Saya revisi sedikit:
MENGAPA PATUNG BUDDHA MENANGIS?
Ivan Taniputera
9 April 2009
Namo Buddhaya,
Saya mendapatkan kabar dari beberapa rekan Buddhis mengenai patung Buddha di Aceh yang meneteskan air mata. Saya tidak mengetahui apakah berita itu benar atau tidak. Tetapi jika seandainya benar, mari kita tarik makna filosofis bagi peristiwa tersebut.
Air mata adalah sesuatu yang berkaitan dengan kesedihan atau dukkha. Patung yang meneteskan air mata hendak mengingatkan kita bahwa hidup ini pada dasarnya adalah dukkha. Patung yang meneteskan air mata menandakan bahwa alam sedang menyindir kita. Bagaimana mungkin, patung yang notabene adalah sebongkah batu atau logam dapat mengajarkan kita mengenai dukkha? (patung itu bukanlah Buddha. Patung ya tetap sebongkah batu atau logam. Siapa yang mecari Buddha dalam wujud telah menapaki jalan yang sesat - lihat Vajracchedika Prajnaparamita Sutra). Ini adalah sindiran halus pada umat manusia untuk lebih menghayati makna kehidupan beserta segenap fenomenanya secara lebih mendalam. Masihkan kita menciptakan dukkha bagi diri sendiri dan orang lain? Perlukah patung yang hanya sebongkah batu mengajarkan kita mengenai hal itu?
Tetesan air mata juga dapat diartikan sebagai kesedihan karena melihat penderitaan orang lain. Banyak orang kurang peka terhadap penderitaan orang lain. Bahkan mereka malah cenderung menimbulkan penderitaan bagi sesamanya. Ada lagi yang hanya meneteskan air mata buaya. Perlukah patung yang benda "mati" mengajarkan kita mengenai cinta kasih? Tidakkah kita sebagai manusia yang masih "hidup" perlu merasa malu? Bila dunia ini tidak ada cinta kasih, maka berbagai bencana sudah siap terjadi di depan mata.
Banyak rekan yang khawatir bahwa fenomena ini merupakan pertanda terjadinya bencana. Tetapi, tiadanya cinta kasih dan kepedulian terhadap sesama adalah merupakan bencana yang sesungguhnya.
Semoga tulisan singkat ini dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua. Semoga kita tidak diajar lagi oleh sebongkah batu atau logam.
Salam dalam Dharma,
air mata juga bisa timbul karena mata perih. kenapa tidak diinterpretasikan secara lebih sederahana, bahwa buddharupang itu matanya perih karena asap dupa? namun faktanya adalah asbes bocor. sudah diklarifikasi.
gentengnya betulin woiii...!!!
Quote from: Indra on 10 April 2009, 01:51:48 AM
air mata juga bisa timbul karena mata perih. kenapa tidak diinterpretasikan secara lebih sederahana, bahwa buddharupang itu matanya perih karena asap dupa? namun faktanya adalah asbes bocor. sudah diklarifikasi.
jawaban kocak :))
Ya, asbes mengingatkan agar umat harus memperhatikan lingkungan juga. Jangan hanya sembahyang-sembahyang saja. Asbes sampai mengajarkan kebijaksanaan ini pada kita. ;D
td pagi saya kembali mendapatkan sms yg senada dgn sms yg kemarin, isinya :
info penting : hari ini diharapkan batalin semua rencana kalian buat keluar rumah ya !! soalnya diprediksikan
akan terjadi hal yang tidak terduga ... karena ada dewa di bireun yang menitikkan air mata dan diprediksi
sama SUHU (bhante) akan terjadi bencana di medan. sebarkan sama yang lain jg ya.... kita berdoa supaya
gk benar2 terjadi. Thx ...
demikian bunyinya.
belajar dr pengalaman, berdoa u/ keselamatan dunia tetap saya lakukan seperti biasa. tp klo soal keluar, kalau mau keluar yah keluar aza spt rencana semula. toh dgn berdiam diri di rumah blm tentu pasti selamat dr bencana. semua kembali ke karma saya sendiri.
Jawaban Sdr. Indra juga bagus. Mata patung perih karena kebanyakan umat hanya mempersembahkan dupa saja. Mestinya saat bersembahyang/ puja yang dibawa adalah hati Bodhi dengan pemikiran bahwa kita dan Buddha adalah satu adanya. Ini ada di buku karya Thich Nhat Hahn yang bagus: The Energy of Prayer. Saya sedang menerjemahkannya. Bagus sekali. Tunggu saja tanggal terbitnya.
Metta,
Tan
Quote from: Tan on 10 April 2009, 10:37:07 AM
Jawaban Sdr. Indra juga bagus. Mata patung perih karena kebanyakan umat hanya mempersembahkan dupa saja. Mestinya saat bersembahyang/ puja yang dibawa adalah hati Bodhi dengan pemikiran bahwa kita dan Buddha adalah satu adanya. Ini ada di buku karya Thich Nhat Hahn yang bagus: The Energy of Prayer. Saya sedang menerjemahkannya. Bagus sekali. Tunggu saja tanggal terbitnya.
Metta,
Tan
ditunggu karyanya Ko Tan :D
Kenapa selalu dihubung2kan dengan takhyul? asbes bocor, airnya menetes ke buddharupang, terlihat SEOLAH-OLAH Buddharupang meneteskan air mata. dan sekonyong-konyong ORANG PINTER membuat interprestasi horror, beginikah yg disebut Buddhist?
Quote from: Indra on 10 April 2009, 10:59:05 AM
Kenapa selalu dihubung2kan dengan takhyul? asbes bocor, airnya menetes ke buddharupang, terlihat SEOLAH-OLAH Buddharupang meneteskan air mata. dan sekonyong-konyong ORANG PINTER membuat interprestasi horror, beginikah yg disebut Buddhist?
memang beginilah mas Indra, masih terpengaruh oleh hal2 yang dianggap luar biasa, bisa dilihat khan dengan fenomena ponari, trus pada percaya pada dukun, pada percaya pada peramal, itulah makanya perlunya bimbingan pada umat untuk memberikan pandangan Benar.
saya sedih sekali ..banyak umat buddhis yang percaya dengan takhayul serta ramalan..mereka tidak bijaksana dalam menanggapi hal tersebut, serta mengintrepetasikan fenonemena tersebut sebagai pertanda..ini artinya banyak umat "buddhist" yang hanya berlabel buddhist tanpa memahami ajaran sang Guru Besar..harusnya sebagai umat buddhis, kita bisa menganalisis lebih dalam secra logis..ada sebab maka ada akibat...ada air maka ada sumbernya...bukan membuat opini yang aneh2..
semoga semua makhluk berbahagia...
Walah2...Telkom cepat kaya deh kalau kalian sms yang gituan terus menerus... ^^
Senangnya...
Quote from: rista on 10 April 2009, 10:17:28 AM
td pagi saya kembali mendapatkan sms yg senada dgn sms yg kemarin, isinya :
info penting : hari ini diharapkan batalin semua rencana kalian buat keluar rumah ya !! soalnya diprediksikan
akan terjadi hal yang tidak terduga ... karena ada dewa di bireun yang menitikkan air mata dan diprediksi
sama SUHU (bhante) akan terjadi bencana di medan. sebarkan sama yang lain jg ya.... kita berdoa supaya
gk benar2 terjadi. Thx ...
demikian bunyinya.
belajar dr pengalaman, berdoa u/ keselamatan dunia tetap saya lakukan seperti biasa. tp klo soal keluar, kalau mau keluar yah keluar aza spt rencana semula. toh dgn berdiam diri di rumah blm tentu pasti selamat dr bencana. semua kembali ke karma saya sendiri.
Si botak dari mana itu.. ?
wuih, makin canggih interpretasinya
saya juga mendapat sms tentang rupang buddha menangis ini, bahkan dari awal awal... tetapi tidak pernah saya forward sms yang semacam ini... dan tidak akan pernah saya sebarkan... membodohi umat saja...
Quote from: JW. Jinaraga on 10 April 2009, 05:31:17 PM
Quote from: rista on 10 April 2009, 10:17:28 AM
td pagi saya kembali mendapatkan sms yg senada dgn sms yg kemarin, isinya :
info penting : hari ini diharapkan batalin semua rencana kalian buat keluar rumah ya !! soalnya diprediksikan
akan terjadi hal yang tidak terduga ... karena ada dewa di bireun yang menitikkan air mata dan diprediksi
sama SUHU (bhante) akan terjadi bencana di medan. sebarkan sama yang lain jg ya.... kita berdoa supaya
gk benar2 terjadi. Thx ...
demikian bunyinya.
belajar dr pengalaman, berdoa u/ keselamatan dunia tetap saya lakukan seperti biasa. tp klo soal keluar, kalau mau keluar yah keluar aza spt rencana semula. toh dgn berdiam diri di rumah blm tentu pasti selamat dr bencana. semua kembali ke karma saya sendiri.
Si botak dari mana itu.. ?
[at] Jinaraga .....
jangan ber-prasangka dulu :no:
belum tentu SUHU ( Bhante ) ngomong seperti itu
diliat dari penyebaran beritanya hanya lewat SMS
berita yang cenderung akan dibumbui/ditambahkan kata-kata yg bikin seru
Semoga kita bisa lebih bijaksana dalam menyikapi ini semua _/\_
( kalo gw dpt sms kyk gitu, gw gak akan pernah sebarkan .... sama sikap dgn bro dilbert)
Kalo patung Bunda Maria malah udah menangis berkali-kali, malah ada yang berdarah-darah segala ("air mata"-nya) ..............,
menular ternyata.......
cuape dee........
Kalo patung Bunda Maria malah udah menangis berkali-kali, malah ada yang berdarah-darah segala ("air mata"-nya) ..............,
menular ternyata.......
cuape dee........
TAN:
Justru itu kita patut bersyukur. Buddha Dharma yang indah pada awal, tengah, dan akhirnya tidak dibangun atas dasar "mukjizat" semacam itu. Patung Buddha menangis atau tertawa tidak ada hubungannya dengan kebenaran Dharma. Kebenaran Dharma tidaklah bertumpu pada mukjizat apapun. Sesungguhnya mukjizat adalah transformasi pikiran dan batin manusia. Nibanna itulah mukjizat tertinggi.
Amiduofo,
Tan
Kalo saya pernah liat patung malaikat pipis, malahan pipisnya "jatuh" ke atas.
