News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

FANATIK

Started by Hadisantoso, 26 December 2012, 07:44:16 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

cumi polos

kalau menjelaskan fanatik aja gak mampu...
jangan harap menjelaskan yg lebih sulit lagi dehhh...
(spt sunyata...)
merryXmas n happyNewYYYY 2018

adi lim

Quote from: cumi polos on 01 January 2013, 12:41:30 AM
kalau menjelaskan fanatik aja gak mampu...
jangan harap menjelaskan yg lebih sulit lagi dehhh...
(spt sunyata...)

bold: bro cumi, kesulitan ini dijamin tidak akan terselesaikan   :)
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

cumi polos

apakah yg menyebbkan konsumen fanatik pada satu merek,
padahal merek lain memberikan kwalitas dan harga yg lebih baik ?

dapatkah bro sunya atau bro hadi memberikan jawaban serta contoh produk tsb ?
nahhh.....kita bicara kehidupan nyata aja deh..... :P :P
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Hadisantoso

Quote from: cumi polos on 01 January 2013, 07:18:54 AM
apakah yg menyebbkan konsumen fanatik pada satu merek,
padahal merek lain memberikan kwalitas dan harga yg lebih baik ?
karena kebodohan,----tidak ahli dalam bidang tersebut.
karena keterbatasan atau pembatasan diri tentang informasi produk lain,
karena bidang tersebut dianggap sepele,
karena sudah merasa cukup nyaman dengan yang dimiliki sekarang.

whitepadma

Dalam pembahasan ini cenderung ke pembahasan  Sraddha....
Sraddha adalah sebuah keteguhan keyakinan dengan suatu landasan (pengetahuan & praktek)

Namo A Mi Tuo Fo

Sunya

Quote from: Hadisantoso on 31 December 2012, 12:13:04 PM
tentang marah dan maki2.

marah kadarnya macam2----marah pada anak,karyawan atau siapa saja,bila dilandasi emosi,benci,itu adalah musuh ,harus dimatikan,harus dikeluarkan dari hadapan saya----dibandingkan dengan marah sebagai kewajiban status,dan bagaimana dengan marah itu bisa merubah yang jelek menjadi baik.

kalau maki2 itu lebih banyak negatif nya ,jadi kebanyakan akan menuai keburukan.---karena kadar bencinya tinggi.

Ijinkan saya memberi pandangan, mohon petunjuknya bila salah.

Semua hal, bila dilandasi dengan kebencian, keserakahan, dan ketidaktahuan, akan mendatangkan efek negatif.
Semua hal bila tidak dilandasi dengan kebencian, keserakahan, dan ketidaktahuan, akan mendatangkan efek baik dan positif.

Kemarahan, sanjungan, memaki, berdana paramitha, membunuh, mengikuti ajaran Buddha, bernyanyi, merampas, semua kosong dari sifat hakiki. Sadarilah, bahwa cetana yang menentukan positif atau negatifnya sebuah karma.

Saya bisa beri contoh dari tiap aktivitas di atas, yang membuktikan bahwa semua sunya dari sifat hakiki.

Memaki sangat diperlukan, di saat dan kondisi yang tepat.

Sedikit cerita, kebetulan karyawan kami dari berbagai suku. Kalau suku tertentu (pulau terkecil di Indonesia), lebih banyak pakai perasaan, kalau diberitahu dengan bahasa halus sudah mengerti.
Beda halnya dengan suku tertentu (di bagian Indonesia Tengah), bahasa asli mereka memang relatif kasar dibanding dengan bahasa Indonesia umumnya. Jadi, kalau belum diberi penekanan dan kosakata bahasa tertentu, agak sulit paham.
Amarah (walau hanya pura-pura) juga perlu, karena bagi yang mental agak keras (bebal), kadang diberi shock therapy (terapi kejut) baru bisa mendengar (berubah).

Semua tergantung situasi dan kondisi. Preman tertentu tidak bisa diberi ceramah oleh pemuka agama (akan diremehkan atau diacuhkan), mereka kadang akan mendengar bila yang mengatakan adalah orang lebih berkuasa (bos preman, misalnya).

Ini fundamental, mengingat agama Buddha bukan agama normatif dan etnik, melainkan agama tentang kebijaksanaan, yang mana kebijaksanaan itu relatif (tidak ada patokan khusus dan mutlak).

Oke, salam dharma dan semoga berbahagia.  _/\_

Hadisantoso

Quote from: Sunya on 01 January 2013, 10:56:18 AM
Ijinkan saya memberi pandangan, mohon petunjuknya bila salah.

Semua hal, bila dilandasi dengan kebencian, keserakahan, dan ketidaktahuan, akan mendatangkan efek negatif.
Semua hal bila tidak dilandasi dengan kebencian, keserakahan, dan ketidaktahuan, akan mendatangkan efek baik dan positif.

Kemarahan, sanjungan, memaki, berdana paramitha, membunuh, mengikuti ajaran Buddha, bernyanyi, merampas, semua kosong dari sifat hakiki. Sadarilah, bahwa cetana yang menentukan positif atau negatifnya sebuah karma.

Saya bisa beri contoh dari tiap aktivitas di atas, yang membuktikan bahwa semua sunya dari sifat hakiki.

Memaki sangat diperlukan, di saat dan kondisi yang tepat.

Sedikit cerita, kebetulan karyawan kami dari berbagai suku. Kalau suku tertentu (pulau terkecil di Indonesia), lebih banyak pakai perasaan, kalau diberitahu dengan bahasa halus sudah mengerti.
Beda halnya dengan suku tertentu (di bagian Indonesia Tengah), bahasa asli mereka memang relatif kasar dibanding dengan bahasa Indonesia umumnya. Jadi, kalau belum diberi penekanan dan kosakata bahasa tertentu, agak sulit paham.
Amarah (walau hanya pura-pura) juga perlu, karena bagi yang mental agak keras (bebal), kadang diberi shock therapy (terapi kejut) baru bisa mendengar (berubah).

Semua tergantung situasi dan kondisi. Preman tertentu tidak bisa diberi ceramah oleh pemuka agama (akan diremehkan atau diacuhkan), mereka kadang akan mendengar bila yang mengatakan adalah orang lebih berkuasa (bos preman, misalnya).

Ini fundamental, mengingat agama Buddha bukan agama normatif dan etnik, melainkan agama tentang kebijaksanaan, yang mana kebijaksanaan itu relatif (tidak ada patokan khusus dan mutlak).

Oke, salam dharma dan semoga berbahagia.  _/\_

setuju.
tergantung situasi dan kondisi----plus status(guru sekolah,orang tua,komandan kemiliteran dsb).
yang penting niat yang terkandung apakah ada muatan ego,benci  dsb.

happy new year 2013

cumi polos

ini tentang fanatik, marah, sabar, atau malah jadi BELUT lagi ?

:backtotopic:
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Hadisantoso

Quote from: cumi polos on 01 January 2013, 12:27:29 PM
ini tentang fanatik, marah, sabar, atau malah jadi BELUT lagi ?

:backtotopic:

terima kasih diingatkan.bro Cumi polos

learner

sikap fanatik apakah bertentangan dengan dengan ajaran sang buddha tentang ehipasiko?
tidak perlu mencoba melakukan hal besar yang sangat rumit, lakukan saja hal sederhana dengan teliti dan benar

Sunya

Quote from: learner on 01 January 2013, 12:43:43 PM
sikap fanatik apakah bertentangan dengan dengan ajaran sang buddha tentang ehipasiko?

Tergantung definisi fanatik. Kalau fanatik itu diartikan sebagai menggenggam kuat sebuah ajaran walau sudah membuktikannya, maka ajaran apapun pasti fanatik. Namun jika fanatik itu adalah kepercayaan membuta (tanpa dipelajari/ditelaah terlebih dahulu), maka ajaran Buddha termasuk bukan fanatik, karena menekankan ehipassiko (membuktikan sendiri).

Dalam definisi kedua (lebih umum), tentu saja fanatik bertentangan dengan ehipassiko, karena percaya buta tanpa menganalisa dan membuktikan sendiri.

Semoga berbahagia, mohon koreksinya.  _/\_

cumi polos

Quote from: Sunya on 01 January 2013, 08:14:55 PM
Tergantung definisi fanatik. Kalau fanatik itu diartikan sebagai menggenggam kuat sebuah ajaran walau sudah membuktikannya, maka ajaran apapun pasti fanatik. Namun jika fanatik itu adalah kepercayaan membuta (tanpa dipelajari/ditelaah terlebih dahulu), maka ajaran Buddha termasuk bukan fanatik, karena menekankan ehipassiko (membuktikan sendiri).

Dalam definisi kedua (lebih umum), tentu saja fanatik bertentangan dengan ehipassiko, karena percaya buta tanpa menganalisa dan membuktikan sendiri.

Semoga berbahagia, mohon koreksinya.  _/\_
membulet...terus...

fanatik udah didefenisikan dalam kamus.....dgn jelas... kalau tidak setuju coba paparkan...
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Sunya

Sebenarnya thread ini secara tersirat membahas tentang tingkat kemelekatan, walau diistilahkan sebagai 'fanatik'.

Maksud dari TS, kalau boleh saya rangkum dan terjemahkan, adalah bahwa kita jangan terlampau melekat pada sesuatu, apapun itu, sebagai 'jaga-jaga' siapa tahu ada yang terbaik (atau setidaknya lebih baik).

Cuma itu saja. Selama ada yang merasa belum mencapai pengetahuan mutlak, sebaiknya jaga mulut, jaga hati dan jaga perilaku. Apapun yang kita yakini dan aspirasikan, janganlah terlampau ekstrim, apalagi jika merugikan kita (diri sendiri) maupun makhluk lain.

Begitu saja.

Ajaran Buddha indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir.

Patut kita renungkan (selama ini), kita sudah berprinsip: "Agama untuk manusia", atau "Manusia untuk agama"?

Semoga kita bijak dan arif menyikapi hidup.

Salam damai sejahtera. Semoga semua makhluk berbahagia.  _/\_

Hadisantoso

sebuah realita:
apa yang saya tulis tentang fanatik ini,pernah saya sampaikan kepada 5 guru agama(3 dari Buddha),pada prisipnya mereka menerima paham tentang fanatik diatas,tapi ada pernyataan-----

paham diatas tidak mungkin saya sampaikan pada murid/umat2 saya,karena kontra dengan tugas saya,coba bayangkan----saya bersusah payah agar umat YAKIN dan MANTAP 100% pada apa yang saya ajarkan,tapi paham anda mementahkan ,jangan 100% !!!!

gimana ?

cumi polos

Quote from: Hadisantoso on 02 January 2013, 03:07:35 PM
sebuah realita:
apa yang saya tulis tentang fanatik ini,pernah saya sampaikan kepada 5 guru agama(3 dari Buddha),pada prisipnya mereka menerima paham tentang fanatik diatas,tapi ada pernyataan-----

paham diatas tidak mungkin saya sampaikan pada murid/umat2 saya,karena kontra dengan tugas saya,coba bayangkan----saya bersusah payah agar umat YAKIN dan MANTAP 100% pada apa yang saya ajarkan,tapi paham anda mementahkan ,jangan 100% !!!!

gimana ?
ini mengajar bahasa Indonesia atau mau mengajar apa sih ?
merryXmas n happyNewYYYY 2018