gak ada jawaban yg pasti di sini.
masalahnya pengukuran2 yg ada di buddhism itu berbeda dengan pengukuran yg ada di luaran.
pengukuran kemajuan di luaran adalah gdp/gnp, pendapatan perkapita, profit.
dalam buddhism, parameter2 itu tidak relevan. buat yg kurang mengerti arti kata "tidak relevan" (peace hehehe), itu artinya dalam buddhism parameter2 itu tidak begitu penting, tidak menggambarkan kemajuan yg sesungguhnya. mau naik mau turun, tidak banyak artinya. bukan artinya menerima atau menolak parameter2 tersebut. buddhism menggunakan parameter2 psikologis, dalam hal ini tingkat kebahagiaan.
saya pikir ini yg sering menjadi salah persepsi buat buddhis sendiri. saya tau sendiri ada beberapa (katakanlah oknum) buddhis yg agak anti pada kekayaan. mereka mengidentifikasikan kekayaan sebagai keserakahan. padahal dalam hal ini kekayaan materi tidak relevan dengan tingkat keserakahan. bisa aja kaya tapi gak serakah, bisa juga gak kaya tapi serakah. keserakahan adalah sesuatu yg ada di dalam, sedangkan kekayaan adalah sesuatu yg ada di luar. bagi yg bisa melihat ke dalam, ada kebebasan untuk memilih di antara kekayaan dan keserakahan. kebebasan untuk memutuskan apa tujuannya mengakumulasi kekayaan dan untuk apa penggunaan kekayaannya...
jadi kalo balik ke pertanyaannya, apakah mungkin pertumbuhan ekonomi tanpa keserakahan?
gak relevan tuh hehehe... bisa ya, bisa tidak, gak ada hubungannya...