Ucapan kasar, bolehkah?

Started by Arya Karniawan, 30 November 2017, 12:25:18 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

metra

Quote from: will_i_am on 02 December 2017, 11:46:30 AM
Coba minta ref yang lengkap dimana??

Minta saja anda mesti coba coba.kenapa aneh sekali

metra

Quote from: metra on 02 December 2017, 11:50:05 AM
Minta saja anda mesti coba coba.kenapa aneh sekali

Sy cari dulu suttanya. Sudah lama sekali.

Arya Karniawan

Quote from: metra on 02 December 2017, 11:38:50 AM
Lain kali jika menampilkan nara sumber, tidak bisa copas lengkap, sebaiknya kemukakan pendapat pribadi saja.banyak hal tidak jelas jika diskusi melibatkan pihak ketiga. Contohnya central sutta.
Kembali ke topik.

menurut sy, mendiskusikan, memperbincangkan thatagatha spt itu adalah kurang ajar.

Alasannya
beliau sdh menyatakan dgn tegas.bagaimana seseorang apakah dia  deva minus brahma , manusa, bhikkhu, samanera, upasaka, upasika yg masih phutujana, sotapati, sakadagami

Harus merenungkan, berpikir dan berucap thatagata spt kalimat berikut

Itipiso bhagava dst dst....

Poin awal adalah kita, bukan Tathagata. Anda gak nyimak topik atau cuma mau nyampah di thread gw?  ^-^
#Jhindra

Arya Karniawan

Quote from: metra on 02 December 2017, 11:50:05 AM
Minta saja anda mesti coba coba.kenapa aneh sekali

Aneh banget, dimintain referensi malah mencurigai orang lain...  ^-^
#Jhindra

metra

Quote from: Arya Karniawan on 30 November 2017, 12:25:18 PM
Di Sutta seringkali dijumpai Buddha mengucapkan "dungu", "tolol", "bodoh", dll. Bukan cuma Buddha aja. Ditemukan juga Bhikkhu dan Deva mengucapkan hal kasar. Berikut potongan Suttanya:

(1) Deva mengatakan "tolol" pada Bhikkhu

...
"Bhikkhu itu menyambarku bagaikan seorang tolol
Yang tidak pada saat yang tepat, menasihati seorang pemburu
Yang mengembara di gunung-gunung berbatu
Dengan sedikit kebijaksanaan, tanpa akal sehat.

"Ia mendengarkan tetapi tidak memahami,
Ia menatap tetapi tidak melihat;
Walaupun Dhamma dibabarkan,
Si dungu tidak menangkap maknanya.

"Bahkan jika engkau membawa sepuluh pelita [ke hadapannya], Kassapa,
Ia tetap tidak melihat bentuk-bentuk,
Karena ia tidak memiliki mata untuk melihat."
...
(SN 9.3)

(2) Bhikkhu mengatakan dungu kepada Deva

...
"Tidak tahukah engkau, dungu,
Peribahasa para Arahant?
Segala bentukan adalah tidak kekal;
Bersifat muncul dan lenyap.
Setelah muncul, mereka lenyap:
Penenangannya adalah kebahagiaan.

"Sekarang aku tidak akan pernah lagi berdiam
Di antara kelompok para deva, Jālinī!
Pengembaraan dalam kelahiran telah berakhir:
Sekarang tidak ada lagi penjelmaan baru."
(SN 9.6)

###

Apakah kata-kata kasar boleh diucapkan jika waktunya tepat? 🤔 :-?

Ini siapa yg nulis Buddha

Indra

Quote from: metra on 02 December 2017, 11:38:50 AM
Lain kali jika menampilkan nara sumber, tidak bisa copas lengkap, sebaiknya kemukakan pendapat pribadi saja.banyak hal tidak jelas jika diskusi melibatkan pihak ketiga. Contohnya central sutta.
Kembali ke topik.

menurut sy, mendiskusikan, memperbincangkan thatagatha spt itu adalah kurang ajar.
Alasannya
beliau sdh menyatakan dgn tegas.bagaimana seseorang apakah dia  deva minus brahma , manusa, bhikkhu, samanera, upasaka, upasika yg masih phutujana, sotapati, sakadagami

Harus merenungkan, berpikir dan berucap thatagata spt kalimat berikut

Itipiso bhagava dst dst....




anda berusaha dengan sia2 untuk menutupi kekurang-pengetahuan anda, tapi ok lah saya tetap harus menghargai usaha anda walaupun gagal.

itipiso bhagava dst itu sama sekali tidak berhubungan dengan tidak boleh membicarakan sang tathagatha, bahkan di sutta yg saya sudah sertakan linknya itu yang tidak mampu anda buka linknya atau tidak mampu anda baca sudah dinyatakan dengan sangat jelas bahwa seseorang seharusnya menyelidiki Sang Tathagata.

anda harus belajar lebih banyak lagi dan arahkan usaha anda ke hal yang benar.

