Kamma = Jawaban praktis umat Buddha?

Started by dhammadinna, 05 July 2013, 08:33:21 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dhammadinna

Saya perhatikan, cukup banyak buddhist yang intens mengaitkan apapun dengan kamma.

Entah apa ya sebutan yang pas? mungkin kamma itu seperti dijadikan jawaban-praktis atas sesuatu yang tidak kita pahami.

Ohh.. tentu itu karena kamma-nya...
Ohh dia begitu sesuai kamma-nya...

Sepertinya, sedikit-sedikit kamma... Padahal entah perbuatan-lalu apa yang menyebabkan sesuatu itu terjadi pun kita belum tentu tau secara pasti. Pokoknya kamma-lah...

Daripada meng-kambing-hitam-kan kamma, saya lebih condong menjawab bahwa: "saya tidak tahu". Sesuai teori dan logika, kita bisa berspekulasi. Tapi apa yang pasti, bukankah kita tidak tau?

Ada yang pernah bertanya, kenapa seseorang meninggal? apa karena kammanya? Ini juga menurut saya adalah pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan. Meninggal ya meninggal. Kok bahas kamma?
_________________________

Lalu ada satu hal lagi, yaitu tentang menggolongkan sesuatu sebagai kamma buruk atau baik. Sebagian orang takut melakukan karma buruk, karena takut atas buahnya. Dan sebaliknya.

Mulailah sebagian orang sibuk menggolongkan sesuatu sebagai baik atau buruk. Fangsen, adalah salah satu perbuatan yang berdasarkan logika adalah karma baik. Maka orang berbondong-bondong fangsen, tanpa benar-benar memikirkan kebahagiaan hewan yang difangsen (contoh: burung dibiarkan berdesakan lama-lama dalam satu sangkar, atau ikan dilepaskan di sungai yang ada predatornya. Intinya mah, fangsen lah).

Sederhananya, kamma itu niat. Intropeksi diri dengan jujur aja, kita bisa tau apakah sesuatu itu memang baik karena berdasarkan logika adalah baik? Atau sebenarnya buruk, walaupun tampak baik?
______________________

Lalu tentang apa yang orang lain lakukan...

Kadang kita tertarik juga menggolongkannya sebagai kamma baik atau buruk. Tujuannya apa? Seperti di thread sebelah tentang seorang bhikkhu yang lepas jubah. Ada yang menanyakan, bhikkhu itu melakukan kamma burukkah? dan wanitanya, kamma buruk juga ga ya? Saya rasa jawaban atas pertanyaan ini akan membingungkan... toh yang kudu intropeksi diri adalah si empunya pikiran bukan?
_______________________

Saya lebih suka untuk tidak memperlakukan kamma sebagai jawaban-praktis. Dan lebih suka untuk tidak berspekulasi tentangnya...

Kita intropeksi diri saja dengan jujur, apakah suatu perbuatan/ucapan/pikiran adalah baik atau tidak. Saya rasa ini lebih tidak repot dan tidak ribet..

Sedangkan tentang pikiran orang lain, itu lebih-lebih lagi di luar kuasa kita.
_______________________

Bagaimana menurut kalian?  :D

Indra

sebenarnya mengaitkan segala sesuatu yg terjadi dengan kamma juga tidak salah, karena suka atau tidak memang demikianlah yg kita yakini dan sepakati walaupun sulit sekali (bukan mustahil) untuk membuktikannya. hanya saja yg sering keliru dalam hal ini adalah dalam membedakan kamma dan vipaka, sering kali yg secara umum disebut kamma sebenarnya yg dimaksudkan adalah vipaka.

hemayanti

"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

seniya

Quote from: Indra on 05 July 2013, 08:48:57 AM
sebenarnya mengaitkan segala sesuatu yg terjadi dengan kamma juga tidak salah, karena suka atau tidak memang demikianlah yg kita yakini dan sepakati walaupun sulit sekali (bukan mustahil) untuk membuktikannya. hanya saja yg sering keliru dalam hal ini adalah dalam membedakan kamma dan vipaka, sering kali yg secara umum disebut kamma sebenarnya yg dimaksudkan adalah vipaka.

Bukannya kamma bukan satu2nya penyebab, om Indra, jadi gak semua krn kamma juga ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

adi lim

Quote from: Indra on 05 July 2013, 08:48:57 AM
sebenarnya mengaitkan segala sesuatu yg terjadi dengan kamma juga tidak salah, karena suka atau tidak memang demikianlah yg kita yakini dan sepakati walaupun sulit sekali (bukan mustahil) untuk membuktikannya. hanya saja yg sering keliru dalam hal ini adalah dalam membedakan kamma dan vipaka, sering kali yg secara umum disebut kamma sebenarnya yg dimaksudkan adalah vipaka.

setuju
persepsi sebagian besar memang begitu
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

adi lim

Quote from: ariyakumara on 05 July 2013, 02:14:56 PM
Bukannya kamma bukan satu2nya penyebab, om Indra, jadi gak semua krn kamma juga ;D

kamma hanya 1 dari 24 bagian kondisi
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Indra

Quote from: ariyakumara on 05 July 2013, 02:14:56 PM
Bukannya kamma bukan satu2nya penyebab, om Indra, jadi gak semua krn kamma juga ;D

ya tapi itu akan mengarah pada perdebatan apakah sumber itu otentik atau tidak.

seniya

Quote from: adi lim on 05 July 2013, 03:12:11 PM
kamma hanya 1 dari 24 bagian kondisi

Quote from: Indra on 05 July 2013, 03:15:09 PM
ya tapi itu akan mengarah pada perdebatan apakah sumber itu otentik atau tidak.

Kalo masalah keotentikan, dalam sutta juga ada, misalnya Lonaphala Sutta (AN 3.100) dan Sivaka Sutta (SN 36.21).
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Indra

Quote from: ariyakumara on 05 July 2013, 05:09:01 PM
Kalo masalah keotentikan, dalam sutta juga ada, misalnya Lonaphala Sutta (AN 3.100) dan Sivaka Sutta (SN 36.21).

AN 3:100 tidak tepat untuk kasus ini, yaitu "tidak persis sama" bisa bermakna "bisa berbeda" tapi tidak bisa diartikan "sama sekali bukan"

SN 36.21 lebih mendekati, hanya saja itu sepertinya spesifik hanya untuk perasaan dan dimasukkan dalam kelompok Vedanasamyutta.

seniya

Quote from: Indra on 05 July 2013, 05:47:11 PM
AN 3:100 tidak tepat untuk kasus ini, yaitu "tidak persis sama" bisa bermakna "bisa berbeda" tapi tidak bisa diartikan "sama sekali bukan"

SN 36.21 lebih mendekati, hanya saja itu sepertinya spesifik hanya untuk perasaan dan dimasukkan dalam kelompok Vedanasamyutta.

Ya, setidaknya mendekati ;D

Ada juga AN 3.61 juga yang lebih mendekati....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Indra

Quote from: ariyakumara on 05 July 2013, 06:10:44 PM
Ya, setidaknya mendekati ;D

Ada juga AN 3.61 juga yang lebih mendekati....

AN 3:61 adalah cara pembabaran lain dengan makna serupa dengan SN 3.61

seniya

Quote from: Indra on 05 July 2013, 09:19:47 PM
AN 3:61 adalah cara pembabaran lain dengan makna serupa dengan SN 3.61 36.21

Angkanya saja hampir mirip :hammer:

Jadi, om, ada tidak sutta yang secara khusus mendukung pandangan dalam Abhidhamma bahwa kamma bukan sebab satu-satunya?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Indra

Quote from: ariyakumara on 05 July 2013, 11:16:14 PM
Angkanya saja hampir mirip :hammer:

Jadi, om, ada tidak sutta yang secara khusus mendukung pandangan dalam Abhidhamma bahwa kamma bukan sebab satu-satunya?

none that i know

Alucard Lloyd

 _/\_


setiap orang ingin sebuah jawaban pasti dalam setiap masalah dalam kehidupannya dan bila ia tidak menemukan jawabannya maka ia akan berspekulasi atas jawaban itu dengan sesuatu yang tak dapat (belum dapat) dipikirkan kebenarannya. contoh kenapa dia terlahir dikeluarga miskin dan terlahir cacat maka orang akan bilang takdir,karmanya dan lain sebagainya,yang kebenarannya belum tentu benar atas pemikiran tersebut.


karma adalah sebuah hukum alam yang universal dan begitu adanya. karma dipelajari agar kita mengerti sebuah hukum akan sebab akibat yang terjadi didunia ini. karma dapat digunakan sebagai sebuah pengetahuan dan sebuah alasaan untuk menerima suatu kondisi yang kita tidak harapkan. contoh kenapa saya lahir dikeluarga ini dan dalam keadaan miskin dan cacat? oh, ini mungkin karena karma masa lampau saya yang berbuah dikehidupan sekarang. bila seseorang dapat menerima alasaan tersebut maka alasaan ini cocok untuk dia.


kesalahan berpikir kita yang sering terjadi adalah kita selalu mencari yang benar bagi kita (ideal) dan ini yang sebenarnya menjadi sebuah senjata bumerang bagi kita sendiri bila kita tak berhati hati memainkannya. kehidupan manusia saat ini dilihat sebagai saya yang paling benar dan kamu salah, sebenarnya salah dan benar ada sejak dulu bagai siang dan malam mengapa karena ini sudah sebuah situasi yang mengambarkan 3 corak kehidupan dhukha, anica, dan anatta. marilah kita melihat kehidupan sebagaimana adanya dengan jendela cinta kasih (metta) maka kehidupan kita akan bahagia apa pun itu bentuknya. contoh cerita seorang suami berkelahi dengan istrinya dalam sebuah masalah dan mereka berpisah sejenak untuk mendinginkan hati mereka dari emosi yang terjadi, dalam waktu yang singkat sang suami kembali dan berkata kepada istrinya. aku tidak peduli siapa yang benar dan salah siapa yang menang atau kalah, aku hanya ingin kita bahagia, aku harap kau pun demikian bila ini menjadi masalah bagimu mari kita selesaikan bersama sama, karena aku mencintaimu. maka sang istri pun memeluk suaminya dengan senyum bahagia. ini bagai cerita bebek dan ayam ajahn brham jangan pusing kan ini suara bebek atau ayam tapi pusing kan lah kebahagian anda dan pasangan anda.

Agama ku tidak bernama
Karena guru ku telah parinibbana
Yang tertinggal hanyalah dahmma
Agar aku dapat mencapai nibbana

dhammadinna

Thanks semuanya atas komentar-komentarnya....

Quote from: Alucard Lloyd on 06 July 2013, 07:52:19 AM
setiap orang ingin sebuah jawaban pasti dalam setiap masalah dalam kehidupannya dan bila ia tidak menemukan jawabannya maka ia akan berspekulasi atas jawaban itu dengan sesuatu yang tak dapat (belum dapat) dipikirkan kebenarannya. contoh kenapa dia terlahir dikeluarga miskin dan terlahir cacat maka orang akan bilang takdir,karmanya dan lain sebagainya,yang kebenarannya belum tentu benar atas pemikiran tersebut.

karma adalah sebuah hukum alam yang universal dan begitu adanya. karma dipelajari agar kita mengerti sebuah hukum akan sebab akibat yang terjadi didunia ini. karma dapat digunakan sebagai sebuah pengetahuan dan sebuah alasaan untuk menerima suatu kondisi yang kita tidak harapkan. contoh kenapa saya lahir dikeluarga ini dan dalam keadaan miskin dan cacat? oh, ini mungkin karena karma masa lampau saya yang berbuah dikehidupan sekarang. bila seseorang dapat menerima alasaan tersebut maka alasaan ini cocok untuk dia.

tidak semua orang. Ada juga orang yang lebih puas dengan kenyataan bahwa ia tidak tau, daripada berusaha meyakini hal-hal yang ia sendiri tidak begitu yakin.