57 (3) Enam Kelompok
Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Rājagaha di Gunung Puncak Nasar. Kemudian Yang Mulia Ānanda mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata:
“Bhante, Pūraṇa Kassapa menggambarkan enam kelompok:<1378> kelompok hitam, kelompok biru, kelompok merah, kelompok kuning, kelompok putih, dan kelompok putih yang tertinggi.
“Ia menggambarkan kelompok hitam sebagai para penjagal domba, babi, unggas, dan rusa; para pemburu dan nelayan; para pencuri, algojo, dan sipir penjara; atau mereka yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kejam lainnya.
“Ia menggambarkan kelompok biru sebagai para bhikkhu yang hidup dari duri-duri<1379> atau yang lainnya yang menganut doktrin kamma, doktrin efektivitas perbuatan-perbuatan.
“Ia menggambarkan kelompok merah sebagai para Nigaṇṭha [384] yang mengenakan satu jubah.
“Ia menggambarkan kelompok kuning sebagai para umat awam dari para petapa telanjang.
“Ia menggambarkan kelompok putih sebagai para Ājīvaka laki-laki dan perempuan.
“Ia menggambarkan kelompok putih yang tertinggi sebagai Nanda Vaccha, Kisa Saṅkicca, dan Makkhali Gosāla.
“Pūraṇa Kassapa, Bhante, telah menggambarkan keenam kelompok ini.”
“Tetapi, Ānanda, apakah seluruh dunia memberi kuasa kepada Pūraṇa Kassapa untuk menggambarkan keenam kelompok ini?”
“Tentu saja tidak, Bhante.”
“Misalkan, Ānanda, ada seorang miskin, melarat, dan papa. Mereka memaksakan sepotong [daging] kepadanya tanpa kehendaknya, dengan berkata: ‘Teman, engkau harus memakan sepotong daging ini dan membayarnya.’ Dengan cara yang sama, tanpa persetujuan para petapa dan brahmana, Pūraṇa Kassapa telah menggambarkan enam kelompok ini dengan cara yang dungu, tidak kompeten, tidal ahli, dan tidak terampil. Tetapi Aku, Ānanda, menggambarkan enam kelompok [berbeda]. Dengarkan dan perhatikanlah. Aku akan berbicara.”
“Baik, Bhante,” Yang Mulia Ānanda menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:
“Dan apakah, Ānanda, enam kelompok ini? (1) Di sini, seseorang dari kelompok hitam menghasilkan keadaan hitam. (2) Seseorang dari kelompok hitam menghasilkan keadaan putih. (3) Seseorang dari kelompok hitam menghasilkan nibbāna,<1380> yang tidak hitam juga tidak putih. (4) Kemudian, seseorang [385] dari kelompok putih menghasilkan keadaan hitam. (5) Seseorang dari kelompok putih menghasilkan keadaan putih. (6) Dan seseorang dari kelompok putih menghasilkan nibbāna, yang tidak hitam juga tidak putih.
(1) “Dan bagaimanakah, Ānanda, bahwa seseorang dari kelompok hitam menghasilkan keadaan hitam? Di sini, seseorang terlahir kembali dalam keluarga rendah – keluarga caṇḍāla, pekerja bambu, pemburu, pembuat kereta, atau pemungut bunga - yang miskin, dengan sedikit makanan dan minuman, yang bertahan hidup dengan susah-payah, di mana makanan dan pakaian diperoleh dengan susah-payah; dan ia buruk rupa, tidak menyenangkan dilihat, cebol, dan banyak penyakit – buta, pincang, timpang, atau lumpuh.<1381> Ia tidak memperoleh makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan; kalung bunga, wangi-wangian, dan salep; tempat tidur, tempat tinggal, dan penerangan. Ia melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Sebagai akibatnya, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di alam rendah, di neraka. Dengan cara demikianlah seseorang dari kelompok hitam menghasilkan keadaan hitam.
(2) “Dan bagaimanakah, Ānanda, bahwa seseorang dari kelompok hitam menghasilkan keadaan putih? Di sini, seseorang terlahir kembali dalam keluarga rendah … Ia tidak memperoleh makanan … dan penerangan. Ia melakukan perbuatan baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Sebagai akibatnya, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga. Dengan cara demikianlah seseorang dari kelompok hitam menghasilkan keadaan putih.
(3) “Dan bagaimanakah, Ānanda, bahwa seseorang dari kelompok hitam yang menghasilkan nibbāna, yang tidak hitam juga tidak putih? Di sini, seseorang terlahir kembali dalam keluarga rendah … [386] … Ia tidak memperoleh makanan … dan penerangan. Setelah mencukur rambut dan janggutnya, ia mengenakan jubah kuning dan meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah. Ketika ia telah meninggalkan keduniawian demikian, ia meninggalkan kelima rintangan, kekotoran pikiran, hal-hal yang melemahkan kebijaksanaan; dan kemudian, dengan pikiran yang ditegakkan dengan baik dalam empat penegakan perhatian, ia dengan benar mengembangkan ketujuh faktor pencerahan dan menghasilkan nibbāna, yang tidak hitam juga tidak putih. Dengan cara demikianlah seseorang dari kelompok hitam yang menghasilkan nibbāna, yang tidak hitam juga tidak putih.
(4) “Dan bagaimanakah, Ānanda, bahwa seseorang dari kelompok putih menghasilkan keadaan hitam? Di sini, seseorang terlahir kembali dalam keluarga mulia – keluarga khattiya yang makmur, keluarga brahmana yang makmur, atau keluarga perumah tangga yang makmur – seorang yang kaya, dengan harta dan kekayaan besar, dengan emas dan perak berlimpah, dengan pusaka dan kepemilikan berlimpah, dengan kekayaan dan panen berlimpah; dan ia rupawan, menarik, anggun, memiliki kecantikan sempurna. Ia memperoleh makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan; kalung bunga, wangi-wangian, dan salep; tempat tidur, tempat tinggal, dan penerangan. Ia melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Sebagai akibatnya, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan yang buruk, di alam rendah, di neraka. Dengan cara demikianlah seseorang dari kelompok putih menghasilkan keadaan hitam.
(5) “Dan bagaimanakah, Ānanda, bahwa seseorang dari kelompok putih menghasilkan keadaan putih? Di sini, seseorang terlahir kembali dalam keluarga mulia … Ia memperoleh makanan … dan penerangan. Ia melakukan perbuatan baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Sebagai akibatnya, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga. Dengan cara demikianlah seseorang dari kelompok hitam menghasilkan keadaan putih.
(6) “Dan bagaimanakah, Ānanda, bahwa seseorang dari kelompok putih yang menghasilkan nibbāna, yang tidak hitam juga tidak putih? [387] Di sini, seseorang terlahir kembali dalam keluarga mulia … Ia memperoleh makanan … dan penerangan. Setelah mencukur rambut dan janggutnya, ia mengenakan jubah kuning dan meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah. Ketika ia telah meninggalkan keduniawian demikian, ia meninggalkan kelima rintangan, kekotoran pikiran, hal-hal yang melemahkan kebijaksanaan; dan kemudian, dengan pikiran yang ditegakkan dengan baik dalam empat penegakan perhatian, ia dengan benar mengembangkan ketujuh faktor pencerahan dan menghasilkan nibbāna, yang tidak hitam juga tidak putih. Dengan cara demikianlah seseorang dari kelompok hitam yang menghasilkan nibbāna, yang tidak hitam juga tidak putih. Dengan cara demikianlah seseorang dari kelompok hitam yang menghasilkan nibbāna, yang tidak hitam juga tidak putih.
“Ini, Ānanda, adalah keenam kelompok itu.”
58 (4) Noda-Noda
“Para bhikkhu, dengan memiliki enam kualitas, seorang bhikkhu adalah layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, lahan jasa yang tiada taranya di dunia. Apakah enam ini? Di sini, melalui pengendalian seorang bhikkhu telah meninggalkan noda-noda yang harus ditinggalkan dengan melalui pengendalian; melalui penggunaan ia telah meninggalkan noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penggunaan; melalui kesabaran dalam menahankan ia telah meninggalkan noda-noda yang harus ditinggalkan melalui kesabaran dalam menahankan; melalui penghindaran ia telah meninggalkan noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penghindaran; melalui penghalauan ia telah meninggalkan noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penghalauan; dan melalui pengembangan ia telah meninggalkan noda-noda yang harus ditinggalkan melalui pengembangan.<1382>
(1) “Dan apakah, para bhikkhu, noda-noda yang harus ditinggalkan melalui pegendalian yang telah ditinggalkan melalui pengendalian? Di sini, setelah merefleksikan dengan seksama, seorang bhikkhu berdiam dengan terkendali pada indria mata. Noda-noda [388] itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seorang yang tidak terkendali pada indria mata tidak muncul pada seorang yang terkendali pada indria mata. Setelah merefleksikan dengan seksama, seorang bhikkhu berdiam dengan terkendali pada indria telinga … indria hidung … indria lidah … indria badan … indria pikiran. Noda-noda itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seorang yang tidak terkendali pada indria pikiran tidak muncul pada seorang yang terkendali pada indria pikiran. Noda-noda itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seseorang yang berdiam dengan tidak terkendali [pada hal-hal ini] tidak muncul pada seseorang yang berdiam dengan terkendali.<1383> Ini disebut noda-noda yang harus ditinggalkan melalui pengendalian yang telah ditinggalkan melalui pengendalian.
(2) “Dan apakah noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penggunaan yang telah ditinggalkan melalui penggunaan? Di sini, setelah merefleksikan dengan seksama, seorang bhikkhu menggunakan jubah hanya untuk mengusir dingin; untuk mengusir panas; untuk mengusir kontak dengan lalat, nyamuk, angin, panas matahari, dan ular-ular; dan hanya untuk menutupi bagian tubuh yang pribadi. Setelah merefleksikan dengan seksama, ia menggunakan dana makanan bukan untuk kenikmatan juga bukan untuk kemabukan juga bukan untuk keindahan dan kemenarikan fisik, melainkan hanya untuk menyokong dan memelihara tubuh ini, untuk menghindari bahaya, dan untuk membantu kehidupan spiritual, dengan pertimbangan: ‘Dengan demikian aku akan menghentikan perasaan lama dan tidak membangkitkan perasaan baru, dan aku akan sehat dan tanpa cela dan berdiam dengan nyaman.’ Setelah merefleksikan dengan seksama, seorang bhikkhu menggunakan tempat tinggal hanya untuk mengusir dingin; untuk mengusir panas; untuk mengusir kontak dengan lalat, nyamuk, angin, panas matahari, dan ular-ular; dan hanya untuk perlindungan dari cuaca ganas dan untuk menikmati keterasingan. Setelah merefleksikan dengan seksama, ia menggunakan obat-obatan dan perlengkapan bagi yang sakit hanya untuk mengusir perasaan-perasaan menyakitkan yang telah muncul dan untuk memelihara kesehatan. [389] Noda-noda itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seseorang yang tidak menggunakan [benda-benda ini] tidak muncul pada seseorang yang menggunakannya. Ini disebut noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penggunaan yang telah ditinggalkan melalui penggunaan.
(3) “Dan apakah noda-noda yang harus ditinggalkan melalui kesabaran dalam menahankan yang telah ditinggalkan melalui kesabaran dalam menahankan? Di sini, setelah merefleksikan dengan seksama seorang bhikkhu dengan sabar menahankan dingin dan panas, lapar dan haus; kontak dengan lalat, nyamuk, angin, panas matahari yang membakar, dan ular-ular; ucapan yang kasar dan menghina; ia menahankan perasaan jasmani yang muncul yang menyakitkan, menyiksa, tajam, menusuk, mengerikan, tidak menyenangkan, melemahkan vitalitasnya. ] Noda-noda itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seseorang yang tidak dengan sabar menahankan [hal-hal ini] tidak muncul pada seseorang yang dengan sabar menahankannya. Ini disebut noda-noda yang harus ditinggalkan melalui kesabaran dalam menahankan yang telah ditinggalkan melalui kesabaran dalam menahankan.
(4) “Dan apakah noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penghindaran yang telah ditinggalkan melalui penghindaran? Di sini, setelah merefleksikan dengan seksama seorang bhikkhu menghindari gajah liar, kuda liar, sapi liar, dan anjing liar; ia menghindari ular, tunggul, rumpun berduri, lubang, tebing curam, tempat sampah, dan lubang kakus. Setelah merefleksikan dengan seksama, ia menghindari duduk di tempat-tempat duduk yang tidak selayaknya, dan menghindari mengembara di tempat menerima dana makanan yang tidak layak, dan menghindari bergaul dengan teman-teman jahat, agar teman-temannya para bhikkhu yang bijaksana tidak mencurigainya telah melakukan perbuatan jahat. Noda-noda itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seseorang yang tidak menghindari [hal-hal ini] tidak muncul pada seseorang yang menghindarinya. [390] Ini disebut noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penghindaran yang telah ditinggalkan melalui penghindaran.
(5) “Dan apakah noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penghalauan yang telah ditinggalkan melalui penghalauan? Di sini, setelah merefleksikan dengan seksama seorang bhikkhu tidak membiarkan pikiran indriawi yang telah muncul; ia meninggalkannya, menghalaunya, menghentikannya, dan melenyapkannya. Setelah merefleksikan dengan seksama, ia tidak membiarkan pikiran berniat buruk yang telah muncul … pikiran mencelakai yang telah muncul … kondisi-kondisi tidak bermanfaat kapan pun munculnya; ia meninggalkannya, menghalaunya, menghentikannya, dan melenyapkannya. Noda-noda itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seseorang yang tidak menghalau [hal-hal ini] tidak muncul pada seseorang yang menghalaunya. Ini disebut noda-noda yang harus ditinggalkan melalui penghalauan yang telah ditinggalkan melalui penghalauan.
