News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

knapa yacH????

Started by Saddha_vinita05, 19 May 2008, 04:26:36 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

Dhyanaputra,


Permasalahan di awal adalah mengenai "anggapan egoisme karena Buddha ga botak & Bhikkhu botak".

                     
Buddha/Bhikkhu  GA BOTAK        -    BOTAK
Guru/Siswa        Ga putih/merah - putih merah
Pelatih/atlit        Ga latihan        -   latihan
Dokter/pasien     Ga diet            -    diet

Seperti saya katakan lagi, itu untuk menekankan Buddha sebagai guru/pelatih/dokter, tidak bisa disamakan dengan murid/bimbingan/pasien.

Lalu kamu katakan:
ga putih/merah & putih merah adalah masalah "belajar"
Saya tidak akan mempermasalahkan masalah belajar/tidak belajar, karena akan menyimpang jauh. Kalo dilihat setelah mencapai Arahatta (disebut Asekkha Puggala = orang yang tidak belajar lagi), semua bhikkhu pun tetap botak, bukannya kemudian ga dicukur. Tapi sekali lagi, saya tidak mempermasalahkan "belajar".

ga latihan & latihan adalah masalah "sudah pernah melakukan"
Saya juga tidak mempermasalahkan "sudah/belum pernah melakukan", karena tidak ada keterangan lengkapnya juga apakah sejak Bodhisatta lahir, menjadi Buddha & parinibbana, pernah atau tidak mencukur sampai botak, dan seberapa jauh kebotakannya. Jadi, saya tidak mempermasalahkan "sudah/belum pernah melakukan".

Dari mana kamu bilang 'misleading'? Atau mungkin kamu tidak setuju Buddha sebagai guru/pembimbing?


QuoteSepengetahuan saya, sebelum Dhammacakkha-pavattana di Rusa isipatana benares, para pertapa jaman itu engga menggundul kepalanya. Sedangkan siddharta gotama sewaktu mencari pencerahan, masih mengikuti cara lama yg "membudaya", baru setelah beliau mencapai Bodhi, membabarkan kembali Dhamma, terbentuk sangha, lahirlah patimokha, yg sejak saat itu pertapa yg mencari kesempurnaan dengan menjadi siswa Sakyamuni Buddha wajib menggundul kepala karena suatu aturan yg telah ditetapkan oleh sang buddha

Cara lama yang membudaya? Jadi menurutmu model rambut gundul itu dipopulerkan oleh Buddha Gotama?  ;D
Saya tidak tahu pastinya, tetapi sebelum Buddha muncul pun, sudah ada 'trend' menggundulkan kepala, salah satunya ketika seorang dari kasta ksatria dibuang dari kaumnya.
Lagipula kalo kamu memberi pernyataan seperti itu, saya kembalikan lagi, "kenapa membuat peraturan untuk orang lain, tapi tidak menerapkannya untuk diri sendiri? Sama seperti menerapkan peraturan tidak boleh merokok, tetapi sendirinya merokok dengan alasan 'saya merokok karena ikut budaya lama, sedangkan kalian kena aturan baru yang dibuat oleh saya'".


Riky_dave

Quote from: Virya on 19 May 2008, 09:51:06 PM
setelah sang Buddha mencapai penerangan sempurna, rambut beliau tidak tumbuh lagi dan tidak mati (rontok), artinya rambut beliau TETAP. 

Rambut beliau jg tidak dpt dipangkas/dipotong oleh orang lain, kecuali dgn tangan Sang Buddha sendiri




_/\_ mohon koreksi kalo salah

Thz..........





SB sendiri pernah blg "Segala yg anicca adalah dukkha"
Kok bisa ya rambutnya SB gk tumbuh maupun rontok??
Bukankah segala sesuatu yg tdk kekal adalah sulit dipertahankan??
Bukankah badan jasmani SB hanya sebuah badan jasmani yg rapuh??
YG tak terelakkan dr sakit dan kematian??
Anda yg bisa share??
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Dhyanaputra

Kainyn,
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 May 2008, 08:39:26 AM

Dari mana kamu bilang 'misleading'? Atau mungkin kamu tidak setuju Buddha sebagai guru/pembimbing?
AFAIK Buddha itu sebutan bagi seseorang yg telah mencapai penerangan sempurna, bukan "jabatan" seperti "guru" yg anda analog-kan beserta seragam merah putih dst..

Sakyamuni Buddha sendiri engga pernah mengklaim, "Akulah guru, kalian semua harus mengakuiku sebagai guru.." (ataw saya yg salah, mohon dikoreksi).
Bermula dari tujuan beliau mencari cara agar Dukkha dapat dihentikan setelah melihat 4 peristiwa (orang tua, orang sakit, orang mati dan pertapa suci), beliau membabarkan dhamma agar semua orang dapat "terbebas" dari lingkaran dukkha.

CMIIW, Sakyamuni Buddha pernah berkata, 'Saya adalah Buddha, kamu semua juga Buddha, tetapi, bedanya, saya sudah sadar sempurna, sedangkan kalian semua belum sadar.' Intinya adalah; ada benih ke-Buddha-an di setiap manusia, hanya saja ada yg tereksplorasi, ada yg diam selamanya terpendam sehingga belum "tercerahkan".

itu salah satu faktor esensial yg membedakan Buddha dengan "Nabi", "Rasul", "Utusan Allah", "Tuhan yg menjadi manusia", "Rabbi", "Guru",  dsb......

Quote from: Kainyn_Kutho on 27 May 2008, 08:39:26 AMCara lama yang membudaya? Jadi menurutmu model rambut gundul itu dipopulerkan oleh Buddha Gotama?  ;D
Saya tidak tahu pastinya, tetapi sebelum Buddha muncul pun, sudah ada 'trend' menggundulkan kepala, salah satunya ketika seorang dari kasta ksatria dibuang dari kaumnya.
Beda donk.. kita tidak lagi membicarakan "trend" gundul dipopulerkan oleh siapa. Lagi pula substansinya beda, kasta ksatria yg anda gambarkan itu menggundulkan kepala atas dasar sebab negatif, sedangkan pengikut buddha digundul supaya mempermudah / mengeliminir lebih banyak godaan dari atribut2 yg tidak lagi berguna dalam usaha mencapai pencerahan. :)

Quote from: Kainyn_Kutho on 27 May 2008, 08:39:26 AM
Lagipula kalo kamu memberi pernyataan seperti itu, saya kembalikan lagi, "kenapa membuat peraturan untuk orang lain, tapi tidak menerapkannya untuk diri sendiri? Sama seperti menerapkan peraturan tidak boleh merokok, tetapi sendirinya merokok dengan alasan 'saya merokok karena ikut budaya lama, sedangkan kalian kena aturan baru yang dibuat oleh saya'".


kalau anda pakai analog merokok, itu nanti menjurus ke misleading lagi, karena bikin perumpamaan itu sebenarnya sulit.., harus hati2 dalam memahami substansi, engga segampang yg kita kira, cari2 premis lalu dipas-pas'in.. nanti salah2 kita malah menempatkan Buddha sebagai pribadi "superior", yg udah pinter sehingga engga perlu ini itu.. padahal bukan demikan IMHO memahami "buddha" sebagai gelar pencerahan, dan "buddha" sebagai pribadi yg dihubungkan dengan "kompetensi" sehingga engga perlu lagi pake ini itu..

Sang Buddha sewaktu berlatih diri berusaha mencapai bodhi, Beliau pernah "salah" metode, yaitu dengan mempraktekkan penyiksaan diri.. hingga akhirnya hampir mati. Ditolong oleh seorang wanita dengan diberi makanan dan minuman, lalu ada sekelompok pemusik lewat, bernyanyi "bila dawai dipetik terlalu keras, maka talinya putus, kalau dipetik terlalu lemah, maka tidak berbunyi.." dari situ Sang Buddha mengerti bahwa ada sesuatu yg "missing" dalam pencariannya, sehingga saat itu beliau berganti metoda sehingga dipandang aneh oleh pertapa2 yg membina diri bersama-sama di hutan itu.

Satu hal yg paling penting adalah Siddharta sebenarnya sudah "SADAR" bahwa hidup ini adalah dukkha, sewaktu melihat 4 peristiwa penting...
Sedangkan orang2 yg ingin dibagi petunjuk utk menghentikan dukkha, bahkan masih terikat pada hal2 duniawi sehingga banyak hambatan, bahkan banyak diantara mereka malah belum sadar bahwa sebenarnya hidup itu dukkha...
Dengan pemahamannya tentang dukkha, siddharta tidak lagi digoyahkan oleh rambut.. tetapi orang lain ada yg masih terikat pada rambut sehingga rambut itu bisa menjadi batu sandungan dalam perjalanan mencari pembebasan.. :)

Bagai seorang pelaut yg telah berpengalaman menyebrangi lautan luas, pernah hampir tenggelam, pernah dihantam ombak, dan pernah diterpa badai... pelaut ini kemudian menyarankan orang lain yg ingin berlayar agar membuang perbekalan yg tidak perlu, bahkan menurunkan / menutup layar supaya kapal tidak mudah tumbang...
Mungkin dulu pelaut itu tidak membuang bekal dan menurunkan layar.. sehingga dia bisa memberi tahu orang lain, sebaiknya itu dihindari karena bisa jadi orang lain akan "tumbang" kalau tidak mengeliminasi hal itu.

_/\_

Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule.

K.K.

Dhyanaputra,

QuoteSakyamuni Buddha pernah berkata, 'Saya adalah Buddha, kamu semua juga Buddha, tetapi, bedanya, saya sudah sadar sempurna, sedangkan kalian semua belum sadar.' Intinya adalah; ada benih ke-Buddha-an di setiap manusia, hanya saja ada yg tereksplorasi, ada yg diam selamanya terpendam sehingga belum "tercerahkan".
"Saya adalah guru, kamu juga semua guru, bedanya saya sudah mengasah bakat saya dan bisa jadi guru, sedangkan kalian blom semuanya mengeksplorasi bakat kalian".



Quotepengikut buddha digundul supaya mempermudah / mengeliminir lebih banyak godaan dari atribut2 yg tidak lagi berguna dalam usaha mencapai pencerahan

1. Mengeliminir godaan dari atribut yang tidak berguna? Memang Buddha bilang godaan asalnya di 'luar' seperti rambut? bukan di pikiran yah?  ;D Kalo orang masih punya nafsu birahi, apa aja yang harus dieliminir?
2. Yang sudah menjadi Arahat, sudah mengeliminir godaan, kok tetap gundul terus? Kalo menurut anda para Arahat masih bisa tergoda dengan hal2 keduniawian macam gundul/ga gundul, tidak usah dijawab, karena saya tidak tahu definisi Arahat dari berbagai tradisi.



Quotenanti salah2 kita malah menempatkan Buddha sebagai pribadi "superior", yg udah pinter sehingga engga perlu ini itu..
Quote"buddha" sebagai pribadi yg dihubungkan dengan "kompetensi" sehingga engga perlu lagi pake ini itu..
"A lebih pinter dari B, sehingga tidak perlu hitung 1+1 pake kalkulator"
"B kurang kompeten dibanding A, sehingga masih perlu hitung 1+1 pake kalkulator"
"A superior dibandingkan B dalam hal menghitung 1+1"
-> Ada yang salah?



Quote... Sedangkan siddharta gotama sewaktu mencari pencerahan, masih mengikuti cara lama yg "membudaya", baru setelah beliau mencapai Bodhi, membabarkan kembali Dhamma, terbentuk sangha, lahirlah patimokha, yg sejak saat itu pertapa yg mencari kesempurnaan dengan menjadi siswa Sakyamuni Buddha wajib menggundul kepala karena suatu aturan yg telah ditetapkan oleh sang buddha
" ... Sedangkan A sewaktu belajar, masih mengikuti cara lama yang "membudaya" yaitu merokok, baru setelah A lulus dan mengajar, terbentuklah sekolahan, lahirlah peraturan, yang sejak saat itu murid2 yang datang menimba ilmu dari A wajib untuk tidak merokok yang ditetapkan oleh si A".

Quoteharus hati2 dalam memahami substansi, engga segampang yg kita kira, cari2 premis lalu dipas-pas'in
Cocok sekali! Coba anda lihat, substansi ada pada merokoknya atau peraturannya?




QuoteBagai seorang pelaut yg telah berpengalaman menyebrangi lautan luas, pernah hampir tenggelam, pernah dihantam ombak, dan pernah diterpa badai... pelaut ini kemudian menyarankan orang lain yg ingin berlayar agar membuang perbekalan yg tidak perlu, bahkan menurunkan / menutup layar supaya kapal tidak mudah tumbang...
Mungkin dulu pelaut itu tidak membuang bekal dan menurunkan layar.. sehingga dia bisa memberi tahu orang lain, sebaiknya itu dihindari karena bisa jadi orang lain akan "tumbang" kalau tidak mengeliminasi hal itu.
lanjutan cerita:
Kemudian semua orang lain membuang perbekalannya, tetapi si pelaut yang berpengalaman ini tidak membuang perbekalannya sendiri.
Maka kemudian ketika sampai di tempat tujuan, orang bertanya, "Kok pelaut berpengalaman itu egois yah? Suruh orang buat buang perbekalannya, tapi tidak mau buang perbekalan sendiri?". Lalu pertanyaan itu berlanjut sampai di forum ini.


Riky_dave

Sep2...
At:atas...
Bisa kasih banyak masukan  :jempol: :jempol: :jempol: :jempol: :jempol:
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Dhyanaputra

Quote1. Mengeliminir godaan dari atribut yang tidak berguna? Memang Buddha bilang godaan asalnya di 'luar' seperti rambut? bukan di pikiran yah?

Kainyn,

godaan itu asalnya dari yg berwujud, sebagian besar dari kita tergoda oleh materi yg berwujud.
beberapa materi membuat kita "melekat" atau terikat dengan materi tesebut.
rambut termasuk salah satu material (selain pakaian), karena dahulu dan sekarang masih sama, rambut itu salah satu faktor "penampilan" yg bisa mendukung kecantikan / ketampanan seseorang..
coba kita cek dasa sila buddhis.. ada salah satu sila yg berisi pelatihan diri utk menghindari bersolek utk mempercantik diri.

Kalau rambut acak2an.. seseorang akan berpikir utk merapikannya, lalu berpikir utk membuatnya menjadi rapi, lalu menghiasnya, dst dst...

saya jadi ingat cerita soal "keterikatan" yg berkesinambungan yg dipicu oleh satu hal sepele, yaitu seorang raja yang negerinya kaya raya, tapi raja ini masih hidup dengan cara sederhana. Dia makan dengan mangkuk terbuat dari tanah liat yg jelek, hingga suatu hari salah satu menterinya memberi masukan, "mengapa baginda tidak memakai mangkuk perunggu yg lebih bagus?"
Lalu raja itu menuruti, mengganti mangkuk itu dengan perunggu. tetapi ketika mangkuknya jadi bagus, terpikir, sumpitnya masih dari bambu... :) maka diganti pulalah sumpit itu dari gading..., lalu ketika mangkuk dan sumpitnya sudah bagus, diletakkan di atas meja yg terbuat dari kayu, terlihatlah bahwa meja itu jelek dibandingkan dengan mangkuk dan sumpit itu... maka digantilah meja itu dengan batu pualam, lalu meja pualam itu terlihat terlalu bagus di atas lantai batu, maka raja pun memerintahkan seluruh lantai diganti menjadi berlapis emas, hingga akhirnya kerajaan itu bangkrut karena sang raja kerjanya cuma merenovasi istananya tanpa habis,... hanya bermula dari sebuah mangkuk..

Demikianlah inti dari mengeliminasi komponen fisik yg bisa menghalangi perjuangan seseorang menjadi "bebas" dari keterikatan. Rambut kalau sudah dimodel-model, maka akan turun mempercantik wajah dan membeli pakaian yg bagus2... hal ini sudah dilihat oleh Sang Buddha, sehingga kalau kita sebagai umat awam disarankan berlatih dasa sila, apalagi "patimokha" ?

demikian maksud saya
_/\_
Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule.

Riky_dave

At atas : masuk akal..
rambut menunjang penampilan org...
Coz gw suka lihat rambut org...
^^
Rambut penunjang wajah org biar terlihat cakep,kran,cool dll...
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

HokBen

Quote from: Riky_dave on 29 May 2008, 01:36:02 PM
At atas : masuk akal..
rambut menunjang penampilan org...
Coz gw suka lihat rambut org...
^^
Rambut penunjang wajah org biar terlihat cakep,kran,cool dll...
_/\_

kalo ga salah, rambut itu termasuk dalam salh satu PaƱca-Kalyani.

Riky_dave

Panca kalyani tu apaan?
Mohon dicerahkan...
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

K.K.

Dhyanaputra,

Saya pribadi tidak setuju kalo godaan itu disalahkan pada luar diri kita. Jika kita menyalahkan di luar, bukan di diri sendiri, maka nanti akan timbul perilaku menyalahkan orang lain makan di depan orang puasa, menyalahkan wanita cantik ketika birahinya timbul, dsb.

Kemudian, kembali lagi yang saya bahas tadi masih bukan fungsi dari botak dan potensi gangguan rambut, tetapi masalah orang bilang Buddha egois karena tidak mau botak sedangkan muridnya harus botak.
Tapi kalo memang dianggap sudah selesai dan mau dilanjutkan ke masalah 'alasan musti botak' ataupun 'gangguan karena rambut', ya silahkan dilanjutkan!

_/\_

Riky_dave

Dear kainyn..
Mank benar semua berasal dr pikiran..
Tetapi pikiran(yg internal) Ketika melihat yg eksternal baru muncul suatu kemelekatan bukan??
Ketika pikiran(yg internal) gw melihat ce cantik,kemudian baru muncul rasa ingin memiliki,nafsu dll bukan??
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

HokBen

Quote from: Riky_dave on 29 May 2008, 01:39:34 PM
Panca kalyani tu apaan?
Mohon dicerahkan...
_/\_

Lima Kecantikan.
Rambut, Kulit, Cara Bicara, dll... ( gw lupa ) :P

K.K.

Riky_dave,

Ya, karena asalnya dari pikiran, jadi yang dibenahi adalah pikiran, bukan objeknya.
Kalo pikiran sudah dibenahi, maka lihat objek apapun tidak timbul nafsu.
Sebaliknya kalo pikiran emang penuh nafsu, maka lihat objek apapun selalu menimbulkan nafsu.

_/\_

Dhyanaputra

Quote from: Kainyn_Kutho on 29 May 2008, 04:20:35 PM
Riky_dave,

Ya, karena asalnya dari pikiran, jadi yang dibenahi adalah pikiran, bukan objeknya.
Kalo pikiran sudah dibenahi, maka lihat objek apapun tidak timbul nafsu.
Sebaliknya kalo pikiran emang penuh nafsu, maka lihat objek apapun selalu menimbulkan nafsu.

_/\_
Kainyn, anda benar.
Memang seharusnya begitu, tapi IMHO terkadang bagi sebagian orang menyingkirkan objek merupakan alat bantu utk membenahi pikiran..

pada dasa sila buddhis ada beberapa sila yg menganjurkan kita utk melatih diri "menghindari" objek2 yg tinggi, mempercantik diri dsb..

ada 2 maksud menyingkirkan objek di sini,
- menghindarinya sebagai media bantu melatih diri (bagi sebagian orang yg belum mampu mengendalikan pikirannya)
- tidak butuh lagi.. :)

_/\_
Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule.

K.K.

Dhyanaputra,

Ya, selain itu juga bisa menghindari gangguan yang disebabkan rambut, karena hidup sebagai pertapa, blom tentu selalu bisa berkeramas secara rutin.

_/\_