Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?

Started by Kelana, 03 August 2007, 04:25:29 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Choa

Quote from: dilbert on 27 March 2012, 04:13:59 PM
justru itu sdr Choa... anda membantah opini dari member lain yang menggunakan referensi yang ada (menurut anda Buddha membabarkan sutta kepada ibunda-nya di tavatimsa), tetapi ketika di tanya dasar bantahan anda (sutta yang manakah, dan apa isinya), anda tidak dapat memberikan jawaban yang relevan dan valid...

karena apapun yang saya katakan memang tidak ada referensinya di sutta
begitu juga para theravadin gagal memberikan referensi yang di babarkan
Buddha adalah Abhidhamma

lalu apa bedanya saya dan para theravadin dalam hal referensi?
kalau anda bertanya apakah saya tahu apa yang dibabarkan tampa meminta referensi
sutta yang tercatat, itu lain perkara dan lain pertanyaan

Choa

Quote from: dilbert on 28 March 2012, 09:18:45 AM
mungkin pertanyaan yang sama, apakah sutta dan vinaya pernah disabdakan oleh Buddha ? yang kita pegang sebagai referensi adalah berdasarkan "hasil" dari konsili sangha yang terpaut begitu jauh antara satu konsili dengan konsili lainnya, yang tidak di-dukung dengan dokumentasi (dalam teknologi sekarang mungkin dokumentasi berupa rekaman High Definition). Apa dasar Abhidhamma dimasukkan sebagai bagian dari Tipitaka ? Tidak disebutkan bahwa Abhidhamma itu sabda/ajaran di luar personil Buddha Gotama sebagaimana misalnya kitab Milinda Panha (yg memang disebutkan sebagai karya dari Bhikkhu Nagasena)

hal ini memang pernah menjadi perdebatan, ada malah pihak-pihak secara
vulgar mengklaim TIPITAKA, sudah di rubah jaman kekuasaan raja Asoka
walau mereka juga tidak dapat membuktikan argumen mereka

maka intinya dhamma itu sebagai landasan teory saja, dan jangan di lekati
seperti kitab suci agama samawi, yang mengkultuskan setiap hurup dan kata
yang ada di kitap mereka

bahkan para praktisi buddhis akan meningalkan dhamma setelah tujuan tertinggi
mereka tercapai

dilbert

Quote from: Choa on 01 April 2012, 09:39:37 AM
karena apapun yang saya katakan memang tidak ada referensinya di sutta
begitu juga para theravadin gagal memberikan referensi yang di babarkan
Buddha adalah Abhidhamma

lalu apa bedanya saya dan para theravadin dalam hal referensi?
kalau anda bertanya apakah saya tahu apa yang dibabarkan tampa meminta referensi
sutta yang tercatat, itu lain perkara dan lain pertanyaan


Tipitaka (basis bahasa Pali) yang kita kenal sekarang adalah hasil yang disetujui oleh Konsili Sangha, baik kita menerima atau menolak-nya menjadi hak masing-masing.
Kalau membandingkan pendapat pribadi dengan apa yang tercantum di dalam Tipitaka yang kita kenal sekarang sebagai sama-sama hal yang perlu di-validasi, yah silahkan saja. sepanjang ada yang mau mengikuti "stream" pendapat pribadi tersebut.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

Quote from: Choa on 01 April 2012, 09:43:31 AM
hal ini memang pernah menjadi perdebatan, ada malah pihak-pihak secara
vulgar mengklaim TIPITAKA, sudah di rubah jaman kekuasaan raja Asoka
walau mereka juga tidak dapat membuktikan argumen mereka

maka intinya dhamma itu sebagai landasan teory saja, dan jangan di lekati
seperti kitab suci agama samawi, yang mengkultuskan setiap hurup dan kata
yang ada di kitap mereka

bahkan para praktisi buddhis akan meningalkan dhamma setelah tujuan tertinggi
mereka tercapai

Termasuk ini jangan dilekati ?

Dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:


"Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan; pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`


"Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu; pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan; pada pelepasan, bukan pada pengumpulan; pada memiliki sedikit keinginan, bukan pada memiliki banyak keinginan; pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan; pada kesendirian, bukan pada berkumpul; pada kebangkitan semangat, bukan pada kelambanan; pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah Ajaran Sang Guru.`

---

Termasuk ini juga, apakah jangan dilekati ?

Begitu juga dalam Satthu Sasana Sutta (Anguttara Nikaya VII. 80) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Upali :


"Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa merasa yakin: Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru.`"


"Tetapi Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari hal-hal semacam itu engkau bisa merasa yakin: Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang Guru.`
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

ryu

Quote from: Choa on 01 April 2012, 09:43:31 AM
hal ini memang pernah menjadi perdebatan, ada malah pihak-pihak secara
vulgar mengklaim TIPITAKA, sudah di rubah jaman kekuasaan raja Asoka
walau mereka juga tidak dapat membuktikan argumen mereka

maka intinya dhamma itu sebagai landasan teory saja, dan jangan di lekati
seperti kitab suci agama samawi, yang mengkultuskan setiap hurup dan kata
yang ada di kitap mereka

bahkan para praktisi buddhis akan meningalkan dhamma setelah tujuan tertinggi
mereka tercapai
kok membandingkan dengan samawi?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Choa

Quote from: dilbert on 02 April 2012, 08:19:25 AM

Tipitaka (basis bahasa Pali) yang kita kenal sekarang adalah hasil yang disetujui oleh Konsili Sangha, baik kita menerima atau menolak-nya menjadi hak masing-masing.
Kalau membandingkan pendapat pribadi dengan apa yang tercantum di dalam Tipitaka yang kita kenal sekarang sebagai sama-sama hal yang perlu di-validasi, yah silahkan saja. sepanjang ada yang mau mengikuti "stream" pendapat pribadi tersebut.

setuju

kalau anda membaca forum ini, maka sutra mahayana yang di pertanyakan
keabsahanya, tetapi jika anda masuk forum berbasis mahayana
maka objeknya adalah sutta

begitulah orang-orang dengan elemen sama berkumpul

Choa

Quote from: dilbert on 02 April 2012, 08:21:42 AM
Termasuk ini jangan dilekati ?

Dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:


"Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan; pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`


"Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu; pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan; pada pelepasan, bukan pada pengumpulan; pada memiliki sedikit keinginan, bukan pada memiliki banyak keinginan; pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan; pada kesendirian, bukan pada berkumpul; pada kebangkitan semangat, bukan pada kelambanan; pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah Ajaran Sang Guru.`

---

Termasuk ini juga, apakah jangan dilekati ?

Begitu juga dalam Satthu Sasana Sutta (Anguttara Nikaya VII. 80) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Upali :


"Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa merasa yakin: Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru.`"


"Tetapi Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari hal-hal semacam itu engkau bisa merasa yakin: Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang Guru.`

ya semua 84.000 sutta
jika seseorang sudah mencapai seberang buat apa rakit di bawa bawa terus
hanya memberatkan orang tersebut saja

akan tetapi hal ini memang amat sulit di terima oleh mahluk yang masih bediri
di pingiran sungai sebelah sini

Kelana

Quote from: Choa on 01 April 2012, 09:39:37 AM
karena apapun yang saya katakan memang tidak ada referensinya di sutta
begitu juga para theravadin gagal memberikan referensi yang di babarkan
Buddha adalah Abhidhamma

lalu apa bedanya saya dan para theravadin dalam hal referensi?
kalau anda bertanya apakah saya tahu apa yang dibabarkan tampa meminta referensi
sutta yang tercatat, itu lain perkara dan lain pertanyaan

Maaf, permasalahannya adalah saya sebagai pencetus topik meminta pendapat Theravadin bukan kepada non-Theravadin. Jika anda bukan Theravadin, sudah seharusnya Anda malu dan tahu diri karena tidak dimintakan pendapat, dan seharusnya anda diam.  Jadi saya anggap tulisan anda tidak berdasar dan spam.

Dan saya tidak perlu menanggapi tanggapan anda terhadap tulisan yang baru saya tulis ini.

Terima kasih.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

adi lim

#263
Quote from: Kelana on 02 April 2012, 10:48:26 PM
Maaf, permasalahannya adalah saya sebagai pencetus topik meminta pendapat Theravadin bukan kepada non-Theravadin. Jika anda bukan Theravadin, sudah seharusnya Anda malu dan tahu diri karena tidak dimintakan pendapat, dan seharusnya anda diam.  Jadi saya anggap tulisan anda tidak berdasar dan spam.

Dan saya tidak perlu menanggapi tanggapan anda terhadap tulisan yang baru saya tulis ini.

Terima kasih.


[ym choa] begitulah kalau theravadin fanatik yang belum mengerti, sedangkan saya sudah melewati semuanya, murid2 saya aja sudah mencapai 'arahat'

=)) =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

dilbert

Quote from: Choa on 02 April 2012, 09:02:49 PM
ya semua 84.000 sutta
jika seseorang sudah mencapai seberang buat apa rakit di bawa bawa terus
hanya memberatkan orang tersebut saja

akan tetapi hal ini memang amat sulit di terima oleh mahluk yang masih bediri
di pingiran sungai sebelah sini

84.000 sutta ? jumlahnya 84.000 sutta ? yakin jumlah-nya sebanyak itu ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Indra


dilbert

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Gwi Cool

#267
Quote from: Kelana on 03 August 2007, 04:25:29 PM
Apakah benar Abhidhamma pernah disabdakan oleh Sang Buddha (setidaknya diuraikan kembali oleh Sariputta)? Pertanyaan ini muncul mengingat penyusunan Abhidhamma baru muncul pada Konsili ke-3?
Adakah alasan yang kuat dari sudut pandang Theravadin terhadap hal Ini?

Thanks
Kalau ada yang ragu Abhidhamma, terus Tipitaka itu apa? Gak percaya Tipitaka? Abhidhamma Pitaka cukup jelas berhubungan dengan, lebih ke praktek, Abbhidhamma bagian dari Sutta (Dhamma). Abhidhamma di sidang Agung pertama juga sudah ada, oleh Yang Mulia Mahakassapa thera. Dhamma (Sutta) = Yang Mulia Ananda thera; Vinaya = Yang Mulia Upali thera.
Cukup jelas Abhidhamma pertama kali diperkenalkan saat Yang Tercerahkan ke surga.

Pada Konsili I, Ajaran Buddha belum dibuat sistematis karena hanya wujud tertulis saja yang dapat dikatakan sistematis. Di sini hanya dikenal Dhamma-Vinaya. Pada Konsili II juga demikian, ada tambahan (misalnya Bakkula Sutta) karena di konsili I hanya membahas poin-poin utama.

Di konsili ke tigalah, istilah Tipitaka mulai menyebar, dimana Yang Mulia Moggaliputta Tissa thera (seorang Arahat) mempopulerkan Abhidhamma. Banyak yang bilang Abhidhamma dibuat oleh Beliau, bukan dari Sang Buddha. Itu pasti fitnah dari kelompok luar yang mau menyudutkan Buddhisme. Itu pasti orang yang mau mengatakan bukan-dhamma sebagai Dhamma; Dhamma sebagai bukan-dhamma.


Di konsili ke empat, kitab suci Buddhis ditulis dan dinamakan "Kanon (kitab suci) Pali", yang dikepalai oleh Yang Mulia Rakkhita thera (seorang Arahat. Di sinilah Ajaran Buddha telah dibuat sistematis, terdiri dari 3 kitab besar: Vinaya Pitaka; Sutta Pitaka; dan Abhidhamma Pitaka.

Kalau ragu dengan Abhidhamma, mengapa mempercayai "Tipitaka"? Bukankah Tipitaka = 3 keranjang? Trus yang ke tiga apa? Jawabannya Abhidhamma Pitaka
Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja.
Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih. Hobiku menggubah syair.

will_i_am

Quote from: Gwi Cool on 24 November 2017, 09:32:08 AM
Kalau ada yang ragu Abhidhamma, terus Tipitaka itu apa? Gak percaya Tipitaka? [/B]Abhidhamma Pitaka cukup jelas berhubungan dengan, lebih ke praktek, Abbhidhamma bagian dari Sutta (Dhamma). Abhidhamma di sidang Agung pertama juga sudah ada, oleh Yang Mulia Mahakassapa thera. Dhamma (Sutta) = Yang Mulia Ananda thera; Vinaya = Yang Mulia Upali thera.
Cukup jelas Abhidhamma pertama kali diperkenalkan saat Yang Tercerahkan ke surga.

Pada Konsili I, Ajaran Buddha belum dibuat sistematis karena hanya wujud tertulis saja yang dapat dikatakan sistematis. Di sini hanya dikenal Dhamma-Vinaya. Pada Konsili II juga demikian, ada tambahan (misalnya Bakkula Sutta) karena di konsili I hanya membahas poin-poin utama.

Di konsili ke tigalah, istilah Tipitaka mulai menyebar, dimana Yang Mulia Moggaliputta Tissa thera (seorang Arahat) mempopulerkan Abhidhamma. Banyak yang bilang Abhidhamma dibuat oleh Beliau, bukan dari Sang Buddha. Itu pasti fitnah dari kelompok luar yang mau menyudutkan Buddhisme. Itu pasti orang yang mau mengatakan bukan-dhamma sebagai Dhamma; Dhamma sebagai bukan-dhamma.


Di konsili ke empat, kitab suci Buddhis ditulis dan dinamakan "Kanon (kitab suci) Pali", yang dikepalai oleh Yang Mulia Rakkhita thera (seorang Arahat. Di sinilah Ajaran Buddha telah dibuat sistematis, terdiri dari 3 kitab besar: Vinaya Pitaka; Sutta Pitaka; dan Abhidhamma Pitaka.

Kalau ragu dengan Abhidhamma, mengapa mempercayai "Tipitaka"? Bukankah Tipitaka = 3 keranjang? Trus yang ke tiga apa? Jawabannya Abhidhamma Pitaka
Praktek apa yang sudah kamu pelajari dari abhidhamma?
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_