News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

FANATIK

Started by Hadisantoso, 26 December 2012, 07:44:16 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

adi lim

#75
Quote from: Sunya on 14 January 2013, 08:09:29 PM
Tepat dan mengena.

Tuhan Maha Tahu dan Maha Benar.
Buddha Maha Tahu dan Maha Benar.

Ternyata, memang hanya selisih satu kata. ;D

Dan banyak Buddhis cukup girang menertawakan orang yang percaya mati dengan Tuhan, sementara mereka sendiri juga sangat takut membantah kata/sabda (yang dianggap) "Maha Benar" tersebut.


jangankan Buddha maha tahu dan benar, Buddha maha tidak tahu dan maha tidak benar juga boleh kok !
tentunya saya tidak meragukan anda mencapai tahap spritual bodohsatwa yang anda banggakan. :))

kesimpulannya :
anda juga fanatik jangan sok2 an menasehati orang lain, yang memang anda tidak punya kemampuan utk itu.
capek mendengar anda berputar dengan 'lagu berjudul fanatik'.
Topik fanatik sudah banyak dan bosan dibahas lagi.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Sunya

Quote from: adi lim on 14 January 2013, 08:17:14 PM
jangankan Buddha maha tahu dan benar, Buddha maha tidak tahu dan maha tidak benar juga boleh kok !
tentunya saya tidak meragukan anda mencapai tahap spritual bodohsatwa yang anda banggakan. :))

kesimpulannya :
anda juga fanatik jangan sok2 an menasehati orang lain, yang memang anda tidak punya kemampuan utk itu.
capek mendengar anda berputar dengan 'lagu berjudul fanatik'.
Topik fanatik sudah banyak dan bosan dibahas lagi.

Rekan Adi yang terhormat, pencapaian bodohsatwa itu apa? Apakah tahap ini juga diajarkan Buddha Gautama? Siapa saja yang sudah mencapai dan bagaimana mencapainya. Terima kasih.

Saya menasehati siapa? Saya tidak sedang menasehati siapa-siapa, saya hanya menulis pandangan saya saja.

Pandangan saya juga tidak mutlak benar, boleh dikoreksi oleh siapa saja dengan pandangannya masing-masing.

Tentang lagu yang membosankan, bagaimana jika Anda yang menyampaikan pemikiran Anda disini? Mungkin jika mendengar lagu bosan, menyanyi akan lebih semarak?

Salam bahagia selalu untuk Anda. Tetap tersenyum.  _/\_

Hadisantoso

Quote from: Sunya on 14 January 2013, 08:09:29 PM
Tepat dan mengena.

Tuhan Maha Tahu dan Maha Benar.
Buddha Maha Tahu dan Maha Benar.

Ternyata, memang hanya selisih satu kata. ;D

Salam.  _/\_
sejatinya Buddha bukan Tuhan,dan sangat tidak sama dengan Tuhan,tapi banyak umat Buddha yang terpeleset dengan tidak sadar,------sosok Sang Buddha telah di-tuhan-kan.bahkan bukan hanya sosok tapi termasuk ajarannya,.

Hadisantoso

Quote from: Hadisantoso on 15 January 2013, 08:59:52 AM
sejatinya Buddha bukan Tuhan,dan sangat tidak sama dengan Tuhan,tapi banyak umat Buddha yang terpeleset dengan tidak sadar,------sosok Sang Buddha telah di-tuhan-kan.bahkan bukan hanya sosok tapi termasuk ajarannya,.
terkait dengan hal diatas,umat Buddha terbagi menjadi 3 kelompok.

A,mereka yang sudah mengerti dan telah menjalankan dengan benar dalam kehidupan sehari hari tentang sikap yang benar terhadap Sang Buddha dan ajarannya.

B,mereka yang sudah mengerti ,namun dalam praktek sehari hari sering lupa atau dengan tidak sadar telah meng-Tuhan-kan Sang Buddha dan ajarannya, contoh yang gampang adalah saat berdiskusi,----kan sudah tertulis bla bla,kan ada syairnya bla bla,kan sudah dikatakan oleh bla bla------sudah maha benar.

C,mereka yang belum mengerti karena masih pemula,sering dianggap sama dengan agama lain.dan mereka yang beragama ktp,hanya ikut2 an.

Sunya

Quote from: Hadisantoso on 15 January 2013, 08:59:52 AM
sejatinya Buddha bukan Tuhan,dan sangat tidak sama dengan Tuhan,tapi banyak umat Buddha yang terpeleset dengan tidak sadar,------sosok Sang Buddha telah di-tuhan-kan.bahkan bukan hanya sosok tapi termasuk ajarannya,.

Mereka bisa marah kalau sesembahan dan junjungan mereka dihina. Kalau tatap muka mungkin kita bisa disakiti. Di forum saja dikritik, kemarahan dan kebencian mereka sangat kental.

Mereka boleh menyebut istilah tertentu pada orang (makhluk) lain, tapi ketika sebutan yang sama dialamatkan pada mereka atau sesembahan mereka (yang mereka puja setinggi langit), mereka tidak terima dan menganggap kita seolah musuh.

Itu yang saya amati dan ketahui selama ini.

Mungkin saya bisa saja salah, dan ruang koreksi selalu terbuka.

Terima kasih dan salam.  _/\_

Sunya

Quote from: Hadisantoso on 15 January 2013, 03:15:22 PM
B,mereka yang sudah mengerti ,namun dalam praktek sehari hari sering lupa atau dengan tidak sadar telah meng-Tuhan-kan Sang Buddha dan ajarannya, contoh yang gampang adalah saat berdiskusi,----kan sudah tertulis bla bla,kan ada syairnya bla bla,kan sudah dikatakan oleh bla bla------sudah maha benar.

Ini sebutannya ahli kitab, hafal dari A-Z tentang syair, ayat, sutta, buku, kitab, atau apapun itu.

Kalau secara nalar dan moral bagus, tidak masalah.

Jadi masalah ketika nalar lemah (kurang mampu berlogika secara sehat), dan moral juga (maaf) jeblok, tidak sesuai dengan yang digadang-gadang (dibawa-bawa) dalam setiap syair/ayat/butir sebuah ajaran. Sebaik apapun sebuah ajaran, kalau moral sebagai satu standar kebaikan tidak dipenuhi, mau bicara apa lagi yang ruwet-ruwet?

Berdiri belum mampu, sudah mau berlari. :)

Penutup:
Ada gejala lain para penganut ajaran yang terlampau fanatik (pada buku pedomannya). Mereka cenderung mengkritisi kita ketika kita mencoba menggunakan akal sehat. Katanya, logika dan nalar tidak bisa dijadikan alat ukur dan pendekatan untuk mempelajari dharma (ajaran Buddha).

Kalau begini, lantas apa bedanya dengan keimanan buta?

Matikan nalar, patuhi semua aturan. Ini maunya mereka.

Lucu (dan miris).  :|

Semoga kita semua dijauhkan dari sikap dan kondisi demikian.  _/\_

cumi polos

Quote from: Sunya on 15 January 2013, 06:22:02 PM
Ini sebutannya ahli kitab, hafal dari A-Z tentang syair, ayat, sutta, buku, kitab, atau apapun itu.

Kalau secara nalar dan moral bagus, tidak masalah.

Jadi masalah ketika nalar lemah (kurang mampu berlogika secara sehat), dan moral juga (maaf) jeblok, tidak sesuai dengan yang digadang-gadang (dibawa-bawa) dalam setiap syair/ayat/butir sebuah ajaran. Sebaik apapun sebuah ajaran, kalau moral sebagai satu standar kebaikan tidak dipenuhi, mau bicara apa lagi yang ruwet-ruwet?

Berdiri belum mampu, sudah mau berlari. :)

Penutup:
Ada gejala lain para penganut ajaran yang terlampau fanatik (pada buku pedomannya). Mereka cenderung mengkritisi kita ketika kita mencoba menggunakan akal sehat. Katanya, logika dan nalar tidak bisa dijadikan alat ukur dan pendekatan untuk mempelajari dharma (ajaran Buddha).

Kalau begini, lantas apa bedanya dengan keimanan buta?

Matikan nalar, patuhi semua aturan. Ini maunya mereka.

Lucu (dan miris).  :|

Semoga kita semua dijauhkan dari sikap dan kondisi demikian.  _/\_

semua orang masing2 klaim AKAL SEHAT.... :P :P
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Mokau Kaucu

Quote from: cumi polos on 13 January 2013, 06:54:59 PM
kata FANATIK bukanlah kata yg favorite dlm Buddhism...

bagaimana dgn kata JODOH (bekecocokan) ?

diantara beberapa aliran, apakah ?

anda FANATIK aliaran mana : Theravada, Mahayana, atau Tantrayana ?

atau

anda JODOH aliaran mana : Theravada, Mahayana, atau Tantrayana ?

Ah, abdi mah milih aliran sadayana.
~Life is suffering, why should we make it more?~

Sunya

Quote from: cumi polos on 15 January 2013, 08:44:52 PM
semua orang masing2 klaim AKAL SEHAT.... :P :P

Akal sehat itu 'kan umum sifatnya. Kalau ada jurang, siapapun orangnya jika berakal sehat tentu akan menghindarinya.

Masalahnya, jika dalam hal ini Buddha atau siapapun menyuruh pengikutnya terjun, maukah Anda dan yang lain mengikuti-Nya?

Dalam setiap agama ada "jurang-jurang" yaitu hal-hal yang tidak logis secara akal sehat, tapi disarankan untuk dilakukan.
Sebagian pengikut mengikutinya tanpa banyak bertanya, dan sebagian lagi menganalisanya lebih dahulu. Mana yang Anda lakukan?

Salam.  _/\_

cumi polos

Quote from: Sunya on 16 January 2013, 05:00:43 AM
Akal sehat itu 'kan umum sifatnya. Kalau ada jurang, siapapun orangnya jika berakal sehat tentu akan menghindarinya.

Masalahnya, jika dalam hal ini Buddha atau siapapun menyuruh pengikutnya terjun, maukah Anda dan yang lain mengikuti-Nya?

Dalam setiap agama ada "jurang-jurang" yaitu hal-hal yang tidak logis secara akal sehat, tapi disarankan untuk dilakukan.
Sebagian pengikut mengikutinya tanpa banyak bertanya, dan sebagian lagi menganalisanya lebih dahulu. Mana yang Anda lakukan?

Salam.  _/\_
coba bagaimana akal sehat bro sunya menjelaskan....
pemain kuda lumping makan kaca, dan dicambuk tidk sakit merana ?  :))
bagaimana paku dpt masuk dlm tubuh ? darimana ? caranya gimana ?
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Hadisantoso

Quote from: cumi polos on 16 January 2013, 06:06:35 AM
coba bagaimana akal sehat bro sunya menjelaskan....
pemain kuda lumping makan kaca, dan dicambuk tidk sakit merana ?  :))
bagaimana paku dpt masuk dlm tubuh ? darimana ? caranya gimana ?
semua kejadian yang bisa kita lihat/rasakan pasti masuk akal.
masalahnya hanya di akal setiap manusia yang berbeda.

akal saya belum saya kasih input tentang pelajaran ilmu medis,maka saat saya diberitahu bahwa pasang ring untuk saluran darah di jantung manusia bisa lewat paha,saya bilang gak masuk akal,dokter bilang saya g****k.
masuk akal saya  beda dengan masuk akalnya si dokter.

manusia makan kaca? kata orang awam gak masuk akal,tapi kata yang ahli---kenapa tidak?
lalu orang awam tanya ---caranya gimana?
sang ahli jawab--kalau mau tahu ya belajar dulu.


Hadisantoso

sang Buddha bisa MELIHAT/MEMBACA masa depan ?
masuk akal kah?
saya bilang ----kenapa tidak ?
tanyakan kepada orang lain,apalagi yang beda agama,--jawabnya mimpi kali.