brahmajala sutta - pandangan berbelit2

Started by marcedes, 30 March 2009, 05:31:03 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

coedabgf

lha koq jadi istilah yang diributkan yah....  ;D
iKuT NGeRumPI Akh..!

hatRed

Saya rasa rekan2 disini memang berhasrat tuk berehipassiko ria :D

so... dalam bahasa yg simpel... kita cukup mengingatkan untuk ehipassiko dan kalama sutta kan ;D


semoga ane ma ente faham :D
i'm just a mammal with troubled soul



fabian c

Quote from: hatRed on 31 March 2009, 12:03:15 PM
menyatakan orang lain berspekulasi juga pernyataan yg spekulasi bukan ;D

Iya benar...setuju... Tapi... saya tak mengatakan siapa berspekulasi kan...? Sebab saya sendiri kadang-kadang juga berspekulasi tanpa saya sadari....  ;D  Kita hanya saling asah...asih...asuh...kan? (ceu Lily mode on...)   :)

Quote
Quote

Hanya orang yang telah menyelidiki dengan seksama (melalui teori dan praktek terarah) yang mengetahui apakah teori Dhamma spekulasi atau bukan...

nah.... yg menjadi permasalahan bukannya hal tersebut adalah spekulasi atau bukan...

tetapi apakah kita mau menyelidiki spekulasi tersebut dalam Dhamma sang Buddha.. itu yg jadi point.

Memang inilah maksud saya, kita jangan terburu-buru men-judge (mengenai Dhamma), kita coba buktikan... sebelum menilai...

Quote from: hatRed on 31 March 2009, 12:22:12 PM
Saya rasa rekan2 disini memang berhasrat tuk berehipassiko ria :D

so... dalam bahasa yg simpel... kita cukup mengingatkan untuk ehipassiko dan kalama sutta kan ;D


semoga ane ma ente faham :D

Agree... no preconceived idea... ehipassiko dan Kalama Sutta

semoga kita semua mendapatkan kemajuan spiritual...

sukhi hotu,

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

ryu

Quote from: coedabgf on 31 March 2009, 12:11:49 PM
saya mo meluruskan bahwa saya tidak berspekulasi bahwa tidak ada orang yang mencapai kesucian, entah bhikkhu, entah umat awam. Tetapi saya hanya menimbulkan suatu pertanyaan untuk membangkitkan/menggairahkan umat melepaskan kemandekan pengetahuan dan mengorek/menggali lebih dalam lagi kebenaran Dhamma dan melepaskan/membebaskan diri dari cangkang kemapanan diri dari pengetahuan/kebijakan yang sudah didapat/dicapai dari pandangan yang sudah secara umum diajarkan.

Menimbulkan suatu pertanyaan dengan menyatakan/menunjuk, apakah yang suatu spekulasi?


semoga melihat dengan hati yang dingin (tenang).
good hope and love
coedabgf
Kemapanan dhamma kalau bisa kasih contohnya dong :D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

marcedes

#19
saudara coedabgf, yang bijak

hanya pertanyaan simple saja saya tanyakan....
"apakah kelahiran=penderitaan itu adalah kenyataan atau bukan"

hanya ini saja.........
ibarat seseorang bertanya "apakah sakit perut itu menyenangkan?"

apakah harus dijawab dengan, sakit adalah ilusi, ilusi adalah kosong, kosong ada begini-begitu..
lalu atta, anatta,anicca dan segala teori tingkat tinggi dan lengkap sudah. ^^
===========================================
saya jadi ingat ketika membaca buku ajahn Brahm, mengenai pertanyaan Ajahn chah yang ditujukan kepada Ajahn Brahm yakni "brahmavamso,mengapa?"

lalu Ajahn Brahm tidak tahu harus menjawab apa dan berkata "saya tidak mengerti"
kemudian Ajahn Chah tersenyum, dan berkata "setiap seseorang bertanya,Mengapa? maka jawaban paling tepat adalah "tidak ada apa-apa"

karena memang tidak ada apa-apa...

====

masalah spekulasi,

apakah saya berspekulasi masalah ini?....satu hal yang mungkin dilupakan.
kenyataan tetap kenyataan.. tidak akan bisa di rubah atau dispekulasikan.

