Singkat saja, Allah itu adalah suatu entitas yang tunggal, monopoli tunggal
Dharmakaya adalah dimliiki setiap Buddha , lebih dari itu dimiliki setiap makluk yg berhasil menjadi Buddha.
Bagaimana bisa sama?
Anak Tuhan (Yesus) tampil berkomunikasi dengan Allah Bapanya, itulah sebabnya Yesus memannggilnya Bapa, suatu entitas yg terpisah.
Sakyamuni sebagai Nirmanakaya, hubungannya dengan Dharmakaya adalah tak terpisahkan. Bagaikan bulan dengan representasi bayangan bulan, tak terpisahkan. Bagaimana bisa sama?
Roh Kudus adalah jiwa yang bersifat kekal abadi
Sambhogakaya adalah hasil manifestasi yang muncul dari hasil kontemplasi setiap manusia saat mencapai Pencerahan. Tanpa pencapaian itu maka Sambhogakaya tidak akan muncul. Bagaimana bisa sama?
Jadi korelasi dan interaksi antara ketiga atribut Kaya itu sudah berbeda dengan korelasi interaksi antar 3 aspek Trinitas , yang beda kenapa harus disamakan
dalam Trinitas Yesus dan ALLAH itu sama loh dan mengacu pada 1 orang....entah mana tubuh asli ALLAH atau YESUS,
menurut seorang Nasrani yg pernah saya ajak diskusi Yesus itu di bumi, sedangkan Allah itu disurga...tetapi mengacu pada satu individu..ESA
kata kasarnya, kalau di bumi dipanggil Yesus, kalau di Surga di panggil ALLAH....
Buddha mengatakan kepada ananda mengenai beberapa kotbah..disitu sudah ada para Arahat yang mengerti tentang apa yang dikatakan buddha..
coba balik ke sutta...pernahkah buddha membabarkan sesuatu yang tidak di mengerti oleh para Arahat sendiri atau tidak dimengerti oleh satu pun audience nya.
dan sampai sekarang berarti Buddha telah mengajarkan sesuatu yang useless kepada kita mengenai konsep yg tidak mungkin kita mengerti...jadi apa tujuan buddha membabarkan hal yg tidak akan kita mengerti?
ini seperti mengajar para anak TK mengenai pelajaran rumit seperti Hukum fisika. yg sudah nyata tidak akan mungkin di mengerti oleh anak TK tersebut...
apakah anak TK yg bodoh atau guru nya yg bodoh?...silahkan anda jawab sendiri.
Dalam Mahayana, Trikaya juga adalah kotbah yg diberikan Buddha, lalu mengapa awalnya harus membuat pertanyaan soal siapa yang ngerti dan tidak. Jika penjelasan anda seperti itu, maka anda sendiri telah menjawabnya.
mas chingik saya tanyakan adalah...
kenapa buddha mengajarkan ajaran yang tidak ada gunanya dan ditujukan untuk siapa ajaran ini...mohon mas chingik menjelaskan...mungkin karena pengetahuan anda ttg sutra lebih bagus dari saya. siapa tahu ada kutipan nya..mengenai ini.
setahu saya Buddha sangat bijaksana dan mengajarkan sebuah ajaran yang pasti BERGUNA.
kalau tidak dipahami oleh siapapun didunia ini...untuk apa dibicarakan.....
ini sama saja bicara pakai bahasa inggris sama Ananda, lantas Ananda mengulang bahasa inggris lagi dalam sutra.....
dan siapa yg mengerti?
Pemahaman bro sudah melenceng, jadi pertanyaan yang dibuat juga jadi aneh.
Kata siapa dharmakaya hanya dimiliki Buddha Amitabha , sedangkan Vairocana tidak ada?
Setiap Buddha memilki Trikaya.
tolong baca pertanyaan saya baik-baik....setiap buddha memiliki Trikaya...tapi mengapa menjadi rumusan demikian
dharma kaya = buddha amitabha.
sambogha kaya = Bodhisattva Avalokistesvara
nirmana kaya = buddha gotama...
mengapa bukan menjadi....................
Dharma kaya = Vairocana
Samboghakaya = boddhisattva mahasatva
nirmana kaya = Buddha gotama.
jadi kalau dikatakan
Dhammakaya merupakan sebuah hakekat kebenaran dan lambang kesunyataan, berarti rumusan terbalik tidak masalah bukan...
dan tolong di konfirmasikan....................
apakah pikiran Buddha gotama dan boddhisatva Avalokitesvara itu PARAREL atau TIDAK PARAREL?
misalkan konsep Trinitas seperti yang saya sebut di atas..
Setiap Buddha memilki Trikaya.
saya tahu dalam konsep mahayana setiap buddha memiliki Trikaya...tapi mengapa mesti rumusan nya demikian,sedangkan arti salah satu kaya misalkan Dhammakaya adalah sebuah hakekat kebenaran dan lambang kesunyataan
pertanyaan tepat bagaimana? justru ini mencerminkan pertanyaan yg tidak berbobot.
Memangnya yg namanya mengajar di alam hewan harus dituntut persis dapat dimengerti sama dengan kondisi yang bersifat manusiawi yang harus sesuai dengan logika manusia? Jataka saja sudah menunjukkan bagaimana bodhisatta sebagai hewan memiliki kesadaran khusus yg mampu mengorbankan diri. Apa bro Truth mau meledek lagi bahwa bodhisatta di Jataka itu cuma bisa ngajar hewan lain bermeditasi.
begini bro, boddhisatta terlahir di alam binatang memang memiliki sebuah kesadaran khusus....tetapi kalau dikatakan sengaja terlahir di alam binatang(ber emansipasi)
tujuan nya apa? mengajar binatang kah?jadi yg di tanyakan adalah Tujuan....
loh saya cuma minta perbedaan antara trinitas dan trikaya...
Singkat saja, Allah itu adalah suatu entitas yang tunggal, monopoli tunggal
Dharmakaya adalah dimliiki setiap Buddha , lebih dari itu dimiliki setiap makluk yg berhasil menjadi Buddha.
Bagaimana bisa sama?
Anak Tuhan (Yesus) tampil berkomunikasi dengan Allah Bapanya, itulah sebabnya Yesus memannggilnya Bapa, suatu entitas yg terpisah.
Sakyamuni sebagai Nirmanakaya, hubungannya dengan Dharmakaya adalah tak terpisahkan. Bagaikan bulan dengan representasi bayangan bulan, tak terpisahkan. Bagaimana bisa sama?
Roh Kudus adalah jiwa yang bersifat kekal abadi
Sambhogakaya adalah hasil manifestasi yang muncul dari hasil kontemplasi setiap manusia saat mencapai Pencerahan. Tanpa pencapaian itu maka Sambhogakaya tidak akan muncul. Bagaimana bisa sama?
Jadi korelasi dan interaksi antara ketiga atribut Kaya itu sudah berbeda dengan korelasi interaksi antar 3 aspek Trinitas , yang beda kenapa harus disamakan
Memang agaknya kurang cocok dengan Trinitas mas Marcedes, lebih mirip dengan konsep Atman dan Paramatman.
Bila diumpamakan Dharmakaya adalah Paramatman, yang ada pada setiap atman atau untuk lebih jelasnya setiap Atman adalah bagian dari Paramatman
Jadi bila suatu ketika seseorang mencapai pencerahan maka ia memiliki kemampuan kembali kepada Paramatman, ini seperti Dharmakaya yang dimiliki oleh setiap mahluk yang berhasil menjadi Buddha. Dharmakayanya akan kembali ke Nirvana
Menurut mas Tan, Dharmakaya ini akan selalu bersinar di Nirvana, sama dengan Paramatman yang selalu ada di Nirvana, setiap atman (atta: Pali) akan kembali ke Nirvana.
maksud saya adalah mengapa rumusannya menuju pada amitabha, avalokitesvara, gotama.....mengapa amitabha? kalau di ganti vairocana bisa kah?
kalau arti dhamma kaya adalah sebuah
lambang hakekat dan kesunyataan, memang nya vairocana bukan lambang hakekat dan kesunyataan? lalu apabedanya vairocana dan amitabha....
Proses kerja sebab akibat itu dipertimbangkan makanya baru memilih utk beremanasi. Tidak makan daging pun tidak berarti harus menunjukkan fenomena yang nyata. Sama seperti Sang Buddha menyamar jadi dewa ,mara, brahma, itu bukan fenomena nyata sebagai dewa, mara atau brahma.
bro chingik dalam Mahaparinibbana Sutta dikatakan Sangbuddha memberikan kotbah dhamma untuk memberikan pencerahan...
jadi tujuan dalam "menyamar" adalah mengajarkan dhamma kepada orang tersebut...
mungkin sudah nonton film avatar?
coba lihat, kalau SangBuddha dengan pakaiannya demikian lantas datang dan mengajar...tentu tidak mungkin di terima langsung oleh suku omaticaya/navi (err susah eja nya)
tapi SangBuddha menjelma ( berubah bentuk ) menjadi seperti mereka alias seperti jakesully memakai tubuh avatar....kemudian mengajar..barulah di terima...
disini kita ketahui tujuan dari menjelma adalah "mengajarkan dhamma/memberikan pencerahan"
kalau jadi binatang? mau di ajar sama siapa......sekiranya saya tanyakan disini adalah "tujuan" beremansipasi jadi binatang apa....
kalau disebut pertalian hukum sebab akibat...ini namanya aneh,mengapa disebut aneh?
1.anda katakan bahwa seorang boddhisatva saja sudah bebas dari hukum sebab akibat karena melakukan upaya kausalya....
2.kalau anda mengatakan masalah pertalian hukum kamma, memang semua demikian...saya pun jadi binatang dulunya juga karena pertalian hukum kamma....
jelas ini aneh kan....
tadinya anda katakan bahwa "Sengaja beremansipasi jadi binatang" sekarang berubah jadi binatang karena hukum sebab akibat....
jadi walau keinginan buddha menjadi dewa..tapi karena hukum sebab akibat di haruskan jadi nyamuk...maka buddha jadi nyamuk gitu?
kalau kata "sengaja" berarti jelas bahwa SangBuddha berpura-pura jadi binatang karena "tujuan" tertentusekarang "apakah tujuan itu?"
gitu bro..
Di Mahaparinibbana sutta dikatakan Sang Buddha menyamar menjadi kelompok mahluk manusia, dewa dan Brahma untuk mengajarkan Dhamma.
Apakah Bodhisatva hanya menyamar sebagai singa agar bisa mengajarkan Dhamma kepada hewan rimba?
tentu tidak. Lihat kisah Jataka.
Menurut bro mengapa Sang Buddha harus menyamar?
Hmm menarik.. memilih sengaja emanasi sebagai binatang untuk menjalin ikatan tali perjodohan karma baik? Bahkan didahului dengan adhitana supaya ber-emanasi jadi singa atau harimau?
Pertanyaan saya ber-emanasi jadi singa tidak makan daging, apakah ini hukum sebab akibat?
tentu saja hukum sebab akibat. Proses kerja sebab akibat itu dipertimbangkan makanya baru memilih utk beremanasi. Tidak makan daging pun tidak berarti harus menunjukkan fenomena yang nyata. Sama seperti Sang Buddha menyamar jadi dewa ,mara, brahma, itu bukan fenomena nyata sebagai dewa, mara atau brahma.
Di dalam JATAKA apakah bukan biasanya disebutkan, di dalam salah satu kelahiran-nya... tumimbal lahir (punnabhava) bukan ber-emanasi ?
Benar, Jataka menganggapnya sebagai punnabhava, tetapi dari sudut pandang Mahayana, sesungguhnya itu adalah emanasi, karena tidak mungkin seorang Bodhisatva yang telah divyakarana oleh Buddha, masih terlahir di alam rendah. Kecuali belum divyakarana, maka wajar masih terlahir di alam rendah.
Karena memang konsep di dalam sudut pandang Mahayana seperti itu, jadi harus di muncul-kan lagi istilah EMANASI... sedangkan di dalam Pali Kanon, memang sudah disebutkan persyaratan apa saja seorang bodhisatta bakal terlahir kan kembali... Kalau tidak salah, tidak akan terlahir di alam neraka, kalau terlahir sebagai binatang, tidak akan lebih kecil dari burung puyuh dan sebagainya...
Bukan soal harus dimunculkan. Itu sudah merupakan adhitana dari seorang bodhisatva, dan utk bisa sperti itu, dia harus menghancurkan kemelekatan.
Dalam Theravada tentang kelahiran di alam rendah, saya memang ingin tahu apa sebabnya. hehe..tapi blm ada ya kasi penjelasan. Masalahnya disebutkan bahwa saat setelah diramal oleh Buddha Dipankara, cita-cita agung dan Parami bodhisatva sudah Tidak Terbelokkan lagi. Istilah dalam Mahayana menyebutkan "tidak akan merosot lagi", jadi walaupun Theravada bilang belum mencapai kesucian, okela, tetapi arah Parami dikatakan sudah tidak terbelokkan. Artinya Kebajikannya tidak akan mengalami kemunduran, kalo masih ada kemerosotan/terbelokkan berarti bertentangan dengan Paraminya. Tapi kok bisa terbelokkan?
mas chingik kata "adhittana-nya tak Terbelokkan" itu berbeda dengan kata "tidak akan merosot lagi"
addhittana yg tak terbelokkan di maksud dengan "keinginan yang tak mungkin berubah" ,misalkan saya bertujuan menjadi dokter....apapun itu saya tidak akan berubah keinginan...tetap jadi dokter...
sedangkan kata "tidak akan merosot lagi" anda mungkin sudah mengerti jadi sy tak usah jelaskan...
dalam hal ini sudah berbeda...seseorang mau jadi dokter, mungkin kadang berbuat yg tidak sesuai untuk menjadi dokter, misalkan menyontek pada saat ujian....itu wajar..namanya saja belom jadi dokter..
tapi tujuannya tetap jadi dokter...
jadi wajar kalau masih terlahir di alam menderita...misalkan hewan.
opsi kedua seperti yg di katakan om Indra.....
alias menerima kamma buruk kehidupan lampau
mohon di jawab yah pertanyaan saya...
selamat hari natal....may u be happy