penyimpangan seperti yg anda katakan diatas (ini hanya jikalau) , apakah kita harus mentah mentah menerima kalo hal itu benar.? jika hal demikian diterima oleh setiap org secara mentah mentah tanpa berpikir panjang, dan mempertimbangkan dari segala sudut kebenaran dr berita tersebut, maka Buddha Dhamma sudah tdk ada saaat ini. seperti halnya yg dilakukan oleh oknum kaum aliran tertentu dgn menfitnah dan memberi kesaksian palsu bahwa Buddha Dhamma itu sesat, penyembah setan dan lain lain..........
:)) :)) :))
Quote from: bond on 12 February 2010, 06:31:58 PM
Artinya bukan Dalai Lama yg melakukan perbudakan bukan?
Apa maksud pemerintahan Dalai? apakah Dalai Lama 14 atau apa?
Lalu Dalai lama lahir tahun 1935 dan dikatakan kudeta militer 1959 berarti umurnya 24..lucu umur segitu bisa kudeta...yg paling mungkin dia boneka saja untuk kepentingan kudeta.
Dalai Lama sebelumnya yang melakukan pemberontakan.
QuoteDan saya pernah menonton film Kundun, justru Chinalah yg menginvasi Tibet. Apa mungkin sebuah negara menjadi China tanpa perlawanan? Yang mungkin China invasi dan muncul perlawanan ini yg saya tau. Dari segi kekuatan militer mustahil tiba2 china masuk dan diterima militernya lalu di kudeta.:D Ini logika politik. Kalau tidak ada masalah mengapa china ke sana, alasan membasmi perbudakan atau mencaplok negara :D
China masuk ke tibet dengan kekuatan militer yg besar, tentara tibet hanya menahan serangan, kalau kudeta artinya melancarkan serangan terlebih dahulu. Apa mungkin tibet tentaranya yg secuil mau kudeta..ada2 saja bukan..senjatanya saja cuma bedil :))
Daerah China adalah berdasarkan dahulu penyatuan China di bawah dinasti Qing, dan Tibet, atau sebagian dari Tibet, termasuk daerah kekuasaan China tersebut. Tahun 1913,
Dalai Lama ke 13 melakukan pemberontakan dan mengusir pemerintahan Qing. Ini yang sungguh sangat jarang disebutkan media barat. Kemudian tahun 1950 China merebut kembali (dalam bahasa propaganda barat: INVASI) Tibet.
China mau mencaplok negara? Kalau memang demikian, kira-kira kenapa Taiwan tidak kunjung dicaplok juga?
QuoteDan jika nobel diberikan untuk kepentingan barat tentu itu bisa dimaklumi tetapi China juga melakukan propaganda bukan? dua sisi yg harus kita lihat
Betul, China juga melakukan propaganda.
QuoteDan ketiga kalau Dalai Lama 14 menyetujui perbudakan, maka kejahatan HAM pasti akan tercium dan protes tidak hanya dari cina tapi seluruh dunia bukan.? Lalu apakah Dia mengajarkan itu dalam ajarannya.? Yang saya tau dia mengajarkan cinta kasih.
Entahlah dengan Dalai Lama ke 14.
Dari Wikipedia:
"The Dalai Lama accepted the 1951 Seventeen Point Agreement for the Peaceful Liberation of Tibet with the People's Republic of China. However, he moved to Kalimpong in India and, with the help of American government organised
pro-independence literature and the smuggling of weapons into Tibet."
"Sang Dalai Lama menerima 17 poin persetujuan pada tahun 1951 untuk pembebasan damai Tibet dengan RRC. Namun, ia pindah ke Kalimpong di India, dan dengan bantuan pemerintah Amerika, membentuk
literatur pro-kemerdekaan dan penyelundupan senjata ke Tibet."Sekadar info, dalam 17 poin persetujuan itu, otonomi telah diberikan. Namun kemudian "permintaan" Dalai Lama berkembang menjadi kemerdekaan.
Dari Wikipedia, diambil dari New York Times, 2 Oktober 1998
"During October 1998, the Dalai Lama's administration acknowledged that it received
US$1.7 million a year in the 1960s from the U.S. Government through the Central Intelligence Agency (CIA), and had also
trained an army in Colorado (USA)."
"Pada Oktober 1998, administrasi Dalai Lama menyatakan bahwa telah menerima
1.7 Juta US$ setahun pada tahun 1960-an dari pemerintah A.S. melalui
Central Intelligence Agency (CIA), dan juga telah
melatih sebuah pasukan di Colorado (AS)."
Bagaimana pendapat rekan-rekan? Apakah kira-kira Nobel diberikan dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut?
Quote from: ryu on 12 February 2010, 09:57:37 PM
Kalau upacara memberikan bangkai ke ikan atau ke burung itu masuk aliran apa ya?
Kalau tidak salah itu memang tradisi di Tibet. Tubuh ini terdiri dari 4 unsur, maka cara penguraiannya juga dengan bantuan 4 unsur:
1. tanah: dikubur
2. air: dihanyutkan (dan dimakan ikan)
3. api: dibakar
4. angin: dibiarkan di ruangan terbuka
Untuk yang ke empat itu, biasa mayat dicincang, diberi campuran madu, mentega, dan bahan lain, agar burung bangkai memakannya dan mempercepat proses.
Quote from: truth lover on 12 February 2010, 06:25:49 PM
benar mas Kai, Mahatma gandhi tidak dapat hadiah nobel, tapi uskup Belo (timtim) dan uskup desmond Tutu (afsel) dapat hadiah nobel. opo tumon?
pantas bila dipertanyakan motif pemberian nobel perdamaian.
;D
Nobel, Grammy, Academy (yang memberikan 4 nominasi pada film Kundun yang disebutkan Bro bond), "miss universe/world" dan sebagainya yang berhubungan dengan media luas, perlu betul-betul diselidiki. Pihak berkuasa tidak akan membiarkan media yang berpengaruh tersebut "keluar dari jalur" yang menguntungkan mereka.
Sebetulnya pembicaraan ini adalah mengenai pribadi dan politik yang (entah sengaja atau tidak sengaja) terhubung dengan agama, yaitu Buddhisme Tibetan. Dengan terhubungnya (atau dihubung-hubungkannya) kedua hal ini, kadang orang jadi susah melihat dengan objektif.
Quote from: ryu on 13 February 2010, 06:47:02 AM
Quote from: bond on 12 February 2010, 10:39:32 PM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 10:30:39 PM
Quote from: Riky_dave on 12 February 2010, 10:16:30 PM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 09:57:37 PM
Kalau upacara memberikan bangkai ke ikan atau ke burung itu masuk aliran apa ya?
bukannya aliran Buddhisme?dikatakan ada cara menghargai jasmani ini?tibetan bukan itu?yang nanti bangkai nya dipotong2 dan dikasih ke hewan makan,dan seterusnya..?
apakah pernah diajarkan Buddha? apakah hanya Tantra/tibetan saja yang melakukan upacara ini atau hanya ada setempat?
Gue koq liat di vihara2 theravada ada yg juga upacariinn fang shen ya..di mahayana juga ada, apa ada di ajaran Buddha upacara fangshen? ;D
Sekalian numpang tanya. Apa ada ajaran Buddha ngajarin berak? ;D kalau ngak ada berarti ngak diajarin berarti jangan berak dong, kalao berak berarti tidak sesuai ajaran Buddha :))
Apakah seperti itu memaknai ajaran Sang Buddha? ;D
Astaga.... Kembali lagi membandingkan dengan aliran lain, apakah tidak bisa fokus dengan aliran ini?
Soal Tahi ada kok, Kata Buddha Tahi itu jangan Di makan, gak tau kalau aliran Ko Bond ada gak ajarannya kalau tahi itu boleh di makan?
Lho Acek yang tanya
"apakah pernah diajarkan Sang Buddha (dalam hal upacara memberi makan bangkai kepada hewan lain). ?" Nah saya menjawab dengan sebuah perbandingan, apakah tidak boleh? dan apakah itu tidak fokus cek? Pertanyaannya ajaran Buddha yang mana?
Apakah saya menjawab harus sesuai keinginan penanya..ada-ada saja nih acek ganteng. ck..ck ^-^
Buddha memang mengajarkan Tahi tapi tidak mengajarkan berak? ngak nyambung jadinya..ditanya berak jawabnya tahi..aya2 wae
Saya tidak punya ajaran, entah ajaran ryuyana mungkin ada ngajarin tentang berak dan tahi boleh dimakan? ;D
Salah satunya politik. Selain taiwan, kalau tibet sampai merdeka maka bisa jadi pintu masuk yang lain untuk amerika...
Quote from: bond on 13 February 2010, 09:45:53 AM
Quote from: ryu on 13 February 2010, 06:47:02 AM
Quote from: bond on 12 February 2010, 10:39:32 PM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 10:30:39 PM
Quote from: Riky_dave on 12 February 2010, 10:16:30 PM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 09:57:37 PM
Kalau upacara memberikan bangkai ke ikan atau ke burung itu masuk aliran apa ya?
bukannya aliran Buddhisme?dikatakan ada cara menghargai jasmani ini?tibetan bukan itu?yang nanti bangkai nya dipotong2 dan dikasih ke hewan makan,dan seterusnya..?
apakah pernah diajarkan Buddha? apakah hanya Tantra/tibetan saja yang melakukan upacara ini atau hanya ada setempat?
