Ajaran Sunnata Dalam Theravada

Started by Kelana, 14 November 2007, 09:51:04 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Suchamda

Quote from: hudoyo on 01 June 2008, 09:56:18 AM
Quote from: Suchamda on 01 June 2008, 09:52:29 AM
Bukan. Bukan itu yang saya maksudkan dengan belajar.
Belajar adalah segala sesuatu proses yang kita lalui untuk mencapai suatu titik pada saat kini.

Saya tidak berpendapat demikian. ...

Menurut saya, untuk berhenti tidak perlu belajar apa pun. ... Ketika disadari bahwa segala sesuatu yang selama ini kita pelajari ternyata hanya kesesatan belaka ... itulah berhenti. ... Jadi tidak ada proses belajar untuk berhenti ... Untuk berhenti hanya diperlukan sadar/eling.

Salam,
hudoyo

Pak Hudoyo, saya ingin melanjutkan dialog ini. Ada bbrp hal yang menurut saya perlu pemahaman yg lebih baik.

Berhentinya pikiran adalah sadar/eling. Tapi bukankah bahwa dalam prakteknya, kita tidak bisa berhenti secara serta merta untuk jangka waktu yang panjang. Paling-paling hanya sekejap-sekejap saja dalam kesadaran. Disamping itu, untuk berhenti tentu tidak bisa dengan suatu kemauan sadar (voluntary). Bagi orang2 yang belum bisa menangkap kiatnya, tentu perbincangan semacam ini tidak ada artinya.
Lagipula, kehausan memupuk pengetahuan itu tidak bisa / jarang yg bisa menyadarinya untuk diberhentikan secara serta merta. Hal ini sangat berkaitan erat dengan keinginan / nafsu untuk mencapai pencerahan.
Melakukan hal ini sepertinya justru akan sangat menakutkan bagi kebanyakan orang.

Oleh karena itu, untuk menuju kepada 'aktualisasi berhenti' tersebut, orang-orang yg sudah telanjur belajar agama Buddha, memerlukan suatu pijakan konseptual yg bisa memberinya rasa nyaman. Inilah yang saya maksud dengan 'belajar'.

Bukankah demikian yg terjadi senyatanya di lapangan?
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

tesla

semoga rekan Suchamda terbebas dari penderitaan. :)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Suchamda

"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

tesla

oh kebetulan sekali bertemu dg cerita ini, semoga bermanfaat:

Quoteini ada cerita menarik...

ini tentang seorang perempuan barat yang kemudian menjadi bhiksuni dalam tradisi tantrayana tibet...

setelah bertahun-tahun mempelajari mantra, puja dan meditasi... bahkan mungkin sudah lebih dari sepuluh tahun...

pada suatu saat bhiksuni ini di wawancarai oleh satu majalah barat...

pertanyaannya ...

setelah sekian lama anda melakukan semua itu dan melakukan meditasi ,
apa saja yang telah anda dapatkan ?


bhiksuni ini menjawab...

semestinya yang ditanya bukan apa saja yang telah saya dapat kan...
tapi apa saja yang telah saya lepaskan...


semoga membantu rekan2 sekalian, Buddha mengajarkan melepaskan, Buddha tidak pernah mengajarkan mendapatkan.

_/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

hudoyo

Quote from: Riky_dave on 01 June 2008, 11:31:28 AM

Kalau Pak hudoyo mulai beljar drmn??(Dipanggil pak ketuaan gk ya??^^)
_/\_

hehe ... saya lahir tahun 1943 ... tampaknya belum terlalu tua, ya? ... :)

Saya dulu mulai belajar sutta pitaka, abhidhammattha-sangaha ... selama bertahun-tahun saya belajar itu ...

Tetapi setelah saya menjalankan vipassana dengan intensif ... saya sadar bahwa ternyata saya telah membuang waktu saya yang berharga selama bertahun-tahun ... ternyata bahwa pengetahuan yang telah saya kumpulkan selama bertahun-tahun itu harus saya buang lagi ketika saya masuk ke dalam vipassana ... Jadi sia-sia saja saya belajar selama itu.

Dengan demikian, saya lalu mengajar MMD ... maksud saya, agar umat Buddha yang serius ingin mencapai pembebasan tidak mengulangi lagi kesalahan dan kesia-siaan yang telah menghabiskan bertahun-tahun dari hidup saya. ... :)

Salam,
hudoyo

El Sol

Quote from: tesla on 01 June 2008, 12:04:20 PM
Quote from: El Sol on 01 June 2008, 10:54:57 AM
Fanatics VS Fanatics...

;D

pemenangnya~~...

FANATICS...

CONGRATS...
Wah, menurut saya El Sol lah yg paling paham soal Fanatics di sini.
saya yakin ketika master Fanatics membaca dg teliti lagi, ada yg hilang di sana.

coba lihat jawaban2 di sini. ada unsur2 kebencian tidak?

oh ya, biasanya kamu akan menjawab 'munafik'. yah okelah.
tapi coba kamu lihat jawaban munafik ini kebenaran atau ketidakbenaran.
kalau kamu binggung, coba kamu tanyakan.

_/\_
did I say i'm not one of the fanatics? -_-"


tesla

Quote from: El Sol on 01 June 2008, 03:40:41 PM
did I say i'm not one of the fanatics? -_-"

I didn't see you said such :)

next question?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

asunn

terima kasih atas diskusinya pak hud, suchamda, tesla dan lain2x....
banyak sharring yg bermanfaat :)

hudoyo

#113
Quote from: Suchamda on 01 June 2008, 01:17:21 PM
Pak Hudoyo, saya ingin melanjutkan dialog ini. Ada bbrp hal yang menurut saya perlu pemahaman yg lebih baik.

Berhentinya pikiran adalah sadar/eling. Tapi bukankah bahwa dalam prakteknya, kita tidak bisa berhenti secara serta merta untuk jangka waktu yang panjang. Paling-paling hanya sekejap-sekejap saja dalam kesadaran. Disamping itu, untuk berhenti tentu tidak bisa dengan suatu kemauan sadar (voluntary). Bagi orang2 yang belum bisa menangkap kiatnya, tentu perbincangan semacam ini tidak ada artinya.
Lagipula, kehausan memupuk pengetahuan itu tidak bisa / jarang yg bisa menyadarinya untuk diberhentikan secara serta merta. Hal ini sangat berkaitan erat dengan keinginan / nafsu untuk mencapai pencerahan.
Melakukan hal ini sepertinya justru akan sangat menakutkan bagi kebanyakan orang.

Oleh karena itu, untuk menuju kepada 'aktualisasi berhenti' tersebut, orang-orang yg sudah telanjur belajar agama Buddha, memerlukan suatu pijakan konseptual yg bisa memberinya rasa nyaman. Inilah yang saya maksud dengan 'belajar'.

Bukankah demikian yg terjadi senyatanya di lapangan?

Rekan Suchamda,

Memang benar kata Anda, ... orang tidak mungkin berhenti berpikir untuk jangka waktu panjang ... apalagi bagi para pemula ...

Yang menjadi masalah ialah, biasanya pemeditasi itu MENGHARAPKAN untuk bisa berhenti berpikir untuk waktu panjang ... Mereka lupa bahwa yang penting adalah PIKIRAN BERHENTI PADA SAAT INI ...

Lihat ... begitu licinnya si aku/pikiran ini ... instruksinya "Sadarilah pikiran/si aku pada saat ini" ... lalu diterjemahkannya menjadi, "Sadarilah pikiran/si aku terus-menerus" ... Itu kan si aku lagi yang menyelinap masuk kembali dan sekarang bertopeng/berperan sebagai seorang pemeditasi ... :)

Betul sekali, orang yang belajar Buddha-Dhamma secara intelektual belaka, itu tidak lain karena dia mencari KEPUASAN INTELEKTUAL, ... dan itu sering dikacaukannya dengan PENCERAHAN yang sesungguhnya. ...

Itulah sebabnya saya katakan, banyak orang belajar Agama Buddha untuk mengejar KEPUASAN EGO, KEPUASAN INTELEKTUAL untuk mengenyam sedikit KEBAHAGIAAN karena MERASA MENGERTI BUDDHA-DHAMMA. Mereka lupa bahwa eksistensi ini pada dasarnya adalah DUKKHA. ... Bagi saya, orang yang mempelajari Buddha-Dhamma seperti ini, sama saja seperti orang yang memegang seekor ular pada ekornya ... ia akan menderita terus. :)

Lalu Anda ingin memberikan "pijakan intelektual" yang bisa memberinya "rasa nyaman". ... Nah itulah, ... kata kuncinya adalah "yang bisa memberinya rasa nyaman" ... Silakan saja Anda coba ... saya ingin tahu, kapan orang seperti itu akan 'sadar' ... Anda punya kasus yang bisa ditampilkan? ... :)

Menurut saya, itu sama saja dengan memberikan narkoba kepada orang yang sudah kecanduan narkoba ... :)

Buat saya, sih, bagi orang yang kecanduan narkoba tidak ada obat lain daripada ... diguyur pakai air dingin. ... :)

Buktinya saya berhasil ... lihat si Riky, anak saya sekarang. ... :) ... Berkat ketajaman inteleknya, ia mampu memahami paparan saya ... lalu menerapkannya dalam batinnya sendiri. :)

Salam,
Hudoyo

Suchamda

"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

tesla

Quote from: Suchamda on 01 June 2008, 05:56:07 PM
OK, sudah jelas. Terimakasih.

turut senang Rekan Suchamda telah keluar dari garis bilangan dan melihat irrational number. :)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Riky_dave

Quote from: hudoyo on 01 June 2008, 03:31:30 PM
Quote from: Riky_dave on 01 June 2008, 11:31:28 AM

Kalau Pak hudoyo mulai beljar drmn??(Dipanggil pak ketuaan gk ya??^^)
_/\_

hehe ... saya lahir tahun 1943 ... tampaknya belum terlalu tua, ya? ... :)

Saya dulu mulai belajar sutta pitaka, abhidhammattha-sangaha ... selama bertahun-tahun saya belajar itu ...

Tetapi setelah saya menjalankan vipassana dengan intensif ... saya sadar bahwa ternyata saya telah membuang waktu saya yang berharga selama bertahun-tahun ... ternyata bahwa pengetahuan yang telah saya kumpulkan selama bertahun-tahun itu harus saya buang lagi ketika saya masuk ke dalam vipassana ... Jadi sia-sia saja saya belajar selama itu.

Dengan demikian, saya lalu mengajar MMD ... maksud saya, agar umat Buddha yang serius ingin mencapai pembebasan tidak mengulangi lagi kesalahan dan kesia-siaan yang telah menghabiskan bertahun-tahun dari hidup saya. ... :)

Salam,
hudoyo
Ngerti pak,gw seperti bapak ketika masuk forum ni(dulu agama gw selalu terkuntang kanting C0z guru agama yg menurut gw oke cm kelaz 1sma(lagian gw baru berminat ma agama Buddha paz klz 1sma).Skrg gw klz 2sma guru agama yg baru kurang tau,dia hanya fokus pada teori.Hancur deh....)Gw sadar "ego" gw sangat tinggi bagaikan katak dibawah tempurung....(dhamma hanya segumpal,sombong selangit)...
Setelah gw renungkan perlahan2,gw sadar teori penting sebagai acuan dasar tetapi yg lebih penting lagi adalah praktek meditasi(hanya dengan cara ini kita sendiri membuktikan,bukan berspekulasi dengan teori)Benar2 tercerahkan...Jd menurut pak hudoyo baiknya gimana?Gw mulai drmn?Mksd gw bljar tipitaka karena gw gk tau apa2 tentang Dhamma,Kl gw ditanya abhidhmma,sutta itu apa gw gk tau lo...Gw cuma tau hal2 umum,dr hal yg gw liat dan dengar(makanya Dhamma gw payah banget)Maksud gw sih mau bljr teorinya dulu dr Tipitaka tp gw gk tau mau mulainya dr  mana...Gw pengenya meditasi(Tp gw "ragu")...
Bagusnya pemula kayak gw mulainya dr mn ya Pak??
Terima kasih
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

tesla

iyah mo ngapain yah? gua juga binggung... yah terserah lo dah...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Riky_dave

Quote from: tesla on 02 June 2008, 08:44:59 PM
iyah mo ngapain yah? gua juga binggung... yah terserah lo dah...
Jangan gitu donk...
Kok ditelantarin??Hwaaaaaaaaaaa..............
Tdk...............
Ko tesla gimana?Apa gw jalani aja ya??
Bingung...
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Kelana

#119
Quote from: Riky_dave on 02 June 2008, 08:21:24 PM
Maksud gw sih mau bljr teorinya dulu dr Tipitaka tp gw gk tau mau mulainya dr  mana...Gw pengenya meditasi(Tp gw "ragu")...
Bagusnya pemula kayak gw mulainya dr mn ya Pak??
Terima kasih
_/\_

Jika kita ingin belajar teori, sekali lagi teori, maka teori awal adalah mengetahui apa itu perbuatan baik, bagaimana berbuat baik. Carilah dalam Tipitaka. Sang Buddha pernah mengajarkan bahwa kemoralan adalah salah satu pengkondisi ketenangan dalam meditasi. Jadi jangan berharap kita akan "berhenti" jika masih dikejar-kejar KPK karena korupsi. Seperti Angulimala berhenti dari membunuh terlebih dulu.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -