Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: Mr. Wei on 06 January 2010, 02:01:00 AM

Title: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 06 January 2010, 02:01:00 AM
 _/\_

Pernah membaca buku 'Ensiklopedia Kelirumologi' atau 'Kaleidoskopi Kelirumologi'? Kata kelirumologi pertama kali saya kenal dari buku yang ditulis oleh Jaya Suprana tersebut. Kelirumologi merupakan 'ilmu' (logos) yang mencari (bukan membuat) kekeliruan selama ini. Tiba-tiba terlintas di ide saya untuk membuat Kelirumologi ala buddhis juga dengan mengadopsi gaya penyajian buku 'Ensiklopedia Kelirumologi' yang nakal-nakal sedikit. Berikut kekeliruan yang berhasil saya temukan:

NB: yang keliru bukan Agama Buddha, tapi tindakan manusianya yang keliru. ;D

1. Saṅgha
Kata Saṅgha merupakan salah satu kata dalam teks buddhisme yang paling sering salah dilafalkan. Alih-alih melafalkannya dengan benar sebagai 'sang-gha', orang awam lebih sering melafalkannya dengan 'sang-ha'. Parahnya tidak hanya umat awam yang sering salah dalam melafalkan Saṅgha, tapi beberapa tokoh buddhis pun masih sering salah melafalkannya! Untuk mengingatkan pembaca akan cara lafal yang benar ini, belakangan ini beberapa penerbit buku-buku buddhis mengubah tulisan Saṅgha menjadi Saṃgha. Semoga tidak disalahlafalkan juga menjadi 'sam-gha'.

2. Tuhan Yang Maha Esa

Banyak yang mempermasalahkan bahwa Agama Buddha adalah agama yang atheis karena tidak meyakini Tuhan, terutama yang mengatakan bahwa Agama Buddha tidak layak menjadi agama yang diizinkan untuk dianut di Indonesia karena dianggap sudah melanggar sila pertama dalam Pancasila Negara. Padahal mereka perlu menyadari, bahwa dalam sila pertama Pancasila Negara tertulis: "Ketuhanan Yang Maha Esa" bukan "Tuhan Yang Maha Esa". Jadi bukan berarti semua agama di Indonesia harus meyakini Tuhan, donk.

3. Udana
Merasa kenal dengan kutipan di bawah ini:

"Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu."?

Kutipan tersebut berasal dari Kitab Udana VIII:3, salah satu kitab dalam Tipitaka. Benar sekali jika anda mengatakan bahwa tulisan di atas adalah kutipan Tipitaka yang diadopsi menjadi konsep ketuhanan dalam Agama Buddha di Indonesia. Namun ternyata kebanyakan orang hanya mengetahui bahwa itu adalah konsep ketuhanan dalam Agama Buddha tanpa mengetahui apa yang sebenarnya dibahas dalam ayat tersebut. Tahukah sebenarnya apa yang dibahas dalam kutipan tersebut? Tidak lain dan tidak bukan adalah tujuan dari Agama Buddha, Nibbana.

4. Patung
Salah satu cibiran keras dari orang-orang yang belum mengerti ajaran Buddha yaitu mengatakan bahwa Agama Buddha adalah agama berhala, karena menuhankan patung. Padahal jelas-jelas semasa hidupnya, Buddha Gotama tidak pernah mengajarkan untuk memohon rezeki di depan patung! Lagipula, tujuan dibuatnya patung Buddha juga bukan untuk dituhankan! Awalnya fungsi patung Buddha tidak jauh fungsinya dengan patung pahlawan atau bendera pusaka negara kita, yaitu untuk direnungi nilai-nilai luhurnya dan sebagai tanda penghormatan. Namun seiring dengan bertambahnya kegelapan batin manusia, patung Buddha malah dijadikan objek permintaan berkah, duh!

---

Demikian kekeliruan yang saya himpun barusan, bukannya bermaksud sok pintar, tapi saya hanya ingin share hal-hal yang saya ketahui (walaupun saya yakin nyaris 99% user DC pasti sudah tahu hal-hal di atas). Saya juga yakin kalau senior-senior di sini pasti mengetahui beberapa kekeliruan yang dilakukan oleh umat buddha (secara umum) juga, silakan di share disini  _/\_

Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 06 January 2010, 02:07:24 AM
Komentar, kritik, atau menemukan kekeliruan dalam keliromologi saya juga akan dengan senang hati ditampung ;D

***

Vihara

Vihara merupakan tempat beribadah bagi pengikut ajaran Buddha dan menjadi tempat Buddha beserta murid-murid-Nya tinggal pada saat vassa. Berbeda dengan kata Saṅgha yang sering disalahlafalkan, kata vihara sudah sering dilafalkan dengan pelafalan yang lebih tepat (yaitu 'wihara'). Namun tahukah, bila kata biara yang terdapat dalam Bahasa Indonesia berasal dari kata vihara? Menurut penuturan seorang pandita dalam Agama Buddha, Romo Cunda Supandi, huruf 'v' dalam Bahasa Pāli dilafalkan agak berat sehingga nyaris terdengar seperti 'b'. Tidak keliru sih kalau kata vihara dilafalkan sebagai biara, tapi sadarkah kalau ternyata sekarang biara lebih terkenal sebagai tempat tinggal bagi pemuka agama lain daripada sebagai tempat tinggal para bhikkhu dalam Agama Buddha?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 06 January 2010, 02:42:36 AM
Media Massa

Beberapa tahun yang lalu, saya pernah membaca sebuah surat kabar yang sudah ternama di Jakarta. Di sana terdapat artikel yang menyajikan aktivitas dari seorang paranormal yang di KTPnya tertulis beragama Buddha. Di sana juga tertulis sebuah keterangan, bahwa paranormal tersebut adalah seorang bhikkhu dalam Agama Buddha. Padahal sudah jelas sekali bahwa bhikkhu itu rambutnya harus dicukur gundul, sedangkan rambut paranormal tersebut (dicantumkan foto dalam artikel tersebut) jelas-jelas gondrong. Khawatirnya, orang-orang yang tidak mengetahui Agama Buddha bisa mengambil kesimpulan bahwa bhikkhu Agama Buddha boleh melakukan aktivitas santet, pelet, pesugihan dan sebagainya. Weleh!
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: markosprawira on 06 January 2010, 09:34:43 AM
Ikutan juga ah....

IMLEK

Banyak yang keliru dengan berasumsi bhw Imlek adalah hari raya Buddhism sehingga banyak Buddhist yg "diberi selamat tahun baru" saat Imlek

Padahal Imlek (dan juga Yanglek) adalah penanggalan secara Chinese dimana Imlek adalah berdasar perputaran bulan sedangkan Yanglek berdasar perputaran matahari

mohon koreksi juga jika ada kesalahan
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: hatRed on 06 January 2010, 10:04:59 AM
TISARANA

Dalam Tisarana, yaitu sering diartikan Tiga perlindungan

Buddham Saranang Gacchami
Dhammam Saranang Gacchami
Sangham Saranang Gacchami

Aku berlindung dalam bimbingan Buddha
Aku berlindung dalam bimbingan Dhamma *ajaran sang buddha
Aku berlindung dalam bimbingan Sangha  *ariya sangha yaitu sangha yg mencapai tingkat kesucian


dalam hal ini sering terjadi kelirulism bahwa Buddha, Dhamma, dan Sangha dapat/bisa dijadikan tempat juru selamat dari mara bahaya atau apapun.

padahal sudah jelas bahwa setiap makhuk berada dalam naungan KARMA mereka sendiri. jeleknya lagi kata Sangha di dalam sutta tersebut, digeneralisasi untuk setiap anggota sangha baik yg mencapai kesucian ataupun belum. sehingga masih banyak atau bahkan hampir seluruh umat buddha meminta berkat/berkah kepada para bhikkhu, yg notabene tingkat kesuciannya diragukan (red: bahkan silanya juga :whistle: ) Padahal Sangha yg dimaksud dalam sutta tersebut adalah Ariya Sangha yaitu Kumpulan Bhikkhu yg sudah mencapai tingkat kesucian.

cmiik *k=keliru ^:)^

Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 06 January 2010, 10:21:23 AM
Kera Sakti
Populernya film 'Kera Sakti' di layar kaca beberapa tahun yang lalu seketika melejitkan nama Tong Sam Cong (Tang Xuan Zang) beserta ketiga muridnya, yaitu Sun Go Kong (Sun Wu Gong), Ti Pat Kay (Ba Jie), dan murid ketiganya yang nama official novelnya belum saya ketahui. Kisahnya memang berdasarkan sejarah bhiksu Tang yang pergi berkelana ke barat untuk mengambil kitab suci Tripitaka dan itu benar. Namun kisah bahwa bhiksu Tang ditemani oleh ketiga murid silumannya itu keliru! Keberadaan mereka bertiga dalam novel hanyalah pemanis, karena itu novel yang berdasarkan kisah sejarah. Mungkin supaya kisahnya lebih seru, ditambahkanlah keberadaan ketiga murid siluman tersebut dan berbagai macam rintangan, padahal semuanya itu fiktif. Berarti si kera sakti Sun Go Kong keberadaannya memang tidak ada alias fiktif, tapi anehnya di beberapa altar-altar kepercayaan orang Tiongkok atau kelenteng koq saya lihat ada patung Sun Go Kong dan diberikan persembahan. Jadi siapa yang keliru?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Indra on 06 January 2010, 10:39:26 AM
jadi ini thread tentang kelirumologi ala Buddhis atau ala kepercayaan Tiongkok?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 06 January 2010, 10:43:33 AM
^:)^ master Indra, kan kepercayaan tiongkoknya ada hubungannya dengan buddhis ;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 06 January 2010, 10:56:47 AM
Fa Lun Gong

Beberapa hari yang lalu saat saya pergi mengunjungi toko buku, dalam rak buku bagian 'Buddha' saya menemukan sebuah buku mengenai Fa Lun Gong. Ajaran ini memang mengadopsi beberapa teori Buddhisme di dalamnya, namun dianggap nyeleneh karena beberapa teori Buddhisme diubah-ubah sesukanya. Sayangnya, di Indonesia ajaran ini bisa berkembang dengan leluasa bahkan sampai terbit buku panduannya di toko buku terkemuka. Padahal di China, tempat ajaran ini berdiri, Fa Lun Gong sudah dilarang oleh pemerintah karena dianggap sesat dan merusak!
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: gajeboh angek on 06 January 2010, 11:11:36 AM
Quote from: Mr. Wei on 06 January 2010, 02:01:00 AM
Saṃgha

Lebih parah lagi, gak sesuai romanisasi yang baik dan benar
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: kusalaputto on 06 January 2010, 11:27:36 AM
Quote from: hatRed on 06 January 2010, 10:04:59 AM
TISARANA

Dalam Tisarana, yaitu sering diartikan Tiga perlindungan

Buddham Saranang Gacchami
Dhammam Saranang Gacchami
Sangham Saranang Gacchami

Aku berlindung dalam bimbingan Buddha
Aku berlindung dalam bimbingan Dhamma *ajaran sang buddha
Aku berlindung dalam bimbingan Sangha  *ariya sangha yaitu sangha yg mencapai tingkat kesucian


dalam hal ini sering terjadi kelirulism bahwa Buddha, Dhamma, dan Sangha dapat/bisa dijadikan tempat juru selamat dari mara bahaya atau apapun.

padahal sudah jelas bahwa setiap makhuk berada dalam naungan KARMA mereka sendiri. jeleknya lagi kata Sangha di dalam sutta tersebut, digeneralisasi untuk setiap anggota sangha baik yg mencapai kesucian ataupun belum. sehingga masih banyak atau bahkan hampir seluruh umat buddha meminta berkat/berkah kepada para bhikkhu, yg notabene tingkat kesuciannya diragukan (red: bahkan silanya juga :whistle: ) Padahal Sangha yg dimaksud dalam sutta tersebut adalah Ariya Sangha yaitu Kumpulan Bhikkhu yg sudah mencapai tingkat kesucian.

cmiik *k=keliru ^:)^


ok d klo tingkat kesuciannya diragukan?! tapi apa gada rasa percaya sedikit pun bahwa bhante ada yang sudah mencapai tingkat kesucian? ???
klo g ada keyakinan bahwa para bhikkhu ada yang sudah mencapai tingkat kesucian ;) walau mungkin tidak arahat, masak seseorang yang sudah puluhan tahun menjadi bhikkhu ga da perkembangan bhatin ???
memangnya gampang seseorang untuk menjadi bhikkhu? :-? ada 227 sila yg musti d jaga n klo ada sila kecil yang tak sengaja terlanggar ya bikkhu jg manusia bisa lupa. n jangan nkarena banyak orang cungkok yang jadi biksu jejadian n k jakarta nyari dana buat kantong pribadi malah menyebabkan rasa hormat kita pada sangha hilang. klo ada yang menilai bikkhu banyak salahnya ya harap d coba sendiri jadi bhikku min jadi samanera d baru boleh komplain. :) _/\_ _/\_ _/\_
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: kusalaputto on 06 January 2010, 11:31:17 AM
Quote from: Mr. Wei on 06 January 2010, 10:21:23 AM
Kera Sakti
Populernya film 'Kera Sakti' di layar kaca beberapa tahun yang lalu seketika melejitkan nama Tong Sam Cong (Tang Xuan Zang) beserta ketiga muridnya, yaitu Sun Go Kong (Sun Wu Gong), Ti Pat Kay (Ba Jie), dan murid ketiganya yang nama official novelnya belum saya ketahui. Kisahnya memang berdasarkan sejarah bhiksu Tang yang pergi berkelana ke barat untuk mengambil kitab suci Tripitaka dan itu benar. Namun kisah bahwa bhiksu Tang ditemani oleh ketiga murid silumannya itu keliru! Keberadaan mereka bertiga dalam novel hanyalah pemanis, karena itu novel yang berdasarkan kisah sejarah. Mungkin supaya kisahnya lebih seru, ditambahkanlah keberadaan ketiga murid siluman tersebut dan berbagai macam rintangan, padahal semuanya itu fiktif. Berarti si kera sakti Sun Go Kong keberadaannya memang tidak ada alias fiktif, tapi anehnya di beberapa altar-altar kepercayaan orang Tiongkok atau kelenteng koq saya lihat ada patung Sun Go Kong dan diberikan persembahan. Jadi siapa yang keliru?
trus lagi klo d tempat kerasukan ada yg kerasukan sunggokong ;D ;D ;D jd lompat2 n garuk2 d  ;D ;D ;D trus pada minta nomor buntut lengkap d tuh moha :o
Quote from: Mr. Wei on 06 January 2010, 10:56:47 AM
Fa Lun Gong

Beberapa hari yang lalu saat saya pergi mengunjungi toko buku, dalam rak buku bagian 'Buddha' saya menemukan sebuah buku mengenai Fa Lun Gong. Ajaran ini memang mengadopsi beberapa teori Buddhisme di dalamnya, namun dianggap nyeleneh karena beberapa teori Buddhisme diubah-ubah sesukanya. Sayangnya, di Indonesia ajaran ini bisa berkembang dengan leluasa bahkan sampai terbit buku panduannya di toko buku terkemuka. Padahal di China, tempat ajaran ini berdiri, Fa Lun Gong sudah dilarang oleh pemerintah karena dianggap sesat dan merusak!
soal aliran falun gong g ga ngerti tapi yang pasti g pernah liat foto penyiksaan d china kesian d.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 06 January 2010, 12:07:30 PM
Quote from: gachapin on 06 January 2010, 11:11:36 AM
Quote from: Mr. Wei on 06 January 2010, 02:01:00 AM
Saṃgha

Lebih parah lagi, gak sesuai romanisasi yang baik dan benar

Kalau yang romanisasinya tepat yang mana? Saṅgha atau Saṃgha, atau yang lain?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: hatRed on 06 January 2010, 03:47:46 PM
Aliran

Banyak juga yg gak tahu, bahwa Agama Buddha terdiri dari banyak aliran, bahkan banyak aliran yg memakai attribut Buddha didalamnya. sehingga timbul interpretasi berbeda di kalangan masyarakat terhadap Agama Buddha.

Walaupun aliran2 itu satu rumpun, tetap ada perbedaan dan persamaan mendasar dalam tiap2 aliran.

Yg saya tahu hanya ada dua aliran besar yaitu
Theravada dan Mahayana

dimana aliran Mahayana memiliki banyak aliran2.

dari banyaknya aliran2 tersebut, menjadikan berbeda dalam pemahaman Buddhisme dan juga Budaya.

cmiik
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: markosprawira on 06 January 2010, 04:46:34 PM
Quote from: kusalaputto on 06 January 2010, 11:27:36 AM
Quote from: hatRed on 06 January 2010, 10:04:59 AM
TISARANA

Dalam Tisarana, yaitu sering diartikan Tiga perlindungan

Buddham Saranang Gacchami
Dhammam Saranang Gacchami
Sangham Saranang Gacchami

Aku berlindung dalam bimbingan Buddha
Aku berlindung dalam bimbingan Dhamma *ajaran sang buddha
Aku berlindung dalam bimbingan Sangha  *ariya sangha yaitu sangha yg mencapai tingkat kesucian


dalam hal ini sering terjadi kelirulism bahwa Buddha, Dhamma, dan Sangha dapat/bisa dijadikan tempat juru selamat dari mara bahaya atau apapun.

padahal sudah jelas bahwa setiap makhuk berada dalam naungan KARMA mereka sendiri. jeleknya lagi kata Sangha di dalam sutta tersebut, digeneralisasi untuk setiap anggota sangha baik yg mencapai kesucian ataupun belum. sehingga masih banyak atau bahkan hampir seluruh umat buddha meminta berkat/berkah kepada para bhikkhu, yg notabene tingkat kesuciannya diragukan (red: bahkan silanya juga :whistle: ) Padahal Sangha yg dimaksud dalam sutta tersebut adalah Ariya Sangha yaitu Kumpulan Bhikkhu yg sudah mencapai tingkat kesucian.

cmiik *k=keliru ^:)^


ok d klo tingkat kesuciannya diragukan?! tapi apa gada rasa percaya sedikit pun bahwa bhante ada yang sudah mencapai tingkat kesucian? ???
klo g ada keyakinan bahwa para bhikkhu ada yang sudah mencapai tingkat kesucian ;) walau mungkin tidak arahat, masak seseorang yang sudah puluhan tahun menjadi bhikkhu ga da perkembangan bhatin ???

memangnya gampang seseorang untuk menjadi bhikkhu? :-? ada 227 sila yg musti d jaga n klo ada sila kecil yang tak sengaja terlanggar ya bikkhu jg manusia bisa lupa. n jangan nkarena banyak orang cungkok yang jadi biksu jejadian n k jakarta nyari dana buat kantong pribadi malah menyebabkan rasa hormat kita pada sangha hilang. klo ada yang menilai bikkhu banyak salahnya ya harap d coba sendiri jadi bhikku min jadi samanera d baru boleh komplain. :) _/\_ _/\_ _/\_

kalo boleh saya jelaskan bro, justru disinilah permasalahannya yaitu kita melihat pada individunya

padahal yg dimaksud dengan Tisarana disini sebenarnya adalah Nibbana
Buddha sebagai guru yg mengajarkan
Dhamma sebagai penunjuk jalan
Sangha sebagai murid yg sudah menjalankan Dhamma dan mencapai Nibbana

jadi berlindung disini sesungguhnya adalah tekad utk berusaha mencapai nibbana

kalo kita melihat secara harafiah saja, tentunya sulit dan jadi rancu.
Misal jika kita melihat sangha sebagai individu, akan jadi rancu dan aneh jika kita lihat kembali pada Berlindung kepada Buddha
kita berlindung kepada Buddha yg udah udah padam panca khandhanya?  ;D

jadi hendaknya pernyataan2 itu kita lihat secara keseluruhan karena kalau ditafsirkan terpisah, akan bisa jadi bias

hal ini yg sering terjadi misal pada karaniya metta sutta, ada seorang rekan yang mengkritisi metta sebagai cinta yg egois karena berdasar pada baris :
Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan nyawanya
untuk melindungi anaknya yg tunggal

padahal jika kita lihat baris2 selanjutnya :
Demikianlah terhadap semua mahluk
dipancarkannya kasih sayang tanpa batas 

sangat berbeda sekali maknanya khan?  _/\_


semoga bermanfaat
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 06 January 2010, 11:35:16 PM
:jempol: :jempol:
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 06 January 2010, 11:42:25 PM
Gw ringkas ya gabungan dari bro hatRed dan bro Markos:

Tisarana
Dalam Tīsarana (Tiga perlindungan) tertulis:

Buddhaṁ Saranaṁ Gacchāmi
Dhammaṁ Saranaṁ Gacchāmi
Saṅghaṁ Saranaṁ Gacchāmi

Umumnya, ketiga bait syair di atas diartikan menjadi:

Aku berlindung kepada Buddha
Aku berlindung kepada Dhamma
Aku berlindung kepada Saṅgha

Kata 'berlindung' dalam syair di atas sering dikelirupahamkan bahwa Buddha, Dhamma, dan Saṅgha dapat/bisa dijadikan tempat juru selamat dari mara bahaya atau apapun; padahal sudah jelas kalau setiap makhluk berada dalam naungan kamma/karmanya masing-masing. Makna syair ini sebenarnya adalah:

Aku berlindung kepada Buddha = menjadikan Buddha sebagai guru agung kita.
Aku berlindung kepada Dhamma = menjadikan Dhamma sebagai penunjuk tujuan spiritual kita.
Aku berlindung kepada Saṅgha = menjadikan Saṅgha sebagai teladan yang sudah menjalankan Dhamma dan mencapai tujuan spiritual tersebut (Nibbana).
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: exam on 06 January 2010, 11:50:50 PM
gue suka nih, anti pembodohan, emang musti begini, biar makin cerdas
SALUT
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: kusalaputto on 07 January 2010, 10:37:12 AM
Quote from: markosprawira on 06 January 2010, 04:46:34 PM
kalo boleh saya jelaskan bro, justru disinilah permasalahannya yaitu kita melihat pada individunya

padahal yg dimaksud dengan Tisarana disini sebenarnya adalah Nibbana
Buddha sebagai guru yg mengajarkan
Dhamma sebagai penunjuk jalan
Sangha sebagai murid yg sudah menjalankan Dhamma dan mencapai Nibbana

jadi berlindung disini sesungguhnya adalah tekad utk berusaha mencapai nibbana

kalo kita melihat secara harafiah saja, tentunya sulit dan jadi rancu.
Misal jika kita melihat sangha sebagai individu, akan jadi rancu dan aneh jika kita lihat kembali pada Berlindung kepada Buddha
kita berlindung kepada Buddha yg udah udah padam panca khandhanya?  ;D

jadi hendaknya pernyataan2 itu kita lihat secara keseluruhan karena kalau ditafsirkan terpisah, akan bisa jadi bias

hal ini yg sering terjadi misal pada karaniya metta sutta, ada seorang rekan yang mengkritisi metta sebagai cinta yg egois karena berdasar pada baris :
Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan nyawanya
untuk melindungi anaknya yg tunggal

padahal jika kita lihat baris2 selanjutnya :
Demikianlah terhadap semua mahluk
dipancarkannya kasih sayang tanpa batas 

sangat berbeda sekali maknanya khan?  _/\_


semoga bermanfaat
thx bro markos atas masukannya memang kita ga boleh melihat individunya aja ^:)^, tapi sebagai buddhis saya tidak akan tinggal diam ketika seseorang meremehkan mereka yang telah menjadi bhikkhu :ngomel: karena menjadi bhikkhu bukan perkara mudah harus ada niat n ijin dari keluarga & menurut saya mereka yang menjalani hidup kebhikkhuan adalah mereka yang menjalankan buddha dhamma dengan sngat serius  :>- d banding kita yang mungkin mengetahui teori lebih banyak dari mereka n merasa lebih pintar dari mereka  [-X tapi kita harus sadar merekalah yang lebih banyak praktek n membimbing umat di banding dengan kita semua di dc ini. maksud saya disini ada baiknya kita tidak mendiskreditkan bhikkhu, jangan karena nila setitik rusak susu se belanga :no:
no offense just only catenacio ;D ;D
_/\_ _/\_ _/\_
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: hatRed on 08 January 2010, 09:51:10 AM
 [at] putta baik

silahkan junjung tinggi usaha mereka menjadi bhikkhu,

tapi saya lebih prefer menilai usaha mereka dalam menjalani kebhikkhuan....

apa arti menjadi seorang bhikkhu?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: markosprawira on 08 January 2010, 01:34:15 PM
mari kita kembalikan pada sebagaimana mestinya.....

jika ada bhikkhu yg berbuat hal yg tidak baik, tentunya itu adalah perorangan, bukan mencerminkan keseluruhan sangha
sama seperti jika saya berlaku salah, apakah itu berarti seluruh keluarga saya harus dimaki juga?  ;D

bahkan saat seorang bhikkhu berprilaku yg tidak benar pun, namun jika dia mengucapkan hal2 yg bermanfaat, kita harus mengakui bhw itu adalah hal yg bermanfaat

tapi bukan berarti juga, kita jadi mengkultuskan atau berasumsi bhw karena seorang bhikkhu sudah mengambil ikrar, lalu berarti semua tindak tanduknya pasti benar (menilai isi hanya berdasar dari bungkusnya saja)

mari lanjut ke topik semula, kelirumologi lagi...........
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 09 January 2010, 12:13:57 AM
Raja
Dalam berbagai buku mengenai riwayat hidup Buddha Gotama, dikisahkan bahwa Siddhattha Gotama adalah anak seorang raja yang bernama Suddhodana. Namun dalam Bab Pendahuluan buku Dīgha Nikāya yang dibawakan oleh Bhikkhu Bodhi (diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Dhammacitta Press, 2009) dijelaskan bahwa Suddhodana adalah seorang kepala suku, bukan seorang raja. Gelarnya memang rājā, tapi maknanya hanya sedikit berhubungan dengan makna raja dalam Bahasa Indonesia. Bhikkhu Bodhi memang seorang bhikkhu yang sangat terpelajar, jadi kira-kira kelirukah pernyataan beliau tersebut? Atau memang selama ini kita yang keliru tahu?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Nevada on 09 January 2010, 01:21:20 AM
Quote from: Mr. Wei on 09 January 2010, 12:13:57 AM
Raja
Dalam berbagai buku mengenai riwayat hidup Buddha Gotama, dikisahkan bahwa Siddhattha Gotama adalah anak seorang raja yang bernama Suddhodana. Namun dalam Bab Pendahuluan buku Dīgha Nikāya yang dibawakan oleh Bhikkhu Bodhi (diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Dhammacitta Press, 2009) dijelaskan bahwa Suddhodana adalah seorang kepala suku, bukan seorang raja. Gelarnya memang rājā, tapi maknanya hanya sedikit berhubungan dengan makna raja dalam Bahasa Indonesia. Bhikkhu Bodhi memang seorang bhikkhu yang sangat terpelajar, jadi kira-kira kelirukah pernyataan beliau tersebut? Atau memang selama ini kita yang keliru tahu?

Siddhattha Gotama terlahir dari pernikahan Suddhodhana dengan Maha Maya; terlahir dengan nama keluarga (marga) "Gotama"; terlahir sebagai seorang keturunan Suku Sakya; tumbuh besar di daerah Kapilavatthu. Siddhattha Gotama adalah anak dari Suddhodana, yang menjabat sebagai Raja Kerajaan Sakya. Di India zaman dahulu, Suku Sakya adalah salah satu suku yang membumi di dekat lereng Pegunungan Himalaya. Suku Sakya ini berdiri sebagai "kerajaan kecil" di bawah Kerajaan Magadhi yang kala itu dipimpin oleh Raja Bimbisara.

Selama ini, banyak orang mengira bahwa ayah Siddhattha Gotama adalah seorang raja besar. Padahal Raja Suddhodhana hanyalah seorang raja kecil, yang memerintah "negara bagian" di dalam Kerajaan Besar Magadhi.

Tambahan ralat: Kitab Digha Nikaya terbitan DhammaCitta Press © 2009 itu diterjemahkan dari Bahasa Pali ke Bahasa Inggris oleh Maurice Walshe. :)
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 09 January 2010, 01:31:25 AM
Waw, keren. Thanx buat infonya.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: kamala on 09 January 2010, 10:44:23 AM
kerajaan kecil ?
selain istana kerajaan raja sudhodana menghadiahkan 3 istana sesuai untuk musim2 untuk membujuk pangeran siddhatta agar tidak melepas keduniawian
jadi seberapa kecilkah kerajaan ini
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: hatRed on 09 January 2010, 11:05:14 AM
Quote from: kamala on 09 January 2010, 10:44:23 AM
kerajaan kecil ?
selain istana kerajaan raja sudhodana menghadiahkan 3 istana sesuai untuk musim2 untuk membujuk pangeran siddhatta agar tidak melepas keduniawian
jadi seberapa kecilkah kerajaan ini

maksudnya dibanding Kerajaan Magadhi tadi, kerajaan Sakya itu masih terbilang imut2
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Nevada on 09 January 2010, 11:08:29 AM
Quote from: kamala on 09 January 2010, 10:44:23 AM
kerajaan kecil ?
selain istana kerajaan raja sudhodana menghadiahkan 3 istana sesuai untuk musim2 untuk membujuk pangeran siddhatta agar tidak melepas keduniawian
jadi seberapa kecilkah kerajaan ini

Ketika Pangeran Siddhattha Gotama mengadakan sayembara untuk mencari calon istrinya, hadir ribuan pangeran dan putri dari berbagai kerajaan. Bisa Anda bayangkan berapa banyak kerajaan di Tanah India pada masa itu?

Ya, sangat banyak. Dan salah satunya adalah Kerajaan Sakya. Kerajaan Sakya ini berada di daerah kekuasaan Magadha, yang kala itu dipimpin oleh Raja Bimbisara.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Sumedho on 09 January 2010, 11:16:49 AM
tentang 3 istana yah, mungkin definisi istana itu yg berbeda?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 09 January 2010, 12:45:31 PM
Kayaknya istilahnya Kerajaan Sakya itu kayak negara bagian kali ya?

Quote from: Sumedho on 09 January 2010, 11:16:49 AM
tentang 3 istana yah, mungkin definisi istana itu yg berbeda?

Kalau di Bahasa Inggris mank pake kata apa suhu?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 09 January 2010, 12:50:38 PM
Quote from: Mr. Wei on 09 January 2010, 12:13:57 AM
Raja
Dalam berbagai buku mengenai riwayat hidup Buddha Gotama, dikisahkan bahwa Siddhattha Gotama adalah anak seorang raja yang bernama Suddhodana. Namun dalam Bab Pendahuluan buku Dīgha Nikāya yang dibawakan oleh Bhikkhu Bodhi (diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Dhammacitta Press, 2009) dijelaskan bahwa Suddhodana adalah seorang kepala suku, bukan seorang raja. Gelarnya memang rājā, tapi maknanya hanya sedikit berhubungan dengan makna raja dalam Bahasa Indonesia. Bhikkhu Bodhi memang seorang bhikkhu yang sangat terpelajar, jadi kira-kira kelirukah pernyataan beliau tersebut? Atau memang selama ini kita yang keliru tahu?

Kalau diralat menjadi

Dalam berbagai buku mengenai riwayat hidup Buddha Gotama, dikisahkan bahwa Siddhattha Gotama adalah anak seorang raja yang bernama Suddhodana. Namun dalam pendahuluan buku Dīgha Nikāya yang dibawakan oleh Bhikkhu Bodhi (edisi Bahasa Indonesia diterbitkan oleh Dhammacitta Press & Giri Maṅgala, 2009) dijelaskan bahwa Suddhodana adalah seorang kepala suku, bukan seorang raja. Gelarnya memang rājā, tapi maknanya bukan berarti raja yang berarti penguasa sebuah negara, karena Raja Suddhodana hanyalah penguasa dari Kerajaan Sakya yang merupakan bagian dari Kerajaan Magadha. Kalau di zaman sekarang, mungkin Kerajaan Sakya bisa disamakan dengan negara bagian dan Kerajaan Magadhi adalah negara federasinya.

Gimana?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 09 January 2010, 01:01:15 PM
Yang ini gw masih kurang yakin nih, minta bantuan rekan-rekan:

Kelenteng
Karena pada era Orde Baru kebudayaan China/Tionghoa sempat dilarang, beberapa kelenteng berusaha mempertahankan dirinya dengan mengubah namanya menjadi vihara. Hal ini tentu saja sangat keliru, karena kelenteng adalah tempat kebudayaan dan kepercayaan tradisional orang Tionghoa, sedangkan vihara adalah tempat ibadah Agama Buddha. Dampak negatif yang muncul dari kekeliruan ini adalah disamakannya Agama Buddha dengan kebudayaan Tionghoa. Padahal Agama Buddha berasal dari India, bukan RRC. Karena Agama Buddha berkembang pesat di RRC, beberapa orang Tionghoa memasukan beberapa tokoh-tokoh panutan di dalam Agama Buddha ke dalam salah satu daftar "dewa" yang dipuja di kelenteng. Namun tetap saja Agama Buddha berbeda dengan kepercayaan tradisional China, baik dari segi keyakinan maupun ritual.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 09 January 2010, 02:00:57 PM
Kalau gak salah aye dapat info ini dari Mr. Bond sekitar 2 tahun yang lalu, kalau aye keliru ingat mohon diingatkan.

Tridharma
Pernah mendengar keyakinan Tridharma? Secara harafiah Tridharma berarti tiga kebenaran (Bhs. Sanskrit; Tri=tiga, Dharma=kebenaran). Tiga kebenaran ini merujuk kepada tiga keyakinan yang berkembang di China (Buddhisme, Taoisme, Konfusianisme). Di Indonesia, Tridharma ini menjadi sebuah keyakinan baru yang berusaha untuk eksis dengan berlindung di bawah Agama Buddha. Padahal sebenarnya, Tridharma itu bukanlah sebuah keyakinan, melainkan sebuah organisasi. Tridharma adalah organisasi yang mewadahi kegiatan-kegiatan Buddhisme, Taoisme, dan Konfusianisme. Sedangkan ketiganya ya agama sendiri-sendiri, bukan agama gabungan seperti yang populer selama ini.

NB: berasa tata bahasa gw agak kacau di artikel ini, yang bisa bantu rapikan tolong rapikan ya :)
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: kullatiro on 10 January 2010, 08:24:32 PM
Quote from: kamala on 09 January 2010, 10:44:23 AM
kerajaan kecil ?
selain istana kerajaan raja sudhodana menghadiahkan 3 istana sesuai untuk musim2 untuk membujuk pangeran siddhatta agar tidak melepas keduniawian
jadi seberapa kecilkah kerajaan ini

kalau lihat lihat video(dvd) yang di bagikan ekayana tentang letak letak kapilavatu dsb. bisa di bayangkan kok kira kira seberapa besar tuh kerajaan.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: The Ronald on 10 January 2010, 08:44:17 PM
...gini2.. yah kek maja pahit, dan sriwijaya kali... itu kerajaan besar... (mengusai seluruh nusantara)
nah jd kerajaan kecilnya.. kek yg di kasih kuasa untuk memerintah bali..itu di anggap kecil..padahal bali aja udah besar
ato kek yg memerintah pulau jawa, (bagi sriwijaya)
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 10 January 2010, 10:08:38 PM
Kerajaan kecil bukan berarti luas wilayahnya kecil, maksudnya itu kerajaan minor atau kerajaan bagian. Mungkin kalau diumpamakan itu seperti negara bagian.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: The Ronald on 10 January 2010, 10:11:46 PM
tul tul...
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 11 January 2010, 10:52:53 PM
Bhikkhu Gadungan
Sepertinya bukan hal baru lagi bila di tengah jalan kita sering melihat seorang manusia yang menggundulkan kepalanya dan mengenakan jubah sehingga menyamai sesosok seorang bhikkhu, lalu menghampiri anda dan meminta sumbangan. Bukannya saya melarang anda untuk melakukan perbuatan baik, tapi ada baiknya sebelum berdana kita melihat dulu apakah dana itu akan digunakan dengan benar. Kelihatannya agak janggal kalau seorang bhikkhu berkeliling meminta uang, karena tidak ada tradisi seperti itu. Kalaupun memang sumbangannya ingin digunakan untuk pembangunan vihara atau kegiatan sosial, yang turun mencari dana pastilah umat vihara atau orang awam. Bisa saja, si pemakai jubah itu adalah bhikkhu palsu dan memanfaatkan kedermawanan umat Buddha untuk keuntungannya sendiri.

Neraka
Banyak orang menuduh Agama Buddha adalah agama yang kejam karena semua perbuatan buruk yang sudah kita lakukan tidak akan bisa ditebus, dan kita harus siap menerima akibatnya. Tapi sebenarnya tidak juga ah, saya rasa agama yang mengajarkan bahwa kehidupan di neraka itu abadi justru ajaran yang sangat kejam, karena sekalinya masuk neraka maka kita akan selamanya tersiksa tanpa ada batasan waktu. Bukankah itu lebih mengerikan? Sedangkan dalam Agama Buddha, dikatakan bahwa batas kehidupan di neraka pun bisa berakhir. Setelah berakhir, kita masih diberikan kesempatan untuk memperjuangkan tujuan akhir manusia, Nibbana. Tidak ada alasan untuk terus menyiksa manusia di dalam penderitaan neraka, bukan?

Dukkha
Karena Buddha Gotama mengajarkan bahwa hidup adalah dukkha, orang-orang yang belum memahami Agama Buddha mencibir bahwa ajaran Buddha adalah ajaran yang pesimis karena penuh dengan dukkha. Padahal Sang Buddha juga mengajarkan cara untuk melepaskan diri dari dukkha, adanya kebahagiaan yang hakiki, dan kita bisa menggapainya. Masih mau bilang itu pesimis?

Nibbana
Walaupun ajaran Buddha mengakui keberadaan surga dan neraka, namun ajaran Buddha tidak mengakui keabadian di dalam surga dan neraka. Masa kenikmatan di surga atau masa hukuman di neraka akan habis sesuai dengan banyaknya kamma yang dihasilkan. Tidak ada alasan untuk menghukum manusia di dalam neraka abadi dan surga bukanlah tujuan dari agama Buddha. Tujuan dari Agama Buddha bukanlah kenikmatan-kenikmatan surgawi, melainkan ketenangan di dalam Nibbana.

Jimat
Kekeliruan yang selama ini muncul adalah banyaknya umat yang berbondong-bondong mencari bhikkhu yang konon dikabarkan sakti untuk meminta jimat. Hal ini jelas keliru, karena Sang Buddha mengatakan untuk menjadikan diri kita sebagai pelindung diri sendiri. Buddha saja tidak bisa mengubah kamma buruk kita menjadi baik, apalagi jimat.

Perumah-Tangga
Teramat sangat keliru jika mengatakan Agama Buddha adalah agama yang merepotkan karena kita harus melepaskan keduniawian baru bisa mencapai kebudhaan/pencerahan/arahat. Sepanjang saya mempelajari Agama Buddha, saya tidak pernah menemukan pernyataan dari Buddha bahwa pencerahan hanya bisa dicapai oleh bhikkhu/bhikkhuni. Salah satu contoh bahwa umat perumah-tangga bisa mencapai kebuddhaan/arahat adalah Raja Suddhodana, yang wafat sebagai Arahant/Savaka Buddha perumah-tangga.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Juice_alpukat on 11 January 2010, 11:12:51 PM
Wah kebod hebat nih.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr.Jhonz on 12 January 2010, 06:23:54 AM
QuoteNeraka
Banyak orang menuduh Agama Buddha adalah agama yang kejam karena semua perbuatan buruk yang sudah kita lakukan tidak akan bisa ditebus, dan kita harus siap menerima akibatnya. Tapi sebenarnya tidak juga ah, saya rasa agama yang mengajarkan bahwa kehidupan di neraka itu abadi justru ajaran yang sangat kejam, karena sekalinya masuk neraka maka kita akan selamanya tersiksa tanpa ada batasan waktu. Bukankah itu lebih mengerikan? Sedangkan dalam Agama Buddha, dikatakan bahwa batas kehidupan di neraka pun bisa berakhir. Setelah berakhir, kita masih diberikan kesempatan untuk memperjuangkan tujuan akhir manusia, Nibbana. Tidak ada alasan untuk terus menyiksa manusia di dalam penderitaan neraka, bukan?
siapa sosok yg memberikan kesempatan bro? ^-^

aye lebih senang begini ; ;D
kita masih diberikan mempunyai kesempatan untuk memperjuangkan tujuan akhir manusia

peace
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 12 January 2010, 03:13:32 PM
Bisa aja nih Mister, iya sih lebih pas pake kata 'mempunyai' atau 'memiliki' daripada diberikan, hehehe...
to Om Momod: diedit dunk, sesuai saran dari Mister Jhonz ;D

Quote from: Juice_alpukat on 11 January 2010, 11:12:51 PM
Wah kebod hebat nih.

kebod? tahu dari mana nickname itu?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Juice_alpukat on 12 January 2010, 05:34:47 PM
sy dah lupa,mr wei...yg sy ingat cuma ktika kmu brkata ganti nik name dri kebod menjdi mr wei.;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr.Jhonz on 12 January 2010, 08:10:32 PM
Kebod kan member if yg berbobot postingannya..
Ternyata xiau mr.wei tho..
:jempol:
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Juice_alpukat on 12 January 2010, 08:17:02 PM
mengapa pakai istilah xiao wei terus :hammer: pcar doi ya?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr.Jhonz on 12 January 2010, 08:57:01 PM
Itu panggilan untuk raja junker Dc ;D

btw,singthung,akionng punya akun di dc ga ya? ;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 13 January 2010, 04:34:12 PM
Quote from: Mr.Jhonz on 12 January 2010, 08:10:32 PM
Kebod kan member if yg berbobot postingannya..
Ternyata xiau mr.wei tho..
:jempol:

Wah, ternyata pernah ke IF juga ya? Kebod di IF = Mr. Wei di DC ;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Juice_alpukat on 13 January 2010, 05:15:28 PM
Kebod vs mr wei,nic mana yg lbih bgus?
Singthung di dc ada gak?Dia termasuk  dharmaduta,knapa disini jarang lhat ya?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr.Jhonz on 13 January 2010, 05:18:33 PM
Quote from: Mr. Wei on 13 January 2010, 04:34:12 PM
Quote from: Mr.Jhonz on 12 January 2010, 08:10:32 PM
Kebod kan member if yg berbobot postingannya..
Ternyata xiau mr.wei tho..
:jempol:

Wah, ternyata pernah ke IF juga ya? Kebod di IF = Mr. Wei di DC ;D
di if juga ada Id namanya mr.wei.. ^-^
clonengan yak? :))

*percaya ato ngak,gw murtad berkat if,dan gw belajar buddhism pertama kalinya jg di if
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 13 January 2010, 08:06:27 PM
Iya, clonengan, sebenarnya sih pengen ngubah nick kebod jadi Mr. Wei, biar seragam gitu di semua forum, tapi gak bisa. Yauda deh bikin nick baru.
Btw, di ka$ku$ ada nick Mr.Wei tapi bukan gw.

Tercerahkan lewat if ya??? Di sana kan banyak aliran maitreya dan lu sheng yen nya ;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 13 January 2010, 08:07:15 PM
Quote from: Juice_alpukat on 13 January 2010, 05:15:28 PM
Kebod vs mr wei,nic mana yg lbih bgus?
Singthung di dc ada gak?Dia termasuk  dharmaduta,knapa disini jarang lhat ya?

Entahlah, mungkin ada dengan nick lain.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Juice_alpukat on 13 January 2010, 08:44:35 PM
Mungkin singthung > sumedho dc,wakaka,sama2 S.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Juice_alpukat on 13 January 2010, 08:45:02 PM
Mungkin singthung > sumedho dc,wakaka,sama2 S.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr.Jhonz on 13 January 2010, 09:24:22 PM
Kalo juice alpukat id di If apa?gw sent 1 dhe biar ngomong ;D

:backtotopic:
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Juice_alpukat on 13 January 2010, 09:36:56 PM
Sudah lupa.;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 14 January 2010, 12:27:10 PM
Keliru kalau menanggap ini thread reuni IF, ini thread kelirumologi :))
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 14 January 2010, 12:27:56 PM
Agama Buddha
Agama Buddha adalah agama yang sangat unik di Indonesia. Mengapa? Karena pada saat agama-agama lain menawarkan sosok yang bisa dijadikan sandaran dan dinomorsatukan untuk mencapai kebahagiaan sejati, Agama Buddha malah menawarkan jalan kebahagiaan sejati melalui usaha sendiri. Di saat agama-agama lain mengajarkan untuk percaya 100% kepada ajarannya, Agama Buddha malah menawarkan dirinya dengan mengajak untuk menganalisa ajaran Buddha sendiri. Uniknya, di saat agama lain mengutuk-ngutuk sesat karena umatnya pindah agama, Agama Buddha malah menjawab dengan, "Kalau dengan berpindah agama bisa menjadikan dirinya lebih baik, kenapa tidak?". Agama Buddha memang agama tanpa pemaksaan dan terbuka, jelas keliru kalau ada anggapan bahwa Agama Buddha adalah agama yang mistik dan tertutup.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 14 January 2010, 12:28:21 PM
Kategori Buku
Di beberapa toko-toko buku besar yang pernah saya kunjungi, biasanya rak buku berlabel 'Buddha' tidak hanya ditaruh buku-buku buddhisme, tetapi juga buku-buku lain seperti taoisme, konfusianisme, filsafat, bahkan ramalan-ramalan ala Tiongkok seperti feng shui. Jelas sekali kalau pengkategorian buku seperti itu keliru. Gumam saya dalam hati, ternyata masih banyak orang yang belum mampu membedakan ajaran buddhisme, taoisme, konfusianisme, dan kepercayaan tradisional Tiongkok; dan saran saya dalam hati (melalui tulisan ini), semoga kelak bisa juga dibuat rak buku dengan kategori 'Kepercayaan Tiongkok'.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: kusalaputto on 14 January 2010, 12:38:04 PM
Quote from: Mr. Wei on 14 January 2010, 12:28:21 PM
Kategori Buku
Di beberapa toko-toko buku besar yang pernah saya kunjungi, biasanya rak buku berlabel 'Buddha' tidak hanya ditaruh buku-buku buddhisme, tetapi juga buku-buku lain seperti taoisme, konfusianisme, filsafat, bahkan ramalan-ramalan ala Tiongkok seperti feng shui. Jelas sekali kalau pengkategorian buku seperti itu keliru. Gumam saya dalam hati, ternyata masih banyak orang yang belum mampu membedakan ajaran buddhisme, taoisme, konfusianisme, dan kepercayaan tradisional Tiongkok; dan saran saya dalam hati (melalui tulisan ini), semoga kelak bisa juga dibuat rak buku dengan kategori 'Kepercayaan Tiongkok'.
hidup mr wei satuhjuh buahget da , g biasa k gramed nyari rak buku buddhisme aja susah udah ketemu eh malah ke campur2 capcay d
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Juice_alpukat on 14 January 2010, 01:08:22 PM
ya bgtulah kpercyaan adat tionghoa.Bepbep.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr.Jhonz on 14 January 2010, 06:59:00 PM
Quote from: Mr. Wei on 14 January 2010, 12:28:21 PM
Kategori Buku
Di beberapa toko-toko buku besar yang pernah saya kunjungi, biasanya rak buku berlabel 'Buddha' tidak hanya ditaruh buku-buku buddhisme, tetapi juga buku-buku lain seperti taoisme, konfusianisme, filsafat, bahkan ramalan-ramalan ala Tiongkok seperti feng shui. Jelas sekali kalau pengkategorian buku seperti itu keliru. Gumam saya dalam hati, ternyata masih banyak orang yang belum mampu membedakan ajaran buddhisme, taoisme, konfusianisme, dan kepercayaan tradisional Tiongkok; dan saran saya dalam hati (melalui tulisan ini), semoga kelak bisa juga dibuat rak buku dengan kategori 'Kepercayaan Tiongkok'.
bersyukurlah..
Karena di beberapa toko buku di ibukota malah tidak ada rak berlabel buddhis :'(