Arya Karniawan

Quote from: metra on 02 December 2017, 12:04:44 PM
Ini siapa yg nulis Buddha

Makanya baca thread pake niat ingin jawab pertanyaannya, jangan niatnya yang lain (kek nyampah, blamming, dan Ad hom). Pan jadinya malah gak nyambung...  =)) Buddha itu cuman salah satu contoh, ada contoh lainnya (baca sendiri) dan ditutup dengan pertanyaan. Pertanyaannya tuh paling bawah, liat kan?  =))
#Jhindra

metra

Quote from: Indra on 02 December 2017, 12:08:08 PM
anda berusaha dengan sia2 untuk menutupi kekurang-pengetahuan anda, tapi ok lah saya tetap harus menghargai usaha anda walaupun gagal.

itipiso bhagava dst itu sama sekali tidak berhubungan dengan tidak boleh membicarakan sang tathagatha, bahkan di sutta yg saya sudah sertakan linknya itu yang tidak mampu anda buka linknya atau tidak mampu anda baca sudah dinyatakan dengan sangat jelas bahwa seseorang seharusnya menyelidiki Sang Tathagata.

anda harus belajar lebih banyak lagi dan arahkan usaha anda ke hal yang benar.

danda kamma krn merenungkan, berpikir, berucap thatagatha tidak sesuai Buddhanusati.
seperti telur menumbuk batu.

metra

Quote from: Arya Karniawan on 02 December 2017, 12:12:06 PM
Makanya baca thread pake niat ingin jawab pertanyaannya, jangan niatnya yang lain (kek nyampah, blamming, dan Ad hom). Pan jadinya malah gak nyambung...  =)) Buddha itu cuman salah satu contoh, ada contoh lainnya (baca sendiri) dan ditutup dengan pertanyaan. Pertanyaannya tuh paling bawah, liat kan?  =))

Thatagatha di perbincangkan seperti itu.contoh pun tdk pantas.

Ada tidak pengecualian buddhanusati dgn sbg contoh, alat peraga, percobaan.

Menurut sy tidak ada

Indra

Quote from: metra on 02 December 2017, 12:15:19 PM
danda kamma krn merenungkan, berpikir, berucap thatagatha tidak sesuai Buddhanusati.
seperti telur menumbuk batu.

anda memang g o b l o k luar biasa. tunjukkan bagian mana saya mengatakan tidak sesuai. memahami kalimat sederhana pun anda tdk mampu.

maaf teman2 kalau saya agak kasar, tapi mengatakan go-blok kpd orang go-blok adalah ucapan benar. dan juga sang buddha mengajarkan ttg tau kapan harus ngomong kasar, menurut saya ini waktu yg tepat.

Arya Karniawan

Quote from: metra on 02 December 2017, 12:18:09 PM
Thatagatha di perbincangkan seperti itu.contoh pun tdk pantas.

Ada tidak pengecualian buddhanusati dgn sbg contoh, alat peraga, percobaan.

Menurut sy tidak ada

Apa hubungannya Buddhanussati dengan memberikan contoh Tathagata sebagai salah satu contoh kasus?
#Jhindra

will_i_am

hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

metra


metra

Quote from: Indra on 02 December 2017, 12:50:33 PM
anda memang g o b l o k luar biasa. tunjukkan bagian mana saya mengatakan tidak sesuai. memahami kalimat sederhana pun anda tdk mampu.

maaf teman2 kalau saya agak kasar, tapi mengatakan go-blok kpd orang go-blok adalah ucapan benar. dan juga sang buddha mengajarkan ttg tau kapan harus ngomong kasar, menurut saya ini waktu yg tepat.

Benar demimian.
Belum tentu anda berani mengulangnya 3x seperti tisarana.

metra

Quote from: Arya Karniawan on 30 November 2017, 12:25:18 PM
Di Sutta seringkali dijumpai Buddha mengucapkan "dungu", "tolol", "bodoh", dll. Bukan cuma Buddha aja. Ditemukan juga Bhikkhu dan Deva mengucapkan hal kasar. Berikut potongan Suttanya:

(1) Deva mengatakan "tolol" pada Bhikkhu

...
"Bhikkhu itu menyambarku bagaikan seorang tolol
Yang tidak pada saat yang tepat, menasihati seorang pemburu
Yang mengembara di gunung-gunung berbatu
Dengan sedikit kebijaksanaan, tanpa akal sehat.

"Ia mendengarkan tetapi tidak memahami,
Ia menatap tetapi tidak melihat;
Walaupun Dhamma dibabarkan,
Si dungu tidak menangkap maknanya.

"Bahkan jika engkau membawa sepuluh pelita [ke hadapannya], Kassapa,
Ia tetap tidak melihat bentuk-bentuk,
Karena ia tidak memiliki mata untuk melihat."
...
(SN 9.3)

(2) Bhikkhu mengatakan dungu kepada Deva

...
"Tidak tahukah engkau, dungu,
Peribahasa para Arahant?
Segala bentukan adalah tidak kekal;
Bersifat muncul dan lenyap.
Setelah muncul, mereka lenyap:
Penenangannya adalah kebahagiaan.

"Sekarang aku tidak akan pernah lagi berdiam
Di antara kelompok para deva, Jālinī!
Pengembaraan dalam kelahiran telah berakhir:
Sekarang tidak ada lagi penjelmaan baru."
(SN 9.6)

###

Apakah kata-kata kasar boleh diucapkan jika waktunya tepat? 🤔 :-?

Ini tulisan Buddha di awalpost. dijadikan sbagai contoh atau alat peraga u menegaskan kalimat dibawahnya. Siapa yg nulis