Adakah Neraka pada Buddhism ?

Started by Sukma Kemenyan, 09 August 2007, 11:36:55 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Muten Roshi

kalau gitu coba jelaskan kontrol yang terjadi tanpa iman akan hukum karma , nibbana, 31 alam kehidupan, dlll...  yang notabene tidak bisa dibuktikan

Quote from: dhanuttono on 23 August 2007, 08:38:07 PM
Quote from: Muten Roshi on 23 August 2007, 08:01:34 PM
[at] medho
setidaknya dengan adanya neraka dan raja yama, kejahatan bisa ditekan

hahaha... oh itu maksud loe ? apa anda bisa menjamin bahwa dengan meng-imani hal" seperti neraka-surga, orang" lebih terkontrol dalam perbuatan ? ga ada jaminan atas itu, apakah anda bisa menjamin ?  :D

itu jg bisa saya katakan MUNAFIK [boleh ga ?] karena takut berbuat jahat karena takut masuk neraka, mau berbuat baik karena senang dengan surga [adem ayem, nyaman..... biasanya yg jd imajinasi para domba....... :whistle:]

anda ga bisa nutup mata, liat kenyataan yg ada, mau ada IMAN kepada neraka dan Yama or NOT kejahatan itu pasti akan terjadi, kenapa ? karena manusia punya perasaan dan pikiran, ketika hal itu tidak seimbang, seseorang menjadi tersingung/marah/emosi disaat itu untuk seseorang yg BERIMAN pun akan melakukan hal buruk, kenapa ? kontrol yg ada TIDAK berdasarkan IMAN yg lu agung"kan itu, tapi kontrol atas suatu perbuatan buruk ada pada diri sendiri bung ! sehingga tidak ada jaminan atas penekanan tingkat terjadinya kejahatan.
[url="http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi"]http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi[/url]

Kokuzo

Yah kata Bro Morphie juga anggap aja sebagai pengetahuan akademik aja... ga perlu dipusingin... mank Yama ada ato ngga berpengaruh terhadap pencapaian Nibbana?

Nibbana ga bisa dibuktikan? Pernah meditasi gak seh? Pernah ngerasa tenang, damai?

Muten Roshi

 [at] 7th
pernah sih merasa tenang dan damai, tapi bukan waktu meditasi, waktu mau bobo..  :)) :)) :))
[url="http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi"]http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi[/url]

Kokuzo

yah anggap aja tidur paling enak seumur" itu Nibbana, ga bangun" lagi... Ga usah pusing mikirin kerjaan, mikirn duit, mikirin istri, anak, sodara, tetangga, ga ngerasa sakit, dsb...
Nibbana maseh jauh lebih damai dari itu...

El Sol

Quote from: Muten Roshi on 24 August 2007, 12:06:43 PM
[at] 7th
pernah sih merasa tenang dan damai, tapi bukan waktu meditasi, waktu mau bobo..  :)) :)) :))
loe pasti gendut yak? habitatnya gmana gitu loh....

dipasena

Quote from: Muten Roshi on 24 August 2007, 11:50:47 AM
kalau gitu coba jelaskan kontrol yang terjadi tanpa iman akan hukum karma , nibbana, 31 alam kehidupan, dlll...  yang notabene tidak bisa dibuktikan

hahaha... bung saya tidak tau, anda memang lemah dalam analisa ato tidak, saya dah menyatakan bahwa kontrol yg terjadi itu ada pada diri sendiri, ga perlu iman or takut ma karma/kamma, apalagi nibbana dan 31 alam kehidupan yg jelas" tidak menghukum anda koq.

ditambah lagi anda mengatakan bahwa itu tidak terbukti, ya udah buang aja, ga perlu koq, anggap aja itu knowledge, ga masalah toh ?

kalo knowledge itu belum terbukti apakah akan mengganggu anda ? tidak bukan ? apakah tindakan/perbuatan anda akan terhambat hanya karena anda belum dapat membuktikan nya ? tidak juga bukan ? trus kenapa harus mempermasalahkannya ?

