Sebagian umat kr****n di Aceh tak bisa gelar misa di gereja

Started by Sunya, 28 December 2012, 08:19:06 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sunya

Para jemaat dari sembilan gereja di Kota Banda Aceh tersebut menggelar misa di lokasi terpisah secara tertutup.

Seperti Gereja Bethel Indonesia yang berencana melakukan misa dan perayaan natal secara sederhana di salah satu rumah makan di ibukota provinsi Aceh.

Pendeta Nico Tarigan dari Gereja Bethel Indonesia mengatakan misa dan perayaan Natal terpaksa dilakukan tertutup karena khawatir adanya ancaman pembubaran dari pihak tertentu.

"Kami sudah dapat tempatnya dan besok kita akan mengadakan ibadah Natal pada pukul 9, di sebuah restoran, kalo tahun sebelumnya bisa lebih meriah ya kita ga punya rasa takut atau khawatir untuk mengadakan ibadah, apalagi Natal kan umum dimana-mana orang merayakan Natal," kata Nico.

Menurut Nico, perayaan Natal ini berbeda dengan tahun lalu.

"Tahun ini sifatnya lebih mencekam begitu takut juga sih, tiba-tiba nanti ada orang atau apa gitu," tambah Nico.

Sementara itu untuk ibadah mingguan dilakukan di rumah-rumah jemaat Gereja Bethel secara bergantian.

Pertengahan Oktober lalu, pemerintah Kota Banda Aceh menutup dan menghentikan kegiatan keagamaan di sembilan gereja dan enam Vihara Budha dengan alasan tidak memiliki ijin.

Lembaga pemerhati masalah HAM Setara Institut menyebutkan kasus penutupan rumah ibadah di Aceh banyak terjadi selama tahun 2012, padahal sebelumnya tidak pernah terjadi kasus semacam itu selamalimatahun terakhir.

Aceh termasuk provinsi yang menurut Setara memiliki tingkat pelanggaran kebebasan beragama tertinggi dengan 36 peristiwa, setelah Jawa Barat, Jawa Timur, kemudian Jawa tengah dan Sulawesi Selatan.

Dari hasil pantauan selama 2012, Setara mencatat terjadi 264 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan 371 merupakan bentuk tindakan yang menghambat kebebasan beragama.

Peneliti Setara Ismail Hasani mengatakan kondisi pelarangan ibadah di berbagai wilayah diIndonesiatak banyak berubah karena pemerintah pusat tidak melakukan upaya pencegahan.

"Pembiaran yang dilakukan oleh kepala negara disituasi semacam ini membuat pemda-pemda menjadi amat liar tidak memiliki pedoman yang sama dalam mengatasi situasi semacam ini, sepeti kita lihat di Aceh dan di wilayah lain, kepala daerah memainkan isu ini dikonteks lokal," jelas Ismail.

Untuk pengamanan misa Natal, pemeriksaan dilakukan di gereja-gereja yang ada di Jakarta dan sejumlah daerah, yang melibatkan personil penjinak bom Gegana, mulai Senin (24/12) pagi.

Kepolisian Indonesia menerjunkan lebih dari 82 ribu personil di 3.000 pos untuk pengamanan Natal dan Tahun Baru.

http://news.okezone.com/read/bbc/2012/12/24/5/21930989/sebagian-umat-kr****n-di-aceh-tak-bisa-gelar-misa-di-gereja

Mas Tidar

Quote from: Sunya on 28 December 2012, 08:19:06 PM
[spoiler]Para jemaat dari sembilan gereja di Kota Banda Aceh tersebut menggelar misa di lokasi terpisah secara tertutup.

Seperti Gereja Bethel Indonesia yang berencana melakukan misa dan perayaan natal secara sederhana di salah satu rumah makan di ibukota provinsi Aceh.

Pendeta Nico Tarigan dari Gereja Bethel Indonesia mengatakan misa dan perayaan Natal terpaksa dilakukan tertutup karena khawatir adanya ancaman pembubaran dari pihak tertentu.

"Kami sudah dapat tempatnya dan besok kita akan mengadakan ibadah Natal pada pukul 9, di sebuah restoran, kalo tahun sebelumnya bisa lebih meriah ya kita ga punya rasa takut atau khawatir untuk mengadakan ibadah, apalagi Natal kan umum dimana-mana orang merayakan Natal," kata Nico.

Menurut Nico, perayaan Natal ini berbeda dengan tahun lalu.

"Tahun ini sifatnya lebih mencekam begitu takut juga sih, tiba-tiba nanti ada orang atau apa gitu," tambah Nico.

Sementara itu untuk ibadah mingguan dilakukan di rumah-rumah jemaat Gereja Bethel secara bergantian.[/spoiler]

Pertengahan Oktober lalu, pemerintah Kota Banda Aceh menutup dan menghentikan kegiatan keagamaan di sembilan gereja dan enam Vihara Budha dengan alasan tidak memiliki ijin.

[spoiler]Lembaga pemerhati masalah HAM Setara Institut menyebutkan kasus penutupan rumah ibadah di Aceh banyak terjadi selama tahun 2012, padahal sebelumnya tidak pernah terjadi kasus semacam itu selamalimatahun terakhir.

Aceh termasuk provinsi yang menurut Setara memiliki tingkat pelanggaran kebebasan beragama tertinggi dengan 36 peristiwa, setelah Jawa Barat, Jawa Timur, kemudian Jawa tengah dan Sulawesi Selatan.

Dari hasil pantauan selama 2012, Setara mencatat terjadi 264 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan 371 merupakan bentuk tindakan yang menghambat kebebasan beragama.

Peneliti Setara Ismail Hasani mengatakan kondisi pelarangan ibadah di berbagai wilayah diIndonesiatak banyak berubah karena pemerintah pusat tidak melakukan upaya pencegahan.

"Pembiaran yang dilakukan oleh kepala negara disituasi semacam ini membuat pemda-pemda menjadi amat liar tidak memiliki pedoman yang sama dalam mengatasi situasi semacam ini, sepeti kita lihat di Aceh dan di wilayah lain, kepala daerah memainkan isu ini dikonteks lokal," jelas Ismail.

Untuk pengamanan misa Natal, pemeriksaan dilakukan di gereja-gereja yang ada di Jakarta dan sejumlah daerah, yang melibatkan personil penjinak bom Gegana, mulai Senin (24/12) pagi.

Kepolisian Indonesia menerjunkan lebih dari 82 ribu personil di 3.000 pos untuk pengamanan Natal dan Tahun Baru.

http://news.okezone.com/read/bbc/2012/12/24/5/21930989/sebagian-umat-kr****n-di-aceh-tak-bisa-gelar-misa-di-gereja[/spoiler]
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

sanjiva

Di Indonesia sekarang ini memang terasa semakin lama semakin intoleran terhadap minoritas.  Jangankan tempat ibadah yang tidak berijin (padahal kita tahu ijin mendirikan tempat ibadah non mayoritas itu sulitnya bukan main di Indonesia, sampai perlu SKB tiga menteri), yang sudah ada ijin dan menang putusan MA pun masih tidak bisa beribadah seperti kasus gereja Yasmin di Bogor.

Makanya minoritas perlu memilih pemimpin dan wakil2nya yang berani memperjuangkan kepentingan mereka.  Jangan memilih pemimpin yang tidak bisa bekerja dan cuma mementingkan pencitraaan dirinya dan partainya.  Apalagi mereka yang suka berkoalisi dengan partai2 yang bertujuan memperjuangkan hukum agama dan negara agama.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »