Abhidhamma & vipassana

Started by hudoyo, 29 July 2008, 09:45:38 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: Sumedho on 09 August 2008, 06:53:59 AM
Quote from: hudoyo on 09 August 2008, 06:07:02 AM
Quote from: Sumedho on 08 August 2008, 09:50:28 PM
Numpang promosi lagi Utk penjelasan JMB8 dari sang Buddha itu ada disini
http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn45/sn45.008.than.html
Jangan pakai patokan sendiri2x nanti jadi kaco. pake dari sumbernya

Numpang promosi juga. Dalam Bahiya-sutta, Sang Buddha tidak mengajarkan JMB8 kepada seorang yang sebelumnya adalah non-Buddhis. Setidak-tidaknya kepada dua orang, Bahiya dan Bhikkhu Malunkyaputta, Sang Buddha mengajarkan jalan vipassana tanpa melalui JMB8.
Setiap orang bebas memahami ajaran Sang Guru dengan pikirannya sendiri. Dalam Tipitaka Pali sendiri sudah ada contohnya saran untuk vipassana tanpa melalui JMB8.

Salam,
hudoyo
Sorry pak hud, maksud saya promosi situs tipitakanya bukan contentnya. utk malunkyaputta dan bahiya sutta akan segera saya terjemahkan dan masukkan ke sana juga.

sekadar menanggapi, kalau saya lihat konteks dari malunkyaputta sutta, dia saat itu adalah seorang bhikkhu yang tekun dan teguh dalam berlatih, dia sudah memiliki "bahan" Sila yang baik yang mendukung. Yah dengan singkat sama seperti komentar saya tentang Bahiya, kurang sepotong potongan penting saja tentang Pandang Benar yang kemudian dilatih.

om Medho blom ada yang offlinenya yah :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Sumedho

belum nih, tapi kalau mau sih bisa disiapkan apa adanya sekarang. Masih lagi mau menyelesaikan yang 1 set Digha Nikaya dahulu.

:backtotopic:
There is no place like 127.0.0.1

williamhalim

Quote from: hudoyo on 09 August 2008, 04:45:42 AM
Teori Abhidhamma tidak lebih dari sekadar "telunjuk" yang menunjuk ke "rembulan". Jangan mencampuradukkan "telunjuk" dan "rembulan", lalu menganggap "telunjuk" itu sebagai "rembulan", sebagai kebenaran.

Teori Abhidhamma memang telunjuk yg mengarah ke Rembulan.... setuju sekali

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

williamhalim

Quote from: Sumedho on 09 August 2008, 06:53:59 AM
Quote from: hudoyo on 09 August 2008, 06:07:02 AM
Dalam Tipitaka Pali sendiri sudah ada contohnya saran untuk vipassana tanpa melalui JMB8.

sekadar menanggapi, kalau saya lihat konteks dari malunkyaputta sutta, dia saat itu adalah seorang bhikkhu yang tekun dan teguh dalam berlatih, dia sudah memiliki "bahan" Sila yang baik yang mendukung. Yah dengan singkat sama seperti komentar saya tentang Bahiya, kurang sepotong potongan penting saja tentang Pandang Benar yang kemudian dilatih.


Anumodana Bro Ben atas informasi yg berimbang ini.
'Moral yg baik' sangat dibutuhkan untuk mengarungi arus.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

K.K.

Quote from: hudoyo on 09 August 2008, 04:57:47 AM
Ya, metta, karuna dsb itu kelekatan juga selama masih ada atta/aku.
Coba baca kembali "Karaniya Metta Sutta" ... di situ diberikan contoh metta: "Bagaikan seorang ibu yang mencintai anak tunggalnya ... [bersedia berkorban demi anaknya dsb dsb]" ... Itukah metta Buddhis? ... Menurut saya, itu mah cinta dari ego ibu itu? ... Bisakah ibu itu mencintai anak-anak lain yang bukan anak tunggalnya? ... Sukar, selama ia masih mempunyai aku....

Nah, pertanyaan selanjutnya, apakah perumpamaan "cinta ibu kepada anak tunggalnya" itu datang dari Sang Buddha? ... Menurut saya, setiap orang yang mau berpikir sedikit bisa saja membuat perumpamaan seperti itu. Tidak perlu kemampuan seorang Buddha untuk mengatakannya. ... Tapi hanya seorang Buddha atau Krishnamurti bisa bicara tentang 'metta tanpa-aku' ... yang tidak ada perumpamaan apa pun bisa dipakai untuk mendeskripsikannya.

Saya setuju bahwa metta itu bukanlah seperti cinta ibu kepada anak tunggalnya, karena itu sungguh bersyarat sekali. Tetapi dalam karaniya metta sutta itu adalah perbandingan jika kita bisa mencintai semua mahluk sebagaimana cinta ibu kepada anaknya, maka itu digambarkan sebagai metta. Siapa yang bisa mencintai semua mahluk tanpa dipengaruhi hubungan dan perasaan sehingga bersikap (bahkan terhadap musuhnya) bagai seorang ibu kepada anaknya? Saya rasa memang hanya orang yang sudah tidak ada "aku"-nya, di mana tidak ada "anak" saya, tidak ada "musuh" saya.

Pembahasan metta/karunna/mudita/upekkha ini memang sangat rumit, sedikit saja "berbelok", pasti jadi cinta kemelekatan (piya). Tapi menurut saya, reaksi berupa metta/karunna/mudita/upekkha bukanlah bentuk kemelekatan. Mungkin kalau ada yang minat bisa membahas di thread baru.


williamhalim

Quote from: ryu on 09 August 2008, 06:34:28 AM
Maaf yak pak mo nanya, sebenarnya menurut bapak MMD itu seperti apa yah?, karena bapak mengajar MMD saya merasa bapak begitu mati2an mempertahankan bahwa hanya metoda MMD lah yang paling mendekati ajaran sang Buddha sedangkan JMB-8 bapak tolak mati2an bukan ajaran sang BuDdHa. Kalao melihat2 postingan bapak nanti malah jadi terlihat oleh pembaca seperti MMD itu the only way untuk berhenti pikiran/Nibbana dan pengajar meditasi yang lain tidak lho pak.

Mungkin ada relevansinya dengan pernyataan Pak Hud yg ini:

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3803.330
Quote from: hudoyoKalau Anda mau menyerang pribadi saya--seperti Anda lakukan dengan bold dalam posting terbaru Anda ini--silakan saja, karena saya anggap angin lalu, tidak akan saya tanggapi.  ... tapi kalau Anda mengritik MMD, terang-terangan atau secara halus seperti Anda lakukan di atas, saya akan bereaksi secara defensif. Percayalah ... jangan coba-coba lagi.

Seseungguhnya, ketika Pak Hud melontarkan pernyataan itu sy sudah mau bertanya, kenapa sedemikian dipertahankannya konsep MMD tsb, padahal segala sesuatunya kan Anatta, tiadanya inti/AKU, apanya yg mau dipertahankan sedemikian defensif nya? Siapa yg mempertahankan?

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

williamhalim

Quote from: Kainyn_Kutho on 09 August 2008, 08:32:19 AM
Quote from: hudoyo on 09 August 2008, 04:57:47 AM
Ya, metta, karuna dsb itu kelekatan juga selama masih ada atta/aku.
Coba baca kembali "Karaniya Metta Sutta" ... di situ diberikan contoh metta: "Bagaikan seorang ibu yang mencintai anak tunggalnya ... [bersedia berkorban demi anaknya dsb dsb]" ... Itukah metta Buddhis? ... Menurut saya, itu mah cinta dari ego ibu itu? ... Bisakah ibu itu mencintai anak-anak lain yang bukan anak tunggalnya? ... Sukar, selama ia masih mempunyai aku....

Nah, pertanyaan selanjutnya, apakah perumpamaan "cinta ibu kepada anak tunggalnya" itu datang dari Sang Buddha? ... Menurut saya, setiap orang yang mau berpikir sedikit bisa saja membuat perumpamaan seperti itu. Tidak perlu kemampuan seorang Buddha untuk mengatakannya. ... Tapi hanya seorang Buddha atau Krishnamurti bisa bicara tentang 'metta tanpa-aku' ... yang tidak ada perumpamaan apa pun bisa dipakai untuk mendeskripsikannya.

Saya setuju bahwa metta itu bukanlah seperti cinta ibu kepada anak tunggalnya, karena itu sungguh bersyarat sekali. Tetapi dalam karaniya metta sutta itu adalah perbandingan jika kita bisa mencintai semua mahluk sebagaimana cinta ibu kepada anaknya, maka itu digambarkan sebagai metta. Siapa yang bisa mencintai semua mahluk tanpa dipengaruhi hubungan dan perasaan sehingga bersikap (bahkan terhadap musuhnya) bagai seorang ibu kepada anaknya? Saya rasa memang hanya orang yang sudah tidak ada "aku"-nya, di mana tidak ada "anak" saya, tidak ada "musuh" saya.

Pembahasan metta/karunna/mudita/upekkha ini memang sangat rumit, sedikit saja "berbelok", pasti jadi cinta kemelekatan (piya). Tapi menurut saya, reaksi berupa metta/karunna/mudita/upekkha bukanlah bentuk kemelekatan. Mungkin kalau ada yang minat bisa membahas di thread baru.