kontrol itu ada pada diri sendiri, ketika kita ingin melakukan suatu perbuatan, bukan karena kita takut akan Kamma/Karma buruk ato bukan karena kita mengharapkan/mendambakan Kamma/Karma baik, itu bisa dikatakan perbuatan yg tidak tulus dari dalam hati.

kita tau konsep Kamma/Karma yaitu Hukum sebab-akibat, kita jg belom dapat buktikan, tapi kita tau ada konsekuensi yg diperoleh dari suatu perbuatan entah perbuatan baik ato buruk yg kita ingat sebagai knowledge. mau lakukan apa aja terserah, asal ingat [cukup sadari] konsekuensinya, jangan lari/tidak mau bertanggung jawab pada perbuatan yg telah diperbuat [biasanya kalo perbuatan buruk akibatnya tidak mau terima, makanya nyari perlindungan ke Mr. T/Mr. Y katanya sih ditebus tuh, tapi katanya sih... tapi kalo perbuatan itu baik, wah diinget" trus...]

mau kontrol yg lebih dalem lagi, yaitu tanamkan kalimat ini "takut dan malu untuk berbuat salah" karena akibat dari perbuatan salah [konsekuensinya] adalah buruk/penderitaan. perhatikan ketika kita ingin melakukan suatu perbuatan, ada yg seakan berbicara didalam diri kita, katanya sih suara hati, dibisiki setan [untuk perbuatan buruk] ato dibisiki malaikat/Mr. T [untuk perbuatan baik] setelah itu kita yg mengambil keputusan setelah kita mendengarkan suara hati/bisikan goib itu, nah disitu apakah masih butuh IMAN ataukah murni PIKIRAN anda sendiri yg menentukan suatu perbuatan itu dilakukan/tidak.

suara hati/bisikan goib itu yg merupakan pergerakan dari pikiran yg didasari oleh niat/keinginan yg terdalam [alam bawah sadar] dari seseorang, seakan ada yg berbicara dengan diri kita.

berarti semua kontrol atas perbuatan yg akan dilakukan seseorang itu tergantung atas IMAN ato diri sendiri yg memutuskan ?

kalo boleh tau, menurut dharmakara/muten roshi, perbuatan kita ini murni dari kita sendiri [free will] ato kah ada yg mengontrol ato mengaturnya ? jika itu free will, bagaimana jika seseorang mendapatkan keuntungan/kebahagian didalam hidupnya ? bagaimana seseorang mendapatkan kesialan/penderitaan didalam hidupnya ?

mohon disharingkan, karena ini ada hubungan dengan perlukah IMAN itu dalam setiap perbuatan kita, karena anda berpandangan jika kita tidak beriman pada HAL/MAHLUK Adi Kuasa kita akan lepas kontrol dan melakukan hal buruk, betul ? saya nantikan jawaban dari anda.



Kelana

Quote from: Muten Roshi on 24 August 2007, 11:50:47 AM
kalau gitu coba jelaskan kontrol yang terjadi tanpa iman akan hukum karma , nibbana, 31 alam kehidupan, dlll...  yang notabene tidak bisa dibuktikan

Sdr. Muten/Dharmakara, penyataan anda ini seakan-akan seperti pernyataan seseorang yang belum memperhatikan kehidupan secara seksama, bahkan yang terjadi pada diri sendiri.
Hukum karma terjadi pada diri kita setiap hari. Ketika anda mulai menekan tombol pada keyboard komputer anda sudah melakukan karma, sebagai hasilnya maka muncul tulisan di monitor (kecuali anda buta sehingga anda tidak melihat). Ketika anda membantu orang lain, anda mendapat penghargaan (bisa dalam wujud apa saja), ini adalah karma, kecuali anda tidak pernah membantu orang lain selama hidup anda. Ketika anda melakukan perbuatan buruk, maka anda akan mendapatkan hal yang buruk (bisa dalam wujud apa saja), ini adalah karma, kecuali anda tidak pernah melakukan perbuatan buruk selama hidup anda. Pertanyaannya adalah apakah anda tidak pernah melakukan suatu pekerjaan, perbuatan baik maupun perbuatan buruk selama hidup anda? Jika pernah maka karma itu pastilah ada, inilah bukti keberadaan karma yaitu perbuatan anda dan hasilnya, masalahnya anda tidak memperhatikan hubungan antara apa yang anda kerjakan dengan hasilnya. Dan lebih luas lagi kita bisa memperhatikan hubungan antara apa yang orang lain kerjakan dengan hasilnya.

Kontrol yang terjadi pada seorang Buddhis adalah dengan takut pada akibat buruk yang akan muncul ketika melakukan perbuatan buruk, dan malu melakukan perbuatan buruk itu. Akibat buruk bisa bermacam-macam, misalnya ditinggal teman, rasa bersalah, sampai menginap di hotel prodeo. Jadi tidak perlu mengimani adanya neraka.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

williamhalim

Barusan teringat.....

agak OOT nih:

Kita semua menjalankan ajaran2 agama karena mempunyai alasan masing2. Garis besarnya: umat ka****k / kr****n menjalankan ajaran agamanya karna takut masuk neraka. Umat Buddhist menjalankan ajaran Sang Buddha karena tidak mau mengalami penderitaan lagi (lahir lagi terus menerus).

Saya pernah kongkow dengan beberapa teman yg - yah boleh dibilang - non agamis. Pembicaraan berujung pada apa gunanya beragama... bla bla bla...

Kaena saya saat ini menjalani Sang Jalan, tentu saya menjelaskannya secara Buddhist, yaitu: hidup ini adalah penderitaan, kemarahan, kekecewaan, kekesalan, kesedihan, sakit, tua dan mati semuanya adalah penderitaan dan Buddha menunjukkan jalan agar terlepas dari semua itu.

Apa jawab teman saya? Jawabnya kira2 begini:
~ gua sih nggak menganggap hidup ini penderitaan, gua enjoy, malah dua pengen tuh hidup berulang2, dst....

Kalo udah gini mah rasanya percuma diterusin ya? Kondisinya mungkin belom pas untuk itu. Mau diomongin apa pun juga, jawaban dia pastilah debat kusir.


Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

El Sol

Quote from: willibordus on 01 September 2007, 12:47:07 PM
Barusan teringat.....

agak OOT nih:

Kita semua menjalankan ajaran2 agama karena mempunyai alasan masing2. Garis besarnya: umat ka****k / kr****n menjalankan ajaran agamanya karna takut masuk neraka. Umat Buddhist menjalankan ajaran Sang Buddha karena tidak mau mengalami penderitaan lagi (lahir lagi terus menerus).

Saya pernah kongkow dengan beberapa teman yg - yah boleh dibilang - non agamis. Pembicaraan berujung pada apa gunanya beragama... bla bla bla...

Kaena saya saat ini menjalani Sang Jalan, tentu saya menjelaskannya secara Buddhist, yaitu: hidup ini adalah penderitaan, kemarahan, kekecewaan, kekesalan, kesedihan, sakit, tua dan mati semuanya adalah penderitaan dan Buddha menunjukkan jalan agar terlepas dari semua itu.

Apa jawab teman saya? Jawabnya kira2 begini:
~ gua sih nggak menganggap hidup ini penderitaan, gua enjoy, malah dua pengen tuh hidup berulang2, dst....

Kalo udah gini mah rasanya percuma diterusin ya? Kondisinya mungkin belom pas untuk itu. Mau diomongin apa pun juga, jawaban dia pastilah debat kusir.



kasi tao donk...idup berulang2 itu bukan berarti bs jadi manusia terus..jadi manusia itu kayak orang menang loteri...jarang banget kesempatannya...

