Mau Tanya...

Started by sukma, 26 December 2008, 07:22:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dilbert

Quote from: sukma on 27 December 2008, 09:50:23 PM
Kita dengan benar-benar yakin dan bertekad, dengan sujud mengulang nama Buddha, memohon supaya lahir di Tanah Suci, maka kita akan terbebas dari Triloka dengan segera, tidak akan mengalami kelahiran lagi. Oleh karena itu, pengulangan nama Buddha pada saat akan meninggal, dan memohon agar terlahir di Sukhavati adalah cara yang dapat membawa kita ke kesucian abadi, juga merupakan jalan pintas untuk mencapai Kesadaran Agung, memutuskan aliran karma (avidya). Inilah Ajaran Buddha Mahayana.

Jadi bagaimana dengan pemahaman yang kita tahu selama ini seperti posting dari Upasak ini ;
Kamma buruk yang dilakukan Roby akan berbuah kelak... Setidaknya dari kasus ini, Roby belum menerima vipaka buruk atas perbuatan-perbuatannya selama ini...

Tulisan yang saya bold diatas, apakah masih berlaku bagi orang yang mendekati ajal bila di bacakan nama Buddha Amithaba berulang-ulang .?


Berikut ini diquote salah satu kisah tentang PIKIRAN TERAKHIR SEBELUM AJAL MENENTUKAN KELAHIRAN BERIKUTNYA...

Suatu saat seorang Thera bernama Tissa tinggal di Savatti. Pada suatu hari, ia menerima seperangkat jubah yang bagus dan merasa sangat senang. Ia bermaksud mengenakan jubah tersebut keesokan harinya. Tetapi pada malam hari ia meninggal dunia.

Karena melekat pada seperangkat jubah yang bagus itu, ia terlahir kembali sebagai seekor kutu yang tinggal di dalam lipatan jubah. Karena tidak ada orang yang mewarisi benda miliknya, diputuskan bahwa seperangkat jubah tersebut akan dibagi bersama oleh bhikkhu-bhikkhu yang lain.

Ketika para bhikkhu sedang bersiap untuk membagi jubah di antara mereka, si kutu sangat marah dan berteriak, "Mereka sedang merusak jubahku!" Teriakan ini didengar oleh Sang Buddha dengan kemampuan pendengaran luar biasa Beliau. Maka Beliau mengirim seseorang untuk menghentikan para bhikkhu, dan memberi petunjuk kepada mereka untuk menyelesaaikan masalah jubah itu setelah tujuh hari. Pada hari ke delapan, seperangkat jubah milik Tissa Thera itu dibagi oleh para bhikkhu.

Kemudian Sang Buddha ditanya oleh para bhikkhu, mengapa Beliau menyuruh mereka menunggu selama tujuh hari sebelum melakukan pembagian jubah Tissa Thera. Kepada mereka, Sang Buddha berkata,

"Murid-murid-Ku, pikiran Tissa melekat pada seperangkat jubah itu pada saat dia meninggal dunia, dan karenanya ia terlahir kembali sebagai seekor kutu yang tinggal dalam lipatan jubah tersebut. Ketika engkau semua bersiap untuk membagi jubah itu, Tissa, si kutu akan merasa sangat membencimu dan ia akan terlahir di alam neraka (niraya). Tetapi sekarang Tissa telah bertumimbal lahir di alam dewa Tusita, dan sebab itu, Aku memperbolehkan engkau mengambil jubah tersebut."

"Sebenarnya, para bhikkhu, kemelekatan sangatlah berbahaya, seperti karat merusak besi di mana ia terbentuk, begitu pula kemelekatan menghancurkan seseorang dan mengirimnya ke alam neraka (Niraya). Seorang bhikkhu sebaiknya tidak terlalu menuruti kehendak atau melekat dalam pemakaian empat kebutuhan pokok."

...

Dari kisah ini, Tissa Thera karena pikiran terakhir sebelum ajal melekat pada jubahnya, alhasil membuat Tissa thera bertumimbal lahir menjadi kutu di jubahnya karena kemelekatannya terhadap jubah. Setelah karma sang KUTU (Tissa Thera) itu habis karena memang pikiran terakhir-nya hanya berupa BLUNDER (kesalahan sesaat) sehingga karma yang diterima hanya singkat yaitu 1 kehidupan sebagai KUTU dengan rentang hidup 7 hari, maka kemudian Tissa Thera kemudian terlahir kembali ke surga TUSITA berkat KARMA KARMA baik yang lebih banyak dan menumpuk...

...

Dalam hal pembacaan mantra NAMO AMITABHA dari sekte/aliran Sukhavati (terlepas dari apakah benar ada surga sukhavati atau tidak), setidaknya meng-kondisi-kan pikiran dari yang akan menunggu ajal untuk berada pada kondisi pikiran yang baik. Jika kejadian di atas BENAR ADANYA, maka dengan mengkondisikan pikiran menjelang ajal itu pada kondisi pikiran baik, maka diharapkan yang meninggal itu setidaknya akan bertumimbal lahir di alam yang lebih bahagia, sembari bisa membuat karma karma baik lagi sebelum akhirnya harus menanggung akibat dari karma buruk yang pernah dibuatnya (jika ada karma buruk).
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

sukma

Posting by Dilbert

Dalam hal pembacaan mantra NAMO AMITABHA dari sekte/aliran Sukhavati (terlepas dari apakah benar ada surga sukhavati atau tidak), setidaknya meng-kondisi-kan pikiran dari yang akan menunggu ajal untuk berada pada kondisi pikiran yang baik. Jika kejadian di atas BENAR ADANYA, maka dengan mengkondisikan pikiran menjelang ajal itu pada kondisi pikiran baik, maka diharapkan yang meninggal itu setidaknya akan bertumimbal lahir di alam yang lebih bahagia, sembari bisa membuat karma karma baik lagi sebelum akhirnya harus menanggung akibat dari karma buruk yang pernah dibuatnya (jika ada karma buruk).


Bukan, cara Anda menjelaskan jauh dari cara/aliran Sukhavati, cara mereka ialah membantu bagi yang menghadapi kematian dengan pembacaan mantra Namo Amithaba agar bisa terlahir di Sukhavati, dengan kata lain ; karma diputuskan (Avidya)

dilbert

Quote from: sukma on 27 December 2008, 10:32:23 PM
Posting by Dilbert

Dalam hal pembacaan mantra NAMO AMITABHA dari sekte/aliran Sukhavati (terlepas dari apakah benar ada surga sukhavati atau tidak), setidaknya meng-kondisi-kan pikiran dari yang akan menunggu ajal untuk berada pada kondisi pikiran yang baik. Jika kejadian di atas BENAR ADANYA, maka dengan mengkondisikan pikiran menjelang ajal itu pada kondisi pikiran baik, maka diharapkan yang meninggal itu setidaknya akan bertumimbal lahir di alam yang lebih bahagia, sembari bisa membuat karma karma baik lagi sebelum akhirnya harus menanggung akibat dari karma buruk yang pernah dibuatnya (jika ada karma buruk).


Bukan, cara Anda menjelaskan jauh dari cara/aliran Sukhavati, cara mereka ialah membantu bagi yang menghadapi kematian dengan pembacaan mantra Namo Amithaba agar bisa terlahir di Sukhavati, dengan kata lain ; karma diputuskan (Avidya)

Memang saya menjelaskan berbeda dengan apa yang sdri.sukma katakan tentang aliran sukhavati dimana karma diputuskan (avidya)... coba lihat yang saya tulis di dalam kurung (terlepas apakah benar ada surga sukhavati atau tidak)... jadi pada dasarnya saya juga tidak bisa menyatakan bahwa apakah ada alam SUKHAVATI atau tidak... karena di dalam mahzab Theravada yang saya yakini, dari 31 alam kehidupan itu tidak ada yang namanya surga sukhavati ataupun TANAH SUCI BUDDHA AMITABHA.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

sukma

Quote from: dilbert on 27 December 2008, 10:36:53 PM
Quote from: sukma on 27 December 2008, 10:32:23 PM
Posting by Dilbert

Dalam hal pembacaan mantra NAMO AMITABHA dari sekte/aliran Sukhavati (terlepas dari apakah benar ada surga sukhavati atau tidak), setidaknya meng-kondisi-kan pikiran dari yang akan menunggu ajal untuk berada pada kondisi pikiran yang baik. Jika kejadian di atas BENAR ADANYA, maka dengan mengkondisikan pikiran menjelang ajal itu pada kondisi pikiran baik, maka diharapkan yang meninggal itu setidaknya akan bertumimbal lahir di alam yang lebih bahagia, sembari bisa membuat karma karma baik lagi sebelum akhirnya harus menanggung akibat dari karma buruk yang pernah dibuatnya (jika ada karma buruk).


Bukan, cara Anda menjelaskan jauh dari cara/aliran Sukhavati, cara mereka ialah membantu bagi yang menghadapi kematian dengan pembacaan mantra Namo Amithaba agar bisa terlahir di Sukhavati, dengan kata lain ; karma diputuskan (Avidya)

Memang saya menjelaskan berbeda dengan apa yang sdri.sukma katakan tentang aliran sukhavati dimana karma diputuskan (avidya)... coba lihat yang saya tulis di dalam kurung (terlepas apakah benar ada surga sukhavati atau tidak)... jadi pada dasarnya saya juga tidak bisa menyatakan bahwa apakah ada alam SUKHAVATI atau tidak... karena di dalam mahzab Theravada yang saya yakini, dari 31 alam kehidupan itu tidak ada yang namanya surga sukhavati ataupun TANAH SUCI BUDDHA AMITABHA.

Satu hal yang kontra ialah dalam pengulangan Nama Buddha Amithaba, pikiran masih bekerja dan melekat, lantas cara ini sama saja dengan sikap DOA.

dilbert

Quote from: sukma on 27 December 2008, 10:49:21 PM
Satu hal yang kontra ialah dalam pengulangan Nama Buddha Amithaba, pikiran masih bekerja dan melekat, lantas cara ini sama saja dengan sikap DOA.

Anda benar dalam hal ini... bahwa itu juga salah satu kemelakatan... seperti yang saya katakan... APAKAH ALAM SUKHAVATI itu ADA/EKSIS... TIDAK ADA YANG TAHU... Maka ketika ada kemelekatan (baca hukum sebab musabab bergantungan / Paticca Samupada)...

Ketika Sang Buddha berdiam di Savatthi..." Para bhikkhu, saya  akan dan menganalisa sebab-musabab yang saling bergantungkan kepada kalian."

"Dan apakah sebab-musabab yang bergantungan itu? Dari ketidaktahuan (avijja) sebagai kondisi penyebab maka muncullah bentuk-bentuk perbuatan/kamma (sankhara). Dari bentuk-bentuk perbuatan/kamma (sankhara) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kesadaran (vinnana). Dari kesadaran (vinnana) sebagai kondisi penyebab maka muncullah batin dan jasmani (nama-rupa). Dari batin dan jasmani (nama-rupa) sebagai konsisi penyebab maka muncullah enam indera (salayatana). Dari enam indera (salayatana) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kesan-kesan (phassa). Dari kesan-kesan (phassa) sebagai kondisi penyebab maka muncullah perasaan (vedana). Dari perasaan (vedana) sebagai konsisi penyebab maka muncullah keinginan/kehausan (tanha). Dari keinginan/kehausan (tanha) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kemelekatan (upadana). Dari kemelekatan (upadana) sebagai kondisi penyebab maka muncullah proses kelahiran kembali (bhava). Dari proses kelahiran kembali (bhava) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kelahiran kembali (jati). Dari kelahiran kembali (jati) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kelapukan dan kematian, duka cita, sakit, kesusahan dan keputus-asaan (jaramaranang). Demikianlah penyebab dari seluruh kesusahan dan penderitaan."
(Paticca-samuppada-vibhanga Sutta; Samyutta Nikaya 12.2 {S 2.1})


Karena kemelakatan itulah maka terjadi proses kelahiran kembali... itulah roda samsara... berputar dalam siklus kelahiran - kematian... Inilah penyeba dari seluruh Dukkha... Ajaran BUDDHA bertujuan untuk mengakhiri Dukkha, memutus siklus kelahiran - kematian... Jika masih ada kemelekatan, maka pasti akan terjadi proses kelahiran kembali...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan