potongan PERBINCANGAN di dunia maya

Started by xenocross, 19 January 2009, 05:33:08 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

xenocross

Natsude Mieco wrote:

Kepada Sdr./i terkasih,

Ketika saya bergabung dengan forum ini, saya berfikir bahwa forum ini berguna untuk jadi jembatan bagi umat Buddha dengan Kristiani untuk saling memahami agama lainnya, dan menumbuhkan sikap saling toleransi dan menghormati kebaikan dari tiap2 agama. Tapi saya lihat kok jadi malah ajang jelek-menjelekan agama lainnya?

Jadi, bukannya sok bijak, tapi saya menghimbau kepada Sdr/i se-dhamma, lebih baik kita tidak usah hiraukan "manusia-manusia" buta yang hanya ingin mencari keributan, dan kita hanya menjawab Sdr/i lainnya yang benar2 ingin mengerti agama Buddha.

Untuk Sdr/i Kristiani yang benar2 ingin mengenal lebih dalam mengenai agama kami, silahkan Anda berdiskusi dengan kami dan kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberi informasi mengenai agama Buddha. Namun ada satu hal yang perlu diingat, "kosongkan cangkirmu dulu, baru kau bisa mengisi teh kedalamnya".

Dan untuk Sdr/i Kristiani yang ingin mencari keributan/permusuhan dengan rekan-rekan Buddhist, saya berharap untuk kalian berkonsentrasi dengan "saudara2" Samawi kalian dahulu, untuk memutuskan mana dari kalian yang paling benar, baru setelah semua orang mengakui agama kalian paling benar, kalian boleh coba mengacau kami.

Saya ada referensi untuk kalian sebagai ajang "berantem" yang lebih bagus, http://mengenal-kr****n.t35.com

yang dibuat oleh "saudara tiri kalian", umat islam. Siapa tahu kalian lebih puas menjelek-jelekan disana.

Untuk lebih memanaskan suasana, saya kutip salah satu halaman dari situs tsb, silahkan menikmati :

INJIL ATAU BULLSHIT (LIE) ??? 

Secara harfiah, arti kata Ibrani Injil * adalah kabar gembira. Beberapa waktu yang lalu, para sarjana alkitabiah1 di United States of America berhasil merekonstruksi peristiwa bersejarah berupa kronologi waktu kompilasi kitab-kitab kanonik yang konon dinamakan Injil. Rekonstruksi tersebut secara ringkas diikhtisarkan sebagai berikut: 


Kitab Kanonik                     Waktu Kompilasi

Markus                                         65-85 M2

Matius                                          80-90 M3

Lukas                                          80-110 M4

Yohanes                                     85-115 M5   


Yesus, yang konon menjadi actor utama dalam kitab-kitab tersebut, hidup tidak lebih dari tahun 36 M. Asumsi ini didasarkan pada kurun waktu Pontius Pilatus menjadi pejabat gubernur Yudaea dari tahun 26 hingga 36 M.6 Pontius Pilatus konon menyerahkan Yesus kepada orang-orang Yahudi untuk disalibkan.7

Dengan mengasumsikan bahwa Yesus disalib pada pertengahan masa pemerintahan Pontius Pilatus, atau sekitar tahun 30 M, bahwa waktu kompilasi Kitab Markus sekitar tahun 75 M, dan bahwa waktu kompilasi Kitab Yohanes sekitar tahun 100 M, maka terdapat kurun waktu kira-kira 45 tahun antara waktu penyaliban Yesus dan waktu kompilasi-awal Injil atau kira-kira 70 tahun antara waktu penyaliban Yesus dan waktu kompilasi-akhir Injil. 

Bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga setelah penyalibannya,8 sama sekali tidak dapat dijadikan patokan untuk menghitung kurun waktu kompilasi Injil, oleh karena dasar "kebangkitan-kembali Yesus" ini bukan didasarkan pada apa yang dinamakan fakta ilmiah, tetapi didasarkan pada ayat-ayat yang termaktub di dalam Injil. Bahkan, secara mengejutkan, beberapa kitab apokrif9 justru membantah tegas penyaliban Yesus, yang berarti tidak ada peristiwa "kebangkitan-kembali Yesus". Karenanya, satu-satunya cara penghitungan kurun waktu kompilasi Injil yang paling tepat adalah dengan menghitungnya dari peristiwa penyaliban yang konon dialami oleh Yesus ini. 

Berkenaan dengan waktu kompilasi keempat kitab kanonik, yang diduga umat kr****n sebagai Injil, maka ayat-ayat kitab kanonik berikut ini, yang secara khusus berbicara tentang Injil, patut dipertanyakan: 


Kitab Markus:   

1:14 Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah,
1:15 kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"   

1:38 Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." 
1:39 Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.   

3:14 Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil   

8:35 Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.   

10:29 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,   

13:10 Tetapi Injil harus diberitakan dahulu kepada semua bangsa.   

14:9 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."   

16:15 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. 

16:20 Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya. 

Kitab Matius:

4:23 Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.

9:35. Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.   

11:1. Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka. 
24:14 Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya."   

26:13 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."   

Kitab Lukas:   

4:43 Tetapi Ia (Yesus) berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus."
4:44 Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.   

8:1. Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia,   

9:6 Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan  Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat. 

20:1. Pada suatu hari ketika Yesus mengajar orang banyak di Bait Allah dan memberitakan Injil, datanglah imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta tua-tua ke situ,   


PERTANYAAN: 

Setelah memperhatikan ayat-ayat Injil di atas dan menimbang kronologi waktu kompilasi Injil, maka: 

1.Injil yang bagaimanakah yang diajarkan Yesus kepada manusia pada masa itu? 

2. Mengapakah Injil, yang diklaim umat kr****n sebagai Kitab Tuhan, harus ditunggu kedatangannya selama kurun waktu kira-kira 45 hingga 70 tahun setelah kepergian Yesus dari dunia?   

3. Bagaimanakah aktivitas keagamaan murid-murid dan para pengikut Yesus sebelum disusunnya Injil? Kitab apakah yang mereka pakai sebagai pedoman aktivitas keagamaan?   


Ketiga pertanyaan berstruktur di atas, harus dapat dijelaskan secara logis dan memuaskan oleh umat kr****n berkenaan dengan klaim mereka terhadap keempat kitab kanonik yang diduga sebagai Injil. Jika tidak, maka keempat kitab kanonik: Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes, patut mendapat predikat bullshit (lie).10


Persoalan-persoalan di atas menjadi semakin kacau dan rumit, oleh karena Paulus Tarsus dalam suratnya yang ke-4 kepada orang-orang di Galatia, mengaku telah menerima Injil bukan dari manusia, tetapi melalui penyataan Yesus secara langsung:

1:11. Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injilyang kuberitakan itu bukanlah injil manusia.
1:12. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.

Injil yang bagaimanakah yang diterima Paulus dari Yesus ini?


Keterangan:

1. Harus dibedakan pengertian antara "sarjana alkitabiah" dan "penganut kr****n". Seorang "sarjana alkitabiah" belum tentu seorang penganut kr****n, demikian pula sebaliknya, seorang "penganut kr****n" belum tentu seorang sarjana alkitabiah.
2. A) Duncan GB (1971) B) Davies JN (1929a) C) Moffat J (1929) D) Sundberg AC (1971) E) Pherigo LP (1971) F) Asimov I (1969) G) Mack BL (1996) H) Nineham DE (1973) I) Leon Dufour X (1983)
3. A) Duncan GB (1971) B) Sundberg AC (1971) C) Kee HC (1971) D) Leon Dufour X (1983) E) Mack BL (1996) F) Fenton JC (1973) 
4. A) Mack BL (1996) B) Asimov I (1969) C) Duncan GB (1971) D) Baird W (1971) E) Sunberg AC (1971)
5. A) Mack BL (1996) B) Duncan GB (1971) C) Shepherd MH (1971) D) Leon Dufour X (1983)
6. A) Josephus F (1988) B) Asimov I (1969) C) Baird W (1971) D) Duncan GB (1971) E) Leon Dufour X (1983)
7. Markus 15:15; Matius 27:26; Lukas 23:25; Yohanes 19:16
8. Markus 16:6; Matius 28:6; Lukas 24:6; Yohanes 20:9
9. Kitab-kitab apokrif Perjanjian Baru yang secara tegas membantah penyaliban Yesus: Barnabas, Dua Kitab Jeus, Wahyu Petrus, Risalah Kedua Set Agung, dan Perbuatan-Perbuatan Yohanes. Kitab-kitab ini merupakan bagian dari 41 kitab apokrif yang dikompilasikan dari sumber-sumber: A) Platt RH, Brett JA (eds) B) Cameron R (1982) C) Pagels E (1979) D) Robinson JM (1990) E) Hennecke E, Schneemelcher W, Wilson RM (1963) 
10. Mack BL (1996) 
Rujukan:

- Asimov I (1968): Asimov's Guide to the Bible: Volume II. The New Testament. New York, Avon Books.
- Baird W (1971): The gospel according to Luke. Dalam Laymon CM (1971b): The Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible. Nashville, Abingdon Press, 1971.
- Cameron R (1982): The Other Gospels: Non-Canonical Gospel Texts. Philadelphia, The Westminster Press.
- Davies JN (1929a): Mark. Dalam Eiselen FC, Lewis E, Downey DG (1929): The Abingdon Bible Commentary. New York, Abingdon-Cokesbury Press.
- Duncan GB (1971): Chronology. Dalam Laymon CM (1971b): The Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible. Nashville, Abingdon Press, 1971.
- Fenton JC (1973): Saint Matthew. Baltimore, Penguin Books.
- Hennecke E, Schneemelcher W, Wilson RM (1963): New Testament Apocrypha. Volume I. Gospels and Related Writings. Philadelphia, The Westminster Press.   
- Josephus F (1988): Jewish Antiquities. Dalam Majer PL (trans.): Josephus: The Essential Writings. A Condensation of Jewish Antiquities and The Jewish War. Grand Rapids, Kregel Publications.
- Kee HC (1971): The gospel according to Matthew. Dalam Laymon CM (1971b): The Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible. Nashville, Abingdon Press, 1971.
- Leon Dufour X (1983): Dictionary of the New Testament. San Francisco, Harper & Row.
- Mack BL (1996): Who Wrote The New Testament?: The Making of the Christian Myth. San Francisco, Harper.
- Moffat J (1929): The formation of the New Testament. Dalam Eiselen FC, Lewis E, Downey DG (1929): The Abingdon Bible Commentary. New York, Abingdon-Cokesbury Press.
- Nineham DE (1973): Saint Mark. Baltimore, Penguin Books.
- Pagels E (1979): The Gnostic Gospels. New York, Random House.
- Pherigo LP (1971): The gospel according to Mark. Dalam Laymon CM (1971b): The Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible. Nashville, Abingdon Press, 1971.
- Platt RH, Brett JA (eds): The Lost Books of the Bible and The Forgotten Books of Eden. New York, The World Publishing Co.
- Robinson JM (1990): The Nag Hamadi Library in English. San Francisco, Harper. Nag Hamadi, sebuah wilayah di Mesir, adalah tempat ditemukannya berbagai kitab apokrif dan dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan erat dengan gereja kr****n awal (penggalian tahun 1945). 
- Shepherd MH (1971): The gospel according to John. Dalam Laymon CM (1971b): The Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible. Nashville, Abingdon Press, 1971.
- Sundberg AC (1971): The making of the New Testament canon. Dalam Laymon CM (1971b): The Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible. Nashville, Abingdon Press, 1971. 
Kontroversi: 

* Umat Islam berkeyakinan, bahwa satu-satunya kitab yang secara khusus diwahyukan Allah kepada Yesus untuk disampaikan kepada Bani Israel adalah Injil. Sementara itu, umat kr****n beranggapan, bahwa yang dimaksud dengan Injil adalah empat kitab --dari lebih 45 kitab-- yang menjadi canon Perjanjian Baru: Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes. Klaim mereka didasarkan pada pernyataan pengantar Markus:

1:1. Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.

Serupa, tetapi berbeda warna.   

Catatan:

Penulisan inisial I pada kata Injil baik dalam Markus 1:1, Galatia 1:11, maupun dalam ayat-ayat kitab kanonik yang konteksnya dinisbahkan ke mulut Yesus, adalah dengan huruf besar. Ini menunjukkan bahwa kata Injil dalam ayat-ayat tersebut tidak dapat diterjemahkan secara harfiah sebagai kabar gembira, tetapi ia bermakna sebagai sebuah kitab.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

SS wrote:
Religion of the world
http://www.adherents.com/Religions_By_Adherents.html

<keterangan xenocross: Jadi saudara SS disini copas dari situs di atas mengenai persentase pengikut agama2 dunia, banyak banget>


xan_to wrote:
Religion of the world.

Oi mas untuk apa anda tunjukin persentase ini???? gak ngerti saya apa
tujuannya???tahun 2005 lagi, coy ini tahun 2008. Kalo tahun 500.000 SM
ajaran kr****n persentasenya 0% tahu gak....

Sebenarnya tujuan mu apa sih??? mau ngetes ajaran Buddha??? apa
manfaatnya untuk anda??? Emangnya Sang Buddha pernah meminta anda
untuk jadi muridnya??? Anda percaya/tidak anda gak masuk neraka kok???
anda kok malah sibuk. Sang Buddha muncul didunia untuk mengajarkan
kebajikkan dan lebih lanjut menunjukkan jalan Pembebasan kalo anda gak
mau ya gak kenapa2 itu pilihan anda....
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

SS wrote:

Natsude Mieco:
Ketika saya bergabung dengan forum ini, saya berfikir bahwa forum ini berguna untuk jadi jembatan bagi umat Buddha dengan Kristiani untuk saling memahami agama lainnya, dan menumbuhkan sikap saling toleransi dan menghormati kebaikan dari tiap2 agama. Tapi saya lihat kok jadi malah ajang jelek-menjelekan agama lainnya?


SS:
Ketika saya bergabung dengan forum ini saya juga berfikir demikian. Saya tahu sedikit mengenai agama Buddha dan ingin tahu lebih banyak. Kalau Sdr Meico baca semua posting saya dengan teliti, tidak ada satupun yang pakai kata-kata caci-maki atau menyindir, mengejek atau menghina. Saya tidak pernah gunakan kata-kata seperti "konyol" dsb.
Yesus Kristus mengatakan agar kita "lakukan kepada orang lain apa yang kita ingin orang lain lakukan kepada kita". Setahu saya Buddhapun pernah mengatakan yang seperti itu.
Saya anjurkan kepada semua pemillis agar pakai bahasa yang sopan. Jangan caci-maki, menyindir, mengejek apalagi menghina. Orang yang menghina orang lain, sebetulnya menghina diri sendiri. Orang yang mengatakan "konyol" kepada orang lain, sebetulnya menyatakan dirinya sendiri adalah manusia "konyol". Camkanlah itu.
Jadi marilah kita diskusi persoalan-persoalan yang menyangkut agama kr****n dan Buddha secara sopan dan beradab.