tanyakan sekarang "apakah saya sedang mengalami proses kelapukan?"
(nyata sekarang saja lagi)
------------
"Pertapa dan Brahmana yang manapun yang adalah para spekulator tentang masa lampau atau masa depan atau keduanya, memiliki pandangan kokoh pada persoalan tersebut dan mengusulkan pandangan spekulatif, semua ini terperangkap dalam jaring dengan enam puluh dua bagian, dan kemanapun mereka masuk dan mencoba untuk keluar, mereka tertangkap dan terkurung dalam jaring ini. Bagaikan seorang nelayan ahli atau pembantunya yang menutup sebagian air dengan jaring yang baik, berpikir: 'Makhluk besar apapuandangan kokoh pada persoalan tersebut dan mengusulkan pandangan spekulatif, semua ini terperangkap dalam jaring dengan enam puluh dua bagian, dan kemanapun mereka masuk dan mencoba untuk keluar, mereka tertangkap dan terkurung dalam jaring ini. Bagaikan seorang nelayan ahli atau pembantunya yang menutup sebagian air dengan jaring yang baik, berpikir: 'Makhluk besar apapun yang ada di air ini, mereka semuanya terperangkap dalam jaring, [46] dan terkurung dalam jaring', demikian pula dengan semua ini: mereka terperangkap dan tertangkap dalam jaring ini."
------------
saya tidak tahu anda pernah meditasi atau tidak...........
jika anda pernah, maka apakah tarikan nafas yang anda rasakan itu SPEKULATOR(masa lalu / masa depan) atau kenyataan saat ini?

(ehipassiko sekarang pun boleh, tarikan nafas tidak butuh waktu banyak ^^)

Quote
Siapakah umat Buddhist (baik rohaniawan atau awam) yang sudah tercerahkan?
sudah di bilang 3x dan mungkin ini 4x -nya. ^^
"pemikiran" seperti ini hanya ada pada umat "awam" yang belum punya kebijaksanaan tentang ini.
sedangkan apabila seseorang sudah "memiliki" kebijaksanaan, itu "telah di-alami-nya" dan bukan "akan dialami-nya"

salam metta namaste
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

marcedes

Quote from: fabian c on 31 March 2009, 01:36:48 PM
Quote from: hatRed on 31 March 2009, 12:03:15 PM
menyatakan orang lain berspekulasi juga pernyataan yg spekulasi bukan ;D

Iya benar...setuju... Tapi... saya tak mengatakan siapa berspekulasi kan...? Sebab saya sendiri kadang-kadang juga berspekulasi tanpa saya sadari....  ;D  Kita hanya saling asah...asih...asuh...kan? (ceu Lily mode on...)   :)

Quote
Quote

Hanya orang yang telah menyelidiki dengan seksama (melalui teori dan praktek terarah) yang mengetahui apakah teori Dhamma spekulasi atau bukan...

nah.... yg menjadi permasalahan bukannya hal tersebut adalah spekulasi atau bukan...

tetapi apakah kita mau menyelidiki spekulasi tersebut dalam Dhamma sang Buddha.. itu yg jadi point.

Memang inilah maksud saya, kita jangan terburu-buru men-judge (mengenai Dhamma), kita coba buktikan... sebelum menilai...

Quote from: hatRed on 31 March 2009, 12:22:12 PM
Saya rasa rekan2 disini memang berhasrat tuk berehipassiko ria :D

so... dalam bahasa yg simpel... kita cukup mengingatkan untuk ehipassiko dan kalama sutta kan ;D


semoga ane ma ente faham :D

Agree... no preconceived idea... ehipassiko dan Kalama Sutta

semoga kita semua mendapatkan kemajuan spiritual...

sukhi hotu,

_/\_
saudara fabian yang bijak,,
kalau ada seseorang sudah mengalami dan menilai sendiri realita, tetapi disitu ada "keraguan" dimana kenyataan yang terjadi tidak sama yang dipikiran...
itu disebut apa?

salam metta namaste
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

coedabgf

#21
Kemapanan, cangkang, kebanggaan atta diri, (senantiasa) terjebak dalam jala.

maaf bro fabian dan mercedes...,
keliatannya pada kalimat di atas bro mercedes menegur melihat (seolah-olah) ada keraguan (kemunduran) pada bro fabian pada kalimat sebagai berikut :
Quote from: marcedes on 31 March 2009, 03:41:05 PM
saudara fabian yang bijak,,
kalau ada seseorang sudah mengalami dan menilai sendiri realita, tetapi disitu ada "keraguan" dimana kenyataan yang terjadi tidak sama yang dipikiran...
itu disebut apa?

salam metta namaste
tetapi yang sebenarnya adalah dimana bro fabian dapat melihat kenyataan (bercermin diri) ada kebenaran dari tulisan-tulisan diskusi sebelumnya, bukan bersikap mundur (kalah/mengalah) karena keraguan.


Buat menjawab pertanyaan sdr marcedes dengan penjelasan, sekalian saya hubungkan dengan jawaban pertanyaan ryu 'Kemapanan dhamma kalau bisa kasih contohnya dong'.
Pertama  saya koreksi dulu kalimat perkataan ryu tersebut sebab saya bukan menulis itu melainkan saya menulis 'untuk membangkitkan/menggairahkan umat melepaskan kemandekan pengetahuan dan mengorek/menggali lebih dalam lagi kebenaran Dhamma dan melepaskan/membebaskan diri dari cangkang kemapanan diri dari pengetahuan/kebijakan yang sudah didapat/dicapai dari pandangan yang sudah secara umum diajarkan.'
sebagai contoh jawaban atas pertanyaan sdr ryu adalah jawaban pertanyaan dan proses penerimaan kebenaran sdr wolverine :
Quote from: Wolverine on 31 March 2009, 11:25:57 AM
agnostik berarti masuk dalam jala-jala itu yak?

dan saya menjawab :
Quote from: coedabgf on 31 March 2009, 11:44:51 AM
dicari dari dictionary, penjelasannya adalah :
a person who holds that the existence of the ultimate cause, as God, and the essential nature of things are unknown and unknowable, or that human knowledge is limited to experience.

mengapa? seperti tertulis sebab 'that human knowledge is limited to experience'. Itu dari sudut pandang pikiran/pemikiran/kebijaksanaan (kelekatan/cekatan yang sangat kuat) apa/siapa? (Aku diri Atta anicca anatta, kesementaraan)

makanya kawan-kawan jangan bangga-bangga ngaku-ngaku agama agnostic loh.

Seperti juga pertanyaan bro marcedes berkali-kali dengan maksud tujuan jenis pertanyaan yang sama :
Quote from: marcedes on 31 March 2009, 03:35:19 PM
saudara coedabgf, yang bijak

hanya pertanyaan simple saja saya tanyakan....
"apakah kelahiran=penderitaan itu adalah kenyataan atau bukan"

hanya ini saja.........
ibarat seseorang bertanya "apakah sakit perut itu menyenangkan?"

apakah harus dijawab dengan, sakit adalah ilusi, ilusi adalah kosong, kosong ada begini-begitu..
lalu atta, anatta,anicca dan segala teori tingkat tinggi dan lengkap sudah. ^^
===========================================
masalah spekulasi,

apakah saya berspekulasi masalah ini?....satu hal yang mungkin dilupakan.
kenyataan tetap kenyataan.. tidak akan bisa di rubah atau dispekulasikan.

tanyakan sekarang "apakah saya sedang mengalami proses kelapukan?"
(nyata sekarang saja lagi)
------------
saya tidak tahu anda pernah meditasi atau tidak...........
jika anda pernah, maka apakah tarikan nafas yang anda rasakan itu SPEKULATOR(masa lalu / masa depan) atau kenyataan saat ini?

(ehipassiko sekarang pun boleh, tarikan nafas tidak butuh waktu banyak ^^)

Quote
Siapakah umat Buddhist (baik rohaniawan atau awam) yang sudah tercerahkan?
sudah di bilang 3x dan mungkin ini 4x -nya. ^^
"pemikiran" seperti ini hanya ada pada umat "awam" yang belum punya kebijaksanaan tentang ini.
sedangkan apabila seseorang sudah "memiliki" kebijaksanaan, itu "telah di-alami-nya" dan bukan "akan dialami-nya"

salam metta namaste

Seperti juga sikap bro fabian yang kelihatan mengalah (mundur dari keyakinan) tetapi yang sebenarnya (bercermin diri) melihat kenyataan kebenaran, begitu juga gambaran seperti bro wolverine bila dapat menerima jawaban atas pertanyaannya, tidak mengkokohkan diri dengan kemapanan pengetahuan (kebanggaan aku diri (atta)), 
seperti yang di jelaskan guru Buddha sebagai berikut :
"Pertapa dan Brahmana yang manapun yang adalah para spekulator tentang masa lampau atau masa depan atau keduanya, memiliki pandangan kokoh pada persoalan tersebut dan mengusulkan pandangan spekulatif, semua ini terperangkap dalam jaring dengan enam puluh dua bagian, dan kemanapun mereka masuk dan mencoba untuk keluar, mereka tertangkap dan terkurung dalam jaring ini. Bagaikan seorang nelayan ahli atau pembantunya yang menutup sebagian air dengan jaring yang baik, berpikir: 'Makhluk besar apapuandangan kokoh pada persoalan tersebut dan mengusulkan pandangan spekulatif, semua ini terperangkap dalam jaring dengan enam puluh dua bagian, dan kemanapun mereka masuk dan mencoba untuk keluar, mereka tertangkap dan terkurung dalam jaring ini. Bagaikan seorang nelayan ahli atau pembantunya yang menutup sebagian air dengan jaring yang baik, berpikir: 'Makhluk besar apapun yang ada di air ini, mereka semuanya terperangkap dalam jaring, [46] dan terkurung dalam jaring', demikian pula dengan semua ini: mereka terperangkap dan tertangkap dalam jaring ini.",
seperti juga satu pertanyaan bro marcedes yang mewakili semua jenis maksud tujuan pertanyaannya yang sama kepada saya berkali-kali pada kutipan tulisan selanjutnya diatas, yang sudah saya jawab pada reply #6 tulisan yang warna hijau, dimana bro marcedes tidak dapat atau belum dapat atau tidak mau melihat/mencari maksud kebenaran penjelasan tulisan saya. Apa sebabnya? Sebab yang menimbulkan perbedaan adalah dari sisi mana kita memandang, sehingga saat kesementaraan itu masih dianggap merupakan suatu keberadaan yang nyata/sejati, maka segala ciri-ciri dari yang sementara itu sebagai suatu yang sejati/nyata, sebagai contoh mengapa timbul perbedaan cara pandang awan dengan mereka yang tercerahkan atas semua segala keberadaan duniawi. Makanya ada saya tulis pada Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #246 on: 29 March 2009, 10:25:36 AM »
:
Quote from: coedabgf on 28 March 2009, 11:18:32 PM
Kenyataan atau kritik pedas buat seluruh umat (Buddhist)!
wah bro mod jangan dilock dulu yach. Saya mo jelaskan/kasih gambaran mengapa umat awam jalan umum (masih bersifat dangkal/jasmaniah, dimana pengajaran oleh guru Buddha diajarkan agar pembina umum/umat awam jalan umum untuk dapat mengenali/menanggalkan/memisahkan/melepaskan kelekatan ciri atta diri) sebelum dapat mengerti tentang pada akhirnya untuk mencapai keberhasilan para pembina yang bertekad, tulus dan murni  harus masuk melalui jalan mulia (mahayana) untuk dapat menembus pengetahuan sejati pencerahan (hati bodhi/hati sunya/keBuddhaan/pengalaman nibanna).
Gambaran umum umat (jalan awam) keadaannya seperti syairku pada poemofpathofwisdom.blogspot.com :
Semua (masih) hanyalah kekhayalan
Mau keluar kekhayalan memakai kekhayalan
Menyelami yang sejati (masih) terikat pada yang terkondisi
Menilai yang Mutlak dari (keterbatasan) pengalaman persepsi kemelekatan (pada) yang sementara

tetapi bila semua masih diukur dari oleh karena masih tercekatnya (belum dapat menanggalkan) pada atta diri yang annica anatta, semua pengetahuan kebijaksanaan apapun yang ada hanyalah (hanya berasal dari sudut pandang pengetahuan kebijaksanaan pengalaman kenyataan keberadaan atta (yabg anicca anatta) diri) ilusi yaitu kekhayalan dan kebanggaan (kemelekatan) atta diri. (Seperti kisah Ananda tercerahkan.)

Apalagi atau lebih parah lagi melekat keluar (takhayul) seperti yang diajarkan dan dipraktekkan pada beberapa aliran Buddhisme, seperti melalui sex, melalui penyiksaan diri, melalui kemelekatan/pengandalan kepada seseorang (pengakuan) manifestasi Buddha/Bodhisatva hidup di dunia, benda-benda yang dibilang suci/jimat-jimat/mengandung kekuatan gaib  dsbnya.


semoga ada yang dapat merenungi dan mengerti menanggalkan/meninggalkan rakit (khayalan diri/palsu) yang sebenarnya bukan rakit karena sebenarnya belum membebaskan diri/menanggalkan diri berpindah (menaiki) ke rakit Dharma yang sebenarnya atau masih (menginjak) di daratan di seberang sana hilir mudik dengan (menunggangi) pengetahuan palsu sejati attanya dengan kebanggaan pengetahuannya.
Semoga tidak marah/tersinggung (attanya).  ;D
good hope and love
coedabgf
Juga pada Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #250 on: 29 March 2009, 06:19:04 PM »
Juga pada Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #254 on: Yesterday at 07:54:19 AM »


seperti apa yang sudah dijelaskan oleh guru Buddha pada brahmajala sutta berikut ini :
3.73. "Para bhikkhu, jasmani Sang Tathagata yang berdiri tegak dengan unsur-unsur yang menghubungkannya dengan jasmani akan menjadi hancur.79 Selama jasmani ini ada, para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi saat hancurnya jasmani dan habisnya umur kehidupan, para dewa dan manusia tidak akan melihatnya lagi. Para bhikkhu, bagaikan ketika tangkai serumpun mangga dipotong, maka semua mangga pada rumpun itu akan jatuh bersamanya, demikian pula jasmani Sang Tathagata dengan unsur-unsurnya yang menghubungknnya dengan penjelmaan telah terpotong. Selama jasmani ini ada, para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi saat hancurnya jasmani dan habisnya umur kehidupan, para dewa dan manusia tidak akan melihatnya lagi."

2.15. "Ini, para bhikkhu, Sang Tathagata memahami: sudut-sudut pandang ini [22] yang digenggam secara demikian dan karenanya akan membawa menuju alam kelahiran kembali ini dan itu di alam lain. Ini, Sang Tathagata mengetahui, dan lebih jauh lagi, namun Beliau tidak melekat pada pengatahuan itu. Dan karena tidak melekat, Beliau mengalami bagi diriNya sendiri kedamaian sempurna, dan setelah memahami sepenuhnya muncul dan lenyapnya perasaan, keindahan dan bahayanya dan kebebasan darinya, Sang Tathagata terbebaskan tanpa sisa."

"Ini, para bhikkhu, adalah hal-hal lain tersebut, yang mendalam, sulit dilihat, sulit dipahami, damai, luhur, melampaui sekedar pikiran, halus, yang harus dialami oleh para bijaksana, yang Sang Tathagata, setelah mencapainya dengan pengetahuan-agung-Nya sendiri, menyatakan, dan tentang hal-hal yang diucapkan dengan benar oleh ia yang sungguh-sungguh memuji Sang Tathagata."


pertanyaan saya untuk direnungi adalah siapakah yang masih di dalam jala karena keterbatasan cangkang diri seperti syair ini bahwa : semua ini terperangkap dalam jaring dengan enam puluh dua bagian, dan kemanapun mereka masuk dan mencoba untuk keluar, mereka tertangkap dan terkurung dalam jaring ini. Bagaikan seorang nelayan ahli atau pembantunya yang menutup sebagian air dengan jaring yang baik, berpikir: 'Makhluk besar apapuandangan kokoh pada persoalan tersebut dan mengusulkan pandangan spekulatif, semua ini terperangkap dalam jaring dengan enam puluh dua bagian, dan kemanapun mereka masuk dan mencoba untuk keluar, mereka tertangkap dan terkurung dalam jaring ini. Bagaikan seorang nelayan ahli atau pembantunya yang menutup sebagian air dengan jaring yang baik, berpikir: 'Makhluk besar apapun yang ada di air ini, mereka semuanya terperangkap dalam jaring, [46] dan terkurung dalam jaring', demikian pula dengan semua ini: mereka terperangkap dan tertangkap dalam jaring ini?
mengapa?, terjebak oleh apa?, jawabannya adalah karena belum bebas dari cangkang diri. (penjelasannya silahkan renungkan pada isi tulisan.)

makanya saya ada pertanyakan 'siapakah umat (rohaniawan atau awam) yang sudah tercerahkan?'


semoga dapat berpaling melihat kepada yang sejati
good hope and love
sahabatmu
iKuT NGeRumPI Akh..!

marcedes

Quotesemoga ada yang dapat merenungi dan mengerti menanggalkan/meninggalkan rakit (khayalan diri/palsu)
sahabat coedabgf yang bijak,
oke lah andaikata saya salah dan masih melekat dengan khayalan diri/atta,dll....

saya ganti bertanya dengan memohon petunjuk dari anda,
"kelahiran harus dipandang seperti apa?"


salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

coedabgf

#23
Quote from: marcedes on 01 April 2009, 12:22:13 AM
Quotesemoga ada yang dapat merenungi dan mengerti menanggalkan/meninggalkan rakit (khayalan diri/palsu)
sahabat coedabgf yang bijak,
oke lah andaikata saya salah dan masih melekat dengan khayalan diri/atta,dll....

saya ganti bertanya dengan memohon petunjuk dari anda,
"kelahiran harus dipandang seperti apa?"

salam metta.


kesementaraan (ketidak-kekalan). Bukan (realitas/kenyataan) kebenaran yang asli/sejati.
_/\_

iKuT NGeRumPI Akh..!

marcedes

Quote from: coedabgf on 01 April 2009, 07:03:19 AM
Quote from: marcedes on 01 April 2009, 12:22:13 AM
Quotesemoga ada yang dapat merenungi dan mengerti menanggalkan/meninggalkan rakit (khayalan diri/palsu)
sahabat coedabgf yang bijak,
oke lah andaikata saya salah dan masih melekat dengan khayalan diri/atta,dll....

saya ganti bertanya dengan memohon petunjuk dari anda,
"kelahiran harus dipandang seperti apa?"

salam metta.


kesementaraan (ketidak-kekalan). Bukan (realitas/kenyataan) kebenaran yang asli/sejati.
_/\_
kalimat nya mengartikan menjadi :
jadi kesementaraan / ketidakkekalan bukan nyata menurut anda?
ataukah kalimat nya mengartikan menjadi
"kesementaraan yang dicapai saat ini belum menujukkan jawaban sebenar-benar-nya"

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

fabian c

#25
Quote from: marcedes on 31 March 2009, 03:41:05 PM
Quote from: fabian c on 31 March 2009, 01:36:48 PM
Quote from: hatRed on 31 March 2009, 12:03:15 PM
menyatakan orang lain berspekulasi juga pernyataan yg spekulasi bukan ;D

Iya benar...setuju... Tapi... saya tak mengatakan siapa berspekulasi kan...? Sebab saya sendiri kadang-kadang juga berspekulasi tanpa saya sadari....  ;D  Kita hanya saling asah...asih...asuh...kan? (ceu Lily mode on...)   :)

Quote
Quote

Hanya orang yang telah menyelidiki dengan seksama (melalui teori dan praktek terarah) yang mengetahui apakah teori Dhamma spekulasi atau bukan...

nah.... yg menjadi permasalahan bukannya hal tersebut adalah spekulasi atau bukan...

tetapi apakah kita mau menyelidiki spekulasi tersebut dalam Dhamma sang Buddha.. itu yg jadi point.

Memang inilah maksud saya, kita jangan terburu-buru men-judge (mengenai Dhamma), kita coba buktikan... sebelum menilai...

Quote from: hatRed on 31 March 2009, 12:22:12 PM
Saya rasa rekan2 disini memang berhasrat tuk berehipassiko ria :D

so... dalam bahasa yg simpel... kita cukup mengingatkan untuk ehipassiko dan kalama sutta kan ;D


semoga ane ma ente faham :D

Agree... no preconceived idea... ehipassiko dan Kalama Sutta

semoga kita semua mendapatkan kemajuan spiritual...

sukhi hotu,

_/\_
saudara fabian yang bijak,,
kalau ada seseorang sudah mengalami dan menilai sendiri realita, tetapi disitu ada "keraguan" dimana kenyataan yang terjadi tidak sama yang dipikiran...
itu disebut apa?

salam metta namaste

Saudara Marcedes yang baik,
Mohon dijelaskan lebih lanjut apa inti pertanyaan saudara, karena seseorang yang telah "melihat realita yang sesungguhnya" tak akan ada keraguan terhadap pengalaman yang dilihatnya/dialaminya.

Ia masih mungkin ragu terhadap hal-hal lain atau berbicara untuk menghilangkan keraguan orang lain atau mengemukakan pandangan orang lain yang merasa ragu, tetapi ia sendiri tak akan mengemukakan keraguan terhadap apa yang dialaminya.

Sama perumpamaan seseorang yang telah pergi ke Ancol, ia tak akan ragu mengenai Ancol, bahwa ada ancol, ada jalan ke Ancol.

Tetapi ia masih mungkin berbicara dari sudut pandang orang yang merasa ragu apakah Ancol ada atau tidak ada (hanya sekedar supaya pembicaraan nyambung), apakah ada jalan ke Ancol dsbnya. Tetapi ia sendiri tak akan ragu terhadap apa yang sudah dialaminya.

Umpamanya bila dia berbicara dengan orang yang tak percaya bahwa ada Ancol:
-"Saya mengerti anda beranggapan bahwa Ancol tidak ada"
- "Bagi orang yang percaya Ancol ada itu merupakan spekulasi, bagi orang yang tak percaya Ancol ada juga merupakan spekulasi"
- "Oleh karena itu yang terbaik adalah mencoba menyelidiki sendiri"

Apakah dengan pernyataan itu mencerminkan bahwa ia merasa tidak yakin dengan apa yang dialaminya?

sukhi hotu,

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

QuoteSaudara Marcedes yang baik,
Mohon dijelaskan lebih lanjut apa inti pertanyaan saudara, karena seseorang yang telah "melihat realita yang sesungguhnya" tak akan ada keraguan terhadap pengalaman yang dilihatnya/dialaminya.

Ia masih mungkin ragu terhadap hal-hal lain atau berbicara untuk menghilangkan keraguan orang lain atau mengemukakan pandangan orang lain yang merasa ragu, tetapi ia sendiri tak akan mengemukakan keraguan terhadap apa yang dialaminya.

Sama perumpamaan seseorang yang telah pergi ke Ancol, ia tak akan ragu mengenai Ancol, bahwa ada ancol, ada jalan ke Ancol.

Tetapi ia masih mungkin berbicara dari sudut pandang orang yang merasa ragu apakah Ancol ada atau tidak ada (hanya sekedar supaya pembicaraan nyambung), apakah ada jalan ke Ancol dsbnya. Tetapi ia sendiri tak akan ragu terhadap apa yang sudah dialaminya.

Umpamanya bila dia berbicara dengan orang yang tak percaya bahwa ada Ancol:
-"Saya mengerti anda beranggapan bahwa Ancol tidak ada"
- "Bagi orang yang percaya Ancol ada itu merupakan spekulasi, bagi orang yang tak percaya Ancol ada juga merupakan spekulasi"
- "Oleh karena itu yang terbaik adalah mencoba menyelidiki sendiri"

Apakah dengan pernyataan itu mencerminkan bahwa ia merasa tidak yakin dengan apa yang dialaminya?

sukhi hotu,

Namaste

Sebagai tambahan,

Apakah perkataan percaya atau tidak percaya relevan bagi mereka yang telah mengalami? Perkataan percaya atau tidak percaya relevan bagi mereka yang belum mengalami.

Semoga saudara Marcedes mengerti maksud tulisan saya.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

#27
Quote from: coedabgf on 01 April 2009, 07:03:19 AM
Quote from: marcedes on 01 April 2009, 12:22:13 AM
Quotesemoga ada yang dapat merenungi dan mengerti menanggalkan/meninggalkan rakit (khayalan diri/palsu)
sahabat coedabgf yang bijak,
oke lah andaikata saya salah dan masih melekat dengan khayalan diri/atta,dll....

saya ganti bertanya dengan memohon petunjuk dari anda,
"kelahiran harus dipandang seperti apa?"

salam metta.


kesementaraan (ketidak-kekalan). Bukan (realitas/kenyataan) kebenaran yang asli/sejati.
_/\_



Saudara Coedabgf yang baik (soesah banget menghafal namanya),

Jadi kebenaran yang asli apa? Saudara mengatakan cangkang diri itu maksudnya apa? lantas yang ada dalam cangkang itu apa?

Sukhi hotu

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

marcedes

#28
Quote from: fabian c on 01 April 2009, 10:54:07 AM

saudara Marcedes yang baik,
Mohon dijelaskan lebih lanjut apa inti pertanyaan saudara, karena seseorang yang telah "melihat realita yang sesungguhnya" tak akan ada keraguan terhadap pengalaman yang dilihatnya/dialaminya.

Ia masih mungkin ragu terhadap hal-hal lain atau berbicara untuk menghilangkan keraguan orang lain atau mengemukakan pandangan orang lain yang merasa ragu, tetapi ia sendiri tak akan mengemukakan keraguan terhadap apa yang dialaminya.

Sama perumpamaan seseorang yang telah pergi ke Ancol, ia tak akan ragu mengenai Ancol, bahwa ada ancol, ada jalan ke Ancol.

Tetapi ia masih mungkin berbicara dari sudut pandang orang yang merasa ragu apakah Ancol ada atau tidak ada (hanya sekedar supaya pembicaraan nyambung), apakah ada jalan ke Ancol dsbnya. Tetapi ia sendiri tak akan ragu terhadap apa yang sudah dialaminya.

Umpamanya bila dia berbicara dengan orang yang tak percaya bahwa ada Ancol:
-"Saya mengerti anda beranggapan bahwa Ancol tidak ada"
- "Bagi orang yang percaya Ancol ada itu merupakan spekulasi, bagi orang yang tak percaya Ancol ada juga merupakan spekulasi"
- "Oleh karena itu yang terbaik adalah mencoba menyelidiki sendiri"

Apakah dengan pernyataan itu mencerminkan bahwa ia merasa tidak yakin dengan apa yang dialaminya?

sukhi hotu,
_/\_
sahabat Fabian C yang bijak,
maka oleh sebab itu, saya mempertanyakan "apakah kelahiran=penderitaan menurut semua disini"?

saya menyatakan demikian, dikarenakan tidak ada keraguan sama sekali dalam pandangan saya bahwa "kelahiran = penderitaan"
saya sangat yakin pernyataan ini dikarenakan memang sesuai kenyataan yang saya lihat.
bukan spekulasi, atau mengada-ngada atau khayalan tingkat tinggi.

======================

masalah mengapa disebut ada keraguan...


QuoteApakah perkataan percaya atau tidak percaya relevan bagi mereka yang telah mengalami? Perkataan percaya atau tidak percaya relevan bagi mereka yang belum mengalami.

ini sama seperti yang saya ungkapkan...
pemikiran dimana "percaya atau tidak, dan "kelahiran=penderitaan relevan bagi siapa pun" adalah orang yang "belum" mengalami realita.

sedangkan seseorang yang "telah" mengalami nya tidak akan mungkin berpikir demikian.


dan menurut Saudara Coedabgf mungkin(dan mudah-mudahan tidak seperti yang saya harapkan), disitu semua disini hanya masih "awam" dan tidak ada yang tercerahkan....jadi berdiskusi dengan menggunakan berbagai kata- apapun "di-anggap-nya" adalah teori saja...tanpa realita...

maka oleh sebab itu saya berani mempernyatakan bahwa "kelahiran = penderitaan"

1.5. "Para bhikkhu, jika seseorang menghinaKu, Dhamma atau Sangha, [3] kalian tidak boleh marah, tersinggung atau terganggu akan hal itu. Jika kalian marah atau tidak senang akan penghinaan itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Karena jika orang lain menghinaKu, Dhamma atau Sangha, dan kalian marah atau tidak senang, dapatkah kalian mengetahui apakah yang mereka katakan itu benar atau salah?" "Tidak, Bhagava" "Jika orang lain menghinaKu, Dhamma atau Sangha, maka kalian harus menjelaskan apa yang tidak benar sebagai tidak benar, dengan mengatakan: 'Itu tidak benar, itu salah, itu bukan jalan kami,4 itu tidak ada pada kami.'"

1.6. "Jika orang lain memujiKu, Dhamma atau Sangha, [3] kalian tidak boleh gembira, bahagia atau senang akan hal itu. Jika kalian gembira, bahagia atau senang akan pujian itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Jika orang lain memujiKu, Dhamma atau Sangha, kalian harus mengakui kebenaran sebagai kebenaran, dengan mengatakan: 'Itu benar, itu tepat sekali, itu adalah jalan kami, itu ada pada kami.'"

--------------------------

saya persingkat menjadi sebuah peristiwa,


jika ada seseorang telah di tembak anak-panah dan tertusuk...."orang ini menderita"
orang ini mengetahui dengan pasti "bahwa penderitaan-nya ada karena anak-panah tertancap ditubuh-nya"

anak panah ini mencari obat, yang mampu mencabut anak-panah dari tubuh-nya.
apapun obat yang dicari-nya, tujuan nya adalah SATU.
yaitu "mencabut anak-panah"

sama hal nya kelahiran, membawa penderitaan...tanpa kelahiran tidak ada penderitaan....
demikian kemana-pun orang ini berguru...mencari pertapa atau pendeta/pastor/ustad/brahmana/dewa/dewi/bikkhu/bikkhuni/atau orang jahat sekalipun...
tujuan nya tetap sama "bebas dari kelahiran"

----
nah,bagaimana jika ada seseorang tertancap anak-panah, kemudian orang tersebut "tidak-mengetahui dengan pasti dirinya sedang menderita atau tidak, atau bahkan jika orang ini mengetahui bahwa penyebab derita nya adalah anak-panah ini tertancap di tubuh-nya

orang ini mencari obat, walau dari mana pun juga,
tetapi berpikir"saya tidak tahu pasti saya sedang menderita atau tidak"
atau kah orang ini berpikir "saya sedang menderita, tetapi saya tidak tahu dari mana sumber derita-nya"

apakah orang ini dapat menemukan obat yang cocok?

atau bahkan "ketika dia mengetahui sedang menderita akibat anak-panah" dirinya bukan mencari jalan mencabut anak-panah...tetapi mencari jalan untuk menancapkan anak-panah ke-2x-nya atau bahkan lebih,
dan berpikir "mungkin sakit ini bisa teratasi dengan membuat badan menjadi kebal dengan rasa sakit."


demikian seperti dikatakan Ven,Ajahn Chah,
gatal di kepala, garuk nya di pantat.


oleh karena itu "seseorang" yang telah pergi ke-ancol, mengetahui dengan pasti Ancol seperti apa..
tidak lah mungkin berpikir
"yang saya lihat ini masih khayalan,dan orang lain semua melihat nya belum tentu sama seperti saya"

sama seperti seseorang yang telah menyelami realita "penderitaan=kelahiran" apakah seseorang ini masih bisa berpikir "yang saya alami ini belum nyata masih khayalan, dan orang lain juga belum tentu berpikir sama?"

maka oleh itu saudara Coedabgf yang bijak,ketika saya mengganti pertanyaan.
Quotekalimat nya mengartikan menjadi :
jadi kesementaraan / ketidakkekalan bukan nyata menurut anda?
ataukah kalimat nya mengartikan menjadi
"kesementaraan yang dicapai saat ini belum menujukkan jawaban sebenar-benar-nya"

sebenarnya yang saya tanyakan disitu, adalah
"jika  penderitaan=kelahiran bukan realita atau kebenaran sejati, lantas kebenaran sejati itu apa?
hanya saja pertanyaan ini agaknya menyudutkan member dan tidak sejalan rule forum.

dikarenakan anda mengatakan "semua" ini bukan kebenaran sejati, berati anda tahu "kebenaran sejati".. tetapi jika saya tanyakan kepada anda lalu anda mengatakan "bahwa saya juga masih belum mengetahui"

mengapa anda katakan "semua ini bukan kebenaran sejati"?

ibarat anda belum pernah memakan garam, lalu saya katakan garam itu asin, anda bilang bukan...
kemudian saya lanjutkan "anda sudah pernah makan garam?, lalu anda bilang belum....
dari mana jawaban "bukan-nya"

inilah pandangan berbelit-belit.


mohon maaf kan saya jika tidak berkenaan...
semoga kita bukan menambah kebencian, bahkan menambah wawasan bagaimana hebat nya cinta kasih.
salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

K.K.

Quote from: marcedes on 01 April 2009, 04:02:52 PM
[...]
sebenarnya yang saya tanyakan disitu, adalah
"jika  penderitaan=kelahiran bukan realita atau kebenaran sejati, lantas kebenaran sejati itu apa?
hanya saja pertanyaan ini agaknya menyudutkan member dan tidak sejalan rule forum.

Silahkan ditanyakan saja.
Dalam diskusi 2 argumen berbeda, pasti argumen yang satu menyudutkan yang lain. Selama yang disudutkan bukan pribadi dan masih relevan dengan konteks yang dibahas, tidak melanggar rule forum kok.