Seberapa jauh Nibbana?

Started by Sukma Kemenyan, 30 August 2008, 01:18:32 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

kullatiro

kalau aku jujur kepada diri ku sendiri rasa nya sangat jauh yah entah masih berapa ribu ribu ribu ribu ribu ribu ribu kalpa lagi. kadang kadang rasanya kita telah mencapai ini dan itu tapi toh apa yang kita capai ternyata masih seperti setapak kaki saja dari jalan yang panjang yang kita lalui menuju nibbana.

markosprawira

Quote from: ilalang on 28 September 2008, 11:23:42 AM
Quote from: Sumedho on 26 September 2008, 08:31:22 PM
*kalau menurut visudhimagga, khanika samadhi itu dibawah jhana ke 1*
Ya khanika [vipassana] setara dengan upacara ]samatha] tapi mungkin "beda arah"...kalo via khanika aye ga jamin dia bisa nyampe ke jhana 1 apalagi jhana 2... Bukannya enggak ada jalan...jalan ada, tapi ga ada yang menempuhnya... :??

sekedar memperjelas bahwa Khanika itu ada 2, yaitu samatha dan vipassana

jadi jika menjalankan khanika di samatha, maka dia bisa mencapai jhana...... _/\_

markosprawira

Quote from: ilalang on 29 September 2008, 08:44:31 PM
Menurut Mulapariyaya-sutta dalam batin seorang arahat (dan yg harus dilatih seorang sekha) hanya ada PERSEPSI MURNI.

setuju bahwa dalam batin Arahat, hanya ada PERSEPSI MURNI

Tidak setuju bahwa itu hanya harus dilatih oleh seorang sekha. SIAPAPUN harus melatihnya, apakah dia sekha, atau baru sekedar putthujhana

Quote from: ilalang on 29 September 2008, 08:44:31 PM
Dalam khanika samadhi, pada saat itu dan dari saat ke saat, hanya ada PERSEPSI MURNI.  Tentu dalam melatihnya tidak serta merta kondisi ini sempurna dalam durasi yg panjang, berbagai bentuk pikiran masih menyelinap diantaranya dikarenakan kesadaran yang menurun.


Khanika Samadhi adalah kondisi momentary concentration/sequential momentary deep concentration dimana ini berarti bahwa belum ada PERSEPSI MURNI karena persepsi murni ada pada saat MINDFULNESS

namun hendaknya khanika samadhi dilatih terus menerus dalam setiap langkah untuk mencapai mindfulness

Itulah kenapa sedari awal, saya sudah sebutkan bahwa secara theravada : "tidak ada nibbana sementara"

Quote from: ilalang on 29 September 2008, 08:44:31 PM
Tapi yang penting bukanlah bagaimana mengenali orang yang telah bebas, melainkan bagaimana memahami diri kita sendiri. Gagasan apapun tentang itu bukan fakta, tapi fiksi. Saya mungkin percaya arahat begini begitu, tapi itu tetap fiksi. Untuk menemukan kebebasan, justru saya harus menghancurkan fiksi itu sepenuhnya.

setuju untuk memahami diri kita sendiri  _/\_

tidak setuju untuk menghancurkan fiksi karena fiksi itu sebenarnya adalah buatan anda sendiri

Sesuai asumsi Anatta : "ada perbuatan, tapi tidak ada pelakunya" dimana jika anda berkata HARUS menghancurkan, berarti anda masih berbuat sesuai konsep ATTA

semoga bisa memperjelas mengenai konsep yang anda kemukakan yah  _/\_

markosprawira

#78
Quote from: ilalang on 26 September 2008, 01:07:41 PM
[at] Sumedho / Tesla:

Sebelumnya supaya lebih nyambung, berikut klarifikasi soal KONSENTRASI dan MINDFULNESS/AWARENESS yang saya pahami.

Dalam KONSENTRASI yang kuat (jhana), tidak ada MINDFULNESS akan fenomena badan & batin (yang berubah-ubah); kesadaran berada terus-menerus pada obyek konsentrasi.

Tetapi dalam MINDFULNESS yang kuat, TIDAK ADA LAGI DUALITAS ANTARA MINDFULNESS DAN KONSENTRASI. Pada saat itu mindfulness dan konsentrasi menyatu, tidak bisa dibedakan lagi.

Nah terkait dengan, "mencicipi nibbana", keadaan ini dalam meditasi vipassana disebut 'khanika samadhi' (yang berbeda dengan jhana) dimana PADA SAAT ITU pikiran [thought] "diam", tidak bergerak, sementara batin [mind] dalam keadaan "hening dan aktif", penuh perhatian [mindfulness]. Karena tidak ada tidak ada pikiran/aku, maka tidak ada kekotoran batin yang disebabkan oleh pikiran/aku PADA SAAT ITU. Setelah keluar dari samadhi yah lobha dosa moha muncul lagi.

Ini beda dengan kondisi jhana, setidaknya jhana 1 (CMIIW, udah lama ga baca sutta soalnya). Menurut teori dari kitab suci dalam jhana 1 masih ada vitakka-vicara [applied thought & sustained thought]; masih ada pikiran thus masih ada aku, dengan demikian menurut saya masih ada kekotoran batin walau halus sekali (mengendap). Entah pada jhana-jhana berikutnya, mungkin kekotoran batin sudah lenyap, saya tidak tahu.

dear bro ilalang,


pada vipassana sekalipun, tetap melakukan konsentrasi namun yang menjadi obyek adalah proses timbul tenggelamnya nama/batin dan rupa/jasmani

itu mengapa ada sebagian guru meditasi yang menjalankan samatha dahulu, baru ke vipassana

Tujuannya adalah untuk melatih konsentrasi agar menjadi kuat dan fokus dalam memegang obyek

Dalam samatha, kekotoran batin hanya "mengendap" itu kenapa jika tidak dilatih, akan timbul kembali...

Disini dapat dilihat bahwa penjelasan "timbul kembali" selaras dengan persepsi anda "nibbana sementara", yang sangat berbeda sekali dengan Nibbana sebenarnya dimana kekotoran batin tidak akan muncul lagi

semoga bisa bermanfaat  _/\_

markosprawira

Quote from: daimond on 29 September 2008, 09:54:51 PM
kalau aku jujur kepada diri ku sendiri rasa nya sangat jauh yah entah masih berapa ribu ribu ribu ribu ribu ribu ribu kalpa lagi. kadang kadang rasanya kita telah mencapai ini dan itu tapi toh apa yang kita capai ternyata masih seperti setapak kaki saja dari jalan yang panjang yang kita lalui menuju nibbana.

RASA itu memang berbahaya, bro  ;D

banyak orang menilai dari RASA, padahal itu hanya vedana/perasaan yang dipengaruhi oleh persepsi/sanna kusala, akusala dan netral

semoga bisa bermanfaat  _/\_

fabian c

#80
Quote from: markosprawira on 30 September 2008, 10:47:26 AM
Quote from: daimond on 29 September 2008, 09:54:51 PM
kalau aku jujur kepada diri ku sendiri rasa nya sangat jauh yah entah masih berapa ribu ribu ribu ribu ribu ribu ribu kalpa lagi. kadang kadang rasanya kita telah mencapai ini dan itu tapi toh apa yang kita capai ternyata masih seperti setapak kaki saja dari jalan yang panjang yang kita lalui menuju nibbana.

RASA itu memang berbahaya, bro  ;D

banyak orang menilai dari RASA, padahal itu hanya vedana/perasaan yang dipengaruhi oleh persepsi/sanna kusala, akusala dan netral

semoga bisa bermanfaat  _/\_


Saudara Daimond yang baik,

Saya bisa mengerti umumnya orang memang beranggapan demikian bila belum bermeditasi, atau pengalaman meditasinya belum membentuk pengertian-pengertian. Tentu akan beranggapan bahwa untuk mencapai/mengalami Nibbana sangat jauh dan lama sekali.

Tapi menurut pendapat saya berdasarkan pengalaman beberapa meditator, Nibbana berada sangat dekat (baca: Dhammanussati) Pada pengalaman beberapa meditator Vipassana yang saya kenal kemajuan yang mereka alami adalah pasti, walau kecepatan progress setiap meditator berbeda-beda.

Nana dalam Vipassana ada enam belas, yang ke12 hingga yang ke15 dicapai bersamaan pada satu sesi duduk yang sama. Yang ke enam belas dicapai setelah mencapai yang ke 15. Nana yang ke sebelas adalah sankharupekkha nana, jika nana ke 11 matang maka khanika samadhi juga matang dan siap untuk penembusan.

Untuk mencapai nana ke 11 diperlukan kesabaran, batin tidak bisa dimurnikan seketika, untuk memurnikan batin memerlukan waktu beberapa lama.

Pada pengalaman meditator yang dengan penuh kesabaran dan semangat yang kuat berlatih meditasi Vipassana jangka panjang, kemajuan mereka terukur dan bisa mereka ketahui sendiri. ada yang menyelesaikan satu nana selama dua minggu, ada yang hanya seminggu bahkan yang sangat tajam kecerdasan spiritualnya menyelesaikan satu nana hanya dalam waktu tiga hari (jadi sankharupekkha nana dicapai hanya dalam waktu + satu bulan) Jadi ini semua tergantung dari parami kita.

Banyak umat Buddha memiliki kemampuan untuk merealisasi Nibbana dalam kehidupan ini juga (maksudnya memiliki kecerdasan spiritual yang cukup), tetapi tidak mau mengambil kesempatan tersebut, karena memang dihalangi karma, umpamanya dia sudah berumah tangga dan tak boleh meninggalkan keluarga untuk waktu yang lama, atau dia tak mau melepaskan apa yang telah mereka dapatkan dalam kehidupan ini.

Apakah anda memiliki keberanian itu? pergi bermeditasi Vipassana... katakanlah selama beberapa bulan...? mungkin mengorbankan keluarga atau karir dsbnya..?

Bila anda memiliki keberanian dan memiliki tekad serta konsistensi yang kuat untuk berlatih intensif selama beberapa bulan mudah-mudahan anda bisa mencapai Nibbana atau minimal dekat-dekat Nibbana.

Tapi sementara ini mungkin baik juga jika anda lebih dahulu pemanasan dengan mencoba meditasi intensif selama beberapa hari (dibawah bimbingan guru yang memang benar-benar telah menyelami) biasanya guru meditasi Vipassana yang memang benar-benar telah menyelami akan mengetahui bahwa, pengalaman yang mereka alami selaras dengan yang tertera dalam Sutta-sutta.

Sebelum anda membuat rencana ada baiknya anda sekali lagi merenungkan sifat-sifat Dhamma, yaitu ehipassiko, sebagian orang senang menerjemahkan dengan datang dan buktikan, secara harfiah saya rasa artinya adalah datang dan saksikan. Saya sendiri lebih suka menerjemahkan "datang dan alami" atau "datang dan selami"

Benar seperti yang saudara Markos bilang, jangan merasa jauh dengan Nibbana, pergunakanlah kesempatan yang ada saat ini untuk berjuang mencapainya.

(((Semoga kita semua berbahagia dan tetap maju dalam Dhamma)))

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Hendra Susanto

wahhh ko saudara fabian... makin dijelasin gt makin terasa kesedooottttt... :'(

Adhitthana

Jadi kepengen belajar Meditasi

Niat ada, tapi ditunda-tunda, mungkin krn kemalasan ....
ada kesempatan harus digunakan yaaak .....
ditunda-tunda malah ... nanti ngga ada kesempatan lagi  :'(

Anumodana ... sdr fabian  :lotus: _/\_

  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

markosprawira

#83
dear Virya,

kalau saya boleh berpendapat bahwa meditasi hendaknya tidaklah dilakukan harus pada momen tertentu saja.

justru tujuannya adalah menjadi "sadar setiap saat" sehingga kita bisa "sadar" pada setiap apapun yang kita lakukan.

disini dapat kita lihat bahwa hendaknya kita berlatih meditasi dalam hidup sehari-hari kita
yang paling gampang adalah mempraktekkan ajaran para buddha, yaitu:

1. Kurangi kejahatan : ini bentuk meditasi juga loh dimana anda mulai mengerem akusala kamma yang biasanya muncul tak terkendali.
Dengan mulai menyadari bahwa akusala hanya akan membuahkan akusala juga, hendaknya kita mulai mengerem akusala.
Caranya? misalnya pada kasus marah, dimulai dengan melihat bagaimana sensasi pada waktu akan marah, bagaimana rasanya sewaktu marah.
Dengan mempelajari ini, kita akan jadi mahir untuk mengendalikan marah
Cara serupa bisa diterapkan pada jenis2 akusala lainnya seperti iri hari, jengkel, dsbnya...

2. Perbanyak kebajikan : sama seperti no. 1, ini meditasi juga loh, dimana karena kita sudah mahir mengontrol akusala, maka kita juga bisa mengatur yang kusala
Pada kusala, dimulai dari merasakan bagaimana bahagianya pada saat melakukan kusala kamma.
Pun setelah melakukan, hendaknya kebahagiaan ini seringkali direnungkan

dalam meditasi vipassana pun, yang akan diajarkan pertama adalah bagaimana menyadari langkah pada saat berjalan, tindakan2 pada waktu makan, dsbnya dimana ini untuk melatih agar kita bisa mengontrol batin kita

semoga bisa bermanfaat agar anda dapat segera mulai meditasi dalam hidup sehari-hari yah............  _/\_

Adhitthana

[at] markosprawira

Anumodana  :lotus: _/\_

mao share dalam menjalani kehidupan sehar-hari
setelah mengenal Buddha Dhamma  :)
tapi masih sungkan .....  ;D
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

markosprawira

Quote from: Virya on 08 October 2008, 11:33:55 PM
[at] markosprawira

Anumodana  :lotus: _/\_

mao share dalam menjalani kehidupan sehar-hari
setelah mengenal Buddha Dhamma  :)
tapi masih sungkan .....  ;D

dear Virya,

Sabbe dana, Dhammadanam Jinnati : Dana yang tertinggi adalah Dhamma dana

Dhamma dana adalah dana dengan memberikan pengetahuan, knowledge, bimbingan, konsultasi, sharing hal yang baik termasuk testimoni setelah mengenal buddha dhamma loh.......


Juga bisa kita lihat dari : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=2878.35

beberapa dari 14 akusala cetasika/faktor batin adalah:
1. Thina (malas) : sulit untuk berbuat kusala/yang baik
2. Middha (lamban) : lambat bereaksi jika ada kesempatan berbuat baik
3. Vicikiccha (ragu-ragu) : ragu tentang kusala dan akusala, sehingga menghambat pada waktu ada kesempatan berbuat baik
4. Kukkucca (khawatir) : khawatir jadi bahan gunjingan, khawatir ditertawakan jika omong di depan org yg senior/jumlahnya banyak, dsbnya.......

Nibbana sebagai kebahagiaan tertinggi, tidak akan dicapai kalau kita masih terus mengembangkan akusala.......

semoga bisa bermanfaat bagi kita semua  _/\_

ilalang

Praksis Dhamma berjalan melawan arah kebiasaan-kebiasaan (diri) kita, kebenaran berlawanan arah dengan hasrat-hasrat diri, sehingga orang biasanya selalu menemui kesulitan dalam praksis. Dan kebanyakan dari kita enggan untuk berada dalam keadaan sadar yang intens, karena hal itu dirasakan terlalu mengganggu. Kita cenderung melanjutkan kegiatan rutin, betapapun membosankan. Kita cenderung membentuk comfort zone masing-masing, dengan segala bentuk iming-iming yang sacred maupun yang profan, ketimbang berhadapan langsung dengan fakta dhukkha yang membentang di hadapan kita.

Namun betapapun saat ini orang merasa nyaman dalam kehidupannya, cepat atau lambat dia akan berhadapan dengan kenyataan dhukkha.  Dia akan menyadari bahwa penyebab dari penderitaan manusia itu tidak lain adalah dirinya sendiri: akunya, keinginannya, kemelekatannya, dsb.  Demikianlah "Dhamma hanya dapat diselami oleh mereka yang melihat dukkha di dalam dirinya". Jika orang benar-benar menyadarinya kenyataan dhukkha dalam PENGALAMAN EKSISTENSIAL, bukan hasil pelajaran atau pengetahuan AGAMA Buddha secara INTELEKTUAL,  maka saat itulah dia akan mulai mengerti Dhamma dan akan timbul tekad dalam dirinya untuk bebas dan mulai bermeditasi. Orang tidak harus jadi bhikkhu dulu,  dalam kehidupan sebagai perumah tangga juga bisa mencapai pembebasan. Kenapa menunda-nunda upaya mencapai pembebasan? Siapa tahu kita terlahir lagi di zaman dimana tidak ada ajaran Buddha sama sekali. Kenapa tidak mencapai Nibbana dalam hidup ini juga?

ilalang

Sekadar klarifikasi, vipassana yang saya lakukan adalah sebagai berikut:

Kapanpun saat sedang sendirian dan merasa tidak perlu memutar otak (menganalisa, berkomunikasi, mengingat, dll), saya biasanya mulai dengan mengamati pikiran saya sendiri.  Saat menyadari akan gerak-gerik pikiran saya sendiri, jika kesadaran makin intens, biasanya akan terlihat PEMISAHAN antara si aku yang mengamati dan yang diamati, antara si aku yang berpikir dan pikirannya, antara yang mengalami dan pengalamannya, antara subyek dan obyek. Hingga suatu ketika akan terlihat bahwa PEMISAHAN itu adalah ILUSI. Dan yang tinggal hanya pengamatan murni, tanpa subyek tanpa obyek, tanpa masa lalu, tanpa waktu.

Itu saja meditasi vipassana yang saya lakukan. Dan ini saja saya rasa cukup buat saya. Saya tahu saya mungkin tidak akan pergi ke mana-mana; mungkin suatu saat saya hanya sekadar terbangun, dan menyadari bahwa semua ini hanya sekadar mimpi...

Catatan: saya tidak mengharapkan rekan-rekan mengerti apalagi menerima kata-kata saya di atas. Buat seseorang mungkin terdengar berharga dan layak untuk dilakukan, sementara buat orang lain tampaknya hanya omong kosong saja.
_/\_

Hendra Susanto

hanya dengan meditasi seseorang tidak akan terbebaskan ;D

meditasi merupakan salah satu bagian dari jalan mulia berunsur delapan dimana 7 jalan lainnya saling mendukung dan melengkapi dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan... ;D

fabian c

#89
Saudara Ilalang yang baik,

Saya tertarik dan ingin menanggapi mengenai postingan saudara, saya harap diterima dengan pemikiran konstruktif, demi kemajuan kita bersama dalam Dhamma... karena saya merasa saudara juga memiliki keinginan me-realisasi Dhamma dalam kehidupan ini.... demikian juga banyak anggota DC yang lain...

Dalam Mulapariyaya sutta saudara Ilalang menerjemahkan demikian,

Quote
Sang Buddha berkata:
"Seorang puthujjana, ketika mencerap nibbana, dia membayangkan nibbana [tanah, air, dst sampai nibbana]; mencerap [dirinya] di dalam nibbana; mencerap [dualitas
diri yang terpisah] dari nibbana; mencerap nibbana sebagai milikku; bersenang hati dengan nibbana. Mengapa? Karena dia belum menyadarinya

"Seorang sekha, KETIKA MENCERAP NIBBANA, hendaklah dia tidak membayangkan nibbana, hendaklah dia tidak mencerap  di dalam nibbana, hendaklah dia tidak mencerap
dari nibbana, hendaklah dia tidak mencerap nibbana sebagai milikku, hendaklah dia tidak bersenang hati dengan nibbana. Mengapa? Agar dia dapat menyadarinya"

Dari terjemahan diatas terlihat bahwa tidak ada bedanya antara puthujana (umat awam dan sekha) yang berbeda hanya konsep... kelihatannya keduanya menurut saudara Ilalang bisa mencerap Nibbana...

Menurut pemahaman saya, menurut para guru meditasi Vipassana dan menurut Tipitaka, seorang Sekha (minimum Sotapanna) adalah orang yang telah merealisasi Nibbana, yaitu saupadisesa Nibbana (bedakan dengan anupadisesa Nibbana), sedangkan seorang puthujana belum pernah mengalami Nibbana.
Bedakan penerjemahan saya, saya menerjemahkan Nibbana sebagai sesuatu yang dialami sekarang dalam kehidupan ini juga, bukan hanya sekedar dimengerti.... (bila mencicipi otomatis mengerti, sedangkan bila belum mencicipi maka akan sulit mengerti)

Jadi terjemahan untuk sekha dalam Mulapariyaya sutta maksudnya adalah, walau telah mencicipi Nibbana diterjemahkan bahasa Inggris directly knows..

Sebenarnya bila seseorang telah mencicipi Nibbana maka ia akan mengalami juga berhentinya dukkha (selama mengalami Nibbana) sehingga dia menyelami Empat Kebenaran Ariya. Selain dari itu ia juga mengalami Paticca Samupada sehingga dia tahu dengan jelas kaitan semua itu dan dapat menjawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan... yang berhubungan dengan pencapaian itu....

Coba renungkan... mungkin kepada diri kita sendiri, sebelum meng-klaim bahwa kita telah mencicipi Nibbana, apakah saya "mengalami Empat Kebenaran Mulia?" dan apakah saya "mengalami Paticca Samuppada? / sebab musabab yang saling bergantungan...?" dan kalau memang pernah mengalami tentu tak akan kesulitan menjawab....

Yang terutama membuat saya ingin menanggapi pengalaman saudara Ilalang adalah pengalaman meditasi yang saudara Ilalang tuturkan,

QuoteKapanpun saat sedang sendirian dan merasa tidak perlu memutar otak (menganalisa, berkomunikasi, mengingat, dll), saya biasanya mulai dengan mengamati pikiran saya sendiri.  Saat menyadari akan gerak-gerik pikiran saya sendiri, jika kesadaran makin intens, biasanya akan terlihat PEMISAHAN antara si aku yang mengamati dan yang diamati, antara si aku yang berpikir dan pikirannya, antara yang mengalami dan pengalamannya, antara subyek dan obyek. Hingga suatu ketika akan terlihat bahwa PEMISAHAN itu adalah ILUSI. Dan yang tinggal hanya pengamatan murni, tanpa subyek tanpa obyek, tanpa masa lalu, tanpa waktu.

Saya tidak meragukan pengalaman meditasi saudara Ilalang, dan bukan hanya saudara Ilalang yang mengalami pengalaman ini, banyak diantara mereka yang berlatih meditasi Vipassana metode lain juga mengalami pengalaman ini, ini adalah nyana atau pengetahuan yang disebut (namarupa paricheda nana, atau pengetahuan membedakan nama dan rupa / batin dan jasmani / pengamat dan yang diamati), pengetahuan ini dialami oleh mereka yang berlatih meditasi intensif dua,tiga hari atau lebih.

Ini adalah insight tingkat pertama dari ke enam belas insight. Pencapaian ini menandakan saudara Ilalang memiliki kecerdasan batin yang cukup. Karena latihan yang dilakukan oleh saudara Ilalang kurang memperhatikan gerak gerik jasmani, sehingga tidak sama dengan mereka yang secara cermat memperhatikan gerak-gerik jasmani (tetapi insightnya sama). Pada mereka yang secara cermat mengamati jasmani, mereka akan melihat tubuhnya terasa seperti robot dan ia melihat bahwa batin dan jasmani terpisah...

Saudara Ilalang melihat bahwa pemisahan itu cuma ilusi, tetapi saya kira bukan ilusi tetapi pengalaman itu sendiri anicca, karena pengalaman itu tak dapat dialami terus-menerus, (tolong dikoreksi bila saya salah).

Pencapaian nyana atau insight tidak seperti Jhana yang bisa diulangi terus-menerus. Pencapaian Nyana umumnya dialami hanya sekali lalu kemudian pengalaman lain akan muncul bila meditasinya benar...

Konsentrasi pada tingkat ini mulai memusat (pada meditator yang berlatih dengan penuh perhatian dan kewaspadaan, konsentrasinya akan bertambah baik).
Pada tahap ini kadang kadang perhatian mulai jernih, walaupun masih banyak sekali PR yang harus dilakukan, meditator pada tahap ini belum mengenal bentuk batin yang lebih halus.. apalagi menyadari setiap kehendak yang muncul.

Pada tahap ini biasanya batin belum mampu melihat awal kemunculan bentuk-bentuk batin, hanya setelah muncul pada pertengahan baru menyadari, tetapi walau demikian kadang-kadang bisa juga menyadari awal kemunculan fenomena batin.

mengenai pengamatan murni tanpa subjek-objek dsbnya... coba cek dengan benar apakah saudara Ilalang memiliki kontrol penuh atas batin saudara...? coba alihkan untuk memperhatikan sesuatu yang lain... umpamanya keluar masuk napas...atau kembang-kempis perut... apakah saudara dapat mengikuti tanpa muncul pikiran, perasaan dll untuk waktu yang lama....?

Terlepas dari semua itu, Ini hanya pendapat saya, dan ini awal yang baik, mudah-mudahan saudara Ilalang berusaha memperpanjang waktu meditasi intensifnya, karena sadar dan waspada pada kegiatan sehari-hari sulit dipraktekkan kalau tidak di tempat retreat, karena sangat banyak bolong-bolongnya.... iya kan...?

(((Semoga kita semua tetap maju dalam Dhamma)))

sukhi hotu,

fabian

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata