News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Membaca Sutta secara kritis

Started by hudoyo, 24 August 2008, 06:46:12 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hudoyo

Quote from: Arale on 28 August 2008, 12:56:35 PM
seperti kata ajahn brahmvamso. bend, bend-an itu cuma beda kata-kata
bend the sutta to pengalaman. or bend the pengalaman to the sutta. :))

Kalau orang sudah mengalami sendiri, maka tidak perlu bend-bend-an. ... Dia tahu bahwa sutta tidak relevan lagi.

ryu

Quote from: morpheus on 28 August 2008, 12:44:09 PM
Quote from: ryu on 28 August 2008, 09:29:30 AM
Betul betul, ketika melihat apa adanya itu khan artinya Tidak ada yang namanya benar maupun salah :))
Quote from: karuna_murti on 28 August 2008, 09:29:54 AM
Tidak ada kejanggalan atau ketidakjanggalan, yang ada hanyalah gerak-gerik pikiran. Bila pikiran berhenti maka tidak ada yang janggal atau tidak janggal.

Bila membaca, maka pikiran tidak berhenti.
belakangan di beberapa thread yg hot, saya banyak melihat celetukan2 seperti di atas yg menurut saya agak mengganggu clarity dari thread yg bersangkutan. bukan bermaksud mengusulkan forum ini menjadi kaku dan dingin, tapi main sindir2 dan bercanda ada batasnya. kalo sampe celetukan2 dan sindir2annya bertebaran mengisi lebih dari 50% threadnya, kayaknya gak bener tuh...

tambahan lagi, menurut saya celetukan2 itu sifatnya kurang jujur. kalo emang punya pendapat, mengapa tidak ikutan diskusinya aja? tunjukkan posisi anda di mana. walaupun berbeda pendapat, saya sangat menghargai mereka yg berani mengemukakan pendapatnya di forum ini karena itu artinya mereka jujur dan berani bertanggung jawab...

maaf kalo tersinggung...
Kalo aye menerima apa yang bisa diterima, menolak apa yang bisa diltolak itu saja :)
Maaf saja kalo ada yang merasa tersindir :))

Aye ikutan diskusi juga blom nyampe lmunya juga dah disuruh melepas kok ilmunya, jadi aye tanpa ilmu kok diskusinya :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 28 August 2008, 02:16:00 PM
Aye ikutan diskusi juga blom nyampe lmunya juga dah disuruh melepas kok ilmunya, jadi aye tanpa ilmu kok diskusinya :))

Bukannya ryu ilmunya dari John 3:16  :))

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 28 August 2008, 02:24:01 PM
Quote from: ryu on 28 August 2008, 02:16:00 PM
Aye ikutan diskusi juga blom nyampe lmunya juga dah disuruh melepas kok ilmunya, jadi aye tanpa ilmu kok diskusinya :))

Bukannya ryu ilmunya dari John 3:16  :))
Itu mah bukan ilmu itu IMAN !! :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Centy

Wah... kayaknya threat ini bakalan seru, dimana ada bro semit dan pak hudoyo maka disitulah forum dc ini menjadi sangat menarik.

Daripada memperdebatkan sesuatu yang sama2 tidak bisa buktikan, mendingan diselesaikan dengan voting lagi yuk  ;D ;D ;D

1. Setuju
2. Tidak Setuju

Wakakaka......  ;D ;D ;D

dark_angel

 :-?

coba sang buddha masi ada, maka semua pertanyaan anda akan terjawab...

_/\_

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1

F.T



Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] [url="//yahoo.com"]yahoo.com[/url]

sobat-dharma

Komentar tentang tulisan pak Hudoyo:
Saya salut dengan usaha dari pak Hudoyo dan teman-teman untuk bersikap kritis. Menyambutnya saya ingin sedikit urun rembug:

Bagaimana kalau ternyata arti kata "sutta" dalam Mahaparinibbana tidak berarti seperti yang dimaksud atau dikira penerjemahnya. Kita seringkali berasumsi bahwa kata "sutta" atau "sutra" selalu sinonim dengan "Sutta pitaka", padahal kata "sutta" itu sendiri di jaman pra-konsili sangha memiliki arti yang berbeda.

Untuk jelasnya, saya kutipkan etimologi kata sutra/sutta dalam bahasa sansekerta di bawah:

] Etymology

From Sanskrit सूत्र (sū́tra), "'thread, yarn, string; rule'").

[edit] Pronunciation

    * IPA: /ˈsuːtrə/

[edit] Noun

Singular
sutra
      

Plural
sutras

sutra (plural sutras)

   1. A rule or thesis in Sanskrit grammar or Hindu law or philosophy.
   2. (Buddhism, Hinduism) A scriptural narrative, especially a discourse of the Buddha.

(sumber: http://en.wiktionary.org/wiki/sutra)

Jika menilik pada akar kata sutra di atas, pengertiannya dapat berarti dua hal: 1. aturan; 2. teks yang berisi narasi atau percakapan

Bagaimana kalau kata "sutta/sutra" dalam Mahaparinibbana Sutra ternyata berarti "aturan", yang dalam hal ini hanya merupakan pelengkap bagi kata "vinaya" yang disebutkan setelahnya. Mungkin terjemahannya dalam bahasa Inggris bisa dirubah menjadi:

"... Without approval and without scorn, but carefully studying the sentences word by word, one should trace them in the Rules and verify them by the Discipline. .."

Bagaimana menurut teman-teman?

Selain itu, sepengetahuan saya kata "sutra" (dalam arti "teks tentang narasi atau wacana") juga tidak eksklusif digunakan oleh pengikut agama Buddha saja. Kata sutra juga digunakan oleh kaum Jain dan terakhir digunakan juga dalam penganut Yoga. 

Mohon maaf jika saya melakukan kesalahan, saya hanya bermaksud menawarkan alternatif penjelasan yang mungkin. Saya berpendapat, sebelum menyimpulkan bahwa sutta ini telah disisipi, perlu dipelajari dulu penggunaan kata "sutra/sutta" di jaman hidup Sang Buddha.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

tesla

^jika itu adalah "aturan"/rule... maka otoritas tertinggi pindah ke vinaya :))
secara vinaya = aturan (kebhikkuan)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Sumedho

sutta [sutta; Skt. sutra]: Literally, "thread"; a discourse or sermon by the Buddha or his contemporary disciples.
There is no place like 127.0.0.1

sobat-dharma

Tentang jainisme yang juga menggunakan istilah "sutra", lihat link ini:

http://www.sacred-texts.com/jai/index.htm
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

Tidak juga kawan Tesla,
ingat di sini ada istilah "sutta" dan "vinaya" yang dipakai bersama. Mungkin saja rules/aturan yang dimaksud pada kata "sutta" lebih luas daripada sekadar "vinaya"; atau juga mungkin sebaliknya: merupakan bagian dari vinaya.- kalau yang terakhir benar, maka dalam Sutta  ini vinaya diutamakan.

Namun interpretasi untuk masalah ini harus memperhatikan bagian yang lain dari sutta ini. Pada dasarnya apa yang saya ungkapkan hanyalah asumsi-asumsi semata, tidak berbeda  dengan yang diungkapkan oleh Pak Hudoyo tentang kemungkinan pemalsuan dalam Sutta oleh kelompok tertentu dalam Buddhisme.   

Perlu juga dipetimbangkan di sini juga, istilah sutta/sutra digunakan untuk menamai kumpulan sutta/sutra pitaka justru dikarena istilah ini pernah digunakan secara kurang lebih oleh Sang Buddha sendiri dalam salah satu teks. Sebelum ada bukti lain, hal ini harus dipertimbangkan juga...

Salah satu fakta yang paling penting adalah: Kata Sutta/sutra tidak harus berarti HANYA sebagai kumpulan ajaran Buddha dalam bentuk percakapan sebagaimana yang disalahmengerti selama ini. Walaupun kemudian kumpulan ajaran Buddha dalam bentuk percakapan disebut sebagai Sutta/sutra, namun istilah tersebut pastilah diadopsi dari kata yang sudah ada dalam bahasa pali/sansekerta itu sendiri. Agak aneh jika kata sutta/sutra dimengerti hanya sebagai bagian Tri Pitaka tanpa ada arti tersendiri; seolah-olah sebelum ada Tri Pitaka tidak ada istilah tersebut. Saya hanya menyarankan, bahwa dengan mempelajari etimologi kata "sutta/sutra" lebih mendalam, kita dapat menemukan penggunaannya yang lebih beragam di masa sang Buddha hidup dan mengajar.

Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Jayanto Putra

diambil dari Tipitaka Tematik hal 110.

"Sudah sepantasnya kalian bingung, wahai, kaum Kalama, sudah sepantasnya kalian ragu. Keragian telah timbul dalam diri kalian mengenai suatu hal yang membingungkan. Mari, kaum Kalama. Janganlah menuruti tradisi lisan, silsilah ajaran, desas-desus, himpunan teks, logika, penyimpulan, renungan bernalar, penerimaan suatu pandangan setelah menimbangnya, kemampuan yang mengesankan dari seorang pembicara, atau karena kalian berikiran, 'Sang petapa adalah guru kami.'. Namun bila kalian mengetahui sendiri, 'Hal-hal ini buruk; hal-hal ini salah; hal-hal ini dicela para bijaksana; hal-hal ini, jika dilakukan dan dipraktikkan, menimbulkan kerugian dan penderitaan,' maka kalian seharusnya menjauhinya."

*Ehipassiko
Segala yang berkondisi akan hancur.
Berjuanglah dengan kesadaran penuh.
(Mahaparinibbana Sutta, Digha Nikaya 16)