Gue koq liat di vihara2 theravada ada yg juga upacariinn fang shen ya..di mahayana juga ada, apa ada di ajaran Buddha upacara fangshen? ;D
Sekalian numpang tanya. Apa ada ajaran Buddha ngajarin berak? ;D kalau ngak ada berarti ngak diajarin berarti jangan berak dong, kalao berak berarti tidak sesuai ajaran Buddha :))
Apakah seperti itu memaknai ajaran Sang Buddha? ;D
Astaga.... Kembali lagi membandingkan dengan aliran lain, apakah tidak bisa fokus dengan aliran ini?
Soal Tahi ada kok, Kata Buddha Tahi itu jangan Di makan, gak tau kalau aliran Ko Bond ada gak ajarannya kalau tahi itu boleh di makan?
Lho Acek yang tanya "apakah pernah diajarkan Sang Buddha (dalam hal upacara memberi makan bangkai kepada hewan lain). ?"
Nah saya menjawab dengan sebuah perbandingan, apakah tidak boleh? dan apakah itu tidak fokus cek? Pertanyaannya ajaran Buddha yang mana?
Apakah saya menjawab harus sesuai keinginan penanya..ada-ada saja nih acek ganteng. ck..ck ^-^
Buddha memang mengajarkan Tahi tapi tidak mengajarkan berak? ngak nyambung jadinya..ditanya berak jawabnya tahi..aya2 wae
Saya tidak punya ajaran, entah ajaran ryuyana mungkin ada ngajarin tentang berak dan tahi boleh dimakan? ;D
dutiyampi, astaga...., apa salahnya saya bertanya begitu, tinggal jawab khan itu bukan ajaran buddha atau ajaran Buddha, itu misalnya hanya tradsi seperti jawaban ini :
Quote from: Kainyn_Kutho on 13 February 2010, 09:31:48 AM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 09:57:37 PM
Kalau upacara memberikan bangkai ke ikan atau ke burung itu masuk aliran apa ya?
Kalau tidak salah itu memang tradisi di Tibet. Tubuh ini terdiri dari 4 unsur, maka cara penguraiannya juga dengan bantuan 4 unsur:
1. tanah: dikubur
2. air: dihanyutkan (dan dimakan ikan)
3. api: dibakar
4. angin: dibiarkan di ruangan terbuka
Untuk yang ke empat itu, biasa mayat dicincang, diberi campuran madu, mentega, dan bahan lain, agar burung bangkai memakannya dan mempercepat proses.
soal pertanyaan ajaran buddha yang mana sudah jelas kan ini sedang membahas Tibet, masa mau membahas Theravada?
dalam jataka theravada, bodhisatta yang terlahir sebagai raja rela memberikan daging tubuhnya sendiri untuk santapan burung sebagai pengganti mangsa yang ia lepaskan.
Quote from: gachapin on 13 February 2010, 10:15:08 AM
dalam jataka theravada, bodhisatta yang terlahir sebagai raja rela memberikan daging tubuhnya sendiri untuk santapan burung sebagai pengganti mangsa yang ia lepaskan.
nah jawaban ini khan lebih enak ;D
Quote from: ryu on 13 February 2010, 10:08:28 AM
Quote from: bond on 13 February 2010, 09:45:53 AM
Quote from: ryu on 13 February 2010, 06:47:02 AM
Quote from: bond on 12 February 2010, 10:39:32 PM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 10:30:39 PM
Quote from: Riky_dave on 12 February 2010, 10:16:30 PM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 09:57:37 PM
Kalau upacara memberikan bangkai ke ikan atau ke burung itu masuk aliran apa ya?
bukannya aliran Buddhisme?dikatakan ada cara menghargai jasmani ini?tibetan bukan itu?yang nanti bangkai nya dipotong2 dan dikasih ke hewan makan,dan seterusnya..?
apakah pernah diajarkan Buddha? apakah hanya Tantra/tibetan saja yang melakukan upacara ini atau hanya ada setempat?
Gue koq liat di vihara2 theravada ada yg juga upacariinn fang shen ya..di mahayana juga ada, apa ada di ajaran Buddha upacara fangshen? ;D
Sekalian numpang tanya. Apa ada ajaran Buddha ngajarin berak? ;D kalau ngak ada berarti ngak diajarin berarti jangan berak dong, kalao berak berarti tidak sesuai ajaran Buddha :))
Apakah seperti itu memaknai ajaran Sang Buddha? ;D
Astaga.... Kembali lagi membandingkan dengan aliran lain, apakah tidak bisa fokus dengan aliran ini?
Soal Tahi ada kok, Kata Buddha Tahi itu jangan Di makan, gak tau kalau aliran Ko Bond ada gak ajarannya kalau tahi itu boleh di makan?
Lho Acek yang tanya "apakah pernah diajarkan Sang Buddha (dalam hal upacara memberi makan bangkai kepada hewan lain). ?"
Nah saya menjawab dengan sebuah perbandingan, apakah tidak boleh? dan apakah itu tidak fokus cek? Pertanyaannya ajaran Buddha yang mana?
Apakah saya menjawab harus sesuai keinginan penanya..ada-ada saja nih acek ganteng. ck..ck ^-^
Buddha memang mengajarkan Tahi tapi tidak mengajarkan berak? ngak nyambung jadinya..ditanya berak jawabnya tahi..aya2 wae
Saya tidak punya ajaran, entah ajaran ryuyana mungkin ada ngajarin tentang berak dan tahi boleh dimakan? ;D
dutiyampi, astaga...., apa salahnya saya bertanya begitu, tinggal jawab khan itu bukan ajaran buddha atau ajaran Buddha, itu misalnya hanya tradsi seperti jawaban ini :
Quote from: Kainyn_Kutho on 13 February 2010, 09:31:48 AM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 09:57:37 PM
Kalau upacara memberikan bangkai ke ikan atau ke burung itu masuk aliran apa ya?
Kalau tidak salah itu memang tradisi di Tibet. Tubuh ini terdiri dari 4 unsur, maka cara penguraiannya juga dengan bantuan 4 unsur:
1. tanah: dikubur
2. air: dihanyutkan (dan dimakan ikan)
3. api: dibakar
4. angin: dibiarkan di ruangan terbuka
Untuk yang ke empat itu, biasa mayat dicincang, diberi campuran madu, mentega, dan bahan lain, agar burung bangkai memakannya dan mempercepat proses.
soal pertanyaan ajaran buddha yang mana sudah jelas kan ini sedang membahas Tibet, masa mau membahas Theravada?
Tatiyampi Astaga juga cek....Anda bertanya hak Anda dan saya juga boleh dong menjawab apa yg saya pikir perlu perbandingan..
masa jawaban harus mengikuti penanyaDan itu hak saya untuk menjawab . Kalau Anda jeli jawaban saya dengan perbandingan telah menyiratkan itu tradisi dan ajaran adalah berbeda. Tapi tidak tahu kalau Acek ganteng menafsirkannya lain, coba deh liat persepsi ente :)).
Lucu juga masa jawaban harus disamakan. Beda ya beda, sama ya sama. Luar beda bisa isi sama, luar beda dan isi beda juga bisa. Gitu lho mas cek ganteng.
QuoteQuote
Dan saya pernah menonton film Kundun, justru Chinalah yg menginvasi Tibet. Apa mungkin sebuah negara menjadi China tanpa perlawanan? Yang mungkin China invasi dan muncul perlawanan ini yg saya tau. Dari segi kekuatan militer mustahil tiba2 china masuk dan diterima militernya lalu di kudeta.Cheesy Ini logika politik. Kalau tidak ada masalah mengapa china ke sana, alasan membasmi perbudakan atau mencaplok negara Cheesy
China masuk ke tibet dengan kekuatan militer yg besar, tentara tibet hanya menahan serangan, kalau kudeta artinya melancarkan serangan terlebih dahulu. Apa mungkin tibet tentaranya yg secuil mau kudeta..ada2 saja bukan..senjatanya saja cuma bedil laugh
Daerah China adalah berdasarkan dahulu penyatuan China di bawah dinasti Qing, dan Tibet, atau sebagian dari Tibet, termasuk daerah kekuasaan China tersebut. Tahun 1913, Dalai Lama ke 13 melakukan pemberontakan dan mengusir pemerintahan Qing. Ini yang sungguh sangat jarang disebutkan media barat. Kemudian tahun 1950 China merebut kembali (dalam bahasa propaganda barat: INVASI) Tibet.
China mau mencaplok negara? Kalau memang demikian, kira-kira kenapa Taiwan tidak kunjung dicaplok juga?
Sekalipun memberontak kita harus melihat sebabnya , mengapa? Dynasty qing itu sangat korup(pernah saya tulis). Wajar memberontak..dibelahan dunia manapun itu terjadi. Pernyataan saya diatas adalah tentang Dalai Lama 14 yg ditulis artikel itu.Mengenai Dalai 13 saya tidak tahu bagaimana pemberontakan yang ditempuh, apakah ada pasukan bhikkhu2 juga atau awam. Karena setau saya jaman Dalai Lama 13 ada raja dan ada Dalai lama.
Kenapa china tidak mencaplok Taiwan, karena Taiwan kalau diserang Amerika yang dihadapi(karena Taiwan ada perjanjian khusus dengan Taiwan). Ini membuat China berpikir dua kali bila menyerang Taiwan. Sementara Tibet hanya sebuah negara kecil tidak ada apa2nya dan tidak ada kesepakatan militer dengan negara lain dijamannya. Dibelahan manapun didunia pasti juga terjadi memerdekakan diri karena suatu alasan diluar itu benar atau tidak. Itulah politik.
Quote
Sebetulnya pembicaraan ini adalah mengenai pribadi dan politik yang (entah sengaja atau tidak sengaja) terhubung dengan agama, yaitu Buddhisme Tibetan. Dengan terhubungnya (atau dihubung-hubungkannya) kedua hal ini, kadang orang jadi susah melihat dengan objektif.
Betul sekali saya setuju. Dinegara manapun biasanya sedikit banyak akan ada hubungan erat dengan agama mayoritas. Dan biasanya ketika berbicara kearah agama tersebut maka kesempatan menyudutkan dan menjelekan agama tersebut muncul yakni dalam topik ini tibetan buddhism yang identik dengan Tantra Buddhism(artinya ajaran sebenarnya tidak demikian). Padahal ajaran asli belum tentu demikian hanya karena oknumnya saja.
Sama halnya terjadi demonstrasi para Bhikkhu2 myanmar yg memasuki ranah politik juga. Kalau mau di politisasi maka banyak pro dan kontra sehingga menjadi tidak objektif.
Quote
Salah satunya politik. Selain taiwan, kalau tibet sampai merdeka maka bisa jadi pintu masuk yang lain untuk amerika...
Ini juga alasan mengapa China mati2an mempertahankan Tibet dengan cara apapun _/\_
Quote from: bond on 13 February 2010, 10:16:56 AM
Quote from: ryu on 13 February 2010, 10:08:28 AM
Quote from: bond on 13 February 2010, 09:45:53 AM
Quote from: ryu on 13 February 2010, 06:47:02 AM
Quote from: bond on 12 February 2010, 10:39:32 PM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 10:30:39 PM
Quote from: Riky_dave on 12 February 2010, 10:16:30 PM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 09:57:37 PM
Kalau upacara memberikan bangkai ke ikan atau ke burung itu masuk aliran apa ya?
bukannya aliran Buddhisme?dikatakan ada cara menghargai jasmani ini?tibetan bukan itu?yang nanti bangkai nya dipotong2 dan dikasih ke hewan makan,dan seterusnya..?
apakah pernah diajarkan Buddha? apakah hanya Tantra/tibetan saja yang melakukan upacara ini atau hanya ada setempat?
Gue koq liat di vihara2 theravada ada yg juga upacariinn fang shen ya..di mahayana juga ada, apa ada di ajaran Buddha upacara fangshen? ;D
Sekalian numpang tanya. Apa ada ajaran Buddha ngajarin berak? ;D kalau ngak ada berarti ngak diajarin berarti jangan berak dong, kalao berak berarti tidak sesuai ajaran Buddha :))
Apakah seperti itu memaknai ajaran Sang Buddha? ;D
Astaga.... Kembali lagi membandingkan dengan aliran lain, apakah tidak bisa fokus dengan aliran ini?
Soal Tahi ada kok, Kata Buddha Tahi itu jangan Di makan, gak tau kalau aliran Ko Bond ada gak ajarannya kalau tahi itu boleh di makan?
Lho Acek yang tanya "apakah pernah diajarkan Sang Buddha (dalam hal upacara memberi makan bangkai kepada hewan lain). ?"
Nah saya menjawab dengan sebuah perbandingan, apakah tidak boleh? dan apakah itu tidak fokus cek? Pertanyaannya ajaran Buddha yang mana?
Apakah saya menjawab harus sesuai keinginan penanya..ada-ada saja nih acek ganteng. ck..ck ^-^
Buddha memang mengajarkan Tahi tapi tidak mengajarkan berak? ngak nyambung jadinya..ditanya berak jawabnya tahi..aya2 wae
Saya tidak punya ajaran, entah ajaran ryuyana mungkin ada ngajarin tentang berak dan tahi boleh dimakan? ;D
dutiyampi, astaga...., apa salahnya saya bertanya begitu, tinggal jawab khan itu bukan ajaran buddha atau ajaran Buddha, itu misalnya hanya tradsi seperti jawaban ini :
Quote from: Kainyn_Kutho on 13 February 2010, 09:31:48 AM
Quote from: ryu on 12 February 2010, 09:57:37 PM
Kalau upacara memberikan bangkai ke ikan atau ke burung itu masuk aliran apa ya?
Kalau tidak salah itu memang tradisi di Tibet. Tubuh ini terdiri dari 4 unsur, maka cara penguraiannya juga dengan bantuan 4 unsur:
1. tanah: dikubur
2. air: dihanyutkan (dan dimakan ikan)
3. api: dibakar
4. angin: dibiarkan di ruangan terbuka
Untuk yang ke empat itu, biasa mayat dicincang, diberi campuran madu, mentega, dan bahan lain, agar burung bangkai memakannya dan mempercepat proses.
soal pertanyaan ajaran buddha yang mana sudah jelas kan ini sedang membahas Tibet, masa mau membahas Theravada?
Tatiyampi Astaga juga cek....Anda bertanya hak Anda dan saya juga boleh dong menjawab apa yg saya pikir perlu perbandingan..masa jawaban harus mengikuti penanyaDan itu hak saya untuk menjawab . Kalau Anda jeli jawaban saya dengan perbandingan telah menyiratkan itu tradisi dan ajaran adalah berbeda. Tapi tidak tahu kalau Acek ganteng menafsirkannya lain, coba deh liat persepsi ente :)).
Lucu juga masa jawaban harus disamakan. Beda ya beda, sama ya sama. Luar beda bisa isi sama, luar beda dan isi beda juga bisa. Gitu lho mas cek ganteng.
gitu ya? yo wis deh, memang hak ko bond deh mo jawab apa juga.
btw kenapa ada segelintir org yg ingin menjatuhkan dalai lama? apa yg dalai lama lakukan pada kalian shg begitu terkesan ingin menjatuhkan ;D? ataokah ini hanya perasaanku saja :x ? terus kenapa jg sebagian org selalu mengaitkan upacara upacara tertentu dgn Buddhism? apakah ingin menjatuhkan Buddhism jg ? atao hanya perasaanku jg ;D ;D ;D ?
maaf jika ada kata kata yg tdk berkenan
well kenapa china tidak bisa mencaplok Taiwan?
itu karena taiwan dan china terpisah oleh lautan, dan waktu itu nasionalis lebih kuat di bandingkan komunis dalam hal armada laut, serta senjata nasionalis saat di taiwan mendapat supllai dari amerika...
perang dgn taiwan terjadi koq..kebanyakan perang laut
iya bond jamannya dalai lama 13 ada raja, tp raja di sana bagaikan gubenur jaman skrg
pemerintahan pusatnya di pegang dalai lama
masalah china menyerang tibet, salah satunya gak ingin yg lain memberontak seperti tibet (memerdekakan diri secara sepihak)
makanya dalam kampaye militer china ke tibet saat itu, yakni membebaskan tibet (bagus yah kata2nya).. dari cengkraman pemberontak agar kembali ke motherland (keren juga kata2 nya)
yah mirip2 yg terjadi di indonesia, kek aceh, timtim,
menerka gak serang jawa..
tp mereka serang tentara nkri di sana
begitu juga di tibet, mereka ga invasi ke china daratan, tp mereka menyerang yg loyal terhadap kekasisaran disana
lagian klo ga salah tibet saat itu otonom, bagaikan negara dalam negara, tp tetap di bawah kaisar
pada saat qing korupsi besar2an di pusat, keknya tibet ga kena imbas langsungnya, soalnya mereka lagi perang lawan inggris, trus tahun 1904 dalai lama 13 lari ke india, akibat invasi inggris
dan akhirnya yg terjadi perang antara china (qing) dan inggris.. mengenai tibet.. sampai tahun 1906 ada perjanjian antara china dan inggris.. masalh tibet, salah 1 pointnya tentara asing tidak boleh di tibet, makanya inggris keluar dari tibet
terus 1908 dalai lama balik ke tibet, dan mulai membentuk pemerintahan baru dan qing ga suka.. makanya terjadi perang lagi
dalai lama lari lagi
nah dalai lama, balik lagi ke tibet setelah qing jatuh (di pusat), tp masih ada sisa2 tentaranya di tibet
ddi situ terjadi perang ...lagi
kli ini dalai lama menang
terus... pemerintah nasionalis..ato komunis sempat menawarkan dalai lama, untuk kembali ke jabatan sebelumnya..yakni memerintah tibet, tp di bawah china, tp di tolak
:outoftopic: topiknya adalah ribuan tahun perbudakan di tibet benar atau tidak?
Inikah bentuk compassion Buddhist? menggunakan tulang manusia untuk melakukan upacara ritual?
:backtotopic:
Inikah bentuk pencerahan Buddhist? Haruskah dengan melakukan upacara ritual dan visualisasi dewa-dewa yang penuh angkara murka?
Inikah ajaran Buddha tertinggi?
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 11:16:50 AM
Inikah bentuk pencerahan Buddhist? Haruskah dengan melakukan upacara ritual dan visualisasi dewa-dewa yang penuh angkara murka?
Inikah ajaran Buddha tertinggi?
menurut mu?
btw, baca dari awal dunk:P pembahasannya dah jauh... masa harus balik ke awal lagi
Quote from: bond on 13 February 2010, 10:21:15 AM
Sekalipun memberontak kita harus melihat sebabnya , mengapa? Dynasty qing itu sangat korup(pernah saya tulis). Wajar memberontak..dibelahan dunia manapun itu terjadi. Pernyataan saya diatas adalah tentang Dalai Lama 14 yg ditulis artikel itu.Mengenai Dalai 13 saya tidak tahu bagaimana pemberontakan yang ditempuh, apakah ada pasukan bhikkhu2 juga atau awam. Karena setau saya jaman Dalai Lama 13 ada raja dan ada Dalai lama.
Soal pantas atau tidak adalah relatif. Kita lihat walaupun Dalai Lama membelot, Panchen Lama saat itu malah mendukung China dan menganjurkan Tibet pro-China, bukan pro-kemerdekaan. Dan sungguh menarik jika memang membiarkan publik yang menilai, mengapa media barat kesannya menutup-nutupi bahwa itu adalah pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah (walaupun korup), namun menggunakan kata "China INVASI ke Tibet".
QuoteKenapa china tidak mencaplok Taiwan, karena Taiwan kalau diserang Amerika yang dihadapi(karena Taiwan ada perjanjian khusus dengan Taiwan). Ini membuat China berpikir dua kali bila menyerang Taiwan. Sementara Tibet hanya sebuah negara kecil tidak ada apa2nya dan tidak ada kesepakatan militer dengan negara lain dijamannya. Dibelahan manapun didunia pasti juga terjadi memerdekakan diri karena suatu alasan diluar itu benar atau tidak. Itulah politik.
:) Bro bond masih berpikir China demikian takut dengan Amerika? Dengan Amerika Latin, Rusia, bahkan Afrika yang sudah condong ke China? Dengan perekonomian Amerika yang sudah hampir hancur total dan perekonomian China yang makin dominan? Kalau saya sih tidak berpikir demikian.
Hanya info saja. China membiarkan Taiwan apa adanya selama Taiwan tidak memerdekakan diri. Ini bukan masalah teritorial, tetapi memang masalah prinsip "Tidak ada dua China".
Dan dilihat dari kedudukan strategisnya, tidak akan terjadi kemenangan bagi Amerika yang begitu jauh jika mempertahankan Taiwan dari China. Info lainnya, Taiwan sendiri sekarang mayoritas mendukung RRC, bahkan Kuomintang (yang dulu pertama kali memisahkan diri sebagai Taiwan) sudah "berdamai" dengan PKC. Mereka melihat bahwa Amerika hanya memanfaatkan Taiwan, terutama agar membeli persenjataan yang sebetulnya tidak diperlukan.
Politik tidaklah pernah sederhana.
Quote
Betul sekali saya setuju. Dinegara manapun biasanya sedikit banyak akan ada hubungan erat dengan agama mayoritas. Dan biasanya ketika berbicara kearah agama tersebut maka kesempatan menyudutkan dan menjelekan agama tersebut muncul yakni dalam topik ini tibetan buddhism yang identik dengan Tantra Buddhism(artinya ajaran sebenarnya tidak demikian). Padahal ajaran asli belum tentu demikian hanya karena oknumnya saja.
Sama halnya terjadi demonstrasi para Bhikkhu2 myanmar yg memasuki ranah politik juga. Kalau mau di politisasi maka banyak pro dan kontra sehingga menjadi tidak objektif.
Betul, ini adalah politik. Namun karena subjektifitas mayoritas terhadap agama, maka isu agama selalu dimanfaatkan. Edward Gibbon mengatakan: Religion is regarded by the common people as true, by the wise as false, and
by the rulers as useful. (Agama dianggap benar oleh orang awam, salah oleh orang bijak, dan
bermanfaat oleh para penguasa.)
Bagi saya, seandainya saja Dalai Lama terbukti korup dan lain-lain, itu belum tentu mewakili Buddhisme Tantrayana itu sendiri. Dalai Lama adalah pribadi, Buddhisme adalah ajaran. Itu dua hal yang sama sekali berbeda.
QuoteIni juga alasan mengapa China mati2an mempertahankan Tibet dengan cara apapun
Betul. Dinasti Qing menentukan batas teritorinya berdasarkan titik strategis, maka (sebagian) Tibet termasuk karena itu adalah perbatasan dengan negara lain yang berupa pegunungan. Jika Tibet bukan bagian dari China, maka susah untuk mempertahankan daerah tersebut.
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 11:11:34 AM
Inikah bentuk compassion Buddhist? menggunakan tulang manusia untuk melakukan upacara ritual?
:backtotopic:
Tulang manusia, jika tidak diambil melalui pembunuhan, maka tidak bertentangan dengan Buddhisme, aliran mana pun.
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 11:16:50 AM
Inikah bentuk pencerahan Buddhist? Haruskah dengan melakukan upacara ritual dan visualisasi dewa-dewa yang penuh angkara murka?
Inikah ajaran Buddha tertinggi?
Ritual ini sepertinya bukan selalu "harus" tapi bersifat optional, dan untuk mendapatkan "pengetahuan" bukan pencerahan tertinggi.
Dewa-dewa penuh angkara itu kalau tidak salah adalah para Yakkha yang dulu ingin menghancurkan Buddhisme di sana. Namun karena mereka telah sadar, mereka bersumpah untuk melindungi dharma. Angkara murka hanyalah salah satu aspek kehidupan, sama saja mungkin seperti di Theravada ada Vajirapani yang akan mementung orang dengan gada petir jika tetap diam sewaktu ditanya 3x oleh Buddha. Sepertinya tidak bisa dibilang "bukan Buddhisme" hanya karena ada "angkara murka" dalam aspek ajarannya.
Quote
Bro bond masih berpikir China demikian takut dengan Amerika? Dengan Amerika Latin, Rusia, bahkan Afrika yang sudah condong ke China? Dengan perekonomian Amerika yang sudah hampir hancur total dan perekonomian China yang makin dominan? Kalau saya sih tidak berpikir demikian.
Arti takut disini artinya jika benar2 China menyerang Taiwan, maka perang frontal dengan Amerika tidak dihindari bahkan semua sekutu Amrika akan turun tangan yg tergabung dalam NATO. Dan bisa perang nuklir. Karena dua2nya memiliki senjata itu.
Itulah yg ditakutkan China bila melakukan agresi militernya diluar menang dan kalah Sehingga sebisa mungkin kekerasan dihindari dengan agresi militer. Karena keduanya pasti rugi diluar siapa yg menang dan kalah. Jadi takut disini bukan berarti tidak berani perang tapi efek dari perang itu, karena kekuatan Nuklir tadi. Taiwan juga takut sebenarnya lawan China walau ada Amrika dibelakangnya. Maka perlakuan Tibet dan Taiwan berbeda. Ini strategy juga.
Quote
Hanya info saja. China membiarkan Taiwan apa adanya selama Taiwan tidak memerdekakan diri. Ini bukan masalah teritorial, tetapi memang masalah prinsip "Tidak ada dua China".
Dan dilihat dari kedudukan strategisnya, tidak akan terjadi kemenangan bagi Amerika yang begitu jauh jika mempertahankan Taiwan dari China. Info lainnya, Taiwan sendiri sekarang mayoritas mendukung RRC, bahkan Kuomintang (yang dulu pertama kali memisahkan diri sebagai Taiwan) sudah "berdamai" dengan PKC. Mereka melihat bahwa Amerika hanya memanfaatkan Taiwan, terutama agar membeli persenjataan yang sebetulnya tidak diperlukan.Politik tidaklah pernah sederhana.
Makanya keduanya saling menahan diri bukan? Diluar Amerika atau China yg menang, jika mereka berhadapan, perang besar akan tidak bisa dielakan.Dan kemungkinan Amerika menang juga ada. Katakan Amerika kalah mungkin China juga babak belur itu kalau perang beneran yah Kalo masalah Taiwan sekarang sudah mendekat ke PKC. Itulah perjalanan politik yg selalu berubah.
Quote
Betul, ini adalah politik. Namun karena subjektifitas mayoritas terhadap agama, maka isu agama selalu dimanfaatkan. Edward Gibbon mengatakan: Religion is regarded by the common people as true, by the wise as false, and by the rulers as useful. (Agama dianggap benar oleh orang awam, salah oleh orang bijak, dan bermanfaat oleh para penguasa.)
Bagi saya, seandainya saja Dalai Lama terbukti korup dan lain-lain, itu belum tentu mewakili Buddhisme Tantrayana itu sendiri. Dalai Lama adalah pribadi, Buddhisme adalah ajaran. Itu dua hal yang sama sekali berbeda.
Ya setuju. Smoga perbedaan itu bisa dibedakan dengan jelas ;D
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 11:08:45 AM
:outoftopic: topiknya adalah ribuan tahun perbudakan di tibet benar atau tidak?
Yg ditulis the Ronald ngak OOT bos ^-^ Mengalihkan isu aja nih ^-^
Quote from: The Ronald on 13 February 2010, 11:21:20 AM
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 11:16:50 AM
Inikah bentuk pencerahan Buddhist? Haruskah dengan melakukan upacara ritual dan visualisasi dewa-dewa yang penuh angkara murka?
Inikah ajaran Buddha tertinggi?
menurut mu?
btw, baca dari awal dunk:P pembahasannya dah jauh... masa harus balik ke awal lagi
Jawab dulu dong bagaimana menurutmu? Pembahasan apa? Yang ini?
QuoteBenar atau tidak di tantra ada ritual meminum minuman keras atau darah dari tengkorak manusia?
Jikalau hal itu terjadi, maka aliran tantra tersebut bukan lah aliran tantra yg selama ini diajarkan dan tdk termasuk dalam Buddhism, bisa saja org mengunakan nama tantra untuk melakukan kejahatan, Dhamma tdk bisa mengontrol manusia, hanya manusia yg bisa mengontrol diri mereka sendiri, Dhamma tdk bisa membuat seorg menjadi bijaksana, hanya manusia yg bisa memahami Dhamma dan mempraktekkan Dhamma menjadi Bijaksana.
maaf saya tak tertarik melayani jawaban tak bermutu berupa tafsiran pribadi, bila memang aliran tantra tidak melakukan hal itu buktikan!!!
Saya sudah mengutip ucapan Prof Miranda Shaw. reply no 42, buktikan bahwa tak ada ritual meminum minuman dari tengkorak manusia !!!
Quote from: bond on 13 February 2010, 11:46:43 AM
Quote
Bro bond masih berpikir China demikian takut dengan Amerika? Dengan Amerika Latin, Rusia, bahkan Afrika yang sudah condong ke China? Dengan perekonomian Amerika yang sudah hampir hancur total dan perekonomian China yang makin dominan? Kalau saya sih tidak berpikir demikian.
Arti takut disini artinya jika benar2 China menyerang Taiwan, maka perang frontal dengan Amerika tidak dihindari bahkan semua sekutu Amrika akan turun tangan yg tergabung dalam NATO. Dan bisa perang nuklir. Karena dua2nya memiliki senjata itu. Itulah yg ditakutkan China bila melakukan agresi militernya diluar menang dan kalah Sehingga sebisa mungkin kekerasan dihindari dengan agresi militer. Karena keduanya pasti rugi diluar siapa yg menang dan kalah. Jadi takut disini bukan berarti tidak berani perang tapi efek dari perang itu, karena kekuatan Nuklir tadi. Taiwan juga takut sebenarnya lawan China walau ada Amrika dibelakangnya. Maka perlakuan Tibet dan Taiwan berbeda. Ini strategy juga.
Quote
Hanya info saja. China membiarkan Taiwan apa adanya selama Taiwan tidak memerdekakan diri. Ini bukan masalah teritorial, tetapi memang masalah prinsip "Tidak ada dua China".
Dan dilihat dari kedudukan strategisnya, tidak akan terjadi kemenangan bagi Amerika yang begitu jauh jika mempertahankan Taiwan dari China. Info lainnya, Taiwan sendiri sekarang mayoritas mendukung RRC, bahkan Kuomintang (yang dulu pertama kali memisahkan diri sebagai Taiwan) sudah "berdamai" dengan PKC. Mereka melihat bahwa Amerika hanya memanfaatkan Taiwan, terutama agar membeli persenjataan yang sebetulnya tidak diperlukan.Politik tidaklah pernah sederhana.
Makanya keduanya saling menahan diri bukan? Diluar Amerika atau China yg menang, jika mereka berhadapan, perang besar akan tidak bisa dielakan.Dan kemungkinan Amerika menang juga ada. Katakan Amerika kalah mungkin China juga babak belur itu kalau perang beneran yah Kalo masalah Taiwan sekarang sudah mendekat ke PKC. Itulah perjalanan politik yg selalu berubah.
China tidak menahan diri. Mereka hanya menyerang jika Taiwan memproklamasikan kemerdekaan. Dan seperti saya bilang, di Taiwan sendiri mayoritas sudah tidak ada yang mendukung kemerdekaan, karena walaupun dianggap "propinsi pemberontak", sebetulnya hubungan rakyat China & Taiwan dari segi sosial, politik, dan ekonomi itu sangat-sangat baik. Maka mereka melihat dorongan memerdekakan diri dari partai "antek Amerika" itu hanya mencari masalah semata.
Dan terlepas dari takut/tidak (karena memang kalau terjadi perang, pasti nuklir tidak terhindarkan bagi pihak yang sudah
desperate), Amerika tidak berhak mencampuri urusan intern, sebab China-Taiwan adalah urusan "dalam negeri".
Setelah Perang Dunia II, Taiwanlah yang mendapatkan hak veto. Tetapi setelah belakangan PBB meminta RRC masuk, China menyatakan hanya ada 1 China, jadi PBB boleh memilih RRC atau Taiwan. Akhirnya PBB memilih RRC, dan hak veto pun jatuh ke tangan RRC karena memang PBB mengakui Taiwan adalah bagian dari China.
Quote from: Kainyn_Kutho on 13 February 2010, 12:08:25 PM
Quote from: bond on 13 February 2010, 11:46:43 AM
Quote
Bro bond masih berpikir China demikian takut dengan Amerika? Dengan Amerika Latin, Rusia, bahkan Afrika yang sudah condong ke China? Dengan perekonomian Amerika yang sudah hampir hancur total dan perekonomian China yang makin dominan? Kalau saya sih tidak berpikir demikian.
Arti takut disini artinya jika benar2 China menyerang Taiwan, maka perang frontal dengan Amerika tidak dihindari bahkan semua sekutu Amrika akan turun tangan yg tergabung dalam NATO. Dan bisa perang nuklir. Karena dua2nya memiliki senjata itu. Itulah yg ditakutkan China bila melakukan agresi militernya diluar menang dan kalah Sehingga sebisa mungkin kekerasan dihindari dengan agresi militer. Karena keduanya pasti rugi diluar siapa yg menang dan kalah. Jadi takut disini bukan berarti tidak berani perang tapi efek dari perang itu, karena kekuatan Nuklir tadi. Taiwan juga takut sebenarnya lawan China walau ada Amrika dibelakangnya. Maka perlakuan Tibet dan Taiwan berbeda. Ini strategy juga.
Quote
Hanya info saja. China membiarkan Taiwan apa adanya selama Taiwan tidak memerdekakan diri. Ini bukan masalah teritorial, tetapi memang masalah prinsip "Tidak ada dua China".
Dan dilihat dari kedudukan strategisnya, tidak akan terjadi kemenangan bagi Amerika yang begitu jauh jika mempertahankan Taiwan dari China. Info lainnya, Taiwan sendiri sekarang mayoritas mendukung RRC, bahkan Kuomintang (yang dulu pertama kali memisahkan diri sebagai Taiwan) sudah "berdamai" dengan PKC. Mereka melihat bahwa Amerika hanya memanfaatkan Taiwan, terutama agar membeli persenjataan yang sebetulnya tidak diperlukan.Politik tidaklah pernah sederhana.
Makanya keduanya saling menahan diri bukan? Diluar Amerika atau China yg menang, jika mereka berhadapan, perang besar akan tidak bisa dielakan.Dan kemungkinan Amerika menang juga ada. Katakan Amerika kalah mungkin China juga babak belur itu kalau perang beneran yah Kalo masalah Taiwan sekarang sudah mendekat ke PKC. Itulah perjalanan politik yg selalu berubah.
China tidak menahan diri. Mereka hanya menyerang jika Taiwan memproklamasikan kemerdekaan. Dan seperti saya bilang, di Taiwan sendiri mayoritas sudah tidak ada yang mendukung kemerdekaan, karena walaupun dianggap "propinsi pemberontak", sebetulnya hubungan rakyat China & Taiwan dari segi sosial, politik, dan ekonomi itu sangat-sangat baik. Maka mereka melihat dorongan memerdekakan diri dari partai "antek Amerika" itu hanya mencari masalah semata.
Dan terlepas dari takut/tidak (karena memang kalau terjadi perang, pasti nuklir tidak terhindarkan bagi pihak yang sudah desperate), Amerika tidak berhak mencampuri urusan intern, sebab China-Taiwan adalah urusan "dalam negeri".
Setelah Perang Dunia II, Taiwanlah yang mendapatkan hak veto. Tetapi setelah belakangan PBB meminta RRC masuk, China menyatakan hanya ada 1 China, jadi PBB boleh memilih RRC atau Taiwan. Akhirnya PBB memilih RRC, dan hak veto pun jatuh ke tangan RRC karena memang PBB mengakui Taiwan adalah bagian dari China.
Ok terlepas dari mana yg benar. Anda ada benarnya juga jika dilihat dari perspektif lain :)
Quote from: bond on 13 February 2010, 12:11:13 PM
Ok terlepas dari mana yg benar. Anda ada benarnya juga jika dilihat dari perspektif lain :)
:) Memang bukan masalah yang mana yang benar. Siapa yang "baik/jahat" sebetulnya tidak ada hubungannya dengan kita juga. Jadi tidak ada manfaatnya kita "menjagokan" atau "memusuhi" satu pihak. Kita di sini mempertemukan berbagai pendapat untuk menambah wawasan dan menilai secara objektif.
OK, BTT ke masalah Tibet.
QuoteQuote from: truth lover on 13 February 2010, 11:11:34 AM
Inikah bentuk compassion Buddhist? menggunakan tulang manusia untuk melakukan upacara ritual?
:backtotopic:
Tulang manusia, jika tidak diambil melalui pembunuhan, maka tidak bertentangan dengan Buddhisme, aliran mana pun.
Benar mas kai, tetapi masalahnya hal itu disengaja, coba baca artikel TS dan coba baca reply #7. dimana ada kebutuhan tentu ada suplai, bila sudah memiliki nanti mulai membandingkan hayo mana cangkirmu? adu kuat daya magisnya dengan cangkir milikkku
QuoteQuote from: truth lover on 13 February 2010, 11:16:50 AM
b]Inikah bentuk pencerahan Buddhist? Haruskah dengan melakukan upacara ritual dan visualisasi dewa-dewa yang penuh angkara murka?
Inikah ajaran Buddha tertinggi?[/b]
Ritual ini sepertinya bukan selalu "harus" tapi bersifat optional, dan untuk mendapatkan "pengetahuan" bukan pencerahan tertinggi.
Dewa-dewa penuh angkara itu kalau tidak salah adalah para Yakkha yang dulu ingin menghancurkan Buddhisme di sana. Namun karena mereka telah sadar, mereka bersumpah untuk melindungi dharma. Angkara murka hanyalah salah satu aspek kehidupan, sama saja mungkin seperti di Theravada ada Vajirapani yang akan mementung orang dengan gada petir jika tetap diam sewaktu ditanya 3x oleh Buddha. Sepertinya tidak bisa dibilang "bukan Buddhisme" hanya karena ada "angkara murka" dalam aspek ajarannya.
dalam tantra ada ajaran yang menjadikan dewa angkara/heruka (wrathful deity) sebagai objek visualisasi, ini saya berikan linknya:
http://en.wikipedia.org/wiki/Wrathful_deities (http://en.wikipedia.org/wiki/Wrathful_deities)
In Buddhism, wrathful deities are enlightened beings that take on wrathful forms in order to lead sentient beings to enlightenment. They are a notable feature of the iconography of Mahayana Buddhism and of Tibetan Buddhism, and other Vajrayana traditions in particular. A wrathful deity is often an alternative manifestation of a bodhisattva or other normally peaceful figure. True to their name, in Tibetan art, wrathful deities are presented as fearsome, demonic beings adorned with human skulls.
berikut adalah salah satu contohnya:
http://en.wikipedia.org/wiki/Heruka (http://en.wikipedia.org/wiki/Heruka)
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 12:02:35 PM
Quote from: The Ronald on 13 February 2010, 11:21:20 AM
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 11:16:50 AM
Inikah bentuk pencerahan Buddhist? Haruskah dengan melakukan upacara ritual dan visualisasi dewa-dewa yang penuh angkara murka?
Inikah ajaran Buddha tertinggi?
menurut mu?
btw, baca dari awal dunk:P pembahasannya dah jauh... masa harus balik ke awal lagi
Jawab dulu dong bagaimana menurutmu? Pembahasan apa? Yang ini?
QuoteBenar atau tidak di tantra ada ritual meminum minuman keras atau darah dari tengkorak manusia?
Jikalau hal itu terjadi, maka aliran tantra tersebut bukan lah aliran tantra yg selama ini diajarkan dan tdk termasuk dalam Buddhism, bisa saja org mengunakan nama tantra untuk melakukan kejahatan, Dhamma tdk bisa mengontrol manusia, hanya manusia yg bisa mengontrol diri mereka sendiri, Dhamma tdk bisa membuat seorg menjadi bijaksana, hanya manusia yg bisa memahami Dhamma dan mempraktekkan Dhamma menjadi Bijaksana.
maaf saya tak tertarik melayani jawaban tak bermutu berupa tafsiran pribadi, bila memang aliran tantra tidak melakukan hal itu buktikan!!!
Saya sudah mengutip ucapan Prof Miranda Shaw. reply no 42, buktikan bahwa tak ada ritual meminum minuman dari tengkorak manusia !!!
sebenernya gampang mo jawab semua pertanyaan, pokoknya semua yang bagus pasti ajaran Buddha, kalo yang jelek2 pasti bukan ajaran Buddha, gitu loh mas.
Kalo ada ajaran yang "kelihatan jelek" tapi dilakukan Buddha itu upaya kausalya, pokoknya gampang dah jawabnya.
Quote from: ryu on 13 February 2010, 01:00:49 PM
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 12:02:35 PM
Quote from: The Ronald on 13 February 2010, 11:21:20 AM
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 11:16:50 AM
Inikah bentuk pencerahan Buddhist? Haruskah dengan melakukan upacara ritual dan visualisasi dewa-dewa yang penuh angkara murka?
Inikah ajaran Buddha tertinggi?
menurut mu?
btw, baca dari awal dunk:P pembahasannya dah jauh... masa harus balik ke awal lagi
Jawab dulu dong bagaimana menurutmu? Pembahasan apa? Yang ini?
QuoteBenar atau tidak di tantra ada ritual meminum minuman keras atau darah dari tengkorak manusia?
Jikalau hal itu terjadi, maka aliran tantra tersebut bukan lah aliran tantra yg selama ini diajarkan dan tdk termasuk dalam Buddhism, bisa saja org mengunakan nama tantra untuk melakukan kejahatan, Dhamma tdk bisa mengontrol manusia, hanya manusia yg bisa mengontrol diri mereka sendiri, Dhamma tdk bisa membuat seorg menjadi bijaksana, hanya manusia yg bisa memahami Dhamma dan mempraktekkan Dhamma menjadi Bijaksana.
maaf saya tak tertarik melayani jawaban tak bermutu berupa tafsiran pribadi, bila memang aliran tantra tidak melakukan hal itu buktikan!!!
Saya sudah mengutip ucapan Prof Miranda Shaw. reply no 42, buktikan bahwa tak ada ritual meminum minuman dari tengkorak manusia !!!
sebenernya gampang mo jawab semua pertanyaan, pokoknya semua yang bagus pasti ajaran Buddha, kalo yang jelek2 pasti bukan ajaran Buddha, gitu loh mas.
Kalo ada ajaran yang "kelihatan jelek" tapi dilakukan Buddha itu upaya kausalya, pokoknya gampang dah jawabnya.
"upaya kausalya" = ?
kagum nih ama mas Ryu, GRP satu
Quote from: ryu on 13 February 2010, 01:00:49 PM
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 12:02:35 PM
Quote from: The Ronald on 13 February 2010, 11:21:20 AM
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 11:16:50 AM
Inikah bentuk pencerahan Buddhist? Haruskah dengan melakukan upacara ritual dan visualisasi dewa-dewa yang penuh angkara murka?
Inikah ajaran Buddha tertinggi?
menurut mu?
btw, baca dari awal dunk:P pembahasannya dah jauh... masa harus balik ke awal lagi
Jawab dulu dong bagaimana menurutmu? Pembahasan apa? Yang ini?
QuoteBenar atau tidak di tantra ada ritual meminum minuman keras atau darah dari tengkorak manusia?
Jikalau hal itu terjadi, maka aliran tantra tersebut bukan lah aliran tantra yg selama ini diajarkan dan tdk termasuk dalam Buddhism, bisa saja org mengunakan nama tantra untuk melakukan kejahatan, Dhamma tdk bisa mengontrol manusia, hanya manusia yg bisa mengontrol diri mereka sendiri, Dhamma tdk bisa membuat seorg menjadi bijaksana, hanya manusia yg bisa memahami Dhamma dan mempraktekkan Dhamma menjadi Bijaksana.
maaf saya tak tertarik melayani jawaban tak bermutu berupa tafsiran pribadi, bila memang aliran tantra tidak melakukan hal itu buktikan!!!
Saya sudah mengutip ucapan Prof Miranda Shaw. reply no 42, buktikan bahwa tak ada ritual meminum minuman dari tengkorak manusia !!!
sebenernya gampang mo jawab semua pertanyaan, pokoknya semua yang bagus pasti ajaran Buddha, kalo yang jelek2 pasti bukan ajaran Buddha, gitu loh mas.
Kalo ada ajaran yang "kelihatan jelek" tapi dilakukan Buddha itu upaya kausalya, pokoknya gampang dah jawabnya.
wakakaka... (numpang tawa..yg ngakak)
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 12:54:17 PM
Benar mas kai, tetapi masalahnya hal itu disengaja, coba baca artikel TS dan coba baca reply #7. dimana ada kebutuhan tentu ada suplai, bila sudah memiliki nanti mulai membandingkan hayo mana cangkirmu? adu kuat daya magisnya dengan cangkir milikkku
Kalau untuk mensuplainya, saya pikir itu lain lagi. Nanti ini akan kusut seperti masalah vegetarian di mana ada yang makan, ada yang suplai, padahal yang makan belum tentu menyebabkan pembunuhan.
Dalam Reply # 7 itu yang diberitahukan adalah potensi-potensi dari macam2 tengkorak, tapi tidak dibilang bahwa ada yang sengaja dibunuh untuk diambil menjadi alat ritual, misalnya anak di luar nikah sengaja dibunuh untuk diambil tengkoraknya karena berpotensi.
Tapi saya tertarik dan penasaran tentang cara mendapatkan darah. Kalau tengkorak dari makhluk mati itu cenderung "gampang", kalau darah biasanya dari yang hidup atau yang baru saja mati.
QuoteQuoteQuote from: truth lover on 13 February 2010, 11:16:50 AM
b]Inikah bentuk pencerahan Buddhist? Haruskah dengan melakukan upacara ritual dan visualisasi dewa-dewa yang penuh angkara murka?
Inikah ajaran Buddha tertinggi?[/b]
Ritual ini sepertinya bukan selalu "harus" tapi bersifat optional, dan untuk mendapatkan "pengetahuan" bukan pencerahan tertinggi.
Dewa-dewa penuh angkara itu kalau tidak salah adalah para Yakkha yang dulu ingin menghancurkan Buddhisme di sana. Namun karena mereka telah sadar, mereka bersumpah untuk melindungi dharma. Angkara murka hanyalah salah satu aspek kehidupan, sama saja mungkin seperti di Theravada ada Vajirapani yang akan mementung orang dengan gada petir jika tetap diam sewaktu ditanya 3x oleh Buddha. Sepertinya tidak bisa dibilang "bukan Buddhisme" hanya karena ada "angkara murka" dalam aspek ajarannya.
dalam tantra ada ajaran yang menjadikan dewa angkara/heruka (wrathful deity) sebagai objek visualisasi, ini saya berikan linknya:
http://en.wikipedia.org/wiki/Wrathful_deities (http://en.wikipedia.org/wiki/Wrathful_deities)
In Buddhism, wrathful deities are enlightened beings that take on wrathful forms in order to lead sentient beings to enlightenment. They are a notable feature of the iconography of Mahayana Buddhism and of Tibetan Buddhism, and other Vajrayana traditions in particular. A wrathful deity is often an alternative manifestation of a bodhisattva or other normally peaceful figure. True to their name, in Tibetan art, wrathful deities are presented as fearsome, demonic beings adorned with human skulls.
berikut adalah salah satu contohnya:
http://en.wikipedia.org/wiki/Heruka (http://en.wikipedia.org/wiki/Heruka)
Thanks buat link-nya. Tapi tetap saya melihat itu tidak bertentangan dengan Ajaran Buddha. Dikatakan "tampilan"-nya itu menakutkan adalah untuk kebaikan orang lain, tapi bukan untuk menempuh cara-cara "menakutkan" untuk menyebarkan dharma. Entahlah kalau itu diartikan lain. Ada makhluk-makhluk yang punya kecenderungan sombong atau memiliki kekuatan bathin luar biasa, biasanya susah kalau dinasihati. Tetapi dengan wujud menakutkan atau melihat sesuatu yang lebih kuat, baru kesombongannya berkurang dan hatinya mulai lunak. Kalau di tradisi Theravada, misalnya ada Brahma yang memiliki kekuatan bathin dan mengatakan tidak perlu belajar dhamma dari Buddha, maka 2 Brahma lainnya (yang mengajak) memperlihatkan kekuatan bathin yang dua kali lebih hebat sehingga sikap tinggi hati Brahma tersebut menghilang dan mau belajar dhamma. Ini salah satu aspek mengajar yang diambil, tetapi tentu saja harus diimbangi dengan kebijaksanaan. Kalau tidak salah, Ekadasamuka Avalokiteshvara, salah satu wajahnya juga adalah wajah murka.
Quote from: ryu on 13 February 2010, 01:00:49 PM
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 12:02:35 PM
Quote from: The Ronald on 13 February 2010, 11:21:20 AM
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 11:16:50 AM
Inikah bentuk pencerahan Buddhist? Haruskah dengan melakukan upacara ritual dan visualisasi dewa-dewa yang penuh angkara murka?
Inikah ajaran Buddha tertinggi?
menurut mu?
btw, baca dari awal dunk:P pembahasannya dah jauh... masa harus balik ke awal lagi
Jawab dulu dong bagaimana menurutmu? Pembahasan apa? Yang ini?
QuoteBenar atau tidak di tantra ada ritual meminum minuman keras atau darah dari tengkorak manusia?
Jikalau hal itu terjadi, maka aliran tantra tersebut bukan lah aliran tantra yg selama ini diajarkan dan tdk termasuk dalam Buddhism, bisa saja org mengunakan nama tantra untuk melakukan kejahatan, Dhamma tdk bisa mengontrol manusia, hanya manusia yg bisa mengontrol diri mereka sendiri, Dhamma tdk bisa membuat seorg menjadi bijaksana, hanya manusia yg bisa memahami Dhamma dan mempraktekkan Dhamma menjadi Bijaksana.
maaf saya tak tertarik melayani jawaban tak bermutu berupa tafsiran pribadi, bila memang aliran tantra tidak melakukan hal itu buktikan!!!
Saya sudah mengutip ucapan Prof Miranda Shaw. reply no 42, buktikan bahwa tak ada ritual meminum minuman dari tengkorak manusia !!!
sebenernya gampang mo jawab semua pertanyaan, pokoknya semua yang bagus pasti ajaran Buddha, kalo yang jelek2 pasti bukan ajaran Buddha, gitu loh mas.
Kalo ada ajaran yang "kelihatan jelek" tapi dilakukan Buddha itu upaya kausalya, pokoknya gampang dah jawabnya.
teganya Truth Lover bilang pernyataan gw tafsiran nga bermutu. tega :(( :(( :(( ..... btw itu bukan tafsiran, tp itu namanya teliti dulu sebelum angkat bicara, liat dari segala sudut pandang. kalo ente sich nampaknya emank sensi ama tantra makanya selalu ingin menjatuhkan,, trus jg ente percaya buta pada pernyataan yg ente terima dari salah seorg yg menulis kisah tentang Dalai Lama yg nampak sangat jahat........ kalo emank pernyataan si penulis benar dan ente jg benar adanya, tentu dalai lama kagak akan bertahan sampai sekarang ini, tentu dia akan mendapat kecaman dari rakyatnya sendiri, dan jg dari masyarakat international, bukan dr ente dan jg si penulisss.. =))
Maaf jika ada kata kata yg salah
Quote from: Tekkss Katsuo on 13 February 2010, 03:54:06 PM
Quote from: ryu on 13 February 2010, 01:00:49 PM
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 12:02:35 PM
Quote from: The Ronald on 13 February 2010, 11:21:20 AM
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 11:16:50 AM
Inikah bentuk pencerahan Buddhist? Haruskah dengan melakukan upacara ritual dan visualisasi dewa-dewa yang penuh angkara murka?
Inikah ajaran Buddha tertinggi?
menurut mu?
btw, baca dari awal dunk:P pembahasannya dah jauh... masa harus balik ke awal lagi
Jawab dulu dong bagaimana menurutmu? Pembahasan apa? Yang ini?
QuoteBenar atau tidak di tantra ada ritual meminum minuman keras atau darah dari tengkorak manusia?
Jikalau hal itu terjadi, maka aliran tantra tersebut bukan lah aliran tantra yg selama ini diajarkan dan tdk termasuk dalam Buddhism, bisa saja org mengunakan nama tantra untuk melakukan kejahatan, Dhamma tdk bisa mengontrol manusia, hanya manusia yg bisa mengontrol diri mereka sendiri, Dhamma tdk bisa membuat seorg menjadi bijaksana, hanya manusia yg bisa memahami Dhamma dan mempraktekkan Dhamma menjadi Bijaksana.
maaf saya tak tertarik melayani jawaban tak bermutu berupa tafsiran pribadi, bila memang aliran tantra tidak melakukan hal itu buktikan!!!
Saya sudah mengutip ucapan Prof Miranda Shaw. reply no 42, buktikan bahwa tak ada ritual meminum minuman dari tengkorak manusia !!!
sebenernya gampang mo jawab semua pertanyaan, pokoknya semua yang bagus pasti ajaran Buddha, kalo yang jelek2 pasti bukan ajaran Buddha, gitu loh mas.
Kalo ada ajaran yang "kelihatan jelek" tapi dilakukan Buddha itu upaya kausalya, pokoknya gampang dah jawabnya.
teganya Truth Lover bilang pernyataan gw tafsiran nga bermutu. tega :(( :(( :(( ..... btw itu bukan tafsiran, tp itu namanya teliti dulu sebelum angkat bicara, liat dari segala sudut pandang. kalo ente sich nampaknya emank sensi ama tantra makanya selalu ingin menjatuhkan,, trus jg ente percaya buta pada pernyataan yg ente terima dari salah seorg yg menulis kisah tentang Dalai Lama yg nampak sangat jahat........ kalo emank pernyataan si penulis benar dan ente jg benar adanya, tentu dalai lama kagak akan bertahan sampai sekarang ini, tentu dia akan mendapat kecaman dari rakyatnya sendiri, dan jg dari masyarakat international, bukan dr ente dan jg si penulisss.. =))
Maaf jika ada kata kata yg salah
teh ronal sama teks katsuo sama ya? ^-^
QuoteQuote from: truth lover on 13 February 2010, 12:54:17 PM
Benar mas kai, tetapi masalahnya hal itu disengaja, coba baca artikel TS dan coba baca reply #7. dimana ada kebutuhan tentu ada suplai, bila sudah memiliki nanti mulai membandingkan hayo mana cangkirmu? adu kuat daya magisnya dengan cangkir milikkku
Kalau untuk mensuplainya, saya pikir itu lain lagi. Nanti ini akan kusut seperti masalah vegetarian di mana ada yang makan, ada yang suplai, padahal yang makan belum tentu menyebabkan pembunuhan.
Dalam Reply # 7 itu yang diberitahukan adalah potensi-potensi dari macam2 tengkorak, tapi tidak dibilang bahwa ada yang sengaja dibunuh untuk diambil menjadi alat ritual, misalnya anak di luar nikah sengaja dibunuh untuk diambil tengkoraknya karena berpotensi.
Tapi saya tertarik dan penasaran tentang cara mendapatkan darah. Kalau tengkorak dari makhluk mati itu cenderung "gampang", kalau darah biasanya dari yang hidup atau yang baru saja mati.
ya saya setuju mas kai, memang belum tentu cara mendapatkannya buruk, tapi yang jelas tengkorak mereka yang mati tragis lebih kuat daya magisnya.
Ya saya juga tertarik mengetahui bagaimana cara mereka memperoleh darah, entah darah manusia atau darah hewan? tidak disebutkan.
QuoteQuoteQuoteQuote from: truth lover on 13 February 2010, 11:16:50 AM
b]Inikah bentuk pencerahan Buddhist? Haruskah dengan melakukan upacara ritual dan visualisasi dewa-dewa yang penuh angkara murka?
Inikah ajaran Buddha tertinggi?[/b]
Ritual ini sepertinya bukan selalu "harus" tapi bersifat optional, dan untuk mendapatkan "pengetahuan" bukan pencerahan tertinggi.
