Mengapa Ada Orang Kaya, Miskin, Cantik dan Buruk Rupa?

Started by Yumi, 26 October 2008, 10:42:23 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Yumi

Srimala adalah putri dari Raja Prasenajit dari kerajaan Saravasti. Ia telah menikah dengan Raja Ayodhya dari kerajaan lain.
Srimala was the daughter of King Prasenajit of Saravasti and the wife of King Ayodhya.

Meskipun ia memiliki status sosial yang sangat tinggi dalam hidupnya, ia sama sekali tidak cantik. Ia selalu bertanya-tanya mengapa bisa demikian.
Although she held a very high position in life, she was not at all beautiful. She always wondered why this was so.

Suatu hari, ketika Sang Buddha datang menetap di Vihara Jetavana, Srimala pun datang untuk memberi hormat dan bertanya kepada Beliau:
One day, when the Buddha came to stay at the Jetavana Monastery, she went to pay him her respects and asked him the following questions:

"Guru, mengapa ada wanita yang jelek, berwatak sangat kasar, berstatus sosial rendah dan miskin?"
"Lord Buddha, why are there some women who are ugly, terribly rough in manner, hold a low position in life and are poor?"

"Mengapa ada wanita yang jelek, berwatak sangat kasar, tetapi berstatus sosial tinggi dan kaya?"
"Why are some women ugly and terribly rough in manner but hold high position in life and are rich?"

"Mengapa ada wanita yang cantik tetapi berstatus sosial rendah dan miskin?"
"Why are some women beautiful but hold a low position in life and are poor?"

"Mengapa ada wanita yang terbekahi dengan kecantikan dan juga lemah lembut, penuh kebaikan, kaya dan mulia?"
"Why are some women blessed with beauty and are gentle, virtuous, wealthy and noble?"

"Srimala," jawab Sang Buddha, "wanita yang terlahir jelek, berwatak sangat kasar, berstatus sosial rendah dan miskin dalam kehidupan sekarang adalah karena dalam kehidupannya yang lampau ia memiliki sifat mudah marah, tidak senang terhadap orang-orang yang mencercanya, tidak pernah mendanakan makanan, kebutuhan sehari-hari ataupun yang lain kepada petapa atau bhikkhu, dan juga iri terhadap orang-orang yang kaya, terhormat, dihargai, sopan dan dermawan."
"Srimala," the Buddha replied, "those women who were born ugly, are terribly rough in manner, hold a low position in life and are poor in this lifetime were in their past life irascible and angry by nature, held grudges against those who criticised them, never offered any alms, daily requisites or anything else to samanas or brahmins, and were envious of people who were wealthy, honorable, respected, courteous and generous."

"Di lain pihak, Srimala, wanita yang terlahir jelek dan berwatak kasar, tetapi berstatus sosial tinggi dan kaya dalam kehidupan sekarang adalah karena dalam kehidupannya yang lampau ia memiliki sifat mudah marah, tidak senang terhadap orang-orang yang mencercanya, tetapi ia senantiasa mendanakan makanan, minuman, buah dan bunga, kebutuhan sehari-hari dan tempat bernaung kepada petapa atau bhikkhu. Juga, ia tidak iri kepada orang-orang yang kaya, terhormat, dihargai, sopan dan dermawan, melainkan ia malah memuji dan menghargai mereka."
"On the other hand, Srimala, those women who were born ugly, are terribly rough in manner, but hold a high position in life time and are rich were in their past life irascible, angry, hateful, and held grudges against people who criticised them, but they failed not to offer food, drinks, fruit and flowers, daily requisites, and property to samanas or brahmins. Also, they did not envy those who were wealthy, honorable, respected, courteous and generous, but praised and appreciated them."

"Srimala, wanita yang terlahir cantik dan lemah lembut dalam kehidupan sekarang tetapi berstatus sosial rendah dan miskin adalah karena dalam kehidupannya yang lampau ia senantiasa ramah dan menghadapi cercaan dengan kesabaran dam ketabahan, bukan dengan amarah. Akan tetapi, ia tidak memberi persembahan apapun kepada petapa atau bhikkhu, dan juga iri kepada orang-orang yang kaya, terhormat, dihargai, sopan dan dermawan."
"Those women, Srimala, who were beautiful, and gentle in this lifetime but hold a low position in life and are poor were in their past life gentle by nature, and met criticism with patience and perserverance instead of anger. However, they did not make any offerings to samanas and brahmins and were envious of those wealthy, honorable, respected, courteous and generous.

"Srimala, wanita yang terlahir cantik, lemah lembut, berwatak menyenangkan, kaya, penuh kebaikan, dan mulia dalam kehidupan sekarang adalah karena dalam kehidupan yang lampau ia penyabar, tidak marah terhadap orang-orang yang mencercanya, serta dengan hormat mempersembahkan tempat bernaung, bunga, buah, minuman dan obat-obatan kepada petapa atau bhikkhu. Ia juga banyak melakukan kebajikan, tidak memiliki iri hati, bertutur kata dengan sopan, serta memuji dan menghargai semua makhluk yang baik."

"Inilah, Srimala, penyebab-penyebab mengapa ada wanita yang kaya, miskin, berstatus sosial tinggi, berstatus sosial rendah, cantik dan buruk rupa."
"Those woman, Srimala, who were beautiful, gentle, kind, well-mannered, rich, virtuous and noble in this lifetime were in their past life gentle and kind by nature. They were patient, not angry with those who criticised them, and respectfully offered property, flowers, fruit, drinks and medicine to samanas and brahmins. They also did a lot of meritorious deeds, were never envious, spoke mindfully, and praised and appreciated all good beings."

"These, Srimala, are the reasons for rich, poor, high-positioned, low-positioned, beautiful and ugly women."


Srimala merasa malu setelah mendengar jawaban Sang Buddha, tetapi pada saat yang sama ia juga merasa bahagia dan berkata, "Guru, setelah mendengarkan uraian-Mu, sekarang saya paham mengapa saya tidak cantik walaupun memiliki status sosial yang tinggi. Bagaikan seberkas cahaya yang menghalau kegelapan, sebuah jalan telah ditemukan di tengah-tengah ketersesatan. Kebenaran ini sungguh mengagumkan."
Srimala felt ashamed upon hearing the Buddha's reply, but at the same time felt elated and said, "Lord Buddha, after listening to Your words, I understand the reasons why although I hold a high position in life, I am not beautiful. It is like a light has dispelled the darkness, a path has been found in the wilderness. The truth is marvellous!"

"Mulai sekarang, saya tidak akan marah, walaupun orang-orang mencerca saya. Saya akan memuji dan menghargai mereka yang hidup penuh dengan kebajikan dan tidak iri terhadap yang lain. Saya juga akan mempersembahkan tempat bernaung, makanan, obat-obatan dan bunga kepada para petapa dan bhikkhu."
"From now on, I will not be angry, even though people may criticise me. I will praise and appreciate those who live virtuous lives and not be envious of others. I will also offer property, food, medicine, and flowers, to samanas or brahmins."

"Ada banyak wanita yang menjadi pengikutku. Saya akan mengajarkan mereka semua untuk melakukan hal yang sama. Guru, mohon terimalah saya sebagai murid Anda. Saya ingin bernaung dalam Tiga Permata mulai saat ini."
"There are a lot of women under my common. I will teach them all to do the same. Lord Buddha, please accept me as your discipline. I would like to take refuge in the Triple Gem in this very lifetime."


Kesimpulan

Setelah mendengarkan ajaran Sang Buddha, keraguan Srimala menjadi lenyap dan ia menjadi paham. Sudahkan kalian memahami makna sesungguhnya dari cara untuk menjadi orang yang cantik, kaya, mulia dan terhormat?

Pertama kalian harus menumbuhkan kepribadian yang baik, selalu rendah hati dan tidak iri hati, selalu mempraktekkan kesabaran dan ketabahan, bergembira atas jasa kebajikan orang lain dan atas seringnya mereka berbuat baik.

Kedua, harus murah hati dan dengan hormat mempersembahkan jubah, makanan, tempat tidur, obat-obatan, dupa, bunga dan tempat bernaung bagi para bhikkhu dan bhikkhuni yang sedang berlatih, karena apa yang kalian tanam dalam kehidupan sekarang, itulah yang akan kalian petik di masa mendatang.

Jadi, sekarang kalian telah tahu bahwa apabila kalian senantiasa hidup sesuai dengan Dhamma, seperti yang dijabarkan di atas, maka dengan sendirinya kalian akan terhindar dari terlahir sebagai orang miskin, jelek, ataupun berstatus sosial rendah.


Conclusion

Listening to the Buddha's teaching, Srimala's doubts were cleared up and she was filled with understanding. Have you yourself attained the true understanding of how to become a beautiful, rich, noble, and honorable being?

First, you have to cultivate a kind personality, be modest and not jealous, practice patience and perseverance, rejoice in others merits and skills in doing good.

Second, you have to be generous and respectfully offer clothing, food, beds, medicine, incense, flowers and property to practising monks and nuns, for as you sow in this lifetime, so shall you reap in the future. Heeding the principle of cause and effect, the true nature of the Dhamma will lead you from being poor, ugly, and having a low position in life.



Sumber: Mengapa Ada Orang Kaya, Miskin, Cantik dan Buruk Rupa?-The Reason for Rich, Poor, High-Positioned, Low-Positioned, Beautiful and Ugly Women, pp. 1-30
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Hikoza83

Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]