MMD (Meditasi Mengenal Diri)

Started by hudoyo, 18 April 2008, 05:58:17 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

marcedes

#1710
Quote from: tesla on 24 January 2009, 05:28:10 AM
Quote from: marcedes on 23 January 2009, 11:27:13 PM
ketika kita ditanya seseorang "apakah peduli kepada teman itu baik?"
apa jawaban / respon anda(jika sedang sadar menurut versi mmd seperti yang anda pahami)..........
Quote
apakah ini jawaban?..... _/\_

jawaban saya sama seperti sebelumnya:
ketika sadar, pertanyaan akan lenyap, demikian jg dg keperluan mencari jawaban.

yg anda harapkan adalah sebuah jawaban, tentu saja ga nyambung

_/\_
kalau demikian terima kasih telah berdiskusi.... _/\_
sy rasa memang benar-benar tidak nyambung....
karena dimana pertanyaan saya berhubung dengan seseorang yang bertanya kepada meditator...

beda kalau kita melakukannya sendiri..........karena ketika bentuk pikiran kita bertanya....di satu sisi kita sadar....memang pertanyaan itu berlalu...dan tidak butuh di respon..
adalah hal yang sering terjadi pada latihan vipassana

(inilah poin tidak nyambung nya.....) _/\_
yang saya bicarakan 2 individu bercakap
yang anda bicarakan 1 individu bercakap dengan pikiran-nya sendiri.


Buddha Gotama memuji murid nya Sariputta,Upali.....adalah apa?.....
dari mulut Gotama ada kata bijak ada kata tidak bijak adalah apa?....
ada yang benar ada yang salah adalah apa?.......
ada yang baik ada yang tidak baik adalah apa?....
apakah prilaku di puji apakah prilaku tidak di puji?

jadi jangankan Buddha gotama...para siswa nya pun pernah bisa menilai
layak atau tak layak....baik atau tidak baik....bijak atau tidak bijak...dsb-nya

orang yang tidak bisa menilai adalah buta..orang yang melekat pada penilaian-nya adalah bodoh.

sy rasa diskusi kita akhiri sampai di sini..  _/\_
terima kasih sebelum nya
salam.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

marcedes

Quote from: Kainyn_Kutho on 24 January 2009, 08:34:56 AM
Quote from: marcedes on 23 January 2009, 06:50:11 PM
kita belajar dhamma tentu harus tahu belajar apa itu benar dan apa itu salah........
sehingga tahu batasan benar...

misalkan tubuh ini........seperti ajahn suwaat katakan.........
tidaklah mungkin pikiran ini kekal dan ada "aku" disitu,,,,karena semua itu bentukan.......
atau tidaklah mungkin tubuh ini kekal.....
ini disebut pandangan salah.

dan memandang sesuai alamiah,kenyataan itu disebut pandangan benar....karena selaras.

lalu bagaimana perbuatan baik dikatakan baik...........tentu tidak merugikan diri sendiri dan orang lain........serta dapat membahagiakan diri sendiri dan orang lain.........
dan ini memang alamiah nya...........
karena sepanjang saya hidup bahkan sejarah...belum pernah ada seseorang itu menyukai penderitaan...dan membenci kebahagiaan....

dan semua yang dilakukannya itu semata-mata untuk memuaskan nafsu nya. alias membahagiakan dirinya...hanya saja caranya kadang keliru.



Nah, ini jawaban yang menarik. :)
Lalu saya mau tanya lagi:
Dalam sebuah meditasi pandangan cerah, yang dimengerti seseorang adalah "ini tubuh/perasaan/pikiran/bentukan pikiran, inilah timbulnya... inilah tenggelamnya" ataukah "perbuatan x adalah sesuai sila dalam Buddhisme/agama lain, perbuatan y adalah tidak sesuai sila dalam Buddhisme/agama lain, perbuatan ini menurut Buddha akan menyebabkan seseorang terlahir di alam x, menyebabkan orang lain kesulitan, sehingga ini adalah perbuatan baik, dan itu adalah perbuatan buruk", bagaimana?

_/\_

melihat sebagaimana adanya....tubuh sebagaimana adanya...
perasaan sebagaimana adanya...pikiran dsb-nya..
lihat sifat alami-nya......itulah pandangan benar........karena memang demikian.

baik adalah baik...membuat kita baik,membuat orang lain baik...dan tidak ada pihak yang di rugikan.

buruk adalah buruk....membuat kita buruk,membuat orang lain buruk...dan ada pihak yang dirugikan....
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

marcedes

Quote from: tesla on 24 January 2009, 05:38:26 AM
Quote from: marcedes on 23 January 2009, 11:30:27 PM
untunglah saya punya pengalaman menarik tentang kematian.....
pernah di vonis mati oleh dokter. _/\_
jadi agak tahu situasi jikalau menghadapi kematian.
maaf, beda...
mendekati kematian tidak membuat seseorang mengerti hakekat sesungguhnya.
menurut saya, orang yg telah mengerti akan melampaui kematian walaupun fisiknya masih ada dan di sini.

_/\_
namanya juga "agak" ^^
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

tesla

Quote from: marcedes on 24 January 2009, 08:39:57 AM
(inilah poin tidak nyambung nya.....) _/\_
yang saya bicarakan 2 individu bercakap
yang anda bicarakan 1 individu bercakap dengan pikiran-nya sendiri.
yg saya bicarakan bukan proses bercakap2 pikiran sendiri

saya juga rasa cukup _/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

K.K.

Quote from: marcedes on 24 January 2009, 08:44:40 AM

_/\_

melihat sebagaimana adanya....tubuh sebagaimana adanya...
perasaan sebagaimana adanya...pikiran dsb-nya..
lihat sifat alami-nya......itulah pandangan benar........karena memang demikian.

baik adalah baik...membuat kita baik,membuat orang lain baik...dan tidak ada pihak yang di rugikan.

buruk adalah buruk....membuat kita buruk,membuat orang lain buruk...dan ada pihak yang dirugikan....

OK, lanjut yah :)
Menyadari pikiran sebagaimana adanya, maka kita melihat "ini pikiran, ini timbulnya pikiran, dan ini lenyapnya pikiran".
Bagaimana anda menyadari, "timbulnya pikiran tentang perbuatan baik dan lenyapnya pikiran tentang perbuatan baik"?



chingik

#1715
Quote from: ryu on 19 January 2009, 10:46:05 PM
Quote from: chingik on 19 January 2009, 10:30:24 PM
Setelah belajar dhamma dari Sang Buddha langsung , Devadatta malah makin parah. Nah lho.. ^-^
Tanya kenapa..
Apa pernah baca Bahiya sutta gak ? =))

Coba waktu itu ada MMD, pasti ga masuk neraka deh Devadatta. hehe..
Sebenarnya Devadatta tidak mau terima secara penuh apa yang diwejangkan Sang Buddha. Debu rasa iri dia telah menutupi mata dharmanya utk belajar lebih jauh. Begitu juga ketika kita banyak mendengar dhamma, namun ada kecenderungan utk menolak menerapkannya. Menggali ke dasar batin yg paling halus, sebenarnya ini disebut keraguan yg sesungguhnya. Berbanding terbalik dengan saddha. Saddha sejati adalah ketika mendengar dhamma , kita begitu yakin bahwa dhamma tersebut langsung membawa ke arah terbebas nya dukkha maka langsung menerapkannya secara langsung. Seperti orang yang menemukan harta terpendam, langsung diambil dan memanfaatkannya.

marcedes

Quote from: Kainyn_Kutho on 24 January 2009, 09:12:08 AM
Quote from: marcedes on 24 January 2009, 08:44:40 AM

_/\_

melihat sebagaimana adanya....tubuh sebagaimana adanya...
perasaan sebagaimana adanya...pikiran dsb-nya..
lihat sifat alami-nya......itulah pandangan benar........karena memang demikian.

baik adalah baik...membuat kita baik,membuat orang lain baik...dan tidak ada pihak yang di rugikan.

buruk adalah buruk....membuat kita buruk,membuat orang lain buruk...dan ada pihak yang dirugikan....

OK, lanjut yah :)
Menyadari pikiran sebagaimana adanya, maka kita melihat "ini pikiran, ini timbulnya pikiran, dan ini lenyapnya pikiran".
Bagaimana anda menyadari, "timbulnya pikiran tentang perbuatan baik dan lenyapnya pikiran tentang perbuatan baik"?
ketika ada bentukan tentang baik...kita melihat itu baik...
tetapi ketika bentukan itu lenyap....yah lenyap juga...

yang masalah nya adalah...ketika itu muncul...biasanya terjadi "aku-bahagia"
dan mengapa anda berbahagia jika sesuatu itu bukan milik-ku?
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

K.K.

Quote from: marcedes on 25 January 2009, 12:27:25 AM
ketika ada bentukan tentang baik...kita melihat itu baik...
tetapi ketika bentukan itu lenyap....yah lenyap juga...
Ya, betul. Dengan demikian baik dan buruk hanya timbul dan tenggelam di dalam lingkup pikiran yang mengenal "ini sila, ini bukan sila".
Itu seperti "murah Vs mahal" hanya muncul dalam masyarakat yang diatur oleh sistem ekonomi.


Quoteyang masalah nya adalah...ketika itu muncul...biasanya terjadi "aku-bahagia"
dan mengapa anda berbahagia jika sesuatu itu bukan milik-ku?
:) Mengapa pula anda bersedih padahal anda mengetahui sesuatu itu bukan "aku/milikku"? Kalo kambing orang lain yang dicuri 'kan kita ga sedih seperti kalo kambing kita yang dicuri.
"Bukan aku/milikku" ini kalau dibahas secara teoritis tidak akan ada habisnya. Menurut saya, kebahagiaan itu bukan karena mendapatkan keinginan, tetapi karena melepaskan semua keterkondisian. Seperti kisah Thera Bhaddiya yang selalu mengatakan "aho sukham, aho sukham" ("betapa bahagia, betapa bahagia"), yang dicurigai oleh bhikkhu lain bahwa Thera itu masih merindukan kehidupannya sebelum jadi bhikkhu. Belakangan Bhaddiya menjelaskan bahwa kebahagiaan (duniawi) apapun yang bisa dicapai itu adalah rentan perubahan, maka ia walaupun memiliki suatu kondisi membahagiakan, tetap tidak luput dari kekhawatiran dan ketakutan. Setelah melepaskan keinginan akan kebahagiaan (duniawi) tersebut, maka ia bisa bebas dan berbahagia (tanpa kondisi).


Hendra Susanto

'aku' ucapin kiong hi buat temen2 yang masih aktif ampe sekarang :))

marcedes

Quote from: Kainyn_Kutho on 27 January 2009, 08:46:23 AM
Quote from: marcedes on 25 January 2009, 12:27:25 AM
ketika ada bentukan tentang baik...kita melihat itu baik...
tetapi ketika bentukan itu lenyap....yah lenyap juga...
Ya, betul. Dengan demikian baik dan buruk hanya timbul dan tenggelam di dalam lingkup pikiran yang mengenal "ini sila, ini bukan sila".
Itu seperti "murah Vs mahal" hanya muncul dalam masyarakat yang diatur oleh sistem ekonomi.


Quoteyang masalah nya adalah...ketika itu muncul...biasanya terjadi "aku-bahagia"
dan mengapa anda berbahagia jika sesuatu itu bukan milik-ku?
:) Mengapa pula anda bersedih padahal anda mengetahui sesuatu itu bukan "aku/milikku"? Kalo kambing orang lain yang dicuri 'kan kita ga sedih seperti kalo kambing kita yang dicuri.
"Bukan aku/milikku" ini kalau dibahas secara teoritis tidak akan ada habisnya. Menurut saya, kebahagiaan itu bukan karena mendapatkan keinginan, tetapi karena melepaskan semua keterkondisian. Seperti kisah Thera Bhaddiya yang selalu mengatakan "aho sukham, aho sukham" ("betapa bahagia, betapa bahagia"), yang dicurigai oleh bhikkhu lain bahwa Thera itu masih merindukan kehidupannya sebelum jadi bhikkhu. Belakangan Bhaddiya menjelaskan bahwa kebahagiaan (duniawi) apapun yang bisa dicapai itu adalah rentan perubahan, maka ia walaupun memiliki suatu kondisi membahagiakan, tetap tidak luput dari kekhawatiran dan ketakutan. Setelah melepaskan keinginan akan kebahagiaan (duniawi) tersebut, maka ia bisa bebas dan berbahagia (tanpa kondisi).
gong xi fa cai / selamat hari imlek....bagi yang merayakan _/\_

sy belum lah mencapai kondisi Nibbana....tetapi hanya berusaha belajar memasuki ke sana....

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

K.K.

Quote from: marcedes on 30 January 2009, 09:02:34 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 January 2009, 08:46:23 AM
:) Mengapa pula anda bersedih padahal anda mengetahui sesuatu itu bukan "aku/milikku"? Kalo kambing orang lain yang dicuri 'kan kita ga sedih seperti kalo kambing kita yang dicuri.
"Bukan aku/milikku" ini kalau dibahas secara teoritis tidak akan ada habisnya. Menurut saya, kebahagiaan itu bukan karena mendapatkan keinginan, tetapi karena melepaskan semua keterkondisian. Seperti kisah Thera Bhaddiya yang selalu mengatakan "aho sukham, aho sukham" ("betapa bahagia, betapa bahagia"), yang dicurigai oleh bhikkhu lain bahwa Thera itu masih merindukan kehidupannya sebelum jadi bhikkhu. Belakangan Bhaddiya menjelaskan bahwa kebahagiaan (duniawi) apapun yang bisa dicapai itu adalah rentan perubahan, maka ia walaupun memiliki suatu kondisi membahagiakan, tetap tidak luput dari kekhawatiran dan ketakutan. Setelah melepaskan keinginan akan kebahagiaan (duniawi) tersebut, maka ia bisa bebas dan berbahagia (tanpa kondisi).
gong xi fa cai / selamat hari imlek....bagi yang merayakan _/\_

sy belum lah mencapai kondisi Nibbana....tetapi hanya berusaha belajar memasuki ke sana....



Ya, memang saya juga belum mencapai ke sana, itu hanya pengandaian saja. Dalam lingkup pikiran, ada baik dan buruk, maka kita senang ketika baik dan tidak senang ketika buruk. Ketika sudah tidak terpengaruh oleh pikiran itu, maka baik dan buruk sudah tidak ada. Kebahagiaan itu bukan karena mencapai yang "baik", tetapi karena sudah terlepas dari kondisi tersebut. Contoh lainnya seperti orang kecanduan narkoba; dapet narkoba senang, setelah beberapa saat mau lagi. Kalo ga dapet, sedih. Setelah orang sembuh dari narkoba maka melihat narkoba tidak senang, tidak dapat narkoba juga tidak sedih. Nah, melihat betapa dulu begitu menyedihkan keterkondisian itu, maka orang yang sembuh itu sangat berbahagia telah lepas darinya.

Narkoba itu Lobha-Dosa-Moha, yang membuat kita terus menerus ketagihan.

---
Selamat Tahun Baru Imlek juga.
_/\_

darwin hua


Meditasi Vipassana Bhavana(Meditasi Pandangan Terang) untuk bisa memahami dengan jelasnya apa itu anicca(ketidakkekalan) dukkha(penderitaan) dan Anatta(Tidak ada diri)

Anumodana

darwin hua


Mengapa kita bersedih,karena kemelekatan kita terhadap sesuatu tersebut,dan menganggap itu adalah milik kita/milik aku/keegoan yang tinggi,selama ini kita merasa mempunyai Atta,sebenarnya Anatta,segala sesuatu bukan milik kita,bahkan tubuh kita ini juga bukan milik kita.
Kemudian kita tidak memahami dan menembus 4 Kebenaran mulia...yaitu kebenaran Mulia yang pertama yaitu tentang Dukkha...yang terdiri dari 3 aspek lagi yaitu tentang Dukkha,harus dipahami dan telah dipahami...Bukan hanya kita yang menderita,semuanya juga menderita,maka kita harus menerima dengan lapang dada,terima apa adanya.Jikalau itu adalah karma saya,maka saya tetap menjalaninya..

darwin hua



Sebenarnya apa yang kita cari dalam meditasi tersebut?kegaiban dan kehebatan?bukan itu tujuann utamanya meditasi..Melainkan adalah menambah kebijaksanaan kita(pandangan terang),menembus 4 Kebenaran Mulia tersebut dan mencapai Nibbana.Dan berusaha melepaskan kemelakatan kita,semakin sedikit kemelakatan,maka hidup semakin bahagia,dan melihat segala sesuatu itu apa adanya,yang membawa kita ke ketenangan dan kedamaian bathin yang luar biasa.

Anumodana

Johsun

Kalau dhamma, vihara, pengetahuan ajaran, jhana, aliran-aliran,kelompok, apa juga bukan milik kita?
CMIIW.FMIIW.