Namo Buddhaya,
Manfaat dari Golden Light Sutra (Indonesia) Lengkap oleh Potowa Centre :
http://www.fpmt.org/teachers/zopa/advice/pdf/Golden%20Light_benefits_Indo_Dec%202009.pdf
Golden Light Sutra sudah saya posting di bagian Sutra Mahayana demi kerapihan forum tercinta ini, silahkan dikunjungi dan diunduh.
_/\_
Saya bantu copy paste-kan dari link diatas _/\_
Manfaat-manfaat dari Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra
(The King of Glorious Sutras called the Exalted Sublime Golden Light)
Lama Zopa Rinpoche mengatakan:
'Teks ini sangatlah berharga. Sutra ini membawa kedamaian dan kebahagiaan serta sangat ampuh untuk menghentikan kekerasan. Sutra ini memberikan perlindungan luar biasa dari kekerasan pada negara dan sebagainya. Dengan mendengarkan sutra ini, karma seseorang terpurifikasi.
Teks ini meningkatkan kesuksesan. Dan khususnya untuk para pemimpin seperti para raja atau presiden, sutra ini membawa kesuksesan dalam menuntun pada kebajikan, yaitu jalan menuju kebahagiaan. Siapapun yang mengalami masalah – siapapun yang sedang menghadapi kematian atau meninggal; jika para dewa melawan dan tidak ada apapun yang berhasil; jika hanya dengan mengekspresikan diri, itu menyebabkan teman-teman, orang-orang yang dicintai, suami, istri, anggota-anggota keluarga dan bahkan para pembantu menjadi marah terhadap kita; jika kekayaan kita merosot atau jika kita terkena ilmu hitam atau gangguan makhluk-makhluk halus, mengalami mimpi buruk atau kejadian-kejadian yang mengerikan – maka kita harus membersihkan diri, mengenakan pakaian yang bersih dan mendengarkan transmisi teks ini dengan citta yang penuh kedamaian. Maka semuanya akan teredakan. Siapapun yang mendengarkan sutra ini akan mengumpulkan banyak sekali potensi-potensi positif dan mereka akan dihormati oleh para Buddha.
Di negara manapun sutra ini diajarkan, seluruh negeri akan mendapatkan manfaat. Kepala negara dari negeri tersebut tidak akan diserang dan penyakit-penyakit akan hilang. Setiap orang akan berbahagia dan negara menjadi harmonis; tidak ada pertengkaran. Kepala negara akan memberikan kebebasan beragama dan akan selalu dilindungi oleh para dewa. Sutra ini khususnya sangat baik untuk dibaca di mana terdapat banyak pertikaian. Selain itu, kemakmuran dan hujan akan turun pada waktu yang tepat.
Siapapun yang menyimpan, menghafal atau memberikan kontribusi terhadap teks ini akan melampaui delapan jenis makhluk duniawi dan semua keinginan mereka akan terpenuhi. Buddha mengatakan kepada Empat Maharaja Pelindung untuk memberikan persembahan dan pelayanan terhadap teks ini serta selalu melindungi mereka yang menghafal atau bahkan hanya membaca sutra ini. Keempat maharaja menyakinkan bahwa mereka akan melindungi siapapun yang membacanya serta akan membantu dan memenuhi semua keinginan mereka.
Menghafal atau membuat persembahan-persembahan pada teks ini adalah seperti membuat persembahan yang tak terbayangkan kepada Buddha. Siapapun yang mendengarkan kata-kata suci ini, tidak akan berpaling dari penggugahan; hidup mereka akan selalu mengarah pada penggugahan dan mereka tidak akan pernah mundur. Apalagi mereka yang menghafal teks ini. Dewi Hamachiwa Pala mengatakan kepada Buddha bahwa ia akan melindungi bhikshu yang melafalkan teks ini dan bhikshu tersebut akan mendapatkan semua yang dibutuhkannya: harta benda, pikiran yang stabil dan sebagainya. Siapapun yang berupaya membaca atau memahami teks ini akan mengalami kenyamanan dan kebahagiaan dari para dewa dan manusia selama 100 miliar kalpa; mereka akan menjadi tenar dan hasil panen akan melimpah; dan mereka akan menjadi Buddha. Dewi bumi pasti akan membantu meskipun hanya satu bab atau satu nama Bodhisattva yang dilafalkan. Ia akan melindungi mereka yang membaca dan berupaya memahami meskipun hanya satu syair (berbaris empat), dan dewi bumi akan memenuhi keinginan mereka. Mereka yang mendengarkan bahkan hanya satu syair, tidak akan pernah terjatuh ke alam-alam rendah. Buddha mengatakan pada dewi bumi bahwa meskipun seseorang hanya mendengarkan satu syair, mereka akan terlahir di alam dewa. Lebih lanjut, Buddha mengatakan kepada dewi bumi bahwa mereka yang mendengarkan meskipun hanya satu syair, karma-karma negatif mereka akan terpurifikasi dan mereka akan mencapai penggugahan.'
Sumber: www.fmpt.org
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh
Tim Potowa Center
Dec 2009
[at] ^, boleh di diskusikan??
^
hahahahaha...
ada yang bisa klarifikasi ?
IMO.. sungguh sangat aneh.. tanpa berlatih hanya dengan melafalkan sutta ini bisa mencapai ke-Buddha-an
kan melafalkan sutra jugak , = latihan..
di coba dulu..., baru komen
uis coba belom??
Quote from: andry on 15 January 2010, 09:16:03 PM
kan melafalkan sutra jugak , = latihan..
di coba dulu..., baru komen
uis coba belom??
kalau semua pertanyaan dijawab dengan uis coba belum? apa guna forum ini ?
dan apakah melafalkan sutra sudah cukup untuk menjadi seorang Buddha ?
Quote from: Forte on 15 January 2010, 09:20:50 PM
Quote from: andry on 15 January 2010, 09:16:03 PM
kan melafalkan sutra jugak , = latihan..
di coba dulu..., baru komen
uis coba belom??
kalau semua pertanyaan dijawab dengan uis coba belum? apa guna forum ini ?
dan apakah melafalkan sutra sudah cukup untuk menjadi seorang Buddha ?
oh ada....,
apa definisi dari bodhisatva..
Di dalam ajaran agama Buddha, seorang Bodhisattva (bahasa Sanskerta) atau Bodhisatta (bahasa Pali) atau Photishat (bahasa Thai: โพธิสัตว์) adalah makhluk yang mendedikasikan dirinya demi kebahagiaan makhluk semesta.
terus apa hubungannya ?
nah, kalau definisi buddha?
Quote from: andry on 15 January 2010, 10:07:16 PM
nah, kalau definisi buddha?
To de point aja bro.
gw bukan ahli nujum. Dan bro jg bukan biksu zen bukan?
Kalau bro tetap bersikeras menjawab pertanyaan dgn bertanya. Bagus kita akhiri aja.
Intinya gini, masing2 punya style. Jadi kalau misal bro tidak berkenan dgn style gw, berarti kita kurang cocok diskusi dalam hal ini.
dan biarkan member lain menjawab pertanyaan gw.. Itu aja. Deal ?
calm down calm downn. nich gw semprotttt kalian berdua dgn air dingin biar bisa calm down =)) =)) =))
^:)^ ^:)^ ^:)^
syairnya mana?
bro forte
karena di board mahayana, jadi no comment jauh-jauh lah...
di mahayana memang begitu banyak sutra mengatakan kalau melafalkan ini itu, hasilnya memang demikian..................................
tp sy ada pertanyaan.
kalau memang membaca sutra bisa negara damai dan sebagainya Tibet itu bagaimana?
kalau alasan bahwa itu karma tibet...disitu dikatakan karma terpurifikasi....so?
Quote from: andry on 15 January 2010, 02:25:07 PM
[at] ^, boleh di diskusikan??
Quote from: marcedes on 16 January 2010, 09:43:00 AM
tp sy ada pertanyaan.
kalau memang membaca sutra bisa negara damai dan sebagainya Tibet itu bagaimana?
kalau alasan bahwa itu karma tibet...disitu dikatakan karma terpurifikasi....so?
yang perlu digaris bawahi adalah, menghentikan
kekerasan , kekerasan seperti apa?
fisik/batin?
membuat negara damai, perlu dicermati juga, negara apa?
negara fisik? atau negara yg terdapat didalam diri?
Quote from: Forte on 15 January 2010, 11:27:43 PM
Quote from: andry on 15 January 2010, 10:07:16 PM
nah, kalau definisi buddha?
To de point aja bro.
gw bukan ahli nujum. Dan bro jg bukan biksu zen bukan?
Kalau bro tetap bersikeras menjawab pertanyaan dgn bertanya. Bagus kita akhiri aja.
Intinya gini, masing2 punya style. Jadi kalau misal bro tidak berkenan dgn style gw, berarti kita kurang cocok diskusi dalam hal ini.
dan biarkan member lain menjawab pertanyaan gw.. Itu aja. Deal ?
jika anda ingin mengakhiri yah silahken, gitu ajah ko repot
^
^
awal saya tidak ada meminta pendapat Anda bro.. tapi Anda yang awal memulai.. nah saya memberi reaksi dengan bertanya atas aksi Anda. Namun Anda terkesan bertele2.. dan jawaban begitu aja ko repot itu tidak mencerminkan diskusi yang baik.
Misal ketika Anda sedang batuk.. Anda bertanya kepada saya.. apakah Anda akan merasa senang jika saya jawab main2 ? tentu tidak bukan..
Jadi perlakukanlah orang lain dengan baik.. Idealnya jika Anda tidak ada itikad berdiskusi yang baik dengan saya, dari awal tidak perlu mengkomentari postingan saya
[at] marcedes
thanks atas penjelasannya.
Kedua belah pihak jadi lucu ya,wkwk.
Quote from: Forte on 16 January 2010, 10:43:23 AM
^
^
awal saya tidak ada meminta pendapat Anda bro.. tapi Anda yang awal memulai.. nah saya memberi reaksi dengan bertanya atas aksi Anda. Namun Anda terkesan bertele2.. dan jawaban begitu aja ko repot itu tidak mencerminkan diskusi yang baik.
Misal ketika Anda sedang batuk.. Anda bertanya kepada saya.. apakah Anda akan merasa senang jika saya jawab main2 ? tentu tidak bukan..
Jadi perlakukanlah orang lain dengan baik.. Idealnya jika Anda tidak ada itikad berdiskusi yang baik dengan saya, dari awal tidak perlu mengkomentari postingan saya
[at] marcedes
thanks atas penjelasannya.
bRoW, kan anda suka menuduh scra sesuka anda dan main hakim sendiri.H.H.H.Tak baik loh nuduh orang scra sepihak.H.H.H. ;D
^
^
masih belum puas di thread sebelah ? tolong deh.. jangan OOT terus..
Quote from: Juice_alpukat on 16 January 2010, 09:13:43 PM
bRoW, kan anda suka menuduh scra sesuka anda dan main hakim sendiri.H.H.H.Tak baik loh nuduh orang scra sepihak.H.H.H. ;D
ini kan berlaku juga bagi Anda ;)
plis deh... :backtotopic:
ya udah.. gak perlu diperpanjang yuuuuuk.
[at] bro andry, juice kalau baca : sori kalau ada kata2 kasar..
untuk selanjutnya yuk.. biarin thread ini membahas manfaat golden light sutta aja
Quote'Teks ini sangatlah berharga. Sutra ini membawa kedamaian dan kebahagiaan serta sangat ampuh untuk menghentikan kekerasan. Sutra ini memberikan perlindungan luar biasa dari kekerasan pada negara dan sebagainya. Dengan mendengarkan sutra ini, karma seseorang terpurifikasi.
apa maksud karma "terpurifikasi" di sini?
Quote from: tesla on 16 January 2010, 09:40:08 PM
Quote'Teks ini sangatlah berharga. Sutra ini membawa kedamaian dan kebahagiaan serta sangat ampuh untuk menghentikan kekerasan. Sutra ini memberikan perlindungan luar biasa dari kekerasan pada negara dan sebagainya. Dengan mendengarkan sutra ini, karma seseorang terpurifikasi.
apa maksud karma "terpurifikasi" di sini?
terpurifikasi (mungkin mksudnya)termurni dan dibersihkan kembali, seperti ada minyak di dalam wadah,bila ditumpah air terus menerus mka minyaknya berkurang dan isi tempat tsb jadi murni.
dalam hal "karma", apa arti terpurifikasi di sini? :)
ini mana inti dari sutta - nya???? cuma bla bla bla....
this is not important.
Quote from: Forte on 15 January 2010, 07:25:29 PM
IMO.. sungguh sangat aneh.. tanpa berlatih hanya dengan melafalkan sutta ini bisa mencapai ke-Buddha-an
ya dan tidak
melafalkan sutta secara terus menerus(istilah lainnya nien cing) bisa membuat seorang melepaskan keduniawiannya dan mendapatkan pencerahan, dan bisa juga tidak.
contoh paling mudah mengartikan melepaskan keduniawian adalah seorang yg gila main game, selama 24 jam terus menerus main game. dalam 1 bulan hingga 1 tahun lebih, tiap hari hanya bangun-makan-main game-makan-main game-mandi-makan-main game-tidur-bangun-main game... dst. hingga suatu titik, selain main game semua sudah tidak ada artinya. hanya ada dirinya dan game. bisa dikatakan dia dan game sudah menyatu menjadi satu.
pencerahan dari orang yg main game tersebut adalah ketika dia keluar dr kamarnya dan melihat dunia luar. disana akan timbul goda2an keduniawian yg akan menggoyahkan dirinya yg sebenarnya sudah menyatu menjadi satu dengan game. jika tergoyahkan, berarti dia tidak mencapai pencerahannya karena tergoyahkan pada hal2 keduniawian. jika tidak tergoyahkan, maka dia dikatakan sebagai org yg telah mencapai pencerahan karena tidak tergoyahkan dan dunia luar itu semua tidak ada artinya.
ini hanya sebuah perumpamaan dan bukan diartikan main game bisa mencapai pencerahan dan melepaskan keduniawian.
sama halnya seperti tiap hari nien cing(melafalkan sutta), tiap hari meditasi, tiap hari menjalankan sila, dll. semua ada kemungkinan untuk mencapai sebuah tujuan.
dikatakan kemungkinan, karena pada akhirnya diri sendiri akan mengadili diri sendiri apakah benar2 mencapai atau hanya sebuah illusi sendiri bahwa sudah mencapai.
ini ditekankan oleh Bodhidharma dlm sebuah kisah ketika Bodhidharma bertemu dengan beberapa bhikku yg sedang bermeditasi. Bodhidharma bertanya, apa yg sedang anda lakukan. bhikku2 menjawab sedang bermeditasi untuk mencapai pencerahan. lalu Bodhidharma mengambil sebuah kayu dan menggosok2annya. lalu bhikku2 bertanya, apa yg anda lakukan. Bodhidharma menjawab, saya sedang menggosok kayu ini supaya berubah menjadi besi. bhikku2 lalu mengatakan, bagaimana mungkin sebuah kayu yg digosok2an bisa berubah menjadi besi? lalu Bodhidharma menjawab, bagaimana mungkin dengan bermeditasi bisa mencapai pencerahan?
penekanannya adalah ketika diajarkan bahwa meditasi mampu melatih diri yg pada akhirnya akan mencapai pencerahan, bukan berarti dengan meditasi 100% akan menjadikan diri mencapai pencerahan. karena sebelumnya sudah terbentuk sebuah illusi bahwa dengan meditasi akan menjadikan diri menjadi yg tercerahkan. tergantung apakah bisa sadar akan sebuah illusi yg terbentuk dari diri sendiri tersebut. mungkin bisa dikatakan melepaskan keinginan untuk mencapai pencerahan itu sendiri dan menyadari langkah demi langkah hasil dari latihan yg dilakukannya.
secara teori, nien cing(melafalkan sutta), meditasi, menjalankan sila, dll, yg dilakukan dengan tekad yg utuh bisa mencapai pencerahan. namun prakteknya bukan berarti menjalan A maka mendapatkan B. banyak hal2 yg harus dilalui oleh diri sendiri yg setiap org berbeda2(ada faktor karma, lingkungan,..dll). B akan didapatkan dengan A bila bla2... bla.. bla... sesuai latihan yg dicapai oleh diri sendiri. praktek dan teori bisa sangat berbeda dan bisa sangat bertolak belakang.
dibalik semua itu, ada sebuah kesadaran dalam menjalankan nien cing(melafalkan sutta), meditasi, menjalankan sila, dll. kesadaran ini yg bisa melenyapkan illusi yg awalnya sudah tercipta karena sebuah tujuan yg hendak ingin dicapai atau keinginan yg ingin dicapai. namun kesadaran ini juga bisa makin menjerumuskan lebih dalam lagi ke illusi yg sudah awalnya dibangun.
tinggal apakah kesadaran pure atau sebuah kesadaran yg adalah hasil dari illusi itu tsb.
jadi ya dan tidak, semuanya tergantung. dan sebenarnya kalimat yg mengatakan A bisa mendapatkan B sebenarnya sangat rancu.
silahkan di koreksi.. sebab ini hanya pengetahuan yg terbentuk yg tidak tahu apakah ini adalah benar seperti apa adanya atao hasil dari sebuah illusi saya sendiri.
tapi mudah2an bisa menjawab pertanyaan bro Forte walaupun masih ada kemungkinan besar adalah salah. salah karena saya memang belum mencapai kesana. masih jauh........... :))
_/\_
Btw,harap post donk sutranya?H.H.
Mari kita mencoba membahas Golden Light Sutra dengan baik dan comparative.
Tanpa membenarkan dan menyalahkan sutra2 mahayana dan juga tidak melulu pandangan theravadin yang selalu benar mari kita lihat dari kacamata Dhamma yang lebih luas tanpa ada tendensi menyudutkan aliran yang sama2 menjunjung Sang Tathagata.
Mungkin sering kita berpikir mengapa Sutra2 diulang-ulang bisa membawa sebuah negeri damai, mengusir makhluk halus dan mempurifikasi kamma. Tampaknya ini sebuah takhayul tetapi patut diingat semua orang didunia ini sebanyak orang itu sebanyak itu pula pemikiran yang muncul.
Kita mulai dari pelafalan sutra yang berulang-ulang. Biasanya dan yang saya tau pelafalan sutra itu diterjemahkan, nah bila seseorang melafalkan terus-menerus dan mengerti artinya ia akan senantiasa merenungkan kebaikan dan mencoba menjalankan kebaikan. Jika ia melihat kebajikan sebagai dasar perbuatan maka ia akan menjaga moralitas dengan baik, bila semakin banyak orang mengerti melalui pelafalan sutra dengan baik maka dari lingkungan terkecil kita sampai yang besar sebuah negara memiliki potensi nilai-nilai kebajikan menjadi dasar bersosialisasi. Jika sebuah negara pondasinya adalah kebajikan dengan melafalkan sutra sampai suatu pengertian kebajikan maka negara akan kuat dan sejahtera, hal ini pernah dibabarkan oleh Sang Buddha tentang sebuah kerajaan yang kokoh.
Apa arti karma terpurifikasi, ini hanya penyederhanaan saja. Kita perlu ketahui tidak semua orang memiliki tingkat kecerdasan yang sama. Kadangkala ada cara yang menarik agar orang melakukan sesuatu tetapi dengan berjalannya waktu pengertian akan muncul. Jadi disini dimaksudkan dengan lafalan yang memunculkan pengertian dari isi akan mendorong orang melakukan dan memiliki sifat bajik dengan demikian sifat2 buruk kita akan semakin berkurang dan yang menonjol adalah sifat bajik. Ini dimaksud dengan pruifikasi karma yakni membersihkan dari sifat kamma buruk dengan menimbun kebaikan. Jadi tidak ada hubungan menjadi suci.
Mereka yang melakukan kebajikan dan moral yang baik akan disenangi para dewa dan mereka akan senantiasa dilindungi.
Pelafalan berulang2 sekalipun orang bodoh yang melakukan tetapi hati tulus dan keyakinan kokoh pada Buddha bukan aliran Buddhist, seringkali pengulangan ini menenangkan batin karena berkembangnya konsentrasi dan menjadi tenang, dengan tenang ia bisa menghadapi masalah dengan tenang dan damai sehingga solusi muncul.
Sesungguhnya pelafalan berulang2 ini sama dengan Buddhanusati, Dhammanusati dan Sanghanusati. Hanya pelafalan dengan isi/kalimat yang terlalu banyak hanya dapat mencapai tingkat ketenangan dan konsentrasi tertentu saja. Kecuali disingkat menjadi satu kata..seperti Buddho..buddho..
Benarkah sutra tidak bisa mengusir makhluk halus atau setan yg jahat...jawabnya bisa....karena makhluk itu mengerti arti dari sutta tersebut dan jangan berpikir mereka tidak punya kebaikan hati. nah karena mendengar ini maka mereka tersadarkan. kekuatan sutra atau parita juga ada hubungannya dengan sila,samadhi panna seseorang. Walaupun kamma juga ada hubungan yang erat, tetapi tidak semata-mata faktor kamma saja.
Saya ambil contoh di jaman Sang Buddha ketika para bhikkhu bermeditasi dihutan, mereka diganggu makhluk halus lalu mereka disuruh menyebarkan cinta kasih dengan membaca karaniya metta sutta, sehingga makhluk tersebut tidak menganggu lagi. Disini kita bisa lihat sekalipun sila bhikkhu kuat tetap saja diganggu. Mungkin kita mengatakan mereka diganggu karena faktor kamma, itu benar tetapi apakah kita berpasrah pada hasil kamma tersebut tentu tidak. Oleh karena itu para bhikkhu menggunakan kekuatan Karaniya Metta sutta. Kekuatannya adalah pada artinya dan Dhamma yang terkandung didalamnya.
Smoga bermanfaat. _/\_
Jika demikian, saya turut berbahagia karena menjadi Buddha juga bisa dilakukan dengan melakukan dzikir dan bahasa roh. :)
[at] bond, apakah keterangan itu tercantum dalam sutra dan diterangkan oleh Buddha? Atau hanya tafsiran? Apakah Buddha mengajarkan dhammanya seperti itu?
Quote from: ryu on 18 January 2010, 11:36:34 AM
[at] bond, apakah keterangan itu tercantum dalam sutra dan diterangkan oleh Buddha? Atau hanya tafsiran? Apakah Buddha mengajarkan dhammanya seperti itu?
Ya pasti tafsiran, kitab suci saja juga ada penafsiran. Ente bisa yakin 100% baca tipitaka ngak ada yg ditafsir?
Buddha mengajarkan Dhamma menurut theravada atau mahayana dulu? versi mana dulu dan lihat threadnya kan mahayana.
Kalau saya liat maknanya lalu penerapannya , aspek2 Dhamma yang bisa diambil..bukan sudut pandang tertentu. Dan bukan ini dari Buddha atau tidaknya dulu. Kalau saya liat dari sudut pandang theravada saya bilang bukan Buddha Dhamma tapi kita liat ini jangan subjektif dulu. Mahayana sama theravada pasti beda. mo dipaksakan kek gimana memang ngak bakalan ketemu. Sama saja mebuddhiskan kr****n atau sebaliknya. Cuma karena satu rumpun ya kita liat dengan dimensi yang lebih luas dan umum. Memangnya semua pandangan kita selalu sesuai dengan Buddha Dhamma, termasuk analisa kita tentang kitab pasti seperti itu.?
[at] upasaka
Siapa yang bilang dzikir jadi Buddha? ^-^
perasaan aye bilang diulangi agar bisa mencapai ketenangan dan kalau dimengerti dengan baik bisa menjadi bajik kalau dilakukan maknanya....
Buddho..Buddho sama dzikir itu sama....untuk konsentrasi tapi jika tujuan, memaknai lain maka juga akan menyimpang....
Kelihatannya kalo ngomongin mahayana, yang non mahayana alergi dulu. Baca dulu yang benar. Bagian mana tulisan saya yang tidak sesuai...akan saya jelaskan.
Quote from: bond on 18 January 2010, 12:09:31 PM
Quote from: ryu on 18 January 2010, 11:36:34 AM
[at] bond, apakah keterangan itu tercantum dalam sutra dan diterangkan oleh Buddha? Atau hanya tafsiran? Apakah Buddha mengajarkan dhammanya seperti itu?
Ya pasti tafsiran, kitab suci saja juga ada penafsiran. Ente bisa yakin 100% baca tipitaka ngak ada yg ditafsir?
Buddha mengajarkan Dhamma menurut theravada atau mahayana dulu? versi mana dulu dan lihat threadnya kan mahayana.
Kalau saya liat maknanya lalu penerapannya , aspek2 Dhamma yang bisa diambil..bukan sudut pandang tertentu. Dan bukan ini dari Buddha atau tidaknya dulu. Kalau saya liat dari sudut pandang theravada saya bilang bukan Buddha Dhamma tapi kita liat ini jangan subjektif dulu. Mahayana sama theravada pasti beda. mo dipaksakan kek gimana memang ngak bakalan ketemu. Sama saja mebuddhiskan kr****n atau sebaliknya. Cuma karena satu rumpun ya kita liat dengan dimensi yang lebih luas dan umum. Memangnya semua pandangan kita selalu sesuai dengan Buddha Dhamma, termasuk analisa kita tentang kitab pasti seperti itu.?
[at] upasaka
Siapa yang bilang dzikir jadi Buddha? ^-^
perasaan aye bilang diulangi agar bisa mencapai ketenangan dan kalau dimengerti dengan baik bisa menjadi bajik kalau dilakukan maknanya....
Buddho..Buddho sama dzikir itu sama....untuk konsentrasi tapi jika tujuan, memaknai lain maka juga akan menyimpang....
Kelihatannya kalo ngomongin mahayana, yang non mahayana alergi dulu. Baca dulu yang benar. Bagian mana tulisan saya yang tidak sesuai...akan saya jelaskan.
begini yah ko, justru karena saya tidak percaya maka saya mempertanyakan keaslian dari sutra ini dulu.
Soal tafsiran itu bisa berkembang dengan berbagai macam tafsiran dengan berbagai macam pikiran masing2.
Sama halnya dengan umat lain yang menjudge ajaran kr1sten hanya mempercayai Y3sus bisa masuk surga toh umat lain menafsirkannya bahwa tidak mungkin begitu, dan umat kr1sten bisa menafsirkan dengan berbagai alasan bahwa bukan dengan percaya y3sus saja tapi ada hal lain misalkan berbuat sesuai kehendak bapa lah, berbuat baik lah dll, apa bedanya dengan sutra2 mahayana yang baca sutra bisa masuk surga (itu tertulis dalam sutra nya) tapi yang lain2 nya tidak disebutkan, dan ada tafsiran selain baca sutra ada hal yang lain, nah intinya apakah Buddha mengajarkan dhamma harus di tafsirkan baru di mengerti muridnya atau mengajarkan langsung tidak berbelit2?
GUru Bonk bisa aja blg gt ;D . hahaha
Quote from: bond on 18 January 2010, 12:09:31 PM
[at] upasaka
Siapa yang bilang dzikir jadi Buddha? ^-^
perasaan aye bilang diulangi agar bisa mencapai ketenangan dan kalau dimengerti dengan baik bisa menjadi bajik kalau dilakukan maknanya....
Buddho..Buddho sama dzikir itu sama....untuk konsentrasi tapi jika tujuan, memaknai lain maka juga akan menyimpang....
Kelihatannya kalo ngomongin mahayana, yang non mahayana alergi dulu. Baca dulu yang benar. Bagian mana tulisan saya yang tidak sesuai...akan saya jelaskan.
Dalam membahas Sutra ini, tidak perlu pakai pola pandang Theravada atau anti-Mahayana. :)
Saya sudah membaca tulisan Bro dengan jelas. Jadi saya melihat bahwa dzikir dan bahasa roh yang diucapkan terus untuk menenangkan batin juga bermanfaat. Dan bila dzikir dan bahasa roh turut dilanjutkan dengan perbuatan baik, maka akibatnya bisa menjadi Buddha.
Quote from: ryu on 18 January 2010, 12:51:49 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 12:09:31 PM
Quote from: ryu on 18 January 2010, 11:36:34 AM
[at] bond, apakah keterangan itu tercantum dalam sutra dan diterangkan oleh Buddha? Atau hanya tafsiran? Apakah Buddha mengajarkan dhammanya seperti itu?
Ya pasti tafsiran, kitab suci saja juga ada penafsiran. Ente bisa yakin 100% baca tipitaka ngak ada yg ditafsir?
Buddha mengajarkan Dhamma menurut theravada atau mahayana dulu? versi mana dulu dan lihat threadnya kan mahayana.
Kalau saya liat maknanya lalu penerapannya , aspek2 Dhamma yang bisa diambil..bukan sudut pandang tertentu. Dan bukan ini dari Buddha atau tidaknya dulu. Kalau saya liat dari sudut pandang theravada saya bilang bukan Buddha Dhamma tapi kita liat ini jangan subjektif dulu. Mahayana sama theravada pasti beda. mo dipaksakan kek gimana memang ngak bakalan ketemu. Sama saja mebuddhiskan kr****n atau sebaliknya. Cuma karena satu rumpun ya kita liat dengan dimensi yang lebih luas dan umum. Memangnya semua pandangan kita selalu sesuai dengan Buddha Dhamma, termasuk analisa kita tentang kitab pasti seperti itu.?
[at] upasaka
Siapa yang bilang dzikir jadi Buddha? ^-^
perasaan aye bilang diulangi agar bisa mencapai ketenangan dan kalau dimengerti dengan baik bisa menjadi bajik kalau dilakukan maknanya....
Buddho..Buddho sama dzikir itu sama....untuk konsentrasi tapi jika tujuan, memaknai lain maka juga akan menyimpang....
Kelihatannya kalo ngomongin mahayana, yang non mahayana alergi dulu. Baca dulu yang benar. Bagian mana tulisan saya yang tidak sesuai...akan saya jelaskan.
begini yah ko, justru karena saya tidak percaya maka saya mempertanyakan keaslian dari sutra ini dulu.
Soal tafsiran itu bisa berkembang dengan berbagai macam tafsiran dengan berbagai macam pikiran masing2.
Sama halnya dengan umat lain yang menjudge ajaran kr1sten hanya mempercayai Y3sus bisa masuk surga toh umat lain menafsirkannya bahwa tidak mungkin begitu, dan umat kr1sten bisa menafsirkan dengan berbagai alasan bahwa bukan dengan percaya y3sus saja tapi ada hal lain misalkan berbuat sesuai kehendak bapa lah, berbuat baik lah dll, apa bedanya dengan sutra2 mahayana yang baca sutra bisa masuk surga (itu tertulis dalam sutra nya) tapi yang lain2 nya tidak disebutkan, dan ada tafsiran selain baca sutra ada hal yang lain, nah intinya apakah Buddha mengajarkan dhamma harus di tafsirkan baru di mengerti muridnya atau mengajarkan langsung tidak berbelit2?
Nah oleh karena itu.. saya memilih melihat dan menjelaskan maknanya.....
Dhamma Sang Buddha memang bukan ditafsirkan, tetapi ketika anda bertanya pada saya apakah penyataan saya sesuai Buddha Dhamma. Maka saya pun akan menanyakan apakah apa yang Anda pikirkan tentang Buddha Dhamma adalah Buddha Dhamma.?
Kalau Anda tanya saya sutra mahayana,saya tidak tau . Katakan sutra mahayana bukan dari Sang Buddha tetapi secara makna mengandung Dhamma dan selaras dengan Sang Buddha, maka itulah Dhamma. sekalipun bukan perkataan Buddha, karena Dhamma tidak mencakup apa yg kita tahu dari tulisan.Walaupun tulisan tipitaka harus kita hargai dengan amat sangat.
Apakah kalau kita berdana dengan tulus dan senang hati kepada orang yang membutuhkan adalah baik lalu seorang pendeta yang mengatakan itu. Lalu kita katakan kata2 dia tidak sesuai dengan Buddha Dhamma? Memangnya SB mengajarkan apa? Kalau pendeta yang ngomong gitu salah? nah yang mungkin tidak sesuai kalau misalnya dia berembel2 supaya namanya terkenal...
Jadi historical sutra dan makna Dhamma harus dibedakan. SB tidak mengajarkan orang berpikiran sempit....sama halnya orang kr****n dikit ngomong menurut alkitab....sama halnya kita disini dikit2 Buddha ngak ngomong ini dan Buddha ngak ngomong itu...bukan itu maknanya.
Ingat Buddha mengajak kita melihat Dhamma itu yang sebenarnya. Maka Buddha adalah Dhamma Dan Dhamma adalah Buddha.
Kitab itu panduan...tapi yang tidak ada di panduan ataupun ada harus disikapi dengan akal sehat seperti kalama sutta. Maksud saya demikian.
Kalau bicara goleden light sesuai Buddha Dhamma, apakah tipitaka juga demikian 100%. Susah jadinya kalo kita ngomong asli2an..
Saya yakin kalau kita ngak percaya nanya....selama kita masih berpegang pada gelas penuh tetap pasti beda...sama halnya saya ngak percaya sama kr****n.
Nah saya pun masih kurang mengerti apa yg anda maksud, apakah keaslian golden sutra sesuai Buddha Dhamma, atau pernyataan saya yang memaknai Golden sutra tidak sesuai dengan Buddha Dhamma. Kalau penyataan saya tidak sesuai , tolong ditunjukan yang menurut bro yang tidak sesuai Buddha Dhamma. Mari kita bahas.
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 02:20:01 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 12:09:31 PM
[at] upasaka
Siapa yang bilang dzikir jadi Buddha? ^-^
perasaan aye bilang diulangi agar bisa mencapai ketenangan dan kalau dimengerti dengan baik bisa menjadi bajik kalau dilakukan maknanya....
Buddho..Buddho sama dzikir itu sama....untuk konsentrasi tapi jika tujuan, memaknai lain maka juga akan menyimpang....
Kelihatannya kalo ngomongin mahayana, yang non mahayana alergi dulu. Baca dulu yang benar. Bagian mana tulisan saya yang tidak sesuai...akan saya jelaskan.
Dalam membahas Sutra ini, tidak perlu pakai pola pandang Theravada atau anti-Mahayana. :)
Saya sudah membaca tulisan Bro dengan jelas. Jadi saya melihat bahwa dzikir dan bahasa roh yang diucapkan terus untuk menenangkan batin juga bermanfaat. Dan bila dzikir dan bahasa roh turut dilanjutkan dengan perbuatan baik, maka akibatnya bisa menjadi Buddha.
Ok bisa tunjukan tulisan saya yang mana mengatakan dzikir dan bahasa roh bisa menjadi Buddha? atau pelafalan sutra bisa jadi Buddha ? sepertinya anda salah tafsir ;D Bukankah anda yang menulis bro? lihat yang dibold dan sepertinya dzikir dan bahasa roh bisa jadi Buddha itu pandangan bro lho ;D...
Sebaiknya menyimpulkan itu disertai bukti ....dan fakta ;D
Quote from: bond on 18 January 2010, 02:26:17 PM
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 02:20:01 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 12:09:31 PM
[at] upasaka
Siapa yang bilang dzikir jadi Buddha? ^-^
perasaan aye bilang diulangi agar bisa mencapai ketenangan dan kalau dimengerti dengan baik bisa menjadi bajik kalau dilakukan maknanya....
Buddho..Buddho sama dzikir itu sama....untuk konsentrasi tapi jika tujuan, memaknai lain maka juga akan menyimpang....
Kelihatannya kalo ngomongin mahayana, yang non mahayana alergi dulu. Baca dulu yang benar. Bagian mana tulisan saya yang tidak sesuai...akan saya jelaskan.
Dalam membahas Sutra ini, tidak perlu pakai pola pandang Theravada atau anti-Mahayana. :)
Saya sudah membaca tulisan Bro dengan jelas. Jadi saya melihat bahwa dzikir dan bahasa roh yang diucapkan terus untuk menenangkan batin juga bermanfaat. Dan bila dzikir dan bahasa roh turut dilanjutkan dengan perbuatan baik, maka akibatnya bisa menjadi Buddha.
Ok bisa tunjukan tulisan saya yang mana mengatakan dzikir dan bahasa roh bisa menjadi Buddha? atau pelafalan sutra bisa jadi Buddha ? sepertinya anda salah tafsir ;D Bukankah anda yang menulis bro? ;D...
Sebaiknya menyimpulkan itu disertai bukti ....dan fakta ;D
Anda setuju gak kalau dzikir dan bahasa roh bisa membuat seseorang menjadi lebih tenang?
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 02:37:00 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 02:26:17 PM
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 02:20:01 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 12:09:31 PM
[at] upasaka
Siapa yang bilang dzikir jadi Buddha? ^-^
perasaan aye bilang diulangi agar bisa mencapai ketenangan dan kalau dimengerti dengan baik bisa menjadi bajik kalau dilakukan maknanya....
Buddho..Buddho sama dzikir itu sama....untuk konsentrasi tapi jika tujuan, memaknai lain maka juga akan menyimpang....
Kelihatannya kalo ngomongin mahayana, yang non mahayana alergi dulu. Baca dulu yang benar. Bagian mana tulisan saya yang tidak sesuai...akan saya jelaskan.
Dalam membahas Sutra ini, tidak perlu pakai pola pandang Theravada atau anti-Mahayana. :)
Saya sudah membaca tulisan Bro dengan jelas. Jadi saya melihat bahwa dzikir dan bahasa roh yang diucapkan terus untuk menenangkan batin juga bermanfaat. Dan bila dzikir dan bahasa roh turut dilanjutkan dengan perbuatan baik, maka akibatnya bisa menjadi Buddha.
Ok bisa tunjukan tulisan saya yang mana mengatakan dzikir dan bahasa roh bisa menjadi Buddha? atau pelafalan sutra bisa jadi Buddha ? sepertinya anda salah tafsir ;D Bukankah anda yang menulis bro? ;D...
Sebaiknya menyimpulkan itu disertai bukti ....dan fakta ;D
Anda setuju gak kalau dzikir dan bahasa roh bisa membuat seseorang menjadi lebih tenang?
Dzikir memang bisa membuat seseorang menjadi lebih tenang bila konsentrasi terhadap objeknya mulai berkembang. Dan cara Dzikir bukanlah cara agama Buddha, jika sebatas untuk ketenangan itu bisa dicapai. Anda tau apa yg dimaksud dengan dzikir?(sorry kalo pertanyaan ini OOT)
Kalau bahasa roh saya tidak tau....anda sendiri yang menambahkan bukan..
Tapi saya tidak menyatakan dzikir bisa menjadi Buddha. Yang menyatakan itu adalah Anda....(lihat kalimat yg dibold adalah tulisan anda) Lalu point apa yang ingin bro sampaikan? monggo...
Quote from: bond on 18 January 2010, 02:44:33 PM
Dzikir memang bisa membuat seseorang menjadi lebih tenang bila konsentrasi terhadap objeknya mulai berkembang. Dan cara Dzikir bukanlah cara agama Buddha, jika sebatas untuk ketenangan itu bisa dicapai.
Kalau bahasa roh saya tidak tau....anda sendiri yang menambahkan bukan..
Tapi saya tidak menyatakan dzikir bisa menjadi Buddha. Yang menyatakan itu adalah Anda....Lalu apa point yang ingin bro sampaikan? monggo...
Yang pertama, saya tahu Anda adalah seorang umat Buddha yang baik. Sebagai seorang umat Buddha yang baik, saya pikir Anda tidak percaya pada "ritual yang bisa memberi keselamatan". Saya harap spekulasi saya benar.
Yang kedua, setelah Anda tidak percaya pada ritual itu, saya pikir Anda melihat bahwa membaca Sutra dikatakan bermanfaat jika bisa membuat batin lebih tenang. Dalam arti, isi Sutra bukanlah yang bisa membuat batin tenang. Tetapi jika pikiran diarahkan pada pembacaan Sutra dengan baik, maka batin pun bisa menjadi tenang. Dalam hal ini, saya pikir Anda juga melihat demikian. Semoga spekulasi saya tidak salah.
Yang ketiga, setelah melihat apa yang membuat pikiran seseorang menjadi tenang, saya pikir apapaun kata-katanya juga Anda setujui bisa memberi ketenangan. Asalkan jika dilafalkan dengan pikiran baik. Seperti membaca Sutra, melafalkan "Buddho.. Buddho..", menyebut "Allah.. Allah..", berdzikir atau berbahasa roh. Intinya, melafalkan sesuatu dengan pikiran baik untuk menguatkan konsentrasi, sehingga pikirannya tenang. Saya pikir Anda juga setuju dengan hal ini. Semoga spekulasi saya tidak salah.
Yang keempat, Anda melanjutkan bahwa setelah mengucapkan demikian, jika diikuti dengan perbuatan yang baik maka seseorang bisa menjadi Buddha. Oleh karena itu, saya pikir bila dzikir dan bahasa roh diikuti dengan pikiran dan perbuatan baik, maka seseorang bisa juga menjadi Buddha. Saya menunggu konfirmasi Anda mengenai hal ini.
Jika diformulasikan:
melafalkan dengan baik + bacaan yang baik + perbuatan baik => menjadi Buddha
Maka seharusnya:
- melafalkan dengan baik + Sutra + perbuatan baik => menjadi Buddha
- melafalkan dengan baik + dzikir + perbuatan baik => menjadi Buddha
- melafalkan dengan baik + bahasa roh + perbuatan baik => menjadi Buddha
Monggo...
meditasi ketenangan dan meditasi vipasana adalah 2 hal yg berbeda.
melafalkan sutta berulang2, tapi pikiran kesana kemari berbeda dengan melafalkan sutta berulang2 dengan menyadari setiap ucapan yg terucap, pikiran yg timbul dan lenyap, dll.
melafalkan sutta yg seperti apa nih?
[at] upasaka
jadi menurut bro upasaka, menjalankan sila + menjalankan meditasi vipasana => menjadi yg tercerahkan(Buddha)?
[at] bond
kayanya pernah melafalkan sutta dalam waktu tertentu yak?
Quote from: wen78 on 18 January 2010, 03:13:05 PM
[at] upasaka
jadi menurut bro upasaka, menjalankan sila + menjalankan meditasi vipasana => menjadi yg tercerahkan(Buddha)?
Kalau menurut saya, menjalankan sila dan menjalankan meditasi vipassana tidak bisa menjadi Buddha. :)
Menurut saya, untuk menjadi Buddha; dalam konteks ini adalah menjadi Savaka-Buddha (murid), adalah dengan cara mengembangkan sila, mengembangkan samadhi dan mengembangkan panna. Ada perbedaan besar antara mengembangkan dan menjalankan.
Lalu di pengantar Sutra ini, dikatakan bahwa membaca Sutra bisa menjadi Buddha. Dalam konteks Mahayana, yang disebut Buddha adalah Samyaksambuddha. Jadi saya ingin bertanya, apakah benar dengan cara membaca Sutra maka bisa menjadi Buddha.
Hanya sesederhana itu saja. :)
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 02:55:24 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 02:44:33 PM
Dzikir memang bisa membuat seseorang menjadi lebih tenang bila konsentrasi terhadap objeknya mulai berkembang. Dan cara Dzikir bukanlah cara agama Buddha, jika sebatas untuk ketenangan itu bisa dicapai.
Kalau bahasa roh saya tidak tau....anda sendiri yang menambahkan bukan..
Tapi saya tidak menyatakan dzikir bisa menjadi Buddha. Yang menyatakan itu adalah Anda....Lalu apa point yang ingin bro sampaikan? monggo...
Yang pertama, saya tahu Anda adalah seorang umat Buddha yang baik. Sebagai seorang umat Buddha yang baik, saya pikir Anda tidak percaya pada "ritual yang bisa memberi keselamatan". Saya harap spekulasi saya benar.
Ya betul lalu...?
Yang kedua, setelah Anda tidak percaya pada ritual itu, saya pikir Anda melihat bahwa membaca Sutra dikatakan bermanfaat jika bisa membuat batin lebih tenang. Dalam arti, isi Sutra bukanlah yang bisa membuat batin tenang. Tetapi jika pikiran diarahkan pada pembacaan Sutra dengan baik, maka batin pun bisa menjadi tenang. Dalam hal ini, saya pikir Anda juga melihat demikian. Semoga spekulasi saya tidak salah.
Isi sutra haruslah yang bermanfaat dan bajik. Ketika mengetahui arti yang bajik dan pikiran diarahkan maka batin bisa menjadi tenang.. tidak mungkin sutra isinya "setan..setan.... ^-^ Lalu....
Yang ketiga, setelah melihat apa yang membuat pikiran seseorang menjadi tenang, saya pikir apapaun kata-katanya juga Anda setujui bisa memberi ketenangan. Asalkan jika dilafalkan dengan pikiran baik. Seperti membaca Sutra, melafalkan "Buddho.. Buddho..", menyebut "Allah.. Allah..", berdzikir atau berbahasa roh. Intinya, melafalkan sesuatu dengan pikiran baik untuk menguatkan konsentrasi, sehingga pikirannya tenang. Saya pikir Anda juga setuju dengan hal ini. Semoga spekulasi saya tidak salah.
Benar lalu....kecuali bahasa roh (saya punya alasan sendiri) oleh karena itu saya katakan tidak tau. Jika sebatas ketenangan, agama pun ada caranya...tetapi cara agama Buddha adalah tentang Buddha. smoga jelas dan lalu?
Yang keempat, Anda melanjutkan bahwa setelah mengucapkan demikian, jika diikuti dengan perbuatan yang baik maka seseorang bisa menjadi Buddha. Oleh karena itu, saya pikir bila dzikir dan bahasa roh diikuti dengan pikiran dan perbuatan baik, maka seseorang bisa juga menjadi Buddha. Saya menunggu konfirmasi Anda mengenai hal ini.
Saya tidak setuju dan saya tidak pernah menulis dengan mengucapkan demikian menjadi Buddha...Anda yang mengarahkan seakan-akan saya pernah menulis itu...disinilah saya tunggu bukti konfirmasi Anda jika saya menulis itu. Kalau tidak ada klarifikasi maka dikenakan pasal fitnah dan pencemaran nama baik lho dan itu tidak sesuai Buddha Dhamma.. ^-^
Jika diformulasikan:
melafalkan dengan baik + bacaan yang baik + perbuatan baik => menjadi Buddha
Maka seharusnya:
- melafalkan dengan baik + Sutra + perbuatan baik => menjadi Buddha
- melafalkan dengan baik + dzikir + perbuatan baik => menjadi Buddha
- melafalkan dengan baik + bahasa roh + perbuatan baik => menjadi Buddha
Monggo...
Formulasi diatas adalah formulasi Anda bukan formulasi saya untuk menjadi Buddha.
Formulasi saya adalah Sila Samadhi Panna= 8 jmb dan parami dan faktor pendukung lainnya..untuk menjadi Buddha.
Anda belum menunjukan bukti saya sudah menunjukan bukti. Silakan tunjukan bukti , selama tidak ada bukti , maka kesimpulan anda tidak valid lho.
^
se7
emmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm :-[ :-[ :-[
Quote from: bond on 18 January 2010, 03:22:53 PM
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 02:55:24 PM
Yang pertama, saya tahu Anda adalah seorang umat Buddha yang baik. Sebagai seorang umat Buddha yang baik, saya pikir Anda tidak percaya pada "ritual yang bisa memberi keselamatan". Saya harap spekulasi saya benar.
Ya betul lalu...?
Yang kedua, setelah Anda tidak percaya pada ritual itu, saya pikir Anda melihat bahwa membaca Sutra dikatakan bermanfaat jika bisa membuat batin lebih tenang. Dalam arti, isi Sutra bukanlah yang bisa membuat batin tenang. Tetapi jika pikiran diarahkan pada pembacaan Sutra dengan baik, maka batin pun bisa menjadi tenang. Dalam hal ini, saya pikir Anda juga melihat demikian. Semoga spekulasi saya tidak salah.
Isi sutra haruslah yang bermanfaat dan bajik. Ketika mengetahui arti yang bajik dan pikiran diarahkan maka batin bisa menjadi tenang.. tidak mungkin sutra isinya "setan..setan.... ^-^ Lalu....
Yang ketiga, setelah melihat apa yang membuat pikiran seseorang menjadi tenang, saya pikir apapaun kata-katanya juga Anda setujui bisa memberi ketenangan. Asalkan jika dilafalkan dengan pikiran baik. Seperti membaca Sutra, melafalkan "Buddho.. Buddho..", menyebut "Allah.. Allah..", berdzikir atau berbahasa roh. Intinya, melafalkan sesuatu dengan pikiran baik untuk menguatkan konsentrasi, sehingga pikirannya tenang. Saya pikir Anda juga setuju dengan hal ini. Semoga spekulasi saya tidak salah.
Benar lalu....kecuali bahasa roh (saya punya alasan sendiri) oleh karena itu saya katakan tidak tau. Jika sebatas ketenangan, agama pun ada caranya...tetapi cara agama Buddha adalah tentang Buddha. smoga jelas dan lalu?
Yang keempat, Anda melanjutkan bahwa setelah mengucapkan demikian, jika diikuti dengan perbuatan yang baik maka seseorang bisa menjadi Buddha. Oleh karena itu, saya pikir bila dzikir dan bahasa roh diikuti dengan pikiran dan perbuatan baik, maka seseorang bisa juga menjadi Buddha. Saya menunggu konfirmasi Anda mengenai hal ini.
Saya tidak setuju dan saya tidak pernah menulis dengan mengucapkan demikian menjadi Buddha...Anda yang mengarahkan seakan-akan saya pernah menulis itu...disinilah saya tunggu bukti konfirmasi Anda jika saya menulis itu. Kalau tidak ada klarifikasi maka dikenakan pasal fitnah dan pencemaran nama baik lho dan itu tidak sesuai Buddha Dhamma.. ^-^
Jika diformulasikan:
melafalkan dengan baik + bacaan yang baik + perbuatan baik => menjadi Buddha
Maka seharusnya:
- melafalkan dengan baik + Sutra + perbuatan baik => menjadi Buddha
- melafalkan dengan baik + dzikir + perbuatan baik => menjadi Buddha
- melafalkan dengan baik + bahasa roh + perbuatan baik => menjadi Buddha
Monggo...
Formulasi diatas adalah formulasi Anda bukan formulasi saya untuk menjadi Buddha.
Formulasi saya adalah Sila Samadhi Panna= 8 jmb dan parami dan faktor pendukung lainnya..untuk menjadi Buddha.
Anda belum menunjukan bukti saya sudah menunjukan bukti. Silakan tunjukan bukti , selama tidak ada bukti , maka kesimpulan anda tidak valid lho.
1) Saya senang spekulasi saya benar.
2) Tentu saja semua isi Sutra isinya bajik.
3) Bisa bedakan ketenangan yang didapat dari membaca Sutra dengan ketenangan yang didapat dari mengucapkan ayat-ayat agama lain?
4) Saya memang berspekulasi. Apa bedanya isi Sutra dengan isi dzikir secara teknis? Bahkan katanya orang yang tidak tahu makna Sutra pun bisa mendapat manfaat?
5) Oke. Lalu apakah dijelaskan dalam Sutra ini bahwa diperlukan JMB8 untuk menjadi Buddha? Atau hanya perlu membaca untuk menjadi Buddha?
By the way. Sepertinya Anda meminta bukti daritadi kepada saya. Saya jadi bingung bukti apa yang diperlukan? Bukti kalau Anda mengucapkan dzikir dan bahasa roh bisa mengantarkan kita menjadi Buddha? Oh tentu Anda tidak menyatakan hal itu. Saya katakan sekali lagi saya hanya berspekulasi. Sepertinya Anda senang menertawakan saya yah. :)
Quote
Lalu di pengantar Sutra ini, dikatakan bahwa membaca Sutra bisa menjadi Buddha. Dalam konteks Mahayana, yang disebut Buddha adalah Samyaksambuddha. Jadi saya ingin bertanya, apakah benar dengan cara membaca Sutra maka bisa menjadi Buddha.
Hanya sesederhana itu saja. Smiley
oo Jelas deh, mungkin maksud anda apa yang saya tulis membenarkan pengantar lalu seakan-akan saya mengatakan itu CMIIW
Gawat... ;D jika demikian, ada tendensi tertentu smoga spekulasi saya salah, semoga hanya kelalaian atau kurang teliti.
by the way bro di posting JH.Sugatha tidak ada kata2 baca sutra itu jadi Buddha...referensi pengantar dari mana, bisa tolong tunjukan?
Quote from: bond on 18 January 2010, 03:22:53 PM
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 02:55:24 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 02:44:33 PM
Dzikir memang bisa membuat seseorang menjadi lebih tenang bila konsentrasi terhadap objeknya mulai berkembang. Dan cara Dzikir bukanlah cara agama Buddha, jika sebatas untuk ketenangan itu bisa dicapai.
Kalau bahasa roh saya tidak tau....anda sendiri yang menambahkan bukan..
Tapi saya tidak menyatakan dzikir bisa menjadi Buddha. Yang menyatakan itu adalah Anda....Lalu apa point yang ingin bro sampaikan? monggo...
Yang pertama, saya tahu Anda adalah seorang umat Buddha yang baik. Sebagai seorang umat Buddha yang baik, saya pikir Anda tidak percaya pada "ritual yang bisa memberi keselamatan". Saya harap spekulasi saya benar.
Ya betul lalu...?
Yang kedua, setelah Anda tidak percaya pada ritual itu, saya pikir Anda melihat bahwa membaca Sutra dikatakan bermanfaat jika bisa membuat batin lebih tenang. Dalam arti, isi Sutra bukanlah yang bisa membuat batin tenang. Tetapi jika pikiran diarahkan pada pembacaan Sutra dengan baik, maka batin pun bisa menjadi tenang. Dalam hal ini, saya pikir Anda juga melihat demikian. Semoga spekulasi saya tidak salah.
Isi sutra haruslah yang bermanfaat dan bajik. Ketika mengetahui arti yang bajik dan pikiran diarahkan maka batin bisa menjadi tenang.. tidak mungkin sutra isinya "setan..setan.... ^-^ Lalu....
Yang ketiga, setelah melihat apa yang membuat pikiran seseorang menjadi tenang, saya pikir apapaun kata-katanya juga Anda setujui bisa memberi ketenangan. Asalkan jika dilafalkan dengan pikiran baik. Seperti membaca Sutra, melafalkan "Buddho.. Buddho..", menyebut "Allah.. Allah..", berdzikir atau berbahasa roh. Intinya, melafalkan sesuatu dengan pikiran baik untuk menguatkan konsentrasi, sehingga pikirannya tenang. Saya pikir Anda juga setuju dengan hal ini. Semoga spekulasi saya tidak salah.
Benar lalu....kecuali bahasa roh (saya punya alasan sendiri) oleh karena itu saya katakan tidak tau. Jika sebatas ketenangan, agama pun ada caranya...tetapi cara agama Buddha adalah tentang Buddha. smoga jelas dan lalu?
Yang keempat, Anda melanjutkan bahwa setelah mengucapkan demikian, jika diikuti dengan perbuatan yang baik maka seseorang bisa menjadi Buddha. Oleh karena itu, saya pikir bila dzikir dan bahasa roh diikuti dengan pikiran dan perbuatan baik, maka seseorang bisa juga menjadi Buddha. Saya menunggu konfirmasi Anda mengenai hal ini.
Saya tidak setuju dan saya tidak pernah menulis dengan mengucapkan demikian menjadi Buddha...Anda yang mengarahkan seakan-akan saya pernah menulis itu...disinilah saya tunggu bukti konfirmasi Anda jika saya menulis itu. Kalau tidak ada klarifikasi maka dikenakan pasal fitnah dan pencemaran nama baik lho dan itu tidak sesuai Buddha Dhamma.. ^-^
Jika diformulasikan:
melafalkan dengan baik + bacaan yang baik + perbuatan baik => menjadi Buddha
Maka seharusnya:
- melafalkan dengan baik + Sutra + perbuatan baik => menjadi Buddha
- melafalkan dengan baik + dzikir + perbuatan baik => menjadi Buddha
- melafalkan dengan baik + bahasa roh + perbuatan baik => menjadi Buddha
Monggo...
Formulasi diatas adalah formulasi Anda bukan formulasi saya untuk menjadi Buddha.
Formulasi saya adalah Sila Samadhi Panna= 8 jmb dan parami dan faktor pendukung lainnya..untuk menjadi Buddha.
Anda belum menunjukan bukti saya sudah menunjukan bukti. Silakan tunjukan bukti , selama tidak ada bukti , maka kesimpulan anda tidak valid lho.
terlepas dari debat antara upasaka dan papa bond,
saya ingin menanyakan kepada papa bond, apakah statement dibawah ini bisa dijadikan sebagai patokan agar seseorang menjadi arahat / Buddha dalam versi Buddhisme secara universal ?
Formulasi saya adalah Sila Samadhi Panna= 8 jmb dan parami dan faktor pendukung lainnya..untuk menjadi Buddha.[/color][/size]Jika bisa, berarti melafalkan baik + sutta + perbuatan baik belum bisa menjadi Buddha.
Dan jika ditarik lebih jauh, manfaat Golden Sutta ini belum cukup menjadi Buddha ? karena hanya memenuhi faktor melafal baik dan sutta aja ?
mohon pencerahannya.. karena sebenarnya dari awal, hal ini yang ingin saya tanyakan.. makanya saya bilang "aneh"
^
ikt tertawa ahh =)) =))
Quote from: bond on 18 January 2010, 03:34:06 PM
Quote
Lalu di pengantar Sutra ini, dikatakan bahwa membaca Sutra bisa menjadi Buddha. Dalam konteks Mahayana, yang disebut Buddha adalah Samyaksambuddha. Jadi saya ingin bertanya, apakah benar dengan cara membaca Sutra maka bisa menjadi Buddha.
Hanya sesederhana itu saja. Smiley
oo Jelas deh, mungkin maksud anda apa yang saya tulis membenarkan pengantar lalu seakan-akan saya mengatakan itu CMIIW
Gawat... ;D jika demikian, ada tendensi tertentu smoga spekulasi saya salah, semoga hanya kelalaian atau kurang teliti.
by the way bro di posting JH.Sugatha tidak ada kata2 baca sutra itu jadi Buddha...referensi pengantar dari mana, bisa tolong tunjukan?
Yang ini Bro...
Menghafal atau membuat persembahan-persembahan pada teks ini adalah seperti membuat persembahan yang tak terbayangkan kepada Buddha. Siapapun yang mendengarkan kata-kata suci ini, tidak akan berpaling dari penggugahan; hidup mereka akan selalu mengarah pada penggugahan dan mereka tidak akan pernah mundur. Apalagi mereka yang menghafal teks ini. Dewi Hamachiwa Pala mengatakan kepada Buddha bahwa ia akan melindungi bhikshu yang melafalkan teks ini dan bhikshu tersebut akan mendapatkan semua yang dibutuhkannya: harta benda, pikiran yang stabil dan sebagainya. Siapapun yang berupaya membaca atau memahami teks ini akan mengalami kenyamanan dan kebahagiaan dari para dewa dan manusia selama 100 miliar kalpa; mereka akan menjadi tenar dan hasil panen akan melimpah; dan mereka akan menjadi Buddha. Dewi bumi pasti akan membantu meskipun hanya satu bab atau satu nama Bodhisattva yang dilafalkan. Ia akan melindungi mereka yang membaca dan berupaya memahami meskipun hanya satu syair (berbaris empat), dan dewi bumi akan memenuhi keinginan mereka. Mereka yang mendengarkan bahkan hanya satu syair, tidak akan pernah terjatuh ke alam-alam rendah. Buddha mengatakan pada dewi bumi bahwa meskipun seseorang hanya mendengarkan satu syair, mereka akan terlahir di alam dewa. Lebih lanjut, Buddha mengatakan kepada dewi bumi bahwa mereka yang mendengarkan meskipun hanya satu syair, karma-karma negatif mereka akan terpurifikasi dan mereka akan mencapai penggugahan.'Nah, memang Anda baca pengantar Sutra yang mana? :)
Quote from: Tekkss Katsuo on 18 January 2010, 03:38:04 PM
^
ikt tertawa ahh =)) =))
bro.. di sini lagi diskusi serius..
please don't junk..
kalau mau.. ya turut diskusi saja..
soalnya maaf kata, cukup annoying jika misal kita melihat ada tambahan posting.. namun isinya hanya :)) / =)) / _/\_ tanpa ada statement apa2..
Quote from: Forte on 18 January 2010, 03:34:35 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 03:22:53 PM
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 02:55:24 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 02:44:33 PM
Dzikir memang bisa membuat seseorang menjadi lebih tenang bila konsentrasi terhadap objeknya mulai berkembang. Dan cara Dzikir bukanlah cara agama Buddha, jika sebatas untuk ketenangan itu bisa dicapai.
Kalau bahasa roh saya tidak tau....anda sendiri yang menambahkan bukan..
Tapi saya tidak menyatakan dzikir bisa menjadi Buddha. Yang menyatakan itu adalah Anda....Lalu apa point yang ingin bro sampaikan? monggo...
Yang pertama, saya tahu Anda adalah seorang umat Buddha yang baik. Sebagai seorang umat Buddha yang baik, saya pikir Anda tidak percaya pada "ritual yang bisa memberi keselamatan". Saya harap spekulasi saya benar.
Ya betul lalu...?
Yang kedua, setelah Anda tidak percaya pada ritual itu, saya pikir Anda melihat bahwa membaca Sutra dikatakan bermanfaat jika bisa membuat batin lebih tenang. Dalam arti, isi Sutra bukanlah yang bisa membuat batin tenang. Tetapi jika pikiran diarahkan pada pembacaan Sutra dengan baik, maka batin pun bisa menjadi tenang. Dalam hal ini, saya pikir Anda juga melihat demikian. Semoga spekulasi saya tidak salah.
Isi sutra haruslah yang bermanfaat dan bajik. Ketika mengetahui arti yang bajik dan pikiran diarahkan maka batin bisa menjadi tenang.. tidak mungkin sutra isinya "setan..setan.... ^-^ Lalu....
Yang ketiga, setelah melihat apa yang membuat pikiran seseorang menjadi tenang, saya pikir apapaun kata-katanya juga Anda setujui bisa memberi ketenangan. Asalkan jika dilafalkan dengan pikiran baik. Seperti membaca Sutra, melafalkan "Buddho.. Buddho..", menyebut "Allah.. Allah..", berdzikir atau berbahasa roh. Intinya, melafalkan sesuatu dengan pikiran baik untuk menguatkan konsentrasi, sehingga pikirannya tenang. Saya pikir Anda juga setuju dengan hal ini. Semoga spekulasi saya tidak salah.
Benar lalu....kecuali bahasa roh (saya punya alasan sendiri) oleh karena itu saya katakan tidak tau. Jika sebatas ketenangan, agama pun ada caranya...tetapi cara agama Buddha adalah tentang Buddha. smoga jelas dan lalu?
Yang keempat, Anda melanjutkan bahwa setelah mengucapkan demikian, jika diikuti dengan perbuatan yang baik maka seseorang bisa menjadi Buddha. Oleh karena itu, saya pikir bila dzikir dan bahasa roh diikuti dengan pikiran dan perbuatan baik, maka seseorang bisa juga menjadi Buddha. Saya menunggu konfirmasi Anda mengenai hal ini.
Saya tidak setuju dan saya tidak pernah menulis dengan mengucapkan demikian menjadi Buddha...Anda yang mengarahkan seakan-akan saya pernah menulis itu...disinilah saya tunggu bukti konfirmasi Anda jika saya menulis itu. Kalau tidak ada klarifikasi maka dikenakan pasal fitnah dan pencemaran nama baik lho dan itu tidak sesuai Buddha Dhamma.. ^-^
Jika diformulasikan:
melafalkan dengan baik + bacaan yang baik + perbuatan baik => menjadi Buddha
Maka seharusnya:
- melafalkan dengan baik + Sutra + perbuatan baik => menjadi Buddha
- melafalkan dengan baik + dzikir + perbuatan baik => menjadi Buddha
- melafalkan dengan baik + bahasa roh + perbuatan baik => menjadi Buddha
Monggo...
Formulasi diatas adalah formulasi Anda bukan formulasi saya untuk menjadi Buddha.
Formulasi saya adalah Sila Samadhi Panna= 8 jmb dan parami dan faktor pendukung lainnya..untuk menjadi Buddha.
Anda belum menunjukan bukti saya sudah menunjukan bukti. Silakan tunjukan bukti , selama tidak ada bukti , maka kesimpulan anda tidak valid lho.
terlepas dari debat antara upasaka dan papa bond,
saya ingin menanyakan kepada papa bond, apakah statement dibawah ini bisa dijadikan sebagai patokan agar seseorang menjadi arahat / Buddha dalam versi Buddhisme secara universal ?
Formulasi saya adalah Sila Samadhi Panna= 8 jmb dan parami dan faktor pendukung lainnya..untuk menjadi Buddha.[/color][/size]
Jika bisa, berarti melafalkan baik + sutta + perbuatan baik belum bisa menjadi Buddha.
Dan jika ditarik lebih jauh, manfaat Golden Sutta ini belum cukup menjadi Buddha ? karena hanya memenuhi faktor melafal baik dan sutta aja ?
mohon pencerahannya.. karena sebenarnya dari awal, hal ini yang ingin saya tanyakan.. makanya saya bilang "aneh"
Dalam Buddhisme secara universal statement saya tentu bisa dan harus dimaknai secara luas menurut Dhamma yang terkandung pada Tipitaka dan Dhamma itu sendiri. Karena statement itu hanya mewakili saja rincian tentu ada , jangan nanti diplesetkan statement saya adalah aliran baru :)). nah sekarang kembali kepada orangnya mau jadi arahat, Buddha, bodhisatva atau apa...tinggal pelajari saja.
Memang sutra ini belum cukup untuk menjadi Buddha...dan saya bahas/tulisan saya tentang sutra ini adalah pada level pencapaian ketenangan saja. Saya melihat aspek Dhamma yang ada sampai disitu dan kalau yang bukan tentu saya katakan tidak atau tidak saya bahas.
;D
maaf Kk Forte. udh ngejunk ^:)^ ^:)^ ^:)^ :))
ok dehh, saya sambil baca bacaaa aja, soalnya sich lg panas bgt, saya cuma mengademkan aja :)).
ntar kalo saya lg ingin, saya jg ikt debat deh.
_/\_
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 03:45:26 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 03:34:06 PM
Quote
Lalu di pengantar Sutra ini, dikatakan bahwa membaca Sutra bisa menjadi Buddha. Dalam konteks Mahayana, yang disebut Buddha adalah Samyaksambuddha. Jadi saya ingin bertanya, apakah benar dengan cara membaca Sutra maka bisa menjadi Buddha.
Hanya sesederhana itu saja. Smiley
oo Jelas deh, mungkin maksud anda apa yang saya tulis membenarkan pengantar lalu seakan-akan saya mengatakan itu CMIIW
Gawat... ;D jika demikian, ada tendensi tertentu smoga spekulasi saya salah, semoga hanya kelalaian atau kurang teliti.
by the way bro di posting JH.Sugatha tidak ada kata2 baca sutra itu jadi Buddha...referensi pengantar dari mana, bisa tolong tunjukan?
Yang ini Bro...
Menghafal atau membuat persembahan-persembahan pada teks ini adalah seperti membuat persembahan yang tak terbayangkan kepada Buddha. Siapapun yang mendengarkan kata-kata suci ini, tidak akan berpaling dari penggugahan; hidup mereka akan selalu mengarah pada penggugahan dan mereka tidak akan pernah mundur. Apalagi mereka yang menghafal teks ini. Dewi Hamachiwa Pala mengatakan kepada Buddha bahwa ia akan melindungi bhikshu yang melafalkan teks ini dan bhikshu tersebut akan mendapatkan semua yang dibutuhkannya: harta benda, pikiran yang stabil dan sebagainya. Siapapun yang berupaya membaca atau memahami teks ini akan mengalami kenyamanan dan kebahagiaan dari para dewa dan manusia selama 100 miliar kalpa; mereka akan menjadi tenar dan hasil panen akan melimpah; dan mereka akan menjadi Buddha. Dewi bumi pasti akan membantu meskipun hanya satu bab atau satu nama Bodhisattva yang dilafalkan. Ia akan melindungi mereka yang membaca dan berupaya memahami meskipun hanya satu syair (berbaris empat), dan dewi bumi akan memenuhi keinginan mereka. Mereka yang mendengarkan bahkan hanya satu syair, tidak akan pernah terjatuh ke alam-alam rendah. Buddha mengatakan pada dewi bumi bahwa meskipun seseorang hanya mendengarkan satu syair, mereka akan terlahir di alam dewa. Lebih lanjut, Buddha mengatakan kepada dewi bumi bahwa mereka yang mendengarkan meskipun hanya satu syair, karma-karma negatif mereka akan terpurifikasi dan mereka akan mencapai penggugahan.'
Nah, memang Anda baca pengantar Sutra yang mana? :)
ooo Yang itu.......kelihatannya anda salah tafsir tulisan saya bro :))
Saya menanggapi sutra itu hanya sebatas aspek Dhamma yang terkandung.....dan di tulisan saya tidak ada membenarkan kalimat itu.
Aspek yang saya tulis hanya mencapai ketenangan dan perbuatan bajik tidak ada bilang menjadi Buddha
Makanya teliti sebelum menyimpulkan tulisan orang lain... _/\_
Quote from: bond on 18 January 2010, 02:23:54 PM
Quote from: ryu on 18 January 2010, 12:51:49 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 12:09:31 PM
Quote from: ryu on 18 January 2010, 11:36:34 AM
[at] bond, apakah keterangan itu tercantum dalam sutra dan diterangkan oleh Buddha? Atau hanya tafsiran? Apakah Buddha mengajarkan dhammanya seperti itu?
Ya pasti tafsiran, kitab suci saja juga ada penafsiran. Ente bisa yakin 100% baca tipitaka ngak ada yg ditafsir?
Buddha mengajarkan Dhamma menurut theravada atau mahayana dulu? versi mana dulu dan lihat threadnya kan mahayana.
Kalau saya liat maknanya lalu penerapannya , aspek2 Dhamma yang bisa diambil..bukan sudut pandang tertentu. Dan bukan ini dari Buddha atau tidaknya dulu. Kalau saya liat dari sudut pandang theravada saya bilang bukan Buddha Dhamma tapi kita liat ini jangan subjektif dulu. Mahayana sama theravada pasti beda. mo dipaksakan kek gimana memang ngak bakalan ketemu. Sama saja mebuddhiskan kr****n atau sebaliknya. Cuma karena satu rumpun ya kita liat dengan dimensi yang lebih luas dan umum. Memangnya semua pandangan kita selalu sesuai dengan Buddha Dhamma, termasuk analisa kita tentang kitab pasti seperti itu.?
[at] upasaka
Siapa yang bilang dzikir jadi Buddha? ^-^
perasaan aye bilang diulangi agar bisa mencapai ketenangan dan kalau dimengerti dengan baik bisa menjadi bajik kalau dilakukan maknanya....
Buddho..Buddho sama dzikir itu sama....untuk konsentrasi tapi jika tujuan, memaknai lain maka juga akan menyimpang....
Kelihatannya kalo ngomongin mahayana, yang non mahayana alergi dulu. Baca dulu yang benar. Bagian mana tulisan saya yang tidak sesuai...akan saya jelaskan.
begini yah ko, justru karena saya tidak percaya maka saya mempertanyakan keaslian dari sutra ini dulu.
Soal tafsiran itu bisa berkembang dengan berbagai macam tafsiran dengan berbagai macam pikiran masing2.
Sama halnya dengan umat lain yang menjudge ajaran kr1sten hanya mempercayai Y3sus bisa masuk surga toh umat lain menafsirkannya bahwa tidak mungkin begitu, dan umat kr1sten bisa menafsirkan dengan berbagai alasan bahwa bukan dengan percaya y3sus saja tapi ada hal lain misalkan berbuat sesuai kehendak bapa lah, berbuat baik lah dll, apa bedanya dengan sutra2 mahayana yang baca sutra bisa masuk surga (itu tertulis dalam sutra nya) tapi yang lain2 nya tidak disebutkan, dan ada tafsiran selain baca sutra ada hal yang lain, nah intinya apakah Buddha mengajarkan dhamma harus di tafsirkan baru di mengerti muridnya atau mengajarkan langsung tidak berbelit2?
Nah oleh karena itu.. saya memilih melihat dan menjelaskan maknanya.....
Dhamma Sang Buddha memang bukan ditafsirkan, tetapi ketika anda bertanya pada saya apakah penyataan saya sesuai Buddha Dhamma. Maka saya pun akan menanyakan apakah apa yang Anda pikirkan tentang Buddha Dhamma adalah Buddha Dhamma.?
Kalau Anda tanya saya sutra mahayana,saya tidak tau . Katakan sutra mahayana bukan dari Sang Buddha tetapi secara makna mengandung Dhamma dan selaras dengan Sang Buddha, maka itulah Dhamma. sekalipun bukan perkataan Buddha, karena Dhamma tidak mencakup apa yg kita tahu dari tulisan.Walaupun tulisan tipitaka harus kita hargai dengan amat sangat.
Apakah kalau kita berdana dengan tulus dan senang hati kepada orang yang membutuhkan adalah baik lalu seorang pendeta yang mengatakan itu. Lalu kita katakan kata2 dia tidak sesuai dengan Buddha Dhamma? Memangnya SB mengajarkan apa? Kalau pendeta yang ngomong gitu salah? nah yang mungkin tidak sesuai kalau misalnya dia berembel2 supaya namanya terkenal...
Jadi historical sutra dan makna Dhamma harus dibedakan. SB tidak mengajarkan orang berpikiran sempit....sama halnya orang kr****n dikit ngomong menurut alkitab....sama halnya kita disini dikit2 Buddha ngak ngomong ini dan Buddha ngak ngomong itu...bukan itu maknanya.
Ingat Buddha mengajak kita melihat Dhamma itu yang sebenarnya. Maka Buddha adalah Dhamma Dan Dhamma adalah Buddha.
Kitab itu panduan...tapi yang tidak ada di panduan ataupun ada harus disikapi dengan akal sehat seperti kalama sutta. Maksud saya demikian.
Kalau bicara goleden light sesuai Buddha Dhamma, apakah tipitaka juga demikian 100%. Susah jadinya kalo kita ngomong asli2an..
Saya yakin kalau kita ngak percaya nanya....selama kita masih berpegang pada gelas penuh tetap pasti beda...sama halnya saya ngak percaya sama kr****n.
Nah saya pun masih kurang mengerti apa yg anda maksud, apakah keaslian golden sutra sesuai Buddha Dhamma, atau pernyataan saya yang memaknai Golden sutra tidak sesuai dengan Buddha Dhamma. Kalau penyataan saya tidak sesuai , tolong ditunjukan yang menurut bro yang tidak sesuai Buddha Dhamma. Mari kita bahas.
.............................
Karena para Buddha adalah penuh mahakaruna
Dan menghilangkan ketakutan semua makhluk,
Saya memohon Mereka agar sungguh-sungguh menjaga mereka yang menyesali karma-karma negatif.
Dan membebaskan kami dari setiap ketakutan.
Agar para Tathagata menyingkirkan
Karma negatif dan emosi-emosi negatif saya.
Agar para Buddha selalu memandikan saya
Dengan air karuna mereka.
...................................................
apakah kata2 diatas bisa disebut sesuai dengan dhamma?
.............................
Karena para Buddha adalah penuh mahakaruna
Dan menghilangkan ketakutan semua makhluk,
Saya memohon Mereka agar sungguh-sungguh menjaga mereka yang menyesali karma-karma negatif.
Dan membebaskan kami dari setiap ketakutan.
Agar para Tathagata menyingkirkan
Karma negatif dan emosi-emosi negatif saya.
Agar para Buddha selalu memandikan saya
Dengan air karuna mereka.
...................................................
apakah kata2 diatas bisa disebut sesuai dengan dhamma?
IMO, bisa.
dhamma is universal...
dhamma cocok untuk anak TK
dhamma cocok untuk anak SD
dhamma cocok untuk anak SMP
dhamma cocok untuk anak SMA
Bro Ryu itu kata kata dari mana.. kalo menurut aye pribadi. itu tdk dianjurkan oleh Buddha...
BAB 2
BAB TENTANG RENTANG KEHIDUPAN TATHAGATA
Lebih lanjut, pada waktu itu, pada masa itu, di kota besar Rajagriha, menetaplah Bodhisattva, Mahasattva Ruchiraketu, yang telah menghormati para Buddha masa lampau, telah mengembangkan akar-akar kebajikan, dan telah melayani ratusan ribu juta Buddha. Ia berpikir, "Apa penyebab dan apa kondisi yang menyebabkan Buddha Shakyamuni hanya hidup selama 80 tahun? Itu kehidupan yang demikian singkat." Lebih lanjut, ia berpikir, "Buddha sendiri telah menyatakan: 'Ada dua penyebab dan dua kondisi yang memperpanjang hidup. Apakah kedua hal itu? Yaitu meninggalkan pembunuhan dan memberikan makanan yang lengkap dan sehat.' Buddha Shakyamuni telah meninggalkan pembunuhan selama ratusan ribu juta kalpa tak terhitung. Beliau secara sempurna menjalankan marga sepuluh kushalakarma. Beliau telah memberikan makanan serta objek-objek eksternal dan internal secara menyeluruh. Tak hanya itu, beliau juga memuaskan rasa lapar makhluk-makhluk dengan daging, darah, tulang dan sumsum dari tubuhnya sendiri."
Kemudian, sewaktu Bodhisattva agung ini merenungkan pemikiran demikian mengenai Tathagata, kediamannya berubah menjadi sebuah istana yang luas dan besar, yang terbuat dari lapis lazuli, dihiasi dengan banyak permata surgawi, warnanya ditransformasikan oleh Tathagata dan dipenuhi dengan wewangian yang melampaui wewangian para dewa. Di keempat penjuru, muncul empat singgasana yang terbuat dari permata-permata surgawi. Singgasana-singgasana ini ditutupi
4
matras permata-permata surgawi dan pakaian katun yang halus; dan di atas singgasana-singgasana tersebut muncul teratai-teratai surgawi yang dihiasi banyak permata, warnanya ditransformasikan oleh Tathagata. Dari teratai-teratai tersebut, muncul empat Bhagavan Buddha. Di sebelah Timur muncul Tathagata Akshobhya; di sebelah Selatan muncul Tathagata Ratnaketu; di sebelah Barat muncul Tathagata Amitayus; dan di sebelah Utara muncul Tathagata Dundubhisvara. Ketika para Tathagata muncul di atas singgasana-singgasana tersebut, kota besar Rajagriha dipenuhi dengan cahaya-cahaya cemerlang. Cahaya-cahaya meliputi semua ribuan dari ribuan dari ribuan lokadhatu (trisahasra mahasahasra) di sepuluh penjuru dan lokadhatu-lokadhatu sebanyak butiran pasir di sungai Gangga. Selain itu, turunlah hujan bunga-bunga surgawi dan mengalunlah musik surgawi. Melalui daya kekuatan Buddha, semua makhluk yang berada di trisahasra mahasahasra juga menjadi memiliki kegembiraan para dewa. Makhluk-makhluk yang inderanya tak lengkap menjadi mempunyai indera yang lengkap, makhluk-makhluk yang terlahir buta melihat wujud-wujud melalui mata; makhluk-makhluk yang tuli mendengar suara-suara dengan telinga; makhluk-makhluk yang gila kembali menjadi waras; makhluk-makhluk yang pikirannya berkelana menjadi terfokus; makhluk-makhluk yang telanjang menjadi berpakaian; makhluk-makhluk yang kelaparan menjadi kenyang; makhuk-makhluk yang dahaga menjadi terpuaskan; makhluk-makhluk yang diserang penyakit menjadi terbebaskan dari penyakit; makhluk-makhluk yang organ tubuhnya cacat menjadi memiliki organ-organ yang lengkap. Banyak kejadian menakjubkan berlangsung di dunia.
=====================
mengenai bab ini, kejadian ini terjadi ada tahun berapa? apakah tercatat dalam sejarah terjadi keajaiban seperti di tulis di sutra ini?
no prob bro..
sekedar mengingatkan saja..
let's start discuss again..
u/ selevel bond n upasaka.. gw rasa mereka bisa memaintain batin mereka sendiri.. jadi gw rasa mereka akan anggap ini sebagai diskusi walau agak hangat..
[at] papa bond..
secara pribadi, sepengetahuan saya, saya juga sependapat dengan sutta tersebut dapat membantu seseorang mencapai tahap kesucian tertentu.. namun saya tidak cukup bukti untuk membuktikan hal ini.. seperti yang bro Andry bilang juga.. "coba dulu baru komen", intinya juga menginginkan adanya ehipassiko.. namun karena saya bukan praktisi meditasi, dan bukan juga nienfo-ers jadi agak sulit dalam menjawab manfaat sutta ini menjadi Buddha.
mungkin bagi praktisi nienfo sutta ini dapat memberikan testimoni apa2 aja yang telah dicapai..
Quote from: bond on 18 January 2010, 04:07:58 PM
ooo Yang itu.......kelihatannya anda salah tafsir tulisan saya bro :))
Saya menanggapi sutra itu hanya sebatas aspek Dhamma yang terkandung.....dan di tulisan saya tidak ada membenarkan kalimat itu.
Aspek yang saya tulis hanya mencapai ketenangan dan perbuatan bajik tidak ada bilang menjadi Buddha
Makanya teliti sebelum menyimpulkan tulisan orang lain... _/\_
OK. Memang pada awalnya pun komentar saya tidak ditujukan kepada Anda. Saya mengeluarkan komentar bahwa "saya turut berbahagia karena dzikir dan bahasa roh bisa mengantarkan kita menjadi Buddha" itu lebih ditujukan ke pesan Sutra ini. Apalagi menurut Bro Wen78, katanya "bisa" dan "tidak".
Tapi Anda yang menanggapi lanjut komentar saya. Bahkan mengeluarkan pernyataan implisit bahwa saya alergi Sutra Mahayana... Sehingga kita berdiskusi.
Jika sekarang nama saya sudah tercemar sebagai seorang anti-Mahayana, saya memakluminya. Seperti yang sudah saya dengar, hari ini saja ada orang yang menggosipkan hal ini di Yahoo! Messenger. :)
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 04:18:10 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 04:07:58 PM
ooo Yang itu.......kelihatannya anda salah tafsir tulisan saya bro :))
Saya menanggapi sutra itu hanya sebatas aspek Dhamma yang terkandung.....dan di tulisan saya tidak ada membenarkan kalimat itu.
Aspek yang saya tulis hanya mencapai ketenangan dan perbuatan bajik tidak ada bilang menjadi Buddha
Makanya teliti sebelum menyimpulkan tulisan orang lain... _/\_
OK. Memang pada awalnya pun komentar saya tidak ditujukan kepada Anda. Saya mengeluarkan komentar bahwa "saya turut berbahagia karena dzikir dan bahasa roh bisa mengantarkan kita menjadi Buddha" itu lebih ditujukan ke pesan Sutra ini. Apalagi menurut Bro Wen78, katanya "bisa" dan "tidak".
Tapi Anda yang menanggapi lanjut komentar saya. Bahkan mengeluarkan pernyataan implisit bahwa saya alergi Sutra Mahayana... Sehingga kita berdiskusi.
Jika sekarang nama saya sudah tercemar sebagai seorang anti-Mahayana, saya memakluminya. Seperti yang sudah saya dengar, hari ini saja ada orang yang menggosipkan hal ini di Yahoo! Messenger. :)
Ok berarti ini hanya salah paham saja....makanya ketika saya tanya tulisan saya apakah ada mengacu apa yang anda komentari sebagai konfirmasi, anda malah muter2 dulu...Ok lah salah paham saja...
Turut berduka cita jika ada gosip itu....smoga kenyataanya anda tidak anti mahayana, dan nama anda menjadi bersih kembali. _/\_
[at] ^ : wakakakaka,parah...
ijinken si saia berkomentar:
dzikir or nien fo, bisa jadi buddha? saia jawab bisa! asalakan ada item2 lain yg dapat di upgrade/di tambahkan
pengalaman dzikir/nienfo itu , hanya sebatas membuat tenang, bisa mengalami kecintaan pada alloh, mendapatkan power2,dll.... , karena pada dasarnya kalimat/kata2 yg di dzikirkan itu mengandung (bukan hamil) esensi2...
Namun tanpa panna, hal itu sama saja seperti bungkus rokok,
yg anda inginkan bungkus rokok atau kenikmatan merokok! tentu saja kenikmatan rokok, tapi kadang2 bungkus rokok kan dibutuhkan.
*demikian omelan saia
Quote from: bond on 18 January 2010, 04:23:41 PM
Ok berarti ini hanya salah paham saja....makanya ketika saya tanya tulisan saya apakah ada mengacu apa yang anda komentari sebagai konfirmasi, anda malah muter2 dulu...Ok lah salah paham saja...
Turut berduka cita jika ada gosip itu....smoga kenyataanya anda tidak anti mahayana, dan nama anda menjadi bersih kembali. _/\_
It's okay.
Saya tidak masalah bila saya dicap seperti itu. Menurut saya, hal itu bukanlah masalah besar.
Karena kita terlanjur sudah berdiskusi, jadi bagaimana pendapat Anda tentang pengantar Sutra ini? :)
Kemudian Tathagata mengucapkan gatha-gatha berikut kepada empat maharaja:
Oh kalian, empat penjaga dunia,
Dengan sepuluh daya kekuatan
Lindungilah dengan upaya tertinggi
Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra.
Dengan cara ini, sutra berharga yang mendalam ini,
Yang memberikan kebaikan kepada semua makhluk,
Akan bertahan lama di Jambudvipa ini
Sebagai pelipur lara dan membawa manfaat bagi para makhluk.
Dengan cara ini, penderitaan alam-alam rendah,
Semua penderitaan makhluk-makhluk di alam-alam neraka
Dari ribuan dari ribuan dari ribuan lokadhatu
Akan teredakan sepenuhnya.
Di sini di Jambudvipa ini,
Semua raja di negeri ini,
Akan merasakan kegembiraan luar biasa,
Dan akan memerintah sesuai dengan Dharma.
Ia yang membuat Jambudvipa tenang,
Sangat berlimpah dan penuh kegembiraan,
Akan membuat para makhluk di seluruh Jambudvipa
Penuh kedamaian.
Di sini, raja para manusia yang bergembira
Dalam membawa kebahagiaan bagi mereka sendiri dan negeri mereka
Dan yang bergembira dalam membuat makmur kerajaan mereka
Harus mendengarkan Sutrendrarajasutra ini.
Sutrendrarajasutra ini
Sepenuhnya menghancurkan musuh-musuh eksternal,
Menghalau kumpulan pasukan asing,
Menghilangkan ketakutan mereka yang takut dan miskin
Dan menyebabkan kebajikan tertinggi.
Seperti halnya pohon permata – sangat indah dan merupakan sumber dari semua kebajikan –
Menjulang sebagai perhiasan di tengah-tengah sebuah rumah,
Begitu juga sutra teragung dari semua sutra ini seharusnya dipandang
Oleh mereka yang menginginkan kebajikan para raja.
Seperti halnya air dingin menghilangkan dahaga
Seseorang yang tersiksa kepanasan,
Begitu juga sutra teragung dari semua sutra ini menyenangkan
Para raja yang haus akan kebajikan.
Seperti memiliki sebuah kotak permata, sumber dari semua permata,
Yang berada dalam telapak tangan seseorang,
Demikianlah sutra teragung dari semua sutra,
Suvarnaprabhasottama bertindak demi raja-raja para manusia.
Dihormati oleh kumpulan para dewa,
Dan dipuja oleh raja para dewa,
Sutra teragung dari semua sutra ini dijaga dengan hati-hati
Oleh empat pelindung dunia yang memiliki kekuatan ajaib yang ampuh.
Para Buddha di sepuluh penjuru
Terus-menerus mengingat sutra teragung dari semua sutra ini
Ketika sutra teragung dari semua sutra ini dibabarkan,
Para Buddha bermudita dengan mengucapkan 'Baik sekali!'
Lebih lanjut, seratus ribu juta yaksha
Dengan ketertarikan dan kegembiraan luar biasa
Akan melindungi negeri-negeri di sepuluh penjuru
Di mana sutra teragung dari semua sutra ini berkumandang.
Kumpulan para dewa yang tak terbayangkan
Yang berdiam di Jambudvipa
Akan mendengarkan sutra teragung dari semua sutra ini
Dengan kegembiraan luar biasa.
Para dewa akan memperoleh karisma,
Kekuasaan dan antusiasme.
Wujud suci mereka yang sangat mempesona
Akan meningkat dan semakin meningkat luar biasa.
======================================
yang di bold, apakah sudah teredakan sepenuhnya?
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 04:27:24 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 04:23:41 PM
Ok berarti ini hanya salah paham saja....makanya ketika saya tanya tulisan saya apakah ada mengacu apa yang anda komentari sebagai konfirmasi, anda malah muter2 dulu...Ok lah salah paham saja...
Turut berduka cita jika ada gosip itu....smoga kenyataanya anda tidak anti mahayana, dan nama anda menjadi bersih kembali. _/\_
It's okay.
Saya tidak masalah bila saya dicap seperti itu. Menurut saya, hal itu bukanlah masalah besar.
Karena kita terlanjur sudah berdiskusi, jadi bagaimana pendapat Anda tentang pengantar Sutra ini? :)
Mengenai pengantar yang Anda bold gede, tentu saya tidak setuju dan sependapat dengan anda. Tetapi pembahasan dalam pengantar mengenai manfaat pelafalan sutra seperti yang terkandung dalam tulisan saya maka saya setuju.. diluar itu no comment. _/\_
India utara kan tempat kelahran sidharta, jadi kabarnya Mahayana berasal dari india utara, brarti lebih dket dongk Mahayana dngan tempat Sidharta mengajar?
*suatu saat rumi , pengikut setia gurunya bertanya,
"Guru, saia menemukan kitab ini"
sang Guru menjawab:
"kesinikan,Oh ini kitab kesaktian"
Mendadak rumi terkejut, ternyata hal yang ia cari selama ini ada didepan matanya
"Guru, ijinkan saya membacanya"
Sang guru mengiyakan, dgn beberapa syarat
puasa mutih 40 hari.
sujud 1000x/hari.
membaca amalan2.
Setelah hari ke 40, Rumi mendapatkan kesaktian yang tiada tandingnya
"Ia mencintai Allah"
NB: sama seperti pengantar dalam sutra tersebut, kadang kala dalam hidup ini dibutuhkan pancingan.
dan tidak semua ikan, menyenangi jenis umpan yang sama
papaperkasa, cool down ya... ;D
mungkin formulasi bro upasaka
melafalkan dengan baik + Sutra + perbuatan baik => menjadi Buddha
melafalkan dengan baik + dzikir + perbuatan baik => menjadi Buddha
melafalkan dengan baik + bahasa roh + perbuatan baik => menjadi Buddha
in this case, bro bond, punya Formulasi Sila Samadhi Panna= 8 jmb dan parami dan faktor pendukung lainnya..untuk menjadi Buddha
masing2 orang punya formulasi,
formulasi saya dana, sila, bhavana ;D
_/\_
To akang RYU:
si saia setuja, dikatakan dapat TEREDAKAN, bukan terhapuskan.
dan perlu diketahui hal ini dapat berakibat jika ada sinkronisasi antara sender dan receiver.
dan perlu di garis bawahi, siapa sendernya! JIKA SANG BUDDHA SENDERNYE.. aye percaya2 ajeh
Quote from: bond on 18 January 2010, 04:33:50 PM
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 04:27:24 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 04:23:41 PM
Ok berarti ini hanya salah paham saja....makanya ketika saya tanya tulisan saya apakah ada mengacu apa yang anda komentari sebagai konfirmasi, anda malah muter2 dulu...Ok lah salah paham saja...
Turut berduka cita jika ada gosip itu....smoga kenyataanya anda tidak anti mahayana, dan nama anda menjadi bersih kembali. _/\_
It's okay.
Saya tidak masalah bila saya dicap seperti itu. Menurut saya, hal itu bukanlah masalah besar.
Karena kita terlanjur sudah berdiskusi, jadi bagaimana pendapat Anda tentang pengantar Sutra ini? :)
Mengenai pengantar yang Anda bold gede, tentu saya tidak setuju dan sependapat dengan anda. Tetapi pembahasan dalam pengantar mengenai manfaat pelafalan sutra seperti yang terkandung dalam tulisan saya maka saya setuju.. diluar itu no comment. _/\_
Nah, itu yang saya tangkap sehingga kita berdiskusi... :)
Pengantar Sutra itu menyatakan, bahwa jika membaca Sutra ini dengan baik, maka bisa membuat sebuah negara menjadi damai, dan juga bisa menjadi Buddha. Menurut pemahaman saya, pengantar Sutra itu menyatakan secara tersirat bahwa mendamaikan negara itu lebih mudah daripada menjadi Buddha.
Dalam pengantar itu, menjadi Buddha saja dicapai dengan hanya membaca Sutra dengan baik. Maka dalam pengantar itu, dinyatakan juga bahwa untuk membuat negara menjadi damai hanya perlu membacakan Sutra dengan baik.
Anda menjelaskan bahwa negara bisa damai bila Sutra ini dibacakan dan dikembangkan dalam perbuatan. Intinya, perbuatanlah yang vital; bukan membaca Sutra yang penting. Tetapi pengantar Sutra berkata sebaliknya. Bahwa yang penting dan utama adalah membaca Sutra.
Apakah Anda sebenarnya sependapat dengan pengantar Sutra ini?
Numpang tanya, ada yang bisa berikan isi lengkapnya Golden Light Sutra?
Quote from: naviscope on 18 January 2010, 04:36:10 PM
papaperkasa, cool down ya... ;D
mungkin formulasi bro upasaka
melafalkan dengan baik + Sutra + perbuatan baik => menjadi Buddha
melafalkan dengan baik + dzikir + perbuatan baik => menjadi Buddha
melafalkan dengan baik + bahasa roh + perbuatan baik => menjadi Buddha
in this case, bro bond, punya Formulasi Sila Samadhi Panna= 8 jmb dan parami dan faktor pendukung lainnya..untuk menjadi Buddha
masing2 orang punya formulasi,
formulasi saya dana, sila, bhavana ;D
_/\_
Di sini cool kok. Ada AC. :)
Formulasi saya sama dengan Bro Bond. Saya hanya ingin bertanya bagi teman-teman yang percaya bahwa membaca Sutra bisa menjadi Buddha, apakah dengan berdzikir dan menggunakan bahasa roh juga bisa?
Sebab membaca objek pada teknikalnya adalah sama. Kecuali Mahayana menganut pemahaman bahwa sebuah Sutra memiliki kekuatan magis tertentu. :)
BAB 8
BAB TENTANG SARASVATI
Kemudian Mahadewi Sarasvati, meletakkan jubah bagian atas di satu pundak, berlutut dengan kaki kanan dan bersujud penuh hormat dengan tangan beranjali kepada Tathagata, berkata demikian:
"Oh Bhagavan, saya, Dewi Sarasvati, juga akan memberkati bhikshu yang membabarkan Dharma dengan kefasihan berbicara untuk memperindah ucapannya. Saya akan memberikannya dharani. Saya akan selalu membuatnya memiliki ucapan yang penuh daya. Saya akan memberikan cahaya agung pengetahuan kepada bhikshu yang membabarkan Dharma. Jika ia kehilangan atau lupa satu kata atau satu huruf dari Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, saya akan memberikan semua suara-suara, huruf-huruf dan kata-kata yang pasti kepada bhikshu yang membabarkan Dharma. Saya akan memberikannya dharani agar Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra tidak hilang dan bertahan lama, tanpa lenyap dari Jambudvipa demi kepentingan makhluk-makhluk yang menanam akar-akar kebajikan di hadapan ratusan ribu Buddha, Bhagavan, sehingga makhluk-makhluk yang banyak ini dapat mengembangkan prajna tajam tak terbayangkan setelah mendengarkan Suvarnaprabhasottama Sutrendrarajasutra, dapat menerima kekayaan prajna yang tak terbayangkan, memiliki energi luar biasa dalam kehidupan ini dan menikmati meningkatnya daya hidup, memiliki kumpulan punya tak terbayangkan, mencari berbagai upaya kreatif, berpengetahuan dalam semua risalat dan memiliki keahlian sempurna dalam berbagai macam seni dan keterampilan.
"Saya akan menjelaskan seni pemandian yang diberkati dengan mantra dan obat-obat aromatik demi kebahagiaan bhikshu yang membabarkan Dharma dan demi para makhluk yang mendengarkan Dharma. Ini akan meredakan semua klesha yang disebabkan oleh pengaruh-pengaruh planet, meteor-meteor, kelahiran dan kematian; ini akan mengakhiri konflik-konflik, pertengkaran, peperangan, kekacauan, mimpi-mimpi buruk, gangguan-gangguan dari Vinayaka dan semua penyihir dan mayat hidup (zombi). Obat-obat aromatik dan mantra-mantra yang digunakan untuk pemandian oleh para bijaksana adalah: (1) vacha, (2) gorochana, (3) sprkka, (4) shirisa, (5) shamyaka, (6) shami, (7) indrabasta, (8) mahabhaga, (9) jnamaka, (10) agaru, (11) tvach, (12) shriveshtaka, (13) gandarukam/damar dari sarja, (14) shallaki, (15) guggulu, (16) tagara, (17) patra, (18) shaileya, (19) chandana, (20) manahshila, (21) sarochana, (22) kushtha, (23) kunkuma, (24) musta, (25) sarshapa, (26) nalada, (25) chavya, (28) sukshmaila, (29) ushira dan (30) nagakesara.
Memperhatikan tibanya bintang Pushya,
Buatlah bahan-bahan ini dalam porsi yang sama.
Kemudian berkahilah bubuk tersebut
Dengan mantra ini seratus kali:
TADYATHA SUKRTE KRTA KAMALIJANAKARATE / HAMKARATE/ INDRAJALI / SHAKADDREPASHADDRE / ABARTAKSIKE / NA KUTRAKU / KAPILA KAPILAMATI / SHILAMTI / SANDHI DHUDHUMAMABATI / SHIRI SHIRI / SATYASHITE SVAHA
Gambarkan lingkaran gaib dengan kotoran sapi
Dan tebarkan bunga-bunga di sana.
Dalam bejana emas dan bejana perak
Masukkan madu.
Tempatkan di sana empat orang lelaki
Mengenakan tameng pelindung dan berdiri dalam posisi siaga.
Tempatkan juga empat pelayan,
Sepenuhnya dihiasi dan memegang vas-vas.
Selalu wangikan dengan bdellium
Dan mainkan musik lima simbal.
Sepenuhnya hiasi para dewi.
Dengan payung-payung, panji-panji kejayaan dan bendera-bendera.
Secara berkala, letakkan cermin-cermin,
Panah-panah dan tombak-tombak.
Kemudian, gambarkan garis pembatas,
Dan mulailah apa yang perlu dilakukan.
Lafalkan mantra berikut
Mulai gambarkan garis pembatas:
SAYADYATHEDANA ARAKE / NAYANE / HILE / MILE / GILE / KHIKHILE SVAHA
Lakukan upacara pemandian di belakang gambar Tathagata, lafalkan mantra ini untuk memastikan kedamaian selama proses pemandian:
TADYATHA SAGATE / BIGATE BIGATABATI SVAHA
Lindungilah kehidupan, oh engkau bintang-bintang yang bergerak
Yang bersemayam di keempat penjuru.
Agar pengaruh-pengaruh perbintangan pada saat kelahiran,
Ketakutan karena tindakan-tindakan yang telah dilakukan
Dan ketakutan yang mengerikan karena gangguan elemen-elemen dihilangkan!
TADYATHA SHAME / BISHAME SVAHA / SAGATE / BIGATE SVAHA / SIKHATINATE SVAHA / SAGARASAMBHUTAYA SVAHA / SKANDAMATRAYA SVAHA / NILAKANTHAYA SVAHA / APARAJITABIYAYA SVAHA / HIMABATASABHUTAYA SVAHA / ANIMILABAKTRAYA SVAHA / NAMOBHAGATE / BRAMANE / NAMAH SARASVATYAI DEBYAI SIDAMHYATUMANTRAPADA / DAMBRAHMA ANUMANYATU SVAHA
Demi bhikshu yang membabarkan Dharma, mereka yang mendengarkan dan mereka yang menulisnya, saya sendiri akan pergi ke tempat pemandian tersebut. Bersama dengan kumpulan para dewa, saya akan sepenuhnya meredakan semua penyakit di tempat-tempat ibadah, desa-desa, kota-kota besar dan kota-kota kecil. Saya akan sepenuhnya meredakan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh pengaruh planet-planet, pertikaian, pertengkaran, bintang-bintang, kelahiran, mimpi-mimpi buruk, gangguan-gangguan oleh Vinayaka, pemfitnah dan semua penyihir serta mayat hidup (zombi) sehingga daya hidup para bhikshu, bhikshuni, upasaka dan upasika yang memegang sutra teragung dari semua sutra ini terbantu, sehingga mereka terbebas dari samsara, maju tanpa mundur menuju penggugahan yang tak terbandingkan, lengkap dan sempurna, dan mereka segera mencapai keadaan penggugahan yang tak terbandingkan, lengkap dan sempurna dari para Buddha."
Kemudian Tathagata memuji Dewi Sarasvati dengan cara ini: "Baik sekali! Baik sekali Mahadewi Sarasvati! Engkau telah datang ke dunia untuk menciptakan manfaat yang luar biasa bagi banyak makhluk dan memberikan kebahagiaan kepada mereka. Kata-kata yang engkau ucapkan, disertai mantra dan obat-obatan, memang telah diucapkan dengan baik."
Kemudian Dewi Sarasvati bersujud di kaki Tathagata dan duduk di satu sisi.
Kemudian, menarik perhatian Mahadewi Sarasvati, guru dan pembabar Brahmana Kaundinya berkata:
Seorang mahashramana, Mahadewi Sarasvati layak dipuja.
Tambang agung kebajikan, engkau memberikan anugerah agung di seluruh dunia.
Sangat cantik, engkau berdiri dengan satu kaki
Dan mengenakan pakaian yang terbuat dari rerumputan.
Semua dewa berkumpul di sini memohon engkau demikian:
Berbicaralah; ucapkan kata-kata baik yang penuh kebajikan kepada para makhluk!
SAYADYATHEDANA MURE / CIRE / ABAJE ABAJABATI / HINGULE / PINGALABATI / MANGUSHE / MARICI / SAMATI / DASHAMATI / AGRIMGRI / TARA CHITARA / CHICHIRI SHIRI MIRI / MARICI PRANAYE / LOKAJAYRETHE LOKASHRERETHE / LOKAPRIYE SIDDHIPRITE / BHIMALAMUKHI SHUCI KHARI / APRATIHATE / APRATEHATA / BUDDHE / NAMUCI NAMUCI / MAHADEBI PRATIGRIHNA NAMASKARAM
Agar kecerdasan saya tidak terhalang. Agar risalat-risalat dan tantra yang berbentuk syair, Tripitaka dan karya-karya puisi menjadi anugerah bagi mantra-mantra pengetahuan ajaib saya.
TADYATHA MAHAPRABHAVE / HILI HILI / MILI MILI
Melalui daya ajaib dari Mahadewi Sarasvati, agar saya berjaya!
KARATE KEYURE / KEYURABATI / HILI MILI / HILI MILI / HILI HILI
Melalui daya kekuatan kebenaran para Buddha, melalui daya kekuatan kebenaran Dharma, melalui daya kekuatan kebenaran Sangha, melalui daya kekuatan kebenaran Indra, melalui daya kekuatan kebenaran Varuna, melalui daya kekuatan kebenaran dari mereka yang mengucapkan kata-kata kebenaran di dunia, dan daya kekuatan kebenaran itu sendiri, saya akan mengundang kehadiran Mahadewi Sarasvati.
TADYATHA HILI HILI / HILI MILI / HILI MILI
Agar saya sepenuhnya berjaya! Hormat kepada Bhagavati, Mahadewi Sarasvati! Agar engkau membuat dan menganugerahkan saya kesuksesan dalam kata-kata mantra rahasia saya!"
Kemudian guru dan pembabar Brahmana Kaundinya melantunkan pujian kepada Mahadewi Sarasvati:
Oh kalian kumpulan para bhuta, dengarkanlah saya!
Saya akan melantunkan pujian atas kebajikan dewi agung yang berwajah agung tanpa noda.
Beliau adalah pemimpin para dewi, yang terbaik di antara wanita-wanita mulia
Dalam dunia para dewa, gandharva dan para pemimpin asura.
Bagian-bagian tubuh beliau dihiasi berbagai kebajikan;
Beliau bersinar terang dengan punya; bermata lebar, disebut Sarasvati
Beliau sepenuhnya memiliki kebajikan prajna murni.
Dan menyerupai kumpulan permata berharga.
Saya memuji kebajikan dari kefasihan bicaranya yang luar biasa.
Beliau memberikan anugerah agung
Mantra-mantra dan kualitas-kualitas agung nan sempurna.
Beliau laksana teratai yang bersinar terang, murni tanpa noda.
Matanya suci dan tak terbandingkan.
Sumber kebajikan, beliau memancarkan cahaya untuk melihat kebajikan.
Beliau dihiasi kualitas-kualitas tak terbayangkan.
Cahaya-Nya terang laksana bulan.
Suatu tambang dari prajna agung dan smrti yang sejuk,
Beliau adalah singa betina dan kendaraan terbaik bagi para manusia.
Beliau dihiasi delapan lengan,
Dan tampak bagaikan bulan purnama.
Memiliki prajna mendalam.
Beliau memiliki suara indah dan irama yang mempesona.
Seorang makhluk yang luar biasa, beliau membantu mencapai tujuan tertinggi.
Dihormati oleh pemimpin para dewa dan asura,
Beliau terkenal di kediaman-kediaman surgawi dewa;
Dan di alam-alam para bhuta, beliau terus-menerus dipuja. Svaha!
Saya bersujud kepada Dewi Sarasvati.
Agar beliau menganugerahkan saya tumpukan kebajikan yang luar biasa;
Agar beliau menganugerahkan saya kesuksesan dalam setiap upaya
Dan beliau selalu melindungi saya di tengah-tengah para musuh.
Jika seseorang bangun di pagi hari, dan dengan jelas mengucapkan
Kata-kata ini seluruhnya, setiap suku kata secara lengkap,
Semua keinginan akan terpenuhi, ia akan memiliki kekayaan dan biji-bijian,
Dan memperoleh kebajikan luar biasa dan segala kesuksesan.
=========================
sutra ini buat yang pengen pinter, apa ada yang sudah coba? ;D
menurut saya, hanya mengandalkan membaca tok saja, tdk akan pernah bisa..........
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 January 2010, 04:44:36 PM
Numpang tanya, ada yang bisa berikan isi lengkapnya Golden Light Sutra?
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,14572.0.html
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 January 2010, 04:44:36 PM
Numpang tanya, ada yang bisa berikan isi lengkapnya Golden Light Sutra?
Saya punya versi pdf-nya. Sutra ini cukup panjang dan terdiri dari beberapa bab.
Kalau mau, nanti saya kirim via email.
Quote from: ryu on 18 January 2010, 04:48:36 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 January 2010, 04:44:36 PM
Numpang tanya, ada yang bisa berikan isi lengkapnya Golden Light Sutra?
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,14572.0.html
Thanx, Bro ryu!
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 04:50:14 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 January 2010, 04:44:36 PM
Numpang tanya, ada yang bisa berikan isi lengkapnya Golden Light Sutra?
Saya punya versi pdf-nya. Sutra ini cukup panjang dan terdiri dari beberapa bab.
Kalau mau, nanti saya kirim via email.
Thanx, Bro upasaka. Saya sudah download barusan.
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 04:42:07 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 04:33:50 PM
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 04:27:24 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 04:23:41 PM
Ok berarti ini hanya salah paham saja....makanya ketika saya tanya tulisan saya apakah ada mengacu apa yang anda komentari sebagai konfirmasi, anda malah muter2 dulu...Ok lah salah paham saja...
Turut berduka cita jika ada gosip itu....smoga kenyataanya anda tidak anti mahayana, dan nama anda menjadi bersih kembali. _/\_
It's okay.
Saya tidak masalah bila saya dicap seperti itu. Menurut saya, hal itu bukanlah masalah besar.
Karena kita terlanjur sudah berdiskusi, jadi bagaimana pendapat Anda tentang pengantar Sutra ini? :)
Mengenai pengantar yang Anda bold gede, tentu saya tidak setuju dan sependapat dengan anda. Tetapi pembahasan dalam pengantar mengenai manfaat pelafalan sutra seperti yang terkandung dalam tulisan saya maka saya setuju.. diluar itu no comment. _/\_
Nah, itu yang saya tangkap sehingga kita berdiskusi... :)
Pengantar Sutra itu menyatakan, bahwa jika membaca Sutra ini dengan baik, maka bisa membuat sebuah negara menjadi damai, dan juga bisa menjadi Buddha. Menurut pemahaman saya, pengantar Sutra itu menyatakan secara tersirat bahwa mendamaikan negara itu lebih mudah daripada menjadi Buddha.
Dalam pengantar itu, menjadi Buddha saja dicapai dengan hanya membaca Sutra dengan baik. Maka dalam pengantar itu, dinyatakan juga bahwa untuk membuat negara menjadi damai hanya perlu membacakan Sutra dengan baik.
Anda menjelaskan bahwa negara bisa damai bila Sutra ini dibacakan dan dikembangkan dalam perbuatan. Intinya, perbuatanlah yang vital; bukan membaca Sutra yang penting. Tetapi pengantar Sutra berkata sebaliknya. Bahwa yang penting dan utama adalah membaca Sutra.
Apakah Anda sebenarnya sependapat dengan pengantar Sutra ini?
Yang saya baca adalah yang ini . lihat quote
Quote
Di negara manapun sutra ini diajarkan, seluruh negeri akan mendapatkan manfaat. Kepala negara dari negeri tersebut tidak akan diserang dan penyakit-penyakit akan hilang. Setiap orang akan berbahagia dan negara menjadi harmonis; tidak ada pertengkaran. Kepala negara akan memberikan kebebasan beragama dan akan selalu dilindungi oleh para dewa. Sutra ini khususnya sangat baik untuk dibaca di mana terdapat banyak pertikaian. Selain itu, kemakmuran dan hujan akan turun pada waktu yang tepat.
[/color]
Quote
Siapapun yang berupaya membaca atau memahami teks ini akan mengalami kenyamanan dan kebahagiaan
Quote
Siapapun yang mendengarkan kata-kata suci ini, tidak akan berpaling dari penggugahan; hidup mereka akan selalu mengarah pada penggugahan dan mereka tidak akan pernah mundur.
Saya melihat dari keseluruhan tulisan tanpa sepotong2 ada kalimat mengajarkan...mengajarkan tentu untuk dimengertidan juga untuk dilaksanakan....memang tidak spesifik mengajarkannya gimana. Oleh karena itu kita tidak boleh langsung berkesimpulan sepihak. --Lihat yang dibold
adalagi kata memahami, dan ada kata 'penggugahan' nah yang saya tangkap jika orang tergugah terhadap kebaikan maka potensi dan realita melakukan akan terlaksana. Itu yang saya lihat keseluruhan hubungan tiap kalimat dan paragraf berhubungan dengan tindakan bajik pada pengantar itu.
bagaimana....ini jawaban saya....
[at] Bond dan teman-teman lain...
Terimakasih atas kesediaanya menanggapi postingan saya. Saya pikir saya sebaiknya berhenti sampai di sini. Saya tidak ingin teman-teman Mahayanis merasa dipojokkan oleh saya yang anti-Mahayana ini.
Salam. :)
Quote from: andry on 18 January 2010, 04:38:06 PM
To akang RYU:
si saia setuja, dikatakan dapat TEREDAKAN, bukan terhapuskan.
dan perlu diketahui hal ini dapat berakibat jika ada sinkronisasi antara sender dan receiver.
dan perlu di garis bawahi, siapa sendernya! JIKA SANG BUDDHA SENDERNYE.. aye percaya2 ajeh
ehmm....seperti orang mati dibacaiin parita...
or makhluk yang dibacakan karinya metta sutta jadi tidak mengganggu....
Ketika Sang Buddha berkhotbah banyak makhluk mendapatkan manfaat..
Ketika aradhana dewata dan benar2 ada dewa yang hadir dan kita membaca parita yg berisi khotbah SB, mereka akan mendapat manfaat dan menghormatinya. Manfaat itu adalah mereka mengerti artinya, sehingga batin mereka menjadi damai dsb...
Ketika patidana, ada pembacaan parita, berapa banyak makhluk mendapat manfaat....manfaat dari arti yang terkandung
Kadangkala sebuah pujian/syair bisa bersifat hiperbola
Dari yang saya baca sekilas, Sutra ini memuat tentang sila, yang dengan demikian di antaranya menghentikan kekerasan dan menekankan pada kebajikan. Jika orang memang membaca dan mengamalkan Sutra ini, maka terciptanya kedamaian memang bukan sesuatu yang "ajaib".
Sutra ini juga mengajarkan kisah Raja penakluk di masa lampau yang kerajaannya jaya karena ia sendiri melaksanakan fungsinya sesuai dharma, yaitu menegakkan hukum, melindungi dan mengatur rakyat sesuai fungsinya, menghindari kelicikan dan kecurangan. Dengan demikian, rakyat tidak memberontak dan mendukung raja, musuh dari luar juga tidak bisa menyerang dan menghancurkan negara tersebut. Ini juga adalah hal yang logis, bukan "ajaib" terjadi jika memang dilakukan oleh penguasa negara.
Mengenai kesehatan juga ada disinggung tentang keseimbangan elemen. Kalau sampai orang hilang organ tiba-tiba sembuh, no comment. Tetapi kepedulian akan kesehatan juga disinggung yang tentu saja bermanfaat.
Purifikasi karma saya tidak mengerti maksudnya, jadi tidak ada komentar juga.
Nah, apakah baca Sutra ini bisa jadi Buddha?
Menurut saya, bisa saja. Asalkan bacanya jangan cuma seperti tape recorder rusak.
Dalam Sutra ini disinggung juga mengenai Shunyata (Bab VI) dan Pratitya Sammutpada (Bab XVII). Bagi yang mempelajari Buddhisme, tentu familiar dengan penjelasan ini yang membawa pada berakhirnya penderitaan (Nirwana).
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 05:17:29 PM
[at] Bond dan teman-teman lain...
Terimakasih atas kesediaanya menanggapi postingan saya. Saya pikir saya sebaiknya berhenti sampai di sini. Saya tidak ingin teman-teman Mahayanis merasa dipojokkan oleh saya yang anti-Mahayana ini.
Salam. :)
silakan dilanjutkan bro, tidak ada yang merasa dipojokan, krn itu cuma perasaan anda saja ^^
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 January 2010, 05:24:40 PM
Dari yang saya baca sekilas, Sutra ini memuat tentang sila, yang dengan demikian di antaranya menghentikan kekerasan dan menekankan pada kebajikan. Jika orang memang membaca dan mengamalkan Sutra ini, maka terciptanya kedamaian memang bukan sesuatu yang "ajaib".
Sutra ini juga mengajarkan kisah Raja penakluk di masa lampau yang kerajaannya jaya karena ia sendiri melaksanakan fungsinya sesuai dharma, yaitu menegakkan hukum, melindungi dan mengatur rakyat sesuai fungsinya, menghindari kelicikan dan kecurangan. Dengan demikian, rakyat tidak memberontak dan mendukung raja, musuh dari luar juga tidak bisa menyerang dan menghancurkan negara tersebut. Ini juga adalah hal yang logis, bukan "ajaib" terjadi jika memang dilakukan oleh penguasa negara.
Mengenai kesehatan juga ada disinggung tentang keseimbangan elemen. Kalau sampai orang hilang organ tiba-tiba sembuh, no comment. Tetapi kepedulian akan kesehatan juga disinggung yang tentu saja bermanfaat.
Purifikasi karma saya tidak mengerti maksudnya, jadi tidak ada komentar juga.
Nah, apakah baca Sutra ini bisa jadi Buddha?
Menurut saya, bisa saja. Asalkan bacanya jangan cuma seperti tape recorder rusak.
Dalam Sutra ini disinggung juga mengenai Shunyata (Bab VI) dan Pratitya Sammutpada (Bab XVII). Bagi yang mempelajari Buddhisme, tentu familiar dengan penjelasan ini yang membawa pada berakhirnya penderitaan (Nirwana).
salut kepada bro kaiyn kutho yang bisa melihat sisi positif
tidak hanya melihat dari sisi negatif-nya saja
_/\_
Quote from: naviscope on 18 January 2010, 05:25:43 PM
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 05:17:29 PM
[at] Bond dan teman-teman lain...
Terimakasih atas kesediaanya menanggapi postingan saya. Saya pikir saya sebaiknya berhenti sampai di sini. Saya tidak ingin teman-teman Mahayanis merasa dipojokkan oleh saya yang anti-Mahayana ini.
Salam. :)
silakan dilanjutkan bro, tidak ada yang merasa dipojokan, krn itu cuma perasaan anda saja ^^
Kapan-kapan kalau saya berminat, saya akan melanjutkannya di Thread Pertanyaan Kritis mengenai Mahayana saja.
Terimakasih atas sambutan Anda. Anda benar seorang teman yang baik. :)
Quote from: andry on 18 January 2010, 04:38:06 PM
To akang RYU:
si saia setuja, dikatakan dapat TEREDAKAN, bukan terhapuskan.
dan perlu diketahui hal ini dapat berakibat jika ada sinkronisasi antara sender dan receiver.
dan perlu di garis bawahi, siapa sendernya! JIKA SANG BUDDHA SENDERNYE.. aye percaya2 ajeh
disana tertulis semua penderitaan teredakan sepenuhnya. kalau bahasa aslinya apa ya?
^
^
Nah gini dong tanya dulu bahasa aslinya apa ......cek ganteng ;D
Lalu dikaji teredakan sepenuhnya dan hilang sepenuhnya, dan arti terhapus sepenuhnya.....nah masing2 kalimat itu ada beda ngak?
tolong dong om di cari bahasa aslinya ;D
Quote from: ryu on 18 January 2010, 05:36:17 PM
tolong dong om di cari bahasa aslinya ;D
Kalo aye ngak tau cek, pali aja blepotan. Yang lain mungkin ada yg tau ?
waduh, kalau masalah ke-otentikan ajaran mahayana dan theravada sy rasa sudah cukup sulit untuk saling mengakui...
kebetulan menurut sutta Sang buddha berkata bahwa ajaran yg asli hanya bertahan 500 tahun saja...dan ini sudah 2000 tahun lebih...tentu banyak yg di tambah dan di kurangkan.
tapi ada yg menarik antara ajaran Mahayana dan Theravada.....setahu saya tidak satupun dari suhu mahayana setelah di kremasi memiliki relik yg serupa dengan para Theravada....misalkan relik seperti AjahnMun...
mungkin di karenakan saya yg tidak pernah lihat atau gimana...tapi setiap kali acara pameran relik...begitu yg saya tahu.
kemudian masalah OTENTIK tidak nya sutra ini...
setiap Ucapan Buddha pastilah mengandung kebenaran universal yg dapat di lihat secara fakta lapangan
misalkan tentang kelapukan, usia tua, sakit dan mati.....
tetapi ada beberapa sutra yg sudah TIDAK MASUK AKAL menurut saya,karena memang tidak sesuai fakta lapangan yg ada..misalkan sutra ini...
jadi dari pada berdebat formula untuk menjadi buddha...lebih baik diskusikan yg mana fakta lapangan dan di dukung teori...dari pada teori doank...
para rinpoche yg sudah mencapai kemampuan tinggi misalkan dalai lama...
apa tidak membacakan sutra ini biar tibet damai dengan china?.....
apa DALAI LAMA kurang memahami dan membaca text tersebut?
may u be happy
Coba nonton film se mu di thread aye tuh :))
seruan sun go kong cek ^-^
Intiny gak perlu menghina sbuah sutra donk. Kalau percya silahkan praktekan.Kalau tidak ya gak perlu dicela.
Yg kelewatan tu blm praktekan tpi dah mencela.
Quote from: marcedes on 18 January 2010, 05:47:00 PM
waduh, kalau masalah ke-otentikan ajaran mahayana dan theravada sy rasa sudah cukup sulit untuk saling mengakui...
kebetulan menurut sutta Sang buddha berkata bahwa ajaran yg asli hanya bertahan 500 tahun saja...dan ini sudah 2000 tahun lebih...tentu banyak yg di tambah dan di kurangkan.
tapi ada yg menarik antara ajaran Mahayana dan Theravada.....setahu saya tidak satupun dari suhu mahayana setelah di kremasi memiliki relik yg serupa dengan para Theravada....misalkan relik seperti AjahnMun...
mungkin di karenakan saya yg tidak pernah lihat atau gimana...tapi setiap kali acara pameran relik...begitu yg saya tahu.
kemudian masalah OTENTIK tidak nya sutra ini...
setiap Ucapan Buddha pastilah mengandung kebenaran universal yg dapat di lihat secara fakta lapangan
misalkan tentang kelapukan, usia tua, sakit dan mati.....
tetapi ada beberapa sutra yg sudah TIDAK MASUK AKAL menurut saya,karena memang tidak sesuai fakta lapangan yg ada..misalkan sutra ini...
jadi dari pada berdebat formula untuk menjadi buddha...lebih baik diskusikan yg mana fakta lapangan dan di dukung teori...dari pada teori doank...
para rinpoche yg sudah mencapai kemampuan tinggi misalkan dalai lama...
apa tidak membacakan sutra ini biar tibet damai dengan china?.....
apa DALAI LAMA kurang memahami dan membaca text tersebut?
may u be happy
Kalo Tipitaka ada sutta yang ngak masuk akal? kan kata bro mercy tipitaka ngak 100 % juga...kasi contoh dong ? ^:)^ ;D
Quote from: bond on 18 January 2010, 06:12:13 PM
Quote from: marcedes on 18 January 2010, 05:47:00 PM
waduh, kalau masalah ke-otentikan ajaran mahayana dan theravada sy rasa sudah cukup sulit untuk saling mengakui...
kebetulan menurut sutta Sang buddha berkata bahwa ajaran yg asli hanya bertahan 500 tahun saja...dan ini sudah 2000 tahun lebih...tentu banyak yg di tambah dan di kurangkan.
tapi ada yg menarik antara ajaran Mahayana dan Theravada.....setahu saya tidak satupun dari suhu mahayana setelah di kremasi memiliki relik yg serupa dengan para Theravada....misalkan relik seperti AjahnMun...
mungkin di karenakan saya yg tidak pernah lihat atau gimana...tapi setiap kali acara pameran relik...begitu yg saya tahu.
kemudian masalah OTENTIK tidak nya sutra ini...
setiap Ucapan Buddha pastilah mengandung kebenaran universal yg dapat di lihat secara fakta lapangan
misalkan tentang kelapukan, usia tua, sakit dan mati.....
tetapi ada beberapa sutra yg sudah TIDAK MASUK AKAL menurut saya,karena memang tidak sesuai fakta lapangan yg ada..misalkan sutra ini...
jadi dari pada berdebat formula untuk menjadi buddha...lebih baik diskusikan yg mana fakta lapangan dan di dukung teori...dari pada teori doank...
para rinpoche yg sudah mencapai kemampuan tinggi misalkan dalai lama...
apa tidak membacakan sutra ini biar tibet damai dengan china?.....
apa DALAI LAMA kurang memahami dan membaca text tersebut?
may u be happy
Kalo Tipitaka ada sutta yang ngak masuk akal? kan kata bro mercy tipitaka ngak 100 % juga...kasi contoh dong ? ^:)^ ;D
tuh air mata Luanta Maha boowa, dan kasus Ajahn Mun...
Quote from: marcedes on 18 January 2010, 06:30:51 PM
Quote from: bond on 18 January 2010, 06:12:13 PM
Quote from: marcedes on 18 January 2010, 05:47:00 PM
waduh, kalau masalah ke-otentikan ajaran mahayana dan theravada sy rasa sudah cukup sulit untuk saling mengakui...
kebetulan menurut sutta Sang buddha berkata bahwa ajaran yg asli hanya bertahan 500 tahun saja...dan ini sudah 2000 tahun lebih...tentu banyak yg di tambah dan di kurangkan.
tapi ada yg menarik antara ajaran Mahayana dan Theravada.....setahu saya tidak satupun dari suhu mahayana setelah di kremasi memiliki relik yg serupa dengan para Theravada....misalkan relik seperti AjahnMun...
mungkin di karenakan saya yg tidak pernah lihat atau gimana...tapi setiap kali acara pameran relik...begitu yg saya tahu.
kemudian masalah OTENTIK tidak nya sutra ini...
setiap Ucapan Buddha pastilah mengandung kebenaran universal yg dapat di lihat secara fakta lapangan
misalkan tentang kelapukan, usia tua, sakit dan mati.....
tetapi ada beberapa sutra yg sudah TIDAK MASUK AKAL menurut saya,karena memang tidak sesuai fakta lapangan yg ada..misalkan sutra ini...
jadi dari pada berdebat formula untuk menjadi buddha...lebih baik diskusikan yg mana fakta lapangan dan di dukung teori...dari pada teori doank...
para rinpoche yg sudah mencapai kemampuan tinggi misalkan dalai lama...
apa tidak membacakan sutra ini biar tibet damai dengan china?.....
apa DALAI LAMA kurang memahami dan membaca text tersebut?
may u be happy
Kalo Tipitaka ada sutta yang ngak masuk akal? kan kata bro mercy tipitaka ngak 100 % juga...kasi contoh dong ? ^:)^ ;D
tuh air mata Luanta Maha boowa, dan kasus Ajahn Mun...
Ic.... ;D
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 06:10:31 PM
Intiny gak perlu menghina sbuah sutra donk. Kalau percya silahkan praktekan.Kalau tidak ya gak perlu dicela.
Yg kelewatan tu blm praktekan tpi dah mencela.
sebelum mempraktekan tidak ada salahnya di teliti dahulu, kalau mempraktekan tau2 keneraka avici gawat khan :))
seperti cerita zen, seorang guru menghancurkan patung Buddha, ketika meninggal ada kabar dia menjadi bodhisatva, murid2nya mengikuti cara si guru, setiap bertemu patung Buddha mereka menghancurkannya, tau2 ketika mereka meninggal mereka malah masuk neraka ;D
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 06:10:31 PM
Intiny gak perlu menghina sbuah sutra donk. Kalau percya silahkan praktekan.Kalau tidak ya gak perlu dicela.
Yg kelewatan tu blm praktekan tpi dah mencela.
mungkin gak ada yang bermaksud menghina di sini bro..
hanya saja perbedaan pola bahasa saja..
seperti yang ryu bilang.. kadang kita membandingkan sesuatu dengan yang kita tahu dulu..
misal kita tahu 2x2 = 4, tetapi ada yang nulis 2x2 = 5. tentu kita akan bertanya..
koq aneh ya 2x2 = 5. dan kata aneh di sini bukanlah hinaan..
mempertanyakan sesuatu itu wajar.. tandanya orang itu mau belajar dan meneliti..
sama halnya dengan sutta ini, wajar juga kalau ada yang mempertanyakan wah koq dengan melafal sutta bisa mencapai Buddha..
Mengenai praktek.. kita juga harus menyadari bahwa umur kita pendek.. apa impactnya umur kita pendek dengan thread ini ?
impactnya adalah tidak semuanya mesti kita coba, kita bisa tahu sesuatu dari orang lain juga bukan.
contoh : bumi mengelilingi matahari, saya rasa di sini belum ada yang pernah ke luar angkasa melihat secara langsung bumi mengelilingi matahari. namun kita bisa percaya itu benar tanpa praktek (** baca melihat langsung) karena sudah diteliti dan dipelajari orang lain..
saya pernah membaca suatu komik Zen yang bagus.. ada seorang ibu yang ingin menunjukkan penting artinya kegigihan kepada anaknya.. si ibu kemudian mengambil sepotong besi, dan setiap hari dihaluskan sehingga membentuk sebatang jarum yang sangat kecil.. mengubah sepotong besi menjadi sebatang jarum tidaklah gampang tentu membutuhkan waktu yang sangat lama.. dan akhirnya memang si ibu sukses mengubah sepotong besi menjadi sebatang jarum.. Namun si anak menertawakan si ibu.. Ibu.. memang benar dengan kegigihan dapat mengubah semuanya.. Namun tiada nilainya mengubah sepotong besi menjadi sebatang jarum dengan mengorbankan sebagian besar umur ibu..
Dari cerita Zen ini, saya menangkap inti menurut versi saya. Ehipassiko tidaklah harus Ehipassiko secara buta, yang semuanya harus dicoba.. Namun ehipassiko-lah secara smart.
Quote from: bond on 18 January 2010, 05:18:07 PM
Quote from: andry on 18 January 2010, 04:38:06 PM
To akang RYU:
si saia setuja, dikatakan dapat TEREDAKAN, bukan terhapuskan.
dan perlu diketahui hal ini dapat berakibat jika ada sinkronisasi antara sender dan receiver.
dan perlu di garis bawahi, siapa sendernya! JIKA SANG BUDDHA SENDERNYE.. aye percaya2 ajeh
ehmm....seperti orang mati dibacaiin parita...
or makhluk yang dibacakan karinya metta sutta jadi tidak mengganggu....
Ketika Sang Buddha berkhotbah banyak makhluk mendapatkan manfaat..
Ketika aradhana dewata dan benar2 ada dewa yang hadir dan kita membaca parita yg berisi khotbah SB, mereka akan mendapat manfaat dan menghormatinya. Manfaat itu adalah mereka mengerti artinya, sehingga batin mereka menjadi damai dsb...
Ketika patidana, ada pembacaan parita, berapa banyak makhluk mendapat manfaat....manfaat dari arti yang terkandung
Kadangkala sebuah pujian/syair bisa bersifat hiperbola
kalau si saia rasakan, ketika membaca dgn pali (kurang paham) dan membaca dgn bahasa indonesia (paham dan dengan hati yg tulus) terasa sekali perbedaannya,
jd letaknya adalah dr niat dan kesungguhan dan pemahaman ...
Quote from: ryu on 18 January 2010, 06:46:53 PM
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 06:10:31 PM
Intiny gak perlu menghina sbuah sutra donk. Kalau percya silahkan praktekan.Kalau tidak ya gak perlu dicela.
Yg kelewatan tu blm praktekan tpi dah mencela.
sebelum mempraktekan tidak ada salahnya di teliti dahulu, kalau mempraktekan tau2 keneraka avici gawat khan :))
seperti cerita zen, seorang guru menghancurkan patung Buddha, ketika meninggal ada kabar dia menjadi bodhisatva, murid2nya mengikuti cara si guru, setiap bertemu patung Buddha mereka menghancurkannya, tau2 ketika mereka meninggal mereka malah masuk neraka ;D
gawat melafal sutra bs masok nraka avicci. Setahu sy ada lima perbuatan trmasuk membwa orng ke neraka avicci:
1. Membunuh ibu.
2.Membunuh ayah.
3. Melukai Buddha.
4. Membunuh arahat.
5. Memecahbelah Sanggha.
Kalau cerita zen,apakh ada referensi sutranya?yg tahu masuk surga neraka itu siapa yg bilang?
Quote from: Forte on 18 January 2010, 07:31:46 PM
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 06:10:31 PM
Intiny gak perlu menghina sbuah sutra donk. Kalau percya silahkan praktekan.Kalau tidak ya gak perlu dicela.
Yg kelewatan tu blm praktekan tpi dah mencela.
mungkin gak ada yang bermaksud menghina di sini bro..
hanya saja perbedaan pola bahasa saja..
seperti yang ryu bilang.. kadang kita membandingkan sesuatu dengan yang kita tahu dulu..
misal kita tahu 2x2 = 4, tetapi ada yang nulis 2x2 = 5. tentu kita akan bertanya..
koq aneh ya 2x2 = 5. dan kata aneh di sini bukanlah hinaan..
mempertanyakan sesuatu itu wajar.. tandanya orang itu mau belajar dan meneliti..
sama halnya dengan sutta ini, wajar juga kalau ada yang mempertanyakan wah koq dengan melafal sutta bisa mencapai Buddha..
Mengenai praktek.. kita juga harus menyadari bahwa umur kita pendek.. apa impactnya umur kita pendek dengan thread ini ?
impactnya adalah tidak semuanya mesti kita coba, kita bisa tahu sesuatu dari orang lain juga bukan.
contoh : bumi mengelilingi matahari, saya rasa di sini belum ada yang pernah ke luar angkasa melihat secara langsung bumi mengelilingi matahari. namun kita bisa percaya itu benar tanpa praktek (** baca melihat langsung) karena sudah diteliti dan dipelajari orang lain..
saya pernah membaca suatu komik Zen yang bagus.. ada seorang ibu yang ingin menunjukkan penting artinya kegigihan kepada anaknya.. si ibu kemudian mengambil sepotong besi, dan setiap hari dihaluskan sehingga membentuk sebatang jarum yang sangat kecil.. mengubah sepotong besi menjadi sebatang jarum tidaklah gampang tentu membutuhkan waktu yang sangat lama.. dan akhirnya memang si ibu sukses mengubah sepotong besi menjadi sebatang jarum.. Namun si anak menertawakan si ibu.. Ibu.. memang benar dengan kegigihan dapat mengubah semuanya.. Namun tiada nilainya mengubah sepotong besi menjadi sebatang jarum dengan mengorbankan sebagian besar umur ibu..
Dari cerita Zen ini, saya menangkap inti menurut versi saya. Ehipassiko tidaklah harus Ehipassiko secara buta, yang semuanya harus dicoba.. Namun ehipassiko-lah secara smart.
ya ini setuju sajalah,ha.Ha.Ha.;D
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 07:53:21 PM
Quote from: ryu on 18 January 2010, 06:46:53 PM
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 06:10:31 PM
Intiny gak perlu menghina sbuah sutra donk. Kalau percya silahkan praktekan.Kalau tidak ya gak perlu dicela.
Yg kelewatan tu blm praktekan tpi dah mencela.
sebelum mempraktekan tidak ada salahnya di teliti dahulu, kalau mempraktekan tau2 keneraka avici gawat khan :))
seperti cerita zen, seorang guru menghancurkan patung Buddha, ketika meninggal ada kabar dia menjadi bodhisatva, murid2nya mengikuti cara si guru, setiap bertemu patung Buddha mereka menghancurkannya, tau2 ketika mereka meninggal mereka malah masuk neraka ;D
gawat melafal sutra bs masok nraka avicci. Setahu sy ada lima perbuatan trmasuk membwa orng ke neraka avicci:
1. Membunuh ibu.
2.Membunuh ayah.
3. Melukai Buddha.
4. Membunuh arahat.
5. Memecahbelah Sanggha.
Kalau cerita zen,apakh ada referensi sutranya?yg tahu masuk surga neraka itu siapa yg bilang?
FYI namanya juga cerita zen, bisa beneran bisa bohongan, yang terpenting bisa di ambil maknanya, bedanya kalau sutra itu kalau cerita itu bohongan bagaimana? Trus Buddha ternyata tidak pernah mengatakan yang di sutra itu, kemudian anda percaya saja dengan iman anda terhadap Buddha, kemudian anda menyebarkan cerita bohong itu ke orang2, dan orang2 terus menyebarkan cerita itu apakah tidak akan ada akibat dari menyebarkan cerita bohong? Saya tidak tau sih tapi kalau tidak apa2 menurut ajaran Buddha ya sudah lah saya tidak akan lanjut :)
mengapa bs dikatakan cerita bohong? Alasan apa kalau sutra ini bohong?
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 08:36:50 PM
mengapa bs dikatakan cerita bohong? Alasan apa kalau sutra ini bohong?
makanya dari pertama aye tanya, ini sutra asli atau palsu, soalnya sutra mahayana terlalu banyak, dan ada beberapa yang palsu.
Selama pemprakteknya tidak diajarkan untk membawa kerugian bg dri sndri dan orang lain...Kalau sutra palsu yg mana saja bro??
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 08:52:52 PM
Selama pemprakteknya tidak diajarkan untk membawa kerugian bg dri sndri dan orang lain...
jadi misal tidak diajarkan buat salah, berarti suatu hal itu dianggap benar ?
seperti yang saya katakan tadi, 2x2 = 4 dan 2x2 bukanlah hasilnya 5
namun misal yang percaya 2x2 = 5 adalah anak kecil yang tidak berbuat salah, apakah 2x2 = 5 itu bisa dibenarkan ?
idealnya bro harus bisa membedakan antara benar salah atau baik jahat. 2 hal ini berbeda..
dan kita diskusi di sini untuk menukar pikiran.. menambah wawasan walau kita semua pada dasarnya baik.
2x2 : 4 bro,bukan 5.
Itu dpt dibuktikan,anak kcil pun bs buktikan.
Tapi sutra bukan seperti 2x2 : 5 atau 4, ini sulit dibuktikan benar atau salah, asli atau palsu.
Jika kita dngan lantang brkata ini pastipalsu,nah ini tidak baik.
menurut saya, rasa percya pd sebuah sutra tergantung pd kyakinan masing2, tidak brhak mengatakan ini palsu,ini bohong.
/\
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 08:52:52 PM
Selama pemprakteknya tidak diajarkan untk membawa kerugian bg dri sndri dan orang lain...Kalau sutra palsu yg mana saja bro??
kalau soal untung rugi sih tidak tahu, tapi intinya Buddha memberikan jalan yang memang tidak tahu apakah jalan yang ditunjukkannya menuju nibbana atau tidak karena patokannya adalah sutta atau sutra, apabila ada sutra yang ternyata membelokan tujuan nibbana yang sudah ditunjukan oleh Buddha ya entahlah apakah itu ada keuntungan atau kerugian karena memang tidak ada yang tau ya tujuan nibbana di sutta theravada dengan tujuan nibbana di sutra mahayana sama atau tidak.
kalau dibilang jalankan yang cocok dengan diri sendiri kadang membingungkan berarti semua ajaran agama benar semua dong, tidak ada yang salah, masing2 mempunyai tafsiran sendiri terhadap ajarannya.
soal sutra palsu, pernah di bahas ada sutra bakti anak, terus karma sutra (ini juga ga tau juga sih asli atau palsu)
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 09:07:54 PM
2x2 : 4 bro,bukan 5.
Itu dpt dibuktikan,anak kcil pun bs buktikan.
Tapi sutra bukan seperti 2x2 : 5 atau 4, ini sulit dibuktikan benar atau salah, asli atau palsu.
Jika kita dngan lantang brkata ini pastipalsu,nah ini tidak baik.
menurut saya, rasa percya pd sebuah sutra tergantung pd kyakinan masing2, tidak brhak mengatakan ini palsu,ini bohong.
/\
nah ini yang perlu dipelajari.. agar suatu kepercayaan bisa dilandasi oleh sesuatu hal yang bisa dikaji.. yang mana bukan merupakan suatu kepercayaan buta yang dinamakan blind faith.
get my point.. inilah gunanya diskusi forum.. karena jika semua diterima sebagai suatu kepercayaan tanpa ada pengkajian ulang.. maka ibaratnya kita seperti hidup di zaman Gereja yang mana suatu iman begitu berkuasa dan membutakan akal sehat.
Di samping itu, Buddhisme mengajarkan agar kita mencari tahu dengan istilah "ehipassiko" bukan ? :D
[at] mod ryu, setahu sy, sutra Mhyna jg punya tujuan akhr yg sama dngan jalan JMB8 yg sama.
[at] mod forte, iya tentu tidak perlu 'semua diterima'. Tapi masalah kpercyaan buta, Sang Buddha menambahkan jika 'bermanfaat, menuju kebhagiaan' maka sudah selayaknya diterima.
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 09:28:09 PM.
[at] mod forte, iya tentu tidak perlu 'semua diterima'. Tapi masalah kpercyaan buta, Sang Buddha menambahkan jika 'bermanfaat, membawa kebhagiaan' maka terimalah.
yeah.. benar.. makanya kita saat ini sedang mendiskusikan manfaat dari sutta ini..
apakah benar manfaatnya seperti yang tertulis, jika manfaatnya benar.. maka tentu kita akan menerimanya..
mengenai kebahagiaan itu sendiri sebenarnya juga perlu dikaji.. apakah kebahagiaan yang sesungguhnya ? atau kebahagiaan yang sifatnya semu.. contoh uang bermanfaat membawa kebahagiaan.. karena dengan uang, kita bisa membeli barang yang kita suka.. dan kita merasa bahagia.. namun kebahagiaan yang ditimbulkan karena uang juga tidak akan bertahan lama.. karena barang yang dibeli juga bisa rusak.. dan membawa kesedihan bila yang melekat pada barang tersebut..
intinya juga kita harus jeli melihat kebahagiaan apa yang diperoleh.. walau sekali pun itu membawa manfaat.
ya mod forte, bukankah ajaran Sang Buddha baik itu Dharma maupun Dhamma sama2 mengajarkan melepaskan kemelekatan?
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 09:28:09 PM
[at] mod ryu, setahu sy, sutra Mhyna jg punya tujuan akhr yg sama dngan jalan JMB8 yg sama.
[at] mod forte, iya tentu tidak perlu 'semua diterima'. Tapi masalah kpercyaan buta, Sang Buddha menambahkan jika 'bermanfaat, menuju kebhagiaan' maka sudah selayaknya diterima.
setiap orang dengan kepercayaannya masing2 pun bisa mengatakan dia mendapat manfaat, ajarannya menuju kebahagiaan, intinya kebahagiaan ajaran Buddha apakah sama dengan kebahagiaan ajaran lain? Kebahagiaan ajaran theravada dengan mahayana apakah sama? Kebahagiaan penganut mahayana A dengan mahayana B apakah sama?
Apakah sutra ini mengajarkan kebahagiaan sejati atau kebahagiaan semu?
Omong2 ini sudah OOT nih.
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 09:42:07 PM
ya mod forte, bukankah ajaran Sang Buddha baik itu Dharma maupun Dhamma sama2 mengajarkan melepaskan kemelekatan?
nah.. kemelekatan yang bagaimana yang dilepas.. itu yang perlu dikaji juga di dalam sutta ini.. :D
serahkn pada Sang Master.
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 10:03:15 PM
serahkn pada Sang Master.
boleh tahu bro ? sapa Sang Master?
oh ic.. wuokeh..
thanks atas diskusinya bro.. _/\_
Quote from: ryu on 18 January 2010, 09:43:40 PM
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 09:28:09 PM
[at] mod ryu, setahu sy, sutra Mhyna jg punya tujuan akhr yg sama dngan jalan JMB8 yg sama.
[at] mod forte, iya tentu tidak perlu 'semua diterima'. Tapi masalah kpercyaan buta, Sang Buddha menambahkan jika 'bermanfaat, menuju kebhagiaan' maka sudah selayaknya diterima.
setiap orang dengan kepercayaannya masing2 pun bisa mengatakan dia mendapat manfaat, ajarannya menuju kebahagiaan, intinya kebahagiaan ajaran Buddha apakah sama dengan kebahagiaan ajaran lain? Kebahagiaan ajaran theravada dengan mahayana apakah sama? Kebahagiaan penganut mahayana A dengan mahayana B apakah sama?
Apakah sutra ini mengajarkan kebahagiaan sejati atau kebahagiaan semu?
Omong2 ini sudah OOT nih.
tujuan akhir sama saja mod.Yaitu kebhagiaan Nirvana.
Jangan hanya lhat pd satu sutra ini saja Brow. Pada Uposatha sutta kan mengajar atthasila? Yaitu mengejar kebhagiaan surga?Lantas apakah hanya satu sutta lantas mewakili semua sutta?Apakah satu sutra ini mewakili semua sutra?
Quote from: Forte on 18 January 2010, 10:12:11 PM
oh ic.. wuokeh..
thanks atas diskusinya bro.. _/\_
sama_sami. ;D
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 10:14:59 PM
Quote from: ryu on 18 January 2010, 09:43:40 PM
Quote from: Juice_alpukat on 18 January 2010, 09:28:09 PM
[at] mod ryu, setahu sy, sutra Mhyna jg punya tujuan akhr yg sama dngan jalan JMB8 yg sama.
[at] mod forte, iya tentu tidak perlu 'semua diterima'. Tapi masalah kpercyaan buta, Sang Buddha menambahkan jika 'bermanfaat, menuju kebhagiaan' maka sudah selayaknya diterima.
setiap orang dengan kepercayaannya masing2 pun bisa mengatakan dia mendapat manfaat, ajarannya menuju kebahagiaan, intinya kebahagiaan ajaran Buddha apakah sama dengan kebahagiaan ajaran lain? Kebahagiaan ajaran theravada dengan mahayana apakah sama? Kebahagiaan penganut mahayana A dengan mahayana B apakah sama?
Apakah sutra ini mengajarkan kebahagiaan sejati atau kebahagiaan semu?
Omong2 ini sudah OOT nih.
tujuan akhir sama saja mod.Yaitu kebhagiaan Nirvana.
Jangan hanya lhat pd satu sutra ini saja Brow. Pada Uposatha sutta kan mengajar atthasila? Yaitu mengejar kebhagiaan surga?Lantas apakah hanya satu sutta lantas mewakili semua sutta?Apakah satu sutra ini mewakili semua sutra?
lah ini kan lagi bahas sutra ini, kalau mau bahas sutra lain ya gak di thread ini lah.
Tadikan bilang kebhagiaan ajaran Mahayana dngan ajaran Theravada apakah sama?
Gw jawab, kebhagiaan akhr sama saja mod.
Yaitu Nirvana. Mahayana kan trdiri dri banyak sutra pitaka.
waduh...
Saya walaupun punya label mod mahayana, bukan bearti masuk kategori master....
Rasanya Bro Gandalf yang seorang mod mahayana, walaupun pengetahuannya tentang mahayana lebih luas dan dalam dibandingin saya, terlalu berlebihan kalau disebut master... :)
sekedar info, nirvana dan nibbana saja sudah berbeda.....
Nah makanya kalau kita mau main keotentikan sutra maka seharusnya kita tanya balik apakah sutta yang ada di theravada otentik 100%?
Sekarang bagi sebagian orang sutra ini tentu bermanfaat, dan sebagian lain mungkin menanggap nonsense...semua orang bicara mencapai nibbana, seakan-akan cara mencapai nibbannya paling benar dan masuk akal.
Demikian mahayan juga berpikir sutranya benar dan masuk akal....
Pertanyaanya apakah diantara kita sudah ada yang mencapai nibbana atau nirvana sampai berani bilang sutra ini salah dan lain2....
Sebenarnya kalau liat sutra mahayana pun tidak boleh sepenggal-sepenggal. Kalo bahas sutra ini aja, kelihatannya artinya juga sepenggal. Sama kasus di theravada ada yang liat sutta cuma sepenggal misal bahiya sutta saja, akhirnya makna jadi kabur....tetapi jika orang itu mendapat manfaat bahiya sutta, itu bagus. Tapi kalau manfaat yang didapat dari bahiya lalu menyalahkan sutta lain maka itu tidak benar. Sama halnya makna sutra ini tidak bisa hanya dilihat sebatas ini saja. Ada korelasi-korelasi lainnya... Nah latar belakang sutra ini dibuat adalah apa, lalu manfaatnya...inikan juga harus diteliti.
Setelah saya renungkan dengan seksama, saya sependapat dengan bro Andry, misal apakah sutra ini melalui pelafalan sutra bisa menjadi Buddha bila menggunakan panna..tentu bisa sekalipun tidak tertulis. Nah panna disini artinya pengembangan, penelitian dan praktek . Artinya kita sudah banyak belajar kitab, bukan karena tidak tertulis lalu kita ambil2 mentah2. Penelitian dan pengembangan dengan melihat sutra2 lainnya. Sama halnya kaum theravadin melihat sutta tentang anapanasatti..
Contohnya anapanasati sutta....isinya hanya itu saja..lalu ada yang bilang anapanasati bisa jadi Buddha...saya katakan bisa..Buddha melatih anapanasati setelah itu ada pengembangannya....dsb....
Kasus nyata : ada teman saya bilang ke bhante(bhante theravada ya) ." Bhante saya kalau pake objek pelafalan Buddho...Buddho..susah, tidak bermanfaat...." lalu bhantenya menjawab dengan senyum : " yang latih menggunakan Buddho ada lho yang bisa jadi arahat " . Lalu apa kita bilang bhante itu sesat dan tidak masuk akal? sama kasusnya dengan melihat sutra ini.
Makanya seringkali kita membaca sutta atau sutra hanya berdasarkan teks nya saja, tanpa dikaji maknanya, misalnya meminta pendapat mahayanis apasih arti sutra itu...
Sebenarnya satu hal mendasar mahayana dan theravada....mahayana adalah jalan bodhisatva....theravada lebih kepada pencapaian arahat...maka dalam prakteknya maka banyak sekali perbedaan...
Kalau kita mau bicara otentiksitas kata2 Buddha....sulit dilacak, kecuali punya abinna. Contoh : kalau Bayi Buddha lahir langsung bisa jalan dan ngomong....kalau dipikir pakai logika duniawi dan akal sehat maka kita katakan "ngak mungkin"
Contoh lain, Abhidhamma yang katanya didapatkan dialam dewa lalu diceritakan ke sariputta.....secara logika duniawi ini aneh apalagi munculnya di konsili ke 3.....tetapi theravadin tetap mempercayainya . Nah kalau kaum mahayana bilang sutra ini atau itu didapat dialam dewa, dan saat itu Buddha bicara disana, maka beberapa tehravadin mencecar habis-habisan....atau mentertawainya (tidak semua theravadin lho ya)
Sebenarnya apa sih yang Buddha ajarkan...? Hidup berdasarkan Dhamma itu saja, sederhana. Dhamma selalu membawa manfaat bagi kesejahteraan umat...mau benar, mau salah isi ajaran, hal ini sudah terjadi, ada yg bisa terima dan ada yang tidak..diskusi boleh saja..tapi kalau sudah bilang salah tapi nyatanya hanya acuan kitabnya, maka percuma...sekalipun kita bilang tidak menggunakan kitab tetap saja isi kepalanya adalah hasil brain storming kitabnya...
Contoh bro Andry bilang apabila dikembangkan dengan panna pelafalan ini bisa jadi Buddha...disini pasti ada yang setuju dan tidak setuju...saya berani taruhan ini...kalau sudah begini apa kita mau bilang sutra ini sesat.....? bagaimana perasaan mahayanis.....apa perlu nanti mahayanis bilang sutta theravada sesat....yang lucu dua-duanya satu guru, guru Buddha...ini sebenarnya kan ego2an saja. Dan yang lucu lagi Bhikkhu2 dan bhiksu akur2 aja sekarang. Misal Bhante Utamo duet denga Suhu dari mahayana. Kalau saya tulis begini nanti ada lagi cari alasan, sekalipun mereka berduet tetap ngak bisa bareng Sanghakammanya, atau tetap ada pandangan lainnya....pertanyaanya...kesucian apakah dilihat dari itu semua?
Seringkali kita bilang ini forum diskusi apa saja boleh dikritisi, apa saja boleh diskusikan bebas ini dunia maya...sekarang ketika ada yang bilang Tipitaka adalah kotoran sapi atau tripitaka adalah kotoran sapi, apa yang ada di hati masing2 pihak...yakin tidak ada yang marah...? patut diingat Saling menjelekan agama saja SARA, termasuk antar aliran...Yang bikin saya penasaran apa benar selama ini oknum theravadin mengkritisi habis2an mahayana dengan niat benar2 mau tau atau mentheravadanisasi? Ayo jujur saja . Tapi saya masih yakin ada yang jujur untuk tau saja koq. :P Kaum theravada juga akan membela diri, ya mahayana dilapangan juga jelek2an theravada. kalau sudah begini artinya disini dijadikan ajang balas dendam..
Aliran Buddhist saja sudah banyak terpecah..sekarang mo dibuat tambah pecah?
Ini sih sekilas pandang aja, mo diterima boleh juga tidak ada apa2.
Quote from: bond on 19 January 2010, 09:53:13 AM
Nah makanya kalau kita mau main keotentikan sutra maka seharusnya kita tanya balik apakah sutta yang ada di theravada otentik 100%?
Sekarang bagi sebagian orang sutra ini tentu bermanfaat, dan sebagian lain mungkin menanggap nonsense...semua orang bicara mencapai nibbana, seakan-akan cara mencapai nibbannya paling benar dan masuk akal.
Demikian mahayan juga berpikir sutranya benar dan masuk akal....
Pertanyaanya apakah diantara kita sudah ada yang mencapai nibbana atau nirvana sampai berani bilang sutra ini salah dan lain2....
Sebenarnya kalau liat sutra mahayana pun tidak boleh sepenggal-sepenggal. Kalo bahas sutra ini aja, kelihatannya artinya juga sepenggal. Sama kasus di theravada ada yang liat sutta cuma sepenggal misal bahiya sutta saja, akhirnya makna jadi kabur....tetapi jika orang itu mendapat manfaat bahiya sutta, itu bagus. Tapi kalau manfaat yang didapat dari bahiya lalu menyalahkan sutta lain maka itu tidak benar. Sama halnya makna sutra ini tidak bisa hanya dilihat sebatas ini saja. Ada korelasi-korelasi lainnya... Nah latar belakang sutra ini dibuat adalah apa, lalu manfaatnya...inikan juga harus diteliti.
Setelah saya renungkan dengan seksama, saya sependapat dengan bro Andry, misal apakah sutra ini melalui pelafalan sutra bisa menjadi Buddha bila menggunakan panna..tentu bisa sekalipun tidak tertulis. Nah panna disini artinya pengembangan, penelitian dan praktek . Artinya kita sudah banyak belajar kitab, bukan karena tidak tertulis lalu kita ambil2 mentah2. Penelitian dan pengembangan dengan melihat sutra2 lainnya. Sama halnya kaum theravadin melihat sutta tentang anapanasatti..
Contohnya anapanasati sutta....isinya hanya itu saja..lalu ada yang bilang anapanasati bisa jadi Buddha...saya katakan bisa..Buddha melatih anapanasati setelah itu ada pengembangannya....dsb....
Kasus nyata : ada teman saya bilang ke bhante(bhante theravada ya) ." Bhante saya kalau pake objek pelafalan Buddho...Buddho..susah, tidak bermanfaat...." lalu bhantenya menjawab dengan senyum : " yang latih menggunakan Buddho ada lho yang bisa jadi arahat " . Lalu apa kita bilang bhante itu sesat dan tidak masuk akal? sama kasusnya dengan melihat sutra ini.
Makanya seringkali kita membaca sutta atau sutra hanya berdasarkan teks nya saja, tanpa dikaji maknanya, misalnya meminta pendapat mahayanis apasih arti sutra itu...
Sebenarnya satu hal mendasar mahayana dan theravada....mahayana adalah jalan bodhisatva....theravada lebih kepada pencapaian arahat...maka dalam prakteknya maka banyak sekali perbedaan...
Kalau kita mau bicara otentiksitas kata2 Buddha....sulit dilacak, kecuali punya abinna. Contoh : kalau Bayi Buddha lahir langsung bisa jalan dan ngomong....kalau dipikir pakai logika duniawi dan akal sehat maka kita katakan "ngak mungkin"
Contoh lain, Abhidhamma yang katanya didapatkan dialam dewa lalu diceritakan ke sariputta.....secara logika duniawi ini aneh apalagi munculnya di konsili ke 3.....tetapi theravadin tetap mempercayainya . Nah kalau kaum mahayana bilang sutra ini atau itu didapat dialam dewa, dan saat itu Buddha bicara disana, maka beberapa tehravadin mencecar habis-habisan....atau mentertawainya (tidak semua theravadin lho ya)
Sebenarnya apa sih yang Buddha ajarkan...? Hidup berdasarkan Dhamma itu saja, sederhana. Dhamma selalu membawa manfaat bagi kesejahteraan umat...mau benar, mau salah isi ajaran, hal ini sudah terjadi, ada yg bisa terima dan ada yang tidak..diskusi boleh saja..tapi kalau sudah bilang salah tapi nyatanya hanya acuan kitabnya, maka percuma...sekalipun kita bilang tidak menggunakan kitab tetap saja isi kepalanya adalah hasil brain storming kitabnya...
Contoh bro Andry bilang apabila dikembangkan dengan panna pelafalan ini bisa jadi Buddha...disini pasti ada yang setuju dan tidak setuju...saya berani taruhan ini...kalau sudah begini apa kita mau bilang sutra ini sesat.....? bagaimana perasaan mahayanis.....apa perlu nanti mahayanis bilang sutta theravada sesat....yang lucu dua-duanya satu guru, guru Buddha...ini sebenarnya kan ego2an saja. Dan yang lucu lagi Bhikkhu2 dan bhiksu akur2 aja sekarang. Misal Bhante Utamo duet denga Suhu dari mahayana. Kalau saya tulis begini nanti ada lagi cari alasan, sekalipun mereka berduet tetap ngak bisa bareng Sanghakammanya, atau tetap ada pandangan lainnya....pertanyaanya...kesucian apakah dilihat dari itu semua?
Seringkali kita bilang ini forum diskusi apa saja boleh dikritisi, apa saja boleh diskusikan bebas ini dunia maya...sekarang ketika ada yang bilang Tipitaka adalah kotoran sapi atau tripitaka adalah kotoran sapi, apa yang ada di hati masing2 pihak...yakin tidak ada yang marah...? patut diingat Saling menjelekan agama saja SARA, termasuk antar aliran...Yang bikin saya penasaran apa benar selama ini oknum theravadin mengkritisi habis2an mahayana dengan niat benar2 mau tau atau mentheravadanisasi? Ayo jujur saja . Tapi saya masih yakin ada yang jujur untuk tau saja koq. :P Kaum theravada juga akan membela diri, ya mahayana dilapangan juga jelek2an theravada. kalau sudah begini artinya disini dijadikan ajang balas dendam..
Aliran Buddhist saja sudah banyak terpecah..sekarang mo dibuat tambah pecah?
Ini sih sekilas pandang aja, mo diterima boleh juga tidak ada apa2.
ada beberapa sutra dikatakan bahwa jika membaca sutra maka..
1. tidak tua tidak mati..
2. harta kekayaan berlimpa.
3. akan menjadi buddha..
4. bebas dari segala penyakit...
point 1 dan 4...itu gimana bro bond?....bisakah seseorang di jambudipa tidak tau tidak mati, bebas dari penyakit?
[at] om bond, aye nanya2 karena aye penasaran, secara aye mahayana dan tidak mengerti sama sekali sutra2nya, dan juga pandangan aye terhadap ajaran lain itu memang masih ada dan otomatis membandingkan untuk mengetahui mana yang "paling benar", kalau soal cocok2an mah udah aje aye kaga mau pusing ambil ajaran bini yang paling gampang kaga usah pusing2 ngurusin sutra2 mahayana yang banyak dan sulit dibuktikan secara sejaran dan kebenarannya.
Quote
ada beberapa sutra dikatakan bahwa jika membaca sutra maka..
1. tidak tua tidak mati..
2. harta kekayaan berlimpa.
3. akan menjadi buddha..
4. bebas dari segala penyakit...
point 1 dan 4...itu gimana bro bond?....bisakah seseorang di jambudipa tidak tau tidak mati, bebas dari penyakit?
Pertama saya tidak bisa menyimpulkan sebelum membaca sutranya dengan teliti....
Kedua kita harus bertanya kepada pihak mahayana...sutra2 mana yg mereka anggap sah, tripitakanya..dan sutra pendukung lainnya...karena kebanyakan belum diterjemahkan.
Setelah kita tau, baru dipelajari isinya dan pengertiannya terhadap mereka yang berkompeten untuk menjelaskan maksudnya...
Dan apa tujuan dari latihan mereka, karena tujuan akan mempengaruhi cara latihan...
Mengenai pertanyaan anda, saya hanya bisa menerangkan dari sudut pandang saya, karena tidak ada bahan yang anda maksud, dan jika ada sebaiknya taruh di thread lain...sepanjang niatnya baik.
Pandangan sekilas saya dan saya kira kaum mahayanis juga pasti setuju, bahwa pembacaan sutra berulang, tujuannya adalah untuk dimengerti dan dipahami...jika ini dipahami dan dilaksanakan maka tujuan akhir mereka adalah menjadi Buddha...melalui jalan bodhisatva....Setelah menjadi Buddha maka untuk selamanya tidak akan lahir lagi setelah parinibana...dengan demikian sakit, tua dan mati terlampaui..( ini point 1 dan 3 dan 4 )
2, harta kekayaan berlimpah....jika arti sutra dijalankan dengan baik dengan melakukan kebajikan maka menimbun karma baik, maka jika karma baiknya surplus maka kesempatan mendapat kehidupan secara rohani dan materi tidak akan kekurangan...misalnya jadi raja dsb...ini yang dimaksud harta kekayaan berlimpah...dan juga dikarenakan ia tidak akan hidup boros karena terjaga oleh sila dari makna yang terkandung didalam sutra.
Nah untuk memahami rentetan ini harus diloihat satu sutra dengan satu sutra lainnya....Anda bisa menanyakan kepada pihak mahayanis benarkah pendapat saya itu tentang maksud dan tujuan membaca sutra...
Ada tambahan juga tentang tulisan sutra yang isinya iming2 yg pernah ditanyakan cek ganteng ryu:
Pertama dalam tipitaka theravada sendiri Buddha pernah mengiming-iming seorang bahwa kecantikan wanita duniawi masih kalah dengan dewi2 dialam dewa...dan bahkan diperlihatkan dengan tujuan ia mau melatih Dhamma.. dan akhirnya orang ini sadar dan mencapai tingkat kesucian..saya lupa sutta tentang ini tapi saya pernah baca....jadi ini hanya cara case by case bukan penghalalan segala cara.
_/\_
kasus Nanda, 500 peri berkaki pink
Quote from: ryu on 19 January 2010, 10:35:52 AM
[at] om bond, aye nanya2 karena aye penasaran, secara aye mahayana dan tidak mengerti sama sekali sutra2nya, dan juga pandangan aye terhadap ajaran lain itu memang masih ada dan otomatis membandingkan untuk mengetahui mana yang "paling benar", kalau soal cocok2an mah udah aje aye kaga mau pusing ambil ajaran bini yang paling gampang kaga usah pusing2 ngurusin sutra2 mahayana yang banyak dan sulit dibuktikan secara sejaran dan kebenarannya.
Niat baik anda untuk tau patut dihargai.....
Kalau mau tau sutra mahayana maka anda cari orang2 mahayana yang berkompeten, teliti dan ketahui juga apa tujuan anda mencari atau menjalankan itu semua...dan dengan terbuka mau melihat perbedaan itu sebagaimana adanya...mencari Dhamma yang "paling benar" bukan di tripitaka, bukan di sutra dan juga bukan di Tipitaka...ia ada didalam hati anda sendiri...itu semua alat yang digunakan untuk didalam diri, tinggal pilih mo pakai alat yang mana...sekalipun dan katakanlah pandangan anda yang benar, dengan kita mendiskreditkan dengan niat yg tidak baik yang notabene masih satu guru tetap itu salah secara Dhamma. Tetapi saya yakin cek ganteng tidak seperti itu..
Sang Buddha pun tidak menyalahkan orang kalau ada yg mau jadi dewa, Brahma, Bodhisatva termasuk setan sekalipun. Yang Buddha ajarkan adalah konsekwensi2 yang kita pilih dan melihatnya secara bijaksana.
Quote from: bond on 19 January 2010, 08:52:40 PM
Quote from: ryu on 19 January 2010, 10:35:52 AM
[at] om bond, aye nanya2 karena aye penasaran, secara aye mahayana dan tidak mengerti sama sekali sutra2nya, dan juga pandangan aye terhadap ajaran lain itu memang masih ada dan otomatis membandingkan untuk mengetahui mana yang "paling benar", kalau soal cocok2an mah udah aje aye kaga mau pusing ambil ajaran bini yang paling gampang kaga usah pusing2 ngurusin sutra2 mahayana yang banyak dan sulit dibuktikan secara sejaran dan kebenarannya.
Niat baik anda untuk tau patut dihargai.....
Kalau mau tau sutra mahayana maka anda cari orang2 mahayana yang berkompeten, teliti dan ketahui juga apa tujuan anda mencari atau menjalankan itu semua...dan dengan terbuka mau melihat perbedaan itu sebagaimana adanya...mencari Dhamma yang "paling benar" bukan di tripitaka, bukan di sutra dan juga bukan di Tipitaka...ia ada didalam hati anda sendiri...itu semua alat yang digunakan untuk didalam diri, tinggal pilih mo pakai alat yang mana...sekalipun dan katakanlah pandangan anda yang benar, dengan kita mendiskreditkan dengan niat yg tidak baik yang notabene masih satu guru tetap itu salah secara Dhamma. Tetapi saya yakin cek ganteng tidak seperti itu..
Sang Buddha pun tidak menyalahkan orang kalau ada yg mau jadi dewa, Brahma, Bodhisatva termasuk setan sekalipun. Yang Buddha ajarkan adalah konsekwensi2 yang kita pilih dan melihatnya secara bijaksana.
sejauh yang saya baca dengan tafsiran2 dari pihak yang berkompeten, "saya menyimpulkan sendiri" CMIIW :
Baca Sutra => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan
Kalau saya adukan/bandingkan dengan ajaran lain
Percaya => Pikiran tindakan selaras => Mencapai Surga Abadi
sepertinya hampir sama
Kemudian saya acak lagi :
Baca Kitab lain => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan (ada yang bilang Bisa)
di poin ini saya simpulkan mau baca kitab yang palsu atau asli tidak masalah.
maka di poin ini fungsi Sutra ini sebenarnya ada atau tidak ada sepertinya tidak ada masalah.
Kemudian saya pernah diskusi juga dengan ko Tan mengenai Perkataan Benar (salah satu dari JMB 8) misalkan kita mengatakan sutra ini asli di katakan oleh Buddha padahal misalnya tidak apakah selaras dengan perkataan benar?
setahu saya di dalam sutra mahayana, kan tdk diblg dgn membaca sutra demikian, akan mencapai tingkat keBuddhaan dgn waktu demikian. so sah sah aja kalo suatu saat dia membaca sutra bisa mencapai keBuddhaan, dan tdk harus pada kelahiran yg wkt itu. kenapa saya berkata demikian, dgn membaca sutra dia telah mengembangkan keyakinan terhadap Buddha, dengan membaca sutra dia sudah menanamkan niat baik (jika memang tujuan sutra yg dia baca demi kebahagiaan semua mahkluk), dengan membaca sutra dia telah mengembangkan konsentrasi. dengan membaca sutra pikirannya tdk bersekutu dengan hal yg buruk, dengan demikian pula kebajikan yg dikumpulkan akan menyokong mereka pada tahap lanjutan dari pencapaian spritual mereka.....
jika ada kesalahan mohon diperbaiki.
Quote
sejauh yang saya baca dengan tafsiran2 dari pihak yang berkompeten, "saya menyimpulkan sendiri" CMIIW :
apakah maksud tulisan diatas, kurang jelas ;D
Yang saya tangkap maksud tulisan acek adalah pihak mahayana menyimpulkan sendiri dengan tafsirannya ? CMIIW jika ya, dalam mengerti sutra atau sutta tidak luput dari yang namanya penafsiran...seperti studi sutta saja sering kita mengutip beberapa nara sumber yang mengartikan sutta..dan seringkali ada beberapa hal berbeda dalam penafsirannya. Hal penafsiran terhadap kitab suci tidak luput dan terjadi diagama mana saja...dan hal itu lumrah karena semua dari kita belum benar2 menjalankan pati2. Kecuali ada yang telah mengalami apa yang tertulis dalam tripitaka dan tipitaka. Sekarang apakah yang dikatakan arti dari tipitaka yg diterangkan member2 disini tidak luput dari penafsiran? ini fakta. Bahkan penafsiran antar aliran sering terdistorsi oleh konsep yang mengakar dari apa yg diyakininya. Tanpa meneliti lebih lanjut. Sebenarnya kalau mau jujur, banyak yg berkompeten di mahayana, hanya karena dibombardir jadi malas, yang masuk akal pun disalahkan...Contoh ya...masalah anata yang pernah dibahas oleh Ko Ivan Taniputra..mengenai dualisme...sebenarnya ada point telak yg mengenai kaum theravadin...saya tidak perlu membahas lebih lanjut, kecuali ada yg mau bertanya di point mana... Karena sengitnya mereka juga akhirnya malas....karena sikap oknum2 fanatik membabi buta. Padahal ya kalau dipikir kalau setiap muncul sutra dicelotehkan tidak karuan tanpa ada rasa menghargai, tutup saja thread mahayana. Saya pun tau ada momod mahayana merasakan hal yang saya katakan.
Quote
Baca Sutra => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan
Kalau saya adukan/bandingkan dengan ajaran lain
Percaya => Pikiran tindakan selaras => Mencapai Surga Abadi
sepertinya hampir sama
Sepertinya hampir sama tetapi tidak sama...ini pointnya.. numpang nanya juga apakah dalam perjalanan mencapai Buddha tidak diperlukan faktor pikiran dan tindakan selaras?
Quote
Kemudian saya acak lagi :
Baca Kitab lain => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan (ada yang bilang Bisa)
di poin ini saya simpulkan mau baca kitab yang palsu atau asli tidak masalah.
maka di poin ini fungsi Sutra ini sebenarnya ada atau tidak ada sepertinya tidak ada masalah.
Apa maksudnya kitab lain? apa maksudnya baca alkitab sama saja dengan baca sutra...lalu mencapai kebuddhaan...jelas berbeda lah....konsepnya saja berbeda drastis...Yang Satu Buddha yang satu karesten....makanya kita ini jangan mengeneralisasikan sesuatu yang sepatutnya pada tempatnya dan dilencengkan menjadi salah.. ATAU maksudnya hanya membaca Tipitaka theravada saja yang benar?
Kalau anda mau main palsu dan asli, memangnya tipitaka 100% asli tidak ada yang aneh? yakin..? kalau 99% saja asli tetap itu tidak asli...sekarang acek belajar agama Buddha mencari sutta asli atau sutra asli atau Dhamma yang asli? atau dengan kata lain mau pati2 atau mau jadi scholar?
Quote
Kemudian saya pernah diskusi juga dengan ko Tan mengenai Perkataan Benar (salah satu dari JMB Cool misalkan kita mengatakan sutra ini asli di katakan oleh Buddha padahal misalnya tidak apakah selaras dengan perkataan benar?
Kembali lagi , kalau di tipitaka(theravada) ada tambahan2 memangnya anda tahu? jika demikian bisa saja saya bilang tipitaka mengandung perkataan tidak benar, karena memang tidak 100% murni? apakah harus demikian menyikapinya?
Sama halnya sutra mahayana , apakah anda tahu kalau memang benar2 asli atau palsu....? Makanya apa yang anda cari? Dhamma yg diajarkan Sang Buddha atau perkataan-perkataanya beserta asli dan tidaknya?
Kalau sudah bicara lintas aliran, ini sudah meyangkut keyakinan..bisa benar bisa juga salah. Didalam satu aliran saja kita masih diliputi micchaditthi koq malah menilai keluar?
Quote from: bond on 20 January 2010, 09:37:09 AM
Quote
sejauh yang saya baca dengan tafsiran2 dari pihak yang berkompeten, "saya menyimpulkan sendiri" CMIIW :
apakah maksud tulisan diatas, kurang jelas ;D
Yang saya tangkap maksud tulisan acek adalah pihak mahayana menyimpulkan sendiri dengan tafsirannya ? CMIIW jika ya, dalam mengerti sutra atau sutta tidak luput dari yang namanya penafsiran...seperti studi sutta saja sering kita mengutip beberapa nara sumber yang mengartikan sutta..dan seringkali ada beberapa hal berbeda dalam penafsirannya. Hal penafsiran terhadap kitab suci tidak luput dan terjadi diagama mana saja...dan hal itu lumrah karena semua dari kita belum benar2 menjalankan pati2. Kecuali ada yang telah mengalami apa yang tertulis dalam tripitaka dan tipitaka. Sekarang apakah yang dikatakan arti dari tipitaka yg diterangkan member2 disini tidak luput dari penafsiran? ini fakta. Bahkan penafsiran antar aliran sering terdistorsi oleh konsep yang mengakar dari apa yg diyakininya. Tanpa meneliti lebih lanjut. Sebenarnya kalau mau jujur, banyak yg berkompeten di mahayana, hanya karena dibombardir jadi malas, yang masuk akal pun disalahkan...Contoh ya...masalah anata yang pernah dibahas oleh Ko Ivan Taniputra..mengenai dualisme...sebenarnya ada point telak yg mengenai kaum theravadin...saya tidak perlu membahas lebih lanjut, kecuali ada yg mau bertanya di point mana... Karena sengitnya mereka juga akhirnya malas....karena sikap oknum2 fanatik membabi buta. Padahal ya kalau dipikir kalau setiap muncul sutra dicelotehkan tidak karuan tanpa ada rasa menghargai, tutup saja thread mahayana. Saya pun tau ada momod mahayana merasakan hal yang saya katakan.
disinilah makanya di butuhkan "mungkin" suatu lembaga atau kesepakatan untuk memberikan pemahaman kepada umat mahayana pada khususnya dan umat lain pada umumnya mengenai pemahaman sutra, bukannya misalkan ada sutra palsu dibarkan beredar walau tahu itu palsu tapi katanya ada manfaat tapi menurut saya itu tetap tidak etis.
QuoteQuote
Baca Sutra => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan
Kalau saya adukan/bandingkan dengan ajaran lain
Percaya => Pikiran tindakan selaras => Mencapai Surga Abadi
sepertinya hampir sama
Sepertinya hampir sama tetapi tidak sama...ini pointnya.. numpang nanya juga apakah dalam perjalanan mencapai Buddha tidak diperlukan faktor pikiran dan tindakan selaras?
perlu kok, tapi point yang pertama itu di perlukan tidak?
QuoteQuote
Kemudian saya acak lagi :
Baca Kitab lain => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan (ada yang bilang Bisa)
di poin ini saya simpulkan mau baca kitab yang palsu atau asli tidak masalah.
maka di poin ini fungsi Sutra ini sebenarnya ada atau tidak ada sepertinya tidak ada masalah.
Apa maksudnya kitab lain? apa maksudnya baca alkitab sama saja dengan baca sutra...lalu mencapai kebuddhaan...jelas berbeda lah....konsepnya saja berbeda drastis...Yang Satu Buddha yang satu karesten....makanya kita ini jangan mengeneralisasikan sesuatu yang sepatutnya pada tempatnya dan dilencengkan menjadi salah.. ATAU maksudnya hanya membaca Tipitaka theravada saja yang benar?
Kalau anda mau main palsu dan asli, memangnya tipitaka 100% asli tidak ada yang aneh? yakin..? kalau 99% saja asli tetap itu tidak asli...sekarang acek belajar agama Buddha mencari sutta asli atau sutra asli atau Dhamma yang asli? atau dengan kata lain mau pati2 atau mau jadi scholar?
kalau saya meyakini untuk apa saya tanya2 disini dong :)) karena saya tidak yakin makanya timbul pertanyaan seperti ayat ini Matius 24:4. Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!
sebelum menjalani/menjadi muridnya Buddhapun pernah berkata seperti cerita ini (nyontek dari kainyn) :
Melanjutkan tentang orang terkenal dan agama, ada kisah yang sangat menarik dari Upali Sutta (Majjhima Nikaya 56).
Kisahnya tentang Upali Gahapati, seorang perumahtangga pendukung aliran Nigantha yang mendengar kehadiran Buddha Gotama di kotanya, Nalanda. Sebagai pengikut setia Nigantha, maka ia mau membuktikan Ajaran Buddha itu salah, maka ia berdebat tentang perbuatan manakah yang paling berpengaruh, apakah pikiran, ucapan, atau jasmani, karena memang Nigantha menganut perbuatan jasmani yang paling berpengaruh, sedangkan dalam Ajaran Buddha, tentu saja pikiranlah sebagai pelopor.
Setelah berkali-kali diberikan perumpamaan yang tidak mungkin ditolak oleh orang berakal, Upali ini mengaku sejak perumpamaan pertama sudah mengerti, namun masih ingin melihat kehebatan Buddha membabarkan dhamma, maka sengaja bersikeras bahwa perbuatan jasmani yang paling berpengaruh. Kemudian ia menyatakan berlindung pada Buddha. Nah, inilah bagian yang menarik. Ketika ia menyatakan berlindung, Buddha mengatakan, "Perumahtangga, selidikilah dahulu sebelum bertindak. Orang terkenal sepertimu harus berpikir hati-hati sebelum bertindak!" Mendengar hal ini, keyakinan Upali justru membesar. Ia mengatakan, "Kalau sekte lain memberikan perlindungan kepadaku, maka mereka akan membawa saya keliling Nalanda dan menyerukan bahwa bahwa saya telah menerima perlindungan dari mereka. Sekarang Bhagava malah menyuruh saya menyelidiki lagi." Maka ia mengatakan untuk kedua kalinya berlindung kepada Buddha. Lalu Buddha mengatakan bahwa Upali sudah lama menjadi penyokong aliran Nigantha, maka sebaiknya terus menyokong mereka. Mendengar ini, Upali tambah yakin lagi pada Buddha karena biasanya aliran lain justru melarang memberikan dana makanan pada petapa aliran berbeda. Karena itu, ia menyatakan perlindungan untuk ke tiga kali.
QuoteQuote
Kemudian saya pernah diskusi juga dengan ko Tan mengenai Perkataan Benar (salah satu dari JMB8 ) misalkan kita mengatakan sutra ini asli di katakan oleh Buddha padahal misalnya tidak apakah selaras dengan perkataan benar?
Kembali lagi , kalau di tipitaka(theravada) ada tambahan2 memangnya anda tahu? jika demikian bisa saja saya bilang tipitaka mengandung perkataan tidak benar, karena memang tidak 100% murni? apakah harus demikian menyikapinya?
Sama halnya sutra mahayana , apakah anda tahu kalau memang benar2 asli atau palsu....? Makanya apa yang anda cari? Dhamma yg diajarkan Sang Buddha atau perkataan-perkataanya beserta asli dan tidaknya?
Kalau sudah bicara lintas aliran, ini sudah meyangkut keyakinan..bisa benar bisa juga salah. Didalam satu aliran saja kita masih diliputi micchaditthi koq malah menilai keluar?
soal theravada biarlah itu persoalan theravada, ini khan board mahayana masa saya harus tanya theravada? dan apakah ko bond menilai saya percaya kepada tipitaka?
soal saya tahu atau tidak sudah saya katakan dari pertama saya memang tidak tahu makanya menanyakan ;D
Soal Dhamma yang diajarkan Buddha bukannya ada relevansinya dengan isi sutra yang asli atau palsu? atau memang aliran Mahayana membolehkan sutra palsu beredar?
Quote from: ryu on 20 January 2010, 10:19:12 AM
Quote from: bond on 20 January 2010, 09:37:09 AM
Quote
sejauh yang saya baca dengan tafsiran2 dari pihak yang berkompeten, "saya menyimpulkan sendiri" CMIIW :
apakah maksud tulisan diatas, kurang jelas ;D
Yang saya tangkap maksud tulisan acek adalah pihak mahayana menyimpulkan sendiri dengan tafsirannya ? CMIIW jika ya, dalam mengerti sutra atau sutta tidak luput dari yang namanya penafsiran...seperti studi sutta saja sering kita mengutip beberapa nara sumber yang mengartikan sutta..dan seringkali ada beberapa hal berbeda dalam penafsirannya. Hal penafsiran terhadap kitab suci tidak luput dan terjadi diagama mana saja...dan hal itu lumrah karena semua dari kita belum benar2 menjalankan pati2. Kecuali ada yang telah mengalami apa yang tertulis dalam tripitaka dan tipitaka. Sekarang apakah yang dikatakan arti dari tipitaka yg diterangkan member2 disini tidak luput dari penafsiran? ini fakta. Bahkan penafsiran antar aliran sering terdistorsi oleh konsep yang mengakar dari apa yg diyakininya. Tanpa meneliti lebih lanjut. Sebenarnya kalau mau jujur, banyak yg berkompeten di mahayana, hanya karena dibombardir jadi malas, yang masuk akal pun disalahkan...Contoh ya...masalah anata yang pernah dibahas oleh Ko Ivan Taniputra..mengenai dualisme...sebenarnya ada point telak yg mengenai kaum theravadin...saya tidak perlu membahas lebih lanjut, kecuali ada yg mau bertanya di point mana... Karena sengitnya mereka juga akhirnya malas....karena sikap oknum2 fanatik membabi buta. Padahal ya kalau dipikir kalau setiap muncul sutra dicelotehkan tidak karuan tanpa ada rasa menghargai, tutup saja thread mahayana. Saya pun tau ada momod mahayana merasakan hal yang saya katakan.
disinilah makanya di butuhkan "mungkin" suatu lembaga atau kesepakatan untuk memberikan pemahaman kepada umat mahayana pada khususnya dan umat lain pada umumnya mengenai pemahaman sutra, bukannya misalkan ada sutra palsu dibarkan beredar walau tahu itu palsu tapi katanya ada manfaat tapi menurut saya itu tetap tidak etis.
Silakan tanya pada kaum mahayanis...saya rasa ada ya..
QuoteQuote
Baca Sutra => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan
Kalau saya adukan/bandingkan dengan ajaran lain
Percaya => Pikiran tindakan selaras => Mencapai Surga Abadi
sepertinya hampir sama
Sepertinya hampir sama tetapi tidak sama...ini pointnya.. numpang nanya juga apakah dalam perjalanan mencapai Buddha tidak diperlukan faktor pikiran dan tindakan selaras?
perlu kok, tapi point yang pertama itu di perlukan tidak?
Bisa diperlukan, bisa juga tidak....tergantung orangnya, situasi dan kondisinya...
QuoteQuote
Kemudian saya acak lagi :
Baca Kitab lain => Pikiran tindakan selaras => mencapai keBuddhaan (ada yang bilang Bisa)
di poin ini saya simpulkan mau baca kitab yang palsu atau asli tidak masalah.
maka di poin ini fungsi Sutra ini sebenarnya ada atau tidak ada sepertinya tidak ada masalah.
Apa maksudnya kitab lain? apa maksudnya baca alkitab sama saja dengan baca sutra...lalu mencapai kebuddhaan...jelas berbeda lah....konsepnya saja berbeda drastis...Yang Satu Buddha yang satu karesten....makanya kita ini jangan mengeneralisasikan sesuatu yang sepatutnya pada tempatnya dan dilencengkan menjadi salah.. ATAU maksudnya hanya membaca Tipitaka theravada saja yang benar?
Kalau anda mau main palsu dan asli, memangnya tipitaka 100% asli tidak ada yang aneh? yakin..? kalau 99% saja asli tetap itu tidak asli...sekarang acek belajar agama Buddha mencari sutta asli atau sutra asli atau Dhamma yang asli? atau dengan kata lain mau pati2 atau mau jadi scholar?
kalau saya meyakini untuk apa saya tanya2 disini dong :)) karena saya tidak yakin makanya timbul pertanyaan seperti ayat ini Matius 24:4. Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!
sebelum menjalani/menjadi muridnya Buddhapun pernah berkata seperti cerita ini (nyontek dari kainyn) :
Melanjutkan tentang orang terkenal dan agama, ada kisah yang sangat menarik dari Upali Sutta (Majjhima Nikaya 56).
Kisahnya tentang Upali Gahapati, seorang perumahtangga pendukung aliran Nigantha yang mendengar kehadiran Buddha Gotama di kotanya, Nalanda. Sebagai pengikut setia Nigantha, maka ia mau membuktikan Ajaran Buddha itu salah, maka ia berdebat tentang perbuatan manakah yang paling berpengaruh, apakah pikiran, ucapan, atau jasmani, karena memang Nigantha menganut perbuatan jasmani yang paling berpengaruh, sedangkan dalam Ajaran Buddha, tentu saja pikiranlah sebagai pelopor.
Setelah berkali-kali diberikan perumpamaan yang tidak mungkin ditolak oleh orang berakal, Upali ini mengaku sejak perumpamaan pertama sudah mengerti, namun masih ingin melihat kehebatan Buddha membabarkan dhamma, maka sengaja bersikeras bahwa perbuatan jasmani yang paling berpengaruh. Kemudian ia menyatakan berlindung pada Buddha. Nah, inilah bagian yang menarik. Ketika ia menyatakan berlindung, Buddha mengatakan, "Perumahtangga, selidikilah dahulu sebelum bertindak. Orang terkenal sepertimu harus berpikir hati-hati sebelum bertindak!" Mendengar hal ini, keyakinan Upali justru membesar. Ia mengatakan, "Kalau sekte lain memberikan perlindungan kepadaku, maka mereka akan membawa saya keliling Nalanda dan menyerukan bahwa bahwa saya telah menerima perlindungan dari mereka. Sekarang Bhagava malah menyuruh saya menyelidiki lagi." Maka ia mengatakan untuk kedua kalinya berlindung kepada Buddha. Lalu Buddha mengatakan bahwa Upali sudah lama menjadi penyokong aliran Nigantha, maka sebaiknya terus menyokong mereka. Mendengar ini, Upali tambah yakin lagi pada Buddha karena biasanya aliran lain justru melarang memberikan dana makanan pada petapa aliran berbeda. Karena itu, ia menyatakan perlindungan untuk ke tiga kali.
Contoh yang cek ganteng berikan sudah bagus, Saat itu ada Sang Buddha yang merupakan Narasumber langsung dan Yang MAHA tahu..sehingga ia bisa dengan jernih memilah..kalau sekarang apa barometernya, masing2 merasa benar bukan? contohnya semenjak mangkat sudah berapa banyak perpecahan ? semua mengklaim yang paling benar..Nah sekarang setelah cek ganteng ryu sudah banyak tanya sana-sini dengan pihak mahayana...apa kesimpulannya, sesuai atau tidak mahayana dengan ajaran Sang Buddha...katakan acek mengatakan sutra ini atau itu tidak sesuai....dan mahayana mengatakan sesuai...lalu apa tindakan Acek...? Sutranya dibakar ? Dan patut disadari fakta mahayana telah menjadi agama Buddha.
QuoteQuote
Kemudian saya pernah diskusi juga dengan ko Tan mengenai Perkataan Benar (salah satu dari JMB8 ) misalkan kita mengatakan sutra ini asli di katakan oleh Buddha padahal misalnya tidak apakah selaras dengan perkataan benar?
Kembali lagi , kalau di tipitaka(theravada) ada tambahan2 memangnya anda tahu? jika demikian bisa saja saya bilang tipitaka mengandung perkataan tidak benar, karena memang tidak 100% murni? apakah harus demikian menyikapinya?
Sama halnya sutra mahayana , apakah anda tahu kalau memang benar2 asli atau palsu....? Makanya apa yang anda cari? Dhamma yg diajarkan Sang Buddha atau perkataan-perkataanya beserta asli dan tidaknya?
Kalau sudah bicara lintas aliran, ini sudah meyangkut keyakinan..bisa benar bisa juga salah. Didalam satu aliran saja kita masih diliputi micchaditthi koq malah menilai keluar?
soal theravada biarlah itu persoalan theravada, ini khan board mahayana masa saya harus tanya theravada? dan apakah ko bond menilai saya percaya kepada tipitaka?
Saya memberikan contoh theravada hanya untuk perbandingan yang comparative dan tentunya memang itu persoalan theravada, setuju dengan anda. Dan kadangkala persoalan itu dicoba untuk disamakan di thread mahayana ini khususnya perbedaan mendasar(ini terbukti di thread2 lain). Mengenai anda percaya pada tipitaka atau tidak hanya anda yang yg tau.
[/size]
soal saya tahu atau tidak sudah saya katakan dari pertama saya memang tidak tahu makanya menanyakan ;D
Soal Dhamma yang diajarkan Buddha bukannya ada relevansinya dengan isi sutra yang asli atau palsu? atau memang aliran Mahayana membolehkan sutra palsu beredar?
Saya beri Anda contoh, ini menyangkut persepsi...Misal ya..Seorang Bhikkhu yang dipercayai mahayana contoh BodhiDharma..lalu dia berkata2 "hindari pembunuhan"..Lalu dalam pengelompokannya ini dianggap sebagai sutra..yang mengajarkan adalah Bodhidharma. Tetapi mereka bilang itulah kata2 Sang Buddha...dan Bodhidharma adalah juga murid Buddha yang kesekian dan sekian generasi..apakah sutra ini asli atau palsu...?
Kita harus tanya dulu kepada pihak mahayana apa saja yg dikelompokan sebagai sutra. Setelah kita tau definisi dan cara pengelompokannya baru bisa disimpulkan.. Setiap aliran ada tradisi dan tatacaranya sendiri...
Kecuali ada sutra bilang baca sutra ini bisa banyak istri.....memuja hantu bisa masuk surga...dengan kata lain isinya memang kacau...atau ada kata...sembahlah Tuhan yang maha Agung Buddha...ini baru menyesatkan... Makanya setiap sutra ada judulnya, misal sutra hati , sutra intan, mungkin ada juga bodhidharma sutra, dimasukan...nah kalau mo tanya teknis ini silakan tanya sama yg berkompeten...dan biarkan lembaga mahayana sendiri yang memfilter sutranya...
Kalo kesimpulan aye sih, masih banyak yang perlu dibenahi dalam sutra2 mahayana yang beredar, memang bukan urusan aye sih tapi ya sudah lah :P
Quote from: upasaka on 18 January 2010, 03:17:04 PM
Quote from: wen78 on 18 January 2010, 03:13:05 PM
[at] upasaka
jadi menurut bro upasaka, menjalankan sila + menjalankan meditasi vipasana => menjadi yg tercerahkan(Buddha)?
Kalau menurut saya, menjalankan sila dan menjalankan meditasi vipassana tidak bisa menjadi Buddha. :)
Menurut saya, untuk menjadi Buddha; dalam konteks ini adalah menjadi Savaka-Buddha (murid), adalah dengan cara mengembangkan sila, mengembangkan samadhi dan mengembangkan panna. Ada perbedaan besar antara mengembangkan dan menjalankan.
Lalu di pengantar Sutra ini, dikatakan bahwa membaca Sutra bisa menjadi Buddha. Dalam konteks Mahayana, yang disebut Buddha adalah Samyaksambuddha. Jadi saya ingin bertanya, apakah benar dengan cara membaca Sutra maka bisa menjadi Buddha.
Hanya sesederhana itu saja. :)
sama juga dengan kalimat2 yang lain yang mengatakan meditasi vipasana bisa menjadi yg tercerahkan(Buddha).
sesederhana itu juga kok ;D
QuoteSetelah kita tau definisi dan cara pengelompokannya baru bisa disimpulkan.. Setiap aliran ada tradisi dan tatacaranya sendiri...
Kecuali ada sutra bilang baca sutra ini bisa banyak istri.....memuja hantu bisa masuk surga...dengan kata lain isinya memang kacau...atau ada kata...sembahlah Tuhan yang maha Agung Buddha...ini baru menyesatkan...
QuoteTeratai Biru dan dari seluruh pori-pori tubuh-Nya akan memancarkan harumnya kayu cendana kepala lembu serta pahalanya akan menjadi seperti tersebut diatas tadi. Oleh karenanya, wahai Nakshatrarajasamkusumitabhijna, Aku percayakan kepada-Mu Bab tentang Dharma Yang Terdahulu Dari Sang Bhaisajyaraja itu. Didalam 500 tahun yang terakhir sesudah Kemokshaan-Ku nanti, maklumkanlah dan siarkanlah Bab itu didalam Jambudvipa, karena kalau tidak, Bab itu akan hilang sehingga sang mara, yang maha jahat, beserta manusia-manusia maranya, para dewa, naga, yaksha, kumbhandas dan lain-lainnya akan memperoleh kesempatannya."
"Wahai Nakshatrarajasamkusumitabhijna! Peliharalah dan Lindungilah Sutta ini dengan kekuatan-kekuatan ghaib-Mu. Karena Sutta ini merupakan obat yang manjur bagi penyakit orang-orang Jambudvipa. Jika seseorang jatuh sakit dan ia mendengar Sutta ini, maka sakitnya akan segera hilang dan iapun tidak akan menjadi tua dan tidak pula akan mati."
Bro Bond, tahukah anda isi sutra mahayana itu kalau di baca, hampir semuanya berupa
"puji-pujian dan kebesaran seorang buddha?"
kalau dikatakan sutta seperti Theravada, ambil contoh sutra dari DN...mulai dari manapun, isinya semua pasti memiliki seperti pesan moral, pesan ini pesan itu...jadi ada yang di pelajari dari sana.....
sedangkan puji-pujian apa yg mau di pelajari?versi lengkap nya coba baca di
http://forum.dhammacakka.org/showthread.php?p=12427
----------------------------------------------------------------
saya juga tidak setuju kalau dibilang "anti-mahayana" tetapi pada dasarnya saya melihat "kebenaran" bukan anti-mahayana,saya juga kadang suka membaca cerita-cerita zen, atau cerita para biksu mahayana misalkan buku terbitan DC tentang master Chan han shan ;D
Quotesoal saya tahu atau tidak sudah saya katakan dari pertama saya memang tidak tahu makanya menanyakan
Soal Dhamma yang diajarkan Buddha bukannya ada relevansinya dengan isi sutra yang asli atau palsu? atau memang aliran Mahayana membolehkan sutra palsu beredar?
saya setuju dengan bro Ryu, contoh nya saja sebuah sutra Sadhamapundarika sutra ini contoh nya..
QuoteSaddharma Pundarika Sutra,
Raja dari segala Sutra
"Wahai Nakshatraragasankusumitabhigna! Sama seperti halnya lautan lebih besar dibandingkan sungai, Saddharma Pundarika Sutra ini, jauh lebih dalam dibandingkan semua sutra yang dibabarkan oleh Sang Tathagata.
Sama seperti Gunung Sumeru yang lebih tinggi dibandingkan semua gunung termasuk Gunung Bumi, Gunung Hitam, Gunung Lingkaran Besi, dan Gunung Sepuluh Pusaka; Saddharma Pundarika Sutra adalah berada diatas semua sutra-sutra lainnya.
Sama seperti Dewa Bulan lebih terang daripada bintang, Saddharma Pundarika Sutra memberikan kita cahaya yang lebih terang dibandingkan sutra-sutra lain sejumlah ribuan milyar sutra. Sama seperti Dewa Matahari melenyapkan seluruh kegelapan, Sutra ini mengusir semua kegelapan iblis.Sama seperti Raja Suci Pemutar Dharma adalah lebih unggul dari raja negara kecil, sutra ini lebih terhormat dibandingkan sutra lainnya.
berarti sutra Sadharmapundarika ini, adalah sutra tertinggi....kalah dibanding sutra-sutra lainnya...
coba perhatikan isi-nya dulu...sependapat ga?
QuoteWahai Baisaja-Raja ! terdapat banyak sekali orang, baik orang-orang biasa maupun para viharawan yang berjalan di dalam jalan kebodhisatvaan yang seolah-olah tidak menyadarinya, tidak mendengar, tidak membaca, menghafalkan, menurun, memelihara, dan memuliakan Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini. Tetapi ketahuilah bahwa orang-orang itu belumlah berjalan dengan lurus diatas jalan kebodhisatvaan dan seandainya saja salah seorang dari mereka itu mendengar tentang sutra ini, maka barulah mereka akan dapat berjalan dengan benar didalam jalan kebodhisatvaan. Andaikata para mahluk yang mencari jalan kebuddhaan melihat ataupun mendengar Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini dan sesudah mendengarnya kemudian mempercayai dan meresapi, menerima serta memeliharanya, maka engkau dapat mengetahui bahwa mereka itu sudah dekat dengan Penerangan Agung.
maksudnya sudah jelas kan, kalau tidak baca sutra ini, maka tidak bisa jadi sammasambuddha sejati....
atau tidak baca sutra ini, maka tidak bisa jadi boddhisatva sejati
QuoteJika seseorang pengkhotbah dari hukum ini
Berdiam sendirian di suatu tempat yang terpencil,
Didalam kesunyian dimana tidak terdengar suara manusia
Membaca dan menghafalkan sutra ini
Kemudian Aku akan datang kepadanya
Dengan tubuh yang kekal dan suci
Jika ia lupa akan kalimat-kalimat atau kata-kata
Akan Aku jelaskan sehingga ia menjadi paham
Ketika orang seperti itu telah sempurna didalam perbuatan ini
Baik berkhotbah kepada 4 golongan
Maupun ditempat yang tersembunyi membaca dan menghafalkan sutra itu
Ia selalu akan melihatKu
Jika orang seperti itu tinggal ditempat yang tersembunyi
Akan Aku kirimkan para dewa dan raja-raja naga
Para yaksha, iblis, para roh dan lain-lainnya
Untuk menjadi pendengar dari Hukum ini
jadi kalau seseorang lupa bisa di-ingatkan oleh buddha, terus kalau tidak ada audience[pendengar] buddha mengirimkan audience...maksud nya itu apa?...
apa buddha berperan jadi james cameron disini?
saya sih sudah 100% yakin kalau ini sutra yg isi nya kebohongan.....
bisa baca lengkap nya di
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,12586.0.html
QuoteDan bilamana mereka mendapat tubuh manusia, mereka dilahirkan pincang, cacad, bongkok, bermata satu, buta, dungu dan hina, mereka tak ada Kepercayaan terhadap Sutta-Ku.
apakah ini maksudnya, jika tak percaya pada sutra ini, maka terlahir pincang,cacad, bongkok, bermata satu, buta, dungu dan hina...
kalau begitu saya percaya ;D amen....
inilah yg saya anggap sebagai kebohongan dibalik beberapa merek kebenaran
mohon maaf kalau ada kata-kata tidak berkenaan.... ^:)^
_/\_
Quote
Bro Bond, tahukah anda isi sutra mahayana itu kalau di baca, hampir semuanya berupa
"puji-pujian dan kebesaran seorang buddha?"
kalau dikatakan sutta seperti Theravada, ambil contoh sutra dari DN...mulai dari manapun, isinya semua pasti memiliki seperti pesan moral, pesan ini pesan itu...jadi ada yang di pelajari dari sana.....
sedangkan puji-pujian apa yg mau di pelajari?
versi lengkap nya coba baca di
http://forum.dhammacakka.org/showthread.php?p=12427
Memang salah berisi puji2an Sang Buddha? Buddha dipuji adalah pantas karena sempurna.
Numpang nanya bro mercy mungkin hanya melihat yang puji2annya saja....sudah baca tripitaka mahayana? memangnya isi parita tidak ada pujian ttg Sang Buddha?
Quote
saya juga tidak setuju kalau dibilang "anti-mahayana" tetapi pada dasarnya saya melihat "kebenaran" bukan anti-mahayana,saya juga kadang suka membaca cerita-cerita zen, atau cerita para biksu mahayana misalkan buku terbitan DC tentang master Chan han shan Grin
Mengapa anda merasa "anti -mahayana " jika kenyataan tidak ;D Sikaplah yang akan terlihat...boleh saja kita menutupi diri kita tetapi hati tidak dapat dibohongi....Jadi siapapun yang tersinggung dan merasa anti mahayana...periksa hati kalian.....pernakah kita juga berpikir bagaiamana perasaan mahayanis? apakah mereka bukan saudara kita juga? dan saya pribadi tidak pernah menyebut nama siapapun yang anti tapi kenyataanya banyak bermunculan yang merasa :))
Bro sendiri sudah menyadari dan mengatakan tipitaka sendiri tidak 100% dan demikian juga sutra....bahkan menurut bro banyak yang tidak sesuai....saran saya ambillah yang terbaik buat perkembangan batin bro...menilai, menghakimi disana-sini sebagai kedok diskusi tidak akan ada habisnya. Dapatkah Anda mengubah dunia sesuai kemauan anda?
Selanjutnya terserah bro jika ingin menampilkan seluruh kelemahan sutra...tulisan sutra hanya benda mati termasuk sutta...tetapi yang akan ternilai adalah sikap kita...karena sutra itu hanya diam tidak bergeming, dan mungkin menertawakan orang2 yang merasa dirinya bersih, murni dan tidak tercela padahal kenyataanya jauh dari itu. Seandainya SB masih hidup, Dia juga ketawa. ;D
Quote from: bond on 21 January 2010, 10:05:53 AM
Quote
Bro Bond, tahukah anda isi sutra mahayana itu kalau di baca, hampir semuanya berupa
"puji-pujian dan kebesaran seorang buddha?"
kalau dikatakan sutta seperti Theravada, ambil contoh sutra dari DN...mulai dari manapun, isinya semua pasti memiliki seperti pesan moral, pesan ini pesan itu...jadi ada yang di pelajari dari sana.....
sedangkan puji-pujian apa yg mau di pelajari?
versi lengkap nya coba baca di
http://forum.dhammacakka.org/showthread.php?p=12427
Memang salah berisi puji2an Sang Buddha? Buddha dipuji adalah pantas karena sempurna.
Numpang nanya bro mercy mungkin hanya melihat yang puji2annya saja....sudah baca tripitaka mahayana? memangnya isi parita tidak ada pujian ttg Sang Buddha?
Quote
saya juga tidak setuju kalau dibilang "anti-mahayana" tetapi pada dasarnya saya melihat "kebenaran" bukan anti-mahayana,saya juga kadang suka membaca cerita-cerita zen, atau cerita para biksu mahayana misalkan buku terbitan DC tentang master Chan han shan Grin
Mengapa anda merasa "anti -mahayana " jika kenyataan tidak ;D Sikaplah yang akan terlihat...boleh saja kita menutupi diri kita tetapi hati tidak dapat dibohongi....Jadi siapapun yang tersinggung dan merasa anti mahayana...periksa hati kalian.....pernakah kita juga berpikir bagaiamana perasaan mahayanis? apakah mereka bukan saudara kita juga? dan saya pribadi tidak pernah menyebut nama siapapun yang anti tapi kenyataanya banyak bermunculan yang merasa :))
Bro sendiri sudah menyadari dan mengatakan tipitaka sendiri tidak 100% dan demikian juga sutra....bahkan menurut bro banyak yang tidak sesuai....saran saya ambillah yang terbaik buat perkembangan batin bro...menilai, menghakimi disana-sini sebagai kedok diskusi tidak akan ada habisnya. Dapatkah Anda mengubah dunia sesuai kemauan anda?
Selanjutnya terserah bro jika ingin menampilkan seluruh kelemahan sutra...tulisan sutra hanya benda mati termasuk sutta...tetapi yang akan ternilai adalah sikap kita...karena sutra itu hanya diam tidak bergeming, dan mungkin menertawakan orang2 yang merasa dirinya bersih, murni dan tidak tercela padahal kenyataanya jauh dari itu. Seandainya SB masih hidup, Dia juga ketawa. ;D
apakah Buddha masih bisa tertawa? ;D
Bisa dong.....kalau dia mau kenapa tidak bisa....ketawa dalam hati juga bisa...ngak perlu nyengir kuda kan , siapa yang tau :P
Budha cuma bs trsenyum lembut, mana mungkin bs tertawa huahuahua.
Kotoran Buddha dan kentut Buddha juga wangi lho. ^-^
Quote from: bond on 21 January 2010, 11:15:08 AM
Kotoran Buddha dan kentut Buddha juga wangi lho. ^-^
pastinya lebih mantap dan lebih sakti, kotoran sapi aja bisa membuat bahagia bhikshu ;D :
.........."Saya akan menjelaskan seni pemandian yang diberkati dengan mantra dan obat-obat aromatik demi kebahagiaan bhikshu yang membabarkan Dharma dan demi para makhluk yang mendengarkan Dharma. Ini akan meredakan semua klesha yang disebabkan oleh pengaruh-pengaruh planet, meteor-meteor, kelahiran dan kematian; ini akan mengakhiri konflik-konflik, pertengkaran, peperangan, kekacauan, mimpi-mimpi buruk, gangguan-gangguan dari Vinayaka dan semua penyihir dan mayat hidup (zombi). Obat-obat aromatik dan mantra-mantra yang digunakan untuk pemandian oleh para bijaksana adalah: (1) vacha, (2) gorochana, (3) sprkka, (4) shirisa, (5) shamyaka, (6) shami, (7) indrabasta, (8) mahabhaga, (9) jnamaka, (10) agaru, (11) tvach, (12) shriveshtaka, (13) gandarukam/damar dari sarja, (14) shallaki, (15) guggulu, (16) tagara, (17) patra, (18) shaileya, (19) chandana, (20) manahshila, (21) sarochana, (22) kushtha, (23) kunkuma, (24) musta, (25) sarshapa, (26) nalada, (25) chavya, (28) sukshmaila, (29) ushira dan (30) nagakesara.
Memperhatikan tibanya bintang Pushya,
Buatlah bahan-bahan ini dalam porsi yang sama.
Kemudian berkahilah bubuk tersebut
Dengan mantra ini seratus kali:
TADYATHA SUKRTE KRTA KAMALIJANAKARATE / HAMKARATE/ INDRAJALI / SHAKADDREPASHADDRE / ABARTAKSIKE / NA KUTRAKU / KAPILA KAPILAMATI / SHILAMTI / SANDHI DHUDHUMAMABATI / SHIRI SHIRI / SATYASHITE SVAHA
Gambarkan lingkaran gaib dengan
kotoran sapiDan tebarkan bunga-bunga di sana.
Dalam bejana emas dan bejana perak
Masukkan madu.
Tempatkan di sana empat orang lelaki
Mengenakan tameng pelindung dan berdiri dalam posisi siaga.
Tempatkan juga empat pelayan,
Sepenuhnya dihiasi dan memegang vas-vas.
Selalu wangikan dengan bdellium
Dan mainkan musik lima simbal.
Sepenuhnya hiasi para dewi.
Dengan payung-payung, panji-panji kejayaan dan bendera-bendera.
Secara berkala, letakkan cermin-cermin,
Panah-panah dan tombak-tombak.
Kemudian, gambarkan garis pembatas,
Dan mulailah apa yang perlu dilakukan...........
Quote from: bond on 21 January 2010, 11:15:08 AM
Kotoran Buddha dan kentut Buddha juga wangi lho. ^-^
yg bener?
Uda di tes ya cek ganteng ^-^
Quote from: bond on 21 January 2010, 11:28:09 AM
Uda di tes ya cek ganteng ^-^
ada gak bhiksu yang mau coba?
Quote from: bond on 21 January 2010, 11:29:57 AM
Quote from: Indra on 21 January 2010, 11:27:37 AM
Quote from: bond on 21 January 2010, 11:15:08 AM
Kotoran Buddha dan kentut Buddha juga wangi lho. ^-^
yg bener?
Coba cium aja mas ^-^ :P
saya tidak punya kesaktian itu makanya tanya sama yg udah pernah cium
Quote from: Indra on 21 January 2010, 11:32:50 AM
Quote from: bond on 21 January 2010, 11:29:57 AM
Quote from: Indra on 21 January 2010, 11:27:37 AM
Quote from: bond on 21 January 2010, 11:15:08 AM
Kotoran Buddha dan kentut Buddha juga wangi lho. ^-^
yg bener?
Coba cium aja mas ^-^ :P
saya tidak punya kesaktian itu makanya tanya sama yg udah pernah cium
katanya kedua orang tua di rumah disebut Buddha juga, mungkin ko bond udah coba ;D
Quote from: ryu on 21 January 2010, 11:35:21 AM
Quote from: Indra on 21 January 2010, 11:32:50 AM
Quote from: bond on 21 January 2010, 11:29:57 AM
Quote from: Indra on 21 January 2010, 11:27:37 AM
Quote from: bond on 21 January 2010, 11:15:08 AM
Kotoran Buddha dan kentut Buddha juga wangi lho. ^-^
yg bener?
Coba cium aja mas ^-^ :P
saya tidak punya kesaktian itu makanya tanya sama yg udah pernah cium
katanya kedua orang tua di rumah disebut Buddha juga, mungkin ko bond udah coba ;D
coba apa cek?
Quote from: ryu on 21 January 2010, 11:35:21 AM
Quote from: Indra on 21 January 2010, 11:32:50 AM
Quote from: bond on 21 January 2010, 11:29:57 AM
Quote from: Indra on 21 January 2010, 11:27:37 AM
Quote from: bond on 21 January 2010, 11:15:08 AM
Kotoran Buddha dan kentut Buddha juga wangi lho. ^-^
yg bener?
Coba cium aja mas ^-^ :P
saya tidak punya kesaktian itu makanya tanya sama yg udah pernah cium
katanya kedua orang tua di rumah disebut Buddha juga, mungkin ko bond udah coba ;D
kalo yg ni keknya bau juga deh
Quote from: bond on 21 January 2010, 11:42:19 AM
Quote from: ryu on 21 January 2010, 11:35:21 AM
Quote from: Indra on 21 January 2010, 11:32:50 AM
Quote from: bond on 21 January 2010, 11:29:57 AM
Quote from: Indra on 21 January 2010, 11:27:37 AM
Quote from: bond on 21 January 2010, 11:15:08 AM
Kotoran Buddha dan kentut Buddha juga wangi lho. ^-^
yg bener?
Coba cium aja mas ^-^ :P
saya tidak punya kesaktian itu makanya tanya sama yg udah pernah cium
katanya kedua orang tua di rumah disebut Buddha juga, mungkin ko bond udah coba ;D
coba apa cek?
:whistle: :whistle: :whistle:
dah ahhh :backtotopic:
Sadar juga ^-^
Mod Dan Glomod DC ITU TINGKAH LAKUNYA SEPERTI TAMAN KANAK - KANAK ATAU PLAYGROUND.
GUS DUR MODE ON :P
Quote from: purnama on 21 January 2010, 12:36:46 PM
Mod Dan Glomod DC ITU TINGKAH LAKUNYA SEPERTI TAMAN KANAK - KANAK ATAU PLAYGROUND.
GUS DUR MODE ON :P
maksudnya? harap dijelaskan...
Quote from: bond on 21 January 2010, 10:05:53 AM
Quote
Bro Bond, tahukah anda isi sutra mahayana itu kalau di baca, hampir semuanya berupa
"puji-pujian dan kebesaran seorang buddha?"
kalau dikatakan sutta seperti Theravada, ambil contoh sutra dari DN...mulai dari manapun, isinya semua pasti memiliki seperti pesan moral, pesan ini pesan itu...jadi ada yang di pelajari dari sana.....
sedangkan puji-pujian apa yg mau di pelajari?
versi lengkap nya coba baca di
http://forum.dhammacakka.org/showthread.php?p=12427
Memang salah berisi puji2an Sang Buddha? Buddha dipuji adalah pantas karena sempurna.
Numpang nanya bro mercy mungkin hanya melihat yang puji2annya saja....sudah baca tripitaka mahayana? memangnya isi parita tidak ada pujian ttg Sang Buddha?
Quote
saya juga tidak setuju kalau dibilang "anti-mahayana" tetapi pada dasarnya saya melihat "kebenaran" bukan anti-mahayana,saya juga kadang suka membaca cerita-cerita zen, atau cerita para biksu mahayana misalkan buku terbitan DC tentang master Chan han shan Grin
Mengapa anda merasa "anti -mahayana " jika kenyataan tidak ;D Sikaplah yang akan terlihat...boleh saja kita menutupi diri kita tetapi hati tidak dapat dibohongi....Jadi siapapun yang tersinggung dan merasa anti mahayana...periksa hati kalian.....pernakah kita juga berpikir bagaiamana perasaan mahayanis? apakah mereka bukan saudara kita juga? dan saya pribadi tidak pernah menyebut nama siapapun yang anti tapi kenyataanya banyak bermunculan yang merasa :))
Bro sendiri sudah menyadari dan mengatakan tipitaka sendiri tidak 100% dan demikian juga sutra....bahkan menurut bro banyak yang tidak sesuai....saran saya ambillah yang terbaik buat perkembangan batin bro...menilai, menghakimi disana-sini sebagai kedok diskusi tidak akan ada habisnya. Dapatkah Anda mengubah dunia sesuai kemauan anda?
Selanjutnya terserah bro jika ingin menampilkan seluruh kelemahan sutra...tulisan sutra hanya benda mati termasuk sutta...tetapi yang akan ternilai adalah sikap kita...karena sutra itu hanya diam tidak bergeming, dan mungkin menertawakan orang2 yang merasa dirinya bersih, murni dan tidak tercela padahal kenyataanya jauh dari itu. Seandainya SB masih hidup, Dia juga ketawa. ;D
wah, saya tidak bilang kalau
semua sutra mahayana keliru
masalah anti-mahayana, kok anda sudah mulai melakukan persepsi sendiri mengenai saya?
jadi andai saya tidak ngomong "anti-mahayana" jadi saya tidak anti-mahayana?
sepertinya anda lebih ke arah tidak mau campur pusing dan tidak membahas apa yang saya posting mengenai kutipan sutra tersebut...
QuoteSelanjutnya terserah bro jika ingin menampilkan seluruh kelemahan sutra...tulisan sutra hanya benda mati termasuk sutta...tetapi yang akan ternilai adalah sikap kita...karena sutra itu hanya diam tidak bergeming, dan mungkin menertawakan orang2 yang merasa dirinya bersih, murni dan tidak tercela padahal kenyataanya jauh dari itu. Seandainya SB masih hidup, Dia juga ketawa.
memang benar sutra hanya benda mati...jadi kira-kira apa gunanya raja Asoka mengadakan konsili ke-3?
apa gunanya membersihkan "sangha"?
jadi kalau ada sutra palsu atau sutta palsu beredar...anda tidak peduli? padahal anda tahu kalau sutra atau sutta itu palsu?
para pembaca sutra seperti itu juga bisa ngomong kalau "ini demi kemajuan batin dan bermanfaat"
bagi saya setidaknya "memberikan informasi" bahwa sutra ini adalah sutra palsu, setidaknya para umat buddhisme lebih hati-hati dan lebih pakai akal untuk membaca sebuah sutra....tidak langsung percaya.
ini pun adalah kebajikan karena memberitahu orang yg benar sebagai yg benar....kalau orang tersebut masih tidak mau dengar, itu urusan nya...
waktu kecil saya pernah mengambil sebuah kitab suci di klenteng , gambar depan nya dewi kwang im.....
di belakangnya tertulis membaca sekian kali, akan menjadi ini dan itu...
saya pun membaca berulang kali dengan sungguh-sungguh...hasilnya? jauh dari harapan...
apabila waktu itu saya sudah tahu bahwa sutra ini palsu saya tidak mungkin membaca-nya....
ada yang saya suka dari kutipan upali sutta....
Quote27. "Yang Mulia, pada suatu ketika ada seorang brahmana yang sudah tua, sudah berumur, dan dibebani usia. Dia mempunyai istri seorang gadis brahmana muda yang hamil dan sudah mendekati persalinan. Maka istrinya ini memberitahu dia: 'Pergilah, brahmana, belilah seekor kera muda di pasar dan bawalah kembali kepadaku sebagai teman bermain bagi anakku.' Brahmana itu menjawab: 'Tunggu, nyonya, sampai engkau telah melahirkan anak itu. Jika engkau melahirkan seorang anak lelaki, maka aku akan membeli seekor kera jantan muda di pasar dan membawanya kembali kepadamu sebagai teman bermain bagi anak lelakimu; tetapi jika engkau melahirkan seorang anak perempuan, maka aku akan membeli seekor kera betina muda di pasar dan membawanya kembali kepadamu sebagai teman bermain bagi anak perempuanmu.' Untuk kedua kalinya istrinya itu mengucapkan permohonan yang sama dan menerima jawaban yang sama pula. Untuk ketiga kalinya istrinya itu mengucapkan permohonan yang sama. Kemudian, karena pikirannya amat mencintai istrinya, brahmana itu lalu pergi ke pasar, membeli seekor kera jantan muda, membawanya kembali dan memberitahu istrinya:' Aku telah membeli seekor kera jantan muda ini di pasar [385] dan membawanya kembali kepadamu sebagai teman bermain bagi anak lelakimu.' Kemudian istrinya berkata: Pergilah, brahmana, bawalah kera jantan muda ini ke Rattapani, putra tukang celup, dan katakan kepadanya: "Rattapani yang baik, saya ingin agar kera jantan muda ini diberi warna yang disebut kuning-salep, kemudian dipukul dan dipukul lagi, dan diratakan di dua sisinya."' Maka, karena pikirannya amat mencintai istrinya, brahmana itu membawa kera jantan muda itu ke Rattapani, putra tukang celup, dan berkata kepadanya: 'Rattapani yang baik, saya ingin agar kera jantan muda ini diberi warna yang disebut kuning-salep, kemudian diketok dan diketok lagi, dan dilicinkan di dua sisinya.' Rattapani, putra tukang celup itu berkata kepadanya: 'Yang Mulia, kera jantan muda ini akan tahan menerima warna itu tetapi tidak akan menerima ketokan dan pelicinan.' Demikian pula, Yang Mulia, doktrin Nigantha yang tolol itu akan menyenangkan orang-orang tolol tetapi bukan orang-orang yang bijaksana, dan doktrin itu tidak akan tahan bila diuji atau dilicinkan.
"Kemudian, Yang Mulia, pada saat yang lain brahmana itu membawa seperangkat pakaian baru ke Rattapani, putra tukang celup dan berkata kepadanya: 'Rattapani yang baik, saya ingin agar seperangkat pakaian baru ini diberi warna yang disebut kuning-salep, kemudian dipukul dan dipukul lagi, dan diratakan di dua sisinya.' Rattapani, putra tukang celup itu berkata kepadanya: 'Yang Mulia, seperangkat pakaian baru ini akan tahan menerima warna dan pukulan dan pelicinan.'
Demikian pula, Yang Mulia, doktrin Yang Terberkahi itu, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, akan menyenangkan orang-orang yang bijaksana tetapi bukan orang-orang tolol, dan doktrin itu akan tahan bila diuji atau dilicinkan."
_/\_
Quote from: marcedes on 21 January 2010, 10:22:05 PM
Quote from: bond on 21 January 2010, 10:05:53 AM
Quote
Bro Bond, tahukah anda isi sutra mahayana itu kalau di baca, hampir semuanya berupa
"puji-pujian dan kebesaran seorang buddha?"
kalau dikatakan sutta seperti Theravada, ambil contoh sutra dari DN...mulai dari manapun, isinya semua pasti memiliki seperti pesan moral, pesan ini pesan itu...jadi ada yang di pelajari dari sana.....
sedangkan puji-pujian apa yg mau di pelajari?
versi lengkap nya coba baca di
http://forum.dhammacakka.org/showthread.php?p=12427
Memang salah berisi puji2an Sang Buddha? Buddha dipuji adalah pantas karena sempurna.
Numpang nanya bro mercy mungkin hanya melihat yang puji2annya saja....sudah baca tripitaka mahayana? memangnya isi parita tidak ada pujian ttg Sang Buddha?
Quote
saya juga tidak setuju kalau dibilang "anti-mahayana" tetapi pada dasarnya saya melihat "kebenaran" bukan anti-mahayana,saya juga kadang suka membaca cerita-cerita zen, atau cerita para biksu mahayana misalkan buku terbitan DC tentang master Chan han shan Grin
Mengapa anda merasa "anti -mahayana " jika kenyataan tidak ;D Sikaplah yang akan terlihat...boleh saja kita menutupi diri kita tetapi hati tidak dapat dibohongi....Jadi siapapun yang tersinggung dan merasa anti mahayana...periksa hati kalian.....pernakah kita juga berpikir bagaiamana perasaan mahayanis? apakah mereka bukan saudara kita juga? dan saya pribadi tidak pernah menyebut nama siapapun yang anti tapi kenyataanya banyak bermunculan yang merasa :))
Bro sendiri sudah menyadari dan mengatakan tipitaka sendiri tidak 100% dan demikian juga sutra....bahkan menurut bro banyak yang tidak sesuai....saran saya ambillah yang terbaik buat perkembangan batin bro...menilai, menghakimi disana-sini sebagai kedok diskusi tidak akan ada habisnya. Dapatkah Anda mengubah dunia sesuai kemauan anda?
Selanjutnya terserah bro jika ingin menampilkan seluruh kelemahan sutra...tulisan sutra hanya benda mati termasuk sutta...tetapi yang akan ternilai adalah sikap kita...karena sutra itu hanya diam tidak bergeming, dan mungkin menertawakan orang2 yang merasa dirinya bersih, murni dan tidak tercela padahal kenyataanya jauh dari itu. Seandainya SB masih hidup, Dia juga ketawa. ;D
wah, saya tidak bilang kalau semua sutra mahayana keliru
masalah anti-mahayana, kok anda sudah mulai melakukan persepsi sendiri mengenai saya?
jadi andai saya tidak ngomong "anti-mahayana" jadi saya tidak anti-mahayana?
sepertinya anda lebih ke arah tidak mau campur pusing dan tidak membahas apa yang saya posting mengenai kutipan sutra tersebut...
QuoteSelanjutnya terserah bro jika ingin menampilkan seluruh kelemahan sutra...tulisan sutra hanya benda mati termasuk sutta...tetapi yang akan ternilai adalah sikap kita...karena sutra itu hanya diam tidak bergeming, dan mungkin menertawakan orang2 yang merasa dirinya bersih, murni dan tidak tercela padahal kenyataanya jauh dari itu. Seandainya SB masih hidup, Dia juga ketawa.
memang benar sutra hanya benda mati...jadi kira-kira apa gunanya raja Asoka mengadakan konsili ke-3?
apa gunanya membersihkan "sangha"?
jadi kalau ada sutra palsu atau sutta palsu beredar...anda tidak peduli? padahal anda tahu kalau sutra atau sutta itu palsu?
para pembaca sutra seperti itu juga bisa ngomong kalau "ini demi kemajuan batin dan bermanfaat"
bagi saya setidaknya "memberikan informasi" bahwa sutra ini adalah sutra palsu, setidaknya para umat buddhisme lebih hati-hati dan lebih pakai akal untuk membaca sebuah sutra....tidak langsung percaya.
ini pun adalah kebajikan karena memberitahu orang yg benar sebagai yg benar....kalau orang tersebut masih tidak mau dengar, itu urusan nya...
waktu kecil saya pernah mengambil sebuah kitab suci di klenteng , gambar depan nya dewi kwang im.....
di belakangnya tertulis membaca sekian kali, akan menjadi ini dan itu...
saya pun membaca berulang kali dengan sungguh-sungguh...hasilnya? jauh dari harapan...
apabila waktu itu saya sudah tahu bahwa sutra ini palsu saya tidak mungkin membaca-nya....
ada yang saya suka dari kutipan upali sutta....
Quote27. "Yang Mulia, pada suatu ketika ada seorang brahmana yang sudah tua, sudah berumur, dan dibebani usia. Dia mempunyai istri seorang gadis brahmana muda yang hamil dan sudah mendekati persalinan. Maka istrinya ini memberitahu dia: 'Pergilah, brahmana, belilah seekor kera muda di pasar dan bawalah kembali kepadaku sebagai teman bermain bagi anakku.' Brahmana itu menjawab: 'Tunggu, nyonya, sampai engkau telah melahirkan anak itu. Jika engkau melahirkan seorang anak lelaki, maka aku akan membeli seekor kera jantan muda di pasar dan membawanya kembali kepadamu sebagai teman bermain bagi anak lelakimu; tetapi jika engkau melahirkan seorang anak perempuan, maka aku akan membeli seekor kera betina muda di pasar dan membawanya kembali kepadamu sebagai teman bermain bagi anak perempuanmu.' Untuk kedua kalinya istrinya itu mengucapkan permohonan yang sama dan menerima jawaban yang sama pula. Untuk ketiga kalinya istrinya itu mengucapkan permohonan yang sama. Kemudian, karena pikirannya amat mencintai istrinya, brahmana itu lalu pergi ke pasar, membeli seekor kera jantan muda, membawanya kembali dan memberitahu istrinya:' Aku telah membeli seekor kera jantan muda ini di pasar [385] dan membawanya kembali kepadamu sebagai teman bermain bagi anak lelakimu.' Kemudian istrinya berkata: Pergilah, brahmana, bawalah kera jantan muda ini ke Rattapani, putra tukang celup, dan katakan kepadanya: "Rattapani yang baik, saya ingin agar kera jantan muda ini diberi warna yang disebut kuning-salep, kemudian dipukul dan dipukul lagi, dan diratakan di dua sisinya."' Maka, karena pikirannya amat mencintai istrinya, brahmana itu membawa kera jantan muda itu ke Rattapani, putra tukang celup, dan berkata kepadanya: 'Rattapani yang baik, saya ingin agar kera jantan muda ini diberi warna yang disebut kuning-salep, kemudian diketok dan diketok lagi, dan dilicinkan di dua sisinya.' Rattapani, putra tukang celup itu berkata kepadanya: 'Yang Mulia, kera jantan muda ini akan tahan menerima warna itu tetapi tidak akan menerima ketokan dan pelicinan.' Demikian pula, Yang Mulia, doktrin Nigantha yang tolol itu akan menyenangkan orang-orang tolol tetapi bukan orang-orang yang bijaksana, dan doktrin itu tidak akan tahan bila diuji atau dilicinkan.
"Kemudian, Yang Mulia, pada saat yang lain brahmana itu membawa seperangkat pakaian baru ke Rattapani, putra tukang celup dan berkata kepadanya: 'Rattapani yang baik, saya ingin agar seperangkat pakaian baru ini diberi warna yang disebut kuning-salep, kemudian dipukul dan dipukul lagi, dan diratakan di dua sisinya.' Rattapani, putra tukang celup itu berkata kepadanya: 'Yang Mulia, seperangkat pakaian baru ini akan tahan menerima warna dan pukulan dan pelicinan.'
Demikian pula, Yang Mulia, doktrin Yang Terberkahi itu, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, akan menyenangkan orang-orang yang bijaksana tetapi bukan orang-orang tolol, dan doktrin itu akan tahan bila diuji atau dilicinkan."
_/\_
intinya mau sutra asli kek sutra palsu kek bukan urusan kamu, pokoknya kalo sutra itu bisa bermanfaat biarin aja walau itu menipu umat juga yang penting si umat itu bisa mendapat manfaat dari sutra itu.
Quote from: Indra on 21 January 2010, 09:42:53 PM
Quote from: purnama on 21 January 2010, 12:36:46 PM
Mod Dan Glomod DC ITU TINGKAH LAKUNYA SEPERTI TAMAN KANAK - KANAK ATAU PLAYGROUND.
GUS DUR MODE ON :P
maksudnya? harap dijelaskan...
ya, harap dijelaskan...
bila anda tidak dapat menjelaskan , maka statement anda tidak mempunyai dasar yang kuat
karena tidak mempunyai dasar yang kuat,
maka harap member, mod dan glomod DC mengabaikan statement diatas
_/\_