dear chandra,
sori kalo mengkritik, namun sepertinya anda sudah masuk ke tahap "kecanduan jhana".
Hal ini biasa terjadi pada banyak meditator, yg merasakan kenikmatan bermeditasi sehingga mereka ingin dan ingin terus bermeditasi.
Hal ini sebaiknya malahan menambah kemelekatan anda pada meditasi, yang notabene akan menjauhkan anda dari nibbana
Disinilah perlunya "pandangan benar" sebagai landasan.
Bahwa tujuan dari meditasi itu adalah menenangkan batin yang selama ini bnyk bergejolak, dengan bonus "kenikmatan"
Namun anda justru menjadi bermeditasi, dengan tujuan untuk mencari kenikmatannya....
Hal ini serupa dengan umat buddha yg mau bermeditasi tapi kesurupan.... karena tujuannya sudah melenceng, sehingga meditasinya dipenuhi oleh pandangan2 salah dan "tersasar"
Kalau saya boleh rekomendasi, cobalah tunaikan dahulu kewajiban sehari2 anda..... jika memang masih bekerja, tunaikan kewajiban anda dgn baik
Jika memang anda berkeinginan utk bermeditasi, cobalah cari waktu yg memungkinkan misal nanti akan ada meditasi 10 hari yang dibimbing oleh Sayalay Dipankara (murid pa auk sayadaw)
Memang bermeditasi itu nikmat, namun buddha justru mengajar meditasi utk melepaskan diri dari kemelekatan akan kenikmatan karena kemelekatan pada kenikmatan itu yg membuat kita terus dan terus terlahir berulang kali.....
semoga bisa dimengerti yah..........
anda ada benarnya. meditasi itu begitu nikmat, sehingga saya menyebutnya sebagai candu. tapi, bukankah itu merupakan candu yang bagus? karena rasa ketagihan akan kenikmatan yang ada dalam meditasi, saya terus menerus berusaha untuk kembali ke dalam meditasi. seharipun tidak bermeditasi rasanya gak kuat, seakan-akan lebih baik tidak makan dari pada tidak bermeditasi. tapi semakin bermeditasi, batin saya semakin berkembang, pengetahuan, wawasan dan pengalamanpun berkembang. jadi bukankah itu kecanduan yang bagus?
setelah batin berkembang, dan batin mencapai keseimbangannya saya tidak dapat lagi merasakan nikmat atau sakit. seperti yang dijelaskan oleh guru-guru budhist, dan aku mengalaminya. tapi, sayangnya seringkali aku terhenti pada tahap "nikmat" karena tidak cukup waktu untuk menyelesaikan hingga ke tingkat keseimbangan batin. dalam sekali meditasi, yaitu dalam waktu meditasi 2 jam, paling-paling saya hanya mampu sampai kepada munculnya faktor pencerahan dimana semangat berkembang. setelah itu saya hrus usai meditasi karena waktu yang membatasi.
saya senang dengan saran dan uraian anda. tampaknya anda orang yang mengerti dan berpengalaman. bagaimanakah saya dapat bermeditasi dengan menunggu selesaikanya pekerjaan saya, karena pekerjaan saya amat banyak dan setiap hari saya lembur. dalam semalam saya tidur 3 atau jam saja yng menurut kebiasaan di tempat saya itu tidak umum. tapi saya terpaksa karen banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan.
saya sudah menjadualkan latihan meditasi rutin, yaitu setiap sore hari pukul 16 hinga pukul 18 di atas bukit. tapi, seperti saat ini, saya gak akan bisa melakukannya. pertama karena tampaknya sore ini kan hujan. kedua, pukul 17:00 nanti saya harus jemput istri pulang kerja. jadual yang rutinpun harus banyak terganggu.
sedangkan diri saya terdesak oleh kebutuhan. jika saya tdak segera bermeditasi, maka kebutuhan saya itu tidak terpenuhi. kebutuhan apakah itu?
kehidupan disekitar saya dipenuhi dengan penderitaan dan kejahatan. ketika saya bermeditasi dan berhasil mencapai jhana-jhana, banyaklah orang yang tertolong. jika batn saya jauh dari kesucian, maka jangankan untuk membri kebahagiaan bagi orang lain, diri sendiripun perlu di tolong. walaupun setiap orang menerima karma masing-masing. tapi, karma buruk sayalah yang menyebabkan saya hnaya bisa menangis letika ibu saya menghadapi sakit keras dan tak terobati. dia dalam pnderitaan yang berat. pengobatan medis pun tidak menolongnya. maka saya memutuskan untuk bermediasi selama 7 hari tanpa henti, berharap memperoleh kekuatan-kekuatan adi alami untuk menyembuhkan ibu saya. maka saya meninggalkan banyak kewajiban lain, yaitu mengajar di sekolah. saya berencana bermeditasi selama 7 hari. pada hari keempat, saya merasa energi saya sudah cukup memadai. lalu saya menghampiri ibu saya, dengan sinar metha dan kekuatan adhialami dari meditasi samatha, aku mengaliran energi cintaku demi kesembuhan ibuku. hal-hal seperti inilah yang memaksaku untuk lebih banyak bermeditasi, dan bukan soal mencari kenikmatan untuk diriku sendiri. silahkan anda memberikan komentar lagi. saya tunggu!
dear candra,
disinilah pentingnya "pandangan benar"...... karena tanpa pandangan benar itu maka samadhi yg anda lakukan, akan menjurus ke samadhi yg salah secara hakekatnya
kebutuhan itu sebenarnya seperti hidup sehari-hari, yang butuh lebih cepat, lebih besar dan lebih memuaskan.....
darimanakah kebutuhan itu berasal?? dari faktor2 external seperti mobil yg baru, makanan yg lebih enak... ataukah dari diri sendiri yg ingin mobil yg baru atau makanan yg lebih enak??
karena itu, marilah kita coba jujur.... di awal anda akui meditasi itu nikmat, dan ingin berusaha "lebih lama" disana, namun di akhir, anda menyebut bhw faktor2 lingkunganlah yg membuat anda ingin bermeditasi lebih lama
Ini sebenarnya bnyk kita alami dalam hidup sehari2 kita..... salah satunya adalah masturbation brain (kita berasumsi bahwa orang lain itu menginginkan sesuatu) dimana kita mengambil keputusan atas asumsi itu
Misal sakit berat yg tidak terobati.
Bagaimana jika ibu diajari cara utk menangani sakit, dgn cara mengajari beliau meditasi? sudah bnyk kasus org sakit parah yg sembuh krn bermeditasi loh
Juga lingkungan yg penuh penderitaan.
Pemancaran metta hanya berfungsi meredam namun selama sumber penderitaan tidak diatasi maka lingkungan anda akan terus menderita (Buddha menyebut bahwa kemiskinan adalah sumber kejahatan)
sama seperti pemberian Rp 100.000/bulan tapi biaya hidup terus melambung... hanya meredam tapi tidak menyembuhkan
Namun sebenarnya alasan utama adalah bahwa kita melekat pada ibu dan lingkungan kita
Kita tidak ingin ibu kita "berubah" dan terus sehat... padahal sudah hukum alam bhw yg lahir pasti akan meninggal. Ini bukan menganjurkan anda utk mencueki ibu anda, tapi jgnlah jadi melekat (terlihat dari anda menangis, ini adalah hasil dari melekat)
Juga anda ingin lingkungan berubah.... karena anda "benci" melihat kejahatan dan ingin membuat jadi "baik".... biasanya disini akan terjadi lingkaran yg tidak berkesudahan : anda ingin lingkungan jadi baik - anda bnyk meditasi - krn smber penderitaan tetap ada, lingkungan tetap jahat - anda makin keras meditasi, dst..dst.... sampai satu titik, kebencian anda akan meledak dan justru akan "menghancurkan" lingkungan itu....
Kondisi inilah yg dialami oleh para ekstrimis yg mengebom...... di awalnya mereka ingin org ikut paham mereka, namun sampai pada 1 titik dimana org masih tidak ikut dan mereka sudah merasa tidak sanggup utk merubah, mereka lalu "merusak"....
disinilah bahayanya candu kemelekatan..... ingin kenikmatan yg lebih dan lebih lagi, dan kalau sudah tidak bisa, akhirnya membuat jadi kebencian yang meluap2.....
buddha menggambarkan kemelekatan seperti daging gosong di penggorengan..... yg makin dilekati, akan makin menyakitkan jika akan dilepas
Karena itu, saya anjurkan anda utk coba perdalam dulu buddhism.... bukan untuk mengkonvesi anda menjadi penganut buddha namun buddhism berisi ajaran yg realistis mengenai bagaimana memahami manusia itu sendiri, bukan bagaimana mengatur lingkungan agar bisa sesuai dengan nafsu manusia
semoga sharing ini bisa bermanfaat bagi kita semua