Usul yg bagus juga dibuka Thread baru, yg berjudul: Apakah METTA, KARUNA, MUDITA dan UPEKKHA merupakan 'Kemelekatan'?

Disana nanti kita bisa bahas secara detil.

Bagi yg setuju bahwa METTA merupakan 'Kemelekatan, bisa mengajukan alasan2nya.
Bagi yg berpendapat METTA adalah 'bebas kemelekatan', bisa mengajukan alasan2nya pula

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

bond

#442
Kalo ini realita apa konsep?

Ketika Bahiya mendengarkan apa yg dikatakan SB dan memperhatikan dengan baik agar menangkap makna yg dikatakan SB sampai iya mencapai pencerahan, apakah disitu ada usaha?

Apakah ketika seseorang memahami apa yg dikatakan orang lain disana tidak ada usaha dan perhatian bahkan konsentrasi?
Apa bedanya jika seseorang berbiara disana tidak ada usaha apapun misal untuk menangkap maknanya?
Mungkin seketika seseorang menangkap maksud apa yg dibicarakan, mungkin terlihat spontan tidak ada usaha..benarkah demikian?

Silakan diteliti dengan JMB 8 khususnya sammasamadhi (usaha benar, pengertian benar dan konsentrasi benar)---3 hal tersebut memang sering dipakai sebagai formatnya budhhist tetapi bisa saja format dalam konsep kata2 berbeda tetapi bila mengandung itu , maknanya adalah sama. Apakah bahiya sebelum2nya bahkan kelahiran lalu tidak ada usaha?


Sepertinya dalam diskusi ini sering berbicara pencerahan.....apakah maksudnya pencerahan dimana terealisasinya NIBBANA atau munculnya wisdom2 baru tetapi masih ada LDM?





Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

K.K.

Quote from: bond on 09 August 2008, 10:29:19 AM
Silakan diteliti dengan JMB 8 khususnya sammasamadhi (usaha benar, pengertian benar dan konsentrasi benar)---3 hal tersebut memang sering dipakai sebagai formatnya budhhist tetapi bisa saja format dalam konsep kata2 berbeda tetapi bila mengandung itu , maknanya adalah sama. Apakah bahiya sebelum2nya bahkan kelahiran lalu tidak ada usaha?

Soal yang lainnya, tidak tahu. Tapi kalau mengenai "Bahiya pada kelahiran sebelumnya", dikatakan Bahiya pada jaman tak lama setelah Buddha Kassapa parinibbana, bermeditasi sampai mati kelaparan. Menurut saya, itu usaha.


bond

#444
Quote from: Kainyn_Kutho on 09 August 2008, 10:35:00 AM
Quote from: bond on 09 August 2008, 10:29:19 AM
Silakan diteliti dengan JMB 8 khususnya sammasamadhi (usaha benar, pengertian benar dan konsentrasi benar)---3 hal tersebut memang sering dipakai sebagai formatnya budhhist tetapi bisa saja format dalam konsep kata2 berbeda tetapi bila mengandung itu , maknanya adalah sama. Apakah bahiya sebelum2nya bahkan kelahiran lalu tidak ada usaha?

Soal yang lainnya, tidak tahu. Tapi kalau mengenai "Bahiya pada kelahiran sebelumnya", dikatakan Bahiya pada jaman tak lama setelah Buddha Kassapa parinibbana, bermeditasi sampai mati kelaparan. Menurut saya, itu usaha.



Nah disini bro sudah melihat realita.

Ketika kita akan bermeditasi vipasanna apapun tekniknya itu, apakah disitu ada usaha? Misalnya saya harus mencari tempat sesuai, lalu duduk, dan bagi pemula apakah mungkin perhatian, pengamatan terhadap jasmani dan batin bisa begitu saja mengalir, sama halnya seperti seekor kuda liar apakah mungkin bisa langsung di jinakan?

Ketika kita ngantuk saat meditasi tiba2 kita kaget akan terjatuh lalu memperbaiki posisi duduk, apakah disitu ada usaha?

Jadi bervipasanna hendaknya membuat kita melihat realita. Tanpa usaha hanya terjadi ketika segala sesuatunya telah mengalir secara alami dan kemudian berhenti. Dan berhenti disini karena apa yg harus dicapai telah dicapai. Apa bedanya antara tidak bermeditasi sama sekali dengan diawal2 meditasi tanpa usaha.

Smoga bermanfaat  _/\_



Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

williamhalim

Quote from: bond on 09 August 2008, 10:56:16 AM
Nah disini bro sudah melihat realita.

Ketika kita akan bermeditasi vipasanna apapun tekniknya itu, apakah disitu ada usaha? Misalnya saya harus mencari tempat sesuai, lalu duduk, dan bagi pemula apakah mungkin perhatian, pengamatan terhadap jasmani dan batin bisa begitu saja mengalir, sama halnya seperti seekor kuda liar apakah mungkin bisa langsung di jinakan?

Ketika kita ngantuk saat meditasi tiba2 kita kaget akan terjatuh lalu memperbaiki posisi duduk, apakah disitu ada usaha?

Jadi bervipasanna hendaknya membuat kita melihat realita.


Ya, vipassana adalah vipassana, apapun namanya....
ketika vipassana -metoda apapun dilaksanakan- esensinya sama saja.
'konsep', 'usaha' ataupun 'non konsep', 'tanpa usaha' hanyalah sekedar label, tiada bedanya.

::


Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

K.K.

Quote from: bond on 09 August 2008, 10:56:16 AM
Ketika kita akan bermeditasi vipasanna apapun tekniknya itu, apakah disitu ada usaha? Misalnya saya harus mencari tempat sesuai, lalu duduk, dan bagi pemula apakah mungkin perhatian, pengamatan terhadap jasmani dan batin bisa begitu saja mengalir, sama halnya seperti seekor kuda liar apakah mungkin bisa langsung di jinakan?

Ketika kita ngantuk saat meditasi tiba2 kita kaget akan terjatuh lalu memperbaiki posisi duduk, apakah disitu ada usaha?


Mengenai "usaha", rasanya tiap orang bisa menilainya secara berbeda-beda. Saya juga tidak mengerti definisi "usaha" dari semua orang atau dari satu ajaran meditasi, apa yang termasuk dan tidak termasuk.
Kalo usaha benar (samma vayama) menurut saya adalah mempertahankan dan mengembangkan yang bermanfaat; mencegah dan menghilangkan yang tidak bermanfaat.

Mungkin mau buat thread baru lagi mengenai "usaha"?  ;D

bond

Quote from: Kainyn_Kutho on 09 August 2008, 11:11:44 AM
Quote from: bond on 09 August 2008, 10:56:16 AM
Ketika kita akan bermeditasi vipasanna apapun tekniknya itu, apakah disitu ada usaha? Misalnya saya harus mencari tempat sesuai, lalu duduk, dan bagi pemula apakah mungkin perhatian, pengamatan terhadap jasmani dan batin bisa begitu saja mengalir, sama halnya seperti seekor kuda liar apakah mungkin bisa langsung di jinakan?

Ketika kita ngantuk saat meditasi tiba2 kita kaget akan terjatuh lalu memperbaiki posisi duduk, apakah disitu ada usaha?


Mengenai "usaha", rasanya tiap orang bisa menilainya secara berbeda-beda. Saya juga tidak mengerti definisi "usaha" dari semua orang atau dari satu ajaran meditasi, apa yang termasuk dan tidak termasuk.
Kalo usaha benar (samma vayama) menurut saya adalah mempertahankan dan mengembangkan yang bermanfaat; mencegah dan menghilangkan yang tidak bermanfaat.

Mungkin mau buat thread baru lagi mengenai "usaha"?  ;D


Setuju uraian usaha yg bro uraikan.

Boleh silakan membuat thread ttg usaha kaitannya dalam bermeditasi ;D

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

bond

#448
Quote from: willibordus on 09 August 2008, 11:08:03 AM
Quote from: bond on 09 August 2008, 10:56:16 AM
Nah disini bro sudah melihat realita.

Ketika kita akan bermeditasi vipasanna apapun tekniknya itu, apakah disitu ada usaha? Misalnya saya harus mencari tempat sesuai, lalu duduk, dan bagi pemula apakah mungkin perhatian, pengamatan terhadap jasmani dan batin bisa begitu saja mengalir, sama halnya seperti seekor kuda liar apakah mungkin bisa langsung di jinakan?

Ketika kita ngantuk saat meditasi tiba2 kita kaget akan terjatuh lalu memperbaiki posisi duduk, apakah disitu ada usaha?

Jadi bervipasanna hendaknya membuat kita melihat realita.


Ya, vipassana adalah vipassana, apapun namanya....
ketika vipassana -metoda apapun dilaksanakan- esensinya sama saja.
'konsep', 'usaha' ataupun 'non konsep', 'tanpa usaha' hanyalah sekedar label, tiada bedanya.

::




Setuju, itu semua memang label yg tidak perlu dilekati hanya digunakan  untuk menjelaskan, tentunya kelebihan Sang Buddha adalah menggunakan label2 tadi sesuai kenyataan-kenyataan yg ada/sesuai agar mengarah pada pengertian benar dan pandangan benar. _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

williamhalim

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)