Sonya Gutama Mau Aktif di Dhamma Cita

Started by Sonya Gutama, 10 February 2014, 04:11:57 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sonya Gutama

Hi semua...

Mau mulai aktif di DhammaCita.. Mohon bimbingan...  _/\_

Mau tanya sedikit nih..
Paritta/Sutra apa yang pas untuk mendoakan anggota keluarga agar kembali jadi Buddha lagi?
Thanks in advance..
Buddham Saranang Gacchami
Dhammam Saranang Gacchami
Sangham Saranang Gacchami

will_i_am

welcome :)

Quote from: Sonya Gutama on 10 February 2014, 04:11:57 PM
Hi semua...

Mau mulai aktif di DhammaCita.. Mohon bimbingan...  _/\_

Mau tanya sedikit nih..
Paritta/Sutra apa yang pas untuk mendoakan anggota keluarga agar kembali jadi Buddha lagi?
Thanks in advance..
emangnya kita sudah pernah menjadi buddha?
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

kullatiro

maksudnya mungkin beragama Buddha lagi.

Beragama Buddha dan bisa mempelajari nya (mengerti + bisa praktek sehari) adalah sebuah keberuntungan dan kesempatan langka yang disediakan dunia saat ini jadi tergantung kamma baik nya berbuah atau tidak.

Agama Buddha; tidak pernah memaksakan agar sesorang untuk masuk dan mempelajari nya karena agama Buddha memang bukan buat semua kalangan Manusia  hanya manusia tertentu dapat mempelajari, mengerti dan memperoleh manfaatnya.


The Ronald

Quote from: Sonya Gutama on 10 February 2014, 04:11:57 PM
Hi semua...

Mau mulai aktif di DhammaCita.. Mohon bimbingan...  _/\_

Mau tanya sedikit nih..
Paritta/Sutra apa yang pas untuk mendoakan anggota keluarga agar kembali jadi Buddha lagi?
Thanks in advance..

ga ada tuh..partitta /sutta yg dibaca..fungsinya untuk membuat seseorg kembali beragama Buddha
...

Sonya Gutama

Quote from: kullatiro on 10 February 2014, 04:41:43 PM
maksudnya mungkin beragama Buddha lagi.

Beragama Buddha dan bisa mempelajari nya (mengerti + bisa praktek sehari) adalah sebuah keberuntungan dan kesempatan langka yang disediakan dunia saat ini jadi tergantung kamma baik nya berbuah atau tidak.

Agama Buddha; tidak pernah memaksakan agar sesorang untuk masuk dan mempelajari nya karena agama Buddha memang bukan buat semua kalangan Manusia  hanya manusia tertentu dapat mempelajari, mengerti dan memperoleh manfaatnya.

iya...
Buddham Saranang Gacchami
Dhammam Saranang Gacchami
Sangham Saranang Gacchami

Sonya Gutama

Buddham Saranang Gacchami
Dhammam Saranang Gacchami
Sangham Saranang Gacchami

Lex Chan

IMHO, beragama Buddha itu bisa dianalogikan dengan berjodoh dengan pacar.

hayo, apakah ada doa / paritta / sutra / patidana untuk mendoakan pasangan pacar yang sudah putus untuk pacaran kembali?

maaf, kalau pertanyaan ini dijawab dengan pertanyaan lagi.. :-[

menurut saya, daripada mengharap anggota keluarga itu untuk beragama Buddha lagi, lebih baik mendoakan dia agar berbahagia dengan agama baru apapun yang diyakininya sekarang. toh, sebenarnya boleh dikatakan bahwa salah satu tujuan beragama (dan juga tujuan berpacaran) adalah agar berbahagia. kalau jodoh dengan pacar lama sudah selesai, silakan saja berpacaran dengan orang lain. nanti kalau jodohnya masih pacar yang lama, mungkin juga CLBK (cinta lama bersemi kembali).. tetapi biarkan semuanya berproses secara alami..  _/\_
"Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway"
-Mother Teresa-

morpheus

alasan mengapa seseorang memeluk sebuah agama adalah ranah psikologis, demikian juga alasan mengapa manusia memilih sebuah agama adalah ranah sosial...

jadi tentunya jawaban pertanyaan di atas adalah jawaban yang berhubungan dengan psikologis dan sosial, contohnya: bagaimana agama memberikan rasa nyaman, motivasi, memberikan komunitas, etc.

yang jelas jawabannya bukan yang berbau gaib seperti berpatidana dan sebangsanya...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

kullatiro

#8
Hanya bisa melakukan dana atas nama orang tersebut.

kakak sulung laki laki ku jadi muslim, hingga kematian menjemput.

kakak ke dua laki laki yang di paksa, dihajar oleh kakak perempuan untuk membaca paritta dll, ( dalam hal ini pendidikan agama buddha oleh keluarga) hingga kematian menjemput tidak tahu apakah bisa menerima ajaran Buddha.

wa sendiri ada memaksa mereka setidak nya untuk ikut kathina dan berdana sanghadana sekali seumur hidup mereka, sesudah itu terserah mereka.

Sonya Gutama

Quote from: Lex Chan on 10 February 2014, 05:08:02 PM
IMHO, beragama Buddha itu bisa dianalogikan dengan berjodoh dengan pacar.

hayo, apakah ada doa / paritta / sutra / patidana untuk mendoakan pasangan pacar yang sudah putus untuk pacaran kembali?

maaf, kalau pertanyaan ini dijawab dengan pertanyaan lagi.. :-[

menurut saya, daripada mengharap anggota keluarga itu untuk beragama Buddha lagi, lebih baik mendoakan dia agar berbahagia dengan agama baru apapun yang diyakininya sekarang. toh, sebenarnya boleh dikatakan bahwa salah satu tujuan beragama (dan juga tujuan berpacaran) adalah agar berbahagia. kalau jodoh dengan pacar lama sudah selesai, silakan saja berpacaran dengan orang lain. nanti kalau jodohnya masih pacar yang lama, mungkin juga CLBK (cinta lama bersemi kembali).. tetapi biarkan semuanya berproses secara alami..  _/\_

cara mendoakannya itu bgmn? paritta/sutra apa yang pas?

Quote from: morpheus on 10 February 2014, 05:14:52 PM
alasan mengapa seseorang memeluk sebuah agama adalah ranah psikologis, demikian juga alasan mengapa manusia memilih sebuah agama adalah ranah sosial...

jadi tentunya jawaban pertanyaan di atas adalah jawaban yang berhubungan dengan psikologis dan sosial, contohnya: bagaimana agama memberikan rasa nyaman, motivasi, memberikan komunitas, etc.

yang jelas jawabannya bukan yang berbau gaib seperti berpatidana dan sebangsanya...

hehehe...
sy penganut jalan tengah..
Dengan adanya logis, maka non logis ada...

Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.
Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.
Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu.
Dengan terhentinya ini, maka terhentilah itu.

Quote from: kullatiro on 10 February 2014, 05:19:06 PM
Hanya bisa melakukan dana atas nama orang tersebut.

kakak sulung laki laki ku jadi muslim, hingga kematian menjemput.

kakak ke dua laki laki yang di paksa, dihajar oleh kakak perempuan untuk membaca paritta dll, ( dalam hal ini penfidikan agama buddha oleh keluarga) hingga kematian menjemput tidak tahu apakah bisa menerima ajaran Buddha.

wa sendiri ada memaksa mereka setidak nya untuk ikut kathina dan berdana sanghadana sekali seumur hidup mereka, sesudah itu terserah mereka.

sabbe satta bhavantu sukhitata..
sadhu sadhu sadhu ...
Buddham Saranang Gacchami
Dhammam Saranang Gacchami
Sangham Saranang Gacchami

The Ronald

caranya beri pengertian benar..ga bisa dgn cara baca paritta..atau baca sutra...atau patidana

bahkan YM.Sariputta puntidak bisa dgn mudahnya membuat ibunya berkeyakinan kepada Buddha , ibunya jadi yakin..saat melihat para dewa , sakka, bahkan Brahma yah disembahnya.. memberi penghormatan kepada anaknya...tampa itu keknya nya susah deh..


org tua YM. Brahmadeva lain lg... ini kisahnya

(3) Brahmadeva
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Pada saat itu, seorang brahmana perempuan memiliki seorang putra bernama Brahmadeva <307> yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah di bawah Sang Bhagavā.

Kemudian, berdiam sendirian, tidak berkomunikasi dengan orang lain, tekun, rajin, dan teguh, Yang Mulia Brahmadeva, dengan menembus oleh dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini juga dan berdiam dalam tujuan yang tanpa bandingnya dari kehidupan suci yang dicari oleh seorang baik yang meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah. Ia secara langsung mengetahui: "Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi yang harus dilakukan oleh kondisi makhluk ini." Dan Yang Mulia Brahmadeva menjadi salah satu dari para Arahanta.376

Kemudian, pagi harinya, Yang Mulia Brahmadeva merapikanubahnya, dan membawa mangkuk dan jubahnya memasuki Sāvatthī untuk menerima dana makanan. Berjalan tanpa putus menerima dana makanan di Sāvatthī, ia sampai di rumah ibu kandungnya.377 [141]

Pada saat itu, brahmana perempuan, ibu kandung Yang Mulia Brahmadeva, telah secara rutin memberikan persembahan kepada Brahmā.378 Kemudian Brahmā Sahampati berpikir: "Brahmana perempuan ini, ibu kandung Yang Mulia Brahmadeva, telah secara rutin memberikan persembahan kepada Brahmā. Aku akan mendatanginya dan membangkitkan semangat religius dalam dirinya."

Kemudian, <308> secepat seorang kuat merentangkan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang terentang, Brahmā Sahampati lenyap dari Alam Brahmā dan muncul kembali di rumah ibu kandung Yang Mulia Brahmadeva. Kemudian sambil berdiri di udara, Brahmā Sahampati berkata kepada brahmana perempuan itu dalam syair:

565. "Alam Brahmā, Nyonya, adalah jauh dari sini.
Yang kepadanya engkau memberikan persembahan secara rutin.
Brahmā tidak memakan makanan seperti itu, Ibu: Mengapa berkomat-kamit, tidak mengetahui jalan menuju Brahmā?379

566. "Brahmadeva ini, Nyonya,
Tanpa perolehan, telah melampaui para deva.
Tidak memiliki apa-apa, tidak memberi makan siapa pun, Bhikkhu itu telah memasuki rumahmu untuk menerima dana makanan.380

567. "Layak menerima pemberian, guru-pengetahuan, terkembang batinnya, <309>
Ia layak menerima persembahan dari umat manusia dan para deva,
Setelah mengusir semua kejahatan, tanpa noda,
Dingin hatinya, ia datang mencari dana makanan.

568. "Baginya tidak ada apa pun di belakang atau di depan—damai, tidak berasap, tanpa masalah, tanpa keinginan; Ia telah menumbangkan tiang yang lemah dan yang kokoh: ia memakan persembahanmu, makanan pilihan.381

569. "Jauh dari keramaian, dengan pikiran tenang, Bagaikan nāga, ia mengembara, jinak, tidak kacau. Seorang bhikkhu dengan moralitas murni, terbebaskan dalam batin:
Biarkan ia memakan persembahanmu, makanan pilihan.382

570. "Dengan berkeyakinan padanya, bebas dari keraguan, [142] Serahkan persembahanmu kepada seorang yang layak menerimanya.
Setelah melihat seorang bijaksana yang telah menyeberangi banjir,
O, Nyonya, lakukanlah kebajikan yang dapat membawamu ke kebahagiaan di masa depan."383 <310>

571. Dengan berkeyakinan padanya, bebas dari keraguan,
Ia menyerahkan persembahannya kepada seorang yang
layak menerimanya.
Setelah melihat seorang bijaksana yang telah menyeberangi banjir,
Perempuan itu melakukan kebajikan yang dapat membawanya ke kebahagiaan di masa depan.384
...

Sonya Gutama

#11
Quote from: The Ronald on 10 February 2014, 06:28:06 PM

org tua YM. Brahmadeva lain lg... ini kisahnya

(3) Brahmadeva
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Pada saat itu, seorang brahmana perempuan memiliki seorang putra bernama Brahmadeva <307> yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah di bawah Sang Bhagavā.

Kemudian, berdiam sendirian, tidak berkomunikasi dengan orang lain, tekun, rajin, dan teguh, Yang Mulia Brahmadeva, dengan menembus oleh dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini juga dan berdiam dalam tujuan yang tanpa bandingnya dari kehidupan suci yang dicari oleh seorang baik yang meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah. Ia secara langsung mengetahui: "Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi yang harus dilakukan oleh kondisi makhluk ini." Dan Yang Mulia Brahmadeva menjadi salah satu dari para Arahanta.376

Kemudian, pagi harinya, Yang Mulia Brahmadeva merapikanubahnya, dan membawa mangkuk dan jubahnya memasuki Sāvatthī untuk menerima dana makanan. Berjalan tanpa putus menerima dana makanan di Sāvatthī, ia sampai di rumah ibu kandungnya.377 [141]

Pada saat itu, brahmana perempuan, ibu kandung Yang Mulia Brahmadeva, telah secara rutin memberikan persembahan kepada Brahmā.378 Kemudian Brahmā Sahampati berpikir: "Brahmana perempuan ini, ibu kandung Yang Mulia Brahmadeva, telah secara rutin memberikan persembahan kepada Brahmā. Aku akan mendatanginya dan membangkitkan semangat religius dalam dirinya."

Kemudian, <308> secepat seorang kuat merentangkan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang terentang, Brahmā Sahampati lenyap dari Alam Brahmā dan muncul kembali di rumah ibu kandung Yang Mulia Brahmadeva. Kemudian sambil berdiri di udara, Brahmā Sahampati berkata kepada brahmana perempuan itu dalam syair:

565. "Alam Brahmā, Nyonya, adalah jauh dari sini.
Yang kepadanya engkau memberikan persembahan secara rutin.
Brahmā tidak memakan makanan seperti itu, Ibu: Mengapa berkomat-kamit, tidak mengetahui jalan menuju Brahmā?379

566. "Brahmadeva ini, Nyonya,
Tanpa perolehan, telah melampaui para deva.
Tidak memiliki apa-apa, tidak memberi makan siapa pun, Bhikkhu itu telah memasuki rumahmu untuk menerima dana makanan.380

567. "Layak menerima pemberian, guru-pengetahuan, terkembang batinnya, <309>
Ia layak menerima persembahan dari umat manusia dan para deva,
Setelah mengusir semua kejahatan, tanpa noda,
Dingin hatinya, ia datang mencari dana makanan.

568. "Baginya tidak ada apa pun di belakang atau di depan—damai, tidak berasap, tanpa masalah, tanpa keinginan; Ia telah menumbangkan tiang yang lemah dan yang kokoh: ia memakan persembahanmu, makanan pilihan.381

569. "Jauh dari keramaian, dengan pikiran tenang, Bagaikan nāga, ia mengembara, jinak, tidak kacau. Seorang bhikkhu dengan moralitas murni, terbebaskan dalam batin:
Biarkan ia memakan persembahanmu, makanan pilihan.382

570. "Dengan berkeyakinan padanya, bebas dari keraguan, [142] Serahkan persembahanmu kepada seorang yang layak menerimanya.
Setelah melihat seorang bijaksana yang telah menyeberangi banjir,
O, Nyonya, lakukanlah kebajikan yang dapat membawamu ke kebahagiaan di masa depan."383 <310>

571. Dengan berkeyakinan padanya, bebas dari keraguan,
Ia menyerahkan persembahannya kepada seorang yang
layak menerimanya.
Setelah melihat seorang bijaksana yang telah menyeberangi banjir,
Perempuan itu melakukan kebajikan yang dapat membawanya ke kebahagiaan di masa depan.384

maunya keluarga dapat mengerti dengan benar dan persepsinya disamakan...
terimakasih
Buddham Saranang Gacchami
Dhammam Saranang Gacchami
Sangham Saranang Gacchami

pocongmohawk

Quote from: Sonya Gutama on 10 February 2014, 04:11:57 PM
Hi semua...

Mau mulai aktif di DhammaCita.. Mohon bimbingan...  _/\_

Mau tanya sedikit nih..
Paritta/Sutra apa yang pas untuk mendoakan anggota keluarga agar kembali jadi Buddha lagi?
Thanks in advance..

hi sonya
om pocong jg mohon bimbingannya ya. mari belajar dhamma bersama  :)
_/\_

Sonya Gutama

Quote from: pocongmohawk on 10 February 2014, 09:24:16 PM
hi sonya
om pocong jg mohon bimbingannya ya. mari belajar dhamma bersama  :)
_/\_

belajar Dhamma bersama oklah  _/\_
tp id om ituloh...  :|
Buddham Saranang Gacchami
Dhammam Saranang Gacchami
Sangham Saranang Gacchami

allthingmustpass

Quote from: Sonya Gutama on 10 February 2014, 04:11:57 PM
Hi semua...

Mau mulai aktif di DhammaCita.. Mohon bimbingan...  _/\_

Mau tanya sedikit nih..
Paritta/Sutra apa yang pas untuk mendoakan anggota keluarga agar kembali jadi Buddha lagi?
Thanks in advance..

salam kenal sonya  ;D

kalau sy nonton dari ceramah bhante uttamo mahathera, beragama itu masalah kecocokan dan jodoh saja...

mungkin saudara anda sudah selesai jodohnya di buddhisme...
saya googling sedikit di internet juga tidak dapat ditemukan parita/sutra yang bisa membuddhiskan orang...


curcol sedikit...
saya sendiri bukan berasal dari keluarga buddhis...
pacar sy (calon istri) juga bukan seagama (yang dulu alias K) dengan sy.
ditambah mayoritas negeri kita juga bukan beragama buddha atau agama sy yang dulu.

ya itulah jodoh, saya sangat bahagia berjodoh dengan buddhisme. ingin rasanya lingkungan saya, keluarga sy, teman-teman saya ikut menjadi buddhis supaya minimal sy tidak perlu "sembunyi-sembunyi" dalam beribadah. tapi ya namanya jodoh mau diapakan lg.
Do not pursue the past. Do not lose yourself in the future. The past no longer is. The future has not yet come. Looking deeply at life as it is. In the very here and now