Mana lebih baik, Samatha atau Vipassana..?

Started by fabian c, 25 October 2008, 03:46:36 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

arya_bodhi

om fabian dan om bond mao nanya donk ;D

soal samantha itu ketika pikiran sudah tenang, yg timbul terlebih dahulu nimitta apa piti dan sukha??

bond

Quote from: arya_bodhi on 27 October 2008, 07:47:40 PM
om fabian dan om bond mao nanya donk ;D

soal samantha itu ketika pikiran sudah tenang, yg timbul terlebih dahulu nimitta apa piti dan sukha??

Yang biasanya muncul paling awal adalah piti, hanya kadar pitinya masih lemah. Kalau nimitta yg masih lemah kadangkala bersama dengan piti kadang tidak. Tetapi nimitta biasanya muncul pada saat sudah mencapai ketenangan dan konsentrasi.

Pada Tahap nimitta yg sudah mulai mantap (patibagha nimitta) maka disana juga ada piti dan juga ada sukha.

Smoga bermanfaat _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

arya_bodhi

Quote from: bond on 28 October 2008, 10:17:03 AM
Quote from: arya_bodhi on 27 October 2008, 07:47:40 PM
om fabian dan om bond mao nanya donk ;D

soal samantha itu ketika pikiran sudah tenang, yg timbul terlebih dahulu nimitta apa piti dan sukha??

Yang biasanya muncul paling awal adalah piti, hanya kadar pitinya masih lemah. Kalau nimitta yg masih lemah kadangkala bersama dengan piti kadang tidak. Tetapi nimitta biasanya muncul pada saat sudah mencapai ketenangan dan konsentrasi.

Pada Tahap nimitta yg sudah mulai mantap (patibagha nimitta) maka disana juga ada piti dan juga ada sukha.

Smoga bermanfaat _/\_


wah terima kasih om bond... _/\_

bond

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Sunce™

samantha untuk ketenangan dan jhana.. tapi tidak bs menembus 4 kesunyataan mulia.. hasil na ketenangan + jhana + abinna (terbatas)
vipassana untuk menembus 4 kesunyataan mulia.. hasil na pencerahan sempurna + jhana + abinna (tak terbatas)

\

Lily W

Bhavana artinya Pengembangan batin kearah yang lebih luhur.

Kualitas Bhavana :
1.   Samatha Bhavana : Merealisasi batin yang tenang dengan mengamati satu objek konsep/pannati
2.   Vipassana Bhavana : Merealisasi batin yang dapat memahami sepenuhnya hakekat sesungguhnya segala sesuatu yang di cengkeram oleh Tilakkana (3 sifat umum), yaitu tidak kekal (anicca), tidak memuaskan (anatta) dan tanpa kepemilikkan (anatta) pada saat itu.

Jadi mau pilih yang mana? ;D

_/\_ :lotus:

~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

nyanadhana

Tau prinsip keseimbangan alam yang digambarkan dalam Yin dan Yang...lihat gambarnya baik baik,disana anda akan tahu apa maksudnya keseimbangan Vipasana dan Samatha.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Hendra Susanto

Quote from: nyanadhana on 29 October 2008, 10:45:24 AM
Tau prinsip keseimbangan alam yang digambarkan dalam Yin dan Yang...lihat gambarnya baik baik,disana anda akan tahu apa maksudnya keseimbangan Vipasana dan Samatha.

tunggu2 gw liat tatto gw dulu yak ;D yin yang tsb

Hendra Susanto

gw uda liat ;D samantha dan vipassana saling melengkapi tidak dapat dipisahkan

nyanadhana

Good..
Di dalam Samatha kita akan menemukan keheningan Vipasana dan dalam Vipasana kita akan memantau pergerakan Samatha...kedua hal ini bisa dipisahkan dalam praktek dan juga bisa digabungkan dalam praktek.

Kenapa saya menggunakan teori Yin dan Yang dalam menunjuk Vipasana dan Samatha karena ini sesuai dengan Sang Buddha yang melihat bahwa ada orang yang melalui Samatha,ia menembus pencerahan karena pada masa lampau telah memiliki fondasi Vipasana yang kuat, dan sebaliknya orang yang Samathanya sudah baik,maka Vipasana akan menjadi jalan terbaik. hal ini merupakan korelasi yang dapat dipisahkan sebagai praktek tunggal atau menjadi gabungan(immersion) dalam praktek meditasi.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

hendrako

Perdebatan tentang Khanika Samadhi kelihatannya "hanya" merupakan permasalahan bahasa. Ada kasus serupa yang terjadi yaitu pada kata Meditasi.
Sebelum masuk ke dalam kata Khanika Samadhi pertama-tama mari kita menggali dan membahas kata meditasi terlebih dahulu.

Di dalam kamus Bahasa Indonesia:
Meditasi kb : penyatuan pikiran untuk mencapai sesuatu, pemusatan konsentrasi pada satu titik obyek; bermeditasi kk ; melakukan meditasi.
Samadi kb : semadi; bersamadi kk : memusatkan segenap pikiran.
Semadi kb : pemusatan pikiran; bersemadi kk : mengheningkan cipta dan memusatkan segenap pikiran.
Konsentrasi kb : presentasi kandungan bahan di dalam satu larutan, pemusatan pikiran terhadap suatu obyek, pemusatan pikiran dan tenaga terhadap suatu tempat, pemusatan kekuatan pasukan pada suatu wilayah tertentu, pemusatan massa pada suatu tempat.

Di dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia:
Meditation : kb. semadi, meditasi
Concentration : kb. pemusatan, konsentrasi,.....

Di dalam kamus bahasa Inggris:
Meditate vi to think deeply; to reflect, to empty the mind in order to concentrate on nothing or on one thing, esp as a religious exercise, meditator n.
Meditation n the act of meditating; contemplation of spiritual or religious matters.
Concentrate vt to bring or converge together to one point ; to direct to a single object or purpose,.......
Concentration n the act or process of concentrating; the direction of intention to a single object;.......

Di dalam kamus Buddha Dhamma:
Bhavana : Pengembangan batin.
Samadhi : konsentrasi.
Samadhi-Bhavana
: Pengembangan dari konsentrasi.
Samatha : Ketenangan batin.
Samatha-Bhavana : Meditasi pengembangan ketenangan batin.
Samatha-Vipassana : Ketenangan batin dan pandangan terang, adalah serupa dengan konsentrasi (Samadhi) dan kebijaksanaan (Panna), dan membentuk dua cabang dari pengembangan batin (Bhavana).
Samatha-Vipassana-Yuganaddha : Gabungan dari ketenangan batin dan pandangan terang, suatu cara dari latihan meditasi di mana dalam rangkaian pergantian meditasi ketenangan batin dan pandangan terang berhasil dikembangkan. Ini disebut Ketenangan Batin dan Pandangan Terang digabungkan menjadi pasangan.
Vipassana : Pandangan terang.
Vipassana-Bhavana : Meditasi pengembangan pandangan terang.


Meditasi berasal dari bahasa Inggris yang bersinonim dengan samadi dan semadi yang berakar dari bahasa Sansekerta (dan atau Pali?). Secara harfiah berarti Konsentrasi (yang juga dari bahasa Inggris) yang berarti pemusatan (pikiran).
Secara harafiah Meditasi = Konsentrasi
Namun di dalam penggunaannya Meditasi (sesuai dengan arti bahasa Inggrisnya) juga mempunyai arti tindakan pemusatan pikiran yang berhubungan dengan lingkup spiritual.

Kemudian kita hubungkan dengan bahasa Pali, dapat dilihat bahwa kata meditasi bersinonim dengan Samadhi yang berarti konsentrasi dan Bhavana yang berarti pengembangan (batin).
Jadi, Meditasi = Samadhi = Bhavana = Samadhi-Bhavana, dimana di dalam bahasa Pali Samadhi dan Bhavana memiliki artinya masing-masing. Jadi Meditasi berarti konsentrasi dan (aktivitas) pengembangan batin.

Sebagai contoh:
ber-meditasi = berkonsentrasi (dalam lingkup spiritual) atau bisa juga berarti melakukan Bhavana
ber-samadi = idem di atas
Meditasi Samatha = pengembangan ketenangan pikiran = Samatha Bhavana
Meditasi = Samadhi = konsentrasi

Khanika Samadhi

Sekarang kita menuju pada kata Khanika Samadhi;

Dalam Kamus Baru Buddha Dhamma:
Khanika : sebentar, sementara.
Khanika-Samadhi : Konsentrasi sekejab, yaitu pikiran terpusat pada obyek tidak lama.
Khana : saat, momen, kesempatan.

Apabila berdasarkan pada arti kata di atas kelihatannya tidak ada yang salah dengan definisi dari Bhikku Khemminda. Yaitu arti harfiah dari Khanika Samadhi. Namun definisi dari Mahasi Sayadaw pun tidak salah. Mengapa? Karena beliau berdua mengambil sudut pandang yang berbeda tentang kata Khanika Samadhi.

Berikut penjelasannya:

Di dalam Jalan Mulia berunsur Delapan, terdapat dua unsur dalam klasifikasi Samadhi yaitu Samma Samadhi dan Samma Sati. Jadi Samadhi terdiri dari Samma Samadhi (konsentrasi benar) dan Samma Sati (perhatian benar). Kasusnya mirip (namun berbeda) dengan kata meditasi di atas, yaitu (HARAP PERHATIKAN BAIK2!!) di dalam SAMADHI terdapat Samadhi (kata yang sama) dan Sati. Atau mungkin harus dibaca : di dalam Samadhi-Bhavana terdapat unsur Samadhi (Konsentrasi) dan Sati (Perhatian murni).

Jadi, didalam Meditasi (Samadhi-Bhavana) terdapat 2 unsur yang berbeda yaitu Konsentrasi (Samadhi) dan Sati (Perhatian penuh) dimana keduanya bekerja secara bersama-sama, masing2 memiliki fungsi yang berbeda. Dimana ada Sati disitu ada Konsentrasi begitu pula sebaliknya. Tanpa adanya Sati (perhatian, dimana kesadaran juga tercakup di dalamnya) Samadhi / konsentrasi tidak dapat muncul. Begitu pula sebaliknya, Tanpa Konsentrasi (Samadhi), Sati menjadi kehilangan kekuatannya. Dan apabila keduanya muncul dengan mantap maka Samadhi-Bhavana menjadi murni.

Saya kutipkan tulisan yang sangat bagus dari Bhante Gunaratana tentang Sati dan Konsentrasi :

Bab 14
Sati versus Konsentrasi

........ Anda akan mengembangkan dua sifat pikiran yang berbeda: sati dan konsentrasi (baca : samadhi). Idealnya, sati dan konsentrasi ini bekerja sama sebagai satu tim. Ibaratnya keduanya bekerja tandem. Oleh karena itu, sati dan konsentrasi perlu dikembangkan berdampingan dan dengan cara yang seimbang. Jika salah satu faktor itu dikuatkan sementara yang lain harus dikorbankan, keseimbangan pikiran akan hilang dan meditasi tidak mungkin dapat dilakukan.

Konsentrasi dan Sati merupakan fungsi yang jelas berbeda. Di dalam meditasi masing-masing memiliki perannya sendiri dan hubungan keduanya memiliki bersifat pasti dan halus. Konsentrasi sering disebut sebagai kemanunggalan pikiran. Konsentrasi terdiri dari pemaksaan pikiran agar tetap tinggal di satu titik yang tidak bergerak. Harap dicatat kata PEMAKSAAN. Konsentrasi lebih merupakan jenis aktivitas yang dipaksakan. Konsentrasi dapat dikembangkan lewat paksaan, lewat kekuatan kemauan yang tak terputus. Dan jika telah berkembang, konsentrasi menyimpan sejumlah aroma paksaan itu. Sebaliknya, Sati merupakan fungsi yang halus yang menuju pada kesadaran yang sudah dimurnikan. Konsentrasi dan sati ini merupakan pasangan di dalam aktivitas Meditasi. Sati adalah bersifat sensitif. Sati mengetahui segalanya. Sebaliknya, konsentrasi memberikan kekuatan. Konsentrasi mempertahankan perhatian sehingga tertancap di satu titik. Idealnya, Sati berada di dalam hubungan ini. Sati memilih obyek perhatian, dan Sati mengetahui apabila pikiran menyeleweng. Pekerjaan Konsentrasi yang sesungguhnya adalah menahan perhatian agar mantap pada obyek yang dipilih itu. Jika salah satu dari kedua pasangan ini lemah, meditasi anda akan menyeleweng.

Konsentrasi harus didefinisikan sebagai kemampuan pikiran yang terfokus secara manunggal pada satu obyek tanpa terputus. Harus ditekankan bahwa konsentrasi sejati merupakan kemanunggalan pikiran yang bajik, yaitu: keadaan yang bebas dari keserakahan, kebencian dan kebodohan batin.
......................

Sati adalah faktor mengenali yang murni.

Anda tidak dapat mengembangkan Sati dengan paksaan. Sati tumbuh dengan menyadari, dengan melepas, dengan hanya berdiam di saat-kini dan membiarkan diri merasa nyaman dengan apapun yang sedang dialami.............
Sati dikembangkan dengan usaha yang halus, dengan usaha yang tanpa usaha. Meditator mengembangkan Sati dengan terus menerus mengingatkan dirinya secara halus untuk mempertahankan kesadaran akan apapun yang sedang terjadi pada saat-kini. Rahasianya adalah ketekunan dan sentuhan yang lembut. Sati dikembangkan dengan terus menerus menarik diri kembali pada kesadaran, dengan lembut, dengan lembut, dengan lembut......

Konsentrasi dan Sati berjalan seiring dalam kegiatan meditasi. Sati mengarahkan kekuatan konsentrasi. Sati adalah manajer operasional. Konsentrasi melengkapi kekuatan sehingga Sati dapat menembus masuk tingkat pikiran yang paling dalam. Konsentrasi dan Sati harus dikembangkan bersama-sama dalam perbandingan yang seimbang. Memang Sati mendapat lebih banyak penekanan, karena sati merupakan inti Meditasi. Tingkat-tingkat Konsentrasi yang paling dalam tidak diperlukan untuk melakukan perkerjaan pembebasan. Walaupun demikian, keseimbangan jelas diperlukan. Kesadaran yang berlebihan, tanpa ketenangan untuk menyeimbangkannya akan mengakibatkan keadaan yang terlalu sensitif mirip penyalahgunaan LSD. Konsentrasi yang berlebihan tanpa kesadaran yang menyeimbangkannya akan mengakibatkan gejala "Buddha Batu". Meditator begitu tenang sehingga dia duduk disana seperti batu karang. Kedua keadaan itu harus dihindari.
.................
Jadi, kedua faktor itu cenderung saling menyeimbangkan. Dengan sangat alami, yang satu menopang pertumbuhan yang lain. Pada titik ini, satu-satunya peraturan yang harus anda ikuti adalah mencurahkan usaha pada konsentrasi dia awalnya, sampai gejala pikiran monyet itu sedikit mereda. Setelah itu, pentingkanlah Sati. Jika anda dapatkan bahwa diri anda menjadi kacau, perkuatlah Sati. Secara umum, Sati-lah yang harus dipentingkan.
................


Jadi di dalam Samadhi tidak hanya terdapat unsur Konsentrasi saja, namun Konsentrasi bekerja bersama-sama dengan Sati (ingat Jalan mulia berunsur delapan). Namun yang harus diingat, Samadhi sebagai kata tunggal atau dirinya sendiri dapat pula berarti Konsentrasi.

Kemudian kita masuk pada Samatha dan Vipassana

Samatha Bhavana dan Vipassana Bhavana

Samatha Bhavana
:

Di dalam Samatha Bhavana (Pengembangan ketenangan) Konsentrasi mempunyai porsi yang lebih besar daripada Sati, yaitu pikiran dipusatkan (dikonsentrasikan) pada suatu obyek tanpa goyah atau terganggu.
Di sinilah pengertian Khanika Samadhi sebagai Konsentrasi Sesaat berlaku. Bagi para pemula (seperti saya) tantangan untuk membuat pikiran diam adalah menghalau lima rintangan (panca-nivarana). Di dalam prosesnya terdapat suatu momen dimana pikiran berhasil menjadi tenang namun dalam jangka waktu yang singkat, pikiran masih belum mantap. Namun walaupun hanya sesaat, di dalam waktu yang singkat ini sebenarnya rintangan pun turut mengendap. Apabila pikiran sudah mulai mantap maka bisa berlanjut pada tingkat Konsentrasi yang lebih tinggi, yaitu Upacara Samadhi yang merupakan gerbang menuju pada Jhana dimana nivarana benar2 telah mengendap. Oleh karena itu menurut saya definisi dari Bhikku Khemminda tidak salah.

Vipassana Bhavana:
Di dalam pengembangan Pandangan Terang, porsi Sati menjadi lebih besar, namun walaupun saya mengatakan demikian, kelihatannya keseimbangan antara Sati dan Konsentrasilah yang dimaksud, karena keduanya selalu bekerja sama di dalam Samadhi, namun Sati-lah yang maju ke depan dalam proses ini. Apabila Sati sudah tajam dan jernih, meditator dapat masuk untuk belajar membedakan lima khanda (Panca-Khanda). Meditator melakukan perhatian penuh (Sati) terhadap lima khanda ini ketika muncul dan berlalu yang dengan demikian diharapkan menemukan corak ketidak-kekalannya (anicca), tidak memuaskan (dukkha), dan tanpa aku (anatta).

Berbeda dengan Samatha Bhavana yang terkonsentrasi hanya pada satu obyek, Vipassana Bhavana melakukan perhatian murni pada segala fenomena yang selalu berubah dari saat ke saat. Pada saat inilah (mungkin) pengertian Khanika Samadhi sebagai perhatian/konsentrasi akan timbul dan lenyapnya segala fenomena dari saat ke saat, berlaku, sesuai yang dipaparkan oleh Mahasi Sayadaw dari tulisan bro Fabian.

Jadi Khanika Samadhi (menurut saya pribadi) mempunyai 2 arti tergantung dari sudut mana memandangnya.
yaa... gitu deh

hendrako

Berikut kutipan kata-kata Sang Guru Agung, Buddha Gotama dan Sang Bendahara Dhamma, YM. Ananda di dalam Tipitaka yang bisa menjawab pertanyaan tentang Samatha Bhavana dan Vipassana Bhavana.

72. Ketenangan dan Pandangan Terang
Empat jenis orang ini, O para bhikkhu, terdapat di dunia ini. Apakah empat orang ini?
Para bhikkhu, di sini ada orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.46 Orang lain memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal. Ada orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal dan tidak juga kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal. Dan ada lagi orang lain yang memperoleh ketenangan pikiran internal dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana bentukan-bentukan harus dilihat? Bagaimana bentukan-bentukan harus dijelajahi? Bagaimana bentukan-bentukan harus dipahami dengan pandangan terang?"47 Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini; mereka harus dijelajahi dengan cara begini; mereka harus dipahami dengan pandangan terang dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harus mendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memperoleh kedua-duanya dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran harus dimantapkan? ... Sahabat, bagaimana bentukan harus dilihat? ..." Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini ... Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini ..." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus memantapkan diri hanya dalam keadaan-keadaan yang bajik ini dan mengerahkan usaha selanjutnya untuk menghancurkan noda-noda.

(IV, 94)


Catatan:

46 AA menjelaskan ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) sebagai konsentrasi penyerapan mental yang penuh (yaitu jhana), dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi tentang hal-hal (adhipaññadhammavipassana) sebagai pengetahuan pandangan terang yang memahami bentukan-bentukan (sankharapariggahaka-vipassanañana). Yang terakhir ini disebut "kebijaksanaan yang lebih tinggi" dan merupakan pandangan terang dalam "hal-hal" yang dibentuk oleh lima kelompok khanda.

47 "Bentukan-bentukan" (sankhara) merupakan fenomena terkondisi dari lima kelompok khanda: bentuk badan jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan berniat dan kesadaran.


83. Jalan Menuju Tingkat Arahat

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika YM Ananda berdiam di Kosambi di Vihara Ghosita. Di sana YM Ananda menyapa para bhikkhu demikian:
"Para sahabat!"
"Ya, sahabat," jawab para bhikkhu. Kemudian YM Ananda berkata:
"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semua melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini. Apakah yang empat itu?

"Di sini, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan.65 Ketika dia telah mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.66

"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang.67 Sementara dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan berpasangan.68 Sementara dia mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan secara berpasangan itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, pikiran seorang bhikkhu dicengkeram oleh kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi.69 Tetapi ada saat ketika pikirannya secara internal menjadi mantap, tenang, terpusat, dan terkonsentrasi; kemudian Sang Jalan itu muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semuanya melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini."
(IV, 170)


Catatan:

65 Samatha-pubbangamam vipassanam. Ini mengacu pada meditator yang menggunakan ketenangan sebagai sarana prakteknya (samatha-yanika), yaitu orang yang pertama-tama mengembangkan konsentrasi akses, jhana-jhana atau pencapaian tanpa-bentuk dan kemudian mengambil meditasi pandangan terang (vipassana).

66 "Sang Jalan" (magga) adalah jalan supra-duniawi pertama, jalan pemasuk-arus. Untuk "mengembangkan jalan itu", menurut AA, berarti berpraktek untuk pencapaian tiga jalan yang lebih tinggi. Mengenai sepuluh kekotoran batin, lihat Bab III, no. 65-67; tentang tujuh kecenderungan mendasar, lihat Bab I, no. 25.

67 Vipassana-pubbangamam samatham. AA: "Ini mengacu pada orang yang lewat kecenderungan alaminya terlebih dahulu mencapai pandangan terang, dan kemudian, berdasarkan atas pandangan terang, menghasilkan konsentrasi (samadhi)." AT: "Ini adalah orang yang menggunakan pandangan terang sebagai sarana (vipassana-yanika)."

68 Samatha-vipassanam yuganaddham. Di dalam praktek jenis ini, orang memasuki jhana pertama. Kemudian, setelah keluar dari situ, dia menerapkan pandangan terang pada pengalaman itu; yaitu orang melihat bahwa lima kelompok kehidupan di dalam jhana (bentuk, perasaan, persepsi, dll.) itu bersifat tidak kekal, terkena penderitaan dan tanpa-diri. Kemudian dia memasuki jhana kedua dan merenungkannya dengan pandangan terang; dan menerapkan prosedur pasangan seperti itu pada jhana-jhana lain juga, sampai dia dapat merealisasikan jalan pemasuk-arus dll.

69 Dhammuddhacca-viggahitam manasam hoti. Menurut AA, "kegelisahan" (uddhaca) yang dimaksudkan di sini adalah reaksi terhadap munculnya sepuluh "korupsi pandangan terang" (vipassanupakkilesa) ketika mereka secara salah dianggap merupakan indikasi pencapaian-Sang-Jalan. Istilah dhammavitakka, "pemikiran-pemikiran tentang keadaan-keadaan yang lebih tinggi" (lihat Teks 41 dan Bab III no. 70) diambil untuk mengacu pada sepuluh korupsi yang sama itu. Tetapi, ada kemungkinan bahwa "kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi" itu adalah tekanan mental yang disebabkan karena keinginan untuk merealisasikan Dhamma, suatu keadaan kecemasan spiritual yang kadang-kadang dapat mempercepat pengalaman pencerahan instan. Sebagai contoh, lihat kisah tentang Bahiya Daruciriya di Ud I, 10.


Sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=739

Kemudian perhatikan jawaban Ajahn Chah tentang pertanyaan tentang Samatha dan Vipassana:
TANYA :
Anda katakan Samatha (konsentrasi) dan Vipassana (wawasan-kebijaksanaan) adalah sama. Dapatkah Anda terangkan lebih lanjut?
JAWAB :
Ini sederhana. Konsentrasi (samatha) dan Wawasan-kebijaksanaan (vipassana) bekerja bersama-sama. Mula-mula pikiran menjadi hening dengan memusatkan diri pada satu obyek meditasi. Pikiran bisa diam jika Anda duduk dengan mata terpejam. Inilah samatha dan akhirnya dasar yang diperoleh (dari samatha) ini adalah kondisi bagi timbulnya wisdom, kebijaksanaan dan vipassana. Pikiran demikian hening, apakah Anda duduk dengan mata terpejam atau ketika Anda berkeliling dengan bus kota. Seperti inilah ia. Dulu Anda seorang anak kecil. Kini Anda seorang dewasa. Apakah anak kecil dan orang dewasa adalah orang yang sama? Anda bisa katakan ia sama, namun bila dilihat dari sisi yang berbeda, Anda juga bisa katakan ia berbeda. Demikian juga, samatha dan vipassana dapat dilihat secara berbeda. Sama juga halnya makanan dengan tahi. Makanan dan tahi bisa dikatakan sama dan mereka juga bisa dikatakan berbeda. Jangan hanya percaya dengan apa yang saya ucapkan, praktekkanlah dan lihatlah ke dalam dirimu sendiri. Tidak diperlukan hal-hal yang spesial. Jika Anda periksa bagaimana konsentrasi dan kebijaksanaan muncul, Anda akan tahu kebenaran (truth) bagi diri Anda sendiri. Dewasa ini banyak orang melekat pada kata-kata. Mereka menyebut latihan mereka vipassana. Samatha kelihatannya dikesampingkan. Atau mereka menyebutnya latihan samatha. Adalah penting latihan samatha sebelum vipassana, itulah yang mereka katakan. Semua ini tolol, lucu. Jangan rancu dengan berpikir demikian. Sederhananya, latihanlah yang sungguh-sungguh maka Anda akan me- lihatnya sendiri.


Pada thread yang lain ada diungkapkan bagaimana sikap toleransi Ajahn Chah dengan teknik meditasi yang berbeda yang dijalankan oleh muridnya tanpa menyatakan bahwa teknik beliaulah yang paling benar, inilah sedikit penjelasan dari beliau tentang hal tersebut, yang pada dasarnya tidak luput dari apa yang tercatat di dalam Tipitaka yang telah dikutip di atas.
TANYA :
Apa komentar guru mengenai praktek meditasi yang lain? Dewasa ini kelihatannya banyak sekali guru meditasi dan juga sistem meditasi yang berbeda-beda, yang mana hal ini bisa membingungkan.
JAWAB :
Seperti halnya masuk ke sebuah kota. Seseorang dapat mengambil jalan dari arah utara, tenggara, dari banyak jalan menuju kota. Sering sistem-sistem meditasi ini kelihatannya berbeda secara permukaan. Apakah Anda berjalan di jalan ini atau itu, cepat atau lambat, jika Anda penuh perhatian-sadar, maka semua adalah sama. Satu point yang sangat esensial, dimana semua cara berprak- tek yang benar, akhirnya pasti kembali pada `Jangan melekat!'. Di akhir jalan, semua sistem meditasi hanyalah dibiarkan berlalu, dilepas. Tidak ada seorang pun yang melekat pada gurunya. Bila sebuah sistem menuntun pada pelepasan untuk tidak melekat (berpegang teguh) pada apapun, maka itu adalah praktek yang benar.
Anda boleh saja pergi berkeliling, mengunjungi guru yang bermacam-macam dan mencoba sistem lainnya. Beberapa dari Anda bahkan sudah melakukannya. Ini adalah keinginan yang alami saja. Akan Anda dapati bahwa semua pertanyaan yang diajukan dan bahkan pengetahuan dari beraneka sistem tersebut tidak akan menuntun Anda pada kebenaran. Akhirnya Anda akan bosan dan capek sendirinya. Anda dapati hanya dengan berhenti dan memeriksa pikiranmulah, Anda dapat men- emukan apa yang disabdakan oleh Buddha. Tidak perlu pergi mencarinya diluar dari diri anda. Pada akhirnya Anda harus kembali kepada wajah sejatimu sendiri. Disiilah dimana Dhamma dapat dipahami.


Sumber : http://www.samaggiphala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1017&multi=T&hal=0
(Ada baiknya anda membaca secara utuh naskah diatas tentang Samadhi-Bhavana, sebagaimana gaya bicara Ajahn Chah yang khas dengan bahasa umum dan ilustrasi sederhana menjadikannya yang lebih nyaman untuk disimak.)

Referensi:
Petikan Anguttara Nikaya, terjemahan dari bahasa Pali oleh: Nyanaponika Thera dan Bhikku Bodhi, terjemahan dari bahasa Inggris oleh: Dra. Wena Cintiawati dan Dra. Lanny Anggawati, Terbitan Wisma Sambodhi, Klaten. http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=739

Meditasi dalam kehidupan sehari-hari, oleh Ven. H. Gunaratana Mahathera. Terjemahan Wena Cintiawati dan Dra. Lanny Anggawati, Terbitan Wisma Sambodhi, Klaten.

Samadhi Bhavana, Oleh. Ven. Ajahn Chah, Alih bahasa: Haryandi, ST; Penerbit: Vidyasena Production Yogyakarta. http://www.samaggiphala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1017&multi=T&hal=0

Kamus Baru Buddha Dhamma, Disusun oleh Panjika N. Perawira, Tri Sattva Buddhist Centre, Daan Mogot, Jakarta Barat.

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Disusun oleh R. Suyoto Bakir dan Sigit Suryanto, Penerbit: Kharisma Publishing Group, 2006.
English Dictionary, Children's Leisure Products Limited, 1998.

An English-Indonesian Dictionary, by John M Echols and Hasan Shadily, Cornell University, 1975.

Semoga tidak melelahkan.
Semoga Semua Mahluk Berbahagia

_/\_
yaa... gitu deh

hendrako

#27
Sedikit OOT, ada hal menarik yang ditemukan pada catatan tentang Sutta 83. Jalan Menuju Tingkat Arahat yang sudah saya kutip selengkapnya di atas, yang mungkin bisa memberikan pandangan yang lebih baik terhadap acuan utama dalam Tipitaka yang digunakan oleh MMD, suatu kasus yang kemungkinan sangat jarang terjadi sehingga di dalam penjelasan dari YM. Ananda, tipe yang satu ini diletakkan pada tipe yang terakhir, berikut saya kutip ulang kalimatnya:

"Atau juga, para sahabat, pikiran seorang bhikkhu dicengkeram oleh kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi.69 Tetapi ada saat ketika pikirannya secara internal menjadi mantap, tenang, terpusat, dan terkonsentrasi; kemudian Sang Jalan itu muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

Catatan:

69 Dhammuddhacca-viggahitam manasam hoti. Menurut AA, "kegelisahan" (uddhaca) yang dimaksudkan di sini adalah reaksi terhadap munculnya sepuluh "korupsi pandangan terang" (vipassanupakkilesa) ketika mereka secara salah dianggap merupakan indikasi pencapaian-Sang-Jalan. Istilah dhammavitakka, "pemikiran-pemikiran tentang keadaan-keadaan yang lebih tinggi" (lihat Teks 41 dan Bab III no. 70) diambil untuk mengacu pada sepuluh korupsi yang sama itu. Tetapi, ada kemungkinan bahwa "kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi" itu adalah tekanan mental yang disebabkan karena keinginan untuk merealisasikan Dhamma, suatu keadaan kecemasan spiritual yang kadang-kadang dapat mempercepat pengalaman pencerahan instan. Sebagai contoh, lihat kisah tentang Bahiya Daruciriya di Ud I, 10.


Dari Kamus Baru Buddha Dhamma:
Vipassanupakkilesa
: 10 macam ketidaksempurnaan atau noda dari pandangan terang:
1.   Pancaran cahaya (Obhasa)
2.   Pengetahuan (Nana)
3.   Kegiuran (Piti)
4.   Ketenangan batin (Passaddhi)
5.   Kebahagiaan (Sukha)
6.   Kebulatan tekad (Adhimokkha)
7.   Usaha (Paggaha)
8.   Ingatan yang terang (Upatthana)
9.   Keseimbangan (Upekkha)
10.   Kepuasan (Nikanti)
yaa... gitu deh

fabian c

Saudara Hendrako yang baik,

Sebenarnya tulisan yang saya muat memang menyoroti perbedaan pandangan bhikkhu Kheminda dan Mahasi Sayadaw, saya melihat penerjemahan yang dilakukan oleh bhikkhu Kheminda lebih didasarkan pada penerjemahan tekstual, bukan penerjemahan berdasarkan deep understanding terhadap meditasi Vipassana itu sendiri.

Di kamus pali English yang disusun oleh Y.M. Buddhadatta Mahathera,

http://www.budsas.org/ebud/dict-pe/dictpe-07-k.htm

khanika berarti momentary, temporary, changeable, disini kita bisa melihat bahwa arti kata khanika diantaranya changeable atau bisa berubah/perubahan.
Mungkin terjemahan yang lebih mendekati adalah moment to moment concentration (ini juga pengertian khanika samadhi yang umum dikenal di dunia internasional). Sudah lama saya berusaha mencari kata yang paling akurat untuk menerjemahkan arti khanika samadhi, tetapi tak menemukannya.

Perbedaan antara Samatha Bhavana dan Vipassana Bhavana terletak pada objek yang diamatil pada tahap lebih maju.

Pada samatha bhavana, pada tahap yang lebih maju objek konsentrasinya tidak lagi napas yang masuk dan keluar, tetapi nimitta. Dalam hal ini adalah patibhaga nimitta.

Sedangkan pada Vipassana Bhavana objek kembung kempis maupun keluar masuk nafas adalah objek konsentrasi awal. Setelah perhatian dan konsentrasinya lebih kuat maka objeknya juga agak berubah, perhatian melekat kuat bukan lagi pada perut (kembung kempis) atau pada hidung (keluar masuk udara), tetapi perhatian telah terpusat pada perubahannya/karakteristiknya, kesan hidung maupun perut telah lenyap, perhatian sepenuhnya terserap pada perubahan/karakteristik/proses gerak saja.

Sedangkan gerak itu sendiri terdiri atas gerakan yang lebih kecil lagi, bila perhatian telah kuat, pada satu langkah gerakan seorang meditator Vipassana  bisa melihat hingga seratus gerakan / perubahan. Ada yang mengatakan Sang Buddha mampu melihat jutaan gerakan (perubahan) dalam satu langkah kaki (ini sumbernya tidak begitu jelas)

Jadi keterangan arti khanika samadhi adalah meditasi yang melihat perubahan-perubahan / karakteristik dari saat ke saat.
Karena inilah objek meditasi yang diamati oleh seorang meditator Vipassana yang perhatian dan konsentrasinya telah kuat.
Barangkali terjemahan yang cocok adalah konsentrasi dengan objek perubahan dari saat ke saat?

Sama seperti pada konsentrasi Samatha, jika perhatian telah terlepas dari fenomena-fenomena dan menyatu dengan objek perubahan batin dan jasmani, maka fenomena-fenomena batin seperti Nivarana dll dikatakan mengendap. Padahal sebenarnya Nivarana tidak memiliki kesempatan muncul, selama perhatian dan konsentrasi melekat pada objek. Ini sama dengan samatha bhavana, dimana jika perhatian telah melekat/menyerap pada objek (nimitta) maka nivarana juga tak mendapat kesempatan untuk muncul.

Mengenai hubungan antara sati dan samadhi:

Sati dan samadhi adalah dua hal yang tak terpisahkan, ini seratus persen benar. Cuma seperti apa hubungannya banyak orang yang tidak melihat jelas kaitannya. Sati adalah perhatian, dan konsentrasi adalah perhatian yang bertahan terus-menerus pada objek yang diperhatikan.
Jadi perhatian (sati) bertahan pada objek selama 1 menit tanpa berkelana dikatakan bahwa konsentrasinya masih lemah. Jika perhatian bertahan pada objek selama 10 menit tanpa pikiran berkelana maka dikatakan konsentrasinya agak kuat. Jika perhatian pada objek mampu bertahan selama satu jam tanpa pikirannya berkelana maka dikatakan konsentrasinya sudah kuat.

Jadi ada salah pengertian mendalam pada sebagian orang yang menganggap bahwa sati kurang diperlukan pada Samatha dan lebih diperlukan pada Vipassana. Padahal, sati sangat diperlukan pada Samatha maupun Vipassana, demikian juga dengan konsentrasi, sangat diperlukan pada Vipassana maupun pada Samatha.

Konsentrasi adalah efek dari sati, ini seperti batin yang lebih bersih merupakan efek dari menjaga sila.

Ini adalah penjelasan logis mengapa dalam pembahasan mengenai bhavana kadang hanya dikatakan samadhi dan tidak disebut sati. Ini disebabkan sati adalah bagian dari samadhi itu sendiri, bukan bagian yang terpisahkan.

Apa perbedaan Samatha dan direct Vipassana? Objeknya.

Pada Samatha objeknya adalah kemanunggalan perhatian pada nimitta, hingga akhirnya menyerap. dan mencapai Jhana.
Pada Vipassana objeknya adalah kemanunggalan perhatian pada proses perubahan/karakteristik, yang akhirnya berhenti dan mencapai Magga Nyana (Nibbana).

Oleh sebab itu saya mengatakan terjemahan bhikkhu Kheminda yang mengatakan khanika adalah sesaat atau sementara, hanya berdasarkan kesimpulan yang diambil dari terjemahan harfiah yang tidak lengkap.

Perhatian maupun kesadaran dua tiga detik pada objek tak dapat dikatakan samadhi, apalagi khanika samadhi, karena ciri samadhi yang berlaku umum untuk samatha maupun Vipassana sama yaitu perhatian yang kuat dan bertahan lama pada objek yang diperhatikan.

kurang lebih sama dengan penerjemahan dukkha pada jaman dahulu, yang diterjemahkan sebagai penderitaan. Bagaimana dengan makan es krim atau nonton film yang kita sukai? apakah itu dukkha? Jika menurut panyatti Dhamma itu adalah sukha. Jika menurut Paramattha Dhamma itu adalah dukkha juga. Oleh karena itu terjemahan dukkha sebagai penderitaan adalah tidak lengkap, terjemahan yang lebih lengkap dari dukkha adalah ketidak-puasan.

Bhante Gunaratana dalam bukunya yang dikutip oleh saudara Hendrako (mudah-mudahan terjemahannya akurat) mengatakan bahwa konsentrasi di dapat dari pemaksaan-pemaksaan, saya kira penerjemahan ini berkonotasi negatif terhadap konsentrasi. Dengan tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada beliau, menurut saya meditasi yang benar tidak memaksakan konsentrasi kepada batin sendiri.

Konsentrasi akan bertambah kuat dengan sendirinya bila kita berlatih terus-menerus memperhatikan objek dengan penuh semangat, dan diusahakan tanpa terputus.

Saya lebih suka menggunakan istilah mengarahkan lebih tepat daripada pemaksaan..

Setahu saya dalam Vipassana maupun samatha, seorang meditator berusaha senantiasa mengarahkan batinnya dengan lembut.

Pada samatha bila pikirannya berkelana maka diarahkan kembali ke objek, yaitu dengan secara langsung mengalihkan perhatiannya kembali pada objek tanpa pemaksaan.

Sedangkan pada Vipassana bila pikirannya berkelana, pikiran tersebut diperhatikan hingga lenyap dengan sendirinya atau, setelah diperhatikan hingga pikiran tersebut melemah lalu kembali memperhatikan objek. Semua ini dilakukan dengan sifat mengarahkan bukan memaksa.

Mengapa tanpa pemaksaan? bila dipaksakan maka akan timbul ketegangan, yang menimbulkan gejolak batin yang halus, dan bila dipaksakan bisa timbul lobha atau dosa.

Ada hal lain yang ditulis oleh bhante Gunaratana yang saya kira tidak sesuai dengan Tipitaka, yaitu dikatakan bahwa konsentrasi harus diseimbangkan dengan kesadaran, seolah-olah konsentrasi yang kuat tidak baik...(dibandingkan dengan batu) padahal tidak demikian.

berikut saya quotekan terjemahan beliau:
Quote
Konsentrasi lebih merupakan jenis aktivitas yang dipaksakan.

QuoteKesadaran yang berlebihan, tanpa ketenangan untuk menyeimbangkannya akan mengakibatkan keadaan yang terlalu sensitif mirip penyalahgunaan LSD. Konsentrasi yang berlebihan tanpa kesadaran yang menyeimbangkannya akan mengakibatkan gejala "Buddha Batu". Meditator begitu tenang sehingga dia duduk disana seperti batu karang. Kedua keadaan itu harus dihindari.

Setahu saya konsentrasi tak pernah diseimbangkan dengan sati atau kesadaran, yang benar konsentrasi diseimbangkan dengan viriya atau semangat. tujuannya yaitu agar kontinuitas ketenangan yang timbul dari konsentrasi tidak menyebabkan mengantuk, untuk lebih jelasnya baca nimitta sutta (AN 3.100).  link berikut dari access to insight:

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an03/an03.100.11-15.than.html

"In the same way, a monk intent on heightened mind should attend periodically to three themes: he should attend periodically to the theme of concentration; he should attend periodically to the theme of uplifted energy; he should attend periodically to the theme of equanimity. If the monk intent on heightened mind were to attend solely to the theme of concentration, it is possible that his mind would tend to laziness. If he were to attend solely to the theme of uplifted energy, it is possible that his mind would tend to restlessness. If he were to attend solely to the theme of equanimity, it is possible that his mind would not be rightly centered for the stopping of the fermentations. But when he attends periodically to the theme of concentration, attends periodically to the theme of uplifted energy, attends periodically to the theme of equanimity, his mind is pliant, malleable, luminous, and not brittle. It is rightly centered for the stopping of the fermentations.

disini kita juga harus waspada, bila tanpa konsentrasi (samadhi) maka kita tak dapat menghentikan / melenyapkan kekotoran batin.
Kita harus mengembangkan konsentrasi (dan sati) sekuatnya. karena ini adalah kusala kamma.

Walaupun saya berbeda pendpat dengan bhante Gunaratana mengenai hal diatas, tetapi saya setuju dengan pernyataan bhante Gunaratana, bahwa sati dan samadhi saling menopang

QuoteDengan sangat alami, yang satu menopang pertumbuhan yang lain

Prosesnya adalah demikian, sati/perhatian (tentu kesadaran terhadap fenomena juga termasuk dalam sati) yang kuat terhadap objek menyebabkan konsentrasi bertambah kuat, konsentrasi yang bertambah kuat menyebabkan perhatian juga bertambah kuat, dan perhatian yang bertambah kuat juga menyebabkan konsentrasi yang bertambah kuat. Demikianlah prosesnya terjadi berulang-ulang.

Entah mengapa saya merasa sejalan dengan pernyataan Acharn Chah berikut, (walaupun gaya bahasa beliau agak keras).
Dewasa ini banyak orang melekat pada kata-kata. Mereka menyebut latihan mereka vipassana. Samatha kelihatannya dikesampingkan. Atau mereka menyebutnya latihan samatha. Adalah penting latihan samatha sebelum vipassana, itulah yang mereka katakan. Semua ini tolol, lucu. Jangan rancu dengan berpikir demikian.

dan saya setuju dengan pernyataan beliau berikut,
Konsentrasi (samatha) dan Wawasan-kebijaksanaan (vipassana) bekerja bersama-sama

mengenai postingan saudara Hendrako berikut,

"Atau juga, para sahabat, pikiran seorang bhikkhu dicengkeram oleh kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi.69 Tetapi ada saat ketika pikirannya secara internal menjadi mantap, tenang, terpusat, dan terkonsentrasi; kemudian Sang Jalan itu muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.


Ini yang selalu saya hindarkan untuk ditafsirkan, karena kita tidak tahu apa maksud yang sebenarnya dari pikiran yang lebih tinggi, karena terjemahan bhante Thanissaro juga kadang membingungkan. Tetapi bila dikaitkan dengan kita, kemungkinan bukan kita yang dimaksudkan.

Apalagi dikaitkan dengan MMD, karena MMD tidak memerlukan konsentrasi sedangkan sutta mengatakan secara jelas bahwa konsentrasi diperlukan dalam pengembangan batin (bhavana).

selain itu bagi seorang pemula biasanya tak dapat membedakan antara pengetahuan pandangan terang dan kekotoran Vipassana (Vipassana upakilesa), sehingga seringkali ketenangan yang timbul di salah mengerti sebagai pencapaian diatas duniawi, padahal ketenangan itu hanyalah kekotoran Vipassana atau Vipassana upakilesa.

Memang ada orang-orang yang memiliki kecerdasan batin luar-biasa, seperti Calon Bodhisatta yang bisa mencapai tindkat kesucian Arahat (bila mau) hanya dengan mendengarkan empat baris syair yang diucapkan oleh seorang Buddha, atau seperti petapa Bahiya yang mencapai tingkat kesucian Arahat hanya dengan mendengarkan khotbah Sang Buddha selama entah 5 atau 10 menit saja, atau panglima Santati yang habis berduka, tetapi mencapai tingkat kesucian Arahat waktu mendengarkan khotbah Sang Buddha. Saya tidak terlalu muluk untuk membandingkan diri dengan mereka.

Logikanya sederhana sekali, kalau memang Dhamma sedemikian sederhana, tentu Sang Buddha tak perlu merepotkan diri dengan mengajarkan macam-macam hingga lebih dari 40 buku. Cukup satu atau dua sutta.

sukhi hotu.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

hendrako

Terima kasih atas tanggapannya bro Fabian, saya jadi banyak belajar.  ;D

Tentang post saya yang dihubungkan dengan MMD, saya tidak bermaksud mengatakan bahwa tipe ke-4 tersebut adalah MMD, tetapi maksud saya adalah, mungkin catatan kaki tersebut bisa menjelaskan kasus Bahiya (yang merupakan acuan utama MMD dalam Tipitaka) :)

Terjemahan yang saya gunakan untuk kutipan, bukan dari Bhante Thanissaro tapi:

Petikan Anguttara Nikaya, terjemahan dari bahasa Pali oleh: Nyanaponika Thera dan Bhikku Bodhi, terjemahan dari bahasa Inggris oleh: Dra. Wena Cintiawati dan Dra. Lanny Anggawati, Terbitan Wisma Sambodhi, Klaten. http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=739
Identik dengan yang ada di website SamaggiPhala.

Saya ingin menambahkan pembahasan tentang Samatha dan Vipassana yang sumbernya tidak jauh berbeda dari tanggapan saya sebelumnya.

Polemik tentang Samatha Bhavana dan Vipassana Bhavana kelihatannya terletak pada Jhana. Sebagian besar referensi tentang Samadhi Bhavana, menyatakan bahwa adalah mungkin untuk masuk atau melakukan Vipassana Bhavana tanpa harus memiliki Jhana terlebih dahulu. Jadi intinya bukan pada pengembangan ketenangannya (Samatha Bhavana), namun pada tingkat konsentrasi, yaitu Jhana. Namun, dikarenakan pencapaian Jhana sebagai tingkat konsentrasi berada dalam lingkup Samatha, timbul kesan bahwa Samatha Bhavana tidak terlalu perlu. Padahal pada kenyataannya baik Samatha dan Vipassana saling bekerja sama di dalam Samadhi.

Saya mengajak untuk kembali memperhatikan penjelasan YM. Ananda di dalam 72. Ketenangan dan Pandangan Terang.
1.   "mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan."
Di dalam catatan dijelaskan orang tersebut telah mencapai Jhana-Jhana. Teknik Mahasi Sayadaw yang terkesan sebagai teknik "direct Vipassana" sebenarnya juga tidak anti-Jhana, di dalam tradisi Mahasi Sayadaw terdapat teknik bagi yang telah mencapai Jhana, jadi bagi yang telah memiliki Jhana tetap dapat menjalankan tradisi ini. Sebutan "direct Vipassana" sendiri kelihatannya kurang tepat, sebab di dalam tekniknya, samatha atau ketenangan tetap merupakan proses awal dengan memperhatikan proses naik dan turunnya dinding perut, hanya saja ketenangannya tidak perlu sampai pada tingkat Jhana.

2.   "mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang."

Point ke-2 diatas menunjukkan bahwa Pandangan Terang dapat diperoleh atau dijalani tanpa mencapai Jhana terlebih dahulu. Hal ini selaras dengan tradisi Mahasi Sayadaw yaitu menjalankan Vipassana tanpa memasuki Jhana terlebih dahulu bagi orang yang belum mencapai Jhana. Alasan mengapa beliau mengedepankan teknik ini mungkin harus kita ketahui, agar timbul pengertian yang lebih baik.

Dalam Khotbah Vipassana, Mahasi Sayadaw memaparkan bahwa pencapaian Jhana SAJA, tidak akan membawa seseorang kepada Sang Jalan (hal ini tentunya juga ditekankan oleh tradisi lain yang "kesannya" lebih mengedepankan Samatha), hanya akan membawa kepada kelahiran kembali di alam Brahma dan belum memasuki Magga atau tingkat kesucian sama sekali. Hal ini mengandung bahaya karena setelah buah kamma kehidupan di alam Brahma berakhir, orang tersebut masih diliputi ketidakpastian di dalam alam Samsara, tidak ada jaminan bahwa orang tersebut akan kembali berusaha menapaki Sang Jalan. Kepastian menapaki Sang Jalan untuk menghancurkan noda-noda belum muncul. Jadi, menurut beliau, pencapaian Sang Jalan (dalam kehidupan ini) sangat penting. Syarat utama mencapai Sang Jalan adalah pencapaian Sotapatti Magga (Sotapana, tingkat kesucian paling awal) dengan syarat utamanya yaitu hancurnya Sakkayaditthi. Pencapaian Jhana hingga tingkat tertinggi pun tidak akan mencapai tingkat ini, melainkan hancurnya Sakkayaditthi (pandangan salah tentang aku) yang harus dicapai, sehingga kepastian menuju tujuan akhir dicapai dalam waktu yang tidak lebih dari tujuh kali kehidupan.

Beliau menegaskan hal ini lewat kutipan beliau sbb:

"Dengan kepentingan dan tujuan bagai seseorang yang dadanya telah ditusuk dengan sebatang tombak atau yang kepalanya terbakar akan segera mencari melepaskan diri dari penderitaannya, seorang Bhikku yang sadar terhadap bahayanya Samsara (lingkaran kelahiran kembali) harus sesegera mungkin membebaskan dirinya dari Sakkayaditthi (keyakinan palsu terhadap jiwa yang kekal)."

3.   "mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan berpasangan."

Gabungan antara Jhana dan Kebijaksanaan Pandangan Terang mungkin dapat dijelaskan dengan ilustrasi. Saya meminjam ilustrasi dari Milinda Panha untuk kebijaksanaan.

Kebijaksanaan (Pandangan Terang) dianalogikan dengan sebuah pisau, sementara ketajaman pisau adalah tingkat Konsentrasi (Jhana). Sebagaimana di dalam point 2 diatas. Sebuah pisau yang tidak terlalu tajam (baca: belum sampai tingkat Jhana) sudah cukup untuk memotong Sakkayaditthi untuk mencapai Sotapatti Magga. Namun tentunya agak sulit untuk memotong noda-noda yang keras dan halus. Keberadaan Jhana yang mempertajam pisau sangat membantu dalam proses memotong.

Ilustrasi lain adalah lampu/cahaya. Cahaya disini adalah Kebijaksanaan dan tingkat terangnya cahaya adalah tingkat Konsentrasi. Di dalam ruang yang gelap keberadaan cahaya walaupun tidak terlalu terang dapat membantu terlihatnya kekotoran di dalam ruangan. Semakin terang cahaya maka tentunya lebih mudah untuk melihat kotoran bahkan yang halus sekalipun sehingga pekerjaan pembersihanpun menjadi lebih mudah dan cepat.

Jadi, memiliki alat pengasah tanpa pisau atau listrik kapasitas tinggi tanpa lampu menjadikan alat tersebut belum berguna, namun gunanya sangat besar apabila sudah terdapat pisau atau lampu.

4.    "dicengkeram oleh kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi.69 Tetapi ada saat ketika pikirannya secara internal menjadi mantap, tenang, terpusat, dan terkonsentrasi; kemudian Sang Jalan itu muncul di dalam dirinya."

Kemungkinan hal di atas selaras dengan apa yang dimaksud dengan:

Maggasiddhi-Jhana: Dengan hanya melaksanakan pengembangan pandangan terang (Vipassana-Bhavana), kemudian menjadi Arahat dan memperoleh Jhana hasil dari kesucian pikiran dan karma dari kehidupan yang lalu. (Sumber: Kamus Baru Buddha Dhamma)

Sesuai dengan rujukan pada catatan kaki pada kasus Bahiya, yang kemungkinan besar beliau telah memiliki Pandangan Terang yang tinggi sebelumnya, namun masih tercemari oleh Vipassanupakkilesa. Yang menarik untuk diperhatikan adalah, pada penjelasan YM. Ananda, kelihatannya ke-Arahatan muncul setelah timbul Jhana secara instan dari kesucian pikiran, namun dari definisi Maggasiddhi-Jhana, kesannya pencapaian Arahat terlebih dahulu baru mencapai Jhanna.
Mungkin urutannya tidak perlu?? atau bisa jadi berbarengan??

Mohon bantuan dari rekan sekalian yang mengetahui Sutta yang berhubungan dengan  hal ini.

Kesimpulan (sementara):

Jadi sebagaimana yang diungkapkan oleh Ajahn Chah:

Konsentrasi (samatha) dan Wawasan-kebijaksanaan (vipassana) bekerja bersama-sama.(Di dalam Samadhi)

Jhana dan Panna saling melengkapi walaupun masing2 tetap dapat berdiri sendiri, dan kelihatannya Panna memang tetap merupakan hal yang harus dikedepankan. Namun jangan juga sampai menyampingkan Jhana, sebab walaupun bagi seseorang yang mencapai Arahat dengan "hanya" Vipassana Bhavana pun pada akhirnya Jhana muncul sebagai hasil dari kemurnian kesucian pikiran.

Referensi (tambahan):
Khotbah Vipassana, Meditasi Pandangan Terang, oleh Mahasi Sayadaw, Lembaga Satipatthana Indonesia, Jakarta.

_/\_


yaa... gitu deh