News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

[ask] ADI BUDDHA

Started by El Sol, 30 August 2007, 03:25:33 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Suchamda

#45
Saya punya saran untuk mengantar kalian pada pemahaman yang sulit ini.

Silakan anda jawab pertanyaan saya ini sebelum nantinya saya jelaskan terlebih lanjut :

1. Apakah nibbana itu ada (exist) atau tidak ada (non-exist)?
2. Apakah anupadisesa nibbana itu berarti padam keseluruhan agregatnya termasuk kesadarannnya (vijnana)?
3. Apakah "aku" itu real?

Mohon dijawab terlebih dahulu.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

El Sol

please buat Thread baru...jangan OOT(out of topic)...

Suchamda

Tidak OOT, ini untuk menjelaskan tentang Adi Buddha.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

El Sol

oh ok..kalo OOT awas loe... ;D

1.Nibbana itu Exist..konsep exist gw beda ama konsep exist yg biasane...konsep exist gw gk bisa dijelaskan( karena gw gk tao kata2 yg tepat)

2.gk ngerti loe ngomong apa..

3.aku = inti? kalo itu gk ada....we're just combination...

Suchamda

Tunggu jawaban yg lain.
Saya butuh tanggapan dari orang yang mengerti benar tentang permasalahan nibbana/anatta/sunyata ini, dan mampu berdialog dengan baik.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

El Sol

#50
Quote from: Suchamda on 18 September 2007, 05:10:51 PM
Tunggu jawaban yg lain.
Saya butuh tanggapan dari orang yang mengerti benar tentang permasalahan nibbana/anatta/sunyata ini, dan mampu berdialog dengan baik.
maksud loe ape? OMG...In the name of Leysus Kris...Moha Moha...belagu banget jade orang..

ryu

1. Ada
2. Nibbana bukan kondisi pikiran
3. Ada
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

williamhalim

Quote from: Suchamda on 18 September 2007, 04:14:17 PM
Kalau pemuka Theravada bingung menjelaskan konsep Adi Buddha, mengapa mereka tidak belajar / di training untuk belajar tentang apologetika Buddhistik dan konsep2 mahayana sebagai sebuah wawasan sehingga bisa menjelaskan hal ini tanpa perlu membingungkan umat?


Saya mendapatkan penjelasan Adi Buddha ini dari Kursus Dasar Agama Buddha (KDAB) yang diadakan oleh vihara buddhayana, jadi nggak ada hubungannya dengan para pemuka theravada.

Yg memberikan materi, sy yakin telah di training tentang Adi Buddha ini, dan dari penjelasan yg saya peroleh bahwa: Adi Buddha tidak lain adalah Nibbana.

Bro Suchamda, apa benar Adi Buddha = Nibbana?


::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Suchamda

No.1 : Apakah nibbana itu ada (exist) atau tidak ada (non-exist)?

Elsol : Nibbana itu Exist..konsep exist gw beda ama konsep exist yg biasane...konsep exist gw gk bisa dijelaskan( karena gw gk tao kata2 yg tepat)
Ryu : Ada

Nah, dari sini saya bisa mengatakan bila sesuatu itu ada dan diberi nama "Nibbana", lalu apakah masalahnya bila ia diberi nama yang lain, misal : "Dharmakaya". Pelabelan dengan nama (kata2) memiliki artian simbolis dengan tujuan mengkomunikasikan pesan kepada pendengarnya. Fungsi ini juga bisa digambarkan dalam suatu bentuk lukisan ataupun suara. Demikianlah konsep Adi Buddha muncul.

No.2 : Apakah anupadisesa nibbana itu berarti padam keseluruhan agregatnya termasuk kesadarannnya (vijnana)?

Rupanya pertanyaan saya belum jelas dipahami. Sdr.Ryu pun belum menjawab pertanyaan saya secara relevan.
Baiklah saya rubah editorial pertanyaan saya:
Apakah mencapai nibbana itu berarti semuanya padam?

No.3 : Apakah "aku" itu real?

Jawabannya juga tidak relevan (dijawab "Ada"). Apakah yang dimaksud 'ada' ini selalu sama berarti dengan 'real'?
Bila 'ada' ini diasumsikan sama dengan 'real', maka Elsol menjawab "Tidak Real" dan Ryu menjawab "Real". Mana yang benar??
Saya tunggu dulu masukan dari yang lain, atau kalau mau menambahkan penjelasan juga silakan.
------------

Jadi, sementara ini, penjelasan tentang kenapa Adi Buddha itu diadakan bisa melihat pada arahan dari pertanyaan no.1 tersebut di atas.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

El Sol

Quote from: Suchamda on 18 September 2007, 05:49:40 PM
No.1 : Apakah nibbana itu ada (exist) atau tidak ada (non-exist)?

Elsol : Nibbana itu Exist..konsep exist gw beda ama konsep exist yg biasane...konsep exist gw gk bisa dijelaskan( karena gw gk tao kata2 yg tepat)
Ryu : Ada

Nah, dari sini saya bisa mengatakan bila sesuatu itu ada dan diberi nama "Nibbana", lalu apakah masalahnya bila ia diberi nama yang lain, misal : "Dharmakaya". Pelabelan dengan nama (kata2) memiliki artian simbolis dengan tujuan mengkomunikasikan pesan kepada pendengarnya. Fungsi ini juga bisa digambarkan dalam suatu bentuk lukisan ataupun suara. Demikianlah konsep Adi Buddha muncul.

No.2 : Apakah anupadisesa nibbana itu berarti padam keseluruhan agregatnya termasuk kesadarannnya (vijnana)?

Rupanya pertanyaan saya belum jelas dipahami. Sdr.Ryu pun belum menjawab pertanyaan saya secara relevan.
Baiklah saya rubah editorial pertanyaan saya:
Apakah mencapai nibbana itu berarti semuanya padam?

No.3 : Apakah "aku" itu real?

Jawabannya juga tidak relevan (dijawab "Ada"). Apakah yang dimaksud 'ada' ini selalu sama berarti dengan 'real'?
Bila 'ada' ini diasumsikan sama dengan 'real', maka Elsol menjawab "Tidak Real" dan Ryu menjawab "Real". Mana yang benar??
Saya tunggu dulu masukan dari yang lain, atau kalau mau menambahkan penjelasan juga silakan.
------------

Jadi, sementara ini, penjelasan tentang kenapa Adi Buddha itu diadakan bisa melihat pada arahan dari pertanyaan no.1 tersebut di atas.

1. Nibbana khan hilangnya Dosa, Lobha dan Moha..apakah itu Tuhan? pada saat kita hilang Lobha, Dosa dan Moha apakah proses itu dipanggil Tuhan? kalo bukan..bukankah berarti konsep Adi Buddha itu gk seharusnya dipanggil Nibbana..karena 2 konsep tersebut sangat2 berbeda

2.mencapai Nibbana itu yg padam cuma 3..Dosa, lobha dan moha..karena yg 3 ini padam maka muncullah ketengan batin..ketenangan batin itulah Nibbana yg sesungguhnya...

3.setiap barang mana ada seh intinya..bahkan kosong ajah gk ada inti..kalo gk ada inti mana bisa dipanggil real? kalo kt tidak berinti..seharusnya kita tidak ada pencipta..karena pencipta sendiri juga tidak berinti..

ryu

No.1 :
Nah, dari sini saya bisa mengatakan bila sesuatu itu ada dan diberi nama "Nibbana", lalu apakah masalahnya bila ia diberi nama yang lain, misal : "Dharmakaya". Pelabelan dengan nama (kata2) memiliki artian simbolis dengan tujuan mengkomunikasikan pesan kepada pendengarnya. Fungsi ini juga bisa digambarkan dalam suatu bentuk lukisan ataupun suara. Demikianlah konsep Adi Buddha muncul.

apa masalah kalau nibbana disebut surga ama yang lain?
Kalau iya, nah maka kenapa pula nibbana harus diganti ama adi buddha?

No.2 :
Rupanya pertanyaan saya belum jelas dipahami. Sdr.Ryu pun belum menjawab pertanyaan saya secara relevan.
Baiklah saya rubah editorial pertanyaan saya:
Apakah mencapai nibbana itu berarti semuanya padam?

konsep nibbana saya rasa bukan emptiness.
cuma saya juga belum memahami benar.
No.3 : Apakah "aku" itu real?

Jawabannya juga tidak relevan (dijawab "Ada"). Apakah yang dimaksud 'ada' ini selalu sama berarti dengan 'real'?

aku ada tapi berubah2 dan tidak kekal.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

El Sol

Quote from: ryu
apa masalah kalau nibbana disebut surga ama yang lain?
Kalau iya, nah maka kenapa pula nibbana harus diganti ama adi buddha?
i like this answer...

Suchamda

QuoteBro Suchamda, apa benar Adi Buddha = Nibbana?

Ya, benar. Adi Buddha itu adalah anthropomorphic Nibbana. Anthropomorphic adalah penggambaran dengan menggunakan wujud-wujud seperti manusia (anthropos = manusia; morphic = berubah bentuk).

Memotong seekor ayam bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Cara memotongnya Kentucky Fried Chicken dengan Ayam Kalasan bisa berbeda-beda. Demikian pula cara mengupas dan menjelaskan tentang batin manusia dan kondisi nibbana itu berbeda-beda antara tiap2 aliran.

Kala mendengar kata2 "nibbana" orang bisa mempunyai persepsi macam2.
Ada yang mengiranya :
- sebagai tempat / alam --> konsekwensinya orang menjadi melatih jhana2 untuk mencapai dimensi alam itu  ::--> pandangan salah.
- sebagai kondisi batin --> konsekwensinya orang menjadi berusaha untuk mencapai / menciptakan kondisi batin itu ::--> sesuatu yang tidak demikian sebenarnya.
- sebagai ketiadaan ---> orang terperosok pada pandangan nihilisme (ketiadaan absolut) ::--> pandangan salah juga.
dsb

Paradigma Abhidhamma Pali membuat suatu kerangka teori bahwa semua fenomena itu merupakan kombinasi, termasuk manusia yg merupakan kombinasi dari panca kandha. Akibatnya, konsekwensi teoritis dari nibbana itu dikatakan sebagai lenyapnya semua kandha tersebut. Ini tidak salah, tapi bila orang yang tidak mengerti benar-benar maka akan terjerumus pada pandangan salah nihilisme (ketiadaan absolut).
Oleh karena itu, Mahayana membuat suatu kerangka teori yang lain (walaupun bukan tidak ada kelemahannya juga) dimana dikatakan bahwa kala seorang mencapai nibbana maka kesadaran ke-8nya mencapai tataran wisdom yang disebut dharmakaya.

Pandangan Abhidhamma Pali membuat suatu kerangka teori bahwa semua fenomena merupakan kombinasi, termasuk manusia yang merupakan kombinasi dari panca kandha. Akibatnya bisa timbul suatu pandangan salah yang bersifat anti terhadap panca kandha tsb, seakan panca kandha inilah yang harus dilenyapkan untuk mencapai nibbana. Oleh karena itu, Mahayana membuat suatu kerangka teori yang lain (walaupun bukan tidak ada kelemahannya juga) dimana mengatakan bahwa samsara dan nirvana itu tidak terpisahkan. Tidak terpisahkan ini berarti bahwa dalam setiap fenomena terdapat benih Kebuddhaan. Dalam mana diri manusia, maka benih Kebuddhaan itu tidak terlihat karena tertutupi oleh kekotoran batin yang tebal. Tujuan dari konsep ini adalah bahwa :
1. semua mahluk sebenarnya mempunyai peluang untuk terbebaskan.
2. Kalau nibbana itu dikatakan sesuatu yang tak berkondisi (Asankhata Dhamma), maka tentu tidak ada sebab2 awalnya. Jadi, kalau tidak ada sebab2 awalnya, darimana batin manusia bisa mendapat nibbana itu bila memang tidak semenjak dari waktu yang tak terhingga sebetulnya telah menyimpan benih kebuddhaan tsb. Oleh karena itu dikatakan adanya benih kebuddhaan dalam tiap hati manusia, yg disebut Buddha Nature.

Karena semua bentukan (fenomena berkondisi) itu memiliki benih kebuddhaan, maka sifat kebuddhaan itu adalah omnipresent (berada dimana-mana). Sifat Kebuddhaan yang primordial (mendasari segala sesuatu) inilah disebut sebagai Buddha Nature. Di dalam hati setiap Buddha dan Bodhisattva muncul penampakan Buddha Nature ini dalam tubuh fisik dan perbuatannya. Nah, Buddha Nature ini digambarkan dalam lukisan2 sebagai Buddha Samantabhadra atau Buddha Vajradhara.

Jadi, dikarenakan setiap sistem filosofi memiliki kelemahannya sendiri2 dalam menjelaskan sesuatu yg tidak bisa dijelaskan , maka dibuat berbagai macam sistem filosofi untuk melengkapi / penyeimbang yang diperlukan seseorang kala telah menelusuri perjalanan spiritual hingga tahap tertentu.
Emptiness adalah Middle Way (Jalan Tengah). Menelusuri pengertian Nibbana adalah bagai meniti sebuah jalan kecil dimana kiri dan kanannya adalah jurang dalam yg mematikan. Di sebelah kiri adalah jurang pandangan ekstrim kekekalan dan di sisi kanan adalah jurang pandangan ekstrim nihilisme. Oleh karena itulah maka filosofi2 ini tercipta, yaitu agar bila kita berjalan terlalu ke kanan diingatkan utk ke kiri, kalau terlalu ke kiri diingatkan untuk ke kanan.
Perlu anda ketahui bahwa Tibetan Buddhism itu tidak identik dengan Tantric Buddhism. Tibetan Buddhism itu sebenarnya menampung dan menyerap semua tradisi dari Hinayana, Mahayana (Sutra Tradition) dan Tantric Method. Hanya saja, di Indonesia , yg belajar Tibetan Buddhism ini sering disebut sebagai praktisi Vajrayana.
Mengetahui hal ini, tentu semestinya tidak perlu khawatir bahwa seorang Vajrayanist tidak memahami makna anatta , nibbana, dsb.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Suchamda

Quoteapa masalah kalau nibbana disebut surga ama yang lain?

Tidak masalah.
Mau disebut sebagai 'neraka' atau 'kucing' atau 'bumbleblebeee' juga tidak masalah.
Itu sekedar label2.
Yang terpenting adalah pengertian dan konsep yang ada di sebaliknya.


QuoteKalau iya, nah maka kenapa pula nibbana harus diganti ama adi buddha?

Pelajari dulu sejarah munculnya filosofi tersebut. Pelajari situasi, kondisinya dan kompleksitas permasalahan pada waktu itu.
Juga bila anda nanti sudah praktek vipassana dan semakin advanced pengertian Buddhismnya, tentu anda akan menemukan issue2 kompleksitas ini yg harus dihadapi oleh batin sendiri dalam perenungan. Disitu anda akan melihat mengapa adi buddha itu make sense.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Suchamda

Quote1. Nibbana khan hilangnya Dosa, Lobha dan Moha..apakah itu Tuhan? pada saat kita hilang Lobha, Dosa dan Moha apakah proses itu dipanggil Tuhan? kalo bukan..bukankah berarti konsep Adi Buddha itu gk seharusnya dipanggil Nibbana..karena 2 konsep tersebut sangat2 berbeda

Siapa yang menyatakan Adi Buddha itu Tuhan??

Quote2.mencapai Nibbana itu yg padam cuma 3..Dosa, lobha dan moha..karena yg 3 ini padam maka muncullah ketengan batin..ketenangan batin itulah Nibbana yg sesungguhnya...

Apakah padam itu berarti lenyap semuanya? Ketenangan batin itu exist atau tidak exist?

Quote3.setiap barang mana ada seh intinya..bahkan kosong ajah gk ada inti..kalo gk ada inti mana bisa dipanggil real? kalo kt tidak berinti..seharusnya kita tidak ada pencipta..karena pencipta sendiri juga tidak berinti..

Siapa yang mengatakan adanya konsep penciptaan??

Untuk anda dik Elsol:
Sebuah diskusi / dialog itu hendaknya dilakukan dengan menyimak baik2 maksud lawan bicara, bukan membuat asumsi2 sendiri ataupun menebak2 secara salah. Kalau anda tidak paham, katakan saja tidak paham.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho