News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Tanya ? Jawab untuk Pemula

Started by Nevada, 14 March 2009, 08:01:22 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

DeNova

baru2 ini saya membaca artikel di suatu buku buddhist yang mengatakan bahwa mengatakan 3 kalimat yang berbeda dapat berarti suatu kesombongan...
contoh:1. "Saya lebih pandai dari anda"
2. "Saya lebih bodoh dari anda"
3. "Saya sama dengan anda"
yang saya tanyakan kalimat ke 2 bukankah menunjukkan suatu keadaan yang merendahkan diri dari sesorang kepada orang lain yang ia ajak berdiskusi namun kenapa dianggap juga merupan suatu bentuk kesombongan si pemberi pernyataan???
trims... Anumodana..

dhammadinna

#1951
Quote from: DeNova on 13 April 2014, 10:55:16 PM
baru2 ini saya membaca artikel di suatu buku buddhist yang mengatakan bahwa mengatakan 3 kalimat yang berbeda dapat berarti suatu kesombongan...
contoh:1. "Saya lebih pandai dari anda"
2. "Saya lebih bodoh dari anda"
3. "Saya sama dengan anda"
yang saya tanyakan kalimat ke 2 bukankah menunjukkan suatu keadaan yang merendahkan diri dari sesorang kepada orang lain yang ia ajak berdiskusi namun kenapa dianggap juga merupan suatu bentuk kesombongan si pemberi pernyataan???
trims... Anumodana..

berikut ini saya copy-paste dari Samyutta Nikaya 22:49. Buku 3 (Khanda Vagga).
http://dhammacitta.org/perpustakaan/samyutta-nikaya-khotbah-khotbah-berkelompok-sang-buddha/

Quote49 (7) Soṇa (1)

Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di Rājagaha di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai. Kemudian Soṇa putra perumah tangga mendekati Sang Bhagavā.... Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada Soṇa putra perumah tangga:

"Soṇa, ketika petapa dan brahmana manapun juga, dengan berdasarkan pada bentuk – yang tidak kekal, penderitaan dan mengalami perubahan – menganggap diri mereka: 'aku lebih mulia,' atau 'aku sama dengan,' atau 'aku lebih hina,' apakah maksudnya kalau bukan berarti tidak melihat segala sesuatu sebagaimana adanya?66

"Ketika petapa dan brahmana manapun juga, dengan berdasarkan pada perasaan ... berdasarkan pada persepsi ... berdasarkan pada bentukan-bentukan kehendak ... berdasarkan pada kesadaran – yang tidak kekal, penderitaan dan mengalami perubahan – menganggap diri mereka: 'aku lebih mulia,' atau 'aku sama dengan,' atau 'aku lebih hina,' apakah maksudnya kalau bukan berarti tidak melihat segala sesuatu sebagaimana adanya?

"Soṇa, ketika petapa dan brahmana manapun juga tidak, dengan berdasarkan pada bentuk – yang tidak kekal, penderitaan dan mengalami perubahan – menganggap diri mereka: 'aku lebih mulia,' atau 'aku sama dengan,' [49] atau 'aku lebih hina,' apakah maksudnya kalau bukan berarti melihat segala sesuatu sebagaimana adanya?

"Ketika petapa dan brahmana manapun juga tidak, dengan berdasarkan pada perasaan ... berdasarkan pada persepsi ... berdasarkan pada bentukan-bentukan kehendak ... berdasarkan pada kesadaran – yang tidak kekal, penderitaan dan mengalami perubahan – menganggap diri mereka: 'aku lebih mulia,' atau 'aku sama dengan,' atau 'aku lebih hina,' apakah maksudnya kalau bukan berarti melihat segala sesuatu sebagaimana adanya?

[...]

Catatan Kaki:

66 Ini adalah tiga keangkuhan: kelebihan, kesetaraan, dan kekurangan.


kata 'keangkuhan' di sutta tersebut dan di artikel yang kamu baca, berasal dari kata 'māna'. "Māna" ada tiga jenis, yaitu: menganggap diri ini lebih tinggi, lebih rendah, dan sama dibanding orang lain.

Penerjemahan kata 'māna' menjadi "keangkuhan" di sini, sebetulnya tidak pas. Tapi tidak tau juga, apa kata yang pas.. Intinya sih, ini kesalahpahaman karena masalah penerjemahan.