Natsude Mieco wrote:
Terima kasih responnya.

Jika Anda jujur seperti yang Anda katakan, dan benar2 ingin mengenal lebih dalam akan agama Buddha, saya rasa Anda tidak perlu membanding-bandingkan Agama kr****n dengan Buddha, atau memposting kelebihan-kelebihan Agama Anda, memberikan persentase jumlah penganut Agama Anda di dunia. Hal tersebut hanya akan membuat keruh suasana dan membuat umat BUddha di milis ini tersinggung dan jadi perdebatan agama siapa yang benar, yang saya pastikan tidak ada yang akan mengalah (Anda boleh buktikan nantinya), dan pada akhirnya tidak membawa keuntungan kepada siapa pun.
Karena masalah Agama adalah sensitif, dan jika berkaitan dengan faith (iman), kita tidak akan melihat yang kita tidak mau lihat. Saya sudah buktikan hal tersebut, dan selama 5 tahun ini saya dan istri saya yang beragama kr****n mengerti hal tersebut dan hubungan kami tetap baik.
Seperti yang saya katakan sebelumnya, jika Anda benar2 ingin mengenal Agama Buddha, Anda tanggalkan dulu semua ajaran, semua kepercayaan Anda, semua iman Anda terhadap agama Anda, anggap bahwa Anda belum memiliki agama dan kepercayaan terhadap sesuatu apapun, baru Anda bisa bertanya kepada rekan-rekan Buddhist disini, dan kami akan senang hati mencoba menjawabnya. Namun jika tujuan Anda hanya ingin mengenalkan Agama Anda, dan melemahkan iman rekan-rekan Buddhist, sehingga pada akhirnya mengikuti agama Anda, saya rasa hal tersebut sia-sia. Karena umat BUddha tidak punya iman. Kami diajarkan bahwa kami harus mempelajari sesuatu, mengerti, dan mengalaminya baru kami boleh percaya. Iman atau kepercayaan tidak penting bagi Umat BUddha. Jika memang bermanfaat, apapun ajarannya, kami akan terima, entah itu kr****n, Islam, Hindu, atau agama-agama lainnya. Namun jika tidak, kami pasti berpaling kembali ke ajaran Sang BUddha, yang selama saya pelajari, belum ada kelemahannya.

Karena ajaran Buddha lebih dari sekedar agama, kata "agama" yang melekat padanya hanya formalitas, dan hanya untuk tujuan agar mudah dimengerti manusia.

Nevertheless, jika Anda benar-benar jujur ingin mengenal & mengerti agama Buddha, saya sarankan sebelum Anda bertanya apapun kepada rekan-rekan Buddhist disini, daripada jadi konflik, saya sarankan Anda browsing dulu di internet mengenai Agama Buddha, banyak sekali website atau milis yang menjelaskan mengenai agama Buddha, dan kebanyakan yang ada disana lebih ahli, contoh : jika Anda bisa bahasa Inggris (jangan tersinggung), anda bisa download banyak ceramah dari salah satu pakar ceramah agama Buddha, Ajahn Brahm, seorang Bikhu Bule dari Inggris yang sekarang jadi Kepala Biara di Australia (bukan promosi),
coba link ini http://www.bswa.org/modules/mydownloads/viewcat.php?cid=4&min=0&orderby=titleA&show=20

Atau saya punya banyak buku Buddha, jika Anda mau, kita bisa berkenalan secara pribadi dan saya mungkin akan meminjamkan buku-buku saya untuk Anda baca.

Jika sudah membaca atau mendengar dari para ahlinya, dan Anda ingin mendiskusikan apapun yang menurut Anda tidak sesuai, then let's talk here.

Semoga Anda mengerti dan Salam Kasih.

Note: Untuk Sdr/i Buddhist se-dhamma, tolong jangan terpancing untuk marah, atau berdebat, bahkan ikut menjelek-jelekan agama lain. Karena tidak ada manfaatnya untuk perkembangan batin kita.
Khan dulu Raja Asoka pernah bilang, dalam Prasasti Batu XII :

"Seseorang seharusnya tidak hanya menghormati agamanya sendiri dan menjelek-jekekkan agama orang lain, tetapi ia harus menghormati agama orang lain untuk alasan ini atau itu. Dengan demikian ia menolong agamanya sendiri untuk berkembang juga memberikan bantuan kepada agama orang lain. Dengan melakukan hal yang sebaliknya ia menggali kuburan bagi agamanya sendiri dan juga merugikan agama-agama lain. Siapa saja yang menghormati agamanya sendiri dan menjelek-jelekkan agama lain, melakukannya karena kesetiaan kepada agamanya sendiri, berpikir: 'Aku akan memuliakan agamaku.' Akan tetapi dengan melakukan hal itu justru sebaliknya melukai agamanya sendiri lebih parah. Jadi rukunlah, sungguh patut dipuji: Marilah semua mendengar, mau mendengar ajaran yang dinyatakan oleh orang lain."

Bahkan dulu Guru besar kita pernah mengajukan syarat kepada seseorang yg memohon menjadi muridNya agar tetap menyokong mantan gurunya.

Salam Kasih (metta)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Natsude Mieco:
Kepada Sdr SS,

Menyambung email saya sebelumnya, jika Anda benar2 ingin mengenal Agama Buddha, tanpa maksud merendahkan atau menjelekan, saya ingin berbagi sedikit, di bawah ini ada contoh ceramah yang diberikan oleh Ajahn Brahm (sudah dijelaskan sebelumnya) yang mungkin sedikit menjawab pertanyaan Anda, apakah Buddhisme Ilmiah? Maaf, jika Anda kesulitan membaca dalam bahasa Inggris, tolong info saya, saya akan coba menerjemahkannya dalam bahasa Indonesia :


BUDDHISM AND SCIENCE
by Ajahn Brahmavamso
________________________________________
Based on a talk given by Ajahn Brahmavamso to lay people at the Dhammaloka Buddhist Centre, Nollamara, Western Australia, on 19th of October 2001

Sometime ago, I was invited to the West Perth Observatory as part of the Centenary Federation celebrations in Western Australia. The youth groups of W.A. organised all the events. One of the events they presented was entitled 'Our Place in Space'. The idea was to try and find out whether the future would be one which followed science or one which would follow religion. They wanted to see how those two, so called contradictory approaches to life, would pan out into the future. So they invited representatives from a couple of religions. I represented the Buddhists, and a teacher from a prestigious Christian school represented the Christians. The State Astronomer and a young person from the University of WA, who was about to get a PhD in physics, were also on the panel, representing Astronomy and Physics. What they didn't know was that before I was a monk I was a theoretical physicist. So, I knew what Buddhists know and I also knew what they know. It was a bit unfair, but really good fun. It was good fun talking to the audience about Buddhism, religion and science, and how they come together. There are dangers in religion and science, but they can be used to help people to find a way through their lives in wise, compassionate and effective ways.

The End of the Universe
I started by explaining a few things about Buddhism that many people do not know. Buddhism is so extensive that there are still many things that people in the West don't know about this great religion, especially from the old Scriptures, the suttas. For instance, do you know who the first man in space was? No, it certainly wasn't Yuri Gagarin. It was Venerable Rohitassa! (AN IV, 45)

I think you all know that if you really get your meditation together, it is possible to levitate. One of the stories in the suttas tells the story of a hermit who lived alone in the forest. He developed his meditation and learned how to rise into the air and fly. This particular hermit wasn't just an ordinary levitator, he was one of the best levitators there has ever been. He took levitation to new heights and 'raised the bar', as it were! Because he could go so fast, it was said faster than an arrow, he decided to try and find out where the universe ends. He flew for many, many, many years, and he still could not find the end of the universe. He went beyond the solar systems into deep space using the power of the mind. People often say that's just belief. It's just not real. But later on I'll mention a few facts that show that it probably was real and certainly possible. He went on for many tens of years, and died on the way, never finding an end to the universe.

Being reborn in one of the heavenly realms Venerable Rohitassa came to the Buddha and told him the story of his previous life. That as a hermit, he'd levitated and flew on "for ever and ever and ever", dying on the journey without reaching the end of the cosmos. He was not the first cosmonaut or astronaut, he was the first monkanaut! The Buddha rebuked him, saying that that's not the way to find the end of the universe. Instead, the Buddha emphatically said that the beginning and the end of the universe can only be found by investigating within. This gave the answer to one of the questions that people so often ask of Buddhists: "Who do Buddhists believe created this universe?" A scientist would reword the same question as, "What is the origin of this universe?" The answer is that the beginning and end of the universe are to be found within your own body and mind. You are its creator!


Remembering Past Lives
Buddhism is founded on meditation, and meditation can reveal many, many things, especially deep memories from the past. Monks, nuns, and ordinary meditators can reach such deep meditations that they can not only levitate, but they can remember previous lives! Many people can actually do this. When you come out of a deep meditation you have incredible energy. Afterwards you won't be able to go to sleep, nor will you be able to go and watch TV, because the mind will be too full of its own joy and happiness. Moreover, the mind is so empowered that you can make suggestions to it, suggestions that you would not normally be able to fulfill. But empowered by deep meditation, you can follow the suggestions. I've actually taught this special meditation to people on meditation retreats, because on meditation retreats some get deep results. People sometimes get memories of when they were babies, and then of being in their mother's womb. If they are lucky they get memories of when they were a very old person, i.e. memories from a past life! One of the important things with those past life memories is that they are very real to the person experiencing them. It's as if you are back there experiencing it. Anyone who has had a memory like that has no doubt in their mind about past lives. It's not a theory any more. Such memories are like remembering where you were this morning when you had breakfast. You have no doubts that that was you this morning, having that breakfast. You didn't imagine it. With the same clarity, or even greater clarity, you remember that that very old person was you, only it wasn't a few hours ago, it was many decades ago. It was a different time, a different body and a different life. Now if people can do that on nine day meditation retreats, imagine what you would do if you were a monk or a nun, who meditates not just for a weekend, or for nine days, but nine years, twenty-nine, thirty-nine, or fifty-nine years. Imagine how much power you could generate in that meditation. Now imagine how much more power you could generate if you were a Buddha with an Enlightened mind.

Now you know what to do to discover for yourself if you've lived before. Meditate. I don't mean just meditating to get rid of stress and make your self calm. I mean really meditate, deeply. Meditate to get your mind into what we call the Jhanas. Those are deep states of absorption, where the body disappears. You don't feel. You can't see. You can't hear. You're absolutely inside the mind. You have no thoughts but you are perfectly aware. You are blissed out. The method, the instructions for the experiment, are very clearly laid down. Even in my little book "The Basic Method of Meditation" all the steps are there. Follow them, and invest the resources necessary for doing that experiment not just one weekend retreat, but many weekend retreats, and sometimes many years of meditating. If you want to follow that 'scientific method', you have to enter into a Jhana. And then, after you emerge from that state, you ask yourself, "What is my earliest memory?" You can keep going back in your mind, and eventually you will remember. You will see for yourself the experience of past lives. Then you know. Yes, it is true! You have had the experience for yourself.

The Buddha said he did remember past lives, many past lives, many aeons of past lives. He said specifically that he remembered ninety-one aeons. That's ninety big bangs, the time before and the time afterwards, huge spaces of time. That's why the Buddha said there was not just one universe, but many universes. We are not talking about parallel universes as some scientists say. We are talking about sequential universes, with what the Buddha called sanvattati vivattati. This is Pali, meaning the unfolding of the universe and the infolding of it, beginnings and endings.

The suttas even give a measure for the lifetime of a universe. When I was a theoretical physicist, my areas of expertise were the very small and the very large; fundamental particle physics and astrophysics. They were the two aspects that I liked the most, the big and the small. So I knew what was meant by the age of a universe and what a 'big bang' was all about. The age of a universe, the last time I looked in the journals, was somewhere about seventeen thousand million years. In the Buddhist suttas they say that about thirty seven thousand million years is a complete age. When I told that to the state astronomer he said yes, that estimate was in the ball park, it was acceptable. The person who was the convener of the Our Place in Space seminar made a joke about the fact that a hundred or two hundred years ago, Christianity said the universe was about seven thousand years old. That estimate certainly isn't acceptable, the Buddhist one is!

It is remarkable that there was a cosmology in Buddhism twenty-five centuries ago that doesn't conflict with modern physics. Even what astronomers say are galaxies, the Buddha called wheel systems. If any of you have ever seen a galaxy, you will know there are two types of galaxy. First, there is the spiral galaxy. The Milky Way is one of those. Have you seen a spiral galaxy? It is like a wheel! The other type is the globular cluster, which looks like a wheel with a big hub in the middle. 'Wheels' is a very accurate way of describing galaxies. This was explained by someone twenty five centuries ago, when they did not have telescopes! They didn't need them, they could go there themselves!

There is a lot of interesting stuff in the old suttas, even for those of you who like weird stuff. Some times people ask this question, "Do Buddhists believe in extra terrestrial beings, in aliens?" Would an alien landing here upset the very foundation of Buddhism? When I was reading through these old suttas I actually found a reference to aliens! It's only a very small sutta, which said that there are other world systems with other suns, other planets, and other beings on them. That's directly from the Anguttara Nikaya. (AN X, 29)

Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

The Ghost in the Machine
During the seminar at the West Perth Observatory, one of the audience put their hand up and asked, "Why is it that when I look through a telescope I feel that my religion is challenged?" She was a Catholic. She explained that she felt scared when she looked through a telescope, because what she saw did not agree with what she read in her bible. As a Buddhist you don't need to be afraid. I took that question and turned it back on to the scientists by asking, "What if you looked through the opposite end of the telescope to investigate the one who is looking? I think you scientists would be scared. You would be afraid if you turned the telescope inwards and looked into yourselves, and asked who is looking at all of this?" Part of the problem with science is that it is all 'out there'. It's always a person looking through the telescope, looking at the apparatus, but never reflecting back to see who is actually looking at all this. Who is doing this?

When the discussion was starting to get a bit dull, I decided to stir up the State Astronomer by talking about life. Any scientists here would know that quantum mechanics, or quantum theory, describes the world as composed of wave functions. The wave function specifies the probability of an observable event. However, when life gets involved, when an observation is made, the wave function collapses and reality as we know it occurs. There has to be observation, a life there, to make it happen. The quantum theory needed an observer, a life, to give meaning to the equations. After the quantum revolution in physics, an objective universe, independent of life, became nonsensical.

Another fundamental law of physics is called the Second Law of Thermodynamics, which says that entropy always increases. In other words, life gets more disordered, even more chaotic. However, recently someone won the Nobel Prize for proving an exception, that when there is a closed system that includes life, entropy decreases! Life gives order to chaos. That disproved the Second Law of Thermodynamics. Because of life we get organisation rather than disorder. The universe is a closed system and it has got life in it. That's why there is organisation.

When I was at university, life was what the physicists called, the 'ghost in the machine'. The 'ghost in the machine' is what messed up all the objective theories. This ghost scared the lab-coats off many a scientist!

Following Beliefs Blindly
This method that we take as science in the universities, in the labs, and in the hospitals often suffers from the same disease as religion dogmatism. You know what religious dogmatism is like. We have a belief and whether it fits with experience or not, whether it's useful or not, whether it's conducive to people's happiness, harmony, and peace in the world or not, we follow it just because that's our belief. But following beliefs blindly, dogmatically, is just a recipe for violence and suffering.

One of the beautiful things about Buddhism that encouraged me to become a Buddhist when I was young, and which keeps me as a Buddhist now, is that questioning is always encouraged. You do not need to believe. In one of the tales from the ancient texts the Buddha gave a teaching to his chief monk, Venerable Sariputta. After giving the teaching, the Buddha asked his chief monk, "Sariputta, do you believe what I just taught?" Sariputta, without any hesitation, said "No I don't believe it, because I haven't experienced it yet". The Buddha said, "Well done! Well done! Well done!" That is the attitude to encourage in all disciples, either of religion or science. Not to believe, but to keep an open mind until they've had the true experience. This attitude goes against dogmatism, it runs counter to fundamentalism, which one doesn't only see in religion, but which one also sees in science.

'The eminence of a great scientist', the old saying goes, 'is measured by the length of time they obstruct progress in their field'.

The more famous the scientist, the more prominent they are, the more their views are taken to be gospel truth. Their fame stops other people challenging them; it delays the arrival of a better 'truth'. In Buddhism when you find a better truth, use it at once.

The Problem with Dogmatism

There is an old story, from the time of the Buddha, about two friends who went looking for treasure in a town that had been abandoned. (DN 23.29) First they found some hemp and decided to make two bundles of that hemp and carry it away. They would be able to sell it when they got back home. Soon after they had made these big bundles of hemp they came across some hempen cloth. One of the men said, "What do I need the hemp for? The cloth is better". The other man said, "No this is already well bound up, I've carried it for so long already, I'll keep my load of hemp". Then they found some flax, some flaxen cloth, some cotton, and some cotton cloth, and each time the man carrying the hemp said, "No, the hemp is okay for me", while his friend changed his load for that which was more valuable. Later on they found some silver, and then some gold. Each time one man would always change what he was carrying for something better, but the other man stubbornly kept his bundle of hemp. When they got home the man who carried the gold was very popular with his family. As for the man who carried the hemp, his family was not happy with him at all! Why don't we change our views, our ideas, when we see something better? The reason we don't do that is because of attachment. This is my view. We are comfortable with the old views, even though we know they are wrong. We don't really want to change. Sometimes our self image is bound up with those views. Like the scientist who is bound up with his achievements, bound up with what he's seen so far, he or she resists new ideas.

This is the problem called dogmatism. Sometimes when I talk about levitation, people say levitation doesn't exist, it's just myth. Wait until you see someone levitate! If you saw someone levitate, if the three monks here rose up about two or three feet, wouldn't that be challenging?

Sorry, we can't do that in public. It's against our rules. One of the reasons we can't demonstrate psychic powers in front of people is that if we did, someone would probably record it on a video camera and send it to a television channel. Then everybody, even from overseas, would come to Perth. Not to listen to the Dhamma, not to hear about Buddhism, but just to see the monks do their tricks. Then we would be pressured into giving demonstrations all the time. It would be like a circus, not a temple. The point is that monks are not here to demonstrate tricks.

Even if a monk did perform a miracle, many people would say: "This is just a trick. It's done with special effects. They are not really levitating". If you don't want to believe it, you won't. This is the problem with dogmatism. What you don't want to see, you do not see. When you don't want to believe it, you go into denial. This is why I say that many scientists are in denial about the nature of the mind.
 
The Boy with No Brain
This is a well known case that throws a challenge to modern science. It's the case of Professor John Lorber and the student with no brain.[1] Professor Lorber was a neurologist at Sheffield University who held a research chair in paediatrics. He did a lot of research on hydrocephalus, or water on the brain. The student's physician at the university noticed that the youth had a slightly larger than normal head, and so referred him to Professor Lorber, simply out of interest. When they did a brain scan on the student they saw that his cranium was filled mainly with cerebrospinal fluid. The student had an IQ of 126, had gained a first-class honours degree in mathematics, and was socially completely normal. And yet the boy had virtually no brain. This is not just a fabrication; research has found other people with no brains. During the first world war, when there was such carnage in the trenches of Europe. Soldiers had their skulls literally blown apart by bullets and shrapnel. It is said that the doctors found that some of the shattered heads of those corpses were empty. There was no brain. The evidence of those doctors was put aside as being too difficult to understand. But Professor Lorber went forward with his findings, and published them, to the great disturbance of the scientific community. Billions of dollars are going into research on the brain. Current views hold that imbalances in the brain are causing your depressions, your lack of intelligence, or your emotional problems. And yet here is evidence that shows you don't need much of a brain to have an excellent mind.

A doctor friend in Sydney discussed this case with me once. He said he'd seen those CT scans, and confirmed that the case was well known in the medical community. He explained that that boy only had what was called a reptilian brain stem. Usually, any baby born with just a reptilian brain stem, without the cortex and the other stuff, will usually die straight away or within a few days after birth. A reptilian brain stem is not capable of maintaining basic bodily functions such as breathing, heart or liver. It's not enough to keep the higher brain functions going. It's not enough for speech, not enough for intelligence, certainly not enough for being an honours student in mathematics. This doctor said, "Ajahn Brahm, you wouldn't believe the problem that this is causing in my field of science. It shatters so much past research. It is challenging so many drug companies that are making billions of dollars in profits". Because dogmatic scientists can't understand how a person with virtually no brain can be intelligent, they are just burying the findings at the back of the filing cabinet, classifying it as an anomaly. But truth just won't go away.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

The Mind and the Brain
As soon as you start to include the mind, this 'ghost in the machine', in the equations, scientists tend to become discomfited. They take refuge in dogma, and say, "No, that cannot exist". I really took the Sate Astronomer to task over such dogmatism in science.

As far as Buddhism is concerned there are six senses. Not just the five senses of science, namely sight, sound, smell, taste and touch but in addition the mind. From the very beginning in Buddhism, mind has been the sixth sense. Twenty-five centuries ago, the sixth sense was well recognised. So this is not changing things to keep up with modern times; this was so from the very beginning. The sixth sense, the mind, is independent of the other five senses. In particular the mind is independent of the brain. If you volunteer to have a brain transplant with me you take my brain and I take your brain I will still be Ajahn Brahm and you will still be you. Want to try it? If it was possible and it happened, you would still be yourself. The mind and the brain are two different things. The mind can make use of the brain but it doesn't have to.

Some of you may have had out of the body experiences. These out of the body experiences have recently been the subject of mainstream scientific research. Out of the body experiences are now a scientific fact! I like to stir people up by saying things like that. Recently I saw that Dr. Sam Parnia, a researcher from the University of Southampton Medical School, has given a paper, stating that consciousness survives death.[2] He said that he did not know how it happens, or why it happens, but, he says, it does happen. His evidence was gathered from people who have had out of the body experiences in his hospital. Dr Parnia, investigated and interviewed many, many patients. The information which they gave him, as a cool headed scientist, said yes, those people were conscious during the time they were dead. What was especially very convincing was that often they could actually describe to the doctor the medical procedures that were done during the time when they were clinically dead. They could describe it as if they were looking at their body from a position above the table. But how that happens Dr. Parnia can't explain. Why it happens he can't explain. But other medical findings also support the above. Finally, their findings replicated the work done earlier by Dr. Raymond A. Moody in the United States.[3]

The evidence proved to those hard nosed doctors that out of body experiences do happen. But how could they happen? If we agree that the mind can be independent of the body, then we have a plausible explanation. The brain doesn't need to be functioning for a mind to exist. The scientific facts are there, the evidence is there, but a lot of scientists don't like to admit those facts. They prefer to close their eyes because of dogmatism.

Come and See for Yourself
If you had just one person who had been confirmed as medically dead who could describe to the doctors, as soon as they were revived, what had been said, and done during that period of death, wouldn't that be pretty convincing? When I was doing elementary particle physics there was a theory that required for its proof the existence of what was called the 'W' particle. At the cyclotron in Geneva, CERN funded a huge research project, smashing atoms together with an enormous particle accelerator, to try and find one of these 'W' particles. They spent literally hundreds of millions of pounds on this project. They found one, just one 'W' particle. I don't think they have found another since. But once they found one 'W' particle, the researchers involved in that project were given Nobel prizes for physics. They had proved the theory by just finding the one 'W' particle. That's good science. Just one is enough to prove the theory.

When it comes to things we don't like to believe, they call just one experience, one clear factual undeniable experience, an anomaly. Anomaly is a word in science for disconcerting evidence that we can put in the back of a filing cabinet and not look at again, because it's threatens our world view. It undermines what we want to believe. It is threatening to our dogma. However, an essential part of the scientific method is that theories have to be abandoned in favour of the evidence, in respect of the facts. The point is that the evidence for a mind independent of the brain is there. But once we admit that evidence, and follow the scientific method, then many cherished theories, what we call 'sacred cows' will have to be abandoned.

When we see something that challenges any theory, in science or in religion, we should not ignore the evidence. We have to change the theory to fit the facts. That is what we do in Buddhism. All the Dhamma of the Buddha, everything that he taught, if it does not fit the experience, then we should not accept it. We should not accept the Buddha's words in contradiction of experience. That is clearly stated in the kalama Sutta. (AN III, 65) The Buddha said do not believe because it is written in the books, or even if I say it. Don't just believe because it is tradition, or because it sounds right, or because it's comforting to you. Make sure it fits your experience. The existence of mind, independent of the brain, fits experience. The facts are there.

Sometimes, however, we cannot trust the experts. You cannot trust Ajahn Brahm. You cannot trust the scientific journals. Because people are often biased. Buddhism gives you a scientific method for your practice. Buddhism says, do the experiment and find out for your self if what the Buddha said is true or not. Check out your experience. For example, develop the method to test the truth of past lives, rebirth and reincarnation. Don't just believe it with faith, find out for yourself. The Buddha has given a scientific experiment that you can repeat.

Until you understand the law of kamma, which is part of Buddhism, kamma is just a theory. Do you believe that there is a God 'up there' who decides when you can be happy or unhappy? Or is everything that happens to you just chance? Your happiness and your suffering in life, your joy, your pain and disappointments, are they deserved? Are you responsible or is it someone else's fault? Is it mere chance that we are rich or poor? Is it bad luck when we are sick and die at a young age? Why? You can find the true answer for yourself. You can experience the law of kamma through deep meditation. When the Buddha sat under the Bodhi tree at Bodhgaya, the two knowledge's he realized just before his Enlightenment were the knowledge from experience of the truth of rebirth, and the knowledge from experience of the Law of kamma. This was not theory, not just more thinking, not something worked out from discussions around the coffee table this was realization from deep experience of the nature of mind. You too can have that same experience.

All religions in the world except Buddhism maintain the existence of a soul. They affirm a real 'self', an 'essence of all being', a 'person', a 'me'. Buddhism says there is no self! Who is right? What is this 'ghost in the machine'? Is it a soul, is it a being, or is it a process? What is it? When the Buddha said that there is no one in here, he never meant that to be just believed, he meant that to be experienced. The Buddha said, as a scientific fact, that there is no 'self'. But like any scientific fact, it has to be experienced each one for themselves, paccattam veditabbo viññūhi. Many of you chant those Pali words every day. It is basic scientific Buddhism. You have to keep an open mind. You don't believe there is 'no self', you don't believe there is a 'self' both beliefs are dogmatism. Keep an open mind until you complete the experiment. The experiment is the practice of sila, samadhi and pañña, (virtue, meditation and insight). The experiment is Buddhist practice. Do the same experimental procedures that the Buddha did under the Bodhi tree. Repeat it and see if you get the same results. The result is called Enlightenment.

Men and women have repeated that experiment many times over the centuries. It is in the laboratory of Buddhist practice that the Enlightened Ones, the Arahants, arise. The Arahants are the ones who have done the experiment and found the result. That's why Buddhism always has been the scientific way. It is the way of finding out for your self the truth of Enlightenment.

Buddhism is also the scientific way of discovering the truth about happiness, what most people are interested in. What is happiness? Some students from our local Islamic school came to visit our monastery a short while ago. I performed a little party trick for them, which was also an illuminating way to demonstrate the existence of the mind. I was trying to explain Buddhism, so I asked them:

"Are you happy? Put your hands up if you are happy now".

At first there was no response. Then one person responded and raised their hand.

"Oh! You're all miserable?" I said "Only one person, come on! Are you happy or not?"

More students put there hands up.

"Okay, all those people who put their hands up saying they are happy, with your index finger can you now point to that happiness? Can you give it coordinates in space?" They couldn't locate that happiness.

It's hard to locate happiness, isn't it? Have you ever been depressed? Next time you are depressed, try to point to that feeling with your index finger! You will find that you cannot locate depression, or happiness, in space. You cannot give it coordinates, because these things reside in the mind, not in the body, not in space. The mind is not located in space. That's why after a person dies, if they become a ghost they can appear all over the world immediately. People sometimes ask me, "How can that happen?" How can a person who dies, say in New York, appear immediately in Perth? It is because the mind is not located in space, that's why. This is why you cannot point to happiness, you cannot point to depression, but they are real. Are you imagining the happiness? Do you imagine the depression? It's real. You all know that. But you cannot locate it in three dimensional space. Happiness, depression, and many other real things, all live in mind-space.

The mind is not in the brain, it's not in the heart. We have seen that you could have no brain but still have a mind. You could take out your heart, and have a bionic heart, or a heart transplant, and you would still be you. This understanding of the mind is why Buddhists have no objection at all to cloning. You want to clone me, go for it! But don't think that if you clone Ajahn Brahm that you'll be able to have one Ajahn Brahm who goes to Singapore this evening, another one who stays in Perth for next Friday night's talk, plus one who can stay in Bodhinyana monastery, one who can go to Sydney, and one who can go to Melbourne. If you clone me, the person who looks like me will be completely different in personality, knowledge, inclination, and everything else. People clone Toyota cars in the same way. They look exactly the same but the performance really depends on the driver inside the car. That's all cloning is, it's just a replicating a body. Sure it looks the same, but is the body all that a person is? Haven't you seen identical twins? Are identical twins the same personality? Have they got the same intelligence? Have they got the identical inclinations? Do they even like the same food? The answer is usually no.

Why do people have this problem about cloning? Clone as much as you want. You are just creating more bodies for streams of consciousness to come into. Those streams of consciousness come from past lives. What's the problem? You would never be able to predict the result. Suppose you took Einstein's brain, extracted some of his DNA, and cloned a new Einstein. He might look the same, but I guarantee he won't be half as clever.

If people want to proceed with stem cell research, which is going to help humanity, then why not? In stem cell research there is no 'being' involved. The 'being' hasn't come in yet. In Buddhism, it is understood that the 'being' descends into the mother's womb at any time from conception until birth. Sometimes it doesn't even go into the womb at all and the foetus is stillborn. The objections to stem cell research are dogmatic, unscientific, and uncompassionate. They're foolish as far as I'm concerned. I think sometimes that I would tear my hair out if I weren't a monk.

If you want to look at the scientific evidence for rebirth, check out Professor Ian Stevenson. He spent his whole life researching rebirth on a solid scientific basis at the University of Virginia.[4] Chester Carlson, the inventor of xerography, (encouraged by his wife) offered funds for an endowed chair at the University to enabled Professor Stevenson to devote himself full-time to such research. If it weren't for the fact that people do not want to believe in rebirth, Dr. Ian Stevenson would be a world famous scientist now. He even spent a couple of years as a visiting fellow of Magdalene College in Oxford, so you can see that this is not just some weird professor; he has all of the credentials of a respected Western academic.

Dr. Stevenson has over 3000 cases on his files. One interesting example was the very clear case of a man who remembered many details from his past life, with no way of gaining that information from any other source. That person died only a few weeks before he was reborn! Which raises the question, for all those months that the foetus was in the womb, who was it? As far as Buddhism is concerned, the mother kept that foetus going with her own stream of consciousness. But when another stream of consciousness entered, then the foetus became the new person. That is one case where the stream of consciousness entered the mother's womb when the foetus was almost fully developed. That can happen. That was understood by Buddhism twenty five centuries ago. If the stream of consciousness doesn't enter the mother's womb, the child is a stillborn. There is a heap of evidence supporting that.

Science and Buddhism
When a Buddhist looks through a telescope, they are not scared by what they might find. They are not scared of science. Science is an essential part of Buddhism. If science can disprove rebirth, then Buddhists should give up the idea of rebirth. If science disproves non-self, and shows there is a self, then all Buddhists should abandon non-self. If science proves there is no such thing as kamma, but instead there is a big God up in the sky, then all Buddhists should believe in God. That is, if it's provable science. Buddhism has no sacred cows. However, I encourage you to do those experiments for yourselves. I'll bet you will find out that there is no one 'in there'. You will find out about kamma. You will find out you've been here before, that this is not your first life. If you don't behave yourselves in this life, you'll have another life to come yet. Do you think you are finished with nappies, with school? Do you really want to go through all that again? If not be careful.

So, here is my thinking about science and Buddhism. I think that Buddhism is pure science, a science that doesn't stop 'out there', but also investigates the mind, the 'being', the 'ghost in the machine'. And it doesn't disregard any anomalies. Buddhism takes everything as its data, especially experience, and looks at it scientifically. It is incredibly successful.

One of the reasons why people celebrate science is because of all of its achievements in technology. One of the reasons why Buddhism is growing these days is because of all of its achievements in the 'technology of the mind'. It solves problems. It explains mental difficulties. Buddhism succeeds in solving those inner problems because it has all these strategies, these ancient 'gizmos', which actually work. If you try some of these Buddhist gizmos, you will find out for yourself that they produce the goods, they solve your inner suffering and pain. That is why Buddhism is growing. I think that Buddhism will supplant science!

Thank you very much.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

Natsude Mieco
Kepada Sdr. SS,

Lebih lanjut lagi, saya akan mengutip dua artikel Buddha untuk menjelaskan kepada Anda betapa ilmiahnya ajaran Sang Buddha, bahkan lebih ilmiah dibanding ilmu pengetahuan tsb :
Artikel 1 dari http://www.mail-archive.com/dharmajala [at] yahoogroups.com/msg04601.html :
Ivan Taniputera, 30 Maret 2006

Ilmu pengetahuan telah berkembang dengan begitu pesatnya pada seratus
tahun terakhir ini, para ilmuwan-ilmuwan besar Abad 20 telah tampil
di muka bumi ini, seperti: Albert Einstein, Schroedinger, Rutherford,
Niels Bohr, Stephen Hawking, dan lain sebagainya. Mereka telah secara
dramatis mengubah pemahaman kita akan alam semesta beserta isinya ini
Penemuan para
ilmuwan besar di Abad 20 terbukti sama seperti apa yang
telah diajarkan 2500 tahun yang lalu oleh seorang Pangeran dari India
yang telah mencapai Penerangan Sempurna, yang kemudian digelari
Buddha. Buddha mengajarkan beraneka prinsip yang terbukti amat dekat
dengan kosmologi dan fisika modern.
Para ilmuwan dewasa ini telah menetapkan bahwa alam semesta kita
merupakan serangkaian pengembangan, penciutan, pengerutan, serta
penghancuran berupa ledakan besar (big bang) yang berlangsung secara
terus menerus tanpa akhir. Atau suatu rangkaian
fenomena yang tidak
berujung pangkal. Sang Buddha telah mengajarkan hal yang sama 2500
tahun yang lalu, marilah kita melihat apa yang Beliau babarkan dalam
Bhayaberava Sutta ( Sutta ke 4 dari Majjhima Nikaya ):

Ketika pikiran terkonsentrasiKu dengan demikian termurnikan, tidak
tercela, mengatasi semua kekotoran, dapat diarahkan, mudah diarahkan,
serta tenang, Aku memusatkannya pada kelahiran-kelahiran yang lampau,
satu,
dua,Â.... Ratusan, ribuan, banyak kalpa dari penyusutan dunia,
banyak kalpa pengembangan dan penyusutan dunia.

Dari sini kita langsung memahami bahwa proses penyusutan dan
pengerutan tersebut berlangsung sangat lama., yang mana apa yang
disebut "kalpa" adalah satuan waktu India
Kuno yang berlangsung
selama miliaran tahun.
Selanjutnya ilmu pengetahuan dewasa ini telah mengungkapkan akan
banyaknya galaksi-galaksi dan dunia-dunia lain, secara mengagumkan
Sang Buddha juga telah mengajarkan hal yang sama sekitar 2500 tahun
yang lalu. Marilah kita baca Ananda Sutta (Angutara Nikaya III, 8,80):

Ananda apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika loka dhatu
(tata surya kecil) ? ....... Ananda, sejauh matahari dan bulan
berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan
bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Di dalam
seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu
Sineru, seribu jambudipa, seribu Aparayojana, seribu
Uttarakuru, seribu Pubbavidehana ....... Inilah, Ananda, yang
dinamakan seribu tata surya kecil (sahassi culanika lokadhatu). *
Ananda, seribu kali sahassi culanika lokadhatu dinamakan "Dvisahassi
majjhimanika lokadhatu".
Ananda, seribu kali Dvisahassi majjhimanika
lokadhatu dinamakan "Tisahassi Mahasahassi Lokadhatu".
Ananda, bilamana Sang Tathagata mau, maka ia dapat memperdengarkan
suara-Nya sampai terdengar di Tisahassi mahasahassi lokadhatu,
ataupun melebihi itu lagi.

Sesuai dengan kutipan di atas dalam sebuah Dvisahassi Majjhimanika
lokadhatu terdapat 1.000 x 1.000 = 1.000.000 tata surya. Sedangkan
dalam Tisahassi Mahasahassi lokadhatu terdapat 1.000.000 x 1.000 =
1.000.000.000 tata surya. Alam semesta bukan hanya terbatas pada satu
milyard tata surya saja, tetapi masih melampauinya lagi. Ajaran ini
benar-benar sesuai dengan kosmologi modern.
Sang Buddha juga telah mengajarkan aneka bentuk galaksi-galaksi yang
ada di alam semesta ini sebagaimana yang ada pada Sutra Avatamsaka
bab 4:

Putera-putera Buddha,
sistim-sistim dunia (galaksi) tersebut memiliki
aneka bentuk dan sifat-sifat yang berbeda. Jelasnya, beberapa di
antaranya bulat bentuknya, beberapa di antaranya segi empat
bentuknya, beberapa di antaranya tidak bulat dan tidak pula segi
empat. Ada perbedaan [bentuk] yang tak terhitung. Beberapa bentuknya
seperti pusaran, beberapa seperti gunung kilatan ahaya, beberapa
seperti pohon, beberapa seperti bunga, beberapa seperti istana,
beberapa seperti makhluk hidup, beberapa seperti BuddhaÂ....

Galaksi yang berbentuk seperti pusaran misalnya galaksi kita sendiri,
Bima Sakti dan Andromeda. Yang berbentuk seperti makhluk hidup
misalnya Nebula Kepala Kuda (Horse Head Nebula).
Keberadaan sinar kosmis telah dinyatakan pula dalam Avatamsaka Sutra
bab IV:

Terdapat beberapa sistim dunia
Terbentuk dari permata
Kokoh dan tak
terhancurkan
Bernaung di atas bunga teratai nan berharga

Beberapa di antaranya terbentuk dari berkas cahaya murni
Yang asalnya tak dikenal
Semuanya merupakan berkas-berkas cahaya
Bernaung di ruang kosong

Beberapa di antaranya terbentuk dari cahaya murni
Dan juga bernaung pada pancaran-pancaran cahaya
Diselubungi oleh awan cahaya
Tempat di mana para Bodhisattva berdiam.

Kutipan di atas memperlihatkan bahwa Buddhisme telah mengenal alam
semesta yang terdiri dari materi dan cahaya. Kalimat "kokoh dan tak
terpecahkan" merujuk pada partikel atom yang menyusun materi. Bait
kedua di atas nampaknya mengacu pada sinar kosmis yang merupakan sisa-
sisa pembentukan jagad raya. Sementara itu bait ketiga mengacu pada
pancaran cahaya yang berasal dari benda-benda langit. Sebagai
tambahan sinar kosmis ini mulai diteliti oleh para fisikawan dari
Institut Teknologi Kalifornia
di Pasadena pada tahun 1932, dan
didapati bahwa di dalamnya terkandung partikel-partikel elementer
yang belum pernah dikenal sebelumnya. Partikel elementer merupakan
partikel tunggal yang tidak terbagi-bagi lagi, sehingga inilah
sebabnya, mengapa kutipan sutra di atas mempergunakan istilah "murni."

Sekarang marilah kita beralih
pada ilmu fisika modern mengenai
kesetaraan massa dan energi, yang mana hal ini baru menjadi subyek
penelitian para ahli fisika modern seperti: Werner von Heisenberg,
Max Planck, Albert Einstein dan lain2, pada akhir abad 19 dan
menjelang abad ke-20
Secara mengagumkan prinsip
tersebut juga telah diajarkan di dalam
Buddhisme. Sutra Hati (Sutra Prajnaparamita Hrdaya) menyebutkan:

Rupa (materi) tidak berbeda dengan kekosongan. Kekosongan adalah
tidak lain dari rupa (materi).

Hukum kekekalan massa dan energi yang mengatakan bahwa massa dan

energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan juga telah kita temui
dalam Buddhisme. Pada Sutra Avatamsaka bab 14 berbunyi:

Segala sesuatu tidak dilahirkan/ diciptakan, segala sesuatu tidak
dapat dimusnahkan.

Prinsip berikutnya di dalam fisika modern adalah saling
ketergantungan semua fenomena di dunia dengan yang lainnya
(interdepensi), interkoneksi, dan interpenetrasi antar fenomena.
Misalnya jika melihat sepotong kemeja, dapatkah kita melihat awan di
dalam sepotong kemeja? Tentu banyak yang merasa bingung apabila
ditanya masalah ini, namun kalau kita merenungkan dari mana datangnya
kemeja ini, maka kita akan mendapatkan jawabannya. Kemeja berasal
dari pohon kapas, yang mendapat sinar matahari, dan juga hujan yang
membuatnya dapat tumbuh, hujan diturunkan oleh awan. Setelah tumbuh,
kapas diambil
dan ditenun menjadi benang, benang dirajut menjadi
kain, kain menjadi kemeja, dan seterusnya. Maka jelas kita dapat
melihat sinar matahari dan awan serta hujan di dalamnya. Hal ini juga
menjadi dasar dari fisika modern, terutama kalau kita sudah memasuki
dunia partikel elementer, yaitu
misalnya positron, boson, lepton ,
dan lain-lain. Ajaibnya hal ini telah diajarkan oleh Sang Buddha pada
Sutra Avatamsaka bab 39:

Ia melihat menara tersebut benar-benar luas dan lebar, seluas seluruh
alam semesta, dihiasi dengan aneka perhiasan yang tak terhitungÂ.....
Juga di dalam menara besar tersebut ia melihat barisan ratusan ribu
menara yang serupa [dengannya], ia melihat menara tersebut sebagai
tak terbatas luasnya bagaikan angkasa, berderet-deret pada seluruh
penjuru, menara-menara ini tidak bercampur dengan yang lainnya, benar-
benar berbeda satu dengan yang lainnya. Sementara keberadaan mereka
saling tercermin pada masing-masing [menara] yang lainnya dan segala
obyek seluruh
menara yang lainnya.

Demikianlah keselarasan yang dapat kita lihat antara Agama Buddha dan
ilmu pengetahuan modern. Diharapkan bahwa artikel ini dapat
memberikan pemahaman secara ringkas dan sederhana kepada orang-orang
awam, khususnya umat Buddhis, tentang konsep kosmologi dan fisika
modern.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

Artikel kedua dari http://www.indonesiaindonesia.com/f/34679-ilmu-pengetahuan-dharma/ :

..
Ditinjau dari sudut ilmiah, sebenarnya ajaran Sang
Buddha, walaupun tidak seluruhnya dapat dibuktikan secara ilmiah,
tetapi dalam banyak hal ajaran Beliau dapat dikatakan bersifat ilmiah,
sebab dapat dibuktikan atau ditelusuri kebenarannya. Contoh ajaran Sang
Buddha yang dapat  dibuktikan secara nyata dengan fakta-fakta yang ada
adalah tentang Empat Kebenaran Mulia, PaticcaSamuppada, hukum karma dan
Tilakkhana. Bahkan teori tentang evolusi dunia dalam Aganna Sutta
(dalam Sutta Pitaka Digha Nikaya) dan tentang adanya banyak tata surya
lain di alam semesta ini telah dikemukakan oleh Sang Buddha dalam
Ananda Sutta (dalam Anguttara Nikaya) dan dalam Maha Prajnaparamita
Sutra, hampir 25 abad sebelum munculnya teori evolusi modren. Hal ini
menunjukkan bahwa memang Sang Buddha benar-benar telah mencapai
pengetahuan sempurna yang tiada bandingnya, sebagai manusia paling
bijaksana yang pernah terlahir di dunia.

Sebagai tambahan, 25 abad yang lalu, saya tekankan waktunya,
Sang Buddha telah memberitahu penyebab terjadinya gempa (Maha-Parinibbana Sutta):

14. "This great earth, Ãnanda, is established upon liquid, the liquid
upon the atmosphere, and the atmosphere upon space. And when, ânanda,
mighty atmospheric disturbances take place, the liquid is agitated. And
with the agitation of the liquid, tremors of the earth arise. This is
the first reason, the first cause for the arising of mighty earthquakes."


"Bumi yang luas ini terbentuk dari zat cair, zat cair terbentuk dari udara dan udara ada di angkasa.
Apabila udara bertiup dengan dahsyatnya, maka zat cair terguncang.
Keguncangan zat cair ini menyebabkan bumi bergetar.
Inilah sebab pertama timbulnya gempa bumi yang maha dahsyat itu."


Kemudian, dalam ilmu biologis, 25 Abad yang lalu, Sang Buddha telah mengajarkan kita bagaimana proses kelahiran seorang manusia :

Mahatanhasamkhaya Sutta
1.   "Para bhikkhu, embrio (dalam kandungan) terjadi karena penggabungan tiga hal, yaitu: adanya pertemuan ayah dan ibu, tetapi ibu tidak ada makhluk yang siap terlahir (kembali), dalam hal ini tidak ada pembuahan dalam kandungan; ada pertemuan ayah dan ibu, ibu dalam keadaan masa subur, tetapi tidak ada makhluk yang siap untuk terlahir (kembali), dalam hal ini tidak ada pembuahan dalam kandungan; tetapi ada pertemuan ayah dan ibu, ibu dalam keadaan masa subur dan ada makhluk yang siap terlahir (kembali), maka terjadi pembuahan karena pertemuan tiga hal itu.
2.   Ibu mengandung selama sembilan atau sepuluh bulan dengan penuh beban kecemasan. Selanjutnya pada akhir sembilan atau sepuluh bulan dengan penuh beban kecemasan ibu melahirkan anaknya. Ketika bayi telah lahir, ia memeliharanya dengan darahnya sendiri; karma dalam vinaya ariya, susu ibu disebut sebagai darah.

Sutra Bakti Seorang Anak

Sang Buddha mengatakan kepada Ananda, “Dengarkanlah baik-baik, dan Aku akan jelaskan hal ini kepadamu dengan terperinci. Janin tumbuh dalam kandungan selama sepuluh bulan perhitungan Candra Sengkala. Alangkah menderitanya ibu selama janin berada di situ! Pada bulan pertama kehamilan, hidup janin tidaklah menentu seperti titik embun pada daun yang kemungkinan tidak akan bertahan dari pagi hingga sore, tetapi akan menguap pada tengah hari!”
“Pada bulan kedua, janin menjadi kental seperti susu kental. Pada bulan ketiga, ia seperti darah yang mengental. Pada bulan keempat, janin mulai terwujud sedikit seperti manusia. Selama bulan kelima dalam kandungan, kelima anggota badan anak (dua kaki, dua tangan, dan kepala) mulai terbentuk. Pada bulan keenam kehamilan, anak mulai mengembangkan inti keenam alat inderanya yaitu mata, telinga, hidung, lidah, badan, dan pikiran. Selama bulan ketujuh, ke-360 tulang-tulang dan persedian terbentuk, dan ke-84.000 pori-pori rambut juga telah sempurna. Dalam bulan kedelapan kehamilan, kecerdasan dan kesembilan lubang terbentuk. Pada bulan kesembilan, janin telah belajar menyerap berbagai zat makanan. Misalnya janin dapat menyerap sari buah-buahan, akar tanaman tertentu, dan kelima macam padi-padian.”
Bagian dalam tubuh ibu adalah organ yang padat, untuk fungsi menyimpan, dan ia tergantung ke arah bawah, sedangkan organ dalam yang hampa, berguna untuk mengolah, dan ia melingkar ke arah atas. Ini disamakan dengan ketiga gunung yang terbit dari permukaan bumi. Kita boleh menyebut gunung-gunung ini Puncak Sumeru, Gunung Karma, dan Gunung Darah. Gunung-gunung analogi ini bersatu, dan membentuk satu gugusan dengan puncak-puncak ke sebelah atas dan lembah-lembah ke sebelah bawah. Begitu jugalah, pembekuan darah ibu dari organ-organ dalamnya membentuk zat tunggal yang menjadi makanan anak. Selama bulan kesepuluh kehamilan, badan janin disempurnakan dan siap untuk dilahirkan. Bila anak itu sangat berbakti, dia akan lahir dengan telapak tangannya disatukan sebagai tanda menghormat dan kelahiran itu akan aman dan baik. Ibunya tidak akan terluka oleh kelahiran itu dan tidak akan menderita kesakitan. Tetapi, bila anak itu sangat pemberontak sifatnya hingga melakukan kelima perbuatan jahat terberat, maka dia akan merusak kandungan ibunya, mengoyak jantung dan hati ibunya, dan akan tersangkut di tulang-tulang ibunya. Kelahiran itu akan seperti sayatan seribu pisau atau seperti seribu pedang tajam menikam jantungnya. Itulah kesakitan-kesakitan yang terjadi dalam kelahiran anak nakal dan yang pembangkang.

Sdr. SS, jika saja Anda mau melihat, maka Anda akan menyadari kebenaran ini.

Salam Kasih.

Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

SS wrote:
Terima kasih untuk semua posting Anda. Sebelum saya memeluk agama kr****n, saya adalah agnostik. Saya tidak bilang Tuhan ada, tetapi saya juga tidak bilang Tuhan tidak ada. Waktu itu saya pelajari semua agama besar didunia termasuk Buddhism, kr****n, Islam, Hindu dll. Saya sangat tertarik pada agama Buddha. Saya pelajari lebih dalam, bahkan pernah berusaha meditasi. Saya tidak pakai guru tetapi berdasarkan sebuah buku yang saya beli. Dalam buku itu saya disuruh kosongkan pikiran. Saya tidak pernah berhasil kosongkan pikiran. Makin saya berusaha, makin saya diganggu macam-macam pikiran. akhirnya saya berhenti.

Kemudian berdasarkan studi saya, saya terheran-heran bahwa dalam alam semesta ini begitu banyak terdapat matematika tinggi (differential, integral, deret Fourier dll). Waktu itu saya baru pelajari matematika dan fisika tinggi itu. Saya tahu Newton dan Leibnitz baru "mendapatkannya" pada abad 16. Tetapi dalam alam semesta sudah ada matematika tinggi itu jauh sebelum zaman Newton. Saya tarik kesimpulan :"Tentu ada suatu intelegensi dibalik alam semesta ini."
Dari agnostik saya beralih jadi panteis. Saya sebut intelegensi itu "cosmological God". Suatu intelegensi yang menaruh matematika dan fisika dalam alam semesta.
Kemudian lagi saya jadi kr****n. (Lihat kesaksian saya diposting terpisah).
 
Saya sudah buktikan hal tersebut, dan selama 5 tahun ini saya dan istri saya yang beragama kr****n mengerti hal tersebut dan hubungan kami tetap baik.

SS:
Menarik sekali pernyataan Anda. Waktu saya kenal istri saya, saya sudah kr****n, dan ia Buddhis. Sekurang-kurangnya di-KTP-nya tertulis Buddha. Kemudian ia jadi kr****n. Kemudian lagi ia lebih serius dalam Kekr****nan daripada saya.

Soal bahasa Inggris, saya tidak ada kesulitan. Tetapi karena panjangnya apa yang Anda forward, saya butuh waktu lebih lama untuk membaca dan mempelajarinya.
Namun demikian terima kasih untuk perhatian Anda. Singkatnya menurut Anda Buddhisme itu ilmiah?

Mengenai forward posting saya mengenai religion of the world, dimillis ini orang kr****n dicaci-maki sebagai "konyol". Apakah 33 % umat manusia semuanya "konyol"?
Termasuk Kepler,  Newton, Boyle dll ilmuwan kr****n? Apakah hanya 6% buddhis yang pandai? Ilmuwan terkenal mana beragama Buddhis?
 
Namun kalau Anda bisa buktikan dengan pengamatan dan percobaan bahwa usia alam semesta ini sudah "ber-kalpa-kalpa" usianya, saya akan pertimbangkan lagi seluruh pandangan hidup saya.
 
Salam. SS


Jun77 wrote:
mungkin bisa dilihat di sini
:http://www.physorg.com/news89399974.html

A new cosmological model demonstrates the universe can endlessly expand and contract, providing a rival to Big Bang theories and solving a thorny modern physics problem, according to University of North Carolina at Chapel Hill physicists.

"This cycle happens an infinite number of times, thus eliminating any start or end of time," Frampton said.
"There is no Big Bang."

saat ini ilmuwan masih mencari jawaban atas pembentukan alam semesta. Tapi saya google setengah mati masih belum ketemu ada ilmuwan yg bisa membuktikan alam semesta ini diciptakan Tuhan.

Kalo pak SS bisa buktikan alam semesta ini diciptakan oleh tuhan, saya pasti langsung pindah
jalur.
Tapi kalo belum bisa, maka saya masih percaya
pelajaran disekolah :
- energi tidak bisa diciptakan dan dihancurkan
- segala sesuatu adalah energi

kalo logikanya : dibalik matematika tingkat tinggi,
pasti ada intelegensia tinggi.
maka sudah tentu dibalik intelegensia tinggi, ada
intelegensia yg lebih tinggi, dst

tapi kalo otak sudah terdogma kitab suci, maka pasti
jawabnya : dibalik intelegensia tinggi, sudah tidak
ada lagi yg lebih tinggi, karena itu udah mentok ke
tuhan.

cuma dua kata : cape deh....

saya tidak tau apakah ada ilmuwan yg beragama buddha,
tapi bukankah antara IQ, EQ, SQ adalah bentuk
kecerdasan yang berbeda ?



gauss82000 wrote:

Saya tidak pernah berhasil kosongkan pikiran. Makin
saya berusaha, makin saya diganggu macam-macam pikiran. akhirnya saya berhenti.


*** Sorry, jika boleh berkomentar agaknya anda keliru dengan istilah
"mengosongkan pikiran". Meditasi ada objeknya bukan mengosongkan pikiran. Dalam
memahami Buddhisme ada dua hal yang harus digunakan : 1. Menggunakan rasio dan
2. Pengalaman empiris. Dua2nya memakai logika matematika "dan". Jika hanya rasio/intelektual saja, maka anda tidak bisa sepenuhnya memahami dan mengalami langsung apa diajarkan oleh Buddha. Pengalaman empiris yang saya maksudkan dan tekankan adalah praktik "meditasi yang benar". Kebetulan saya pribadi juga sebagai praktisi meditasi. Jika anda bermeditasi di bawah bimbingan guru adalah "cobalah bersikap mematuhi instruksi guru dan bersikap rendah hati", ini jika ingin berhasil dengan baik. Saya kebetulan pernah melihat orang yang secara intelektual cukup tinggi, tetapi ketika meditasi "Vipassana" konslet pikirannya.
Mengapa ini bisa terjadi karena faktor "kesombongan" di dalam diri yang begitu kuat, dan tanpa ia sadari melekat terhadap teori Dharma. Saat meditasi malah menganalisa masalah, bukan  mengamati" saja.
Untuk anda saya sarankan meditasi Vipassana di bawah bimbingan guru yang berpengalaman terlebih dahulu, silahkan klik lembaga    www.satipatthana-indonesia.com

***Meditasi Vipassana boleh dikatakan mengamati saja ke dalam diri bukan menganalisa/meneliti. Ini yang saya bisa katakan Buddhisme ilmiah. Dan pelajari juga "Abhidhamma" untuk teorinya. Semuanya berkaitan dengan masalah batin. Saya sarankan anda meditasi selama 10 hari penuh. Ikuti 3 kali dulu.Tekad harus kuat dalam mengikuti latihan meditasi. Sdr SS ingin lihat kebenarankan ???
Setelah itu anda baru komentar mengenai Buddhisme di sini. Ok.

Mengenai forward posting saya mengenai religion of the world, dimillis ini orang kr****n dicaci-maki sebagai "konyol". Apakah 33 % umat manusia semuanya "konyol"?Termasuk Kepler, Newton, Boyle dll ilmuwan kr****n? Apakah hanya 6% buddhis yang pandai? Ilmuwan terkenal mana beragama Buddhis?

Salah satunya Buddha sebagai ilmuwan yang terkenal di seluruh dunia kalau
boleh berpendapat. Ajaran Buddha sudah masuk ke buku2 yang di tulis oleh orang
Barat mengenai pengembangan diri, pendidikan, manajemen, biologi dan lainnya,
tetapi sudah tidak menggunakan bahasa teknis Buddhis. Lihat film "the Secret"
sebagai buktinya, lihat apa yang dibawakan oleh Mario Teguh. Dan lihat juga
khotbah dan buletin di gereja, yang sekarang mengambil ajaran Buddha lalu
mengemas ulang, sayangnya mereka tidak berani mengatakan apa yang diajarkan di
gereja adalah ajaran Buddha sekarang ini (mengenai hal ini tahu sama tahulah
karena berurusan dengan bakul nasi), khususnya mengenai pikiran/ meditasi",
MALAH SEBALIKNYA INGIN MENGAKUI INI ADALAH BAGIAN DARI KEkr****nAN dan
mengatakan ajaran Buddha tidak benar. KACANG LUPA SAMA KULITNYA, begitukah cara
berterima kasih setelah mengambil esensi dari ajaran Buddha??? Ini semua adalah
esensi ajaran Buddha mengenai "pikiran".
Saya punya cukup bukti untuk menyatakan ini. Sebenarnya saya pribadi cukup
senang dengan orang2 kr****n yang juga mengerti ajaran Buddha di gereja, tapi
cara yang tidak fair itu yang jadi masalah.

***Mengenai para ilmuwan di atas, apakah anda yakin mereka menggunakan
alkitab/instruksi gereja sebagai pedoman meneliti ??? Saya pikir tidak, mereka
menggunakan pemikiran bebas baru bisa jadi ilmuwan sejati. Manusia beragam
macamnya, cara berkomunikasi orang ditentukan oleh latar belakang budaya juga.
Saya yakin sahabat kita ini tidak bermaksud membuat anda sakit hati, kalaupun
anda merasa sakit anggaplah ini latihan melatih "kasih dan kesabaran anda pada
orang lain". Kalau tidak menemukan ini kapan anda bisa latihan ??? Sahabat
sejati adalah sahabat yang bisa membantu melatih kesabaran. Mohon maaf juga
sahabat S kalau ada yang kurang berkenan.

***Thx dan Thx juga buat sahabat Mieco yang mengingatkan.


xan_to wrote:

SS:
Saya sangat tertarik pada agama Buddha. Saya pelajari lebih dalam,
bahkan pernah berusaha meditasi. Saya tidak pakai guru tetapi
berdasarkan sebuah buku yang saya beli. Dalam buku itu saya disuruh
kosongkan pikiran. Saya tidak pernah berhasil kosongkan pikiran. Makin
saya berusaha, makin saya diganggu macam-macam pikiran. akhirnya saya
berhenti.


Xan To :
Ya pantes aja gak berhasil, orang yang dimaksud kosongkan pikiran itu
anda hanya mengamati saja bukan berpikir... Didalam "Pikiran"(bahasa
umum) ada dua hal yaitu kesadaran dan pikiran, anda harus bedakan.


SS:
Mengenai forward posting saya mengenai religion of the world, dimillis
ini orang kr****n dicaci-maki sebagai "konyol". Apakah 33 % umat
manusia semuanya "konyol"?


Xan To :
Menurut saya memang konyol tapi bukan orang2nya itu yang konyol tapi
tidakkan anda....Anda menunjukkan persentase itu untuk apa?? untuk
membuktikan kalo penganut ajaran Buddhis sedikit secara tidak langsung
berarti tidak ilmiah??? Yang namanya statistik pasti berubah-berubah
tidak bisa anda mengatakan angkanya akan tetap seperti itu..selain itu
perlu anda pahami juga, ajaran Buddhis tidak seperti ajaran kr****n
yang giat dalam penyebarannya....lebih banyak orang yang tahu Yesus
ketimbang Buddha....Bahkan teman saya saja yang ngakunya agama Buddha,
nama Sang Buddha saja dia gak tahu justru teman kr****n yang kasih
tahu. Waktu saya tahu, saya jadi rada aneh sendiri....hehehe

SS:
Namun kalau Anda bisa buktikan dengan pengamatan dan percobaan bahwa
usia alam semesta ini sudah "ber-kalpa-kalpa" usianya, saya akan
pertimbangkan lagi seluruh pandangan hidup saya.


Xan To :
Emangnya anda bisa menunjukkan perbedaanya antara botol plastik yang
didaur ulang 10 kali dengan yang didaur ulang 12 kali???
Sang Buddha mengatakan kalo alam semesta ini telah hancur(bukan
musnah) dan terbentuk kembali dalam jumlah yang sudah banyak sekali.
lagi pula permintaan anda pun terlalu tinggi mengingat teknologi
sekarang ini masih belum cukup maju untuk membuktikan usia alam
semesta yang sudah berkalpa-kalpa. Salah satunya cara ya anda belajar
meditasi yang mana selanjutnya mengembangkan Kekuatan Bathin.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

SS memberi kesaksian
<tentang perjalanan hidup menjadi kr****n. Berlanjut ke topik-topik lain. Supaya fokus, dipotong dulu>

SS wrote:
Mieco:
kayaknya Oom kurang mencoba mempelajari ajaran Buddha sebelumnya, dan menghabiskan lebih banyak waktu dan usia Oom untuk membuktikan ajaran kr****n vs Ilmiah.


SS:
Ya betul. Sejak saya jadi kr****n pada tahun 1964, saya banyak pelajari "Kekr****nan vs ilmiah". Saya telah menulis beberapa artikel mengenai ini. Diposting terpisah saya forward artikel saya yang berjudul "Teori Geosentris vs teori Heliosentris".

Saya tertarik kepada "agama" Buddha sebelum saya jadi kr****n. Tetapi baru-baru ini dimillis umum, ada beberapa Buddhis yang mengingatkan saya  kembali kepada ajaran Sang Buddha. Alamat millis inipun saya dapat dari seseorang dari millis itu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam hidup ini ratio sangat penting. Tetapi bukan satu-satunya yang penting. Kalau saya tidak salah tarik kesimpulan, Buiddha-pun mencampur adukan ratio, pengalaman dengan kepercayaan. Dengan meditasi orang bisa mencapai "sesuatu" tetapi teori-teorinya dicampur aduk dengan iman. Umpama soal pengertian "kalpa" itu tidak bisa diverifikasi/falsifikasi, tetapi harus diterima dengan "iman".
Kalau tidak salah "kalpa" adalah waktu sebuah batu sebesar 1 mile X  1 mile X 1 mile yang dibungkus dengan kain sutera, dibuka lagi, dibungkus lagi dst sampai batu itu habis. Betulkah? Itu dalam istilah sekarang disebut bermilliar-milliar tahun. Betulkah ini? Koreksi saya kalau saya slah.
Umur manusia paling-paling sampai sekitar 100 tahun. Darimana bisa selidiki milliar-miliar tahun? Tentu tidak bisa. Itu harus diterima dengan "iman". Tidak mungkin manusia bisa tahu secara ilmiah (dengan verifikasi/falsifikasi) keadaan bumi satu milliar tahun yang lalu. Sekali lagi itu adalah "iman".  Jadi kalau Sang Buddha pakai pengertian "berkalpa-kalpa" beliau refer ke-"iman". Setuju?

Salam. SS


Xan To wrote :
Jawabannya Tidak, Kalo berbicara pada masa Sang Buddha, ada kok beberapa muridnya yang juga memiliki kemampuan Supranatural seperti Buddha yang bisa mengetahui "kalpa". Perumpamaannya kayaknya salah tuh, saya baru tahu kalo yang seperti itu hehehe...Andai kata ada
banyak hal yang belum dibuktikan oleh setiap individu penganut ajaran Buddha tapi sekurang2 mereka tidak membuta dalam artian mereka terima tapi sebatas referensi...nah kalo ada orang yang emang bisa buktikan kalo ternyata bumi ini terbentuk bukan melalui evolusi tapi 6 hari
seperti di Alkitab maka tentunya kata Sang Buddha salah....Karena Sang Buddha sendiri mengatakan bahwa Bumi ini berevolusi dalam waktu yang lama baru terbentuk


SS wrote:
Teori Geosentris versus teori Heliosentris.
"Matahari, berhentilah diatas Gibeon dan engkau, bulan diatas lembah Ayalon!". Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, .........
(Yoshua 10:12b-13a ).

ZAMAN YUNANI KUNO.
Pada zaman Yunani kuno ada dua teori mengenai peredaran planet-planet ialah teori Geosentris yang dikemukakan oleh Aristoteles (384-322 sebelum Kristus) dan teori Heliosentris yang dikemukakan Aristarchus. Pada zaman Yunani kuno kedua teori ini saling bersaingan.

Bagi rakyat "biasa" dianggap bahwa teori Geosentris lebih realistis. Geo=bumi sentris=pusat. Mungkin pandangan ini sudah berlaku dari za man Adam dan Hawa, manusia pertama yang hidup dibumi. Sampai seka rangpun kita masih menggunakan teori Geosentris dalam percakapan sehari-hari. Bukankah kita mengatakan: "Bangun anak-anak, matahari sudah tinggi". Atau:"Pemandangan dipantai itu sangat indah waktu matahari tenggelam". Kinipun pada umumnya kita menganggap bumi yang diam dan matahari yang berputar mengelilingi bumi.

ABAD PERTENGAHAN.
Pada abad pertengahan (abad 12 s/d 15) orang-orang di-Eropah Barat sangat mendukung Aristoteles. Apa saja yang dikatakan Aristoteles dianggap mutlak benar. Dan Aristoteles mengatakan bahwa bumi adalah pusat alam semesta.

Berdasarkan pendapat Aristoteles diatas dan berdasarkan ayat Yoshua 10:12a-13b diatas, serta pandangan rakyat "biasa" pada umumnya gereja mengambil alih pandangan ini. Teori Geosentris dianggap mutlak benar.

COPERNICUS.
Pada tanggal 19 Pebruari 1473 Copernicus lahir di-Torun, Polandia. Copernicus hidup pada peralihan zaman abad pertengahan dan zaman pencerahan (renaissance). Copernicus kemudian jadi biarawan, tetapi ia juga sangat tertarik pada astronomi. Dengan alat-alat yang sangat seder hana yang ada waktu itu, Copernicus mempelajari gerakan-gerakan mata hari, planet-planet dan bintang-bintang. Tentu saja ia juga mempela jari astronomi zaman Yunani kuno. Ia menarik kesimpulan bahwa kalau mata hari yang dianggap diam dan bumi serta planet-planet yang dianggap mengelilingi matahari, lebih mudah prediksi gerakan-gerakan benda-benda dilangit. Ia menggali ulang teori Aristarchus dan menulis sebuah buku. Copernicus tahu betul betapa bahayanya mengeluarkan suatu pendapat yang bertentangan dengan pendapat gereja apalagi pendapat Paus waktu itu. Selama 30 tahun ia simpan bukunya ditempat yang terkunci, menambah pengamatan baru disana-sini. Tetapi akhirnya ia putuskan untuk menerbitkannya juga. Pada tanggal 24 Mei 1543, pada saat contoh bukunya diperlihatkan kepadanya, Copernicus menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Gereja ka****k Roma tidak memberikan reaksi sampai 70 tahun kemudian. Tetapi gereja Protestan mulai dengan Martin Luther memberikan reaksi yang sangat keras.

GALILEO GALILEI.
Galileo Galilei dilahirkan pada tahun 1564 dikota Pisa di-Italia. Galileo menjadi pendukung teori Copernicus. Pada tahun 1616 Galileo diperi ngatkan agar jangan mendukung teori Heliosentris dari Copernicus. Pada tahun 1632 Galileo menerbitkan bukunya yang diberi judul :"Dialogue concerning the two chief systems of the world". Pada musim dingin tahun 1633 ia dipanggil ke-Roma untuk menghadapi komite inkwisisi dari gereja ka****k Roma. Setelah ditahan dan dibentak-bentak selama berbulan-bulan pada tanggal 22 Juni 1933 ia diajukan kepenga dilan. Waktu itu umurnya sudah 70 tahun dan sakit-sakitan. Dalam keadaan tua, sakit dan letih ia bersedia menarik kembali dukung annya kepada teori Copernicus sambil berlutut. Ia tidak jadi dihukum mati tetapi dikenakan tahanan rumah. Pada tahun 1642 Galileo meninggal dunia dalam status tahanan rumah. Pada tahun yang sama lahir Isaac Newton.

Pengamatan-pengamatan astronomis kemudian makin lama makin banyak yang mendukung teori Heliosentris. Para rohaniwan baik ka****k Roma maupun Protestan menjadi salah tingkah. Rohaniwan generasi abad ke-18 menyalah-nyalahkan para Rohaniwan abad ke-16 dan 17. Mereka kemudian kompromi dengan teori Heliosentris Aristarchus/Copernicus/Galileo.

ASTRONOMI ABAD KE-20.
Apakah teori Heliosentris mutlak benar? Perlukah para rohaniwan meng utuk atau kompromi dengan teori Heliosentris? Mari kita pelajari hal ini lebih dalam dan lebih terperinci.

Astronomi terus berkembang. Pengamatan-pengamatan terhadap benda- benda dilangit makin lama makin bertambah. Teori Heliosentris dari Copernicus pada abad ke-16 pun telah direvisi orang beberapa kali. Copernicus berpendapat bahwa matahari adalah pusat alam semesta. Bumi berputar pada sumbu bumi dan berputar mengelilingi matahari. Planet-planet juga berputar mengelilingi matahari. Bintang-bintang lebih jauh sedikit dari planet-planet terhadap matahari dan tetap ditempatnya. Tetapi pengamatan lebih jauh menunjukkan bahwa memang untuk meramalkan gerakan planet-planet lebih mudah menggunakan teori Heliosentris daripada menggunakan teori Geosentris. Tetapi untuk menggambarkan gerakan bulan terhadap bumi, lebih mudah membayang kan bumi diam dan bulan yang berputar mengelilingi bumi. Belakangan diduga bahwa matahari hanya satu bintang dari miliaran bintang yang ada dalam suatu gugusan bintang yang juga disebut galaxy. Matahari samasekali bukan pusat dari bintang-bintang ini. Belakangan lagi diduga bahwa galaxy bukan hanya satu tetapi ada miliaran galaxy-galaxy. Galaxy dimana matahari menjadi salah anggotanya disebut juga galaxy Bima Sakti (Milky Way, Melk Weg). Belakangan lagi para astronomer menduga bahwa galaxy-galaxy yang diamati hanyalah satu gugusan galaxy-galaxy (cluster of galaxies). Ada banyak clusters of galaxies lain. Makin canggih teleskop yang dibuat orang, makin banyak didapati clus ters of galaxies ini. Alam semesta ini ternyata jauh lebih besar daripada yang pernah dibayangkan Copernicus atau Galileo. Dan kita belum sam pai pada akhir pengamatan. Setiap saat diamati hal-hal baru dalam dunia astronomi. Makin banyak kita tahu mengenai alam semesta ini, makin sadar kita akan yang kita belum tahu. Teori-teori baru dikemu kakan dan teori-teori lama bertumbangan.

Sesungguhnya kalau teori Geosentris dianggap salah, maka teori Helio sentris juga sama salahnya. Tidak ada alasan apapun untuk menganggap bahwa bumi atau matahari adalah pusat alam semesta. Untuk menggam barkan gerakan bulan atau satelit buatan terhadap bumi, paling logis ialah menganggap bahwa bumi diam dan bulan yang menge lilingi bumi. Untuk menggambarkan gerakan planet-planet, paing logis menganggap bahwa matahari diam dan planet-planet berputar mengelilingi matahari. Tetapi untuk menggambarkan gerakan bintang- bintang dalam glaxy Bima Sakti sangat tidak logis untuk mengambil matahari sebagai pusat Bima Sakti. Lebih logis menganggap bahwa ditengah-tengah Bima Sakti ada sumbu imaginair. Semua bintang-bintang dalam gugusan Bima Sakti berputar mengelilingi sumbu imaginair ini. Tetapi untuk menggamparkan gerakan galaxy-galaxy dalam cluster of galaxies, tidak logis mengambil sumbu imaginair ini. Mungkin haru diambil sumbu imaginair lain yang lebih besar. Dan sebagainya dan sebagainya.

Jadi sesungguhnya Copernicus tidak lebih benar dari Yoshua. Untuk menggambarkan gerakan matahari dan bulan terhadap orang-orang yang sedang bertempur waktu itu, Yoshua sangat logis menganggap bahwa matahari dan bulan yang bergerak dan bumi yang diam.

Jadi sesungguhnya baik Luther/komite inkwisisi maupun Copernicus/ Galileo sama benarnya atau sama salahnya. Pertengkaran antara Heliosentris dan Geosentris hanyalah ribut-ribut mengenai tidak apa-apa (much ado about nothing). Para rohaniwan tidak perlu merasa rendah diri (minder) karena peristiwa itu. Para rohaniwan juga tidak perlu kompromi dengan teori Heliosentris. Teori Heliosentris sama benarnya atau sama salahnya dengan teori Geosentris. Kebenaran atau kesalahan mereka hanya relatip. Astronomipun masih berkembang terus. Apa yang dianggap "benar" suatu saat, dapat dianggap "salah" pada saat yang lain, dan sebaliknya. Mungkin suatu saat orang kembali akan menganggap teori Geosentris lebih memuaskan daripad teori-teori lain. Suatu indikasi kearah itu ialah : "Apakah pikiran manusia ada dalam alam semesta atau alam semesta ada dalam pikiran manusia? Filsuf Berkeley mengatakan alam semesta hanya ada dalam pikiran. Kalau ini benar, maka dimana ada manusia, disitulah pusat alam semesta. Tetapi mengenai ini mungkin kita akan bahas lebih dalam lain kali.
Yang sudah lewat tidak dapat diperbaiki lagi. Yang dapat ialah mari kita belajar dari peristiwa ini. Kepada semua orang kr****n, baik rohaniwan, ilmuwan atau teolog saya anjurkan:

JANGAN MENGUTUK, TETAPI JANGAN PULA KOMPROMIKAN ALKITAB DENGAN TEORI ILMIAH YANG MANAPUN. TEORI ILMIAH TIDAK PERNAH FINAL. APA YANG DIKIRA BENAR SAAT INI, DIHARI KEMUDIAN BISA SAJA DIANGGAP SALAH DAN SEBALIKNYA. BEGITULAH ILMU PENGETAHUAN ALAM. BAIK ROHANIWAN MAUPUN ILMUWAN PERNAH MEMBUAT TAFSIRAN-TAFSIRAN YANG SALAH DARI FIRMAN ALLAH MAUPUN DARI ALAM SEMESTA. HANYA ALLAH DAN FIRMAN ALLAH ITU SENDIRI YANG MUTLAK BENAR DAN KEKAL ABADI SELAMANYA.


Dhanuttono wrote:
saya tidak pernah setuju dengan hal itu, terlalu polos untuk orang yg sangat berpendidikan jika menganalisa demikian.

pertama Buddha pernah menyatakan, jangan percaya begitu saja dengan apa yg saya katakan, tapi buktikan

kedua, konsep kalpa menunjukan suatu proses yg sangat lama, itu juga sesuai dengan pengetahuan alam, bahwa bumi ini telah berumur jutaan bahkan miliaran tahun.
sehingga jika belum bisa membuktikan, ya udah ga usah dipikirkan, ga usah di-"imani" pula, karena buddha tidak menyuruh menerima ajarannya begitu saja dan tidak meminta "percaya" membabi buta dengan setiap ucapannya tapi buktikan dulu

setidaknya kita punya gambaran yg nama ya kalpa ya begitu lama patokannya dan itu pun sesuai dengan ilmu pengetahuan, mau didebatkan toh juga kita ga punya kemampuan untuk mengalisa hal itu. masih banyak hal yg bisa dipelajari dan dibuktikan didalam buddhism.

jika buddha menggunakan pengertian "berkalpa-kalpa" itu hanya menunjukan suatu proses yg sungguh/sangat lama, tidak perlu terlalu pusing untuk meng-imani hal tersebut.

untuk apa guna membahas dan mencari tahu tentang kalpa, awal mula manusia dan alam semesta ? setelah mengetahui guna nya untuk apa ?
sekedar rasa puas/kagum ? apakah itu memberikan kemajuan untuk perkembangan bathin kita sebagai manusia ? ataukah hanya menambah beban pikiran untuk mencari tahu hal yang tidak berguna dam lupa untuk mengembangkan bathin ?
apa yg terpenting jika seseorang belajar agama ? untuk perkembangan bathin menjadi lebih baik dan berharga sehingga moral manusia pun semakin baik.
hal ini banyak yg tidak terpikirkan oleh orang, tapi hanya sibuk berkutat dalam teori ompong (kitab suci) dan sedikit tindakan tapi merasa udah banyak melakukan hal luar biasa !

salam
dhanuttono

Surjadie wrote:
Saya ingin mengomentari tulisan di bawah ini :
JANGAN MENGUTUK, TETAPI JANGAN PULA KOMPROMIKAN ALKITAB DENGAN TEORI ILMIAH YANG MANAPUN. TEORI ILMIAH TIDAK PERNAH FINAL. APA YANG DIKIRA BENAR SAAT INI, DIHARI KEMUDIAN BISA SAJA DIANGGAP SALAH DAN SEBALIKNYA. BEGITULAH ILMU PENGETAHUAN ALAM. BAIK ROHANIWAN MAUPUN ILMUWAN PERNAH MEMBUAT TAFSIRAN-TAFSIRAN YANG SALAH DARI FIRMAN ALLAH MAUPUN DARI ALAM SEMESTA. HANYA ALLAH DAN FIRMAN ALLAH ITU SENDIRI YANG MUTLAK BENAR DAN KEKAL ABADI SELAMANYA.

Kalau boleh saya ingin tau :
Apakah selain Allah/Firman Allah adalah mutlak salah dan kekal salah abadi selamanya?

Terima kasih.
Surjadie.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Brado

Nice Copas Bro Xeno..
Menurut saya ini bagus pula diketahui oleh rekan2 Buddhis dimanapun ia berada, sebagai bahan referensi dan perenungan, agar kita semua bisa lebih bersikap bijak dalam menanggapi pertanyaan2 antar lintas agama

xenocross

gak asal dicopas... ini sudah melalui proses edit kilat supaya enak dibaca... ntar kadang ada yg ga nyambung, itu karena topik melebar kemana-mana, malah dari science bisa nyambung ke konsep kehendak bebas... pusiiing.
Ada komentar kasar dari rekan buddhis yg mungkin dulunya pernah trauma dengan orang kr****n disensor... dan lain-lain. Dan yg udah jauh banget topiknya dipotong dulu...
Saya berterima kasih pada anda yg memberi semangat. Ternyata ada yg baca...
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Nevada


xenocross

junaiwan77 wrote:
http://en.wikipedia.org/wiki/Image:Worldwide_percentage_of_Adherents_by_Religion\
.png

These percentages seem contradictory to sources
referenced in WP elsewhere. E.g. the source quoted
below shows ~372MM Buddhists living in entire Asia.

According to
Demography_of_the_People's_Republic_of_China#Religion,
there are >600MM Buddhists in PRC alone. They seem
highly contradictory.


Dhanuttono wrote:
kadang-kadang saya merasa aneh :

1. dimillis ini byk orang nasrani yg mengaku mau belajar buddhism, tp
memposting kesaksian dirinya seakan ia telah menemukan agama yg luar
biasa dan biar orang lain bisa mengikuti jejaknya, setelah mendengar
dan membaca kesaksiannya. agama bagi nya adalah produk MLM yg patut
di promosikan DARIPADA agama sebagai tuntunan hidup dan kecocokan
seseorang terhadap paham ajaran dari suatu agama.

2. dalam proses yg katanya belajar, kadang-kadang memvonis bahwa
buddhism pun menuntut "iman" seperti halnya di nasrani dan meminta
persetujuan dari pihak buddhism, seakan ia yg lebih mengetahui
tentang buddhism dari pada pihak buddhism sendiri.

3. banyak promosi tentang nasrani walau sebenarnya ia mengaku sedang
mempelajari buddhim, bertolak belakang.

4. jika ada yg mengkritik atau menilai nasrani dan alkitab, tiba-tiba
kebakaran jenggot, tapi jika pihak nasrani menilai buddhism seenaknya
tanpa bukti yg kuat, ia meminta peng-iya-an

yang terparahnya muncul berbagai judgement sepihak yg ia keluarkan
hanya untuk memojokkan dan menekan buddhism (saya rasa tidak perlu
saya copy-paste kan disini, pasti rekan-rekan bisa menemukan tulisan
tersebut)

bahkan ada yg lucu lagi, diskusi dia nyata-nyata konyol tapi
dipaksakan kebenarannya, yg ia tuntut adalah semua orang percaya akan
keberadaan si yesus sebagai tuhan dan meminta semua orang untuk
percaya bahwa yesus pernah hidup di dunia dan setelah mati terbang ke
surga. jd kemana pun arah pembicaraan, ujung-ujungnya cuma bisa lari
ke arah yg sama...

banyak orang nasrani berani menyatakan "keburukan" agama lain karena
ia menilai dan memandang dari pahak agama dia, tapi ketika di balik,
ketika orang lain berani menyatakan "keburukan" agama nasrani dan
alkitab, begitu banyak orang nasrani marah dan kebarakan jenggot,
apakah itu sistem diskusi yg "beradab" ? ehm... itu sikap childish
dan selfish.

semoga tindakan dan tulisan saya ini merupakan rencana tuhan juga
terhadap umatnya, jika tidak salah, bukan kah hal ini bukan suatu
kebetulan, mengapa orang nasrani bisa masuk ke millis ini ? mengapa
pula sampai bisa berdiskusi dengan saya, bukan kah itu semua
merupakan bagian dari rencana tuhan yg indah bagi orang nasrani,
seharusnya kalo orang nasrani tersebut bijak, ia akan melihat dan
menerima kritikan dan jawaban saya yg manis ini dengan lapang dada
karena merupakan bagian dari rencana tuhan dan sadar akan ajaran
agamanya, masa lupa seh ?

salam
dhanuttono


SW wrote:
Teori Geosentris versus teori Heliosentris.

[at] SS
mau komentar akan statment anda yg tidak ADIL!!!

"JANGAN MENGUTUK, TETAPI JANGAN PULA KOMPROMIKAN ALKITAB DENGAN TEORI
ILMIAH YANG MANAPUN. TEORI ILMIAH TIDAK PERNAH FINAL. APA YANG DIKIRA
BENAR SAAT INI, DIHARI KEMUDIAN BISA SAJA DIANGGAP SALAH DAN
SEBALIKNYA. BEGITULAH ILMU PENGETAHUAN ALAM. BAIK ROHANIWAN MAUPUN
ILMUWAN PERNAH MEMBUAT TAFSIRAN-TAFSIRAN YANG SALAH DARI FIRMAN ALLAH
MAUPUN DARI ALAM SEMESTA. HANYA ALLAH DAN FIRMAN ALLAH ITU SENDIRI
YANG MUTLAK BENAR DAN KEKAL ABADI SELAMANYA."


yakin ANDA tidak pernah MENGUTUK al-quran, tripitaka, weda???
bercermin terlebih dahulu sebelum anda menyatakan itu. kalau anda sama
sekali tidak pernah bersaksi dusta dengan menjelek2an kitab suci agama
lain, anda baru boleh berbicara seperti itu.. ingat!!! kami bukan
orang bodoh, dan anda bukan orang suci...!!!! jangan memutar balikan
fakta!!! dan gw secara jujur menyatakan:

gw pernah ngata2in pendeta, jelek2in alkitab karena gw pernah FANATIK
terhadap kr****n!!!! loe mn berani ngaku??? sok suci loe!!! sok suci
di depan umat loe aj deh...!!! kalo pengen cari umat buat dapat
sepersepuluh, cari tuh di mall2!! khan dah ketauan bahwa bayak duit di
sana.. kalo bener2 pgn cari umat dan menyelamatkan umat manusia, loe
sekolahin tuh pengamen cilik, loe rawat gepeng yang sudah tua renta..
leo bisa jelasin ga ttg sepersepuluh yang DIWAJIBKAN bagi umat
kr****n?????? jangan ngmg kl sepersepuluh itu bohong, karena di
http://www.sabdaspace.org/persembahan_perpuluhan sini secara gamblang
ngmg ttg sepersepuluh yang di wajibkan!!!!

kalo duit aj, bisa ambil dari perjanjian lama yang menyangkut ttg
persembahan!!!! ngmg ny aj, kl kr****n hny pake perjanjian baru krn
yesus mengajarkan!!! mana??? dlm web itu dah pake perjanjian lama...

dengan ini gw menyatakan mengaku telah berkata kasar kepada S
tanpa dendam di hati. saya ingin anda MENGAKU dengan KESAKSIAN loe ttg
pengakuan yang pernah berkata2 kasar thd kitab suci agama lain.. dan
ini aja gw dah menjelek2an alkitab, gw ga yakin loe berani ngaku semua!!!


gauss82000 wrote:
Dalam hidup ini ratio sangat penting. Tetapi bukan satu-satunya yang
penting. Kalau saya tidak salah tarik kesimpulan, Buiddha-pun
mencampur adukan ratio, pengalaman dengan kepercayaan. Dengan meditasi
orang bisa mencapai "sesuatu" tetapi teori-teorinya dicampur aduk
dengan iman. Umpama soal pengertian "kalpa" itu tidak bisa
diverifikasi/ falsifikasi, tetapi harus diterima dengan "iman".

Umur manusia paling-paling sampai sekitar 100 tahun. Darimana bisa
selidiki milliar-miliar tahun? Tentu tidak bisa. Itu harus diterima
dengan "iman". Tidak mungkin manusia bisa tahu secara ilmiah (dengan
verifikasi/falsifik asi) keadaan bumi satu milliar tahun yang lalu.
Sekali lagi itu adalah "iman". Jadi kalau Sang Buddha pakai
pengertian "berkalpa-kalpa" beliau refer ke-"iman". Setuju?

*** Sdr SS segala sesuatu yang belum dapat dibuktikan harus dibuktikan
dengan "pengalaman meditasi", jika anda menginginkannya. Meditasi sebagai alat
bantu untuk melihat langsung dengan "mata batin".
Jika umat Buddha belum dapat membuktikannya ini hanya sekadar
informasi/referensi saja spt apa yang sudah Sdr Xan To katakan. Bukannya dengan
"mengimani dan mengamini". Jadi "no comment" untuk hal2 yang belum dapat
dibuktikan. Mengapa belum dapat dibuktikan ??? Karena level manusia biasa masih
jauh dengan manusia yang praktik langsung dan mencapai level yang lebih tinggi.
Thx


Xan_to wrote:
Gak tahu tuh Si Pakde, saya juga heran hehehehe......Tapi ada juga sih
sisi uniknya....banyak anggota yang tadinya cuma jadi penonton
sekarang malah pada comment semuanya hahahaha....
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

_______________________________________________________________________
Dhanuttono wrote: something about Alkitab yg banyak kesalahan banyak sekali kalau diteliti. off topic..
-----------------------------------------------------------------------------------------------

SS wrote:
Saya menulis kedua karangan "Kesaksian" dan "Teori Geosentris versus teori Heliosentris" sudah beberapa tahun yang lalu. Pada umumnya orang kr****n Injili menerimanya dengan baik. Memang saya tidak menulis untuk orang Buddhis. Tetapi itulah pendapat saya sejujurnya dan sepolosnya. Soal orang non-kr****n menerimanya dengan baik atau tidak, terserah yang baca saja.

Tulisan saya diatas sudah ada diwebsite "Sahabat-Surgawi" dan "Dianweb". Jadi saya tidak khususkan untuk [milis ini]


Dhanuttono wrote:
ya iya la diterima dengan baik, karena itu (Teori Geosentris versus
terori Heliosentris) juga baik untuk memulihkan nama baik kr****n
betul ?

tapi bagaimana pun, sejarah tidak bs diputar balik, kejadian bahwa
bumi ini datar pernah di nyatakan oleh bapa gereja yg notabene sangat
memahami alkitab. yang bisa anda lakukan adalah merubah sejarah dan
menutup rapat2 sejarah tersebut.

inti yg bs ditangkap dari sejarah tersebut, ternyata masih muncul
kekeliruan (baca: kekonyolan) walau sangat memahami alkitab, saya
rasa jabatan mereka (bapa gereja) menyatakan bahwa mereka lebih
menguasai alkitab dibandingkan anda.

jika anda menyatakan kesaksian untuk kepentingan golongan anda dan
memberikan keuntungan bagi golongan tersebut, masa golongan anda
menolak dan tidak mau menerima ? ehm...

banyak juga tulisan saya diterima baik oleh orang atheis, muslim dan
beberapa rekan buddhism disini, bahkan meminta secara khusus untuk
mengirimkan setiap tulisan saya via japri ke email mereka, ehm...
mengenai apakah orang non-buddhism mau nerima atau tidak, silakan,
pilihan ada di pribadi masing-masing, email saya siap menerima
kritik, saran dan ajakan diskusi bahkan debat 24jam

tulisan saya sudah ada di [milis ini]
tapi tidak dikhususkan untuk "Sahabat-Surgawi" dan "Dianweb" untuk
jaga2 terjadi kebakaran jenggot masal.

salam
dhanuttono

kovidaviro wrote:
To Bapak SS
Kalo bukan untuk orang Buddhis ya jangan diposting di sini dong pak! Ini kan milist Buddhis, bukan milist kr****n.
Oya pak, bagaimana pertanyaan saya? Saya bisa loh membawa bapak ke surga walaupun bapak tidak kenal saya, asal bapak percaya sama saya. Bagaimana?

Dhanuttono wrote:
kidding dikit nih
hush bro kovidaviro, ga boleh ngomong gtu... walau bro S udah
terlanjur posting kesaksian dan teori dia itu, tp dia jg udah
terlanjur ngomong jg kalo itu tidak/bukan untuk orang buddhism, emang
seh rada aneh, mungkin otak kita kurang logis aja kali n kurang dalam
memahami kata-kata...

ntar kita bisa dikatakan diskusi tidak ber-adab loh, orang2 kr****n
ga boleh disindir n dikritik, karena mereka manusia yg telah
dimuliakan oleh hantu... eh salah tuhan allah.

salam

kovidaviro wrote:
Aduh maaf ya pak SS kalo saya salah ngomong hiks..hiks.....  .


Natsude Mieco wrote:
Dear Oom SS,

Terima kasih atas kerendahan hatinya, namun sesuai dengan petunjuk orang tua saya, saya harus menghormati orang yang lebih tua dari saya, apalagi kalau hampir 3 x usia saya, dan hampir sama dengan usia kakek saya yang baru saja berpulang. Jadi saya tetep keukeuh panggil Oom, hehehe..
(walaupun kami, Buddhist, memang melihat derajat seseorang bukan dari usia, namun dari sila yang dijalankannya)

Dan soal derajat kr****n & Buddha, terserah Oom deh mau dibilang sama, atau kr****n lebih tinggi, terserah... Saya gak punya alat ukurnya dan lagi pula gak penting bagi saya. Yang penting bisa damai & harmoni.

Mengenai pertanyaan2 atau pernyataan2 (lebih tepatnya) Oom yang laiinya, saya cuma bisa cerita sedikit :

Seperti email saya sebelumnya, yang sudah Oom baca namun pasti tidak mengerti, Agama Buddha hanya label, hanya istilah untuk memberi nama bagi arahan dari seorang Makhluk yang sangat bijaksana, yang sangat penuh cinta kasih (konon beliau pernah turun sendiri ke tengah2 perang untuk menghentikannya), dan yang sangat damai dan bahagia hidupnya (ini yang paling penting), untuk bisa seperti Dia. Bagaimana hanya makan sekali sehari, tidak peduli makanannya apa, tidak memiliki kekayaan materi apapun, tidak menyalurkan hasrat seksualnya, tidak punya jabatan dan kehormatan, namun dapat sangat berbahagia dan damai.

Bayangkan kalau saya bisa merasakan 1/4 dari bahagia dan damai yang Beliau rasakan, what a wonderful life i would have....
Dan hal-hal tersebutlah yang kami cari, yang kami inginkan sehingga kami memakai label "Buddhist". Bukan karena takut neraka atau ingin surga setelah mati.
Kalau kata seorang bikkhu, Buddhism is a religion? Yes, for tax purpose.

Memang pada awalnya saya mau mengenal Buddha karena banyak hal yang Beliau katakan yang paling menjawab pertanyaan hidup saya, yang saya cari sebelumnya di agama lain, namun belum dapat menjawabnya. Seperti jawaban mengapa nasib setiap manusia berbeda, dan mengapa manusia ada di dunia ini, apakah kita hidup hanya sekali, dan apa yang terjadi kemudian, dll.

Namun setelah saya lebih mengenal Beliau, jawaban2 yang Beliau katakan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk dipercayai, bahkan lebih dari itu Beliau meminta saya membuktikannya, Beliau mengatakan bahwa saya dapat mengetahui jawaban2 tersebut sendiri, tanpa diberitahu oleh siapapun, dan yang paling ajaib, saya dapat mengetahui itu semua pada kehidupan ini, tidak harus sampai saya mati. Dan jika ternyata setelah saya mengikuti arahan2 beliau, saya tetap tidak dapat mengetahui jawaban2 tersebut, saya bebas untuk memilih kepercayaan lain, tanpa ada sanksi, hukuman, atau ancaman bahwa hidup/mati saya akan menderita.

Jadi oleh karena itu saya mencoba untuk mengikuti arahan2 Beliau, dan jika nanti ternyata saya gak bisa buktikan arahan2 Beliau, saya bisa bertobat dan percaya pada Kristus, toh no risk to try!! Dan saat ini pun saya bebas melakukan apa yang saya mau selama itu, saya boleh ke Gereja, boleh ke Masjid, pegang Hio atau kasih sesajen ke Pura. Tidak ada masalah dalam Buddha.
(Catatan : Saya baru dibabtis 3 bulan lalu di Gereja, untuk dapat menikahi istri saya karena peraturan bodoh negara ini hehehe)

Dan walaupun sampai sekarang saya belum dapat mengetahui itu semua, setidaknya saya mulai merasakan bahagia dan damai dalam hidup saya, saya mulai jarang marah-marah, dapat lebih baik mengendalikan emosi saya, works for me until now, dan saya masih punya (mudah2an) 50 tahun lagi untuk mencari tahu.
Siapa tahu selama proses belajar saya ini nanti saya udah mulai bisa tertawa kalau disalip atau bahkan diserempet orang di jalan, tidak nengok kalau lihat perempuan seksi dan cantik lewat hehehe, dan tidak sedih kalau saya kehilangan apa pun yang berharga dalam hidup saya.

Jadi, Oom S, kalau saat ini Oom sudah bahagia dan damai, serta amat sangat yakin banget sekali pasti masuk surga, kenapa harus pusing bumi ini berapa kalpa umurnya, kenapa si meico dan orang2 disini pada gak mau percaya Kristus adalah jalan kebenaran. Biarlah kami kena batunya sendiri.
Sit back, relax, enjoy your lifes! Nikmati hidup Oom saat ini, jalanin dengan kebahagian, beserta anak cucu Oom. (Sori nyimpang, Oom punya berapa cucu? sudah habiskan banyak waktunya belum dengan cucu2nya? Saya gak sempet dekat dengan kakek manapun saya, jadinya sedih hehehe)

So, sekali lagi, saya berterima kasih atas informasi2 yang Oom berikan, dan saya mohon maaf mengecewakan Oom karena masih bebal gak mau percaya. Kalau ada kesempatan lain, kita bisa ngobrol hal2 lain, saya akan senang sekali mengenal Oom.


Untuk teman2 Buddhist, kita ngobrol lebih lagi mengenai meditasi yuk! Saya masih penasaran akan banyak hal. Tolong yang sudah ahli, buka topik mengenai ini dunk!! Atau kalau ada milis mengenai meditasi info saya dunk, saya mau join.
Kalau setelah meditasi setengah jam tadi pagi, saya bisa balas email ini, gimana kalau meditasi seharian..hehehe. Thx.

Salam Metta
Natsude Mieco
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

SS wrote:
Mieco :
arahan dari seorang Makhluk yang sangat bijaksana, yang sangat penuh cinta kasih


SS:
Terima kasih untuk posting Anda. Soal nama panggilan yah terserah Anda saja.
Yang buat saya sangat tertarik kepada Sidharta Gautama dari dahulu sampai sekarang ialah bahwa demi mencari kebenaran ia bersedia meninggalkan segala fasilitas yang ia dapat peroleh sebagai seorang pangeran. Luar biasa.

Saya juga cari kebenaran, tetapi saya masih terikat pada soal-soal duniawi. Saya juga kagum pada Baruch van Spinoza karena ia menolak semua jabatan yang ditawarkan untuk jadi dosen dan memilih jadi tukang gosok lensa di-Amsterdam untuk mencari kebenaran dan menulisnya dengan bebas-sebebas-bebasnya. Kesimpulan yang didapat Sidharta Gautama dan Baruch van Spinoza, lain sekali. Sidharta Gautama jadi Buddha dengan samedi. Spinoza jadi panteis. Saya jadi kr****n Injili dan Kreasionis. Walaupun kesimpulan kami berbeda, dan pengorbanan kami  berbeda, tetapi kami sama-sama mencari kebenaran.

Kesaksian saya adalah kesaksian yang jujur dan polos. Ada yang terima dengan baik (kr****n Injili) dan ada yang mengejek dan menghina (beberapa orang dimillis ini. Tetapi saya adalah saya, kini seorang kr****n Injili dan Kreasionis. Kesaksian saya sama, kepada orang kr****n, orang Islam, orang Buddhis dll. Itulah riwayat iman saya yang sebenarnya. Dari agnostik pada usia 16 (1954), jadi panteis sekitar usia 23 (1961), jadi kr****n pada usia 26 (1964), sampai jadi kr****n Injili dan Kreasionis pada usia 49  (1987).

Hal kedua yang buat saya sangat tertarik kepada Sang Buddha adalah ajarannya yang penuh kasih.

Tetapi Yesus hidup dan mati dikayu salib demi kebenaran. Dan saya kemudian percaya bahwa Yesus adalah "Jalan dan Kebenaran dan Hidup".
Yohannes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Saya percaya bahwa Yesus adalah jauh lebih agung dan mulia daripada saya, Spinoza, Buddha atau manusia yang manapun didunia ini. Yesus adalah Tuhan (God).
Keyakinan ini timbul sejak, saya percaya, Tuhan sendiri yang memberi saya petunjuk dengan suatu pengalaman rohani pada akhir Juni 1964.

Kini saya ingin memperdalam pengetahuan saya mengenai ajaran Buddha dan kalau masih ada waktu Spinoza. Saya sudah tahu sedikit, tetapi saya ingin tahu lebih banyak. Mungkin juga melalui Anda.


Salam. SS


xan_to wrote:
Saya tertarik sekali komentar yang satu ini

Tetapi Yesus hidup dan mati dikayu salib demi kebenaran.

Pernah baca/denger cerita tentang perjalanan Sang Buddha belum???
Dari Dia masih status manusia biasa (Pertapa Sumedho) sampai kemudian
lahir sebagai pangeran Sidharta dan menjadi Buddha???

Kalo belum, coba anda cari di internet eBook dengan judul Riwayat
Agung Para Buddha yang menceritakan Buddha Siddharta atau kalo gak mau
susah-susah saya upload eBooknya

nih link : http://www.megaupload.com/?d=DPG4O2I6

....kalo udah di baca baru bandingkan ya...

Natsude Mieco wrote:

Dear Oom SS,

Ok, thank you. Silahkan nikmati perbincangan di forum ini. Jika ada yang binun, boleh coba tanya, tanpa komentar.

Btw, kepada moderator, saya mau tanya dunk, tujuan milis ini diadakan untuk apa? Takutnya malah saya yang salah join...hehehe

Thx – Mieco

---------------------------------------------------
Milis off topic selama bbrp email bahas topik lain
-------------------------------------------------------
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra