News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Buddhist' answer

Started by morpheus, 15 August 2007, 11:12:54 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Kokuzo

celakanya ga ngerti tapi merasa ngerti... sangat" celaka...

Muten Roshi

gw kutip dari kitab udana (dari thread sebelah)  tentang persembahan pada para dewa-dewi, ini sang Buddha aja mengajarkan untuk sembahyang dewa-dewi koq:  :whistle:

Udana 8.6

Kepada para dewata di sana
Dia HARUS membuat persembahan
Bila dihormat, mereka akan menghormatinya
Bila dihargai, mereka akan menghargainya.

Mereka akan menunjukkan kasih sayang kepadanya
Seperti seorang ibu kepada anaknya sendiri,
Seorang yang dikasihi oleh para dewata,
Selalu mempunyai keberuntungan yang baik.



[url="http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi"]http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi[/url]

Muten Roshi

bukankah ini berarti kita membuat "karma baik" dengan memberikan persembahan pada dewa-dewi ?
[url="http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi"]http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi[/url]

Kokuzo

terus? emank dapet karma baek kok...

QuoteMereka akan menunjukkan kasih sayang kepadanya
Seperti seorang ibu kepada anaknya sendiri,
Seorang yang dikasihi oleh para dewata,
Selalu mempunyai keberuntungan yang baik.

but, apakah ini tujuan akhir umat Buddhis?

Sumedho

Numpang lewat
ini kutipan lengkapnya
Quote"Di tempat manapun seorang bijaksana
   Membangun rumahnya
   Di sini ia sepantasnya memberi makan kepada orang bijak,
   Yang terkendali, yang menjalani kehidupan suci.

   Kepada para dewata di sana
   Dia harus membuat persembahan;
   Bila dihormat, mereka akan menghormatnya,
   Bila dihargai, mereka akan menghargainya.

   Mereka akan menunjukkan kasih sayang kepadanya,
   Seperti seorang ibu kepada anaknya sendiri,
   Seseorang yang dikasihi oleh para dewata,
   Selalu mempunyai keberuntungan yang baik."
Kata kuncinya adalah bagian/baik awal yg tidak di copas oleh bro muten roshi/dharmakara.

Quote"Di tempat manapun seorang bijaksana
   Membangun rumahnya
   Di sini ia sepantasnya memberi makan kepada orang bijak,
   Yang terkendali, yang menjalani kehidupan suci.

Pesan morilnya, kalau bangun rumah harus sopan sama yang sudah tinggal disana :)
There is no place like 127.0.0.1

El Sol

Jangan2 si Muten ini...dari I kuan tao..aliran maitreya.. :)) Diliat dari Dhammanya yg berIMAN...berTUHAN banget... ;D

Muten Roshi

apakah ini berarti kalau kita memiliki rumah apa harus memasang altar tutikung/ dewa bumi setempat begitu ya? lalu kasih persembahan pada tutikung? dan lagi kalau menghormati tutikung gitu bisa dibantu rejekinya oleh tutikung... 
begitu kira-kira kesimpulan saya.. :D

Quote from: Sumedho on 20 August 2007, 07:29:36 PM
Numpang lewat
ini kutipan lengkapnya
Quote"Di tempat manapun seorang bijaksana
    Membangun rumahnya
    Di sini ia sepantasnya memberi makan kepada orang bijak,
    Yang terkendali, yang menjalani kehidupan suci.

    Kepada para dewata di sana
    Dia harus membuat persembahan;
    Bila dihormat, mereka akan menghormatnya,
    Bila dihargai, mereka akan menghargainya.

    Mereka akan menunjukkan kasih sayang kepadanya,
    Seperti seorang ibu kepada anaknya sendiri,
    Seseorang yang dikasihi oleh para dewata,
    Selalu mempunyai keberuntungan yang baik."
Kata kuncinya adalah bagian/baik awal yg tidak di copas oleh bro muten roshi/dharmakara.

Quote"Di tempat manapun seorang bijaksana
    Membangun rumahnya
    Di sini ia sepantasnya memberi makan kepada orang bijak,
    Yang terkendali, yang menjalani kehidupan suci.

Pesan morilnya, kalau bangun rumah harus sopan sama yang sudah tinggal disana :)

[url="http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi"]http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi[/url]

Muten Roshi

eh sori ya, gue tidak ber-Tuhan, hahahaha... :D tapi gue ber-IMAN..  :)) :)) :))
Quote from: El Sol on 20 August 2007, 08:40:26 PM
Jangan2 si Muten ini...dari I kuan tao..aliran maitreya.. :)) Diliat dari Dhammanya yg berIMAN...berTUHAN banget... ;D
[url="http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi"]http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi[/url]

Sumedho

Quote from: Muten Roshi on 21 August 2007, 11:46:10 AM
apakah ini berarti kalau kita memiliki rumah apa harus memasang altar tutikung/ dewa bumi setempat begitu ya? lalu kasih persembahan pada tutikung? dan lagi kalau menghormati tutikung gitu bisa dibantu rejekinya oleh tutikung... 
begitu kira-kira kesimpulan saya.. :D
Kalo saya sih lebih mengarah pada, 'permisi' sama yg sudah ada disana saja.
Di potongan sutta itu kan menunjukkan bsa terjalin saling menghormati. Kalau nantinya bisa dibantu mah itu plus point saja. Bukan tujuan utamanya.
There is no place like 127.0.0.1

Muten Roshi

 [at] medho
"Seseorang yang dikasihi oleh para dewata,
    Selalu mempunyai keberuntungan yang baik."
tuh potongan sutta nya menunjukkan bahwa dewata setempat, dapat memberikan keberuntungan juga lho...
[url="http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi"]http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi[/url]

Sumedho

halah, nga usah sampe dewata, sama manusia juga bisa :)
There is no place like 127.0.0.1

Muten Roshi

ke topik ke dua nih.. iya emang apa salahnya punya nafsu? misalnya saya punya nafsu mencapai nibbana, lantas berbuat karma baik dan rajin bermeditasi. orang ini namanya tidak paham agama Buddha ...  ;D tidak ada salahnya bernafsu. betul tidak..?

Quote from: morpheus on 15 August 2007, 11:12:54 AM
But eventually I began to question. Who or what had set this law of karma in motion? Who judged these beings' actions and sentenced them to another life of pain? Why were beings punished for actions they would be unable to remember? Was desire always a bad thing? Wasn't the desire for enlightenment still desire? If so, how could one ever attain enlightenment?

[url="http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi"]http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi[/url]

HokBen

Quote from: Muten Roshi on 21 August 2007, 02:34:04 PM
[at] medho
"Seseorang yang dikasihi oleh para dewata,
    Selalu mempunyai keberuntungan yang baik."
tuh potongan sutta nya menunjukkan bahwa dewata setempat, dapat memberikan keberuntungan juga lho...

Kalo cuma kasih makanan di altar trus minta rejeki ke dewa2 ya masih boehlah, tapi kalo sampe mohon keselamatan ke dewa2.. itu berarti patut diragukan keBuddhist-annya... Kan umat Buddhist sering baca Tisarana ( bro Muten  / Dhammakara hapal ga Tisarana? ), pernyataan berlindung pada Buddha, kalo udah berlindung pada Buddha, buat apa lagi minta keselamatan sama dewa2 ( yang masih blum sempurna )??

Muten Roshi

iya, yang namanya orang hidup kan butuh bantuan, kalau bisa minta banyak perlindungan mengapa harus minta satu perlindungan aja? betul tidak? makin banyak berlindung kan makin baik..  ;D ;D ;D
Quote from: HokBen on 22 August 2007, 12:51:01 PM
Quote from: Muten Roshi on 21 August 2007, 02:34:04 PM
[at] medho
"Seseorang yang dikasihi oleh para dewata,
    Selalu mempunyai keberuntungan yang baik."
tuh potongan sutta nya menunjukkan bahwa dewata setempat, dapat memberikan keberuntungan juga lho...

Kalo cuma kasih makanan di altar trus minta rejeki ke dewa2 ya masih boehlah, tapi kalo sampe mohon keselamatan ke dewa2.. itu berarti patut diragukan keBuddhist-annya... Kan umat Buddhist sering baca Tisarana ( bro Muten  / Dhammakara hapal ga Tisarana? ), pernyataan berlindung pada Buddha, kalo udah berlindung pada Buddha, buat apa lagi minta keselamatan sama dewa2 ( yang masih blum sempurna )??
[url="http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi"]http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi[/url]

Muten Roshi

 [at] hokben
eitts.. bukan minta keselamatan ya.. minta rejeki.. itu beda  ;D
[url="http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi"]http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi[/url]