Target itu 'Kelekatan' ?

Started by iwakbelido, 20 June 2008, 02:40:52 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

iwakbelido

Dear All,

Kemelekatan itu adalah suatu hal yang tidak dianjurkan di dalam agama Buddha.
Dalam pekerjaan, bisnis kita memiliki suatu target yang harus dicapai dalam periode tertentu. Apakah target tersebut termasuk dalam kategori kemelekatan?

Apakah hal itu salah? Mohon bimbingannya agar lebih mengerti dan tidak salah kaprah. Terima kasih  _/\_
Sabbe satta bhavantu sukhitatta

williamhalim

#1
Ciri KEMELEKATAN adalah: kita akan merasa sakit*) jika keinginan kita tidak tercapai

Dalam bekerja, kita pasti mempunyai suatu target.
Apakah Target ini termasuk kemelekatan? Bisa ya, bisa tidak.

Seberapa jauh kita melekat pada target, tergantung seberapa jauh ekspektasi (harapan) yg kita tanamkan terhadap hasil nantinya.

Pada saat kita menaruh ekspektasi (harapan) terhadap suatu hasil, sebenarnya pada saat itu kita sedang menanamkan suatu kamma, yg akan berbuah nantinya sesuai dengan bobot kamma yg kita tanamkan tsb. Jika kita menaruh ekspektasi yg sangat tinggi, kita bersiap2 pula dengan vipaka yg sangat menghujam nantinya.


*) merasa sakit (dukkha) misalnya: sedih, kecewa, kesal, marah, benci, dsbnya
::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

nyanadhana

Dalam pekerjaan, bisnis kita memiliki suatu target yang harus dicapai dalam periode tertentu. Apakah target tersebut termasuk dalam kategori kemelekatan?

Sang Buddha 6 tahun sengsara demi mencapai satu 'target' bukankah termasuk sebuah kemelekatan? namun lihat hasil kemelekatannya berhasil menjadi tidak melekat.

Kadang bisnis, ketika kamu berkecimpung di dalam, setelah duitnya banyak terus dan terus akan mencapai target sepertinya target yang disusun awal dapat sekian malah sesudah dapat masih mengejar lagi, dimana target final itu berada?

Sang Buddha ketika sampai target final udah berhenti,namun bisnis apakah punya target final? kaya sekaya apa? coba disadari kemelekatan akan Lobha Dosa dan Mohanya , Buddha Dhamma menyuruh kita untuk hidup dalam batas yang wajar. tidak terus-terusan namun tidak mundur, bergerak seiring berjalannya waktu.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Hendra Susanto

implikasi melekat itu terlihat jelas pada saat tidak tercapai

gajeboh angek

target duniawi = kelekatan
target nibanna = bukan kelekatan
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

iwakbelido

terus terang aku bingung... nanti ujung2nya tergantung dari bagaimana kita melihat masalah ini...
membingungkan....
Sabbe satta bhavantu sukhitatta

nyanadhana

Buddha mengatakan,
masa depan adalah bayang ilusi

jadi bekerjalah terbaik saat ini, terlalu banyak pikiran membuat km cuma jalan di tempat. Pesan saya kalo iwak belido ketika kaya,jangan menjadi melekat pada kayanya itu sendiri.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

markosprawira

Quote from: iwakbelido on 20 June 2008, 04:57:05 PM
terus terang aku bingung... nanti ujung2nya tergantung dari bagaimana kita melihat masalah ini...
membingungkan....

simpelnya demikianlah bro......

kalau target anda diliputi oleh lobha mula citta, anda akan "sakit", "kecewa" pada waktu tidak kesampean

tapi kalau target anda diliputi oleh "chanda", maka jika tidak kesampean, anda akan menjadi terpacu dan membuat kegagalan itu akan menjadi langkah berikutnya untuk lebih baik lagi

tinggal masalah kita mau ke arah "kusala" atau "akusala" citta aja bro........ the choice is yours loh.......

iwakbelido

Bukankah target itu harus dimasukkan emosi ke dalamnya biar kita punya hasrat buat ngejer target kita? tapi bener apa yang dikatakan saudara markosprawira kalo ngga kesampean maka harus menjadi terpacu dan membuat kegagalan itu akan menjadi langkah berikutnya untuk lebih baik lagi... _/\_
Sabbe satta bhavantu sukhitatta

Riky_dave

Quote from: iwakbelido on 20 June 2008, 05:44:01 PM
Bukankah target itu harus dimasukkan emosi ke dalamnya biar kita punya hasrat buat ngejer target kita? tapi bener apa yang dikatakan saudara markosprawira kalo ngga kesampean maka harus menjadi terpacu dan membuat kegagalan itu akan menjadi langkah berikutnya untuk lebih baik lagi... _/\_
Maaf,nimbrung jawab..
Target=cita=keinginan samakah?

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

El Sol

berusaha untuk mencapai Target bukan berarti harus "melekat"

ciri2 orang tidak melekat:

gw pengen juara 1..tapi dapetnya juara 2, gw dah berusaha mencapai Target..karena gw bukan orang yg melekat pada juara 1, yah kecewa seh..tapi gw tetep seneng dah dapet juara 2..

ciri2 orang melekat:

gw pengen juara 1..tapi dapetnya juara 2, gw dah berusaha mencapai Target..karena gw orang yg melekat pada juara 1, gw sangat kecewa..dan gw gk bisa tidur, beol, kencing, makan dengan lancar selama 1 bulan..

kira2..begitulah yg kumaksud....

williamhalim

#11
Quote from: El Sol on 21 June 2008, 09:57:10 PM
berusaha untuk mencapai Target bukan berarti harus "melekat"

ciri2 orang tidak melekat:

gw pengen juara 1..tapi dapetnya juara 2, gw dah berusaha mencapai Target..karena gw bukan orang yg melekat pada juara 1, yah kecewa seh..tapi gw tetep seneng dah dapet juara 2..

ciri2 orang melekat:

gw pengen juara 1..tapi dapetnya juara 2, gw dah berusaha mencapai Target..karena gw orang yg melekat pada juara 1, gw sangat kecewa..dan gw gk bisa tidur, beol, kencing, makan dengan lancar selama 1 bulan..

kira2..begitulah yg kumaksud....


Contoh yg diberikan Elsol sangat tepat.
Untuk kemelekatan (contoh nomor 2) bila target tidak tercapai, ada yg sampai bunuh diri.
Banyak kita lihat pada anak2 sekolah yg tidak menjadi juara, tidak lulus tes universitas, dsbnya.
Mereka bunuh diri, stress, atau menjadi setengah linglung.

Ini terjadi karena mereka melekat pada hasil. Kamma dalam bentuk pikiran (harapan yg ditanamkan) sangat tinggi dan melekat. Jika tidak tercapai maka vipaka yg mengiringi akan sekuat energi yg ditanamkan.

::


Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

markosprawira

Quote from: Riky_dave on 21 June 2008, 03:02:36 PM
Maaf,nimbrung jawab..
Target=cita=keinginan samakah?

Salam,
Riky

dear riky,

tolong dilihat lagi secara detail yang saya tulis diatas :
Quotekalau target anda diliputi oleh lobha mula citta, anda akan "sakit", "kecewa" pada waktu tidak kesampean

tapi kalau target anda diliputi oleh "chanda", maka jika tidak kesampean, anda akan menjadi terpacu dan membuat kegagalan itu akan menjadi langkah berikutnya untuk lebih baik lagi

tinggal masalah kita mau ke arah "kusala" atau "akusala" citta aja bro........ the choice is yours loh.......

objek/barang yang sama, tapi dengan pikiran/citta yang berbeda, hasilnya juga akan berbeda........

mirip kaya uang Rp 5.000.... objek yang sama :
1. jika diberi ke pengemis (yg benar2 membutuhkan uang), dia akan merasa sangat berterima kasih...... ini berarti kusala vipaka, yang ditanggapi dengan kusala citta, yang tentunya nanti akan menjadi kusala vipaka lagi
2. tapi jika diberi ke konglomerat yang super kaya dan sombong, dia akan merasa terhina........ ini berarti kusala vipaka, ditanggapi akusala citta, dan akhirnya nanti akan menjadi akusala vipaka

ini merupakan penjelasan dari :
1. lahir gelap, kembali gelap
2. lahir gelap, kembali terang
3. lahir terang, kembali gelap
4. lahir terang, kembali terang

semoga bisa dimengerti yah...........

markosprawira

Quote from: iwakbelido on 20 June 2008, 05:44:01 PM
Bukankah target itu harus dimasukkan emosi ke dalamnya biar kita punya hasrat buat ngejer target kita?

dear iwak,

nah disini pentingnya kita harus mengenal faktor2 batin (cetasika) dan citta.....
pada emosi, yang ada adalah lobha, serakah + viriya (semangat)...... itu yang membuat kita kerja keras, tidak kenal cape.......

ini akan kelihatan pada sewaktu tujuannya tidak tercapai........ pada org yang lobha, akan mengeluh : "udah cape2, eh gagal", dst......

tapi pada org yang memulai dengan chanda + viriya, kegagalan akan menjadi masukan yang berarti untuk pengembangan dirinya, di dalam usaha mencapai tujuan....

hal ini sebenarnya sudah sering kali dibahas dalam kelas abhidhamma, hanya saja pada kalangan buddhism, sepertinya ada "alergi" untuk mempelajari abhidhamma....

padahal abhidhamma mengajarkan bagaimana kita tahu proses batin dan jasmani yang ada dalam diri kita, agar supaya kita bisa lebih dekat dengan kusala dan menjauhi akusala sesuai ujaran:
Kurangi perbuatan jahat
Tambah perbuatan baik


semoga bisa dimengerti yah.........

williamhalim

Quote from: iwakbelido on 20 June 2008, 04:57:05 PM
terus terang aku bingung... nanti ujung2nya tergantung dari bagaimana kita melihat masalah ini...
membingungkan....

Memang begitu lah Bro....
Baik / buruk dunia ini kan tergantung dari "bagaimana reaksi batin kita menanggapi".

Orang2 cenderung melihat:
~apa yg terjadi padaku
~bagaimana mereka memperlakukanku
~kenapa bencana ini datang padaku
~kenapa hal ini bisa menimpaku
Kesemua pola pikir diatas, oleh rekan kita Gunasaro, disebut: OUTSIDE IN
Artinya: Kita cenderung memikirkan hal2 diluaran yg terjadi atas diri kita. Rata-rata inilah sikap kita selama ini.

Seharusnya kita lebih memperhatikan INSIDE OUT.
Yaitu: Reaksi Batin kita dalam merespon segala sesuatu yg terjadi pada kita.
Reaksi / respon batin kitalah yg harus kita perhatikan, karena Reaksi / Respon batin ini merupakan: Kamma kita.

OUTSIDE IN adalah vipaka
INSIDE OUT adalah kamma

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)