candra_muslim

Started by candra_mukti19, 12 November 2008, 09:46:07 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

candra_mukti19

Sobat, ada banyak hal yang ingin saya tanyakan seputar meditasi. Semoga sobat-sobat berkenan memberikan penjelasan.
Aku memiliki tugas yang harus aku kerjakan. Sejak pertama aku merasa bahwa tugas itu merupakan tugas yang berat untuk aku kerjakan. Aku berpikir,"aku belum pernah mengerjakan tugas ini sebelumnya. Dan aku bukan orang yang piawai dalam melaksanakan tugas ini." beban berat sudah aku rasakan sebelum aku mengerjakan tugas tersebut. Setiap kali aku mengingatnya, aku merasakan perasaan gelisah dan benci. Ketika aku menyadari bahwa ada gelisah dan benci dalam batinku, maka secara naluri mencoba mencari sesuatu untuk dapat menghilangkan rasa gelisah dan benci tersebut. Karena aku sudah terbiasa dengan teknik meditasi yang terbukti dapat menenangkan hati, maka akupun bermeditasi.
Dengan praktik meditasi samatha, kegelisahan mulai reda bahkan bisa dikatakan lenyap sama sekali. Padahal tugas yang aku harus kerjakan belum sedikitpun aku kerjakan. Aku pikir, "hebat! Tanpa sebab-sebab external, batinku dapat menjadi tenang melalui meditasi ini." Dalam meditasi ini, aku dapat melupakan segala sesuatu yang dapat membuatku gelisah. Akupun merasakan suatu kebebasan dari beban mental yang menekan.
Karena aku terbebas dari perasaan gelisah, tidak ada sesuatupun yang rasanya menuntutku untuk segera melakukan tugas yang harus aku kerjakan tersebut. Aku dalam kondisi tidak ada beban mental sedikitpun. Aku bekerja atau tidak, tidak membuatku merasa gelisah. Lalu aku membiarkan tugas-tugas tersebut tidak aku kerjakan, dan aku mengerjakan hal-hal lain yang lebih aku sukai. Ini muncul dari sifat serakah (lobha). Anehnya, aku cukup bersemangat melenyapkan rasa gelisah dan benci dalam batinku, tapi aku seringkali membiarkan keserakahan muncul dalam batinku.
Aku sadar, bahwa ketika kegelisahan itu lenyap dan ketenangan muncul. Tapi anehnya, ketenangan ini selalu diikuti oleh perasaan malas dan ngantuk. Sehingga setelah kegelisahan lenyap, tidak ada lagi impuls batin yang menjaga kesadaran untuk tetap kuat. Rasa kantuk menyerang. Dan aku membiarkan diriku tertidur. Pada saat bangun tidur, aku teringat lagi akan kewajiban-kewajiban yang harus aku lakukan, dan aku menjadi gelisah lagi. Untuk kedua kalinya, aku menghancurkan kegelisahan itu dengan meditasi samatha. Dan untuk kedua kalinya, kegelisahan itu lenyap, disusul dengan munculnya kemalasan lagi. Jika tidak muncul objek lain yang dapat menimbulkan keserakahan dalam batinku, maka aku akan mengantuk dan tidur lagi. Tapi jika aku menemukan objek keserakahan, maka aku tidak mengantuk, melainkan ada semangat untuk merealisasikan keserakahan dalam batinku. Gelisah, meditasi, tenang, malas, ngantuk, tidur, keserakahan. Kondisi ini membuatku dalam kondisi bangun-tidur berulang-ulang selama berhari-hari.
Dari pengalamanku tersebut, munculah 22 pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Mudah-mudahan ada sahabat di sini yang berkenan untuk memberikan pencerahan.
1.   Jika aku menghadapi tugas yang harus aku kerjakan, dan hal itu menggelisahkan, maka apakah hal tepat yang harus aku lakukan?
2.   Apakah aku harus menenangkan batin dulu, baru mengerjakan tugas?
3.   Ataukah aku harus mengerjakan tugas dulu, baru menenangkan batin?
4.   Ataukah aku harus menenangkan batin sambil mengerjakan tugas?
5.   Jika aku harus mengerjakan tugas-tugas dulu sebelum menenangkan batin, maka bagaimanakah seseorang dapat bekerja dengan baik bila hatinya dalam keadaan gelisah?
6.   Jika aku harus menenangkan batin dulu, baru kemudian mengerjakan tugas, maka bagaimana bila waktu untuk mengejakan tugas-tugas tersebut habis sebelum aku menenangkan batin?
7.   Jika aku harus menenangkan batin sambil mengerjakan tugas, maka bagiamanakah caranya? Bukankah menenangkan batin dengan meditasi samatha yang dilakukan secara khusus lebih efektif untuk menenangkan batin?
8.   Hal yang terbaik adalah orang yang dapat bekerja dengan hati yang penuh semangat dan ketenangan. Namun kondisi ideal ini tidak selalu muncul. Jadi, manakah yang harus diutamakan, ketenangan batin atau melaksanakan tugas?
9.   Ada orang yang dapat menyelesaikan seluruh tugas-tugas dalam pekerjaannya, tapi batinnya tidak dapat lepas dari kegelisahan. Dan adapula orang yang diberi 10 tugas, dan dia tidak dapat menyelesaikan 1 tugaspun. Tapi batinnya tidak pernah lepas dari ketenangan. Maka manakah orang yang lebih baik, orang pertama atau kedua?
10.   saya punya teman yang tidak mengenal sama sekali apa itu meditasi dan bagaimana itu meditasi. Dalam hidupnya, dia dirundung oleh banyak sekali masalah. Secara lahir dia tampak sehat walafiat, tapi sesungguhnya batinnya selalu gelisah dan menderita. Dia tidak memiliki teknik-teknik untuk melepaskan kegelisahannya itu. Tapi kawan saya itu orang yang berdisiplin dalam kerja. Dia tidak pernah bolos dan mengerjakan tugas-tugas kantor dengan tertib. Dia tidak pernah peduli apakah batinnya dalam keadaan bahagia atau menderita, dia selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Sebaliknya, saya telah banyak belajar beragam meditasi untuk ketenangan. Dan saya mampu keluar dari kegelisahan dengan cepat. Saya mampu mencapai jhana-jhana, merasakan kebahagiaan yang luar biasa, mengalami berbagai macam pencerahan dan sebagainya. Tapi saya seringkali lalai dalam bekerja. Saya suka datang terlambat, tidak mengerjakan tugas dan sering bolos. Maka sebenarnya, siapakah yang lebih baik, saya atau kawan saya?
11.   Ketika seseorang berpikir, "ini adalah kewajiban yang harus aku kerjakan", maka apakah ketenangan dapat muncul, jika kewajiban itu belum ditunaikan?
12.   Aku sangat tidak ingin mengalami kegelisahan. Aku benar-benar menolak keadaa ini. Benarkah sikapku ini?
13.   Mengapa seseorang sangat berkinginan untuk mengenyahkan kegelisahan dalam batinnya, tapi kurang semangat untuk melenyapkan kemalasan?
14.   Ada semangat dalam kegelisahan. Adakah semangat dalam kemalasan?
15.   Mengapa ketenangan seringkali diikuti oleh rasa ngantuk?
16.   Sebelum mencapai jhana, jika aku melakukan meditasi dalam keadaan berbaring, akhirnya tanpa sengaja selalu saja aku tertidur.  Mengapa demikian?
17.   Katakanlah, aku cukup terampil dalam menenangkan diri. Tapi aku tidak terampil dalam mengenyahkan kemalasan dan rasa kantuk. Bagaimanakah cara yang efektif untuk menghancurkan salah satu dari nivarana ini, yaitu kemalasan?
18.   Setelah mengalami ketenangan dan kebahagiaan yang luar biasa yang aku rasakan pada saat memperoleh pencerahan-pencerahan dalam meditasi samatha, maka aku sering teringat akan kondisi tersebut dan merindukannya. Kerinduan ini, di satu sisi menyebabkan aku selalu tergerak untuk bermeditasi, tapi di sisi lain menyebabkanku tidak dapat menikmati hidup saat ini dalam kondisi ini, dan selalu berpikir, "aku harus mencapai kondisi sempurna, kondisi terbaik, kondisi paling bahagia seperti ketika aku memperoleh pencerahan dalam meditasi." Benar atau salahkah pandangan batinku ini?
19.   Dua hal yang selalu menjadi pendorong diriku untuk bermeditasi. Pertama penderitaan yang aku rasakan saat ini, dan kedua harapan akan kebahagiaan yang dapat dicapai melalui meditasi. Apakah ini merupakan motivasi yang benar untuk meditasi?
20.   Banyak orang ketika merasa penat, lelah dan bosan, mereka lalu pergi ke tempat-tempat hiburan untuk dapat melepas penat, lelah dan bosa tersebut. Aku juga melakukan hal yang sama. Tapi satu-satunya yang menjadi tempat hiburanku adalah semedhi. Dalam semedhi, sungguh aku dapat memperoleh penghiburan yang luar biasa. Namun, salah seorang netter di sini menyatakan bahwa meditasi dengan inspirasi untuk memperoleh penghiburan merupakan meditasi yang dilakukan dengan pandangan yang salah. Saya akui itu benar. Tapi, mengapa kita tidak membiarkan seseorang bermeditasi terdorong dengan pandangan salah, lalu kita akan meluruskan padangan salah tersebut pada saat meditasi?
21.   Pada saat saya mencapai jhana-jhana dan telah maju dalam pencapaian vippasana, saya dapat melihat banyak pengetahuan, dan saya tahu jawaban dari semua pertanyaan yang saya ajukan ini. Tapi pada saat ini, ketika dalam batinku teradapat noda, mengapa saya merasa gelap, bingung dan tidak tahu jawaban-jawaban dari pertanyaan ini?
22.   Pada saat aku mencapai pencerahan, tidak ada perasaan bingung, gelisah, ragu-ragu, benci, malas dan keserakahan. Setidak tidaknya semua itu lemah sekali dalam diriku. Pada saat salah satu dari nivarana itu menonjol dalam diriku, perlahan-lahan nivarana yang lainpun menguat dalam diriku. Benarkah bahwa setiap yang tidak dapat melepaskan diri dari nivarana, maka dia tidak akan lepas dari kebingungan? Berankah, seseorang yang masih mencari kenikmatan indrawi, maka dia tidak akan mampu lepas dari kegelisahan, kemalasan, kebencian, dan kebingungan?

andrew

bro mungkin sudah waktunya beralih ke vipassana , bukan lagi samatha

beda vipassana dengan samatha

di samatha kotoran di buat mengendap ( ditekan kedalam ) jd pikiran di permukaan jernih... tapi dikedalaman kotoran tetap ada...

seperti gelas yang berisi air keruh...

kemudian setelah air tenang... kotoran mengendap didasar gelas...


kalo vipassana... kotoran ini disaring keluar dari gelas....

ini ada artikel vipassana

http://www.indonesian.dhamma.org/art.htm


_/\_

markosprawira

dear candra,

mari kita kembali ke konsep sati sampajanna (mindfull dan self awareness) atau boleh saya singkat "kekinian"....

jika anda bekerja, fokuslah pada pekerjaan itu..... lakukan dgn penuh semangat.... apapun tugas itu, jika dikerjakan dgn sungguh2, yakin lah bahwa semua akan bisa diselesaikan semuanya (walau misalnya dgn bantuan org/pihak lain)

jika memang tidak yakin bisa mengerjakannya, silahkan menenangkan diri dgn samatha, namun hendaknya "kenikmatan dalam ketenangan" jgn dilekati....... ini akan membuat kita melekat pada "samatha" dan menolak/dosa thd keseharian kita

memang pada saat kita masih mempunyai nivarana, selama itu pula kita masih "bingung"...... kadang jadi malas, kadang rajin......

itu kenapa ajaran semua buddha amat sangat simpel :
- kurangi berbuat jahat (baik pikiran, perbuatan dan ucapan)
- perbanyak berbuat baik (melalui pikiran, perbuatan dan ucapan)
- sucikan batin (dgn melakukan bhavana)

simpel namun sering kita abaikan...........

semoga bermanfaat utk ga ragu2 lagi dalam menjalankan keseharian kita yah......

dalam bekerja, lakukanlah dgn fokus dan bersemangat
dalam rumah tangga, lakukan juga tugas ayah dan suami yg membimbing ke arah kebaikan

markosprawira

Quote from: andrew on 19 November 2008, 09:36:49 AM
bro mungkin sudah waktunya beralih ke vipassana , bukan lagi samatha

beda vipassana dengan samatha

di samatha kotoran di buat mengendap ( ditekan kedalam ) jd pikiran di permukaan jernih... tapi dikedalaman kotoran tetap ada...

seperti gelas yang berisi air keruh...

kemudian setelah air tenang... kotoran mengendap didasar gelas...


kalo vipassana... kotoran ini disaring keluar dari gelas....

ini ada artikel vipassana

http://www.indonesian.dhamma.org/art.htm


_/\_

kalau saya boleh rekomendasi, cobalah untuk mencari pandangan yg benar dahulu secara buddhism..... karena jika pandangannya belum jelas, nanti malahan akan menjadi samadhi yg salah (miccha samadhi)

jika memang bro candra bertemu dgn "guru yg tepat", setelah pandangan semakin "benar", niscaya samadhi yg dilakukan akan semakin cepat juga

semoga bermanfaat.........

andrew

Quote from: markosprawira on 19 November 2008, 10:02:00 AM
Quote from: andrew on 19 November 2008, 09:36:49 AM
bro mungkin sudah waktunya beralih ke vipassana , bukan lagi samatha

beda vipassana dengan samatha

di samatha kotoran di buat mengendap ( ditekan kedalam ) jd pikiran di permukaan jernih... tapi dikedalaman kotoran tetap ada...

seperti gelas yang berisi air keruh...

kemudian setelah air tenang... kotoran mengendap didasar gelas...


kalo vipassana... kotoran ini disaring keluar dari gelas....

ini ada artikel vipassana

http://www.indonesian.dhamma.org/art.htm


_/\_

kalau saya boleh rekomendasi, cobalah untuk mencari pandangan yg benar dahulu secara buddhism..... karena jika pandangannya belum jelas, nanti malahan akan menjadi samadhi yg salah (miccha samadhi)

jika memang bro candra bertemu dgn "guru yg tepat", setelah pandangan semakin "benar", niscaya samadhi yg dilakukan akan semakin cepat juga

semoga bermanfaat.........

tujuannya vipassana itu untuk mendapatkan pandangan benar... yang otentik (bukan dari buku atau ceramah )

_/\_

candra_mukti19

 [at]  markosprawira

hebat! hebat! uraian anda pendek tapi benar dan berbobot. terima kasih atas penjelasannya. penjelasan anda mencerahkan batin saya.

keanehan yang saya hadapi adalah.....
sebelumnya saya sudah membaca uraian seperti yang anda uraikan. pada saat menjalani meditasi vippasanna, saypun mengalami "kebijaksaan vippasana". tapi mengapa, ketika saat ini, saat kebodohan batin muncul dalam diriku saya jadi bingung seakan-akan tidak pernah memperoleh petunjuk, batin menjadi gelap, tidak tahu dan tidak ingat akan kebijaksanaan-kebijaksaan yang pernah saya pelajari. mengapa batin bisa seperti itu, sobat?

dan satu lagi pertanyaan saya, apakah benar meditasi vippasana harus selalu diawali dengan meditasi samatha?
jika ya, minimalnya sampai pada tahap mana dalam samatha yang merupakan tahapan dimana kita siap untuk beralih ke dalam vippassana?
tanks sebelumnya.

candra_mukti19

Quote from: markosprawira
kalau saya boleh rekomendasi, cobalah untuk mencari pandangan yg benar dahulu secara buddhism..... karena jika pandangannya belum jelas, nanti malahan akan menjadi samadhi yg salah (miccha samadhi)

jika memang bro candra bertemu dgn "guru yg tepat", setelah pandangan semakin "benar", niscaya samadhi yg dilakukan akan semakin cepat juga

semoga bermanfaat.........

maukah anda menjelaskan pada saya mengenai pandangan benar?
pandangan tidak benar apa sebenarnya yang saya miliki? mengapa saya merasa bahwa saya sudah memiliki pandangan benar?

candra_mukti19

ketika seseorang mengalami suatu kegelisahan yang berat, maka dapatkah ia mengatasi hal itu langsung dengan praktik vippasana, tanpa didahului dengan praktik samatha?

andrew

Quote from: candra_mukti19 on 19 November 2008, 10:52:43 AM
ketika seseorang mengalami suatu kegelisahan yang berat, maka dapatkah ia mengatasi hal itu langsung dengan praktik vippasana, tanpa didahului dengan praktik samatha?


dalam vipassana , kegelisahan tidak hilang cuma di amati dengan pasif...

mungkin kejadiannya jadi seperti temanmu yang kamu ceritakan di no 10...


_/\_


markosprawira

Quote from: andrew on 19 November 2008, 10:12:22 AM
Quote from: markosprawira on 19 November 2008, 10:02:00 AM
Quote from: andrew on 19 November 2008, 09:36:49 AM
bro mungkin sudah waktunya beralih ke vipassana , bukan lagi samatha

beda vipassana dengan samatha

di samatha kotoran di buat mengendap ( ditekan kedalam ) jd pikiran di permukaan jernih... tapi dikedalaman kotoran tetap ada...

seperti gelas yang berisi air keruh...

kemudian setelah air tenang... kotoran mengendap didasar gelas...


kalo vipassana... kotoran ini disaring keluar dari gelas....

ini ada artikel vipassana

http://www.indonesian.dhamma.org/art.htm


_/\_

kalau saya boleh rekomendasi, cobalah untuk mencari pandangan yg benar dahulu secara buddhism..... karena jika pandangannya belum jelas, nanti malahan akan menjadi samadhi yg salah (miccha samadhi)

jika memang bro candra bertemu dgn "guru yg tepat", setelah pandangan semakin "benar", niscaya samadhi yg dilakukan akan semakin cepat juga

semoga bermanfaat.........

tujuannya vipassana itu untuk mendapatkan pandangan benar... yang otentik (bukan dari buku atau ceramah )

_/\_

jika bhavana diawali dengan miccha ditthi, maka itu akan berpotensi mengarah ke miccha samadhi

hal berbeda jika sudah ada sedikit pemahaman mengenai proses nama dan rupa.

dengan demikian, akan mengurangi keragu2an dan rintangan2 yg akan muncul dalam proses pengamatan.......

hal ini bnyk terjadi dalam bnyk meditator dimana proses mengamati, malahan menjadikan fenomena nama dan rupa sebagai objeknya, dimana ini biasanya akan membuat jadi histeris, sakit2 (biasanya kesemutan) yg menjadi amat sangat terasa

Tolong untuk tidak berasumsi seolah2 dgn langsung bervipassana, akan mendapat "pandangan benar".... jalan utama berunsur 8 itu hendaknya dijalankan secara bersama2, yg jika memang "benar", akan menguatkan lagi proses pelaksanaan jalan utama berunsur 8....

semacam roda yg diputar maka momentum/impulsnya akan mendorong proses selanjutnya, sehinga makin lama akan semakin kuat........

semoga bisa bermanfaat

markosprawira

Quote from: candra_mukti19 on 19 November 2008, 10:35:54 AM
[at]  markosprawira

hebat! hebat! uraian anda pendek tapi benar dan berbobot. terima kasih atas penjelasannya. penjelasan anda mencerahkan batin saya.

keanehan yang saya hadapi adalah.....
sebelumnya saya sudah membaca uraian seperti yang anda uraikan. pada saat menjalani meditasi vippasanna, saypun mengalami "kebijaksaan vippasana". tapi mengapa, ketika saat ini, saat kebodohan batin muncul dalam diriku saya jadi bingung seakan-akan tidak pernah memperoleh petunjuk, batin menjadi gelap, tidak tahu dan tidak ingat akan kebijaksanaan-kebijaksaan yang pernah saya pelajari. mengapa batin bisa seperti itu, sobat?

anumodana atas pencapaian nyana2 dalam vipassana.....

disinilah seharusnya proses "menyadari" itu terus dilakukan........ jika ada yg muncul, pasti itu akan hilang/lenyap.....

bnyk yg dalam bermeditas, mencoba mereka2/mencari2/mengingat2 ini dan itu..... jika ini dilakukan, maka yg terjadi adalah "mengkhayal" dan menyama2kan dengan text book/pengalaman sebelumnya.......

Quote from: candra_mukti19 on 19 November 2008, 10:35:54 AM
dan satu lagi pertanyaan saya, apakah benar meditasi vippasana harus selalu diawali dengan meditasi samatha?
jika ya, minimalnya sampai pada tahap mana dalam samatha yang merupakan tahapan dimana kita siap untuk beralih ke dalam vippassana?
tanks sebelumnya.

ya dan tidak...... tergantung dari kecocokan batin ybs......


jadi kalau saya boleh rekomendasi, setiap vipassana baik melalui samatha maupun langsung, tergantung dari kesiapan batin ybs....

cara mengetahui kecocokan adalah dengan melihat metode mana yg bisa memberikan manfaat bagi perkembangan batin..

batin yg berkembang, otomatis akan membuat kualitas hidup anda juga meningkat......


samatha diperlukan untuk dapat menghimpun tahap konsentrasi yg memadai, agar dapat mengakselerasi vipassana.
namun samatha pada org2 tertentu, bisa juga menjadi penghambat, karena mereka sudah terbiasa "memegang" objek, sehingga fenomena nama dan rupa yg seharusnya diamati dalam vipassana, justru dijadikan "objek".... dipegang erat2, dan fokus diarahkan sepenuhnya pada fenomena itu.....

ini yg membuat org bervipassana menjadi "sensitif"......

semoga bermanfaat

andrew

Quote from: markosprawira on 19 November 2008, 11:11:47 AM
Quote from: andrew on 19 November 2008, 10:12:22 AM
Quote from: markosprawira on 19 November 2008, 10:02:00 AM
Quote from: andrew on 19 November 2008, 09:36:49 AM
bro mungkin sudah waktunya beralih ke vipassana , bukan lagi samatha

beda vipassana dengan samatha

di samatha kotoran di buat mengendap ( ditekan kedalam ) jd pikiran di permukaan jernih... tapi dikedalaman kotoran tetap ada...

seperti gelas yang berisi air keruh...

kemudian setelah air tenang... kotoran mengendap didasar gelas...


kalo vipassana... kotoran ini disaring keluar dari gelas....

ini ada artikel vipassana

http://www.indonesian.dhamma.org/art.htm


_/\_

kalau saya boleh rekomendasi, cobalah untuk mencari pandangan yg benar dahulu secara buddhism..... karena jika pandangannya belum jelas, nanti malahan akan menjadi samadhi yg salah (miccha samadhi)

jika memang bro candra bertemu dgn "guru yg tepat", setelah pandangan semakin "benar", niscaya samadhi yg dilakukan akan semakin cepat juga

semoga bermanfaat.........

tujuannya vipassana itu untuk mendapatkan pandangan benar... yang otentik (bukan dari buku atau ceramah )

_/\_

jika bhavana diawali dengan miccha ditthi, maka itu akan berpotensi mengarah ke miccha samadhi

hal berbeda jika sudah ada sedikit pemahaman mengenai proses nama dan rupa.

dengan demikian, akan mengurangi keragu2an dan rintangan2 yg akan muncul dalam proses pengamatan.......

hal ini bnyk terjadi dalam bnyk meditator dimana proses mengamati, malahan menjadikan fenomena nama dan rupa sebagai objeknya, dimana ini biasanya akan membuat jadi histeris, sakit2 (biasanya kesemutan) yg menjadi amat sangat terasa

Tolong untuk tidak berasumsi seolah2 dgn langsung bervipassana, akan mendapat "pandangan benar".... jalan utama berunsur 8 itu hendaknya dijalankan secara bersama2, yg jika memang "benar", akan menguatkan lagi proses pelaksanaan jalan utama berunsur 8....

semacam roda yg diputar maka momentum/impulsnya akan mendorong proses selanjutnya, sehinga makin lama akan semakin kuat........

semoga bisa bermanfaat

tanpa pengetahuan teori...

orang yang bervipassana akan melihat langsung perbedaan nama - rupa

ini di sebut nama -rupa pariceda nyana

saudara markos , maaf ya saya tidak sedang berasumsi, tapi mengetahui langsung...
dan melihat langsung bagaimana mereka melewati hari hari vipassananya di center  meditasi vipassana ...

banyak orang-orang yang sama sekali buta dengan teori buddhis, dan berasal dari agama lain... melihat langsung ajaran buddha di dalam vipassana...

_/\_

markosprawira

Quote from: candra_mukti19 on 19 November 2008, 10:40:04 AM
Quote from: markosprawira
kalau saya boleh rekomendasi, cobalah untuk mencari pandangan yg benar dahulu secara buddhism..... karena jika pandangannya belum jelas, nanti malahan akan menjadi samadhi yg salah (miccha samadhi)

jika memang bro candra bertemu dgn "guru yg tepat", setelah pandangan semakin "benar", niscaya samadhi yg dilakukan akan semakin cepat juga

semoga bermanfaat.........

maukah anda menjelaskan pada saya mengenai pandangan benar?
pandangan tidak benar apa sebenarnya yang saya miliki? mengapa saya merasa bahwa saya sudah memiliki pandangan benar?

pandangan benar yg paling utama adalah proses timbul dan tenggelamnya nama/batin dan rupa/fisik

ini adalah kunci yg menjadikan vipassana sangat istimewa....... itu kenapa dalam vipassana, yg ditekankan adalah "menyadari".... disini menyadarinya adalah menyadari fenomena yg timbul, pasti akan tenggelam.....

misal anda menyebut " saya sudah memiliki"..... disini jelas bhw konsep Atta masih melekat, sehingga jika "mentok", maka anda akan mencari2 knowledge/pengetahuan utk menjawabnya..... disini proses menyadari berakhir dan menjadi proses berpikir sehingga justru membentuk "konsep" atau "objek" baru.....

semoga bisa bermanfaat  _/\_

markosprawira

Quote from: andrew on 19 November 2008, 11:23:13 AM
Quote from: markosprawira on 19 November 2008, 11:11:47 AM
Quote from: andrew on 19 November 2008, 10:12:22 AM
Quote from: markosprawira on 19 November 2008, 10:02:00 AM
Quote from: andrew on 19 November 2008, 09:36:49 AM
bro mungkin sudah waktunya beralih ke vipassana , bukan lagi samatha

beda vipassana dengan samatha

di samatha kotoran di buat mengendap ( ditekan kedalam ) jd pikiran di permukaan jernih... tapi dikedalaman kotoran tetap ada...

seperti gelas yang berisi air keruh...

kemudian setelah air tenang... kotoran mengendap didasar gelas...


kalo vipassana... kotoran ini disaring keluar dari gelas....

ini ada artikel vipassana

http://www.indonesian.dhamma.org/art.htm


_/\_

kalau saya boleh rekomendasi, cobalah untuk mencari pandangan yg benar dahulu secara buddhism..... karena jika pandangannya belum jelas, nanti malahan akan menjadi samadhi yg salah (miccha samadhi)

jika memang bro candra bertemu dgn "guru yg tepat", setelah pandangan semakin "benar", niscaya samadhi yg dilakukan akan semakin cepat juga

semoga bermanfaat.........

tujuannya vipassana itu untuk mendapatkan pandangan benar... yang otentik (bukan dari buku atau ceramah )

_/\_

jika bhavana diawali dengan miccha ditthi, maka itu akan berpotensi mengarah ke miccha samadhi

hal berbeda jika sudah ada sedikit pemahaman mengenai proses nama dan rupa.

dengan demikian, akan mengurangi keragu2an dan rintangan2 yg akan muncul dalam proses pengamatan.......

hal ini bnyk terjadi dalam bnyk meditator dimana proses mengamati, malahan menjadikan fenomena nama dan rupa sebagai objeknya, dimana ini biasanya akan membuat jadi histeris, sakit2 (biasanya kesemutan) yg menjadi amat sangat terasa

Tolong untuk tidak berasumsi seolah2 dgn langsung bervipassana, akan mendapat "pandangan benar".... jalan utama berunsur 8 itu hendaknya dijalankan secara bersama2, yg jika memang "benar", akan menguatkan lagi proses pelaksanaan jalan utama berunsur 8....

semacam roda yg diputar maka momentum/impulsnya akan mendorong proses selanjutnya, sehinga makin lama akan semakin kuat........

semoga bisa bermanfaat

tanpa pengetahuan teori...

orang yang bervipassana akan melihat langsung perbedaan nama - rupa

ini di sebut nama -rupa pariceda nyana

saudara markos , maaf ya saya tidak sedang berasumsi, tapi mengetahui langsung...
dan melihat langsung bagaimana mereka melewati hari hari vipassananya di center  meditasi vipassana ...

banyak orang-orang yang sama sekali buta dengan teori buddhis, dan berasal dari agama lain... melihat langsung ajaran buddha di dalam vipassana...

_/\_

dear andrew,

pernahkah anda terpikir, bagaimana org2 itu bisa melakukan vipassana?
mengapa mereka bisa melihat ajaran buddha?

jelas bhw mereka ada korelasi dengan ajaran buddha itu sendiri, yg memungkinkan mereka bisa melakukan vipassana itu loh........
ini yg seringkali disalah artikan, bhw seolah krn mereka dari paham lain, lalu PASTI bisa bervipassana

Namun jika kita lihat bahwa sebenarnya tanpa kesesuaian kamma, hal itu tidaklah bisa terjadi.... sama seperti kita bisa berdana yg "besar", tidaklah bisa dilakukan jika tidak berdana yg kecil2 dahulu

Ini pernah saya ulas dgn bro candra yg bertanya mengapa dia lahir dan beragama muslim.
Ini disebabkan karena beliau memegang konsep yg keliru mengenai Atta, dan pada akan waktu meninggal, beliau sedang "pas" memegang konsep itu.....

Konsep diperlukan untuk mengarahkan, bahkan dalam vipassana sekalipun, hendaknya dilakukan konseling/konsultasi untuk mengarahkan. Inipun termasuk konsep loh.....

jadi maaf saja, asumsi "buta teori" dan "agama lain", tidak bisa menjadi patokan bahwa seseorang itu tidak mengetahui ajaran buddha loh krn sebenarnya dgn bisa melakukan vipassana, sebenarnya orang itu sebenarnya sudah mempunyai "bekal ajaran buddha" pada kehidupan lampau, yg kembali "muncul" pada kehidupan saat ini......

kenapa kita jadi buddhist? karena ada kesesuaian
kenapa kita lahir di indo? karena ada kesesuaian
kenapa kita sama2 cowo? karena ada kesesuaian...


semoga bisa dimengerti yah.........

andrew

Quote from: markosprawira on 19 November 2008, 11:38:30 AM
Quote from: andrew on 19 November 2008, 11:23:13 AM
Quote from: markosprawira on 19 November 2008, 11:11:47 AM
Quote from: andrew on 19 November 2008, 10:12:22 AM
Quote from: markosprawira on 19 November 2008, 10:02:00 AM
Quote from: andrew on 19 November 2008, 09:36:49 AM
bro mungkin sudah waktunya beralih ke vipassana , bukan lagi samatha

beda vipassana dengan samatha

di samatha kotoran di buat mengendap ( ditekan kedalam ) jd pikiran di permukaan jernih... tapi dikedalaman kotoran tetap ada...

seperti gelas yang berisi air keruh...

kemudian setelah air tenang... kotoran mengendap didasar gelas...


kalo vipassana... kotoran ini disaring keluar dari gelas....

ini ada artikel vipassana

http://www.indonesian.dhamma.org/art.htm


_/\_

kalau saya boleh rekomendasi, cobalah untuk mencari pandangan yg benar dahulu secara buddhism..... karena jika pandangannya belum jelas, nanti malahan akan menjadi samadhi yg salah (miccha samadhi)

jika memang bro candra bertemu dgn "guru yg tepat", setelah pandangan semakin "benar", niscaya samadhi yg dilakukan akan semakin cepat juga

semoga bermanfaat.........

tujuannya vipassana itu untuk mendapatkan pandangan benar... yang otentik (bukan dari buku atau ceramah )

_/\_

jika bhavana diawali dengan miccha ditthi, maka itu akan berpotensi mengarah ke miccha samadhi

hal berbeda jika sudah ada sedikit pemahaman mengenai proses nama dan rupa.

dengan demikian, akan mengurangi keragu2an dan rintangan2 yg akan muncul dalam proses pengamatan.......

hal ini bnyk terjadi dalam bnyk meditator dimana proses mengamati, malahan menjadikan fenomena nama dan rupa sebagai objeknya, dimana ini biasanya akan membuat jadi histeris, sakit2 (biasanya kesemutan) yg menjadi amat sangat terasa

Tolong untuk tidak berasumsi seolah2 dgn langsung bervipassana, akan mendapat "pandangan benar".... jalan utama berunsur 8 itu hendaknya dijalankan secara bersama2, yg jika memang "benar", akan menguatkan lagi proses pelaksanaan jalan utama berunsur 8....

semacam roda yg diputar maka momentum/impulsnya akan mendorong proses selanjutnya, sehinga makin lama akan semakin kuat........

semoga bisa bermanfaat

tanpa pengetahuan teori...

orang yang bervipassana akan melihat langsung perbedaan nama - rupa

ini di sebut nama -rupa pariceda nyana

saudara markos , maaf ya saya tidak sedang berasumsi, tapi mengetahui langsung...
dan melihat langsung bagaimana mereka melewati hari hari vipassananya di center  meditasi vipassana ...

banyak orang-orang yang sama sekali buta dengan teori buddhis, dan berasal dari agama lain... melihat langsung ajaran buddha di dalam vipassana...

_/\_

dear andrew,

pernahkah anda terpikir, bagaimana org2 itu bisa melakukan vipassana?
mengapa mereka bisa melihat ajaran buddha?

jelas bhw mereka ada korelasi dengan ajaran buddha itu sendiri, yg memungkinkan mereka bisa melakukan vipassana itu loh........
ini yg seringkali disalah artikan, bhw seolah krn mereka dari paham lain, lalu PASTI bisa bervipassana

Namun jika kita lihat bahwa sebenarnya tanpa kesesuaian kamma, hal itu tidaklah bisa terjadi.... sama seperti kita bisa berdana yg "besar", tidaklah bisa dilakukan jika tidak berdana yg kecil2 dahulu

Ini pernah saya ulas dgn bro candra yg bertanya mengapa dia lahir dan beragama muslim.
Ini disebabkan karena beliau memegang konsep yg keliru mengenai Atta, dan pada akan waktu meninggal, beliau sedang "pas" memegang konsep itu.....

Konsep diperlukan untuk mengarahkan, bahkan dalam vipassana sekalipun, hendaknya dilakukan konseling/konsultasi untuk mengarahkan. Inipun termasuk konsep loh.....

jadi maaf saja, asumsi "buta teori" dan "agama lain", tidak bisa menjadi patokan bahwa seseorang itu tidak mengetahui ajaran buddha loh krn sebenarnya dgn bisa melakukan vipassana, sebenarnya orang itu sebenarnya sudah mempunyai "bekal ajaran buddha" pada kehidupan lampau, yg kembali "muncul" pada kehidupan saat ini......

kenapa kita jadi buddhist? karena ada kesesuaian
kenapa kita lahir di indo? karena ada kesesuaian
kenapa kita sama2 cowo? karena ada kesesuaian...


semoga bisa dimengerti yah.........

maaf jalan yang kita tempuh berbeda...

terima kasih.... tulisannya...

saya tidak akan melanjutkan diskusi ini

_/\_