[Kisah Sufi] Batas Dogma

Started by sobat-dharma, 05 December 2008, 06:26:43 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

sobat-dharma

Batas Dogma

Pada suatu hari, Sultan Mahmud yang Agung berada dijalan di
Ghazna, ibu kota negerinya. Dilihatnya seorang kuli mengangkut
beban berat, yakni sebungkah batu yang didukung di punggungnya.
Karena rasa kasihan terhadap kuli itu, Mahmud tidak bisa menahan
perasaannya, katanya memerintah:"Jatuhkan batu itu, kuli."

Perintah itupun langsung dilaksanakan. Batu tersebut berada di
tengah jalan, merupakan gangguan bagi siapapun yang ingin lewat,
bertahun-tahun lamanya. Akhirnya sejumlah warga memohon raja
agar memerintahkan orang memindahkan batu itu.

Namun Mahmud, menyadari akan kebijaksanaan administratif,
terpaksa menjawab.
"Hal yang sudah dilaksanakan berdasarkan perintah, tidak bisa
dibatalkan oleh perintah yang sama derajatnya. Sebab kalau
demikian, rakyat akan beranggapan bahwa perintah raja hanya
berdasarkan kehendak sesaat saja. Jadi, biar saja batu itu disitu."

Oleh karenanya batu tersebut tetap berada di tengah jalan itu
selama masa pemerintahan Mahmud. Bahkan ketika ia meninggal
batu itu tidak dipindahkan, karena orang-orang masih menghormati
perintah raja.

Kisah itu sangat terkenal. Orang-orang mengambil maknanya
berdasarkan salah satu dari tiga tafsiran, masing-masing sesuai
dengan kemampuannya.

Mereka yang menentang kepenguasaan beranggapan bahwa kisah
itu merupakan bukti ketololan penguasa yang berusaha
mempertahankan kekuasaannya.

Mereka yang menghormati kekuasaan merasa hormat terhadap
perintah, betapapun tidak menyenangkannya.

Mereka yang bisa menangkap maksudnya yang benar, bisa
memahami nasehat yang tersirat. Dengan menyuruh menjatuhkan
batu di tempat yang tidak semestinya sehingga merupakan
gangguan, dan kemudian membiarkannya berada disana, Mahmud
mengajar kita agar mematuhi penguasa duniawi -dan sekaligus
menyadarkan kita bahwa siapapun yang memerintah berdasarkan
dogma kaku, tidak akan sepenuhnya berguna bagi kemanusiaan.

Mereka yang menangkap makna ini akan mencapai taraf pencari
kebenaran, dan akan bisa menambah jalan menuju Kebenaran.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Reenzia


Pitu Kecil

Smile Forever :)

hatRed

Quote from: sobat-dharma on 05 December 2008, 06:26:43 PM

Mereka yang bisa menangkap maksudnya yang benar, bisa
memahami nasehat yang tersirat. Dengan menyuruh menjatuhkan
batu di tempat yang tidak semestinya sehingga merupakan
gangguan, dan kemudian membiarkannya berada disana, Mahmud
mengajar kita agar mematuhi penguasa duniawi -dan sekaligus
menyadarkan kita bahwa siapapun yang memerintah berdasarkan
dogma kaku, tidak akan sepenuhnya berguna bagi kemanusiaan.

Mereka yang menangkap makna ini akan mencapai taraf pencari
kebenaran, dan akan bisa menambah jalan menuju Kebenaran.


maksudnya, membenarkan otoriter dan menorakkan kesalahan??
i'm just a mammal with troubled soul



ryu

Maksudnya harus mematuhi dogma yang tidak kaku kali :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))