Ini adalah salah satu sutta favorit saya. Di sini Sang Buddha tidak mengajarkan teknik-teknik meditasi yang canggih-canggih seperti dalam Mahasatipatthana-sutta. Yang diajarkan di sini justru adalah meditasi yang sangat sederhana, yakni mengamati (sadar/eling) akan gerak-gerik si aku. Itu saja.
Meditasi yang diajarkan Sang Buddha di sini sejalan dengan yang diajarkan dalam Bahiya-sutta dan Malunkyaputta-sutta. Ajaran seperti inilah yang melandasi MMD.
Bahiya-sutta, Malunkyaputta-sutta, Tuvataka-sutta dsb adalah sutta-sutta pendek. Menurut penelitian linguistik, sutta-sutta pendek--seperti yang tercantum dalam Udana, Itivuttaka, Suttanipata dsb--termasuk lapisan yang sangat tua dari Tipitaka Pali. Artinya, sutta-sutta pendek itu lebih dekat ke zaman Sang Buddha dibandingkan sutta-sutta yang lebih panjang, seperti sutta-sutta dari Digha Nikaya dan Majjhima Nikaya.
Yang menarik pula dari sutta ini adalah judulnya, "Tuva.taka-sutta". 'Tuva.ta.m' berarti "segera", maksudnya: "segera padam".
Salam,
hudoyo
*****
TUVA.TAKA SUTTA.M
Sutta-nipata, 4.14
1. Pucchaami ta.m aadiccabandhu.m
Viceka.m santipada~nca mahesi.m,
Katha.m disvaa nibbaani bhikkhu
Anupaadiyaano lokasmi.m ki~nci.
1.
“Aku bertanya kepada Sang Arif, Sanak Matahari,
yang telah padam, damai:
Bagaimanakah seorang
bhikkhu padam (nibbaani),
tidak melekat pada apa pun di dunia?”
2. Mula.m papa~nca sankhaaya
(iti bhagavaa)
Mattaa asmiti sabbamuparundhe,
Yaa kaaci ta.nhaa ajjhatta.m
Taasa.m vinayaa sadaa sato sakkhe.
2.
(Jawab Sang Bhagava:)
“Ia harus menghentikan semua akar kerumitan:
‘Akulah si pemikir’;
Ia harus terus berlatih, selalu sadar,
Meredam keinginan di dalam dirinya
3. Ya.m ki~nci dhammamabhija~n~naa,
Ajjhatta.m athavaapi bahiddhaa,
Na tena maana.m kubbetha
Na hi saa nibbuti sata.m vuttaa.
3.
Kebenaran apa pun yang diketahuinya
Di dalam atau di luar,
Jangan terperangkap dengan itu,
Itu bukan nibbana, kata para Luhur.
4. Seyyo na tena ma~n~neyya
Niveyyo atha vaapi sarikkho,
Phu.t.tho anekaruupehi
Naatumaana.m vikappaya.m ti.t.the.
4.
Demi hal itu janganlah berpikir
Aku lebih tinggi, lebih rendah, atau sama
Tersentuh kontak dalam berbagai cara
Jangan terus menciptakan diri.
5. Ajjhattameva upasame
Na a~n~nato bhikkhu santimeseyya,
Ajjhatta.m upasannassa
Natthi attaa kuto nirattaa vaa.
5.
Hening di-dalam, seorang bhikkhu
Jangan mencari kedamaian dari apa pun yang lain
Bagi orang yang hening di-dalam,
Tiada diri yang dipegang,
Dari mana pula lawan-diri?
6. Majjhe yathaa samuddassa hoti,
Uumi no jaayati .thito hoti,
Eva.m .thito anejassa
Ussada.m bhikkhu na kareyya kuhi~nci.
6.
Bagaikan di tengah samudra hening,
Tiada alunan gelombang,
Begitu pula bhikkhu, tak tergoyahkan, hening
Tidak membesarkan diri di mana saja.”
7. Akittayi viva~nacakkhu
Sakkhidhamma.m parissayavinaya.m.
Pa.tipada.m vadehi bhaddante
Paatimokkha.m athavaapi samaadhi.m.
7.
“Ia yang matanya terbuka
Menguraikan Dhamma yang dilihatnya
Meredakan bahaya.
Uraikanlah, Bhante, Jalan itu:
Disiplin tinggi atau samadhi.”
8.
“Janganlah memandang dengan keserakahan,
Tutuplah telinga dari obrolan kota,
Jangan mendambakan citarasa lezat,
Jangan memandang apa pun di dunia sebagai ‘milikku’.
9.
Bila tersentuh kontak ia tidak meratap,
Tidak mendambakan keberadaan apa pun di mana pun,
Tanpa sedikit pun gemetar ketakutan.
10.
Memperoleh makanan, minuman,
kudapan dan pakaian,
Ia tidak menyimpan.
Tidak pula kecewa bila tidak memperolehnya.
11.
Terserap dalam keheningan,
Tidak keluyuran,
Tidak gelisah,
Tidak lalai,
Duduk dan berbaring dalam kesunyian.
12.
Tidak terlalu banyak tidur,
Rajin dan senang jaga,
Menanggalkan kemalasan,
Pengelabuan, tertawa-tawa,
olah raga, sanggama, dan menghias diri.
13.
Tidak membuat jimat,
Menafsir tanda-tanda tubuh,
Mimpi, rasi bintang, bunyi binatang,
Tidak memberi obat-obatan
Atau membuat keguguran.
14.
Bila dicela tidak gemetar,
Bila dipuji tidak menyombong,
Mengesampingkan sikap mementingkan-diri,
keserakahan, ucapan memecah-belah, amarah;
15.
Tidak berjual beli
Atau menghina siapa pun di mana pun,
Tidak diam di kota,
Atau menyanjung untuk memperoleh keuntungan.
16.
Bhikkhu itu tidak membual
atau bicara dengan maksud tersembunyi,
Tidak berlatih menghujat
Atau melontarkan kata-kata bermusuhan.
17.
Tidak berdusta,
menipu dengan sengaja,
Tidak merendahkan orang lain
dalam hal kehidupan, moral, pengetahuan & perilakunya.
18.
Menerima banyak cercaan
dari petapa dan orang biasa,
Ia tidak menjawab dengan kasar,
Mereka yang membalas belumlah tenang.
19.
Mengetahui Ajaran ini
Bhikkhu itu berlatih terus, dengan penuh perhatian.
Memahami peredaan adalah kepadaman,
Ia rajin menjalankan Ajaran Sang Gotama.
20.
Yang tak tercapai akan tercapai,
Ajaran inilah saksinya,
Aku melihat keadaan sehat itu.
Oleh karena itu, berlatihlah di dalam Ajaran Sang Bhagava,
Dengan tekun dan penuh penghormatan.”