[Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha

Started by K.K., 13 March 2009, 04:41:20 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ENCARTA

anak dan isteri berserta ibunya juga diberikan, emang anak isteri dan ibunya bodoh apa wakkaaaa

coedabgf

sperti kasus di gunung kemukus misalnya, berzinah agar permohonan doa terkabul.
atau bersenggama agar mengalami kesembuhan. atau bersenggama agar mencapai kesucian kepada pemimpin atau sesama atau persyaratan penyembahan tuan dewa-dewi yang disembah dsbnya misalnya.
iKuT NGeRumPI Akh..!

Indra

Quote from: coedabgf on 26 April 2009, 11:45:40 AM

buat ilustrasi saja, bgmn klo anak perawanmu diminta oleh orang jahat/cabul?

Sdr. Coedabgf, komentar2 anda cukup berbobot dalam suatu diskusi, namun tiba-tiba muncul komentar kekanak2an di atas, ini yang menggangu saya. ini tentu saja sah jika tokoh dalam kisah yg dikutip Sdr. fabian adalah Sdr. Fabian sendiri. karena kisah itu adalah kutipan dari sumber lain, yaitu Tipitaka, maka tantangan anda ini menjadi tidak valid.

tidak perlu menjawab postingan ini, silahkan lanjut...

coedabgf

#48
maaf bro indra saya sedikit menjelaskan cara saya,  ilustrasi itu saya gambarkan dengan sebagai sesuatu yang jelas terlihat/ekstrim atau sangat berbeda, supaya jelas terlihat maksudnya. (mungkin sih bisa saja menimbulkan ketersinggungan) tetapi klo tersinggung kemungkinan karena bisa melihat dengan jelas/jernih tinggal ego masing-masing dah yang main.
iKuT NGeRumPI Akh..!

Indra


fabian c

#50
Saudara Tula yang baik,

Quotesip.. harusnya begitu ya ...., perlu berlatih lebih lagi .....

tp mengenai ke 2 anak itu, bukannya anak itu adalah bukan diri sendiri yg bisa di beri2kan sesuka hati ? anak tersebut kan jg punya hak utk menentukan hidupnya sendiri ? koq seolah2 jadi ortu itu jadi TUAN bagi anak2 nya ?

Saya tahu ini kutipan yang agak ekstrim dan akan mengundang banyak pertanyaan, tetapi memang itulah yang terlintas di pikiran saya pada saat itu.

Banyak hal di dunia ini yang tak sesuai dengan cara berpikir kita, misalnya beberapa pria mengawini wanita yang sama (poliandry) yang dainggap wajar jika dilakukan di Tibet dan Eskimo.

Demikian juga dengan apa yang dilakukan Bodhisatta. Manusia jaman dahulu menganggap bahwa isteri dan anak adalah milik mereka. Bedakan dengan nilai sekarang, seperti di Amerika umpamanya. Di salah satu aliran Protestan di sana mereka sudah tidak mengindahkan hirarki hubungan antara anak dan ayah, sehingga mereka memanggil ayah mereka dengan namanya. Umpamanya Ali anak Badu maka Ali memanggil Badu dengan namanya: Badu.. Badu... (bukan ayah.. ayah...), ini disebabkan mereka beranggapan semua manusia dilahirkan sama dan sederajat, jadi mereka menganggap Ali dan Badu sederajat.

Kita bisa mengerti bahwa kita di Indonesia tidak menganggap isteri atau anak sebagai milik kita ( karena bukan berdasarkan asas kepemilikan), tetapi kita marah bila isteri atau anak kita diganggu kan? bagaimana jka isteri atau anak orang lain yang diganggu? Mungkin kita tidak marah (karena menganggap bukan milik kita) Jadi secara tidak langsung kita juga menganggap anak dan isteri kita sebagai milik kita.

sukhi hotu,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

bond

Quote from: coedabgf on 26 April 2009, 01:40:06 PM
maaf bro indra saya sedikit menjelaskan cara saya,  ilustrasi itu saya gambarkan dengan sebagai sesuatu yang jelas terlihat/ekstrim atau sangat berbeda, supaya jelas terlihat maksudnya. (mungkin sih bisa saja menimbulkan ketersinggungan) tetapi klo tersinggung kemungkinan karena bisa melihat dengan jelas/jernih tinggal ego masing-masing dah yang main.

Dari sudut manakah anda memandang kebenaran? telah kah anda menembusi kebenaran itu? Apakah Anda telah terbebas dari ego. Apakah anda dari umat awam memandang yg belum terbebas atau yg telah terbebas? ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

coedabgf

bro Bond,
ya... saya bilang pandangan pengalaman diri sendiri saja dah, yang gampang, normal-normal, wajar-wajar, gak jelimet berbelat belit sukar bagi orang awam untuk sampai ke pengertian disana (kecuali yang bukan normal/atau mungkin disebut yang sudah bijaksana ;D) saja.\


semoga teman-teman bisa memaklumi kesederhanaan pemahaman saya
iKuT NGeRumPI Akh..!

Hendra Susanto

antara sederhana dengan kemalasan mencari kebenaran beda tipis dan ini terjadi pada anda yang hanya dengan kata 'percaya' sudah cukup.

inilah yang namanya sederhana?? :))

coedabgf

^
topiknya ini bro..., kenapa melenceng lagi? why?
apa perlu dibuat kronologisnya lagi?

Quote from: bond on 27 April 2009, 01:30:53 PM
Quote from: coedabgf on 26 April 2009, 01:40:06 PM
maaf bro indra saya sedikit menjelaskan cara saya,  ilustrasi itu saya gambarkan dengan sebagai sesuatu yang jelas terlihat/ekstrim atau sangat berbeda, supaya jelas terlihat maksudnya. (mungkin sih bisa saja menimbulkan ketersinggungan) tetapi klo tersinggung kemungkinan karena bisa melihat dengan jelas/jernih tinggal ego masing-masing dah yang main.

Dari sudut manakah anda memandang kebenaran? telah kah anda menembusi kebenaran itu? Apakah Anda telah terbebas dari ego. Apakah anda dari umat awam memandang yg belum terbebas atau yg telah terbebas? ^-^
iKuT NGeRumPI Akh..!