anehnya,di beberapa toko buku,buku2 beraroma buddhism justru di temukan dirak psikologi, nahhh lhooo... ;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Juice_alpukat on 14 January 2010, 07:39:15 PM
^
kabar gembira buat umat Buddha.Buku rak psiko,banyak berisi buku buddha.Bahagia aku.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: kusalaputto on 15 January 2010, 11:05:34 AM
^
sumpeh loooo kok buku buddhis bisa masuk bagian psikologi ??? besok2 ngecek ahh
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 16 January 2010, 10:42:13 PM
Quote from: Mr.Jhonz on 14 January 2010, 06:59:00 PM
Quote from: Mr. Wei on 14 January 2010, 12:28:21 PM
Kategori Buku
Di beberapa toko-toko buku besar yang pernah saya kunjungi, biasanya rak buku berlabel 'Buddha' tidak hanya ditaruh buku-buku buddhisme, tetapi juga buku-buku lain seperti taoisme, konfusianisme, filsafat, bahkan ramalan-ramalan ala Tiongkok seperti feng shui. Jelas sekali kalau pengkategorian buku seperti itu keliru. Gumam saya dalam hati, ternyata masih banyak orang yang belum mampu membedakan ajaran buddhisme, taoisme, konfusianisme, dan kepercayaan tradisional Tiongkok; dan saran saya dalam hati (melalui tulisan ini), semoga kelak bisa juga dibuat rak buku dengan kategori 'Kepercayaan Tiongkok'.
bersyukurlah..
Karena di beberapa toko buku di ibukota malah tidak ada rak berlabel buddhis :'(

anehnya,di beberapa toko buku,buku2 beraroma buddhism justru di temukan dirak psikologi, nahhh lhooo... ;D

Dulu gw pernah membaca comment di status facebook gw seperti ini (kira-kira):
A: kak B suka baca buku-buku pengembangan diri ya?
B: iya, kayak buku-buku si bla bla bla dan si bla bla, tapi sekarang kalau mau beli buku pengembangan diri mesti dibaca-baca dulu sebelumnya, suka dicampurin sama agama lain sih
A: iya tuh, kadang buku pengembangan diri tau-tau isinya ada tentang agama lain.

Kedua teman gw adalah kr****n protestan, dan jujur aja pada saat gw membaca itu gw merasa tidak enak hati, dan dalam hati gw bergumam: 'semoga agama lain yang dimaksud bukan agama buddha'
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: marcedes on 17 January 2010, 12:48:48 AM
QuoteJimat
Kekeliruan yang selama ini muncul adalah banyaknya umat yang berbondong-bondong mencari bhikkhu yang konon dikabarkan sakti untuk meminta jimat. Hal ini jelas keliru, karena Sang Buddha mengatakan untuk menjadikan diri kita sebagai pelindung diri sendiri. Buddha saja tidak bisa mengubah kamma buruk kita menjadi baik, apalagi jimat.
sy kurang setuju...

memang benar jimat tidak ada hubungannya dengan pencerahan....
tetapi jimat/amulet, dapat membantu melindungi diri...
mengenai hukum kamma dan jimat yg katanya tidak bisa mengubah kamma buruk itu persepsi keliru..
karena mendapat jimat dari bikkhu sakti juga adalah buah dari kamma baik.

pernah ada kasus dimana seorang memakai jatukham ramanthep...waktu jatuh dari motor kecepatan tinggi, sudah pasti kelihatan banyak luka...tetapi kenyataannya lecet pun tidak...cuma kulit warna merah dikit...
percaya kah?...

kalau jimat itu bullshit. sy rasa tidak mungkin ada orang berani memahar hingga 30 juta.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr.Jhonz on 17 January 2010, 06:38:47 AM
Quote from: Mr. Wei on 16 January 2010, 10:42:13 PM
Quote from: Mr.Jhonz on 14 January 2010, 06:59:00 PM
Quote from: Mr. Wei on 14 January 2010, 12:28:21 PM
Kategori Buku
Di beberapa toko-toko buku besar yang pernah saya kunjungi, biasanya rak buku berlabel 'Buddha' tidak hanya ditaruh buku-buku buddhisme, tetapi juga buku-buku lain seperti taoisme, konfusianisme, filsafat, bahkan ramalan-ramalan ala Tiongkok seperti feng shui. Jelas sekali kalau pengkategorian buku seperti itu keliru. Gumam saya dalam hati, ternyata masih banyak orang yang belum mampu membedakan ajaran buddhisme, taoisme, konfusianisme, dan kepercayaan tradisional Tiongkok; dan saran saya dalam hati (melalui tulisan ini), semoga kelak bisa juga dibuat rak buku dengan kategori 'Kepercayaan Tiongkok'.
bersyukurlah..
Karena di beberapa toko buku di ibukota malah tidak ada rak berlabel buddhis :'(

anehnya,di beberapa toko buku,buku2 beraroma buddhism justru di temukan dirak psikologi, nahhh lhooo... ;D

Dulu gw pernah membaca comment di status facebook gw seperti ini (kira-kira):
A: kak B suka baca buku-buku pengembangan diri ya?
B: iya, kayak buku-buku si bla bla bla dan si bla bla, tapi sekarang kalau mau beli buku pengembangan diri mesti dibaca-baca dulu sebelumnya, suka dicampurin sama agama lain sih
A: iya tuh, kadang buku pengembangan diri tau-tau isinya ada tentang agama lain.

Kedua teman gw adalah kr****n protestan, dan jujur aja pada saat gw membaca itu gw merasa tidak enak hati, dan dalam hati gw bergumam: 'semoga agama lain yang dimaksud bukan agama buddha'
jangan2 buku yg teman u baca,membuka pintu hati? Hidup senang mati tenang? Cacing dan kotoran kesayangannya? Doa sang katak? Ato jangan2 malah RAPB.. :))
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 20 January 2010, 10:41:48 AM
Quote from: marcedes on 17 January 2010, 12:48:48 AM
QuoteJimat
Kekeliruan yang selama ini muncul adalah banyaknya umat yang berbondong-bondong mencari bhikkhu yang konon dikabarkan sakti untuk meminta jimat. Hal ini jelas keliru, karena Sang Buddha mengatakan untuk menjadikan diri kita sebagai pelindung diri sendiri. Buddha saja tidak bisa mengubah kamma buruk kita menjadi baik, apalagi jimat.
sy kurang setuju...

memang benar jimat tidak ada hubungannya dengan pencerahan....
tetapi jimat/amulet, dapat membantu melindungi diri...
mengenai hukum kamma dan jimat yg katanya tidak bisa mengubah kamma buruk itu persepsi keliru..
karena mendapat jimat dari bikkhu sakti juga adalah buah dari kamma baik.

pernah ada kasus dimana seorang memakai jatukham ramanthep...waktu jatuh dari motor kecepatan tinggi, sudah pasti kelihatan banyak luka...tetapi kenyataannya lecet pun tidak...cuma kulit warna merah dikit...
percaya kah?...

kalau jimat itu bulls**t. sy rasa tidak mungkin ada orang berani memahar hingga 30 juta.

Jimat memang tidak bull***t, mungkin memang memiliki kekuatan perlindungan. Tapi itu juga sebenarnya berasal dari kamma baik kita sendiri. Jadi buat apa repot2 mengejar jimat? Kalaupun kita memang akan terlindungi, tanpa jimatpun kita pasti selamat; atau tanpa dikerjapun jimat itu akan datang kepada kita. Lebih baik pupuklah kebajikan, itulah jimat terbaik kita :)
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Juice_alpukat on 20 January 2010, 11:16:40 AM
Kalau fengshui dampaknya bg khdupan seseorang?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 20 January 2010, 11:26:07 AM
Dengar-dengar sih fengshui ampuh ya, tapi kalau menurut gw, kalau emank dia orang baik, pasti rumahnya tanpa perlu konsultasi fengshui pun uda bagus secara fengshui ;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Juice_alpukat on 20 January 2010, 11:51:00 AM
Oh, brarti fengsui ada efeknya juga pada khdpan seseorng yah?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr.Jhonz on 20 January 2010, 12:02:58 PM
Quote from: Juice_alpukat on 20 January 2010, 11:16:40 AM
Kalau fengshui dampaknya bg khdupan seseorang?
katanya fengshui itu sebenarnya cuma arsiteknya tiongkok kuno.cuma biar 'laku' di tambahkan beberapa unsur mistis..cmiiw
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: kusalaputto on 20 January 2010, 12:45:08 PM
feng shui ???
tanya knapa klo rumah tusuk sate kaga boleh? n toko tusuk sate di cari?
klo jawab logis kyknya gampang nih
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Juice_alpukat on 20 January 2010, 12:54:17 PM
kalo rumah, takutnya ketabrak sapi, eh mobil.
Kalo toko, gampang kelhatan brang2 jualan.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: gajeboh angek on 20 January 2010, 10:01:52 PM
:outoftopic: :backtotopic: :ngomel:
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: marcedes on 20 January 2010, 10:20:54 PM
Quote from: Mr. Wei on 20 January 2010, 10:41:48 AM
Quote from: marcedes on 17 January 2010, 12:48:48 AM
QuoteJimat
Kekeliruan yang selama ini muncul adalah banyaknya umat yang berbondong-bondong mencari bhikkhu yang konon dikabarkan sakti untuk meminta jimat. Hal ini jelas keliru, karena Sang Buddha mengatakan untuk menjadikan diri kita sebagai pelindung diri sendiri. Buddha saja tidak bisa mengubah kamma buruk kita menjadi baik, apalagi jimat.
sy kurang setuju...

memang benar jimat tidak ada hubungannya dengan pencerahan....
tetapi jimat/amulet, dapat membantu melindungi diri...
mengenai hukum kamma dan jimat yg katanya tidak bisa mengubah kamma buruk itu persepsi keliru..
karena mendapat jimat dari bikkhu sakti juga adalah buah dari kamma baik.

pernah ada kasus dimana seorang memakai jatukham ramanthep...waktu jatuh dari motor kecepatan tinggi, sudah pasti kelihatan banyak luka...tetapi kenyataannya lecet pun tidak...cuma kulit warna merah dikit...
percaya kah?...

kalau jimat itu bulls**t. sy rasa tidak mungkin ada orang berani memahar hingga 30 juta.

Jimat memang tidak bull***t, mungkin memang memiliki kekuatan perlindungan. Tapi itu juga sebenarnya berasal dari kamma baik kita sendiri. Jadi buat apa repot2 mengejar jimat? Kalaupun kita memang akan terlindungi, tanpa jimatpun kita pasti selamat; atau tanpa dikerjapun jimat itu akan datang kepada kita. Lebih baik pupuklah kebajikan, itulah jimat terbaik kita :)
bro wei...itu adalah pendapat salah 100% menurut saya...
misalkan seorang guru thai mentatto mantra ditubuh murid nya, dengan tujuan semoga murid(bikkhu awam) tidak di serang oleh hewan buas, atau makhluk halus di hutan rimba...
apa anda berpendapat hanya mengandalkan kamma terus masuk hutan...lalu disitu gambling..
kalau mati kamma buruk, kalau selamat kamma baik?
tentu tidak, tatto jimat diberikan guna untuk melindungi murid....

kadang,kamma baik berbuah kadang dalam bentuk yg aneh...entah jimat, nasehat, bahkan jatuh dari pohon pun bisa jadi kamma baik  :D

--------------------------------------------------

Quote from: Mr. Wei on 20 January 2010, 11:26:07 AM
Dengar-dengar sih fengshui ampuh ya, tapi kalau menurut gw, kalau emank dia orang baik, pasti rumahnya tanpa perlu konsultasi fengshui pun uda bagus secara fengshui ;D
feng shui itu ibarat hukum support lah.......misalkan
tidak baik apabila lantai atas kamar, bawahnya langsung dapur....soalnya yg tinggal di kamar itu cepat emosi.
ini artinya jelas orang yg tinggal di atas merasa panas dan gerah...dan tersebut bisa saja tersulut emosi nya dengan mudah..
( ini karena rumah dulu, hanya terbuat dari batu yg tipis, terus mungkin saja cuma kayu )

begitu juga kalau dikatakan, tidak baik apabila pintu kamar kita langsung berhadapan tangga...
jelas saja mengakibatkan orang ngantuk bisa jatuh kalau tidak hati-hati...
contoh saja teman gw...ibu-nya jatuh terguling-guling dari lantai 2 ke 1....

kalau masalah fengshui dan Buddhisme, pernah di bahas oleh bhante Uttamo sama pakar fengshui..ceramahnya bikin ketawa seh  ;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: The Ronald on 20 January 2010, 11:31:41 PM
loh mercedes di sby?
iya bikin ketawa... lebih tepatnya.. ga ada pengetahuan baru yg aku dpt dari sana

yah fengshui..cuma sebagai support
kamma berbuah jika ada kondisi yg menunjang, salah satu penunjangnya adalah lewat feng shui (tp yah di kehidupan ini)
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 25 January 2010, 10:14:30 PM
Quotekadang,kamma baik berbuah kadang dalam bentuk yg aneh...entah jimat, nasehat, bahkan jatuh dari pohon pun bisa jadi kamma baik

Quotefeng shui itu ibarat hukum support lah....... misalkan
tidak baik apabila lantai atas kamar, bawahnya langsung dapur....soalnya yg tinggal di kamar itu cepat emosi.
ini artinya jelas orang yg tinggal di atas merasa panas dan gerah...dan tersebut bisa saja tersulut emosi nya dengan mudah..
( ini karena rumah dulu, hanya terbuat dari batu yg tipis, terus mungkin saja cuma kayu )

begitu juga kalau dikatakan, tidak baik apabila pintu kamar kita langsung berhadapan tangga...
jelas saja mengakibatkan orang ngantuk bisa jatuh kalau tidak hati-hati...
contoh saja teman gw...ibu-nya jatuh terguling-guling dari lantai 2 ke 1....

Quote from: The Ronald on 20 January 2010, 11:31:41 PM
loh mercedes di sby?
iya bikin ketawa... lebih tepatnya.. ga ada pengetahuan baru yg aku dpt dari sana

yah fengshui..cuma sebagai support
kamma berbuah jika ada kondisi yg menunjang, salah satu penunjangnya adalah lewat feng shui (tp yah di kehidupan ini)

Setuju.
Di sini maksud saya bukan berarti tidak mempercayai jimat, tapi tidak perlu terlalu fanatik dengan jimatlah. Kan seperti yang uda saya bilang, kalau emank akan terlindungi, tanpa dikejarpun jimat akan datang.

Quotebro wei...itu adalah pendapat salah 100% menurut saya...
misalkan seorang guru thai mentatto mantra ditubuh murid nya, dengan tujuan semoga murid(bikkhu awam) tidak di serang oleh hewan buas, atau makhluk halus di hutan rimba...
apa anda berpendapat hanya mengandalkan kamma terus masuk hutan...lalu disitu gambling..
kalau mati kamma buruk, kalau selamat kamma baik?
tentu tidak, tatto jimat diberikan guna untuk melindungi murid....

Akan saya pelajari _/\_
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 25 January 2010, 10:16:56 PM
Lima Ribu Tahun
Selama ini, baik dari pendidikan Agama Buddha formal di sekolah ataupun non-formal, disebutkan bahwa usia ajaran Buddha hanya akan bertahan selama 5000 tahun jika Saṅgha Bhikkhuni berdiri. Ternyata informasi tersebut adalah keliru! Bila kita membaca Culla Vagga dalam Vinaya Pitaka, kita akan menemukan informasi bahwa ajaran Buddha hanya akan bertahan selama 500 tahun jika Saṅgha Bhikkhuni berdiri. Kenapa bisa menjadi 5.000? Beberapa spekulasi muncul untuk menjawab hal ini. Jawaban bahwa terjadinya salah penyebutan/pengetikan tentu sangat naif. Mungkin saja ada beberapa oknum yang ingin berusaha menutupi kecacatan dari informasi tersebut, karena nyatanya sekarang usia ajaran Buddha sudah menginjak lebih dari 2500 tahun dan masih eksis.

Lima Ribu Tahun #2
Jika anda membaca artikel 'Lima Ribu Tahun' di atas, tentu anda akan berpikir bahwa ternyata pernyataan yang dikeluarkan oleh Sang Buddha (mengenai usia Agama Buddha yang hanya mampu bertahan 500 tahun setelah Saṅgha Bhikkhuni berdiri) adalah keliru! Namun menurut salah satu penuturan rekan saya yang piawai dalam belajar Dhamma, pernyataan tersebut tidaklah keliru. Salah satu fakta nyatanya adalah pada masa kepemerintahan Raja Asoka di sekitar 3 abad setelah mangkatnya Sang Buddha, banyak oknum luar yang mencoba memasuki Saṅgha dan mencoba menghancurkan ajaran Buddha dari dalam. Ini disebabkan salah satunya karena pesatnya pertumbuhan Saṅgha Bhikkhuni. Sang Buddha berani menyatakan bahwa usia ajarannya akan menurun menjadi 500 tahun karena ketika wanita memasuki Saṅgha, maka komunitas Saṅgha sedikit-banyak akan beralih fungsi sebagai 'perkumpulan duniawi' (berbaurnya pria dan wanita) dengan kedok penghidupan tanpa-rumah. Riskan sekali bagi Saṅgha yang terdiri dari laki-laki dan perempuan untuk tumbuh bersama dan berbaur secara terbuka. Melihat resiko yang besar ini, Sang Buddha membentenginya dengan menetapkan 8 peraturan berat yang harus dijalani oleh para bhikkhuni. 8 peraturan ini dicetuskan untuk meminimalisasi resiko yang terjadi karena tumbuhnya Saṅgha Bhikkhuni di dalam ajaran Buddha. Dengan menjalankan 8 peraturan berat ini, Saṅgha Bhikkhuni akan berdiri dengan baik; dan tidak akan mengakibatkan lenyapnya ajaran Buddha dalam waktu yang singkat. Karena itu tidak perlu lagi merevisi pernyataan Sang Buddha dari 500 tahun menjadi 5.000 tahun, apalagi menyatakan bahwa ramalan Sang Buddha ini meleset.  Lagipula selama ada orang yang melaksanakan 4 kebenaran mulia dan jalan mulia berunsur delapan, maka ajaran Buddha akan tetap bertahan.


Dibantu oleh bro Upasaka, thanks bro _/\_

---

Anicca
Banyak orang yang masih keliru memahami makna dari anicca. Walaupun dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai ketidakkekakalan, tapi bukan berarti semuanya harus hancur. Sabbe saṅkhara anicca atau 'semua hal yang berkondisi adalah tidak kekal' bukan berarti 'semua hal yang berkondisi akan musnah', melainkan 'semua hal yang berkondisi akan terus berubah'. Jadi yang dimaksud anicca atau ketidakkekalan dalam Agama Buddha adalah perubahan, bukan pemusnahan.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Nevada on 25 January 2010, 10:52:42 PM
[at] Mr. Wei

Kalau boleh saya tambahkan, jadi yang dimaksud oleh Sang Buddha bahwa Dhamma hanya akan bertahan selama 500 tahun adalah "Dhamma murni". Dhamma murni ini bisa dipahami sebagai Dhamma (khotbah) dan Vinaya (peraturan) yang 100% berasal dari wejangan Sang Buddha. Sebab dalam kurun waktu 500 tahun setelah Sang Buddha memasuki Parinibbana, muatan Dhamma (yang kelak menjadi Sutta dan Abhidhamma) dan Vinaya sudah berkali-kali diteruskan dari generasi ke generasi, dan sangat wajar apabila terjadi banyak intepretasi yang bercabang maupun pergeseran kandungan (pesan). Terpecahnya Buddhasasana menjadi beberapa aliran adalah salah satu bukti bahwa Dhamma murni sudah luntur.

Sama-sama. :)
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: marcedes on 26 January 2010, 12:07:20 AM
Quote from: The Ronald on 20 January 2010, 11:31:41 PM
loh mercedes di sby?
iya bikin ketawa... lebih tepatnya.. ga ada pengetahuan baru yg aku dpt dari sana

yah fengshui..cuma sebagai support
kamma berbuah jika ada kondisi yg menunjang, salah satu penunjangnya adalah lewat feng shui (tp yah di kehidupan ini)
saya bukan di sby...

entah lah sudah pernah di post atau tidak saya tambahkan sedikit deh..


Tuhan
sebagian umat buddha percaya bahwa buddhism juga mempercayai sesosok yang serba MAHA...
padahal sebenarnya itu terbawa dari para tradisi setempat dan kepercayaan lain.
kemudian ada juga beberapa orang mempercayai bahwa Buddha = Tuhan dalam buddhism...
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Sumedho on 26 January 2010, 08:04:03 AM
nanti mr wei + upasaka bisa siapkan section kelirumologi buddhis di modul baru nih.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: FZ on 26 January 2010, 08:59:34 AM
Quote from: Sumedho on 26 January 2010, 08:04:03 AM
nanti mr wei + upasaka bisa siapkan section kelirumologi buddhis di modul baru nih.
ini sekedar input saja.. karena isinya tidak tebal.. namun judulnya cukup menggelitik..
bisa dibikin ebook mini seperti project2 mini dc sebelumnya.. tinggal desain cover.. terus pajang deh di perpus dc :D
jadi orang suka tinggal download, habis download dicopy sana sini sehingga mempeluas wawasan buddhist juga..

Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Nevada on 26 January 2010, 09:19:41 AM
Quote from: Forte on 26 January 2010, 08:59:34 AM
Quote from: Sumedho on 26 January 2010, 08:04:03 AM
nanti mr wei + upasaka bisa siapkan section kelirumologi buddhis di modul baru nih.
ini sekedar input saja.. karena isinya tidak tebal.. namun judulnya cukup menggelitik..
bisa dibikin ebook mini seperti project2 mini dc sebelumnya.. tinggal desain cover.. terus pajang deh di perpus dc :D
jadi orang suka tinggal download, habis download dicopy sana sini sehingga mempeluas wawasan buddhist juga..

Rencana seh mau dimasukkin di "Secret Project".
*lirik Suhu* ;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: markosprawira on 26 January 2010, 09:29:13 AM
Quote from: marcedes on 20 January 2010, 10:20:54 PM
Quote from: Mr. Wei on 20 January 2010, 10:41:48 AM
Quote from: marcedes on 17 January 2010, 12:48:48 AM
QuoteJimat
Kekeliruan yang selama ini muncul adalah banyaknya umat yang berbondong-bondong mencari bhikkhu yang konon dikabarkan sakti untuk meminta jimat. Hal ini jelas keliru, karena Sang Buddha mengatakan untuk menjadikan diri kita sebagai pelindung diri sendiri. Buddha saja tidak bisa mengubah kamma buruk kita menjadi baik, apalagi jimat.
sy kurang setuju...

memang benar jimat tidak ada hubungannya dengan pencerahan....
tetapi jimat/amulet, dapat membantu melindungi diri...
mengenai hukum kamma dan jimat yg katanya tidak bisa mengubah kamma buruk itu persepsi keliru..
karena mendapat jimat dari bikkhu sakti juga adalah buah dari kamma baik.

pernah ada kasus dimana seorang memakai jatukham ramanthep...waktu jatuh dari motor kecepatan tinggi, sudah pasti kelihatan banyak luka...tetapi kenyataannya lecet pun tidak...cuma kulit warna merah dikit...
percaya kah?...

kalau jimat itu bulls**t. sy rasa tidak mungkin ada orang berani memahar hingga 30 juta.

Jimat memang tidak bull***t, mungkin memang memiliki kekuatan perlindungan. Tapi itu juga sebenarnya berasal dari kamma baik kita sendiri. Jadi buat apa repot2 mengejar jimat? Kalaupun kita memang akan terlindungi, tanpa jimatpun kita pasti selamat; atau tanpa dikerjapun jimat itu akan datang kepada kita. Lebih baik pupuklah kebajikan, itulah jimat terbaik kita :)
bro wei...itu adalah pendapat salah 100% menurut saya...
misalkan seorang guru thai mentatto mantra ditubuh murid nya, dengan tujuan semoga murid(bikkhu awam) tidak di serang oleh hewan buas, atau makhluk halus di hutan rimba...
apa anda berpendapat hanya mengandalkan kamma terus masuk hutan...lalu disitu gambling..
kalau mati kamma buruk, kalau selamat kamma baik?
tentu tidak, tatto jimat diberikan guna untuk melindungi murid....

kadang,kamma baik berbuah kadang dalam bentuk yg aneh...entah jimat, nasehat, bahkan jatuh dari pohon pun bisa jadi kamma baik  :D


kekna disini bro marcy justru makin menguatkan bhw yg sesungguhnya bekerja adalah kamma kita sendiri...... jadi udah cocok ama yg dibilang oleh bro Wei :

QuoteJimat memang tidak bull***t, mungkin memang memiliki kekuatan perlindungan. Tapi itu juga sebenarnya berasal dari kamma baik kita sendiri.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: markosprawira on 26 January 2010, 09:31:14 AM
Quote from: upasaka on 26 January 2010, 09:19:41 AM
Quote from: Forte on 26 January 2010, 08:59:34 AM
Quote from: Sumedho on 26 January 2010, 08:04:03 AM
nanti mr wei + upasaka bisa siapkan section kelirumologi buddhis di modul baru nih.
ini sekedar input saja.. karena isinya tidak tebal.. namun judulnya cukup menggelitik..
bisa dibikin ebook mini seperti project2 mini dc sebelumnya.. tinggal desain cover.. terus pajang deh di perpus dc :D
jadi orang suka tinggal download, habis download dicopy sana sini sehingga mempeluas wawasan buddhist juga..

Rencana seh mau dimasukkin di "Secret Project".
*lirik Suhu* ;D

jadi inget dulu pengen bikin buku saku mengenai pertanyaan2 yg pernah muncul/ditanyakan di kelas abhidhamma

tapi ga pernah terlaksana   :-[
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: johan3000 on 26 January 2010, 10:21:26 AM
Quote from: upasaka on 26 January 2010, 09:19:41 AM
Quote from: Forte on 26 January 2010, 08:59:34 AM
Quote from: Sumedho on 26 January 2010, 08:04:03 AM
nanti mr wei + upasaka bisa siapkan section kelirumologi buddhis di modul baru nih.
ini sekedar input saja.. karena isinya tidak tebal.. namun judulnya cukup menggelitik..
bisa dibikin ebook mini seperti project2 mini dc sebelumnya.. tinggal desain cover.. terus pajang deh di perpus dc :D
jadi orang suka tinggal download, habis download dicopy sana sini sehingga mempeluas wawasan buddhist juga..

Rencana seh mau dimasukkin di "Secret Project".
*lirik Suhu* ;D

Semoga menjadi kenyataan........
begitu juga utk bro  markosprawira

ngomong2 kapan DC terbitin majalah triwulan...versi pdf ?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Sumedho on 26 January 2010, 10:35:55 AM
lah teamnya aja kgk ada, gimana terbitin ;D

bro johan mau bantu?
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 26 January 2010, 11:22:16 AM
Quote from: Forte on 26 January 2010, 08:59:34 AM
Quote from: Sumedho on 26 January 2010, 08:04:03 AM
nanti mr wei + upasaka bisa siapkan section kelirumologi buddhis di modul baru nih.
ini sekedar input saja.. karena isinya tidak tebal.. namun judulnya cukup menggelitik..
bisa dibikin ebook mini seperti project2 mini dc sebelumnya.. tinggal desain cover.. terus pajang deh di perpus dc :D
jadi orang suka tinggal download, habis download dicopy sana sini sehingga mempeluas wawasan buddhist juga..



Sebenarnya saya blog-kan juga di www.kelirumologi-buddhis[dot]blogspot[dot]com ;D biar teman-teman saya yang gak berkunjung ke DC juga bisa baca di sana. Uda ada 30an artikel di sana.

Quote from: Sumedho on 26 January 2010, 08:04:03 AM
nanti mr wei + upasaka bisa siapkan section kelirumologi buddhis di modul baru nih.

:jempol:
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr.Jhonz on 26 January 2010, 04:55:33 PM
Quote from: Sumedho on 26 January 2010, 08:04:03 AM
nanti mr wei + upasaka bisa siapkan section kelirumologi buddhis di modul baru nih.
tapi topik yg di angkat mr.wei senstif2 lho om..
Contohnya mslh maitreya,dan aye lg request topik LSY ama si Wei ;D

*siap2 bentuk team penanggung jawab ^-^ buat ngadapin UU ITE ;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Nevada on 26 January 2010, 04:57:15 PM
Quote from: Mr.Jhonz on 26 January 2010, 04:55:33 PM
Quote from: Sumedho on 26 January 2010, 08:04:03 AM
nanti mr wei + upasaka bisa siapkan section kelirumologi buddhis di modul baru nih.
tapi topik yg di angkat mr.wei senstif2 lho om..
Contohnya mslh maitreya,dan aye lg request topik LSY ama si Wei ;D

*siap2 bentuk team penanggung jawab ^-^ buat ngadapin UU ITE ;D


;D Gak apa-apa...
Memang semua isi "Secret Project" itu sensitif. :P
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr.Jhonz on 26 January 2010, 05:04:04 PM
^
^ kalo gitu topik MMD masuk agenda dunk? ;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Nevada on 26 January 2010, 05:07:10 PM
Tunggu tanggal mainnya aja deh. ;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 26 January 2010, 08:20:43 PM
Quote from: Mr.Jhonz on 26 January 2010, 04:55:33 PM
Quote from: Sumedho on 26 January 2010, 08:04:03 AM
nanti mr wei + upasaka bisa siapkan section kelirumologi buddhis di modul baru nih.
tapi topik yg di angkat mr.wei senstif2 lho om..
Contohnya mslh maitreya,dan aye lg request topik LSY ama si Wei ;D

*siap2 bentuk team penanggung jawab ^-^ buat ngadapin UU ITE ;D


Ntar tinggal ngumpulin koin lagi ;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Riky_dave on 08 February 2010, 10:00:42 PM
boleh tidak kalau saya kutip untuk kesejahteraan banyak makhluk?

Anumodana _/\_
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Indra on 08 February 2010, 10:11:54 PM
Riky, semua materi yg ada di DC boleh dikutip tanpa harus minta izin
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Riky_dave on 08 February 2010, 10:16:33 PM
Quote from: Indra on 08 February 2010, 10:11:54 PM
Riky, semua materi yg ada di DC boleh dikutip tanpa harus minta izin

wow...Anumodana sebesar2nya ko.. _/\_

[Masih butuh banyak bimbingan dari Ko Indra.. :)]
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Kelana on 08 February 2010, 10:40:03 PM
Tanya:     
Kelirumologi ala Buddhis ini referensinya apa, ya ?
Jika tidak ada referensi yang tepat maka semua orang bisa menafsirkan beda-beda. Bahkan nanti malah kelirumologi ala Buddhis menjadi kelirumologi ala Buddhis yang keliru.  ;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Riky_dave on 09 February 2010, 07:43:38 PM
Quote from: Kelana on 08 February 2010, 10:40:03 PM
Tanya:     
Kelirumologi ala Buddhis ini referensinya apa, ya ?
Jika tidak ada referensi yang tepat maka semua orang bisa menafsirkan beda-beda. Bahkan nanti malah kelirumologi ala Buddhis menjadi kelirumologi ala Buddhis yang keliru.  ;D


haha..tapi kan beberapa itu ada referensinya?maksudnya seperti kata awalnya kan "kelirumologi" bukan "membuat" kesalahan,tapi "mencari" kesalahan yang ada..kalau memang kurang tepat atau ada yang keliru..Mohon koreksinya,biar kita semua paham.. _/\_
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 09 February 2010, 08:45:45 PM
Quote from: Riky_dave on 08 February 2010, 10:00:42 PM
boleh tidak kalau saya kutip untuk kesejahteraan banyak makhluk?

Anumodana _/\_

Quote from: Indra on 08 February 2010, 10:11:54 PM
Riky, semua materi yg ada di DC boleh dikutip tanpa harus minta izin

Terwakili oleh Bang Indra ;D

Quote from: Kelana on 08 February 2010, 10:40:03 PM
Tanya:     
Kelirumologi ala Buddhis ini referensinya apa, ya ?
Jika tidak ada referensi yang tepat maka semua orang bisa menafsirkan beda-beda. Bahkan nanti malah kelirumologi ala Buddhis menjadi kelirumologi ala Buddhis yang keliru.  ;D

Quote from: Riky_dave on 09 February 2010, 07:43:38 PM
Quote from: Kelana on 08 February 2010, 10:40:03 PM
Tanya:     
Kelirumologi ala Buddhis ini referensinya apa, ya ?
Jika tidak ada referensi yang tepat maka semua orang bisa menafsirkan beda-beda. Bahkan nanti malah kelirumologi ala Buddhis menjadi kelirumologi ala Buddhis yang keliru.  ;D


haha..tapi kan beberapa itu ada referensinya?maksudnya seperti kata awalnya kan "kelirumologi" bukan "membuat" kesalahan,tapi "mencari" kesalahan yang ada..kalau memang kurang tepat atau ada yang keliru..Mohon koreksinya,biar kita semua paham.. _/\_

Terwakili oleh Bang Riky :)
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: dewi_go on 09 February 2010, 08:53:24 PM
Kalo tantang falun gong saya bisa menjelaskan sedikit, dulu saya pernah ikut dalam senam taichi mereka, kalo hanya sebatas senam mungkin baik bagi tubuh. tapi yang saya tidak suka dibuku Zhuan falunny ada Teks yang menyebutkan shifuny LiHongZhe punya kekuatan yang lebih tinggi dari Sang Buddha lho, dia bilang dia sudah menciptakan dunia yang jauh lebih tinggi daripada Buddha, dunia Buddha letaknya kauh dari tempat yang sudah saya ciptakan, begitu kira2 yang saya ingat ada kata2 tsb dalam buku zhuan falunny.
Mengapa aliran ini ditentang di tiongkok, semua praktisi ditangkap dan di siksa say juga kurang tau yang sebenarny apakah benar terjadi atau hanya rekayasa pihak tertentu saja.
Tapi yang saya tidak habis pikir shifuny ada aman2 saja di amerika sedangkan para praktisiny tertindas.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 09 February 2010, 08:56:17 PM
Dan ironisnya, buku Zhuan Fa Lun dijual bebas di toko-toko buku, termasuk Gr*media.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: dewi_go on 09 February 2010, 09:06:38 PM
ya justru itu yang tidak mengerti selalu menganggap itu hanya senam tubuh biasa tapi kalo udah dipahami .. gawat lho, beruntung saya masih punya karma baik yang bisa melindungiku dari kesesatan :)
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Kelana on 09 February 2010, 10:02:02 PM
Quote from: Riky_dave on 09 February 2010, 07:43:38 PM
haha..tapi kan beberapa itu ada referensinya?maksudnya seperti kata awalnya kan "kelirumologi" bukan "membuat" kesalahan,tapi "mencari" kesalahan yang ada..kalau memang kurang tepat atau ada yang keliru..Mohon koreksinya,biar kita semua paham.. _/\_

Dari pandangan saya, tujuan dari topik "kelirumologi", yaitu mengarsipkan/mendaftar kekeliruan yang beredar di masyarakat. Tapi adalah hal yang lucu dan tidak bermanfaat jika "kelirumologi" ini hanya mengarsipkan/mendaftar kekeliruan yang ada tanpa perbaikan dari kekeliruan tersebut. Misalnya kita hanya mendaftar : di masyarakat ada pandangan bahwa umat Buddha menyembah patung. (titik). Tanpa adanya perbaikan dari pandangan keliru ini, apa manfaatnya? Nah, Sdr. Wei dalam topik ini saya anggap sudah membuat daftar kekeliruan dan juga sudah memberikan perbaikan/pembetulan dari apa yang keliru. (saya tidak tahu apa Sdr. Wei pribadi menyadari atau tidak bahwa ia sudah melakukan perbaikan dari beragam kekeliruan)

Yang menjadi pertanyaan saya apa referensinya, apa pakem atau acuan dari perbaikan/pembetulan dari kekeliruan ini? Contoh, mengenai pelafalan kata Saṅgha yang keliru oleh beberapa umat. Ketika  Sdr. Wei mengatakan: "Alih-alih melafalkannya dengan benar sebagai 'sang-gha' , orang awam lebih sering melafalkannya dengan 'sang-ha'. " Ini (yang di bold) berarti ada usaha memberikan pembetulan dari suatu kekeliruan. Lalu apa acuan,referensinya yang diambil oleh Sdr. Wei. sehinga mengatakan 'sang-gha' adalah pelafalan yang benar? Pasti ada sumbernya, apakah dari kamus, dari pembicaraan dengan bhante, atau dari pengalaman pribadi, dst. Dan seberapa besar kesaihan dari referensi, pakem, acuan tersebut ? Tanpa landasan yang kuat, maka akan banyak tafsir, tidak mudah untuk dipercaya (jika untuk dijadikan sebuah buku), mengundang debat kusir, dsb. Hal-hal ini sudah saya lihat tanda-tandanya ketika berbicara mengenai jimat. Yang saya khawatirkan adalah munculnya pandangan-pandangan pribadi sebagai pembetulan dari kekeliruan yang ada. Jika pandangan pribadi itu mendekat pada Dhamma, tapi kalau menjauhi Dhamma?? Kecuali memang topik "kelirumologi" bertujuan juga untuk mengumpulkan pendangan-pandangan pribadi, akan lain lagi ceritanya.

Demikian.  _/\_
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Indra on 09 February 2010, 10:15:26 PM
Setuju dengan Bro Kelana, kalau thread ini direncanakan akan dipublikasikan dalam bentuk ebook/printed book, sebaiknya disertakan sumber yg valid
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr. Wei on 09 February 2010, 10:19:17 PM
Quote from: Kelana on 09 February 2010, 10:02:02 PM
Quote from: Riky_dave on 09 February 2010, 07:43:38 PM
haha..tapi kan beberapa itu ada referensinya?maksudnya seperti kata awalnya kan "kelirumologi" bukan "membuat" kesalahan,tapi "mencari" kesalahan yang ada..kalau memang kurang tepat atau ada yang keliru..Mohon koreksinya,biar kita semua paham.. _/\_

Dari pandangan saya, tujuan dari topik "kelirumologi", yaitu mengarsipkan/mendaftar kekeliruan yang beredar di masyarakat. Tapi adalah hal yang lucu dan tidak bermanfaat jika "kelirumologi" ini hanya mengarsipkan/mendaftar kekeliruan yang ada tanpa perbaikan dari kekeliruan tersebut. Misalnya kita hanya mendaftar : di masyarakat ada pandangan bahwa umat Buddha menyembah patung. (titik). Tanpa adanya perbaikan dari pandangan keliru ini, apa manfaatnya? Nah, Sdr. Wei dalam topik ini saya anggap sudah membuat daftar kekeliruan dan juga sudah memberikan perbaikan/pembetulan dari apa yang keliru. (saya tidak tahu apa Sdr. Wei pribadi menyadari atau tidak bahwa ia sudah melakukan perbaikan dari beragam kekeliruan)

_/\_

Quote
Yang menjadi pertanyaan saya apa referensinya, apa pakem atau acuan dari perbaikan/pembetulan dari kekeliruan ini? Contoh, mengenai pelafalan kata Saṅgha yang keliru oleh beberapa umat. Ketika  Sdr. Wei mengatakan: "Alih-alih melafalkannya dengan benar sebagai 'sang-gha' , orang awam lebih sering melafalkannya dengan 'sang-ha'. " Ini (yang di bold) berarti ada usaha memberikan pembetulan dari suatu kekeliruan. Lalu apa acuan,referensinya yang diambil oleh Sdr. Wei. sehinga mengatakan 'sang-gha' adalah pelafalan yang benar? Pasti ada sumbernya, apakah dari kamus, dari pembicaraan dengan bhante, atau dari pengalaman pribadi, dst. Dan seberapa besar kesaihan dari referensi, pakem, acuan tersebut ? Tanpa landasan yang kuat, maka akan banyak tafsir, tidak mudah untuk dipercaya (jika untuk dijadikan sebuah buku), mengundang debat kusir, dsb. Hal-hal ini sudah saya lihat tanda-tandanya ketika berbicara mengenai jimat. Yang saya khawatirkan adalah munculnya pandangan-pandangan pribadi sebagai pembetulan dari kekeliruan yang ada. Jika pandangan pribadi itu mendekat pada Dhamma, tapi kalau menjauhi Dhamma?? Kecuali memang topik "kelirumologi" bertujuan juga untuk mengumpulkan pendangan-pandangan pribadi, akan lain lagi ceritanya.

Demikian.  _/\_

Hmmm... kalau untuk pelafalan Sangha memang sudah dituliskan di halaman depan beberapa buku paritta bahwa n dengan titik di atasnya dibaca ng. Untuk jimat memang tidak ada referensi. Saya tidak bermaksud membuat kelirumologi dengan bersumber pandangan pribadi, walaupun tidak saya sanggahi jika beberapa artikel di sini memang bersumber dari pandangan pribadi.

Untuk ke depannya akan saya usahakan menggunakan referensi, thanx atas masukannya :)
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr.Jhonz on 19 March 2010, 10:52:25 PM
Btw,
Request soal "karma" dunk..
Soalnya masyarakat umum sering mempresesikan karma sebgai nasib buruk,cth:kalo kena lemparan batu pasti di bilang kena karma,coba kalo kena undian lotree,ga ada yg bilang karma..:hammer:

Btw,project kelirumologi udah kelar blom?? Si wei menghilang.. :'(
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: kusalaputto on 20 March 2010, 02:17:14 PM
Quote from: Mr.Jhonz on 19 March 2010, 10:52:25 PM
Btw,
Request soal "karma" dunk..
Soalnya masyarakat umum sering mempresesikan karma sebgai nasib buruk,cth:kalo kena lemparan batu pasti di bilang kena karma,coba kalo kena undian lotree,ga ada yg bilang karma..:hammer:

Btw,project kelirumologi udah kelar blom?? Si wei menghilang.. :'(
sebenernya ini mind set yg terjadi & beredar di masyarakat bahwa mereka tidak tahu ada kamma baik nah dah jadi tugas kita untuk merubah mind set ini
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr.Jhonz on 20 March 2010, 07:08:59 PM
^
^ makanya aye minta buat kelirumologinya...
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Indra on 20 March 2010, 07:59:37 PM
Atha Sila
-----------

Banyak Buddhis yang sedang mempraktikkan tidak makan malam, ketika misalnya diajak makan malam, "makan yuk", dia menjawab, "gak ah, gue lagi attha sila".

Atha Sila jadi diartikan tidak makan malam. padahal ada 8 Sila dalam Attha sila, dan tidak makan malam hanyalah salah satunya.

bahkan lebih parah, saya pernah mengajak makan malam kepada seorang Bhikshu yg saya tau biasanya makan malam, dijawab dengan jawaban yg sama. jadi double error deh.
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr.Jhonz on 20 March 2010, 08:27:14 PM
Quote from: Indra on 20 March 2010, 07:59:37 PM
Atha Sila
-----------

Banyak Buddhis yang sedang mempraktikkan tidak makan malam, ketika misalnya diajak makan malam, "makan yuk", dia menjawab, "gak ah, gue lagi attha sila".

Atha Sila jadi diartikan tidak makan malam. padahal ada 8 Sila dalam Attha sila, dan tidak makan malam hanyalah salah satunya.

bahkan lebih parah, saya pernah mengajak makan malam kepada seorang Bhikshu yg saya tau biasanya makan malam, dijawab dengan jawaban yg sama. jadi double error deh.
kalo lagi atha sila,tapi buat janji [ngajak]teman besok hari  jalan2 ke mal + nonton film,etis ga? ;D
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Indra on 20 March 2010, 08:31:14 PM
 [at] Mr.Jhonz, sebaiknya bikin topik baru, di sini bukan tempatnya untuk diskusi. ntar TS ngamuk
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Mr.Jhonz on 20 March 2010, 08:43:56 PM
 [at] om indra
kalo buka thread baru buang2 tempat,lagian ts juga ngejunk disini :))
jawab dunk om,ato pm aja..please
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: Indra on 20 March 2010, 09:13:20 PM
Quote from: Mr.Jhonz on 20 March 2010, 08:43:56 PM
[at] om indra
kalo buka thread baru buang2 tempat,lagian ts juga ngejunk disini :))
jawab dunk om,ato pm aja..please

karena maksa...

pelanggaran terjadi pada saat dilakukan atau diucapkan (sesuai ketentuan sila), tidak ada larangan membuat janji, dll
Title: Re: Kelirumologi ala Buddhis
Post by: chen83 on 24 March 2010, 12:13:28 AM
nice inpoh.  :o