Upacara siripada puja (menghormat telapak kaki Buddha)

Started by nobby_ta, 14 November 2008, 06:46:48 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

nobby_ta

 _/\_

Bro & sis, saya mao menanyakan ttg upacara siripada puja.
Sebenarnya tujuannya apa??? Saya belom pernah membaca ttg siripada puja secara lengkap.
Mohon petunjuknya  ^:)^

Di Tangerang, upacara itu sering dilakukan pada saat Kathina di wihara2 dng cara melepaskan lilin di atas bunga teratai (kertas) ke kali cisadane. Tapi saat ingin melepaskannya, umat juga ga khusyuk. Sehingga yg sy tangkap, tujuan menghormat itu tidak tercapai.
Tp apakah efektif, bukankah itu membuang2 lilin, dupa, kertas & bunga? Malah itu membuat banyak sampah di kali.

_/\_

Petrus

tujuannya mengagungkan tuhan Siddharta lah masak gak tau.... ^:)^

nobby_ta

 _/\_
Terima kasih atas jawabannya.
Tp Anda tidak berkompeten menjawab.
Mengagungkan di Buddhist beda dunk dengan Anda. Mengagungkan bukan menyembah.

53121f4n71

Quote from: Petrus on 14 November 2008, 06:51:44 PM
tujuannya mengagungkan tuhan Siddharta lah masak gak tau.... ^:)^

dan Siddharta itu bukan Tuhan....

mohon maaf apabila ada kata yg kurang berkenan...
TQ...  _/\_
this too will pass

Mr. Wei

Kalau gw...
Gw jadikan itu sebagai perenungan...
Perenungan bahwa inilah tapak kaki Sang Buddha, seseorang yang bisa kita contoh... pahlawan bagi dunia...
Perenungan bahwa dia telah menunjukkan jalan menuju pembebasan...
Perenungan kapan gw akan benar2 mengikuti jalan yang dia tunjukkan... (selama ini kan masih suka 'bandel') ;D

markosprawira

kalo ga salah, pujanya adalah :

PUJA

vandami cetiyam sabbam Vandam cetiyam sabbam
sabbathanesu patitthitam sabbathanesu patitthitam
saririka dhatu maha bodhim saririka dhatu Maha bodhim
buddharupam sakalam sada. buddharupam sakalam sekarang.

Icevam accanta namassaneyyam Icevam accanta namassaneyyam
namassamano ratanattayam yam namassamano ratanattayam ubi jalar
punnabhisandam vipulam alattham punnabhisandam vipulam alattham
tass'anubhavena hatantarayo tass'anubhavena hatantarayo

Ghanasarappadittena Ghanasarappadittena
dipena tamadamsina dipen tamadamsina
tilokadipam sambuddham tilokadipam sambuddham
pujayami tamonudam. pujayami tamonudam.

Gandha sambhara yuttena Gandhi sambhara yuttena
dhupen'aham sugandhina dhupen'aham sugandhina
pujaye pujaneyyantam pujaye pujaneyyantam
pujabhajana muttamam. pujabhajana muttamam.

vanna gandha gunopetam vanna Gandhi gunopetam
etam kusuma santatim ETAM Kusuma santatim
pujayami munindassa pujayami munindassa
siripada saroruhe. siripada saroruhe.

pujemi buddham kusumena'nena pujemi buddham kusumena'nena
punnena metena ca hotu mokkham punnena meten ca Hotu mokkham
puppham milayati yatha idam me puppham milayati Yath IDAM me
kayo tatha yati vinasabhavam. Pukulan knockout Tatha yati vinasabhavam.

Imaya dhammanudhamma patipattiya buddham ujemi. Imai dhammanudhamma patipattiya buddham ujemi.
Imaya dhammanudhamma patipattiya dhammam pujemi Imai dhammanudhamma patipattiya dhammam pujemi
Imaya dhammanudhamma patipattiya sangham pujemi. Imai dhammanudhamma patipattiya sangham pujemi


Isinya menyatakan penghormatan kepada Buddha, dhamma dan sangha

Sementara mengenai siripada yg menaruh bunga di kaki, itu sebenarnya adalah perenungan mengenai bunga, yang wangi dan indah, namun secara perlahan akan layu (ada di kalimat no 2 dan 3 yg terakhir, yg dimulai dari vanna dan pujemi)

semoga bisa bermanfaat......

parkit

upacara siripada puja, pada dasarnya adalah baik karna intinya kita melakukan upacara itu adalah untuk menghormati dan merenung pada saat upacara itu dilakukan. Namun lama kelamaan saya perhatikan, khususnya untuk upacara siripada puja ini kok malah banyak hal yang akhirnya menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal. Dalam arti kata materi dan usaha yang dilakukan tidak sebanding dengan tujuan atau hasil yang diperoleh.
contohnya saja: (persentase ini adalah perkiraan saya ya)
- saya jamin bahwa 75% umat yang mengikuti acara tidak serius benar2 melakukan perenungan, malahan mereka asik ngobrol sepanjang acara sampai akhirnya lilin2 yang menyalah itu dilepaskan ke kali. Ini berdasarkan perhatiaan saya selama mengikuti acara tersebut.
- 75% umat yang mengikuti upacara tersebut tidak mengerti akan makna dan tujuan dari upacara tersebut.
Lalu mengapa juga penghormatan itu dilakukan dengan cara sedemikian rupa (dengan menghanyutkan lilin yang menyalah di atas bunga teratai kertas ke kali), dari mana sebenarnya sumber yang menyatakan atau memberikan gambaran kalau aturan harus seperti itu? saya termaksud umat2 lainnya pun tidak pernah tahu kalau penghormatan tersebut harus dilakukan dengan cara demikian. Mengapa juga upacara tersebut tidak dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dan tujuan serta maknanya benar2 tersampaikan bagi umat yang melaksanakannya.
Banyak materi dan usaha yang dilakukan dan dikeluarkan, akan tetapi hasil yang diperoleh tidak maksimal.
- contohnya saja, setiap wihara di Tangerang harus menyiapkan beribu2 banyaknya kertas yang di buat seperti bentuk teratai, hanya untuk dilepaskan di kali. Coba bayangkan berapa banyak materi dan usaha yang sudah dikeluarkan?? kalau saja biaya yang dikeluarkan untuk membuat kertas tersebut digunakan untuk baksos tentunya hal ini kan akan lebih bermanfaat.
- Ditambahnya jika kenyataan kertas tersebut tidak diambil kembali dari kali, tentu hal ini akan merusak lingkungan. (semoga saja panitia pelaksana tidak lupa mengumpulkan semua kertas yang sudah dihanyutkan di kali  ;D )
- Persiapan yang dilakukan untuk acara tersebut tentunya menghabiskan waktu yang tidak sebentar, karena panitia harus membuat teratai2 dari kertas itu terlihat indah dsb.

Kalau saja upacara2 itu dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dan lebih mengena, tentunya hal ini akan lebih baik dari pada melakukan upacara yang kelihatannya indah dan bagus namun makna dan tujuannya kurang dirasakan oleh umatnya. Jikalaupun dirasakan, hasilnya toh tidak maksimal.
Begitu menurut saya.. sampai sekarang pun saya masih mempertanyakan aturan dari mana siripada puja itu dilakukan seperti itu??
;D thanks 


markosprawira

 [at] parkit : kecenderungan baik dan buruk berkisar 20 - 80... .artinya 20% baik dan 80% buruk.

mari kita berusaha untuk mengurangi yg buruk dan memperbanyak yg baik dalam setiap waktu

jika hanya memperhatikan yg negatif/buruk saja, bukankah justru akan memperbanyak keburukan dalam batin kita juga?

semoga bermanfaat...........

Aloka Mahita

_/\_ bro & sis,

apakah diantara bro & sis sekalian ada yang tahu,
apakah bekas tapak kaki Buddha yang ada di lima tempat :
-Nammada
-Yonakapura
-Sumanakuta
-Suvannapabbata
-Suvannamalika
masih ada dan dan dalam keadaan seperti aslinya?

terima kasih sebelumnya..

Sunce™

Inilah Kisah di balik siripada puja dan makna dibaliknya. semoga mengerti yac..

Pada suatu kesempatan, Sang Buddha mengunjungi Y.A. Punna Mantaniputta di Sunaparanta. Dalam perjalanan itu beliau singgah ditepi sungai Nammada di dekat gunung Saccabandha. Pada saat itu Raja Naga muncul memberikan penghormatan yang luar biasa kepada Sang Buddha untuk meninggalkan tapak kaki mulia (Siripada Valanja) sebagai obyek pemujaan Sang Buddha berkenan dengan permohonan tersebut. Beliau membuat jejak tapak kaki di atas batu keras ditepi sungai Nammada. Karena kekuatan kesaktinan yang luar biasa, meskipun di batu yang keras jejak tapak kaki Sang Buddha tampak jelas, lengkap dengan tanda-tanda istimewa seorang maha sempurna. Tanda utama di anatara tanda-tanda yang terdapat pada kaki Sang Buddha adalah guratan Dhammacakha (roda dhamma) ditengah-tengahnya. Inilah salah satu terdapat 32 tanda istimewa (maha lakhana) yang terdapat pada jasmani seorang Sammasambuddha. Guratan roda Dhamma ini melambangkan sebagai petunjuk "ikutilah jejak mulia Sang Buddha" atau "Ikutilah Dhamma".

Sirpada ini dijag dan dihormati oleh para naga sebagai obyek pemujaan kepada Sang Buddha. Cukup susah untuk dapat melihat Siripada di sungai tersebut karena tertutup oleh arus sungai yang deras. Selain siripada di sungai Nammada dalam kitab-kitab kronik tercatat bahwa masih terdapat 4 siripada di tempat lain yang dipercaya dibuat langsung oleh Sang Buddha.

Pada jaman dahulu pada bulan di bulan kattika masyarakat menunggu saat air sungai pasang karena musim hujan, mempersembahkan puja kepada Siripada di sungai Nammada. Hal ini dikarenakan bagi mereka yang tinggal jauh dari tempat Siripada, sulitnya perjalanan menuju tepi sungai tempat Siripada. Maka mereka mempersembahkan puja dari jauh dengan bantuan arus sungai yang sedang pasang tersebut. Mereka membuat semacam bunga teratai yang harum, dupa dan juga penerangan (lilin/pelita). setelah bulan muncul di langit mereka berbondong-bondong menuju tepi sungai Nammada. Setelah memanjatkan Siripada Puja Gatha, Amisa puja (bunga, dupa dan lilin) ini ribuan berkali-kali membawa udara harum mengikuti arus sungai menuju tempat Siripada.

Sampai sekarang tradisi ini masih dilakukan oleh masyarkat di India, Nepal,Myammar, Thailad dan beberapa tempat di Indonesia. Meskipun jauhdari sungai Nmmada, mereka bias mengapungkan Mamisa puja tersebut di sungai-sungai, danau atau bahkan di kolam-kolam vihara dengan niat yang tulus untuk memuja Sang Buddha. Ini adalah salah satu cara untuk memberikan penghormatan kepada Guru Agung junjungan kita Sang Buddha Gautama.

Tekkss Katsuo


Peacemind

Sejauh ini saya hanya mengetahui bahwa sesuai dengan referensi yang ada, Sang Buddha hanya meninggalkan bekas telapak kaki (siripada) di dua tempat. Pertama, di tepi sungai Nammada seperti yang telah di ceritakan oleh saudara Nanda. Yang lainnya ada di Puncak Sumana (Sumanakūṭa) di Sri Lanka. Saat ini, tempat tersebut dikenal sebagai Sri pada oleh kaum Buddhist, dan Adam's peak oleh kaum Muslim dan kr****n. Kisah ini terdapat dalam Mahāvaṃsa, salah satu buku sejarah kuno milik Sri Lanka.

Diceritakan bahwa 8 tahun setelah mencapai penerangan sempurna, Sang Buddha diundang oleh Raja Maniakkhika untuk mengunjungi Sri Lanka. Sang Buddha, diiringi oleh 500 muridnya yang kesemuanya arahat, pergi ke Sri Lanka dan setelah membabarkan Dhammanya kepada si raja tersebut, beliau bersama muridnya terbang ke puncak Sumana dan meninggalkan jejaknya (sri pada) di sana.

Sampai sekarang, beribu-ribu orang, setiap tahun, pergi ke Siripada untuk memberikan penghormatan kepada telapak kaki Sang Buddha ini. Namun sayangnya, kita tidak bisa melihat secara langsung telapak kaki Sang Buddha di sini, karena menurut kepercayaan, siripada yang asli dikubur.

Seperti yang saya katakn di atas, sri pada juga dikenal oleh kaum Muslim dan kr****n sebagai Adam's peak. Mereka percaya bahwa pertama kali Nabi Adam menjejakkan kakinya ke bumi setelah diusir oleh Tuhan dari taman Eden, adalah di tempat tersebut.

May you all be happy

marcedes

Quote from: Sunce™ on 02 November 2009, 08:00:37 AM
Inilah Kisah di balik siripada puja dan makna dibaliknya. semoga mengerti yac..

Pada suatu kesempatan, Sang Buddha mengunjungi Y.A. Punna Mantaniputta di Sunaparanta. Dalam perjalanan itu beliau singgah ditepi sungai Nammada di dekat gunung Saccabandha. Pada saat itu Raja Naga muncul memberikan penghormatan yang luar biasa kepada Sang Buddha untuk meninggalkan tapak kaki mulia (Siripada Valanja) sebagai obyek pemujaan Sang Buddha berkenan dengan permohonan tersebut. Beliau membuat jejak tapak kaki di atas batu keras ditepi sungai Nammada. Karena kekuatan kesaktinan yang luar biasa, meskipun di batu yang keras jejak tapak kaki Sang Buddha tampak jelas, lengkap dengan tanda-tanda istimewa seorang maha sempurna. Tanda utama di anatara tanda-tanda yang terdapat pada kaki Sang Buddha adalah guratan Dhammacakha (roda dhamma) ditengah-tengahnya. Inilah salah satu terdapat 32 tanda istimewa (maha lakhana) yang terdapat pada jasmani seorang Sammasambuddha. Guratan roda Dhamma ini melambangkan sebagai petunjuk "ikutilah jejak mulia Sang Buddha" atau "Ikutilah Dhamma".

Sirpada ini dijag dan dihormati oleh para naga sebagai obyek pemujaan kepada Sang Buddha. Cukup susah untuk dapat melihat Siripada di sungai tersebut karena tertutup oleh arus sungai yang deras. Selain siripada di sungai Nammada dalam kitab-kitab kronik tercatat bahwa masih terdapat 4 siripada di tempat lain yang dipercaya dibuat langsung oleh Sang Buddha.

Pada jaman dahulu pada bulan di bulan kattika masyarakat menunggu saat air sungai pasang karena musim hujan, mempersembahkan puja kepada Siripada di sungai Nammada. Hal ini dikarenakan bagi mereka yang tinggal jauh dari tempat Siripada, sulitnya perjalanan menuju tepi sungai tempat Siripada. Maka mereka mempersembahkan puja dari jauh dengan bantuan arus sungai yang sedang pasang tersebut. Mereka membuat semacam bunga teratai yang harum, dupa dan juga penerangan (lilin/pelita). setelah bulan muncul di langit mereka berbondong-bondong menuju tepi sungai Nammada. Setelah memanjatkan Siripada Puja Gatha, Amisa puja (bunga, dupa dan lilin) ini ribuan berkali-kali membawa udara harum mengikuti arus sungai menuju tempat Siripada.

Sampai sekarang tradisi ini masih dilakukan oleh masyarkat di India, Nepal,Myammar, Thailad dan beberapa tempat di Indonesia. Meskipun jauhdari sungai Nmmada, mereka bias mengapungkan Mamisa puja tersebut di sungai-sungai, danau atau bahkan di kolam-kolam vihara dengan niat yang tulus untuk memuja Sang Buddha. Ini adalah salah satu cara untuk memberikan penghormatan kepada Guru Agung junjungan kita Sang Buddha Gautama.
minta pic nya donk.....

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

wiithink

jadi yang mana donk yang bener? itu telapak kaki Buddha ato tapak kaki adam??

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

ya telapak kaki Buddha lar. masak forum ini forum agama tetangga
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days