News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

SURGA SEEKOR KATAK

Started by markosprawira, 29 August 2007, 01:07:42 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

markosprawira

Ketika itu, Sang Buddha sedang menetap di Campa, di tepi kolam teratai
Gaggara. Saat pagi hari dan setelah mengamati dengan penuh kasih sayang
beliau 'melihat' "Hari ini ketika di sore hari saya sedang mengajarkan
Dhamma, seekor katak, mendengarkan suara saya dan menjadi tertarik,
menderita sakit karena tangan seseorang, dan akan terbunuh; ia akan tumimbal
lahir di alam dewa dan ini akan terjadi ketika sejumlah banyak orang sedang
menyaksikan; dengan cara demikian sungguh merupakan penetrasi yang besar
terhadap Dhamma.

Hari itu Beliau mengerjakannya dengan sangat baik, di tepi kolam Beliau
mengajar kepada 'pertemuan' dari empat penjuru. Kemudian seekor katak,
berpikir,"Inilah yang disebut Dhamma," keluar dari kolam dan berdekam di
belakang para pendengar. Dan seorang penggembala sapi, melihat Sang Buddha
berbicara dan para hadirin mendengarkan dengan tenang, duduk bersandar pada
siku tangannya, namun meremukkan katak tersebut. Katak itu tumimbal lahir
di alam Surga Tiga Puluh Tiga Deva (Tavatimsa) dengan rumah keemasan sejauh
12 yojana dan disertai oleh para bidadari. Merenungkan terhadap apa yang
telah dilakukannya untuk tumimbal lahir di sana ia tidak melihat apapun
kecuali ketertarikannya terhadap suara Sang Buddha.

Sang Buddha mengungkapkan dengan mulia dan bertanya kepadanya:

1. "Siapa, yang cemerlang dengan potensi batin, dengan keindahan melibihi
yang lain membuat semua penjuru terang, yang menghormat di bawah kaki saya?"

Kemudian, deva muda tersebut, berkata tentang satu kehidupannya yang lampau,
menjelaskan dalam syair berikut:

2. "Saya dahulu adalah seekor katak, penghuni air. Namun ketika saya
sedang mendengarkan Dhamma yang dibabarkan, seorang penggembala sapi tak
sengaja menbunuh saya.

3. Bagi sesaat ketenangan batin, terlihatlah potensi batin dan
kemuliaan, keindahan saya dan terlihatlah pula kecemerlangan saya.

4. Bagi mereka yang telah 'lama' mendengarkan Dhamma, Gotama, itulah
mereka yang telah merealisasi kekekalan di mana mereka tidak lagi
menderita."

Kemudian Sang Buddha, melihat kualifikasi yang telah dicapai oleh para
pendengar, mengajarkan Dhamma kembali secara penuh. Pada akhir dari ajaran
tersebut, Deva muda itu merealisasi tingkat kesucian pertama (Sotapana).

Setelah menghormati Sang Buddha, Deva muda tersebut kembali ke alam surga.

Sumber:

Vimanavatthu, Khuddaka Nikaya, Sutta Pitaka, Tipitaka, Pali Text Society,
.London, 159 p.

Pertanyaan menyangkut isi tulisan dalam leaflet ini agar dialamatkan kepada
Pannakatha, melalui Sdr. Selamat Rodjali, Jl. City No. 9A Bogor 16123.

Leaflet no. 12 ini didistribusikan atas dana dari Bapak Herdituantono,
Tangerang dan seorang umat Bogor.

Semoga kusala kamma yang telah dilakukan mempercepat terealisasinya

Kebahagiaan Sejati.

Semoga selalu maju di dalam Dhamma.

Sadhu Sadhu Sadhu!

Edward

"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Pitu Kecil

Smile Forever :)

eddy_fei82

Be yourself and smile :D

53121f4n71

cerita nya menarik....

nice... br baca saya..  :)
this too will pass

Riky_dave

Quote from: markosprawira on 29 August 2007, 01:07:42 PM
Ketika itu, Sang Buddha sedang menetap di Campa, di tepi kolam teratai
Gaggara. Saat pagi hari dan setelah mengamati dengan penuh kasih sayang
beliau 'melihat' "Hari ini ketika di sore hari saya sedang mengajarkan
Dhamma, seekor katak, mendengarkan suara saya dan menjadi tertarik,
menderita sakit karena tangan seseorang, dan akan terbunuh; ia akan tumimbal
lahir di alam dewa dan ini akan terjadi ketika sejumlah banyak orang sedang
menyaksikan; dengan cara demikian sungguh merupakan penetrasi yang besar
terhadap Dhamma.

Hari itu Beliau mengerjakannya dengan sangat baik, di tepi kolam Beliau
mengajar kepada 'pertemuan' dari empat penjuru. Kemudian seekor katak,
berpikir,"Inilah yang disebut Dhamma," keluar dari kolam dan berdekam di
belakang para pendengar. Dan seorang penggembala sapi, melihat Sang Buddha
berbicara dan para hadirin mendengarkan dengan tenang, duduk bersandar pada
siku tangannya, namun meremukkan katak tersebut. Katak itu tumimbal lahir
di alam Surga Tiga Puluh Tiga Deva (Tavatimsa) dengan rumah keemasan sejauh
12 yojana dan disertai oleh para bidadari. Merenungkan terhadap apa yang
telah dilakukannya untuk tumimbal lahir di sana ia tidak melihat apapun
kecuali ketertarikannya terhadap suara Sang Buddha.

Sang Buddha mengungkapkan dengan mulia dan bertanya kepadanya:

1. "Siapa, yang cemerlang dengan potensi batin, dengan keindahan melibihi
yang lain membuat semua penjuru terang, yang menghormat di bawah kaki saya?"

Kemudian, deva muda tersebut, berkata tentang satu kehidupannya yang lampau,
menjelaskan dalam syair berikut:

2. "Saya dahulu adalah seekor katak, penghuni air. Namun ketika saya
sedang mendengarkan Dhamma yang dibabarkan, seorang penggembala sapi tak
sengaja menbunuh saya.

3. Bagi sesaat ketenangan batin, terlihatlah potensi batin dan
kemuliaan, keindahan saya dan terlihatlah pula kecemerlangan saya.

4. Bagi mereka yang telah 'lama' mendengarkan Dhamma, Gotama, itulah
mereka yang telah merealisasi kekekalan di mana mereka tidak lagi
menderita."

Kemudian Sang Buddha, melihat kualifikasi yang telah dicapai oleh para
pendengar, mengajarkan Dhamma kembali secara penuh. Pada akhir dari ajaran
tersebut, Deva muda itu merealisasi tingkat kesucian pertama (Sotapana).

Setelah menghormati Sang Buddha, Deva muda tersebut kembali ke alam surga.

Sumber:

Vimanavatthu, Khuddaka Nikaya, Sutta Pitaka, Tipitaka, Pali Text Society,
.London, 159 p.

Pertanyaan menyangkut isi tulisan dalam leaflet ini agar dialamatkan kepada
Pannakatha, melalui Sdr. Selamat Rodjali, Jl. City No. 9A Bogor 16123.

Leaflet no. 12 ini didistribusikan atas dana dari Bapak Herdituantono,
Tangerang dan seorang umat Bogor.

Semoga kusala kamma yang telah dilakukan mempercepat terealisasinya

Kebahagiaan Sejati.

Semoga selalu maju di dalam Dhamma.

Sadhu Sadhu Sadhu!

Setahu saya bahwa hewan itu tidak bisa "mendengarkan" Dhamma Bhagava?
Darimana ya sumbernya bahwa "hewan" juga bisa mendengarkan Dhamma Bhagava?

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Lily W

Quote from: Riky_dave on 04 August 2008, 08:29:10 PM
Quote from: markosprawira on 29 August 2007, 01:07:42 PM
Ketika itu, Sang Buddha sedang menetap di Campa, di tepi kolam teratai
Gaggara. Saat pagi hari dan setelah mengamati dengan penuh kasih sayang
beliau 'melihat' "Hari ini ketika di sore hari saya sedang mengajarkan
Dhamma, seekor katak, mendengarkan suara saya dan menjadi tertarik,
menderita sakit karena tangan seseorang, dan akan terbunuh; ia akan tumimbal
lahir di alam dewa dan ini akan terjadi ketika sejumlah banyak orang sedang
menyaksikan; dengan cara demikian sungguh merupakan penetrasi yang besar
terhadap Dhamma.

Hari itu Beliau mengerjakannya dengan sangat baik, di tepi kolam Beliau
mengajar kepada 'pertemuan' dari empat penjuru. Kemudian seekor katak,
berpikir,"Inilah yang disebut Dhamma," keluar dari kolam dan berdekam di
belakang para pendengar. Dan seorang penggembala sapi, melihat Sang Buddha
berbicara dan para hadirin mendengarkan dengan tenang, duduk bersandar pada
siku tangannya, namun meremukkan katak tersebut. Katak itu tumimbal lahir
di alam Surga Tiga Puluh Tiga Deva (Tavatimsa) dengan rumah keemasan sejauh
12 yojana dan disertai oleh para bidadari. Merenungkan terhadap apa yang
telah dilakukannya untuk tumimbal lahir di sana ia tidak melihat apapun
kecuali ketertarikannya terhadap suara Sang Buddha.

Sang Buddha mengungkapkan dengan mulia dan bertanya kepadanya:

1. "Siapa, yang cemerlang dengan potensi batin, dengan keindahan melibihi
yang lain membuat semua penjuru terang, yang menghormat di bawah kaki saya?"

Kemudian, deva muda tersebut, berkata tentang satu kehidupannya yang lampau,
menjelaskan dalam syair berikut:

2. "Saya dahulu adalah seekor katak, penghuni air. Namun ketika saya
sedang mendengarkan Dhamma yang dibabarkan, seorang penggembala sapi tak
sengaja menbunuh saya.

3. Bagi sesaat ketenangan batin, terlihatlah potensi batin dan
kemuliaan, keindahan saya dan terlihatlah pula kecemerlangan saya.

4. Bagi mereka yang telah 'lama' mendengarkan Dhamma, Gotama, itulah
mereka yang telah merealisasi kekekalan di mana mereka tidak lagi
menderita."

Kemudian Sang Buddha, melihat kualifikasi yang telah dicapai oleh para
pendengar, mengajarkan Dhamma kembali secara penuh. Pada akhir dari ajaran
tersebut, Deva muda itu merealisasi tingkat kesucian pertama (Sotapana).

Setelah menghormati Sang Buddha, Deva muda tersebut kembali ke alam surga.

Sumber:

Vimanavatthu, Khuddaka Nikaya, Sutta Pitaka, Tipitaka, Pali Text Society,
.London, 159 p.


Pertanyaan menyangkut isi tulisan dalam leaflet ini agar dialamatkan kepada
Pannakatha, melalui Sdr. Selamat Rodjali, Jl. City No. 9A Bogor 16123.

Leaflet no. 12 ini didistribusikan atas dana dari Bapak Herdituantono,
Tangerang dan seorang umat Bogor.

Semoga kusala kamma yang telah dilakukan mempercepat terealisasinya

Kebahagiaan Sejati.

Semoga selalu maju di dalam Dhamma.

Sadhu Sadhu Sadhu!

Setahu saya bahwa hewan itu tidak bisa "mendengarkan" Dhamma Bhagava?
Darimana ya sumbernya bahwa "hewan" juga bisa mendengarkan Dhamma Bhagava?

Salam,
Riky

Liat di tulisan warna biru

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Riky_dave

Itu sih saya juga sudah saya baca Bu Lily...
Ya sudah toh,tidak ada penjelasan dari pertanyaan saya...:)
_/\_

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

gajeboh angek

Banyak om Riky_dave, ada babi yang mendengarkan Sabda Buddha terdahulu terlahir di alam bahagia. Monyet dan Gajah yang menemani vassa Sang Buddha bisa terlahir di alam bahagia.

Binatang bisa mengerti apa kata Sang Buddha, tetapi tidak dapat mencapai pencerahan karena kondisi  yang tidak sesuai.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days