Telur dan ayam

Started by J_Kartono, 29 October 2008, 07:36:11 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

CKRA

Kalau ayam, nanti ditanya lagi ayam jantan atau betina?
Kalau telur, yang mengerami telur itu siapa?  #-o

markosprawira

yang pasti ada ayam betina dan ayam jantan, bro.....

kalo ayam jantan doang, ga mungkin bertelur...... dan kalo ayam betina doang, ga mungkin akan jadi anak karena ga ada yg membuahi......


Jerry

berarti hukum keterhubungan segala sesuatu tidak pantas dijawab dgn analogi 'ayam dan telur mana lebih dulu' dong ya? ;D
appamadena sampadetha

markosprawira

hukum keterhubungan segala sesuatu : sori, apaan tuh?? ga ngerti.......

yang gw tau sih hukum kesesuaian alam semesta yang terdiri dari panca niyama yaitu Utu, Bija, Kamma, Dhamma dan Citta niyama

Jerry

hukum keterhubungan/ketergantungan segala sesuatu, paticca samuppada maksudnya.. :D

mettacitena
_/\_
appamadena sampadetha

markosprawira

dear xuvie,

oo... ic.....

kalau saya boleh bilang, bahwa paticca samuppada terkait dengan kondisi batin.

Itu pula kenapa untuk memutuskan rantainya, dimulai dari mengendalikan keinginan/tanha

Bahkan Nibbana-pun, adalah kondisi batin...

sementara ayam - telur, hanya melihat dari sisi rupa/fisiknya saja.... tentunya ga akan nyambung dong  ;)

Jerry

#21
Oh.. yg dimaksud om markos sudah di doktrin paticca samuppada, di bagian nidana yah.. yang saya maksud overallnya, keterhubungan segala sesuatu. Yang Sang Buddha katakan, "Dgn adanya ini, maka itu ada ... Dengan lenyapnya ini, maka itu juga lenyap."

nibbana kondisi batin? mungkin saupadisesa nibbana yah mksdnya? :)

cmiiw

mettacitena
_/\_
appamadena sampadetha

markosprawira

dear xuvie,

Mengenai keterhubungan pada paticca samuppada pun, yang "dgn adanya ini, maka itu ada..." misal dengan adanya phassa/kontak, maka muncul vedana/perasaan........ itu semuanya berhubungan dengan batin loh..... coba deh anda liat2 lagi

Nibbana adalah padamnya kilesa atau terbebasnya dari tanha, jadi itu adalah kondisi batin

sementara anupadisesa maupun saupadisesa, hanyalah berhubungan dengan panca khanda.


Yang orang sering salah persepsi lagi, adalah bahwa jika sudah mencapai Nibbana, lalu berarti setiap saat Arahat itu selalu dalam kondisi Nibbana.
Sesungguhnya Nibbana adalah kondisi pikiran, yang bisa masuk dan keluar.
Jika tidak dalam kondisi "Nibbana", maka citta yang muncul adalah Kiriya/Fungsional.... bukan kusala/akusala seperti pada putthujhana

semoga bisa dimengerti yah

Jerry

Anumodana penjelasannya om markos :)

Berarti nibbana semacam mode gitu yah gampangnya? [Nibbana mode: ON/OFF] gitu?
Kalo dgn Udana 8: 3 itu berarti bertentangan dong jadinya, om? mohon pencerahan dan penjelasannya.. :)
Juga mengenai Kiriya.. beda antara kiriya dengan kusala/akusala :)

Eh ngomong2, oot ga yah? kalo iya, mohon pindah ke thread baru aja, ngga enak ati ntar..  :P

hatur nuhun penjelasanna, om..

mettacitena
_/\_
appamadena sampadetha

Kelana

Telur dulu...jika mengacu pada hukum evolusi. ;)
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

markosprawira

Quote from: xuvie on 06 November 2008, 11:40:17 PM
Anumodana penjelasannya om markos :)

Berarti nibbana semacam mode gitu yah gampangnya? [Nibbana mode: ON/OFF] gitu?
Kalo dgn Udana 8: 3 itu berarti bertentangan dong jadinya, om? mohon pencerahan dan penjelasannya.. :)
Juga mengenai Kiriya.. beda antara kiriya dengan kusala/akusala :)

Eh ngomong2, oot ga yah? kalo iya, mohon pindah ke thread baru aja, ngga enak ati ntar..  :P

hatur nuhun penjelasanna, om..

mettacitena
_/\_

Mengenai "keluar masuk nibbana" sebenarnya mirip ama jhana atau tingkat konsentrasi.
Pernah denger istilah keluar masuk jhana juga khan??
Ini yang dilakukan buddha pada waktu akan parinibbana, masuk ke tingkat2 jhana, lalu keluar lagi.....

Tapi jgn lalu diartikan bhw nibbana sama dengan jhana yah  ;D soalnya nanti jadi muncul "mencicipi nibbana"  ;D

( Sutta Pitaka, Udana VIII : 3 )
QuoteKetahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan,pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.?

Disini anda bisa liat bahwa 3x muncul kata2 "Yang Tidak Dilahirkan,dst", tapi hanya ada 1x kata "sesuatu"

Sepertinya disini ada salah penterjemahan dari bhs Inggris yang lengkapnya :

Quote"There is, O monks, an Unborn, Unoriginated, Uncreated, Unformed. Were there not, O monks, this Unborn, Unoriginated, Uncreated, Unformed, there would be no escape from the world of the born, originated, created, formed. Since, O monks, there is an Unborn, Unoriginated, Uncreated, Unformed, therefore is there an escape from the born, originated, created, formed. What is dependent, that also moves; what is independent does not move. Where there is no movement, there is rest; where rest is, there is no desire; whe re there is no desire, there is neither coming nor going, no ceasing-to-be, no further coming to be. Where there is no ceasing-to-be, no further coming-to-be, there is neither this shore [this world] nor the other shore [Nirvana], nor anything between the m." (Udana 8:3; Khudda Nikaya, in "Minor Anthologies," p 98)

Disini kata "AN" yg diterjemahkan menjadi "Sesuatu".... padahal AN itu hanya awalan yang sebenarnya bisa dihilangkan kalau si penterjemah memahami bahwa Nibbana adalah kondisi batin, bukanlah "Objek"

Bisa dilihat di kata AN yg kedua, yang tidak ikut diterjemahkan menjadi Sesuatu

sehingga seharusnya bisa hanya menjadi :

( Sutta Pitaka, Udana VIII : 3 )
QuoteKetahuilah para Bhikkhu bahwa ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan,pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.?

Jika anda berkenan, mengenai Kiriya, Kusala dan Akusala, bisa kita diskusikan di forum Abhidhamma bagian cetasika, gimana???

Biar ga OOT di forum umum   :D

Semoga bisa bermanfaat yah _/\_

markosprawira

Quote from: Kelana on 07 November 2008, 01:58:35 AM
Telur dulu...jika mengacu pada hukum evolusi. ;)

telur kudu ada yg eramin, bro....... kalo ngga, jadi telur busuk  :))

Kelana

Quote from: markosprawira on 07 November 2008, 08:54:13 AM
Quote from: Kelana on 07 November 2008, 01:58:35 AM
Telur dulu...jika mengacu pada hukum evolusi. ;)

telur kudu ada yg eramin, bro....... kalo ngga, jadi telur busuk  :))

:)) wah saya tidak tahu pasti ya apakah telur harus selalu dierami. Tapi yang pasti jika telur memang perlu dierami, maka menurut hukum evolusi bukanlah ayam yang mengerami telur, tetapi kadal alias dinosaurus. Menurut hukum evolusi, unggas termasuk ayam muncul jauh setelah kemunculan dinosaurus yang juga bertelur. Jadi jika pertanyaan apa yang duluan antara telur dengan ayam, maka telur (telur dinosaurus) muncul lebih dulu dari ayam.   :)) ;)
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Jerry

Quote from: markosprawira
Mengenai "keluar masuk nibbana" sebenarnya mirip ama jhana atau tingkat konsentrasi.
Pernah denger istilah keluar masuk jhana juga khan??
Ini yang dilakukan buddha pada waktu akan parinibbana, masuk ke tingkat2 jhana, lalu keluar lagi.....

maaf baru sempat bales, boleh minta kutipan atau linknya om? Perasaan bbrp tahun lalu pernah baca tp tdk adanya mengenai Sang Buddha memasuki tingkat nibbana, yg saya inget dikit, Sang Buddha dikira telah Maha-Parinibbana, tetapi oleh Y.A Anuruddha disangkal bahwa beliau tengah memasuki tingkat2 jhana dan 4 landasan. Kurang ingat juga sih, maklum cm bermodal 'ingatan', produk masa lalu yg 'tidak pasti'. Mohon link dr teman2 yg berkenan. :)

Menurut saya Nibbana, bukan kondisi juga, melainkan padamnya kondisi.
Karena jika Nibbana merupakan kondisi, seharusnya definisinya bukan "Atthi ajatam abhutam asankhatam" melainkan "Atthi ajatam abhutam akatham sankhatam"

Terimakasih, cmiiw

Namaste
_/\_
appamadena sampadetha

FZ

Quote from: Kelana on 07 November 2008, 09:58:05 AM
Quote from: markosprawira on 07 November 2008, 08:54:13 AM
Quote from: Kelana on 07 November 2008, 01:58:35 AM
Telur dulu...jika mengacu pada hukum evolusi. ;)

telur kudu ada yg eramin, bro....... kalo ngga, jadi telur busuk  :))

:)) wah saya tidak tahu pasti ya apakah telur harus selalu dierami. Tapi yang pasti jika telur memang perlu dierami, maka menurut hukum evolusi bukanlah ayam yang mengerami telur, tetapi kadal alias dinosaurus. Menurut hukum evolusi, unggas termasuk ayam muncul jauh setelah kemunculan dinosaurus yang juga bertelur. Jadi jika pertanyaan apa yang duluan antara telur dengan ayam, maka telur (telur dinosaurus) muncul lebih dulu dari ayam.   :)) ;)
ovipar.. ovovivipar.. vivipar.. :D