News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

"Nya"

Started by Mr. Wei, 30 May 2008, 08:28:55 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Kata ganti utk sang Buddha

Nya
13 (92.9%)
nya
1 (7.1%)

Total Members Voted: 14

Mr. Wei

 _/\_

Kadang kalau kita nulis artikel Dhamma, ada kata2 berakhiran "nya" yang merujuk kepada Sidharta Gautama/Sang Buddha (contoh: "dirinya", maksudnya diri Sang Buddha), perlu gak sih ditulis dalam huruf besar, menjadi "diriNya"... karena ada beberapa buku2 atau artikel yang menggunakan nya huruf besar seperti itu. Apa tidak berlebihan ya? Atau teman2 ada pendapat lain, perlu gak sih?

(maaf bila topiknya gak nyambung dengan penyebaran Dhamma)  ;D

Lex Chan

Up to you... ;D

Pertanyaan ini mirip dengan, sebaiknya menulis "Buddha" atau "buddha"?
Untung ngga ada "佛" gede dan "佛" kecil.. ^-^

catatan: 佛 (fó) = Buddha
"Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway"
-Mother Teresa-

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Saya setuju kalau Buddha menggunakan huruf besar, karena Buddha adalah gelar. Gelar dalam ejaan yang disempurnakan harus menggunakan huruf besar.

Kalau akhiran nya, tidak tahu. Tapi saya biasa menggunakan akhiran -Nya karena rasa hormat.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Hendra Susanto

"Nya" menunjukkan rasa hormat

Mr. Wei

Jadi mendingan ada neh? Kalau gak pake huruf besar aneh gak ya? Habis menurut gw, hormat sih hormat, tapi knapa cuma Buddha/Bodhisatva yang digituin? Kenapa orang tua kita yang kita hormatin gak?

Hendra Susanto

Quote from: Wei on 30 May 2008, 11:52:50 PM
Jadi mendingan ada neh? Kalau gak pake huruf besar aneh gak ya? Habis menurut gw, hormat sih hormat, tapi knapa cuma Buddha/Bodhisatva yang digituin? Kenapa orang tua kita yang kita hormatin gak?

utk buddha lebih baik ada... umumnya penulisan utk orang tua kan kita sebut papa/mama/orang tua

Forte

IMO, misalnya hanya berupa gelar dan tanpa disertakan nama, saya rasa tidak menjadi masalah penulisan "buddha" menjadi huruf kecil.

Seperti contoh :

Saya bertemu dengan seorang jendral
Saya bertemu dengan Jendral Sudirman

Tetapi permasalahannya "buddha" itu tidak hanya mengacu pada gelar saja, tetapi juga merupakan
bentuk penghormatan pada agama yang bersangkutan.

Dalam agama samawi, bentuk penghormatan tertinggi diberikan kepada allah,
maka kata allah idealnya ditulis menjadi "Allah"
Dalam agama Buddha, bentuk penghormatan tertinggi diberikan kepada buddha
maka kata buddha idealnya ditulis menjadi "Buddha"

Jadi mengapa tulisan Buddha harus ditulis dalam bentuk title case, sama jawabannya dengan mengapa
penulisan Allah pada agama samawi harus title case.

williamhalim

Quote from: Wei on 30 May 2008, 08:28:55 PM
_/\_

Kadang kalau kita nulis artikel Dhamma, ada kata2 berakhiran "nya" yang merujuk kepada Sidharta Gautama/Sang Buddha (contoh: "dirinya", maksudnya diri Sang Buddha), perlu gak sih ditulis dalam huruf besar, menjadi "diriNya"... karena ada beberapa buku2 atau artikel yang menggunakan nya huruf besar seperti itu. Apa tidak berlebihan ya? Atau teman2 ada pendapat lain, perlu gak sih?

(maaf bila topiknya gak nyambung dengan penyebaran Dhamma)  ;D

IMO, tergantung diri masing2 yah.... mo pake 'nya' atau 'Nya'
Kadang batin sedang kumat mo menghormat maka menulisnya: Buddha, Beliau  0:)
kadang batin lagi males, mo nya cepat2 aja, nulisnya: beliau, buddha  ;D

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Edward

Tapi, dari dulu jg diajarin d sekolah sudah seperti itu.
Kata guru, sesuai dengan EYD Bahasa Indonesia, ada peraturan2 dimana penulisan harus menggunakan huruf besar.

Ada yang menarik jg nih, sewaktu lagi les d EF, guru les bilang kalau dalam tata cara penggunaan huruf besar dalam bahasa Inggris hampir sama dengan bahasa Indonesia, bedanya penulisan "I"(saya) selalu di-tulis dengan huruf besar walaupun berada d tengah atau akhir kalimat..Konon karena dalam budaya pengguna bahasa Inggris ada budaya egosentris yang selalu meninggikan diri sendiri.-->Kaga tau bener ato salah sih, cma denger dari guru les doank.
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Riky_dave

Nya huruf besar sebagai penghormatan..
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Kelana

Quote from: Wei on 30 May 2008, 08:28:55 PM
_/\_

Kadang kalau kita nulis artikel Dhamma, ada kata2 berakhiran "nya" yang merujuk kepada Sidharta Gautama/Sang Buddha (contoh: "dirinya", maksudnya diri Sang Buddha), perlu gak sih ditulis dalam huruf besar, menjadi "diriNya"... karena ada beberapa buku2 atau artikel yang menggunakan nya huruf besar seperti itu. Apa tidak berlebihan ya? Atau teman2 ada pendapat lain, perlu gak sih?

(maaf bila topiknya gak nyambung dengan penyebaran Dhamma)  ;D

Tergantung kiblat anda kemana. Jika kiblat anda adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka gata ganti -nya untuk penghormatan tertinggi perlu menggunakan huruf besar.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Riky_dave

Kalau Kunyah gimana??^^
Huahaha...
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Kokuzo

gw nulis tuhan pake hurup kecil... boleh ga ya?  ^-^

Edward

wah klo sama guru bahasa d sekolah sih isa dicoret
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Riky_dave

Quote from: 7th on 02 June 2008, 09:43:45 PM
gw nulis tuhan pake hurup kecil... boleh ga ya?  ^-^
Tar dibilang bahasa indo dpat brapa?
^^
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...