The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*

Started by El Sol, 10 October 2007, 09:50:16 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

djoe

Quote from: kuswanto on 06 May 2011, 12:43:34 PM
gua masih melihat releveansinya kok, ibarat orang ngmg A terus di tanya ttg A, tapi jawaban itu bisa membuatnya terdesak, jadi milih ngmg yg lain alias X, dan berliku2 sendiri untuk tidak menjawab pertanyaan tsb dgn cara mengalihkan isu.
kemudian menyuruh orang lain yg menjawab pertanyaan tersebut, ;D  wong sdr Indra tidak bertanya kpd saya. =))

[spoiler]a dan z juga dualisme bukan?jadi bingung atau 26isme  ;D[/spoiler]

Makanya jangan tidur

The Ronald

Quote from: djoe on 06 May 2011, 12:11:30 PM

Menghormati kepercayaan orang lain berarti kita menghormati Buddha. Karena semua manusia mempunyai Benih Buddha.

Belajar dharma bukan berarti mencela kepercayaan orang lain dan buta terhadap kebenaran yang ada di kepercayaan orang lain tersebut. Tetapi justru mengali lebih dalam kebenaran tersebut.

Buddha pun perna mencela kepercayaan org laen...
...

kuswanto

Quote from: djoe on 06 May 2011, 12:52:49 PM
Makanya jangan tidur

^:)^ ^:)^ ^:)^ =)) =)) =)) orang aoban... aku nyerah deh..

[spoiler]treadnya belum closed yah?[/spoiler]

blood_demon

Nga semua kepercayaan harus dihormati, jika kepercayaan itu membawa kehancuran bagi diri sendiri dan makluk lain, perang, menyebarkan beni kebencian, perbudakan, dll. apakah kepercayaan demikian perlu dihormati? dan apakah dgn hormat pada kepercayaan yang salah demikian disebut menghormati Buddha?
Om guru lian shen sidhi hum

K.K.

Setahu saya sih Buddha mengajarkan menghormati apa yang patut dihormati, mencela apa yang patut dicela. Meski demikian, menghormat dan mencela juga harus dilandasi kebijaksanaan, sesuai waktu, sesuai tempat, sesuai orang yang diajak bicara. Entahlah kalau ada Buddha lain yang pukul rata menghormati semua hal.

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 06 May 2011, 01:44:43 PM
Setahu saya sih Buddha mengajarkan menghormati apa yang patut dihormati, mencela apa yang patut dicela. Meski demikian, menghormat dan mencela juga harus dilandasi kebijaksanaan, sesuai waktu, sesuai tempat, sesuai orang yang diajak bicara. Entahlah kalau ada Buddha lain yang pukul rata menghormati semua hal.

ada penjahat membunuh, harus di hormati, karena kita bisa belajar dari mereka =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 06 May 2011, 01:47:01 PM
ada penjahat membunuh, harus di hormati, karena kita bisa belajar dari mereka =))
Demikianlah kalau saya mencuri dari orang-orang DC, jangan nilai saya sebagai pencuri, tapi sebagai guru yang mengajari kalian. Ingatlah: dunia tanpa kejahatan adalah sekolah tanpa guru. Maka budayakanlah perbuatan jahat, demi pelajaran bagi orang lain.

Nyambung ga sih?

blood_demon

Quote from: kuswanto on 06 May 2011, 12:58:28 PM
^:)^ ^:)^ ^:)^ =)) =)) =)) orang aoban... aku nyerah deh..

[spoiler]treadnya belum closed yah?[/spoiler]

org medan ya. bs tahu bahasa ao ban =))
Om guru lian shen sidhi hum

dukun

Everjoy

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 06 May 2011, 01:49:24 PM
Demikianlah kalau saya mencuri dari orang-orang DC, jangan nilai saya sebagai pencuri, tapi sebagai guru yang mengajari kalian. Ingatlah: dunia tanpa kejahatan adalah sekolah tanpa guru. Maka budayakanlah perbuatan jahat, demi pelajaran bagi orang lain.

Nyambung ga sih?
demikianlah, dama belum sempurna di babarkan tatagata =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

djoe

Quote from: The Ronald on 06 May 2011, 09:58:20 AM
dualitas...?
bermanfaat dan tidak bermanfaat
baik dan buruk
bijak dan tidak bijak

kurasa bahkan Buddha sendiri bisa membedakan... mana pandangan benar mana pandangan salah, mana yg patut mana yg tak patut
mana yg bermanfaat mana yg tidak bermanfaat
bahkan.. mana yg merupakan peraturan minor, mana yg bukan (hanya saja YM Ananda tidak menanyakan lebih detail)

jujur..terlalu sering aku melihat org2 mengecam "dualitas" tp sepertinya tdk masalah... apa aku salah ya??

Quote from: The Ronald on 06 May 2011, 12:56:09 PM
Buddha pun perna mencela kepercayaan org laen...

Debu - debu dharma melekat di pikiran anda , anda masih mengulang kesalahan yang sama sehingga anda menyamakan umat yang mencela dengan Buddha yang mencela.

Anda menyamankan pandangan dualistic umat dengan Buddha.

Anda bahkan tidak bisa membedakan Buddha dengan umat sehingga anda menyatakan hal seperti itu.

Tidak bisa melihat arti substantial dari pandangan dualitic yang dikatakan oleh anda Buddha mempunyai pandangan dualitic dengan pandangan dualitc umat.

Tidak bisa melihat arti substantial dari mencela yang dikatakan oleh anda Buddha mencela dengan umat yang
mencela.
Apa gunanya dharma yang anda hafal mati di otak dan melekat dengan erat dharma tersebut tetapi tidak bisa mengerti arti dan substantial dari dharma tersebut.
Dikatakan mencela oleh Buddha bukanlah mencela, maka dikatakan mencela

.............
Sàkyamuni Buddha and Subhåti were discoursing on true, real praj¤à. Since true, real praj¤à does not reside in
a framework of language, what can be spoken? The empty mark of all dharmas is beyond words and speech.
The Buddha spoke Dharma for forty-nine years and when the time of his nirvàõa arrived, he said that he had not spoken one word.
He said, "If anyone says the Tathàgata has spoken Dharma, he slanders the Buddha because he has been unable to understand what I have said.Ÿ
"Since the Buddha did not speak Dharma, why are there so many såtras spoken by the Buddha?Ÿ one may rightly ask.

The answer to that lies in the doctrine of speaking conditioned Dharma for people bound to conditions and speaking uncon-ditioned Dharma for people who dwell in the unconditioned.

The Vajra Såtra says, "Even dharmas should be relinquished, how much the more so no dharmas.Ÿ
The Buddha said he had not spoken Dharma because he was concerned that people would become attached to the mark of Dharma. (sama seperti sebagian teman - teman yang ada disini) Being attached to Dharma is the same as being attached to self. People's attachment to emptiness must also be broken.
When the Dharma door of praj¤à is spoken, even emptiness must not become an attachment.

djoe

Quote from: Kainyn_Kutho on 06 May 2011, 01:44:43 PM
Setahu saya sih Buddha mengajarkan menghormati apa yang patut dihormati, mencela apa yang patut dicela. Meski demikian, menghormat dan mencela juga harus dilandasi kebijaksanaan, sesuai waktu, sesuai tempat, sesuai orang yang diajak bicara. Entahlah kalau ada Buddha lain yang pukul rata menghormati semua hal.

Jawaban anda lebih bijaksana daripada orang yang mengatakan Buddha mencela.

Tetapi masih ada kemelekatan kepada dharma, masih ada pandangan dualistic

djoe

Quote from: blood_demon on 06 May 2011, 12:59:59 PM
Nga semua kepercayaan harus dihormati, jika kepercayaan itu membawa kehancuran bagi diri sendiri dan makluk lain, perang, menyebarkan beni kebencian, perbudakan, dll. apakah kepercayaan demikian perlu dihormati? dan apakah dgn hormat pada kepercayaan yang salah demikian disebut menghormati Buddha?

Hanya melihat kata - kata, tidak melihat arti susbstantial dari yang ditulis. Kelemekatan terhadap debu - debu menghalangi anda melihat arti sebenarnya yang saya tulis.

djoe

Quote from: ryu on 06 May 2011, 01:45:50 PM
=)) dihajar habis2an =))

DIkatakan saya bertahan sebagai bukan bertahan, maka itu dikatakan saya bertahan