Di dalam akuarium, pipisnya gelembung udara dari aerator :hammer:
kita ambil aja maknanya....
kan asbes bocor.... sehingga air hujan jatuh kedalam....
berarti maknanya vihara itu udah gak terurus lagi dan butuh dana buat benerin asbesna...
kok malah dibaca sebagai bencana ???
tapi bisa aja sih...
asbes bocor... makin lama makin gede bocornya.... sehingga air hujan masuk semua ke vihara....
umat vihara jadi keujanan... kena demam.... dan sakit.... keluar duit...
jadi deh bencana...
dirumah aye ada poster besar tertempel didingding.. (kertas putih, cuma aye cetak tulisan disana)
ding2nya tidak basah, kering terus
tapi poster saya basah terus, seperti ada air yg mengalir kebawah.. secara acak
believe it or not ;D ;D
kertas dan dinding berbeda yoo...
Tdk selamanya meneteskan air mata berarti kesedihan, saat lagi berbahagia pun bisa meneteskan air mata terharu atas sebuah kejadian.
* sapa tau ... rupang berbahagia karna sdh mengetahui bahwa partai demokrat akan menang ;D ;D ;D
^
:hammer:
Jadi inget lagu chrisye...
"Tak selamanya mendung itu kelabu....
Nyatanya.. hari ini.... la.. la..la... "
From beginning saya tidak pernah menganggap ini sebagai "premonition", ternyata asbes bocor haha.
Seperti film "Knowing".
Quote from: Tan on 10 April 2009, 12:31:34 AM
Saya revisi sedikit:
MENGAPA PATUNG BUDDHA MENANGIS?
Air mata adalah sesuatu yang berkaitan dengan kesedihan atau dukkha. Patung yang meneteskan air mata hendak mengingatkan kita bahwa hidup ini pada dasarnya adalah dukkha. Patung yang meneteskan air mata menandakan bahwa alam sedang menyindir kita.
Mengajarkan kenyataan tentang Dukkha adalah bagus, namun hendaknya tidak dengan jalan pembodohan lainnya.
Seyogyanya mengajarkan tentang dukkha, cinta kasih, dan kepedulian diiringi dengan kebijaksanaan juga. Jika ingin mengajarkan tentang kepedulian kepada alam, hendaknya mengambil contoh peristiwa longsor, bendungan jebol, banjir, dll. Bencana2 ini jelas timbul karena ketidakpedulian manusia pada alam sekitar.
Mengajarkan 'cintakasih' dapat melalui contoh2 binatang terhadap anaknya, pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya, perjuangan bapak tua miskin yg menghidupi anak2nya sd sarjana, dsbnya... contoh2 begini sangat jelas dan banyak dihidangkan di sekitar kita setiap hari...
Mengambil contoh secara asal2an malah berpotensi mementahkan ajaran yg hendak kita sampaikan. Sama dengan menakut2i anak2 dengan cerita2 hantu.... Selain menjadi bodoh, bagaimana kalau contoh yg kita ambil tsb tebukti tidak benar? Terakhir saya baca bahwa air di patung tsb berasal dari tetesan dari plafon.
Di milis Samaggiphala, beberapa rekan disana berusaha meyakinkan teman yg lainnya bahwa harap dibedakan antara '
patung yg menangis' dan '
patung yg mengeluarkan air' atau lebih bagus lagi '
patung yg ada air di daerah mata-nya'... hendaknya kita tidak membiasakan diri untuk menanggapi setiap peristiwa yg kelihatan 'irasional' dengan berlebihan dan pengandai2an terlalu jauh. Beberapa saat yg lalu, umat agama lain seringkali menggembor2kan tulisan 'TUHAN' yg ditemukan di timun, daun, awan di langit, dan mengambil hikmahnya yakni: "TUHAN maha besar...". Apakah memang begitu mengajarkan kebesaran Tuhan? Yakni adanya corak mirip namaNya di timun? Orang2 mungkin akan meragukan akal waras si pengajar, atau mulai melihat keanehan si Tuhan ini, atau mungkin
benar2 percaya dan menjadi bodoh.
Juga ketika peristiwa Tsunami menghantam Aceh, beberapa menarik makna filosofis dari peristiwa tsb, beberapa diantaranya: Tuhan Maha Besar, Tuhan memperingati umatnya yg sudah mulai melupakanNya. Apakah bijaksana mengajarkan Kebesaran dan Cintakasih Tuhan dengan cara dangkal begitu? Sebagian akan mencaci maki Tuhan karena sifat kejamnya, sebagian akan mendebat yg mengatakan begitu, sebagian lagi (yg paling banyak) semakin percaya akan kebesaran Tuhan, menjadi semakin bodoh dan menganggap bahwa orang2 di Aceh tsb memang 'pantas' dihukum Tuhan.
Kehidupan adalah dukkha, bertemu orang yg dicintai dan berpisah adalah dukkha, kesenangan yg direnggut adalah dukkha, dilecehkan adalah dukkha, mengharapkan sanjungan adalah dukkha juga, tidak mendapatkan yg diinginkan adalah dukkha, kekecewaan, dan segala emosi adalah dukkha. Banyak dukkha yg terjadi disekeliling kita. Setiap detik kehidupan kita adalah dukkha. Ini adalah kenyataan hidup. Bencana alam, musibah silih beganti, pembantaian, perang, perlunya kepedulian kepada alam, lingkungan dan sesama adalah kenyataan hidup juga, yg dapat diamati secara nyata.
Namun, patung tidak akan menangis. Patung yg mengeluarkan air, mungkin karena rembesan, mungkin karena tetesan, mungkin karena peristiwa alam lainnya yg belum kita ketahui, namun satu hal yg pasti: Semua kejadian di alam ini tidak terlepas dari hukum sebab akibat. Tidak ada keajaiban. Yg ada hanyalah sebab yg belum diketahui.
Patung yg mengeluarkan air
mengajarkan kita hal lainnya, yakni: jangan gampang memercayai sesuatu hanya karena dikatakan orang2 begitu, atau desas desus begitu. Telaalah segala sesuatu dengan bijak, belajarlah untuk melihat apa adanya.
Ketidak pedulian kita pada alam, keegoisan kita pada sesama, ketamakan kita akan bumi ini
tidak akan mengakibatkan sebuah patung menangis, namun perbuatan kita tsb mempunyai efek yg jauh lebih dahsyat dan mematikan yakni: longsor, banjir, naiknya permukaan air laut, badai, perang, kelaparan dan segala akibat buruk lainnya.
::
Quote from: williamhalim on 12 April 2009, 04:58:25 PM
Quote from: Tan on 10 April 2009, 12:31:34 AM
Saya revisi sedikit:
MENGAPA PATUNG BUDDHA MENANGIS?
Air mata adalah sesuatu yang berkaitan dengan kesedihan atau dukkha. Patung yang meneteskan air mata hendak mengingatkan kita bahwa hidup ini pada dasarnya adalah dukkha. Patung yang meneteskan air mata menandakan bahwa alam sedang menyindir kita.
Mengajarkan kenyataan tentang Dukkha adalah bagus, namun hendaknya tidak dengan jalan pembodohan lainnya.
Seyogyanya mengajarkan tentang dukkha, cinta kasih, dan kepedulian diiringi dengan kebijaksanaan juga. Jika ingin mengajarkan tentang kepedulian kepada alam, hendaknya mengambil contoh peristiwa longsor, bendungan jebol, banjir, dll. Bencana2 ini jelas timbul karena ketidakpedulian manusia pada alam sekitar.
Mengajarkan 'cintakasih' dapat melalui contoh2 binatang terhadap anaknya, pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya, perjuangan bapak tua miskin yg menghidupi anak2nya sd sarjana, dsbnya... contoh2 begini sangat jelas dan banyak dihidangkan di sekitar kita setiap hari...
Mengambil contoh secara asal2an malah berpotensi mementahkan ajaran yg hendak kita sampaikan. Sama dengan menakut2i anak2 dengan cerita2 hantu.... Selain menjadi bodoh, bagaimana kalau contoh yg kita ambil tsb tebukti tidak benar? Terakhir saya baca bahwa air di patung tsb berasal dari tetesan dari plafon.
Di milis Samaggiphala, beberapa rekan disana berusaha meyakinkan teman yg lainnya bahwa harap dibedakan antara 'patung yg menangis' dan 'patung yg mengeluarkan air' atau lebih bagus lagi 'patung yg ada air di daerah mata-nya'... hendaknya kita tidak membiasakan diri untuk menanggapi setiap peristiwa yg kelihatan 'irasional' dengan berlebihan dan pengandai2an terlalu jauh. Beberapa saat yg lalu, umat agama lain seringkali menggembor2kan tulisan 'TUHAN' yg ditemukan di timun, daun, awan di langit, dan mengambil hikmahnya yakni: "TUHAN maha besar...". Apakah memang begitu mengajarkan kebesaran Tuhan? Yakni adanya corak mirip namaNya di timun? Orang2 mungkin akan meragukan akal waras si pengajar, atau mulai melihat keanehan si Tuhan ini, atau mungkin benar2 percaya dan menjadi bodoh.
Juga ketika peristiwa Tsunami menghantam Aceh, beberapa menarik makna filosofis dari peristiwa tsb, beberapa diantaranya: Tuhan Maha Besar, Tuhan memperingati umatnya yg sudah mulai melupakanNya. Apakah bijaksana mengajarkan Kebesaran dan Cintakasih Tuhan dengan cara dangkal begitu? Sebagian akan mencaci maki Tuhan karena sifat kejamnya, sebagian akan mendebat yg mengatakan begitu, sebagian lagi (yg paling banyak) semakin percaya akan kebesaran Tuhan, menjadi semakin bodoh dan menganggap bahwa orang2 di Aceh tsb memang 'pantas' dihukum Tuhan.
Kehidupan adalah dukkha, bertemu orang yg dicintai dan berpisah adalah dukkha, kesenangan yg direnggut adalah dukkha, dilecehkan adalah dukkha, mengharapkan sanjungan adalah dukkha juga, tidak mendapatkan yg diinginkan adalah dukkha, kekecewaan, dan segala emosi adalah dukkha. Banyak dukkha yg terjadi disekeliling kita. Setiap detik kehidupan kita adalah dukkha. Ini adalah kenyataan hidup. Bencana alam, musibah silih beganti, pembantaian, perang, perlunya kepedulian kepada alam, lingkungan dan sesama adalah kenyataan hidup juga, yg dapat diamati secara nyata.
Namun, patung tidak akan menangis. Patung yg mengeluarkan air, mungkin karena rembesan, mungkin karena tetesan, mungkin karena peristiwa alam lainnya yg belum kita ketahui, namun satu hal yg pasti: Semua kejadian di alam ini tidak terlepas dari hukum sebab akibat. Tidak ada keajaiban. Yg ada hanyalah sebab yg belum diketahui.
Patung yg mengeluarkan air mengajarkan kita hal lainnya, yakni: jangan gampang memercayai sesuatu hanya karena dikatakan orang2 begitu, atau desas desus begitu. Telaalah segala sesuatu dengan bijak, belajarlah untuk melihat apa adanya.
Ketidak pedulian kita pada alam, keegoisan kita pada sesama, ketamakan kita akan bumi ini tidak akan mengakibatkan sebuah patung menangis, namun perbuatan kita tsb mempunyai efek yg jauh lebih dahsyat dan mematikan yakni: longsor, banjir, naiknya permukaan air laut, badai, perang, kelaparan dan segala akibat buruk lainnya.
::
Mantap, lugas, dan tajam... setajam SILET...
Yang begini yang gua demen, opini yang benar benar maknyus... tidak metafisis dan tidak menggunakan pameo pameo yang membingungkan dan retorika...
GRP SENT...
Apa bedanya kecenderungan/minat/orientasi (jalan, tujuan) awam dengan yang mengerti (tercerahkan)?
Bisa ya.. bisa tidak, bisa kenyataan (benar).. bisa tipuan (salah).
Bagi awam semua bersifat spekulasi, ketika kita clinging kepada/terhadap satu sisi atau sisi yang lain (pandangan-pandangan), tetapi yang mengerti berjalan didalam keseimbangan, hidup berjalan saat kini senantiasa (sadar) didalam hukum-hukum kebenaran.
Apa yang dapat mempengaruhi (menghalangi) jalan/keseimbangan/keyakinan yang tercerahkan?,
ada dan tiada yang terlihat (fenomena), yang tercerahkan menuju Nibanna.
Bagaimana dengan tujuan (kebanggaan/apa yang dibanggakan) (orang) awam?.
.............
hallo bro hatred..,
bisa menangkap orientasi/maksud tulisan saya gak? :P _/\_ :))
Quote from: williamhalim on 12 April 2009, 04:58:25 PM
Quote from: Tan on 10 April 2009, 12:31:34 AM
Saya revisi sedikit:
MENGAPA PATUNG BUDDHA MENANGIS?
Air mata adalah sesuatu yang berkaitan dengan kesedihan atau dukkha. Patung yang meneteskan air mata hendak mengingatkan kita bahwa hidup ini pada dasarnya adalah dukkha. Patung yang meneteskan air mata menandakan bahwa alam sedang menyindir kita.
Mengajarkan kenyataan tentang Dukkha adalah bagus, namun hendaknya tidak dengan jalan pembodohan lainnya.
Seyogyanya mengajarkan tentang dukkha, cinta kasih, dan kepedulian diiringi dengan kebijaksanaan juga. Jika ingin mengajarkan tentang kepedulian kepada alam, hendaknya mengambil contoh peristiwa longsor, bendungan jebol, banjir, dll. Bencana2 ini jelas timbul karena ketidakpedulian manusia pada alam sekitar.
Mengajarkan 'cintakasih' dapat melalui contoh2 binatang terhadap anaknya, pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya, perjuangan bapak tua miskin yg menghidupi anak2nya sd sarjana, dsbnya... contoh2 begini sangat jelas dan banyak dihidangkan di sekitar kita setiap hari...
Mengambil contoh secara asal2an malah berpotensi mementahkan ajaran yg hendak kita sampaikan. Sama dengan menakut2i anak2 dengan cerita2 hantu.... Selain menjadi bodoh, bagaimana kalau contoh yg kita ambil tsb tebukti tidak benar? Terakhir saya baca bahwa air di patung tsb berasal dari tetesan dari plafon.
Di milis Samaggiphala, beberapa rekan disana berusaha meyakinkan teman yg lainnya bahwa harap dibedakan antara 'patung yg menangis' dan 'patung yg mengeluarkan air' atau lebih bagus lagi 'patung yg ada air di daerah mata-nya'... hendaknya kita tidak membiasakan diri untuk menanggapi setiap peristiwa yg kelihatan 'irasional' dengan berlebihan dan pengandai2an terlalu jauh. Beberapa saat yg lalu, umat agama lain seringkali menggembor2kan tulisan 'TUHAN' yg ditemukan di timun, daun, awan di langit, dan mengambil hikmahnya yakni: "TUHAN maha besar...". Apakah memang begitu mengajarkan kebesaran Tuhan? Yakni adanya corak mirip namaNya di timun? Orang2 mungkin akan meragukan akal waras si pengajar, atau mulai melihat keanehan si Tuhan ini, atau mungkin benar2 percaya dan menjadi bodoh.
Juga ketika peristiwa Tsunami menghantam Aceh, beberapa menarik makna filosofis dari peristiwa tsb, beberapa diantaranya: Tuhan Maha Besar, Tuhan memperingati umatnya yg sudah mulai melupakanNya. Apakah bijaksana mengajarkan Kebesaran dan Cintakasih Tuhan dengan cara dangkal begitu? Sebagian akan mencaci maki Tuhan karena sifat kejamnya, sebagian akan mendebat yg mengatakan begitu, sebagian lagi (yg paling banyak) semakin percaya akan kebesaran Tuhan, menjadi semakin bodoh dan menganggap bahwa orang2 di Aceh tsb memang 'pantas' dihukum Tuhan.
Kehidupan adalah dukkha, bertemu orang yg dicintai dan berpisah adalah dukkha, kesenangan yg direnggut adalah dukkha, dilecehkan adalah dukkha, mengharapkan sanjungan adalah dukkha juga, tidak mendapatkan yg diinginkan adalah dukkha, kekecewaan, dan segala emosi adalah dukkha. Banyak dukkha yg terjadi disekeliling kita. Setiap detik kehidupan kita adalah dukkha. Ini adalah kenyataan hidup. Bencana alam, musibah silih beganti, pembantaian, perang, perlunya kepedulian kepada alam, lingkungan dan sesama adalah kenyataan hidup juga, yg dapat diamati secara nyata.
Namun, patung tidak akan menangis. Patung yg mengeluarkan air, mungkin karena rembesan, mungkin karena tetesan, mungkin karena peristiwa alam lainnya yg belum kita ketahui, namun satu hal yg pasti: Semua kejadian di alam ini tidak terlepas dari hukum sebab akibat. Tidak ada keajaiban. Yg ada hanyalah sebab yg belum diketahui.
Patung yg mengeluarkan air mengajarkan kita hal lainnya, yakni: jangan gampang memercayai sesuatu hanya karena dikatakan orang2 begitu, atau desas desus begitu. Telaalah segala sesuatu dengan bijak, belajarlah untuk melihat apa adanya.
Ketidak pedulian kita pada alam, keegoisan kita pada sesama, ketamakan kita akan bumi ini tidak akan mengakibatkan sebuah patung menangis, namun perbuatan kita tsb mempunyai efek yg jauh lebih dahsyat dan mematikan yakni: longsor, banjir, naiknya permukaan air laut, badai, perang, kelaparan dan segala akibat buruk lainnya.
::
Lama ga keliatan, ko will makin dalam analisisnya........ walau sibuk, tapi tetap rajin memperhatikan batin
GRP sent juga!!........
Quote from: markosprawira on 13 April 2009, 08:58:31 AM
Quote from: williamhalim on 12 April 2009, 04:58:25 PM
Quote from: Tan on 10 April 2009, 12:31:34 AM
Saya revisi sedikit:
MENGAPA PATUNG BUDDHA MENANGIS?
Air mata adalah sesuatu yang berkaitan dengan kesedihan atau dukkha. Patung yang meneteskan air mata hendak mengingatkan kita bahwa hidup ini pada dasarnya adalah dukkha. Patung yang meneteskan air mata menandakan bahwa alam sedang menyindir kita.
Mengajarkan kenyataan tentang Dukkha adalah bagus, namun hendaknya tidak dengan jalan pembodohan lainnya.
Seyogyanya mengajarkan tentang dukkha, cinta kasih, dan kepedulian diiringi dengan kebijaksanaan juga. Jika ingin mengajarkan tentang kepedulian kepada alam, hendaknya mengambil contoh peristiwa longsor, bendungan jebol, banjir, dll. Bencana2 ini jelas timbul karena ketidakpedulian manusia pada alam sekitar.
Mengajarkan 'cintakasih' dapat melalui contoh2 binatang terhadap anaknya, pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya, perjuangan bapak tua miskin yg menghidupi anak2nya sd sarjana, dsbnya... contoh2 begini sangat jelas dan banyak dihidangkan di sekitar kita setiap hari...
Mengambil contoh secara asal2an malah berpotensi mementahkan ajaran yg hendak kita sampaikan. Sama dengan menakut2i anak2 dengan cerita2 hantu.... Selain menjadi bodoh, bagaimana kalau contoh yg kita ambil tsb tebukti tidak benar? Terakhir saya baca bahwa air di patung tsb berasal dari tetesan dari plafon.
Di milis Samaggiphala, beberapa rekan disana berusaha meyakinkan teman yg lainnya bahwa harap dibedakan antara 'patung yg menangis' dan 'patung yg mengeluarkan air' atau lebih bagus lagi 'patung yg ada air di daerah mata-nya'... hendaknya kita tidak membiasakan diri untuk menanggapi setiap peristiwa yg kelihatan 'irasional' dengan berlebihan dan pengandai2an terlalu jauh. Beberapa saat yg lalu, umat agama lain seringkali menggembor2kan tulisan 'TUHAN' yg ditemukan di timun, daun, awan di langit, dan mengambil hikmahnya yakni: "TUHAN maha besar...". Apakah memang begitu mengajarkan kebesaran Tuhan? Yakni adanya corak mirip namaNya di timun? Orang2 mungkin akan meragukan akal waras si pengajar, atau mulai melihat keanehan si Tuhan ini, atau mungkin benar2 percaya dan menjadi bodoh.
Juga ketika peristiwa Tsunami menghantam Aceh, beberapa menarik makna filosofis dari peristiwa tsb, beberapa diantaranya: Tuhan Maha Besar, Tuhan memperingati umatnya yg sudah mulai melupakanNya. Apakah bijaksana mengajarkan Kebesaran dan Cintakasih Tuhan dengan cara dangkal begitu? Sebagian akan mencaci maki Tuhan karena sifat kejamnya, sebagian akan mendebat yg mengatakan begitu, sebagian lagi (yg paling banyak) semakin percaya akan kebesaran Tuhan, menjadi semakin bodoh dan menganggap bahwa orang2 di Aceh tsb memang 'pantas' dihukum Tuhan.
Kehidupan adalah dukkha, bertemu orang yg dicintai dan berpisah adalah dukkha, kesenangan yg direnggut adalah dukkha, dilecehkan adalah dukkha, mengharapkan sanjungan adalah dukkha juga, tidak mendapatkan yg diinginkan adalah dukkha, kekecewaan, dan segala emosi adalah dukkha. Banyak dukkha yg terjadi disekeliling kita. Setiap detik kehidupan kita adalah dukkha. Ini adalah kenyataan hidup. Bencana alam, musibah silih beganti, pembantaian, perang, perlunya kepedulian kepada alam, lingkungan dan sesama adalah kenyataan hidup juga, yg dapat diamati secara nyata.
Namun, patung tidak akan menangis. Patung yg mengeluarkan air, mungkin karena rembesan, mungkin karena tetesan, mungkin karena peristiwa alam lainnya yg belum kita ketahui, namun satu hal yg pasti: Semua kejadian di alam ini tidak terlepas dari hukum sebab akibat. Tidak ada keajaiban. Yg ada hanyalah sebab yg belum diketahui.
Patung yg mengeluarkan air mengajarkan kita hal lainnya, yakni: jangan gampang memercayai sesuatu hanya karena dikatakan orang2 begitu, atau desas desus begitu. Telaalah segala sesuatu dengan bijak, belajarlah untuk melihat apa adanya.
Ketidak pedulian kita pada alam, keegoisan kita pada sesama, ketamakan kita akan bumi ini tidak akan mengakibatkan sebuah patung menangis, namun perbuatan kita tsb mempunyai efek yg jauh lebih dahsyat dan mematikan yakni: longsor, banjir, naiknya permukaan air laut, badai, perang, kelaparan dan segala akibat buruk lainnya.
::
Lama ga keliatan, ko will makin dalam analisisnya........ walau sibuk, tapi tetap rajin memperhatikan batin
GRP sent juga!!........
ikutan ah, mo plus 1 juga....
Patung tsb terbuat dari apa ya?
kayu atau porselin, tembaga, besi cor?
kalau kayunya masih muda belia, nah masih keluar getah & air...
kalau udah dioven plus dicat dgn baik... air mau keluar dari mana?
mohon informasi serta fotonya!
patung buddha menangis karena banyak manusia jaman sekarang tapi yang mencapai arahat berapa banyak? dan berapa banyak pula orang indonesia bisa mencapai tingkat arahat gitu. :whistle: :whistle: :whistle:
Quote from: daimond on 26 April 2009, 10:39:34 PM
patung buddha menangis karena banyak manusia jaman sekarang tapi yang mencapai arahat berapa banyak? dan berapa banyak pula orang indonesia bisa mencapai tingkat arahat gitu. :whistle: :whistle: :whistle:
emangnya apa hubungan antara hny sedikit manusia yg mencapai arahat dengan patung keluar air ?
Quote from: daimond on 26 April 2009, 10:39:34 PM
patung buddha menangis karena banyak manusia jaman sekarang tapi yang mencapai arahat berapa banyak? dan berapa banyak pula orang indonesia bisa mencapai tingkat arahat gitu. :whistle: :whistle: :whistle:
dari komentar ini saya menangkap bahwa anda beranggapan ada lebih dari 1 arahat di indonesia, tapi gak tau berapa jumlah tepatnya, bisa sebutkan siapakah 1 saja arahat di indonesia?
williamhalim:
Quote... Ketidak pedulian kita pada alam, keegoisan kita pada sesama, ketamakan kita akan bumi ini tidak akan mengakibatkan sebuah patung menangis, namun perbuatan kita tsb mempunyai efek yg jauh lebih dahsyat dan mematikan yakni: longsor, banjir, naiknya permukaan air laut, badai, perang, kelaparan dan segala akibat buruk lainnya.
LOVE THESE :x
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.msnpro.com%2Femoticons%2Foctopus%2Fangel.gif&hash=0c83794a5c77ce2f5f48a24ef4cb4fa6840ae929)
Quote from: Indra on 26 April 2009, 11:38:38 PM
Quote from: daimond on 26 April 2009, 10:39:34 PM
patung buddha menangis karena banyak manusia jaman sekarang tapi yang mencapai arahat berapa banyak? dan berapa banyak pula orang indonesia bisa mencapai tingkat arahat gitu. :whistle: :whistle: :whistle:
dari komentar ini saya menangkap bahwa anda beranggapan ada lebih dari 1 arahat di indonesia, tapi gak tau berapa jumlah tepatnya, bisa sebutkan siapakah 1 saja arahat di indonesia?
cuma arahat yang tahu arahat lain. :whistle:
Quote from: gachapin on 27 April 2009, 10:42:35 AM
Quote from: Indra on 26 April 2009, 11:38:38 PM
Quote from: daimond on 26 April 2009, 10:39:34 PM
patung buddha menangis karena banyak manusia jaman sekarang tapi yang mencapai arahat berapa banyak? dan berapa banyak pula orang indonesia bisa mencapai tingkat arahat gitu. :whistle: :whistle: :whistle:
dari komentar ini saya menangkap bahwa anda beranggapan ada lebih dari 1 arahat di indonesia, tapi gak tau berapa jumlah tepatnya, bisa sebutkan siapakah 1 saja arahat di indonesia?
cuma arahat yang tahu arahat lain. :whistle:
koreksi... hanya arahat sammasambuddha yang bisa mengetahui arahat (savaka) yang lain. seorang savaka bisa saja tidak mengetahui pencapaian arahat yang lain.
berarti daimond? ^:)^
Tadi ada teman yg tanya apakah sy dapat sms soal patung dewi kwan im yg menangis...
Sy shcok banget..kok udah terjadi perubahan informasi...
Dari patung buddha menangis menjadi patung dewi kwan in yg menangis :hammer:
wa.. masyarakat sekarang doyan meremix suatu informasi ya....
Hmm...
Kasus ini harus di jadikan pelajaran..
Jangan mudah meneruskan suatu informasi tanpa ada buktinya...
Nanti jadi seperti diatas dhe..
>>Patung buddha menangis menjadi patung dewi kwan im menangis..
Yang sebenarnya cuma asbes bocor...
Inilah mental orang indonesia...
mengapa buddha n kwan im menangis
karna beliau sedih melihat umat nya
salah menjatuhkan. _/\_ _/\_
Quote from: Mr.Jhonz on 12 May 2009, 06:51:17 PM
Tadi ada teman yg tanya apakah sy dapat sms soal patung dewi kwan im yg menangis...
Sy shcok banget..kok udah terjadi perubahan informasi...
Dari patung buddha menangis menjadi patung dewi kwan in yg menangis :hammer:
wa.. masyarakat sekarang doyan meremix suatu informasi ya....
Hmm...
Kasus ini harus di jadikan pelajaran..
Jangan mudah meneruskan suatu informasi tanpa ada buktinya...
Nanti jadi seperti diatas dhe..
>>Patung buddha menangis menjadi patung dewi kwan im menangis..
Yang sebenarnya cuma asbes bocor...
Inilah mental orang indonesia...
bro jhonz,
saya memberi saran, seperti sikap mental beberapa umat yang merasa bijaksana dengan menyatakan ini atau itu, coba anda renungkan tulisan saya,
klo berita yang muncul itu kita tidak tahu kebenarannya, yaitu memiliki 2 pilihan bisa nyata ya terjadi atau tidak. Tetapi pendapat bro jhonz dan juga para umat yang bijaksana yang memberi komentar negatif yang saya tahu pasti adalah bahwa anda dan banyak forumer yang memberi komentar sok bijaksana negatif belum menyaksikan langsung kejadian tersebut tetapi jelas-jelas anda sudah menyatakan tidak.
Klo dilihat persentasenya probabilitynya, yang manakah yang kemungkinan lebih benar?
klo demikian sebenarnya lagi mempertahankan apakah (diluar dari pertimbangan benar atau salahnya) yang memperkatakan itu?
Quotefr Mr.Jhonz:
...
Inilah mental orang Indonesia...
Karena kita orang Indonesia, maka kita termasuk di dalamnya :D
tak terkecuali.
(kecuali yg udah alobha, adosa, amoho) :D
Quote from: Tan on 10 April 2009, 12:31:34 AM
Saya revisi sedikit:
MENGAPA PATUNG BUDDHA MENANGIS?
Ivan Taniputera
9 April 2009
Namo Buddhaya,
Saya mendapatkan kabar dari beberapa rekan Buddhis mengenai patung Buddha di Aceh yang meneteskan air mata. Saya tidak mengetahui apakah berita itu benar atau tidak. Tetapi jika seandainya benar, mari kita tarik makna filosofis bagi peristiwa tersebut.
Air mata adalah sesuatu yang berkaitan dengan kesedihan atau dukkha. Patung yang meneteskan air mata hendak mengingatkan kita bahwa hidup ini pada dasarnya adalah dukkha. Patung yang meneteskan air mata menandakan bahwa alam sedang menyindir kita. Bagaimana mungkin, patung yang notabene adalah sebongkah batu atau logam dapat mengajarkan kita mengenai dukkha? (patung itu bukanlah Buddha. Patung ya tetap sebongkah batu atau logam. Siapa yang mecari Buddha dalam wujud telah menapaki jalan yang sesat - lihat Vajracchedika Prajnaparamita Sutra). Ini adalah sindiran halus pada umat manusia untuk lebih menghayati makna kehidupan beserta segenap fenomenanya secara lebih mendalam. Masihkan kita menciptakan dukkha bagi diri sendiri dan orang lain? Perlukah patung yang hanya sebongkah batu mengajarkan kita mengenai hal itu?
Tetesan air mata juga dapat diartikan sebagai kesedihan karena melihat penderitaan orang lain. Banyak orang kurang peka terhadap penderitaan orang lain. Bahkan mereka malah cenderung menimbulkan penderitaan bagi sesamanya. Ada lagi yang hanya meneteskan air mata buaya. Perlukah patung yang benda "mati" mengajarkan kita mengenai cinta kasih? Tidakkah kita sebagai manusia yang masih "hidup" perlu merasa malu? Bila dunia ini tidak ada cinta kasih, maka berbagai bencana sudah siap terjadi di depan mata.
Banyak rekan yang khawatir bahwa fenomena ini merupakan pertanda terjadinya bencana. Tetapi, tiadanya cinta kasih dan kepedulian terhadap sesama adalah merupakan bencana yang sesungguhnya.
Semoga tulisan singkat ini dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua. Semoga kita tidak diajar lagi oleh sebongkah batu atau logam.
Salam dalam Dharma,
sang buddha saja tidak mungkin menangis apalagia patung buddha
???????????????????????????????????????????????????????????????
klo bukan asbes bocor atau embun pagi berarti ada makluk yg ngerjain
yg jelas patung tidak mungkin menangis karena klo bisa dia akan jalan2 ke Mal,n chatting dg kita via dhammacitta khan bosan duduk disana trus