Perang ?

Started by Sukma Kemenyan, 03 August 2007, 01:17:28 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sukma Kemenyan

Haruskah ada "Perang" terhadap Pelecehan (yg melencengkan) Buddhism ?

Pelecehan yg bagaimana ?
1. Pelecehan yg melencengkan Figur Bodhisatta (contoh: Maitreya)
2. Pelecehan yg melencengkan Ajaran Buddhism (contoh: SatyaBuddha/DarkZen/etc)

Perang yg bagaimana ?
1. Perang yg menyudutkan kalau mereka telah melenceng dari Buddhism
2. Perang yg menyudutkan kalau Tuhan YME itu tidak ada pada Buddhism
3. Perang yg menyudutkan kalau Ritual-ritual yg mereka lakukan tidak ada di Buddhism

Jikalau harus... mengapa ?
Jikalau tidak... mengapa ?

Hendra Susanto

menurut gw sich gak usah kali yak..
biar kt jalan dijalan masing2

Sukma Kemenyan

^ logh... bukannya itu berarti suatu saat nanti...
Buddhism bakalan dihancurkan oleh "Mangkuk Buddha" ?

Hendra Susanto

kgk akan hancur selama anda menjalankan ajarannya

El Sol

perang disini itu yg gmana? bunuh2an? bakar2an? kalo yg kayak gituan mah jangan lar...melanggar Sila tuh...tapi kalo perangnya melalui cara halus..contohnye Dhammadesana, membuat Dhammaduta..why not gitu loh?

Sukma Kemenyan

perasaan gue udah sebutin dech perang yg gmana yg gw maksud...

Perang yg bagaimana ?
1. Perang yg menyudutkan kalau mereka telah melenceng dari Buddhism
2. Perang yg menyudutkan kalau Tuhan YME itu tidak ada pada Buddhism
3. Perang yg menyudutkan kalau Ritual-ritual yg mereka lakukan tidak ada di Buddhism

Hendra Susanto

maksudnya proses perang itu kali bos

ryu

Sebenernya seh kaga usah mbah. Soalnya sang Buddha pun gw rasa tdk pernah menghina ajaran lain.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Sukma Kemenyan

khan ajaran lain...
nah ini ajaran Buddhism sendiri yg dipecah... (en di plesetin)

so... ?

ryu

Menurut sy, konsep Buddhist lebih kepada perang pd diri sendiri, menaklukan diri sendiri, itulah pemenang sejati.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Sumedho

IMO,
Tidak perlu. itu cenderung tidak membawa kemajuan batin. Bahkan menambah kesombongan dan kebencian.

Dilema kan, disatu sisi melekat pada buddhism yg kita anut tetapi ini demi mahluk lain juga (menjaga dhamma).
There is no place like 127.0.0.1

Upaseno


morpheus

perang yg harus dilakukan menurut saya adalah perang informasi...

jaman sekarang kekuatan marketing sangat berpengaruh. tak terhitung banyaknya disinformasi ditembakkan ke arah buddhisme. mulai dari berhala, atheis, neraka surga, kuno, gak selamat, dll.

berperanglah dengan menyebarkan informasi yg benar. tambahkan daftar disinformasi di bawah dan sebarkan sebanyak mungkin:
http://www.dhammacitta.org/forum/index.php/topic,125.0.html

tentu saja niat perang di sini sebenarnya adalah cinta kasih anda, bukan ego ataupun benci...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

langitbiru

setuju dgn morpheus...
berikan informasi yg benar, bukan sekedar menambah ego, tp untuk kepentingan semua org yg belajar ajaran buddha.
oni... kao titi bobo... gigi...

morpheus

ah, setuju setuju mulu, nulisnya yg banyak dong, kasih pencerahan ke kita2  ^-^

saya pengen mengcounter sedikit cara berpikir "cinta damai" yg sering saya temui pada buddhis.
kalau anda mengetahui suatu kebohongan ataupun disinformasi disampaikan didepan mata anda dan anda diam saja, maka berarti anda tidak punya cinta, anda tidak punya kasih. kalo rekan anda yg beragama lain menyampaikan suatu informasi yg keliru (di agama lu gak ada keselamatan, satu2nya jalan keselamatan ada di asisten babe gua) dan anda diam saja, berarti anda sedikit banyak berperan menyesatkan orang lain dan juga membantu menyebarkan disinformasi tersebut.

buddha dulu berkelana selama puluhan tahun menyampaikan apa yg menurutnya benar dan beliau tidak diam saja melihat informasi2 keliru yg beredar di masyarakat india saat itu. tentu saja cara beliau tidaklah memaksa. tugasnya menyampaikan informasi yg benar, diterima atau tidak itu urusan nanti, yg penting tugasnya adalah untuk menyampaikan kebenaran sudah terlaksana...

dan sekali lagi, niat di sini amatlah penting. saya melihat cukup banyak "evangelis2" buddhis yg terlalu bernapsu "menyikat" pandangan2 keliru bahkan sampai offensif. sebarkanlah informasi yg benar dengan cinta kasih, bukan karena ego dan benci.

ada satu cerita yg saya ingat. seseorang bertanya kepada sang guru, "kalo anda memang sudah tercerahkan, tidak memiliki ego dan kepentingan pribadi lagi, kenapa sekarang anda berkelana menyebarkan ajaran anda?". sang guru menjawab, "tanyakan pada sang bunga, kenapa dia menyebarkan bau wangi?".

saya pikir begitu juga dalam menyebarkan informasi yg benar dan mematahkan disinformasi. anda hanyalah bunga yg (mau tidak mau) berbau wangi... tidak ada niat lain...

* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path