(6) “Dan apakah noda-noda yang harus ditinggalkan melalui pengembangan yang telah ditinggalkan melalui pengembangan? Di sini, setelah merefleksikan dengan seksama seorang bhikkhu mengembangkan faktor pencerahan perhatian, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang dalam pembebasan. Setelah merefleksikan dengan seksama, ia mengembangkan faktor pencerahan pembedaan fenomena-fenomena … faktor pencerahan kegigihan … faktor pencerahan sukacita … faktor pencerahan ketenangan … faktor pencerahan konsentrasi … faktor pencerahan keseimbangan, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang dalam pembebasan. Noda-noda itu, yang menyusahkan dan menyebabkan demam, yang mungkin muncul pada seseorang yang tidak mengembangkan [hal-hal ini] tidak muncul pada seseorang yang mengembangkannya. Ini disebut noda-noda yang harus ditinggalkan melalui pengembangan yang telah ditinggalkan melalui pengembangan.
“Dengan memiliki enam kualitas, seorang bhikkhu adalah layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, lahan jasa yang tiada taranya di dunia.” [391]
59 (5) Dārukammika
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Nādika di aula bata. Kemudian perumah tangga Dārukammika<1384> mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, dan duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya: “Apakah keluargamu memberikan pemberian-pemberian, perumah tangga?”
“Keluargaku memberikan pemberian-pemberian, Bhante. Dan pemberian-pemberian itu diberikan kepada para bhikkhu yang adalah para Arahant atau yang berada pada jalan menuju Kearahattaan, mereka yang adalah para penghuni hutan, para pengumpul dana makanan, dan pemakai jubah potongan kain.”<1385>
“Karena, perumah tangga, engkau adalah seorang umat awam yang menikmati kenikmatan-kenikmatan indria, tinggal di rumah yang penuh dengan anak-anak, menggunakan kayu cendana dari Kāsi, mengenakan kalung bunga, wangi-wangian, dan salep, dan menerima emas dan perak, adalah sulit bagimu untuk mengetahui: ‘Mereka ini adalah para Arahant atau yang berada pada jalan menuju Kearahattaan.’
(1) “Jika, perumah tangga, seorang bhikkhu adalah seorang penghuni hutan gelisah, tinggi hati, banyak bicara, berbicara tanpa tujuan, berpikiran kacau, tanpa pemahaman jernih, tidak terkonsentrasi, dengan pikiran mengembara, dengan organ-organ indria kendur, maka dalam aspek ini ia adalah tercela. Tetapi jika seorang bhikkhu yang adalah seorang penghuni hutan tidak gelisah, tidak tinggi hati, tidak banyak bicara dan tidak berbicara tanpa tujuan, melainkan memiliki perhatian yang ditegakkan, memahami dengan jernih, terkonsentrasi, dengan pikiran terpusat, dengan organ-organ indria terkendali, maka dalam aspek ini ia adalah terpuji.
(2) “Jika seorang bhikkhu yang menetap di pinggiran sebuah desa gelisah … dengan organ-organ indria kendur, maka dalam aspek ini ia adalah tercela. Tetapi jika seorang bhikkhu yang menetap di pinggiran sebuah desa tidak gelisah … dengan organ-organ indria terkendali, maka dalam aspek ini ia adalah terpuji.
(3) “Jika seorang bhikkhu yang adalah seorang pengumpul dana makanan gelisah … dengan organ-organ indria kendur, maka dalam aspek ini ia adalah tercela. Tetapi jika seorang bhikkhu yang adalah seorang pengumpul dana makanan tidak gelisah … [392] … dengan organ-organ indria terkendali, maka dalam aspek ini ia adalah terpuji.
(4) “Jika seorang bhikkhu yang menerima undangan-undangan makan gelisah … dengan organ-organ indria kendur, maka dalam aspek ini ia adalah tercela. Tetapi jika seorang bhikkhu yang menerima undangan-undangan makan tidak gelisah … dengan organ-organ indria terkendali, maka dalam aspek ini ia adalah terpuji.
(5) “Jika seorang bhikkhu yang mengenakan jubah potongan kain gelisah … dengan organ-organ indria kendur, maka dalam aspek ini ia adalah tercela. Tetapi jika seorang bhikkhu yang mengenakan jubah potongan kain tidak gelisah … dengan organ-organ indria terkendali, maka dalam aspek ini ia adalah terpuji.
(6) “Jika seorang bhikkhu yang mengenakan jubah yang diberikan oleh para perumah tangga gelisah … dengan organ-organ indria kendur, maka dalam aspek ini ia adalah tercela. Tetapi jika seorang bhikkhu yang mengenakan jubah yang diberikan oleh para perumah tangga tidak gelisah … dengan organ-organ indria terkendali, maka dalam aspek ini ia adalah terpuji.
“Marilah, perumah tangga, berikanlah pemberian kepada Saṅgha. Ketika engkau memberikan pemberian kepada Saṅgha, maka pikiranmu akan menjadi yakin. Ketika pikiranmu yakin, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, engkau akan terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga.”
“Bhante, mulai hari ini dan seterusnya aku akan memberikan pemberian kepada Saṅgha.”<1386>