__________________

Quote from: DeNova on 13 April 2014, 10:55:16 PM
baru2 ini saya membaca artikel di suatu buku buddhist yang mengatakan bahwa mengatakan 3 kalimat yang berbeda dapat berarti suatu kesombongan...
contoh:1. "Saya lebih pandai dari anda"
2. "Saya lebih bodoh dari anda"
3. "Saya sama dengan anda"

walaupun tidak mengucapkan kalimat tersebut, saat introspeksi diri masing-masing bisa ketahuan apakah masih ada "keangkuhan" atau tidak. Apakah kita masih menilai diri ini lebih/kurang/setara dibandingkan orang lain? apakah masih belum melihat segala sesuatu sebagaimana adanya?

_________________

Btw, orang yang merasa lebih rendah di suatu waktu, pasti merasa lebih tinggi di waktu yang lain. Tidak mungkin tidak. Tergantung saat itu dia membandingkan dirinya dengan siapa, tergantung apa yang dipikirkannya (tentang orang itu atau tentang dirinya), dst.

Ini karena akarnya sama. Apapun bisa muncul, tergantung sikon.

K.K.

Quote from: DeNova on 13 April 2014, 10:55:16 PM
baru2 ini saya membaca artikel di suatu buku buddhist yang mengatakan bahwa mengatakan 3 kalimat yang berbeda dapat berarti suatu kesombongan...
contoh:1. "Saya lebih pandai dari anda"
2. "Saya lebih bodoh dari anda"
3. "Saya sama dengan anda"
yang saya tanyakan kalimat ke 2 bukankah menunjukkan suatu keadaan yang merendahkan diri dari sesorang kepada orang lain yang ia ajak berdiskusi namun kenapa dianggap juga merupan suatu bentuk kesombongan si pemberi pernyataan???
trims... Anumodana..

"Keangkuhan" di sini bukan dalam makna sehari-hari yang kita gunakan di mana kita menganggap diri tinggi dan orang lain rendah, tapi di sini adalah sebuah pengukuhan akan eksistensi/keberadaan "diri". Jadi dalam konteks ini, orang rendah diri pun memiliki 'keangkuhan' yang memandang adanya identitas 'diri' (yang dalam hal ini lebih rendah dari orang lain).

DeNova

Quote from: Kainyn_Kutho on 14 April 2014, 09:37:39 AM
"Keangkuhan" di sini bukan dalam makna sehari-hari yang kita gunakan di mana kita menganggap diri tinggi dan orang lain rendah, tapi di sini adalah sebuah pengukuhan akan eksistensi/keberadaan "diri". Jadi dalam konteks ini, orang rendah diri pun memiliki 'keangkuhan' yang memandang adanya identitas 'diri' (yang dalam hal ini lebih rendah dari orang lain).
bukankah itu suatu pernyataan seseorang yang rendah diri? (minder???)
lalu yang dikatakan melihat seperti apa adanya itu yang seperti apa?

K.K.

Quote from: DeNova on 15 April 2014, 12:46:57 AM
bukankah itu suatu pernyataan seseorang yang rendah diri? (minder???)
Tidak selalu. Kalau seseorang mengukuhkan misalnya, "saya lebih rendah setingkat dibanding Buddha Gotama", belum tentu adalah orang yang rendah diri.

Namun terlepas dari itu semua, ketika kita mengukuhkan posisi diri kita, posisi orang lain, kemudian membandingkannya, maka di situ sudah ada potensi kesombongan (mana).


Quotelalu yang dikatakan melihat seperti apa adanya itu yang seperti apa?
Memahami semua fenomena bukan "aku", bukan "milikku", bukan "diriku".


DeNova

Quote from: Kainyn_Kutho on 15 April 2014, 09:29:02 AM

Memahami semua fenomena bukan "aku", bukan "milikku", bukan "diriku".

Tidakkah seperti penyangkalan diri? kalau berbeda dimana poin utama bedanya?
Dengan begitu apakah dapat dikatakan bahwa umat buddhist tidak diperkenankan memiliki sesuatu sebagai milik pribadi?

William_phang

#1956
Quote from: DeNova on 15 April 2014, 02:34:14 PM
Tidakkah seperti penyangkalan diri? kalau berbeda dimana poin utama bedanya?
Dengan begitu apakah dapat dikatakan bahwa umat buddhist tidak diperkenankan memiliki sesuatu sebagai milik pribadi?


Saya coba ikut jawab... saya kurang tau tentang penyankalan diri.....
Tetapi 5 kelompok unsur kehidupan ini muncul karena ada kondisi.....jd tidak ada "diri" yang kekal.

Jika apa pun dianggap sebagai "diri" kita, maka itu pasti tunduk pada kendali kehendak kita; akan tetapi, karena kita tidak dapat mengatur kelima kelompok unsur kehidupan sesuai kehendak kita, maka mereka semua tunduk pada penyakit dan oleh karena itu pasti bukan diri kita

http://dhammacitta.org/dcpedia/SN_22.59:_Anattalakkhana_Sutta



K.K.

Quote from: DeNova on 15 April 2014, 02:34:14 PM
Tidakkah seperti penyangkalan diri? kalau berbeda dimana poin utama bedanya?
Bukan penyangkalan diri. Jika direnungkan, manakah bagian dari diri kita sendiri yang bisa ditunjuk sebagai identitas 'diri'? Semua unsurnya baik dari kesadaran, pikiran, perasaan, ingatan, maupun jasmaninya, semuanya adalah bagian dari proses yang berubah, tidak ada yang tetap. Karena tidak ada yang tetap, maka tidak ada yang bisa dianggap sebagai diri.

Dalam konteks sehari-hari, tentu saja yang disebut identitas diri itu ada, yaitu kumpulan batin-jasmani yang berproses ini.


QuoteDengan begitu apakah dapat dikatakan bahwa umat buddhist tidak diperkenankan memiliki sesuatu sebagai milik pribadi?
Apa yang kita sebut sebagai "milik" hanyalah sebuah kondisi yang disepakati bersama saja. Ketika kondisi berubah, maka yang tadinya "milik kita" bisa jadi "milik orang lain". Misalkan pacar kita sebut sebagai 'milik kita' sesuai kondisi 'komitmen & sama-sama suka', namun ternyata dia dijodohkan oleh orangtuanya, maka kondisinya berubah dan jadilah 'milik orang lain'.

Apakah umat Buddha tidak boleh memiliki sesuatu? Tidak ada larangan demikian sama sekali. Memiliki sesuatu yang diperoleh bukan dengan cara yang tidak baik, sah-sah saja. Hanya saja perlu diingat pada hakikatnya kita tetap tidak bisa 'memiliki' apapun sehingga pikiran tidak cenderung pada melekati.


btj

Quote from: DeNova on 15 April 2014, 02:34:14 PM
Tidakkah seperti penyangkalan diri? kalau berbeda dimana poin utama bedanya?
Dengan begitu apakah dapat dikatakan bahwa umat buddhist tidak diperkenankan memiliki sesuatu sebagai milik pribadi?


Permisi ikutan juga ya.
Jika tidak ada yang namanya diri, tidak ada diri yang sesungguhnya, atau tidak ada inti diri kekal (anatta) karena apa yang disebut sebagai diri adalah terdiri dari unsur-unsur yang bukan diri, maka pertanyaan bahwa "apakah umat buddhist tidak diperkenankan memiliki sesuatu sebagai milik pribadi," dengan sendirinya akan menjadi tidak valid dong?
Oleh karena si pemilik sendiri kan tidak ada/tidak valid.

Dan karena kita memang tidak dapat menemukan diri yang kekal, maka dapat dikatakan bahwa memang demikian adanya, bukanlah penyangkalan.

The Ronald

Quote from: DeNova on 15 April 2014, 02:34:14 PM
Tidakkah seperti penyangkalan diri? kalau berbeda dimana poin utama bedanya?
Dengan begitu apakah dapat dikatakan bahwa umat buddhist tidak diperkenankan memiliki sesuatu sebagai milik pribadi?


ini yg jd ambigu bagi kebanyakan org..kadang bisa salah..

ajaran Buddha, pointnya yaitu ini bukan aku, ini bukan diriku, ini bukan milik ku

sedangkan ada 2 pandagan extreem yg di tolak yaitu..
1. tidak ada diri (nihilisme)
2. ada diri (eternalis)

nah ajaran bukan aku, bukan milik ku, bukan diri ku, kadang di salah artikan menjadi tidak ada diri..klo pake sisitim urut-urutan seh nyambung..klo semua bukan diri ku..apakah diri itu ada? simplenya org jawab tidak

tp dlm sutta pertanyaan ini tidak di jawab...krn akan menyebabkan pandagan nihilisme atau kebingungan bagi yg bertanya..

jd aku sebaiknya tetap di term bukan aku, bukan milik ku, bukan diri ku ...dan bukan pada.."tidak ada diri" atau "penyangkalan diri" dan sejenisnya...

...

btj

Mungkin karena manusia sudah terbiasa dengan pikiran dualitasnya, kalau ada berarti tidak mungkin tidak ada, kalau tidak ada berarti tidak mungkin ada.
Orang-orang sulit menerima sisi yang apa adanya (nondualitas).

jimmy my

Sorry ksalahan saya,pertanyaan diatas jd double..m0h0n m0derator delete aja pertanyaan diatas.

Mau tany lg neh

1.apa bedany antara TEKAD kuat pertapa gotama wakt meditasi brsama 4pertapa..dgn TEKAD kuat pertapa gotama wakt meditasi slah mendapat dana mkanan dari sujata?
Sepertiny 2duany trmasuk extrim(keras)..tekat yg ke 1 sampai hanya mkn nasi shari 1butir.tekat yg ke 2 juga tidak akan brhenti meditasi walaupn sampai mati(puasa jg sampai skian lama)
2.apa penjelasan budhist mengenai benda2 gaib yg mempunyai kekuatan seperti keris,batu keramat,dll

M0h0n bantuanny senior2..anum0dana
Sabbe Dhamma Nalam Abhinivesaya

.:::::.
'^_^'
(_/l\_)
.(_l_).

Kelana

Quote from: jimmy my on 31 May 2014, 05:55:32 AM
Sorry ksalahan saya,pertanyaan diatas jd double..m0h0n m0derator delete aja pertanyaan diatas.

Mau tany lg neh

1.apa bedany antara TEKAD kuat pertapa gotama wakt meditasi brsama 4pertapa..dgn TEKAD kuat pertapa gotama wakt meditasi slah mendapat dana mkanan dari sujata?
Sepertiny 2duany trmasuk extrim(keras)..tekat yg ke 1 sampai hanya mkn nasi shari 1butir.tekat yg ke 2 juga tidak akan brhenti meditasi walaupn sampai mati(puasa jg sampai skian lama)

Dalam riwayat kehidupan Buddha baik dari RAPB maupun sumber lainnya, pada waktu menjelang Pencerahan tidak dikatakan bahwa Petapa Gotama bertekad untuk tidak makan, tetapi bertekad untuk tidak mengubah posisi. Tekad itu adalah kebulatan "hati" untuk mencapai sesuatu. Kekuatan Tekad bisa saja sama tetapi cara menjalaninya bisa berbeda.
Jadi yang berbeda adalah caranya.

Quote2.apa penjelasan budhist mengenai benda2 gaib yg mempunyai kekuatan seperti keris,batu keramat,dll
Yang pernah saya dengar (bukan berdasarkan literatur resmi), konon benda-benda tersebut memiliki kekuatan karena ditransfer energi. Bagaimana caranya? Saya tidak tahu.

Demikian.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

jimmy my

Quote from: Kelana on 04 June 2014, 08:20:43 AM
Dalam riwayat kehidupan Buddha baik dari RAPB maupun sumber lainnya, pada waktu menjelang Pencerahan tidak dikatakan bahwa Petapa Gotama bertekad untuk tidak makan, tetapi bertekad untuk tidak mengubah posisi. Tekad itu adalah kebulatan "hati" untuk mencapai sesuatu. Kekuatan Tekad bisa saja sama tetapi cara menjalaninya bisa berbeda.
Brtekad untuk tdk mengubah posisi..tp mis lapar gk ada yg bwkan makanan sampai wafat pun gk akan branjak dr t4 dudukny..sama jg lah kykny...tetap extrim..
Sabbe Dhamma Nalam Abhinivesaya

.:::::.
'^_^'
(_/l\_)
.(_l_).

Kelana

Quote from: jimmy my on 04 June 2014, 05:17:53 PM
Brtekad untuk tdk mengubah posisi..tp mis lapar gk ada yg bwkan makanan sampai wafat pun gk akan branjak dr t4 dudukny..sama jg lah kykny...tetap extrim..

Tidak ekstem (sangat keras) menurut saya, keras/kuat ya. Tapi jika Anda katakan ekstrem ya silahkan. Tidak ekstem karena seperti yang disampaikan bahwa cara yang dilakukan memang tidak ekstrem. Dan Ia sudah tahu akan mencapai Pencerahan pada waktu tidak lebih dari 1 hari. Petapa Gotama sudah bermimpi pada malam sebelumnya. Jadi Ia tidak akan duduk lama-lama di sana sampai mati. Dan sekali lagi tekad adalah kebulatan "hati", dan diperlukan dengan kadar yang kuat agar seseorang benar-benar melakukan sekuat tenaga apa yang ingin ia capai.

Itu saja yang dapat saya sampaikan.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -