Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Buddhisme untuk Pemula => Topic started by: cocktail on 13 July 2007, 08:21:41 PM

Title: pelimpahan jasa
Post by: cocktail on 13 July 2007, 08:21:41 PM
Pelimpahan jasa bukan berarti karma baik kita di "transfer" untuk orang lain karena para makhluk mewarisi karmanya masing-masing. Maksud dari pelimpahan jasa yang sebenarnya adalah perbuatan/karma baik yang telah kita lakukan dapat menjadi sebab atau kondisi bagi orang/makhluk lain yang dilimpahkan untuk munculnya pikiran-pikiran yang diliputi kebahagiaan seperti mudita & anumodana tetapi apabila mereka bergembira atas pebuatan-perbuatan baik yang telah kita lakukan..Bukankah begitu friend? ~o)

Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: FZ on 13 July 2007, 08:33:01 PM
Setuju..  8)

Menurut saya pelimpahan jasa itu salah satu media agar alm / leluhur dapat memperbanyak karma baik melalui "pikiran". Ketika menyadari bahwa diri mereka dikenang maka mereka akan senang dan itu merupakan karma baik melalui pikiran. 

Di lain pihak, bagi pembuat pelimpahan jasa juga mendapatkan buah dari hasil perbuatannya yang mulia yaitu membahagiakan alm/leluhur..

Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: cocktail on 13 July 2007, 08:48:31 PM
Bro Hedi,

Andai kata, leluhur saya tumimbal lahir menjadi bro Hedi (jangan marah, kan cuma contoh  ;D.he.he..).
Just joke. Bagaimana orang/makhluk yang kita "limpahkan jasa" mengetahui, kalau saya sedang melakukan pelimpahan jasa untuk mereka..misalkan bro Hedi yang menjadi leluhur saya.. ;D..Soalnya saya pernah ditanya ma temen saya.Jujur saya juga bingug ngejawabnya..he..he
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: FZ on 13 July 2007, 09:16:15 PM
Quote from: cocktail on 13 July 2007, 08:48:31 PM
Bro Hedi,

Andai kata, leluhur saya tumimbal lahir menjadi bro Hedi (jangan marah, kan cuma contoh  ;D.he.he..).
Just joke. Bagaimana orang/makhluk yang kita "limpahkan jasa" mengetahui, kalau saya sedang melakukan pelimpahan jasa untuk mereka..misalkan bro Hedi yang menjadi leluhur saya.. ;D..Soalnya saya pernah ditanya ma temen saya.Jujur saya juga bingug ngejawabnya..he..he

Pertanyaan Anda sama dengan Joke dari pengalaman Manager saya.
Saya cerita sedikit..
Waktu itu lagi ada acara berduka. Kebetulan Manager saya Katholik.
Dia hadir dalam upacara tersebut dan ada temannya.
Temannya ini agak gila orangnya (mirip El Sol kali ye.. hehehhe canda..  ;D)
Waktu itu temannya berkelakar waktu lagi bakar2 uang kertas.. Singkatnya dialognya begini :
M : Manager T : Teman

T : Ada yang aneh pada uang kertas ini
M : Apanya yang aneh ?
T : Ya lah aneh.. Gak ada No. Rekening yang ditulis pada uang kertas ini..
     Ntar kalau nyasar gimana.. Lagian kalau tanpa No. Rekening mana bisa sampai
M : *&%*&%#^%# [at] $#^%*&(*&)( (Kesal karena harus menahan tawa. Masa di acara duka ada yang tertawa2)

Bila dipikir2 gak salah juga pertanyaan teman manager saya. Bagaimana bisa sampai uang itu ? kalau nyasar gimana ? kan gak ada no. rekeningnya..

Itu cuma selingan dan intinya menurut saya itu lebih pada Hukum Sebab Akibat.
Bila kita melakukannya dengan tulus pasti akan ada ikatan dengan alm kita..
Dan menurut saya, leluhur kita itu banyak sekali, bisa jadi yang Anda katakan benar juga.
Saya adalah leluhur Anda dan Anda adalah leluhur saya. Karena kita sudah beberapa kali bertumimbal lahir
Makanya tidak heran bila doa kita : Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta.
Karena bisa jadi semua makhluk hidup pernah masuk dalam kehidupan kita baik itu sebagai teman, musuh, sanak keluarga, dll.

Untuk renungan :

Quote from: TIROKUDDA SUTTA
(Sumber: Aneka Sutta, Penyusun : Maha Pandita Sumedha Widyadharma,
Diterbitkan oleh Yayasan Dana Pendidikan Buddhis Nalanda 1992)


1 Di luar dinding mereka berdiri dan menanti,
dan di persimpangan-persimpangan jalan,
mereka kembali ke rumah yang dulu dihuninya dan menanti di muka pintu.
2 Tetapi bila diadakan pesta yang meriah
dengan makanan dan minuman beraneka ragam
Ternyata, tidak seorangpun yang ingat kepada
makhluk-mahkluk itu yang merupakan leluhur mereka
3 Hanya mereka yang hatinya penuh welas asih
memberikan sesajen kepada sanak keluarganya
berupa makanan dan minuman yang lezat,
dan disukai pada waktu itu
4/5 "Semoga buah dari jasa-jasa baik kita
melimpah kepada sanak keluarga yang telah meninggal.
Semoga mereka berbahagia."
Arwah sanak keluarga kita yang sedang berkumpul di tempat ini,
dengan gembira akan memberikan doa restu mereka
karena diberi makanan dan minuman yang berlimpah.
"Semoga sanakku berusia panjang,
sebab karena merekalah kami memperoleh sesajen yang lezat ini."
6/7 "Karena kami diberi penghormatan yang tulus,
maka yang memberinya pasti akan memperoleh buah jasa yang setimpal.
Karena di sana tidak ada pertanian,
dan juga tidak ada peternakan,
juga tidak ada perdagangan,
juga tidak ada lalu lintas uang dan emas."
Arwah dari sanak keluarga yang telah meninggal, hidup di sana dari pemberian kita di sini.
8 Bagaikan air mengalir dari atas bukit
terjun ke bawah untuk mencapai lembah yang kosong
Demikianpun sesajen yang diberikan dapat menolong
arwah dari sanak keluarga yang telah meninggal dunia.
9 Bagaikan sungai, bila airnya penuh
dapat mengalirkan airnya ke laut.
Demikianpun sesajen yang diberikan dapat menolong
arwah dari sanak keluarga yang telah meninggal dunia.
10/11 "Ia memberikan kepadaku, bekerja untukku,
ia sanakku, sahabatku, kerabatku,"
Memberikan sesajen kepada mereka yang telah meninggal dunia
dan mengingatkan kembali kepada apa yang mereka biasa lakukan.
Bukan ratap tangis, bukan kesedihan hati,
bukan perkabungan dengan cara apapun juga dapat menolong
mereka yang telah meninggal dunia
yang dilakukan sanak keluarga yang telah ditinggalkan
(karena perbuatan-perbuatan di atas tidak bermanfaat).
12 Tetapi bila persembahan ini dengan penuh bakti
diberikan kepada Sangha atas nama mereka,
dapat menolong mereka untuk waktu yang lama,
di kemudian hari maupun pada saat ini.
13 Tetapi diperlihatkan hakekat sesungguhnya dari sesajen bagi arwah sanak keluarga,
dan bagaimana penghormatan yang lebih bernilai dapat diberikan,
dan bagaimana para bhikkhu dapat diberikan kekuatan
dan bagaimana Anda sendiri dapat menimbun buah-buah karma yang baik.
 
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Upaseno on 14 July 2007, 08:56:01 AM
Pernah baca ga sih di Sutta, kalo Sang Buddha sendiri pernah melimpahkan jasa (transfer merit) untuk sanak saudara beliau yang telah meninggal?
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: cocktail on 14 July 2007, 11:26:12 AM
Ga pernah tuh bro upaseno, di sutta apa yah??
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: FZ on 14 July 2007, 11:39:30 AM
Quote from: Upaseno on 14 July 2007, 08:56:01 AM
Pernah baca ga sih di Sutta, kalo Sang Buddha sendiri pernah melimpahkan jasa (transfer merit) untuk sanak saudara beliau yang telah meninggal?

Saya belum pernah mendengar.
Hanya saja saya pernah baca Ulambana Sutta (http://www.geocities.com/sutra_online/sutra_ulambana.htm) di Internet

Quote from: Ulambana Sutta
Demikian yang telah kudengar, pada suatu ketika, Hyang Buddha tinggal di Sravasti, di hutan Jeta di Taman Anathapindika. Pada saat itu, di kota Sravasti terdapat seorang siswa Buddha bernama Maha Maudgalyayana. Demi menyelamatkan oragntuannya yang telah meninggal dunia, maka beliau datang kepada Hyuang Buddha dan belajar Dharma luhur dengan tekun. Berkat ketekunannya menghayati ajaran-ajaran Hyang Buddha maka beliau dapat memperoleh 6 macam Tenaga Batin (Sad Abhina). Dengan kepandaian itu beliau berhasrat membebaskan kedua orangtuannya dari kesengsaraan sebagai balas-budi atas jasa-jasa orangtuannya. Kemudian beliau bersamadhi, lalu dengan mata-batinnya mengamati seluruh alam semesta, dan melihat ibunya berada di alam Setan-Kelaparan. Oleh karena itbunya terlalu lama tidka dapat makan dan minum, maka tubuhnya tinggal tulang dan kulit yang kering, kurus dan pucat. Melihat kondisi ibunya sedemikian buruk, sedihlah hati Maha Maudgalyayana sehingga pikirnanya menjadi terganggu dan tidak tenang. Dengan amat tergesa-gesa beliau mengisi patranya dengan nasi, dan dengan daya-gaib nasi itu dikirimkannya kepada ibunya yang malang itu. Karena ia merasa sangat lapar serta khawatir nasinya direbut oleh setan-setan lain, maka setelah nasi itu diterma ibunya cepat-cepat menutupi nasi tersebut dengan telapak tangan kiri dengan serapat-rapatnya.

Kemudian dengan tangan kanan ia mengambil segenggam nasi untuk meringankan rasa laparnya, tetapi betapa malangnya, begitu nasi itu sampai di depan mulutnya berubah menjadi arang yang membara dan iapun tak dapat memakannya dan tetap kelaparan. Melihat nasib ibunya yang malang itu, Maha Maudgalyayana sebagai seorang anak yang sangat cinta kepada orangtuannya, tiba-tiba berteriak sekeras-kerasnya serta menangis sejadi-jadinya. Karena tidak ada jalan lain terpaksalah beliau dengan perasaan dukacita kembali ke Vihara dan menyampaikan apa yang telah dialaminya kepada Hyang Sakyamuni Buddha. Hyang Buddha menerangkan kepada Maha Maudgalyayana:

"O, Maha Maudgalyayana yang berbudi, apa sebabnya hingga daya kegaibanmu tidak dapat berbua sesuatu terhadap seseorang yang bertubuh Setan-Kelaparan? Ketahuilah, sebabnya adalah dosa-dosa yang pernah ditimbun oleh ibumu pada masa silam itu akarnya terlalu dalam, tentu saja kamu sendiri tidak dapat mencabut akar itu hanya dengan gaya gaib tanpa disertai kebajikan. Dan akar kejahatan itu tidak dapat kamu cabut seorang diri dengan mengandalkan daya gaib saja. Walaupun kamu bermaksud baik, bercita-cita luhur, sampai-sampai teriakanmu yang mengharukan bisa mengguncangkan langit dan bumi, tetap saja para Dewata, para Dewa Bumi dan Sorga, para orang suci, bahkan Raja Adikuasa dari Surga Catur Maharajakayika dan sebagainya, tidak dapat berbuat apa-apa; kesemuannya kehilangan cara untuk membantumu dan semua maksud baik dan segala keingianmu itupun sia-sia."

Hyang Buddha melanjutkan sabda-Nya: "Ketahuilah O Maha Maudgalyayana yang berbudi! Jika segala keinginan dan cita-citamu ingin terwujud, undanglah para Bhiksu dan Bhiksuni dari Sravaka-Sangha yang berada di 10 penjuru; butlah suatu kebaktian bersama dan buatlah juga kebajikan-kebajikan untuk dianugerahkan kepada ibumu. Dengan demikian segala belenggu dan kesengsaraan yang menimpa ibumi akan lepas semua." "Sekarang akan Kuuraikan cara untuk menyelamatkan para umat yang sedang mengalami siksaan di Aalam Samsara kepada anda sekalian."

Hyang Buddha bersabda kepada Maha Maudgalyayana lagi: "Dengarlah baik-baik O Maha Maudgalyayana yang berbudi! Pada setiap tanggal 15 bulan 6 (menurut penanggalan Candrasangkala) adalah Haru Pravarana Sangha. Pada saat inilah para Bhiksu dan Bhiksuni yang berada di 10 penjuru berlibur, dan pada saat itu pulalah mereka sering mengadakan pembincangan untuk pertobatan." "Pada saat itu, kamu bisa mengambil kesempatan untuk mengadakan suatu upacara berdana makanan kepada para orang suci, yakni upacara Ulambana namanya. Dan gunannya khusus untuk menyelamatkan orangtua si pemuja baik mereka yang masih hidup maupun yang telah meninggal atau yang sedang tertimpa malapetaka.

Demikian pula untuk orangtua sebanyak 7 turunan yang hidup pada masa silam dan berada di Alam Samsara, di mana mereka belum mendapat kesempatan untuk membebaskan dirinya, juga dapat diselamatkan." "Tepat pada waktunya sediakan nasi dan bermacam-macam saayur-mayur, wewnagian, minyak guruh, pelita dan lain-lainnya; boleh disertai alat-alat untuk mengambil air, untuk mandi dan minum. Boleh juga disertai perabot rumah. Dan bahan untuk sajian itu boleh dipilih dari barang yang bagus, sesuai dengan kemampuan si pemuja." "kemudian sajian-sajian tersebut setelah disiapkan diletakkan pada suatu tempat suci khusus untuk upacara Ulambana, lalu semua sajian itu dipersembahkan kepada para tokoh bijak dan para orang suci."

"Sebelum upacara itu diadakan, beritahukanlah ke seluruh penjuru, sehingga tepat ketika upacara diadakan, rombongan Arya akan datang untuk ikut bergembira dan merayakan upacara Ulambana yang diadakan oleh para pemuja. Para Arya tersebut adalah mereka yang sedang melakukan Samadhi di gunung-gunung; Para suci yang telah mencapai 4 macam pahala Buddha dengan identita bertingkat Arhat yang sedang berkelana dari bawah pohon ke pohon; Atau yang telah memperoleh Sad Abhijna, kemudian mereka yang sedang menjalankan kewajiban mengajarkan Dharma luhur kepada para Sravaka atau para Pratyekabuddha diberbagai daerah; Dan Bodhisattva-Mahasattva yang berstatus Dasa-Bhumiya (Sepuluh Tingkat Bhumi) yang mana mereka dapat menjelmakan dirinya sebagai Bhiksu, Bhiksuni, dan berbaur di dalam kelompok Sravaka-Sangha, menjadikan rombongan Arya sangat meriah."

"Ketahuilah, rombongan Arya tersebut datang ke tempat suci itu, bukan karena berniat mengambil sedekah makanan atau sajian belaka, tetapi mereka akan mempergunakan kewibawaan, kemampuan, dan kebajikan yang telah diperleh dari prilaku Sila-suci mereka. Dan jasa-jasa yang maha agung itu mereka limpahkan kepada para leluhur atau kedua orangtua si pemuja baik yang masih hidup maupun telah meninggal."

"Ketahuilah O, Maha Maudgalyayana yang berbudi! Barang siapa yang mengadakan upacara ini pada hari Pravaraana Sangha, maka orangtuannya yang masih hidup akan mendapatkan umur panjang, cukup sandang dan pangan, serta hidup mereka akan bahagia. Dan leluhurnya yang telah meninggalpun akan mendapat berkat yaitu jika leluhurnya berada di 3 Alam Samsara maka akan dibebaskan, bahkan apabila akar kejahatannya tidak berat, leluhurnya itu bisa mendapatkan tubuh yang bersinar dan disniari dari Sinar Buddha Mandarawa Sorga."

Setelah mendengar uraian Hyang Buddha, lalu Maha Maudgalyayana bertekad untuk mengadakan upacara Ulambana untuk orangtuannya (ibunya) yang malang itu. Menjelang Hari Pravarana Sangha dan upacara Ulambana yang diakan oleh Maha Maudgalyayana, Hyang Buddha lantas mengumumkan dan memerintahkan kepada para Bhiksu, Bhiksuni, dan para Sravaka-Sangha yang berada di berbagai daerah agar semua berkumpul guna mengadakan persembahyangan, agar para leluhur atau orangtua si pemuja, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal beserta para leluhur sebanyak 7 turunan dan familinya mendapat kesempatan untuk membebaskan dirinya dari Alam Samsara secepat mungkin. Setelah para suci berkumpul, mereka langsung mengadakan upacara persembahyangan serta mengucapkan mantra-mantra penting, kemudian melakukan meditasi dengan suasana yang amat khidmat. Setelah meditasi selesai barulah para hadirin menerima dana dan makanan beserta sajian lain, semuanya diletakkan di altar Buddha rupang atau dikelilingkan pada Stupa Buddha, dan para hadirin mengucapkan mantra lagi. Setelah selesai barulah dimakan dengan cara biasa.

Pada saat upacara Ulambana itu selesai, Maha Maudgalyayana bersama para Bhiksu, Bhiksuni, para Bodhisattva-Mahsattva semua merasa amat senang dan gembira. Dan mulai saat itu persaaan dukacita dan keluh kesan Maha Maudgalyayana hilang total. Berkat kepahalaan dari upacara Ulambana tersebut, ibu Maha Maudgalyayana terbebas dari alam Setan-Kelaparan, dan masa hukumannya yang seharusnya dijalani sampai satu kalpa dihapuskan. Sewaktu Maha Maudgalyayana menyaksikan ibunya membebaskan dirinya dari Alam Samsara itu, tiba-tiba dalam hati beliau timbul perasaan iba terhadap para makhluk yang masih berada di alam Setan Kelaparan, yang masih menjalani hukuman di alam tersebut.

Lalu beliau dengan berat hati menanyakan kepada Hyang Buddha: 'O Lokanatha yang termulia! Sekarang ibu saya bersyukur karena diberkati oleh kekuatan maha-jasa dari Triratna beserta kewibawaan dan kebajikan para Sravaka Sangha, ......tetapi apakah para putra-putri yang berbudi atau siswa-siswi Buddhis di masa yang akan datang dapat menggunakan cara Ulambanapatra ini untuk menyelamatkan orangtua atau ayag-ibunya dalam 7 turunan yang telah meninggal pada masa silam? Sudikah kiranya Hyang Lokanatha menjelaskannya!" "Sadhu! Sadhu! Sadhu! Siswaku yang berbudi!" Hyang Buddha memuji Maha Maudgalyayana, "bagus sekali pertanyaanmu! Sesungguhnya hal-hal yang demikian penting itu telah siap Kuuraikan kepada para umat sekalian, akan tetapi perhatianmu telah mendahului-Ku.

Sekarang dengarlah baik-baik, O, Putra-putri yang berbuydi! Apabila terdapat bhi8ksu, Bhiksuni, para raja, pangeran, pejabat-pejabat kerajaan, serta para rakyat jelata yang berada di masa sekarang atau di masa mendatang berkasrat ingin melaksanakan bakti, membalas budi kepada orangtuannya; iba-hati kepada para makhluk sengsaran, mereka boleh menyediakan berbagai macam makanan serta sajian lain pada Hari Pravarana Sangha itu, dan mengadakan upacara Ulambana di suatu tempat suci dengan maksude berdana makanan kepda prang suci yang datang dari 10 penjuru, sehingga ayah-bunda mereka yang masih hidup mendapat umur panjang dan senantiasa menikmati hidup yang sejahtera. Sedangkan orangtua mereka yang telah meninggal beserta ayah-bunda dalam 7 turunan dari masa yang lampai itu dapat keluar dari alam Setan-Kelaparan atau alam Samsara lain, dan mereka dapat dilahirkan di alam Manusia atau di alam Kebahagiaan, agar mereka dapat berbahagia selama-lamanya."

"Lagi, jika para siswa-siswi Buddhis yang berhasrat ingin mengabdikan dirinya kepada leluhurnya serta kedua orangtua yang masih hidup atau pun yang sudah meninggal dunia, mereka seyogyanya senantiasa merenungkan kondisi kedua orangtua yang masih hidup atau yang sudah meninggal itu, apakah mereka hidup bahagia atau tidak. Bilamana keadaan para siswa-siswi Buddhis mengizinkan sebaiknya setiap tahun pada tanggal 15 bulan 7 (penaggalan Candrasangkala) mengadakan upacara Ulambana untuk berdana kepada Buddha dan Sangha, guna membalas budi kedua orangtuanya yang telah bersaja kepada anal-anaknya."

"Demikianlah, semoga semua siswa-siswi Buddhis dapat menghayati Dharma yang sangat berarti ini." Hyang Buddha mengakhiri khotbahnya. Pada saat itu, Bhiksu Maha Maudgalyayana beserta keempat kelompok siswa-siswi Buddha merasa bergembira setelah mendengarkan khotbah Hyang Buddha dan mereka bertekad menghayati Dharma-Nya. Kemudian mereka bersikap anjali dan menghormat kepada Hyang Sakyamuni Buddha, lalu pergi.
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Sumedho on 14 July 2007, 01:06:02 PM
Quote from: cocktail on 14 July 2007, 11:26:12 AM
Ga pernah tuh bro upaseno, di sutta apa yah??

Itu Bhante loh :) Bhante Upaseno (buku hijau dan kuning)

Kalau yang pernah saya baca sih Sang Buddha tidak pernah, tetapi beliau pernah menyarankan untuk melimpahkan jasa pada raja Bimbisara.

Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: El Sol on 14 July 2007, 01:24:31 PM
iyah neh Cocktail..kok manggilne Bro seh....itu Yang Ariya Bhante Upaseno...
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: cocktail on 14 July 2007, 03:41:29 PM
Maaf yah bhante..Saya pikir bukan bhante melainkan nick name seseorang yang memakai nama tersebut.. Sekali lagi maaf yah, saya kurang sopan bhante.. _/\_
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Gun@saro on 14 July 2007, 07:22:55 PM
Mungkin bisa bantu cross-check ke sumber Ulambana Sutra tsb: apakah yg dimaksud adalah Maha Moggalana Thera? Jika benar, apakah pd saat tsb sdh merealisasi ke-Arahat-an? Jika sudah, maka ada yg kontradiktif. Krn diceritakan di sana beliau berteriak² & duka-cita ~ gimana mungkin bathin yg sdh merealisasi ke-Arahat-an, yg lobha, dosa, & moha sdh padam hingga ke akar²nya ~ bisa duka-nestapa & teriak²?

Kedua, kita perlu waspada menulis panggilan utk anggota Sangha, sepele, tp bisa salah paham. YM: yang mulia (dimuliakan), YA: yang ariya (sdh merealisasi kesucian bathin, bisa: Sotapana, Sakadagami, Anagami, atau Arahat). Smg bermanfaat...
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Sukma Kemenyan on 15 July 2007, 11:15:47 AM
1/7 dari Jasa
tapi limited edition only tuk Family
based on Ksitigarbha Bodhisattva Sutta
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: markosprawira on 16 July 2007, 12:52:07 PM
Quote from: Gun [at] saro on 14 July 2007, 07:22:55 PM
Kedua, kita perlu waspada menulis panggilan utk anggota Sangha, sepele, tp bisa salah paham. YM: yang mulia (dimuliakan), YA: yang ariya (sdh merealisasi kesucian bathin, bisa: Sotapana, Sakadagami, Anagami, atau Arahat). Smg bermanfaat...

setuju dengan sebutan ini...... karena jika mulia, maka kita memang menghargai mereka yang menempuh jalan ke-Bhikkhu-an....

namun janganlah Ariya karena Ariya hanyalah bagi mereka yang sudah mencapai tingkat2 kesucian.......
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Litar on 18 July 2007, 11:17:44 AM
Setahu saya, pelimpahan jasa itu hanya dapat diterima oleh makhluk2 yg lahir di alam apaya (peta, neraka, asura) . Bagi yg terlahir di alam peta dan asura mereka dpt melihat keluarga yg memberikan pelimpahan jasa yg dpt membuat makhluk peta tersebut senang dan dpt mengingatkan mereka tentang perbauatan2 baiknya yg dpt membuat batin mereka lbh baik dan mungkin bisa membuat mereka terlahir di alam yg lbh baik. Jika dialam Neraka hanya akan mendapat getaran2 nya saja. Bagi yg leluhurnya semuanya terlahir di alam Manusia dan Deva maka manfaat tersebut akan kembali lagi kepada yg memberikan pelimpahan jasa. Tapi hebat juga kalo semua leluhurnya terlahir sbgai manusia dan dewa terus.

Mohon diluruskan jika ada yg salah
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: El Sol on 19 July 2007, 08:43:19 AM
Quote from: Gun [at] saro on 14 July 2007, 07:22:55 PM
Mungkin bisa bantu cross-check ke sumber Ulambana Sutra tsb: apakah yg dimaksud adalah Maha Moggalana Thera? Jika benar, apakah pd saat tsb sdh merealisasi ke-Arahat-an? Jika sudah, maka ada yg kontradiktif. Krn diceritakan di sana beliau berteriak² & duka-cita ~ gimana mungkin bathin yg sdh merealisasi ke-Arahat-an, yg lobha, dosa, & moha sdh padam hingga ke akar²nya ~ bisa duka-nestapa & teriak²?

Kedua, kita perlu waspada menulis panggilan utk anggota Sangha, sepele, tp bisa salah paham. YM: yang mulia (dimuliakan), YA: yang ariya (sdh merealisasi kesucian bathin, bisa: Sotapana, Sakadagami, Anagami, atau Arahat). Smg bermanfaat...
maaf...^^ gw gk tao kalo ada bedane diantara Yang Ariya dan Yang Mulia...karena setau gw Ariya itu sama dengan Mulia haha...^^ ^:)^
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Litar on 25 July 2007, 03:38:07 PM
Beruntung lah kita2 yg masih "bodoh" sehingga dng bergabung di Forum ini bisa bertambah pintar. Saya sendiri masih belajar Buddha Dhamma dan banyak menemukan hal baru2 di forum ini.
Thanks all
_/\_
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: markosprawira on 26 July 2007, 06:38:39 PM
 [at] Litar : pendapat anda benar sekali..... pelimpahan jsa akan sangat membantu bagi sanak saudara dan leluhur yang ada di alam menderita, cuma seinget saya, cuma berlaku di alam Peta doang, itupun Peta tertentu......

sedangkan di alam lain, misal Dewa, sepertinya mereka sudah cukup berbahagia, sehingga pelimpahan jasa ini tidak terlalu menambah kebahagiaan mereka juga..... lebih banyak berguna bagi pengembangan batin anda......
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Muten Roshi on 26 July 2007, 11:48:43 PM
iya2.. bagaimana ya dengan bakar-membakar kertas sembahyang...??? ada pendapat tidak??
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Sumedho on 27 July 2007, 05:27:38 AM
Bakar membakar itu tradisi china kan ?

Kalau ditilik sih, jika si peta mengetahui bahwa sanak keluarganya masih ingat kepadanya, itu bisa membuat dia bahagia.

Yah lebih baik sih melakukan pelimpahan jasa yang lebih efisien, misalnya dari pada buat membakar yah buat berdana bagi yang membutuhkan.
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: FZ on 27 July 2007, 05:52:09 AM
Seperti yang dibilang Bro Sumedho itu kan tradisi Chinese. Jadi lain ladang lain belalangnya.
Intinya banyak jalan menuju ke Roma. Banyak cara untuk pelimpahan jasa..
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: dipasena on 28 July 2007, 09:39:36 AM
Quote from: Dharmakara on 26 July 2007, 11:48:43 PM
iya2.. bagaimana ya dengan bakar-membakar kertas sembahyang...??? ada pendapat tidak??

sebenarnya kalo orang itu wise, bkn cm bs termakan dogma [bukan di Buddhism loh, Buddhism tidak ada dogma yg tak terbantahkan model gtu] pasti bs bedakan mana ajaran agama, mana ajaran tradisi.

gw ambil contoh lah, umat agama K pegi nyekar ke kuburan bawa bunga, mang mau diapain tuh bunga ? bs dimakan ? untuk hiasan ? sama aja lah, intinya kan penghormatan, kita nyekar berarti kita masih ingat beliau2 yg dah gugur terlebih dahulu... cm bedanya 1 bunga, 1 kertas, trus 1 diletakkan aja, 1 dibakar... pelaksanaannya yg beda model, tp inti dr tindakannya sama [orang yg pinter pasti bs bedakan n narik makna dr kedua jenis kegiatan tersebut]
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: markosprawira on 03 August 2007, 10:06:33 AM
 [at] Sumedho : benernya di alam peta, ga semata melihat doang bro.... namun ada juga memang peta yang hanya bisa makan dari persembahan

jadi kalo liat di tirokuda, ada khan persembahan makanan, baju dan sebagainya yang langsung sampai pada peta yang bersangkutan.

sedangkan pada peta lain, iya mereka bisa merasakan kebahagiaan yang sangat berarti di tengah penderitaan yang sedang mereka rasakan pada saat itu
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: markosprawira on 03 August 2007, 10:13:47 AM
Quote from: dhanuttono on 28 July 2007, 09:39:36 AM
sebenarnya kalo orang itu wise, bkn cm bs termakan dogma [bukan di Buddhism loh, Buddhism tidak ada dogma yg tak terbantahkan model gtu] pasti bs bedakan mana ajaran agama, mana ajaran tradisi.

gw ambil contoh lah, umat agama K pegi nyekar ke kuburan bawa bunga, mang mau diapain tuh bunga ? bs dimakan ? untuk hiasan ? sama aja lah, intinya kan penghormatan, kita nyekar berarti kita masih ingat beliau2 yg dah gugur terlebih dahulu... cm bedanya 1 bunga, 1 kertas, trus 1 diletakkan aja, 1 dibakar... pelaksanaannya yg beda model, tp inti dr tindakannya sama [orang yg pinter pasti bs bedakan n narik makna dr kedua jenis kegiatan tersebut]

sayangnya org bnyk yg cm liat luarnya aja, bro.....

itu knp skrg, makin bnyk umat yang demen ama ritual  #-o krn mereka ga ngerti
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Sumedho on 03 August 2007, 10:57:23 AM
 [at] bro markos:
Sebenarnya sy menjawab pertanyaan Bro Dharmakara tentang bakar-bakaran kertas sembahyang sih.

But thanks udah menyinggung tirokuddha sutta, sekalian deh disertakan artikel tentang itu,

QuoteTirokuddha Sutta

Pelimpahan jasa tentunya sudah tidak asing lagi bagi umat Buddha yang
selalu melakukannya setelah melakukan perbuatan baik. Bahkan di zaman
kehidupan Sang Buddha, pelimpahan jasa ini sudah sering dilakukan karena
selain dapat membantu orang lain, juga dapat membawa manfaat bagi diri
kita sendiri.

Sewaktu Raja Bimbisara meminta agar jasa kebajikan pemberian dana kepada
anggota Sangha itu dilimpahkan kepada leluhurnya, Sang Buddha mengucapkan
syair Tirokudda Sutta sebagai berikut:

Diluar dinding mereka berdiri dan menanti,
dipersimpangan-persimpangan jalan,
mereka kembali kerumah yang dulu dihuninnya,
dan menanti di muka pintu,
tetapi bila diadakan pesta yang meriah,
dengan makanan dan minuman yang berlimpah,
ternyata tidak seorangpun yang ingat,
kepada makhluk-makhluk itu,
yang merupakan leluhur mereka.

Hanya mereka yang hatinya welas asih,
memberikan persembahan kepada sanak keluargannya,
berupa makanan dan minumanyang lezat,
baik dan disukai pad waktu mereka masih hidup

Semoga buah jasa-jasa baik kita,
melimpah kepada sanak keluarga yang telah meninggal,
semoga mereka bahagia.
Sanak keluarga kita yang sedang berkumpul ditempat ini,
dengan gembira akan memberikan restu mereka,
karena diberi makanan dan minuman yang berlimpah.

Semoga sanak keluargaku berusia panjang,
sebab karena merekalah kami memperoleh sesajian yang lezat ini

Karena kami diberi perhormatan yang tulus,
maka yang memberinya pasti akan memperoleh,
buah jasa yang setimpal,
karena disini tidak ada pertanian,
dan juga tidak ada peternakan,
tidak ada perdagangan,
juga tidak ada peredaran uang dan emas.
Sanak keluarga kita yang telah meninggal,
hidup disana dari pemberian kita disini.

Bagaikan air mengalir dari atas bukit,
turun kebawah untuk mencapai lembah yang kosong,
demikian pula sesajian yang diberikan,
dapat menolong sanak keluarga kita yang telah meninggal

Bagaikan sungai, bila airnya penuh,
akan mengalirkan airnya kelaut,
demikian pula sesajian yang diberikan,
dapat menolong sanak keluarga kita yang telah meninggal

"Ia memberikan kepadaku, ia bekerja untukku,
ia sanak keluargaku, ia sahabatku, kerabatku,
memberikan sesajian kepada mereka yang telah meninggal dunia,
dan mengingat kembali kepada apa yang biasa mereka lakukan,
bukan ratap tangis, bukan kesedihan hati,
bukan berkabung dengan cara apapun juga,
untuk menolong mereka yang telah meninggal dunia,
yang dilakukan sanak keluarga yang telah ditinggalkan

Tetapi bila persembahan ini dengan penuih bakti,
diberikan kepada sangha atas nama mereka,
dapat menolong mereka untuk waktu yang panjang,
dikemudian hari maupun pada saat ini

Telah diperlihatkan hakikat sesungguhnya,
Sesajian bagi sanak keluarga,
dan bagaimana penghormatan yang telah bernilai dapat diberikan kepada
mereka,
serta bagaimana para bhikkhu mendapatkan kekuatan,
dan bagaimana anda sendiri dapat menimbun,
buah karma yang baik

Demikian syair dari Tirokudda Sutta yang pernah diucapkan oleh Sang
Buddha. Setelah membaca Sutta ini dengan teliti, kita tentu dapat memetik
manfaat yang besar, yaitu kita tidak seharusnya meratap-tangis, sedih,
berkabung, membakar emas dan perak ataupun memberikan sesajian kepada
sanak keluarga atau teman kita yang telah meninggal, tetapi yang dapat
membantu mereka hanyalah persembahan yang diberikan kepada Sangha atas
nama alm.
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: asunn on 06 August 2007, 09:16:33 AM
ooooooooo bhante beneran toh.... gw pikir juga sama kekekke...ada seseorang...mungkin fans bhante upaseno...trus register pake nick itu...
kekekekkekeke

salam kenal bhante
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: langitbiru on 06 August 2007, 02:25:36 PM
asunn : telat amat dikau taunya  :))
bliau yg buatbuku hijau dan kuning loh  ;D
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Muten Roshi on 07 August 2007, 12:19:58 PM
QuoteKarena kami diberi perhormatan yang tulus,
maka yang memberinya pasti akan memperoleh,
buah jasa yang setimpal,
karena disini tidak ada pertanian,
dan juga tidak ada peternakan,
tidak ada perdagangan,
juga tidak ada peredaran uang dan emas.
Sanak keluarga kita yang telah meninggal,
hidup disana dari pemberian kita disini.

Bagaikan air mengalir dari atas bukit,
turun kebawah untuk mencapai lembah yang kosong,
demikian pula sesajian yang diberikan,
dapat menolong sanak keluarga kita yang telah meninggal

Bagaikan sungai, bila airnya penuh,
akan mengalirkan airnya kelaut,
demikian pula sesajian yang diberikan,
dapat menolong sanak keluarga kita yang telah meninggal

menurut sutta ini, tampaknya persembahan ke leluhur dapat menolong sanak keluarga tuh.... (namun manfaatnya tidaklah sebesar berdana kepada sangha dan melimpahkan jasanya). mengenai pelimpahan jasa ini tentu saja menimbulkan suatu pertanyaan lagi: konon kabarnya karma ditanggung masing-masing individu, lantas koq bisa dilimpahkan ya? gimana sih cara kerjanya hukum karma?
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: j4m3ss on 07 August 2007, 12:28:54 PM
apakah pelimpahan jasa harus pakai upacara tertentu ? bisakah kita lsg bicara secara tulus mislnya , jasa dan pahala kebajikan ini saya buat....."

jika pertanyaanya agak kurang ilmu, mohon maklum kerena pengetahuan ajran Buddha saya dibawah rata2  _/\_
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Muten Roshi on 07 August 2007, 12:47:53 PM
mengenai alam peta, konon kabarnya makhluk alam peta makan ta* dan air liur ya?
kalau liat di tirokuda sutta, persembahan macam2 ini tidak terbatas di alam peta deh....

Quote from: markosprawira on 03 August 2007, 10:06:33 AM
[at] Sumedho : benernya di alam peta, ga semata melihat doang bro.... namun ada juga memang peta yang hanya bisa makan dari persembahan

jadi kalo liat di tirokuda, ada khan persembahan makanan, baju dan sebagainya yang langsung sampai pada peta yang bersangkutan.

sedangkan pada peta lain, iya mereka bisa merasakan kebahagiaan yang sangat berarti di tengah penderitaan yang sedang mereka rasakan pada saat itu
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: markosprawira on 07 August 2007, 02:25:54 PM
Quote from: Dharmakara on 07 August 2007, 12:19:58 PM
QuoteKarena kami diberi perhormatan yang tulus,
maka yang memberinya pasti akan memperoleh,
buah jasa yang setimpal,
karena disini tidak ada pertanian,
dan juga tidak ada peternakan,
tidak ada perdagangan,
juga tidak ada peredaran uang dan emas.
Sanak keluarga kita yang telah meninggal,
hidup disana dari pemberian kita disini.

Bagaikan air mengalir dari atas bukit,
turun kebawah untuk mencapai lembah yang kosong,
demikian pula sesajian yang diberikan,
dapat menolong sanak keluarga kita yang telah meninggal

Bagaikan sungai, bila airnya penuh,
akan mengalirkan airnya kelaut,
demikian pula sesajian yang diberikan,
dapat menolong sanak keluarga kita yang telah meninggal

menurut sutta ini, tampaknya persembahan ke leluhur dapat menolong sanak keluarga tuh.... (namun manfaatnya tidaklah sebesar berdana kepada sangha dan melimpahkan jasanya). mengenai pelimpahan jasa ini tentu saja menimbulkan suatu pertanyaan lagi: konon kabarnya karma ditanggung masing-masing individu, lantas koq bisa dilimpahkan ya? gimana sih cara kerjanya hukum karma?

dear bro dharmakara, sy mo coba share sedikit tentang pertanyaan anda
1. mengenai besar atau tidaknya manfaat berdana : saya ingin share sebuah cerita

pada jaman Buddha, ada sebuah org yg sangat kaya sekali yang bernama Aputtaka.
namun sayangnya, dalam hidup sehari2nya Aputtaka itu tidak bisa menikmati kekayaannya
satu saat Aputtaka meninggal, dan karena tidak punya kerabat keluarga, hartanya itu jatuh ke raja
Raja pada saat itu bingung karena org yang tidak kelihatan kaya tersebut ternyata mempunyai harta yg sangat berlimpah
Raja bertanya kepada Buddha
Buddha menjawab bhw pada kehidupan lampau, Aputtaka juga adalah orang yang kaya
Satu saat, ada pacekka buddha yang lewat (manfaat dana bagi pacekka buddha adalah amat sangat besar)
Aputtaka ingin berdana, lalu meminta istrinya untuk menyiapkan dana
Setelah dana diberikan oleh istrinya, terlintas di pikirannya "Jika dana itu diberikan kepada para pembantunya, maka akan dapat membantu lebih banyak orang"
Karena punya pemikiran itulah, maka pada kehidupan saat ini Aputtaka tidak bisa menikmati kekayaannya itu

semoga cerita ini bisa sedikit membantu mengenai berdana


2. mengenai kamma : kamma terjadi akibat perbuatan masa lampau yang dikombinasikan dengan perbuatan saat ini.

Contoh paling gampang adalah pada saat Ujian Sekolah. Bagi mereka yang percaya kamma hanya berasal dari masa lampau saja, lalu tidak belajar, dan hasilnya???? apakah bisa lulus????  ;D

Namun bagi yang tidak percaya kamma adalah hasil masa lampau, belajar setengah mati namun hasilnya tidak memuaskan.... misalnya materi ujian ternyata beda dengan yang dipelajari  ;)

demikian juga pelimpahan jasa.... bukannya jasa yang dilimpahkan, namun karena pada saat pelimpahan jasa terjadi, akan memicu terjadi pikiran yang menyenangkan pada mahluk yang menderita, yang sekaligus mendorong masaknya kamma baik pada saat yang bersamaan sehingga ini akan mendorong mahluk tersebut meninggal dan terlepas dari alam yang menderita dan terlahir ke alam yang lebih menyenangkan.

semoga contoh singkat ini dapat menerangkan proses kamma....
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: markosprawira on 07 August 2007, 02:31:06 PM
Quote from: j4m3ss on 07 August 2007, 12:28:54 PM
apakah pelimpahan jasa harus pakai upacara tertentu ? bisakah kita lsg bicara secara tulus mislnya , jasa dan pahala kebajikan ini saya buat....."

jika pertanyaanya agak kurang ilmu, mohon maklum kerena pengetahuan ajran Buddha saya dibawah rata2  _/\_

yup, ucapan dengan tulus dan konsentrasi pada hal yang baik adalah yang terpenting..... bukanlah upacaranya...

cuma pada upacara, khan lebih banyak yang baca paritta... juga suasananya lebih kondusif karena pada saat itu, banyak orang yang berkumpul dan berbuat yang baik sehingga akan lebih dapat mengundang

teruskanlah jika anda memang sering melakukan pelimpahan jasa secara personal.......
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: markosprawira on 07 August 2007, 03:53:06 PM
Quote from: Dharmakara on 07 August 2007, 12:47:53 PM
mengenai alam peta, konon kabarnya makhluk alam peta makan ta* dan air liur ya?
kalau liat di tirokuda sutta, persembahan macam2 ini tidak terbatas di alam peta deh....

Quote from: markosprawira on 03 August 2007, 10:06:33 AM
[at] Sumedho : benernya di alam peta, ga semata melihat doang bro.... namun ada juga memang peta yang hanya bisa makan dari persembahan

jadi kalo liat di tirokuda, ada khan persembahan makanan, baju dan sebagainya yang langsung sampai pada peta yang bersangkutan.

sedangkan pada peta lain, iya mereka bisa merasakan kebahagiaan yang sangat berarti di tengah penderitaan yang sedang mereka rasakan pada saat itu

[at] Dharmakara : loh, tirokuddha itu justru bercerita mengenai alam peta loh bro......

kalo anda mau, bisa ketemuan ama saya... nti saya kasih buku lengkap mengenai persembahan jasa dan tirokuddha sutta secara lengkap......
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Adhitthana on 24 July 2008, 12:31:48 AM
Quote from: markosprawira on 07 August 2007, 02:31:06 PM
Quote from: j4m3ss on 07 August 2007, 12:28:54 PM
apakah pelimpahan jasa harus pakai upacara tertentu ? bisakah kita lsg bicara secara tulus mislnya , jasa dan pahala kebajikan ini saya buat....."

jika pertanyaanya agak kurang ilmu, mohon maklum kerena pengetahuan ajran Buddha saya dibawah rata2  _/\_

yup, ucapan dengan tulus dan konsentrasi pada hal yang baik adalah yang terpenting..... bukanlah upacaranya...

cuma pada upacara, khan lebih banyak yang baca paritta... juga suasananya lebih kondusif karena pada saat itu, banyak orang yang berkumpul dan berbuat yang baik sehingga akan lebih dapat mengundang

teruskanlah jika anda memang sering melakukan pelimpahan jasa secara personal.......

Seminggu yg akan datang 29/7 -2008, peringatan hari kematian ciciku ....  :'(
sebagai adik yg masih hidup, saya ingin membahagiakan cici yg sudah berada dialam yg lain, dgn cara pelimpahan jasa
masalahnya saya gak ngerti tata cara bagaimana pelimpahan jasa itu?
apakah pelimpahan jasa datang ke tmpt abu ciciku yg divihara, baca paritta, bunga, buah2an??
trus menyebut nama lengkap ciciku ??...
dihari-hari yg lain, pelimpahan jasa dpt jg dilaksanakan yaahh?  .. misalnya berdana kepada Bhikkhu , trus atas nama alm. ciciku??  benar gak seperti itu??

help me ....... bagaimana tata cara pelimpahan jasa kepada para leluhur

Thanks ......  _/\_
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: nyanadhana on 24 July 2008, 08:19:18 AM
Seminggu yg akan datang 29/7 -2008, peringatan hari kematian ciciku .... 
sebagai adik yg masih hidup, saya ingin membahagiakan cici yg sudah berada dialam yg lain, dgn cara pelimpahan jasa
masalahnya saya gak ngerti tata cara bagaimana pelimpahan jasa itu?
apakah pelimpahan jasa datang ke tmpt abu ciciku yg divihara, baca paritta, bunga, buah2an??
trus menyebut nama lengkap ciciku ??...
dihari-hari yg lain, pelimpahan jasa dpt jg dilaksanakan yaahh?  .. misalnya berdana kepada Bhikkhu , trus atas nama alm. ciciku??  benar gak seperti itu??

help me ....... bagaimana tata cara pelimpahan jasa kepada para leluhur


Pelimpahan jasa itu sendiri tidak memiliki hari yang special. manusia menggunakan hari special untuk lebih menghangatkan suasana pada hari itu dan ini menjadi sebuah kebiasaan bahwa hanya pada hari special tersebut,sebuah kebaikan akan melimpah-limpah. iya itu benar.

Untuk cece kamu yang telah meninggal, hal terbaik bagi sanak keluarganya yang masih hidup adalah menjalanakan Sila, berpraktik dana dan welas asih dan semua praktik kebajikan lain dengan satu tekad "Semoga cece aku yang telah meninggal dunia mengetahui kebajikan yang saya perbuat untuk nya dan kalo dia tidak mengetahui ,semoga para deva memberitakan kebaikan ini kepadanya,sehingga tumbuh rasa sukha, tumbuh kebijaksanaan dan berjodoh dengan Dhamma sehingga pada akhirnya melepas"

Nah,praktek dana,welas asih dan kebijaksanaan itu bermacam-macam, dan kamu lakukan dimana menurut kamu adalah sesuai dan terbaik contoh, memberikan dana makanan kepada Bhikkhu, melepas makhluk hidup, mencetak buku Dhamma, dana bunga di altardan masih banyak contoh kebajikan Dhamma yang bisa kamu lakukan,inilah namanya Dana Parami. dan ini justru membawa kamma baik tidak hanya pada ccece kamu tapi pada keluarga kamu juga.

Beberapa miskonsepsi terjadi adalah selalu mengira sanak keluarga yang telah meninggal,pasti terlahir sebagai roh,hantu atau sesuatu yang tidak tampak,kita sudah mengerthaui dari Guru bahwa ada 6 alam tumimbal lahir yang bersifat duniawi. jadi hilangkan miskonspesi tersebut.

Semua dana kebajikan yang dilakukan mulai dari pikiran yang timbul kebahagiaan, ucapan yang penuh metta dan perbuatan yang diiringi dengan kebijaksanaan adalah sebuah berkah tiada tara untuk sanak keluarga yang meninggal.

_/\_ Semoga memberikan jawaban, dan semoga semua kamma baik untuk cece kamu berbuah dimanapun ia berada sekarang ini. semoga ia memperoleh kebajikan untuk mengenal Dhamma.
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: san on 24 July 2008, 12:17:48 PM
Hmm, setiap kali melakukan kebaikan (dan semoga setiap hari), melakukan pembacaan dengan tulus parita ettavata disertai bahasa indonesianya. Caranya sederhana dan semoga bermanfaat.
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: hengki on 24 July 2008, 08:25:43 PM
Saya tambahkan sedikit yah.
Setiap hari usahakan melakukan kebajikan dan membaca Paritta/Keng dan Meditasi, setelah itu limpahkan jasa pada cici kamu, leluhur kamu dan semua makhluk dengan membaca Etavatta. Sampai atau tidak sampai kita tidak tahu, tapi saya yakin kalau kita melakukannya dengan sungguh2 dan hati yg tulus pasti akan sampai pelimpahan jasa yg kita lakukan.
Semoga bermanfaat.
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Adhitthana on 24 July 2008, 10:14:33 PM
Thanks  all .....  _/\_

ada 1 pertanyaan lagi ....
kalo saya berdana makanan pd bhikksu dengan harapan utuk pelimpahan jasa pd cici
apa perlu menyebut nama alm ciciku (dalam hati), ketika makanan ini sampe ke tangan Bhikksu?
 

Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: nyanadhana on 25 July 2008, 08:33:57 AM
Cukup dalam hati,ingat kebajikan tidak hanya di ucapan dan perbuatan tapi dalam pemikiran juga. Semoga cece gw berbahagia melihat pelimpahan jasa ini dan jika ia tidak memiliki kesempatan melihat,semoga para dewa membawakan kabar suka cita kepadanya. _/\_
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Adhitthana on 08 July 2009, 11:21:33 PM
Tirokudda Sutta     

Namo tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa

Tirokuḍesu tiṭṭhanti, Sandhisiṅghāṭakesu ca

Dvārabāhāsu tiṭṭhanti, Āgantvāna sakaṁ gharaṁ

Para mendiang datang ke rumah mereka masing-masing, berdiri di luar dinding rumah,

di perempatan jalan, di pertigaan jalan dan di dekat daun pintu.

(Tirokuḍḍa Sutta)

Pada suatu hari, Raja Bimbisara berdana makanan kepada Sang Buddha dan siswa-siswa Beliau. Tapi setelah berdana makan  kepada Sang Buddha dan siswa-siswa Beliau, raja lupa melakukan pelimpahan jasa. Raja lupa melimpahkan jasa kebajikannya kepada sanak saudaranya yang terlahir di alam peta, menjadi mahkluk peta selama 92 kalpa. Pada waktu itu raja sibuk memikirkan "tempat" untuk Sang Buddha dan siswa-siswa-Nya, tempat untuk bervassa.


Malam harinya, Raja Bimbisara tidak bisa tidur, beliau mendengar suara-suara jeritan yang mengerikan, teriakan-teriakan putus asa yang mengerikan. Sepanjang malam raja tidak bisa tidur hingga pagi hari.

Pagi harinya, karena tidak bisa tidur semalam suntuk, maka wajah raja menjadi pucat pasi, beliau terganggu oleh jeritan-jeritan putus asa yang mengerikan, suara-suara jeritan dari alam peta.

Raja pergi menemui Sang Buddha, raja menceritakan pengalamannya mendengarkan suara-suara jeritan putus asa dan bertanya kepada Sang Buddha: "Bhante, apakah yang akan terjadi pada diri saya dan ciri-ciri apakah itu, yang mengganggu saya sepanjang malam? Apakah ini suatu pertanda yang buruk bagi saya sebagai raja, Bhante?"

Sang Buddha dengan tenang memberi jawaban kepada raja: "Raja yang agung, tidak akan terjadi apapun pada dirimu raja! Yang terjadi sebenarnya adalah: sanak saudaramu yang terlahir di alam peta menjadi mahkluk peta, selama sembilan puluh dua kalpa, mereka telah lama menunggu dan menurut kamma mereka, sudah waktunya mereka mendapatkan pelimpahan jasa."

"Kalau demikian halnya, apakah mereka bisa mendapatkan pelimpahan jasa hari ini?" Raja bertanya kepada Sang Buddha. Sang Buddha memberikan jawaban bahwa: "Hal itu bisa dilakukan hari ini."

Raja Bimbisara menjadi semangat dan mengundang Sang Buddha serta bhikkhu Saïgha untuk menerima dana makan di istana raja, Sang Buddha menyetujui dengan berdiam diri.

Raja kembali ke istana, memberi instruksi kepada pelayan istana untuk mempersiapkan dana makanan yang besar dan meriah kepada Sang Buddha dan siswa-siswa Beliau. Beraneka makanan dan minuman dipersiapkan oleh raja, juga kain jubah serta tempat tinggal untuk murid-murid-Nya. Setelah semuanya siap, raja mempersilahkan Sang Buddha dan siswa-siswa-Nya memasuki ruang istana.

Ketika sampai di ruang istana raja, Sang Buddha dengan menggunakan kekuatan batin-Nya, mampu membuka tabir sehingga raja bisa melihat mahkluk peta yang jumlahnya ribuan, mereka berdiri berderet-deret dengan tubuh kurus kering tinggal kulit pembalut tulang, urat-urat nadinya menonjol keluar, rambut kusut seperti ijuk – sungguh suatu pemandangan yang mengerikan. Raja merasa kasihan dengan mahkluk-mahkluk peta tersebut.

Oleh karena itu, raja mulai melayani Sang Buddha dengan mempersembahkan air, dengan pikeran: "Semoga jasa dari mempersembahkan air ini, jasanya melimpah pada sanak saudaraku yang terlahir di alam peta. Ketika air itu disentuh dan diterima oleh Sang Buddha, saat itu juga muncul keajaiban: di alam peta muncul kolam-kolam air yang dalam, persegi empat, airnya jernih, dan di sana juga tumbuh bunga teratai. Raja bisa melihat semua kejadian di alam peta – sekarang mahkluk peta bisa minum sepuasnya dan mandi sepuasnya. Tubuh mahkluk peta sekarang menjadi segar.

Raja menjadi semakin bersemangat, raja kemudian mempersembahkan bubur beras kepada Sang Buddha, ketika bubur beras itu disentuh dan diterima oleh Sang Buddha, maka di alam peta seketika muncul makanan-makanan surgawi yang lezat-lezat. Sehingga tubuh mahkluk peta berubah menjadi segar, sehat dan padat, berisi dan bercahaya. Mahkluk peta telah berubah menjadi mahkluk surgawi, oleh karena itu, raja semakin bersemangat mempersembahkan kain jubah dan tempat tinggal.

Sekarang mahkluk peta berubah menjadi mahkluk dewa dan dewi dengan istana yang megah. Raja merasa puas dengan  kemuliaan yang telah dialami oleh sanak saudaranya menjadi dewa-dewi yang cemerlang.

Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.

Oleh: Bhikkhu Khemaviro (05 Juli 2009)




Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: markosprawira on 13 July 2009, 01:22:52 PM
Quote from: Virya on 24 July 2008, 10:14:33 PM
Thanks  all .....  _/\_

ada 1 pertanyaan lagi ....
kalo saya berdana makanan pd bhikksu dengan harapan utuk pelimpahan jasa pd cici
apa perlu menyebut nama alm ciciku (dalam hati), ketika makanan ini sampe ke tangan Bhikksu?
 




Quote from: nyanadhana on 25 July 2008, 08:33:57 AM
Cukup dalam hati,ingat kebajikan tidak hanya di ucapan dan perbuatan tapi dalam pemikiran juga. Semoga cece gw berbahagia melihat pelimpahan jasa ini dan jika ia tidak memiliki kesempatan melihat,semoga para dewa membawakan kabar suka cita kepadanya. _/\_


Penjelasan yg sangat bagus sekali bro nyana....

[at] Virya :

kalau saya boleh sedikit jelaskan bhw 1 perbuatan itu didahului oleh cetana/kehendak yaitu :
- kehendak sebelum berbuat (pubba cetana)
- kehendak saat berbuat (munca cetana)
- kehendak setelah berbuat (apara cetana)

jika memang anda ingin berdna a.n alm, hendaknya bisa diniatkan dulu sebelum menyiapkan dana
juga saat berdana, kembali melakukan spt yg disebut oleh bro nyana diatas
dan setelah berdana, kembali diniatkan bhw itu adl dana utk alm....

dengan cara spt ini, perbuatan kusala yg anda lakukan menjadi lengkap dan utuh, tidak cacat....

sedikit saran : hendaknya dana tidak hanya saat peringatan kematian namun setiap saat, hendaknya kita bs melatih berdana ke mahluk apa aja misal :
- ada semut yg hampir tenggelam, hendaknya kita membantu
- ada rekan yg tidak sadar jk ada barangnya yg jatuh, hendaknya kita berdana dgn membantu mengambilkannya

Jadi sebenarnya sangat bnyk cara utk dapat berdana

semoga bs bermanfaat

metta
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: wiithink on 19 July 2009, 10:45:29 PM
kalo seseorang mau membuat pelimpahan jasa, tapi dia nawar ntuk materi pembuatannya.. piye?? itu termasuk iklas ato ndak?
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: Nevada on 20 July 2009, 07:12:54 PM
Quote from: wiithink on 19 July 2009, 10:45:29 PM
kalo seseorang mau membuat pelimpahan jasa, tapi dia nawar ntuk materi pembuatannya.. piye?? itu termasuk iklas ato ndak?

Dalam bertindak, kita harus bijaksana. Bukan berarti ketika kita ingin melakukan pelimpahan jasa, maka berapapun cost yang harus dikocek maka kita keluarkan saja seenaknya.

Cost ataupun biaya adalah pengeluaran kas. Jika kita bisa meminimalisasinya, itu adalah hal yang bagus. Tapi bukan berarti kita harus menjadi orang yang sangat perhitungan (pelit) terhadap pengeluaran / biaya. Keikhlasan yang sesungguhnya adalah ketika kita memberi / melakukan pelimpahan jasa dengan pikiran yang tidak melekat pada apa yang kita keluarkan; tulus mengharapkan kebaikan bagi semua makhluk pada saat sebelum, sesaat dan setelah melakukan pelimpahan jasa.
Title: Re: pelimpahan jasa
Post by: markosprawira on 21 July 2009, 12:40:43 PM
Betul sekali apa yg dikatakan oleh bro upasaka bhw yg terpenting bukanlah objeknya melainkan dari cetana/kehendak/niat, yg disertai dengan panna/kebijaksanaan

mungkin objeknya hanya 1 ekor burung/ikan namun dilakukan dengan pubba, munca, apara dan aparapara cetana yang kuat (maha kusala citta), akan membuahkan hasil/vipaka kamma yg sangat kuat ketimbang mereka yg berdana objek yg lebih mahal, lebih besar namun cetananya lemah (ahetuka citta), atau bahkan yg akusala citta

semoga dgn ini membuat kita lebih bisa mengembangkan batin kita

metta