Dewa-dewa penuh angkara itu kalau tidak salah adalah para Yakkha yang dulu ingin menghancurkan Buddhisme di sana. Namun karena mereka telah sadar, mereka bersumpah untuk melindungi dharma. Angkara murka hanyalah salah satu aspek kehidupan, sama saja mungkin seperti di Theravada ada Vajirapani yang akan mementung orang dengan gada petir jika tetap diam sewaktu ditanya 3x oleh Buddha. Sepertinya tidak bisa dibilang "bukan Buddhisme" hanya karena ada "angkara murka" dalam aspek ajarannya.
dalam tantra ada ajaran yang menjadikan dewa angkara/heruka (wrathful deity) sebagai objek visualisasi, ini saya berikan linknya:
http://en.wikipedia.org/wiki/Wrathful_deities (http://en.wikipedia.org/wiki/Wrathful_deities)
In Buddhism, wrathful deities are enlightened beings that take on wrathful forms in order to lead sentient beings to enlightenment. They are a notable feature of the iconography of Mahayana Buddhism and of Tibetan Buddhism, and other Vajrayana traditions in particular. A wrathful deity is often an alternative manifestation of a bodhisattva or other normally peaceful figure. True to their name, in Tibetan art, wrathful deities are presented as fearsome, demonic beings adorned with human skulls.
berikut adalah salah satu contohnya:
http://en.wikipedia.org/wiki/Heruka (http://en.wikipedia.org/wiki/Heruka)
Thanks buat link-nya. Tapi tetap saya melihat itu tidak bertentangan dengan Ajaran Buddha. Dikatakan "tampilan"-nya itu menakutkan adalah untuk kebaikan orang lain, tapi bukan untuk menempuh cara-cara "menakutkan" untuk menyebarkan dharma. Entahlah kalau itu diartikan lain. Ada makhluk-makhluk yang punya kecenderungan sombong atau memiliki kekuatan bathin luar biasa, biasanya susah kalau dinasihati. Tetapi dengan wujud menakutkan atau melihat sesuatu yang lebih kuat, baru kesombongannya berkurang dan hatinya mulai lunak. Kalau di tradisi Theravada, misalnya ada Brahma yang memiliki kekuatan bathin dan mengatakan tidak perlu belajar dhamma dari Buddha, maka 2 Brahma lainnya (yang mengajak) memperlihatkan kekuatan bathin yang dua kali lebih hebat sehingga sikap tinggi hati Brahma tersebut menghilang dan mau belajar dhamma. Ini salah satu aspek mengajar yang diambil, tetapi tentu saja harus diimbangi dengan kebijaksanaan. Kalau tidak salah, Ekadasamuka Avalokiteshvara, salah satu wajahnya juga adalah wajah murka.
ya saya setuju, mungkin memang caranya menaklukkan mahluk lain demikian, tetapi masalahnya ngapain mereka yang diinisiasi dan yang berrlatih tantra melakukan dengan visualisasi dewa-dewa atau Bodhisatva-Bodhisatva atau Buddha-Buddha yang wajahnya adalah wajah iblis penuh angkara murka?
Quote from: truth lover on 13 February 2010, 05:30:30 PM
QuoteQuote from: truth lover on 13 February 2010, 12:54:17 PM
Benar mas kai, tetapi masalahnya hal itu disengaja, coba baca artikel TS dan coba baca reply #7. dimana ada kebutuhan tentu ada suplai, bila sudah memiliki nanti mulai membandingkan hayo mana cangkirmu? adu kuat daya magisnya dengan cangkir milikkku
Kalau untuk mensuplainya, saya pikir itu lain lagi. Nanti ini akan kusut seperti masalah vegetarian di mana ada yang makan, ada yang suplai, padahal yang makan belum tentu menyebabkan pembunuhan.
Dalam Reply # 7 itu yang diberitahukan adalah potensi-potensi dari macam2 tengkorak, tapi tidak dibilang bahwa ada yang sengaja dibunuh untuk diambil menjadi alat ritual, misalnya anak di luar nikah sengaja dibunuh untuk diambil tengkoraknya karena berpotensi.
Tapi saya tertarik dan penasaran tentang cara mendapatkan darah. Kalau tengkorak dari makhluk mati itu cenderung "gampang", kalau darah biasanya dari yang hidup atau yang baru saja mati.
ya saya setuju mas kai, memang belum tentu cara mendapatkannya buruk, tapi yang jelas tengkorak mereka yang mati tragis lebih kuat daya magisnya.
Ya saya juga tertarik mengetahui bagaimana cara mereka memperoleh darah, entah darah manusia atau darah hewan? tidak disebutkan.
kalo udah tau trus mau diapain mas? mau membuktikan apa mas? Tantra itu sesat? udah gitu mas langsung mencapai apa mas? keknya percuma deh. gak ada manfaatnya. yang ada malah orang2 jadi membenci mas, malah jadinya menanam karma buruk =))
QuoteQuoteQuoteQuote from: truth lover on 13 February 2010, 11:16:50 AM
b]Inikah bentuk pencerahan Buddhist? Haruskah dengan melakukan upacara ritual dan visualisasi dewa-dewa yang penuh angkara murka?
Inikah ajaran Buddha tertinggi?[/b]
Ritual ini sepertinya bukan selalu "harus" tapi bersifat optional, dan untuk mendapatkan "pengetahuan" bukan pencerahan tertinggi.
Dewa-dewa penuh angkara itu kalau tidak salah adalah para Yakkha yang dulu ingin menghancurkan Buddhisme di sana. Namun karena mereka telah sadar, mereka bersumpah untuk melindungi dharma. Angkara murka hanyalah salah satu aspek kehidupan, sama saja mungkin seperti di Theravada ada Vajirapani yang akan mementung orang dengan gada petir jika tetap diam sewaktu ditanya 3x oleh Buddha. Sepertinya tidak bisa dibilang "bukan Buddhisme" hanya karena ada "angkara murka" dalam aspek ajarannya.
dalam tantra ada ajaran yang menjadikan dewa angkara/heruka (wrathful deity) sebagai objek visualisasi, ini saya berikan linknya:
http://en.wikipedia.org/wiki/Wrathful_deities (http://en.wikipedia.org/wiki/Wrathful_deities)
In Buddhism, wrathful deities are enlightened beings that take on wrathful forms in order to lead sentient beings to enlightenment. They are a notable feature of the iconography of Mahayana Buddhism and of Tibetan Buddhism, and other Vajrayana traditions in particular. A wrathful deity is often an alternative manifestation of a bodhisattva or other normally peaceful figure. True to their name, in Tibetan art, wrathful deities are presented as fearsome, demonic beings adorned with human skulls.
berikut adalah salah satu contohnya:
http://en.wikipedia.org/wiki/Heruka (http://en.wikipedia.org/wiki/Heruka)
Thanks buat link-nya. Tapi tetap saya melihat itu tidak bertentangan dengan Ajaran Buddha. Dikatakan "tampilan"-nya itu menakutkan adalah untuk kebaikan orang lain, tapi bukan untuk menempuh cara-cara "menakutkan" untuk menyebarkan dharma. Entahlah kalau itu diartikan lain. Ada makhluk-makhluk yang punya kecenderungan sombong atau memiliki kekuatan bathin luar biasa, biasanya susah kalau dinasihati. Tetapi dengan wujud menakutkan atau melihat sesuatu yang lebih kuat, baru kesombongannya berkurang dan hatinya mulai lunak. Kalau di tradisi Theravada, misalnya ada Brahma yang memiliki kekuatan bathin dan mengatakan tidak perlu belajar dhamma dari Buddha, maka 2 Brahma lainnya (yang mengajak) memperlihatkan kekuatan bathin yang dua kali lebih hebat sehingga sikap tinggi hati Brahma tersebut menghilang dan mau belajar dhamma. Ini salah satu aspek mengajar yang diambil, tetapi tentu saja harus diimbangi dengan kebijaksanaan. Kalau tidak salah, Ekadasamuka Avalokiteshvara, salah satu wajahnya juga adalah wajah murka.
ya saya setuju, mungkin memang caranya menaklukkan mahluk lain demikian, tetapi masalahnya ngapain mereka yang diinisiasi dan yang berrlatih tantra melakukan dengan visualisasi dewa-dewa atau Bodhisatva-Bodhisatva atau Buddha-Buddha yang wajahnya adalah wajah iblis penuh angkara murka?
[/quote]
yah kalo dari segi manapun semua bisa dibenarkan, Buddha mahayana khan banyak. bisa saja ada Buddha yang begitu, dan sutranya belum beredar ;D
Iya benar juga ya mas Ryu,
oleh karena itu saya mau berbuat karma baik untuk menebus dosa, dengan menyebar luaskan keindahan Tantra yang maha tinggi, berikut adalah tujuh inisiasi tantra.
(pssssttt.... rahasia lho..... awas jangan dilatih tanpa bimbingan guru, nanti akan masuk neraka dalam waktu yang lama)
kalau sudah inisisiasi boleh juga berlatih enam yoga naropa, tapi saya harus ingatkan inisiasi dulu ya?
dan sekalian saya tambah sumpah mahamudra.
selamat berlatih.
http://www.sacred-texts.com/bud/ettt/index.htm (http://www.sacred-texts.com/bud/ettt/index.htm)
tekkss katsuo ya tekkss katsuo.. bukan ronald ko Truth Lover ;D
kok liat artikel ini kaya deja vu ya??
sy pernah liat artikel yang mirip tapi tentang aliran Fa Lun Gong. Gaya2 nulisnya sama.
kayanya ini propaganda buat memfitnah.
Quote from: Tekkss Katsuo on 13 February 2010, 11:44:14 PM
tekkss katsuo ya tekkss katsuo.. bukan ronald ko Truth Lover ;D
bro tekss,
bukan ko tapi mas lebih tepatnya
emanknya dia mas koki, sejenis ikan mas?? ;D . back to topicccc