trus bilank lage...kalo loe suka jadi binatang..gw salut deh.....hahaha

morpheus

Quote from: willibordus on 01 September 2007, 12:47:07 PM
Kaena saya saat ini menjalani Sang Jalan, tentu saya menjelaskannya secara Buddhist, yaitu: hidup ini adalah penderitaan, kemarahan, kekecewaan, kekesalan, kesedihan, sakit, tua dan mati semuanya adalah penderitaan dan Buddha menunjukkan jalan agar terlepas dari semua itu.
untuk non buddhis, biasanya saya lebih suka menjelaskannya secara meditatif ataupun psikologis. gak perlu menggunakan kata2 "penderitaan", karena kata ini konotasinya sangat jelek.

saya suka penjelasan yg menggunakan kata "konflik".

gampangannya, hidup ini selalu menciptakan konflik antara kenyataan dengan keinginan. saat kita punya 1 juta, kita pengen 2 juta. punya 2 juta, pengen 10 juta. punya 10 juta, pengen 1 milyar. saat punya sepeda, pengen motor. punya motor, pengen mobil. saat kepanasan, pengen ac. udah ada ac, pengen minuman anget. gak cuman materi, tapi juga pencapaian lain. saat masih pegawai junior, pengen jadi senior. dah senior, pengen jadi manager. dah manager, pengen jadi gm. dah gm pengen jadi vice presiden. merasakan nasi, pengen burger. dapet burger, pengen sop. dapet sop, pengen pecel. dapet pecel, pengen ayam goreng. masih siswa, pengen sarjana. dah sarjana, pengen mba. dah mba, pengen kaya. dah kaya, pengen istri sexy. dapet istri sexy, pengen jabatan gede. dah jabatan gede, pengen surga.

karena konflik, terjadi pencarian. karena pencarian, muncul stress, kekecewaan, kekawatiran, penantian. buddhisme adalah ajaran yg memerdekakan. orang yg merdeka adalah orang yg bebas dan damai. bukan merdeka di luar doang, tapi merdeka di dalam.

biasanya diterangkan sampai di sini, mereka bisa menghubungkan penjelasan dengan pencarian yg ada di diri mereka sendiri, entah itu karir, keluarga, materi, non materi...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Sumedho

nih morpheus mesti di cloning nih  ^-^

two thumbs up
There is no place like 127.0.0.1

williamhalim

Quote from: morpheus on 01 September 2007, 09:59:26 PM
gampangannya, hidup ini selalu menciptakan konflik antara kenyataan dengan keinginan.

Wah... bener juga.
Jadi ingat barusan bahas dgn teman2 via chatting, tentang film BABE. Anak babi bertanya kepada Mak Kebo: "Apa sebenarnya itu KEBAHAGIAAN?"
Mak Kebo jawab: "Kebahagiaan adalah jika engkau telah dapat melihat segala sesuatu sebagaimana adanya"
Jawaban yg Buddhist banget ya? Padahal ini adalah film animal anak2 loh....

Jawabannya adalah Vipasanna itu sendiri, seperti yg dijabarkan oleh Bro Morpheus, dalam kalimat sehari-hari....

Salut!


Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

markosprawira

Quote from: morpheus on 01 September 2007, 09:59:26 PM
Quote from: willibordus on 01 September 2007, 12:47:07 PM
Kaena saya saat ini menjalani Sang Jalan, tentu saya menjelaskannya secara Buddhist, yaitu: hidup ini adalah penderitaan, kemarahan, kekecewaan, kekesalan, kesedihan, sakit, tua dan mati semuanya adalah penderitaan dan Buddha menunjukkan jalan agar terlepas dari semua itu.
untuk non buddhis, biasanya saya lebih suka menjelaskannya secara meditatif ataupun psikologis. gak perlu menggunakan kata2 "penderitaan", karena kata ini konotasinya sangat jelek.

saya suka penjelasan yg menggunakan kata "konflik".

gampangannya, hidup ini selalu menciptakan konflik antara kenyataan dengan keinginan. saat kita punya 1 juta, kita pengen 2 juta. punya 2 juta, pengen 10 juta. punya 10 juta, pengen 1 milyar. saat punya sepeda, pengen motor. punya motor, pengen mobil. saat kepanasan, pengen ac. udah ada ac, pengen minuman anget. gak cuman materi, tapi juga pencapaian lain. saat masih pegawai junior, pengen jadi senior. dah senior, pengen jadi manager. dah manager, pengen jadi gm. dah gm pengen jadi vice presiden. merasakan nasi, pengen burger. dapet burger, pengen sop. dapet sop, pengen pecel. dapet pecel, pengen ayam goreng. masih siswa, pengen sarjana. dah sarjana, pengen mba. dah mba, pengen kaya. dah kaya, pengen istri sexy. dapet istri sexy, pengen jabatan gede. dah jabatan gede, pengen surga.

karena konflik, terjadi pencarian. karena pencarian, muncul stress, kekecewaan, kekawatiran, penantian. buddhisme adalah ajaran yg memerdekakan. orang yg merdeka adalah orang yg bebas dan damai. bukan merdeka di luar doang, tapi merdeka di dalam.

biasanya diterangkan sampai di sini, mereka bisa menghubungkan penjelasan dengan pencarian yg ada di diri mereka sendiri, entah itu karir, keluarga, materi, non materi...


yah demen sih kalo dapet istri seksi, jabatan gede, dan surga sekalian.........  ;D

Suchamda

#163
QuoteAfter beheading the bull in front of the hermit, they ignored his requests to be spared for but a few minutes, and beheaded him as well. In his near-enlightened fury, this holy man became Yama, the god of Death, took the bull's head for his own, and killed the two thieves, drinking their blood from cups made of their skulls. Still enraged, Yama decided to kill everyone in Tibet. The people of Tibet, fearing for their lives, prayed to the bodhisattva Mañjuśrī, who took up their cause. He transformed himself into Yamāntaka, similar to Yama but ten times more powerful and horrific.

Kok jadi teringat ketika nonton film "The Rising of Hannibal", dimana menceritakan kisah Hannibal Lecter seorang anak keluarga bangsawan yang manis dan lembut berubah menjadi seorang pembunuh keji kanibal karena trauma di masa kecil karena kekejaman Perang Dunia ke II di Lithuania. Nontolah filmnya! :)

Dari situ, mungkin kita bisa memahami neraka dan segala kompleksitas dari batin yang merupakan dasar kemunculannya. Yama merupakan icon anthropomorphic atas fenomena kejiwaan ini. Dikarenakan karena kompleksitas dan kedahsyatan efek emosionalnya, maka dikatakan bahwa praktisi Yamantaka Tantra hanya utk orang2 khusus yang sudah siap batinnya.

Kisah Yama versi Tibet ini sarat dengan pelajaran kejiwaan. Menarik sekali kalo mau digali. Ayo siapa yg mau mencoba dahuluan?

Salam,
Suchamda
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Suchamda

Sekedar menambahkan ajakan saya :

http://www.dhammacitta.org/forum/index.php/topic,511.0.html

Quoteiya bosss....tapi bete ajah liat aliran Sesat makin buanyak di dunia ini...capeeeeee deeee....

Quotegw sendirian gk bisa...tunggu 10/20 taon lage deh...dah ada dana..gw buat grup assasin..kakakaka...dipanggil Ninja Dhamma...salah satu Dhamma protector palink kejam dalam history manusia...kerjanya mirip Taleban..tapi lebih ganas ajah...kakakaka   Giga Project neh...kakaka <--kebanyakan main game neh... 

Disini ditulis respon oleh salah satu netter yang sebal dengan aliran sesat, terutama reaksi kesal terhadap golongan tertentu yg menggunakan kekerasan atas nama agamanya.
Bukankah disini bisa kita lihat kompleksitas Yamantaka-sindrome dalam skala yang mild?
Saya tahu ini hanya guyonan ybs, tapi mekanisme batin itu sudah terjadi dalam arus kesadarannya yg paling halus.
Apa kaitannya/ bagaimana dengan melalui kisah simbolisme Yamantaka untuk keluar dari pusaran ini dan keluar dari neraka menjadi tercerahkan?

Jadi, neraka itu adanya dimana? berasal darimana?

Silakan didiskusikan.

Salam,
Suchamda
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho