meredam emosi & mengembangkan metta & Upekkha

Started by Rina Hong, 04 June 2008, 12:39:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Rina Hong

Dear sahabat - sahabat di Dhammacitta,

apa yang terjadi padaku ??

saya sebenarnya orang yg pemaaf dan tidak pernah memperpanjang masalah, tapi saya tidak tau, tiba2 saja ada perasaan aneh muncul dlam diri saya, dan kesannya saya jadi seperti orang yg pendendam dan itu sama sekali tidak mirip dengan diri saya, saya sedang menghadapi pikiran yang sama dalam situasi yg berbeda.
yg pertama :
Saya punya masalah dengan rekan kerja saya, saya mempunyai rekan yang sensitif & tidak kooperatif, dia sudah sering sekali membuat saya ingin marah, tapi selama itu saya masih bisa sabar. saya tidak tau harus bagaimana bersikap, saya coba untuk menyapa dia dulu dan dia malah cuekin saya dan sekarang api dalam pikiran saya makin besar, dan saya jadi tidak bisa memaafkan dia, walaupun saya selalu mencoba bersikap biasa - biasa saja tapi tetap aja ada perasaan aneh dalam pikiran saya.

yg kedua :
saya mempunyai seorang teman, ibu nya tidak menyukai keluarga saya, padahal antara keluarga kami tidak pernh ada masalah, bahkan sebelum saya tau ibunya tidak menyukai keluarga saya, saya sering berkunjung ke rumah nya dan anehnya ibunya selalu bersikap biasa2 saja, setelah mengetahui hal ini saya tetap berteman dengan teman saya ini, dan walaupun saya tetap bersikap baik padanya namun dalam pikiran saya selalu ada perasaan aneh. (ibaratnya seperti pura2 baik) tapi saya bener2 ingin bersikap baik dan menyukai dan tetap menyayangi dia selayaknya teman saya seperti sebelum saya mengetahui masalah antar keluarga ini .

yg ketiga :
belakangan ini saya sering tidak bisa bersabar terhadap ibu saya, dan kadang2 secara tidak sadar saya marah2 kepada ibu saya, padahal pada dasarnya saya sangat sayang kepada ibu dan tidak ingin menyakiti perasaan ibu. dan setelah kejadian berlalu saya sering merasa bersalah kepada ibu, sebelum nya saya sering bercanda dengan ibu dan sering curhat ke ibu, dan saya sering menerima kritik2 dari ibu, apapun yg dikatakan ibu saya selalu menuruti dan semua yang dikatakan ibu membuat saya tenang. belakangan ini ketika ibu menkritik saya, saya kerap kali marah dan tidak dapat meredam emosi, saya merasa ini bukan diri saya, saya tidak tau apa yang harus saya lakukan agar saya bisa kembali menjadi rina yg penurut dan pemaaf.


_/\_ mohon bantuan saudara - saudari sekalian, apa ada cara agar saya bs mengembangkan pikiran baik dalam diri saya.
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

tesla

begitulah ajaran Sang Buddha, semakin banyak kita berharap, semakin jauh kita dari harapan...
maka Sang Buddha mengajarkan kita utk melepas, bukan menggenggam...

metta yg diajarkan Sang Buddha adalah murni.

kita ini sering salah ber-metta yah,
kadang2 malah jadi tebar pesona ;)


Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

williamhalim

Ikutan berbagi saran yah.

1 dan 2:
~ Seperti kata Tesla, harapan kita jika dilekati, akan mengecewakan kita.
Harapan adalah 'energi potensial'.
Harapan adalah Kamma, yg siap berbuah nantinya.
Makin dilekati, makin besar sobeknya.
Jadi, terimalah sikap mereka apa adanya, tidak usah berharap banyak orang2 akan bersikap baik pada kita.

3:
Apa yg kita pikirkan akan membentuk tren batin kita.
Harapan yg tidak terpenuhi akan membuat kekecewaan, yang mana akan mempengaruhi sikap kita terhadap hal2 lainnya.
Apakah mungkin, dendam terhadap teman kantor dan kekecewaan terhadap sikap ibu teman kita telah mempengaruhi keceriaan kita? Telah membuat pikiran kita murung dan gampang tersinggung?  Coba pikirkan hal2 yg positif, cegah pemikiran negatif untuk muncul.
Terima keadaan apa adanya.

::




Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Sumedho

Jagalah sati jangan kau nodai.... ;D

Mungkin perlu dilatih awarenessnya/keelingannya akan keadaan sekitar. Dari keterangan awal sih sepertinya terbawa emosi dan lepas kendali.
There is no place like 127.0.0.1

Edward

Menurut gw sih...ada hubungannya dengan perasan yang dipendam, trus menumpuk akhirnya meledak2 sampai kaga isa dikontrol. Ketika sudah dipenuhi sama emosi, pikiran jadi lebih mudah ditambah dengan emosi2 lain...

Sadari aj...Kadang2 emosi itu harus dikeluarkan jg...Jgn dipendam doank..Dikeluarkannya yah harus tetap dikontrol..
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Rina Hong

ha3..w orangnya emank sering memendam emosi, bedanya lama2 dipendam pelan2 bisa hilang, tapi memang kali ini jg dipendam dan bedanya dengan biasanya adalah kali ini ga bisa hilang.
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Edward

Kaga baik lho memendam emosi....Mengeluarkan/melepas emosi itu ada banyak cara. Menyadari adalah satu cara awal, berikutnya bisa dalam bentuk perbuatan, contohnya kita bisa bertanya secara langsung kepada yang bersangkutan.Tidak perlu bertanya 'kenapa sih u begitu sama gw?' tapi cukup berkomunikasi aja,berkomunikasi pun pada saat kedua pihak relaks, contohnya pas lagi istirahat bareng..Dari situ kita dapat lebih memahami satu sama lain.

Bagaimana kita bisa mengembangkan metta jika diri sendiri masih diliputi rasa benci dan marah?
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Sumedho

step 1, menyadari kalo marah
step 2, menerima kalau marah
step 3, karena sudah sadar dan menerima kalo marah, so... mau diterusin ato ....
There is no place like 127.0.0.1

tesla

Quote from: Rina Hong on 04 June 2008, 04:19:00 PM
ha3..w orangnya emank sering memendam emosi, bedanya lama2 dipendam pelan2 bisa hilang, tapi memang kali ini jg dipendam dan bedanya dengan biasanya adalah kali ini ga bisa hilang.

ingat2 kerut di wajah aja...
kemudian ingat2 ponds iklan di tv...
punya tv ga di rumah?
oh gua kira tinggal di hutan

kita sama tertawa :))

syukurlah kamu udah lupa dukkha-mu

_/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

bond

#9
Cara yg gampang, cuek aja terhadap orang yg bikin kesal misalnya dalam kasus ini rekan kerja rina. Yg penting kamu dikantor sudah kerja dengan baik, kalo ada orang ngak mau kooperatif dsb, anggap angin lalu saja. apalagi kalau rina sudah berusaha baik dengan orang itu. Di dunia kerja memang sering kita menemui hal seperti itu. Ada pepatah "don't take sorrow and don't give sorrow"

Sering emosi dengan ibu kamu, menurut saya kemungkinan karena masalah kantor atau masalah diluar yg terbawa kerumah.

Sebenarnya ketika kamu marah, cobalah bila ada kesempatan, duduklah dalam keheningan , dan tarik nafas dalam2, lihatlah kemarahan itu dalam batin kamu, jangan membenci kemarahan itu atau menerimanya, cukup kamu lihat, seperti kamu mengamati orang yg lalu lalang tanpa memberi komentar atau menganalisa. Luangkan waktu dirumah melakukan hal yg sama. Pasti si marah itu lama2 bosan dan pergi.

Kalau belum bisa juga, mungkin kamu perlu refreshing berlibur atau jalan2.

Satu lagi kalau kamu ingin mengembangkan meditasi metta dan sebagai pemula sebaiknya org yg kamu benci jangan dijadikan objek.

Smoga bermanfaat _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Hendra Susanto

meredam emosi itu beda dgn melepas looo...

klo meredam itu suatu saat penuh jd luber

klo melepas kemana ya... amarah nya

skr ini liatnya ke dalam dech jgn liat keluar... nanti dunia akan kembali selaras ;D

Rina Hong

ya, sepertinya bener juga kalo saya kecewa dengan org2 disekitar saya, dan hal itu yang membuat saya merasa tidak senang, tidak senang itu membuat saya gampang tersinggung, dan mudah2an dalam beberapa hari ini saya bisa terus mengamati amarah saya dan melenyapkan amarah saya. thanks atas komentar teman2..  _/\_ namun saya tetap merasa senang bila masih ada tambahan2 dari teman2 semua agar saya terus belajar menjadi org yg lebih bijak..  :) keep smile !! dun worry be happy !!

The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

williamhalim

Quote from: Rina Hong on 05 June 2008, 09:21:49 AM
:) keep smile !! dun worry be happy !!



dun worry <--- ini udah mantep banget Sis

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Rina Hong

[at] atas.. sebenarnya tulisannya don't tapi kerennya dun  ;D
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

williamhalim

Quote from: Rina Hong on 05 June 2008, 10:19:09 AM
[at] atas.. sebenarnya tulisannya don't tapi kerennya dun  ;D

yap, tentu saja ha3...  ;D

maksud saya sikap tsb ("tidak usah khawatir") sudah mantep banget, nggak usah nunggu pendapat kita2 lagi.... gituu loh  :D

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)